Sakit Perut Pada Anak

24
Bagian :SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tanggal : 09 April 2015 Pembimbing : dr. Raddi Moekdas, SpA., Mkes. Oleh : Suhendra Rhomadona Kepustakaan : 10 1. Latar Belakang Sakit perut pada bayi dan anak, baik akut maupun kronik, sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari yang bervariasi dari yang paling ringan sampai yang paling berat. Lokasi sakit perut dapat terlokalisir di suatu tempat, tetapi dapat pula diseluruh perut, bahkan dapat menjalar ke tempat lain. Rasa sakit dapat pula hanya berupa nyeri tumpul (dull pain), bagaikan ditusuk-tusuk atau disayat-sayat, dapat pula seperti dililit (kolik), yang tidak jarang menyebabkan penderita sampai berguling- guling. Penyebabnya dapat bermacam-macam, mulai yang berasal dari dalam perut sendiri atau di luar perut, bahkan ada pula yang di luar tubuh. 1 Secara individual setiap anak memiliki toleransi yang berbeda terhadap nyeri intra abdominal, karena itu nyeri abdomen harus ditanggapi walaupun penyebab yang pasti sulit diketahui. Sifat dan tempat lesi yang menimbulkan nyeri biasanya dapat ditentukan dari deskripsi klinis rasa nyeri didalam perut. 2

description

sakit perut

Transcript of Sakit Perut Pada Anak

2

Bagian :SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD dr. Soekardjo Kota TasikmalayaTanggal: 09 April 2015Pembimbing: dr. Raddi Moekdas, SpA., Mkes.Oleh: Suhendra RhomadonaKepustakaan: 10

1. Latar Belakang

Sakit perut pada bayi dan anak, baik akut maupun kronik, sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari yang bervariasi dari yang paling ringan sampai yang paling berat. Lokasi sakit perut dapat terlokalisir di suatu tempat, tetapi dapat pula diseluruh perut, bahkan dapat menjalar ke tempat lain. Rasa sakit dapat pula hanya berupa nyeri tumpul (dull pain), bagaikan ditusuk-tusuk atau disayat-sayat, dapat pula seperti dililit (kolik), yang tidak jarang menyebabkan penderita sampai berguling-guling. Penyebabnya dapat bermacam-macam, mulai yang berasal dari dalam perut sendiri atau di luar perut, bahkan ada pula yang di luar tubuh.1 Secara individual setiap anak memiliki toleransi yang berbeda terhadap nyeri intra abdominal, karena itu nyeri abdomen harus ditanggapi walaupun penyebab yang pasti sulit diketahui. Sifat dan tempat lesi yang menimbulkan nyeri biasanya dapat ditentukan dari deskripsi klinis rasa nyeri didalam perut.2Bayi dan anak-anak sampai umur 2 tahun, belum dapat mengutarakan nyeri yang dialaminya, sehingga menimbulkan persoalan mengenai tanda-tanda yang dapat dianggap sebagai manifestasi nyeri pada bayi dan anak tersebut. Sakit perut berulang merupakan gejala yang paling sering dialami oleh anak-anak diseluruh dunia dan menyebabkan tingginya tingkat absensi anak di sekolah serta penggunaan sumber daya kesehatan. Kondisi yang tidak kunjung membaik dan mengganggu menimbulkan ketidakpastian diagnosis, kronisitas dan tingginya kecemasan orangtua. Hal inilah yang menyebabkan manajemen oleh dokter umum maupun spesialis anak menjadi sangat sulit, menghabiskan banyak waktu dan mahal.3 Di indonesia data pasti mengenai kejadian sakit perut berulang pada anak masih belum ada sedangkan di Inggris kejadian pada anak sekolah 10-15% dan Amerika utara sebesar 20%.42. Definisi

Abdominal pain (nyeri abdomen) merupakan sensasi subjektif tidak menyenangkan yang terasa di setiap regio abdomen. Nyeri abdomen akut biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri dengan onset mendadak, dan atau durasi pendek. Nyeri abdomen kronis biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri berlanjut, baik yang berjalan dalam waktu lama atau berulang/ hilang timbul. Nyeri kronis dapat berhubungan dengan eksaserbasi akut.7

3. EpidemiologiSakit perut biasanya terjadi pada anak usia 5 hingga 14 tahun, sementara frekuensi tertinggi pada usia 5-10 tahun. Apley menemukan bahwa nyeri perut terjadi pada 10-12% anak laki-laki usia 5-10 tahun dan menurun setelah usia itu. Anak perempuan cenderung lebih sering menderita sakit ini dibandingkan anak laki-laki (Perempuan : Laki-laki = 5:3). Sakit perut ini jarang terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun dan di atas 15 tahun. Kelainan organik sebagai penyebab sakit perut berulang terdapat pada 5-15,6% kasus sedangkan 80% kasus disebabkan kelainan fungsional saluran cerna. Dengan bertambah majunya ilmu pengetahuan dan alat-alat kedokteran terutama endoskopi dan diketahuinya penyakit gastroduodenum yang disebabkan Helicobacter pylori , maka diperkirakan makin banyak kelainan organik yang dapat ditemukan. Pada anak dibawah 4 tahun sebagian besar penyebabnya adalah organik, sedangkan pada anak besar kelainan fungsional saluran cerna merupakan penyebab terbanyak.6

4. EtiologiEtiologi sakit perut akut biasanya dibagi menurut usia ataupun menurut perlunya tindakan bedah atau tidak, ataupun menurut asalnya.Pada bayi/anak di bawah usia 2 tahun, penyebab sakit perut yang memerlukan tindakan bedah, ada yang berasal dari dalam abdomen seperti perforasi tukak lambung, obstruksi usus karena intususepsi, volvulus dan malrotasi, ada pula yang berasal dari luar perut seperti hernia inguinalis dengan strangulasi dan inkarserasi, apendisitis dan enterokolitis nekrotikan.3Sedangkan pada anak yang berusia lebih dari 2 tahun, penyebab sakit perut dari dalam abdomen bisa karena obstruksi, peradangan, trauma dan perdarahan. Sakit perut akibat obstruksi usus akibat perlekatan atau volvulus dan malrotasi serta terjadinya perforasi akibat obstruksi usus. Peradangan yang dapat mengakibatkan sakit perut yaitu apendisitis, peritonitis primer, peritonitis akibat perforasi divertikulum meckeli, perforasi ulkus duodeni atau perforasi akibat demam tifoid, divertikulosis meckeli, kolesistitis dengan/ tanpa batu empedu dan megakolon toksik dengan perforasi. Trauma seperti ruptura limpa, buli-buli atau organ visera yang lain dan hematoma subserosa serta pendarahan ke dalam kista ovarium, merupakan penyakit-penyakit dari dalam abdomen yang menimbulkan sakit perut. Penyebab lain yang juga bisa mengakibatkan sakit perut yaitu pada daerah tropis ditemukan perforasi yang berhubungan dengan askariasis, strongiloidiasis, perforasi abses amuba. Torsio testis dan hernia inguinalis dengan strangulasi dan inkarserasi menjadi penyebab sakit perut yang berasal dari luar abdomen.3Penyebab non-bedah sakit perut akut pada bayi/anak di bawah usia 2 tahun yang berasal dari dalam abdomen yaitu infeksi intestinal yang disebabkan Salmonella, Shigella, Campylobacter, dll. Sedangkan penyebab dari luar abdomen adalah pneumonia dan infeksi traktus urinarius. 3Pada anak di atas usia 2 tahun penyebab sakit perut yang tidak memerlukan tindakan bedah juga ada yang berasal dari abdomen dan luar abdomen. Penyebab dari intestinal, biasanya karena infeksi yang disebabkan oleh salmonella, shigella dan yersinia enterocolitica, keracunan makanan karena toksin Staphylococcus, penyakit crohn, kolitis ulseratif, kolitis amuba, purpura henoch-schonlein, obstipasi, sickle cell anemia, adenitis mesentrika, dan ileus mekonium. Penyebab yang berasal dari hati dan percabangan bilier yaitu Hepatitis A dan B, mononukleosis infeksiosa dan kolelitiasis. Sakit perut karena penyakit dari pankreas seperti pankreatitis akut karena infeksi, trauma, akibat lesi bilier dan idiopatik. Sedangkan penyebab sakit perut dari renal adalah infeksi traktus urinarius, batu dan nefritis. Penyebab karena metabolik seperti porfiria, hiperlipidemia, ketoasidosis diabetik, familial mediterranean fever. Dan penyebab karena masalah ginekologis adalah salpingitis.3Sementara itu penyebab sakit perut pada anak usia diatas 2 tahun ini yang berasal dari luar abdomen adalah pneumonia, limfadenitis inguinalis, osteomielitis (vertebrae, pelvis), hematoma otot abdomen, herpes zoster dan kompresi saraf spinal.31. Jenis nyeri perutNyeri perut dapat berupa nyeri viseral maupun nyeri somatik, dan dapat berasal dari berbagai proses pada berbagai organ di rongga perut atau di luar rongga perut, misalnya di rongga dada51. NyeriViseralNyeri viseral terjadi bila terdapat rangsangan pada organ ataustruktur dalam rongga perut, misalnya karena cedera atau radang. Peritoneum viserale yang menyelimuti organ perut dipersarafi oleh sistem saraf otonom dan tidak peka terhadap perabaan, atau pemotongan. Dengan demikian sayatan atau penjahitan pada usus dapat dilakukan tanpa terasa oleh pasien. Akan tetapi bila dilakukan tarikan, regangan atau terjadi kontraksi yang berlebihan pada otot yang menyebabkan iskemia, seperti pada kolik atau radang akan timbul nyeri. Pasien yang mengalami nyeri viseral biasanya tidak dapat menunjukkan secara tepat letak nyeri sehingga biasanya ia menggunakan seluruh telapak tangannya untuk menunjuk daerah yang nyeri.5Nyeri viseral memperlihatkan pola yang khas sesuai dengan persarafan embrional organ bersangkutan. Saluran cerna yang berasal dari usus depan (foregut), yaitu lambung, duodenum, sistem hepatobilier dan pankreas menimbulkan nyeri di ulu hati atau epigastrium. Bagian saluran cerna yang berasal dari usus tengah (midgut),yaitu usus halus dan usus besar sampai pertengahan kolon transversum menyebabkan nyeri di sekitar umbilikus. Bagian saluran cernalainnya yaitu pertengahan kolon transversum sampai dengan kolon sigmoid yang berasal dari usus belakang (hindgut) menimbulkan nyeri di perut bagian bawah. Demikian juga nyeri dari buli-buli dan rektosigmoid (lihat Gambar 2.1A). Karena tidak disertai rangsangan peritoneum, nyeri ini tidak dipengaruhi oleh gerakan sehingga penderita biasanya dapat aktif bergerak.5

1. Nyeri somatikNyeri somatik terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi saraf tepi, misalnya regangan pada peritoneum parietalis, dan luka pada dinding perut.Nyeri dirasakan seperti ditusuk atau disayat, dan pasien dapat menunjuk letak nyeri dengan jarinya secara tepat. Rangsang yang menimbulkan nyeri ini dapat berupa rabaan, tekanan, rangsang kimiawi atau proses radang (lihat Tabel 2.1 dan 2.2) 5Tabel 2.1. Persarafan sensorik organ perutOrgan atau strukturSarafTingkat persarafan

Bagian tengah diafragmaN. frenikusC3-5

Tepi diafragma, lambung, pankreas, kandung empedu, usus halusPleksus seliakusTh 6-9

Apendiks, kolon proksimal, dan organ panggulPleksus mesenterikusTh 10-11

Kolon distal, rektum, ginjal, ureter, dan testisN. splanknikus kaudalTh 11-L1

Buli-buli, rektosigmoidPleksus hipogastrikusS2-S4

(Sjamsuhidajat dkk, 2010)Gesekan antara visera yang meradang akan menimbulkan rangsang peritoneum dan menyebabkan nyeri. Peradangannya sendiri maupun gesekan antara kedua peritoneum dapat menyebabkan perubahan intensitas nyeri. Gesekan inilah yang menimbulkan nyeri kontralateral pada apendisitis akut. Setiap gerakan penderita, baik berupa gerakan tubuh maupun gerakan nafas yang dalam atau batuk, akan menambah rasa nyeri sehingga penderita gawat perut yang disertai rangsang peritoneum berusaha untuk tidak bergerak, bernafas dangkal dan menahan batuk.5Tabel 2.2. Letak nyeri somatikLetakOrgan

Abdomen kanan atasKandung empedu*, hati, duodenum, pankreas, kolon, paru, miokard

EpigastriumLambung*, pankreas, duodenum, paru, kolon

Abdomen kiri atasLimpa*, kolon, ginjal, pankreas, paru

Abdomen kanan bawahApendiks*, adneksa*, sekum, ileum, ureter

Abdomen kiri bawahKolon*, adneksa*, ureter

SuprapubikBuli-buli*, uterus, usus halus

PeriumbilikalUsus halus

Pinggang/ punggungPankreas*, aorta, ginjal

BahuDiafragma*

* Organ yang paling sering menimbulkan nyeri somatic

(Sjamsuhidajat dkk, 2010)

5. Manifestasi klinikSakit perut pada anak biasanya mempunyai durasi dan intensitas yang berbeda walaupun nyerinya biasa berlokasi di periumbilikal nyeri pada daerah yang jauh dari umbilikus tidak menyingkirkan kemungkinan itu adalah sakit perut berulang.3 Sakit yang dirasakan bisa terjadi siang ataupun malam dan sakit yang dirasakan sering kali dihubungkan dengan reaksi yang berlebihan seperti tangan yang melilit perut atau bahkan menjatuhkan diri.8Pada bayi dan anak manifestasi klinik sakit perut tergantung pada umur penderita. Pegangan yang dipakai untuk mengatakan seorang bayi atau anak sakit perut dapat dilihat pada tabel 2.1Tabel 2.1 Manifestasi kli nis sakit perut pada anak berdsarkan umur :30-3 bulanUmumnya digambarkan dengan adanya muntah

3 bulan 2 tahunMuntah, tiba-tiba menjerit, menangis tanpa adanya trauma yang dapat menerapkannya

2 tahun 5 tahunDapat mengatakan sakit perut tetapi lokalisasi belum tepat

> 5 tahunDapat menerangkan sifat dan lokalisasi sakit perut

Anak dengan sakit perut akut biasanya terlihat sangat sakit, menangis, keringat dingin, dengan posisi meringkuk atau membungkuk seperti ingin melindungi perutnya dengan memendekkan otot rektus abdominalis. Disamping sakit perut kadang-kadang ada pula gejala-gejala lainnya yang menyertai seperti nausea, muntah, anoreksia, diare dan panas.3

6. PatofisiologiSakit perut akut atau berulang umumnya mempunyai 5 sumber, yaitu visera perut, organ lain di luar perut, lesi pada medula spinalis, gangguan metabolik, dan psikosomatik:3Reseptor rasa sakit di dalam traktus digestivus terletak pada saraf yang tidak bermielin yang berasal dari sistim saraf otonom pada mukosa usus. Jaras saraf ini disebut sebagai serabut saraf C yang dapat meneruskan rasa sakit lebih menyebar dan lebih lama dari rasa sakit yang dihantarkan dari kulit oleh serabut saraf A.3Reseptor nyeri pada perut terbatas di submukosa, lapisan muskularis dan serosa dari organ di abdomen. Serabut C ini akan bersamaan dengan saraf simpatis menuju ke ganglia pre dan paravertebra dan memasuki akar dorsa ganglia. Impuls aferen akan melewati medula spinalis pada traktus spinotalamikus lateralis menuju ke talamus, kemudian ke konteks serebri.3Impuls aferen dari visera biasanya dimulai oleh regangan atau akibat penurunan habat ambang nyeri pada jaringan yang meradang. Nyeri ini khas bersifat tumpul, pegal, dan berbatas tak jelas serta sulit dilokalisasi. Impuls nyeri dan visera abdomen atas (lambung, duodenum, pankreas, hati, dan sistem empedu) mencapai medula spinalis pada segmen thorakalis 6,7,8 serta dirasakan didaerah epigastrium. Impuls nyeri yang timbul dari segmen usus yang meluas dari ligamentum Treitz sampai fleksura hepatika memasuki segmen Th 9 dan 10, dirasakan di sekitar umbilikus. Dari kolon distalis, ureter, kandung kemih, dan traktus genitalia perempuan, impuls nyeri mencapai segmen Th 11 dan 12 serta segmen lumbalis pertama. Nyeri dirasakan pada daerah supra publik dan kadang-kadang menjalar ke labium atau skrotum. Jika proses penyakit meluas ke peritorium maka impuls nyeri dihantarkan oleh serabut aferen stomatis ke radiks spinals segmentalis.3Penyebab metabolik seperti pada keracunan timah dan porfirin belum jelas patofisiologi dan patogenesisnya. Patofisiologi sakit perut berulang yang fungsional (tidak berhubungan dengan kelainan organik) masih sulit dimengerti. Diperkirakan ada hubungan antara sakit perut berulang fungsional dengan penurunan ambang rangsang nyeri. Berbagai faktor psikologik dan fisiologik dapat berperan sebagai mediator dari sakit perut berulang fungsional.9Faktor yang berperan dalam sakit perut berulang terdiri dari faktor psikologik dan fisiologik. Faktor psikologik dapat terjadi karena stress, depresi, ikatan keluarga, operant condition, somatisasi sedangkan faktor fisiologik yaitu adanya intoleransi, dismotilitas usus, konstipasi, ketidakstabilan otonom.3Juga diketahui ada hubungan yang kuat antara sakit perut berulang fungsional dengan tipe kepribadian tertentu, yaitu sering cemas/gelisah, dan selalu ingin sempurna. Pada anggota keluarga lainnya juga sering ditemukan kelainan psikosomatik seperti migrain, kolon iritabel.37. Patogenesis31. Gangguan vaskuler. Emboli atau trombosis, ruptur, okulasi akibat torsi atau penekanan. Kejadian ini misalnya, terjadi pada putaran kista ovarium dan jepitan usus pada inavaginasi. 2. Peradangan. Peradangan organ di dalam organ peritonium menimbulkan rasa sakit bila proses peradangan telah mengenal peritoneum parietalis. Mekanismenya sama seperti peradangan pada umumnya yang disalurkan melalui persyarafan somatik.3. Gangguan pasase. Gangguan pasase atau obtruksi organ yang berbentuk pembuluh, baik yang terdapat di dalam rongga peritoneal atau pun retroperitoneal. Bila pasase dalam saluran-saluran tersebut terganggu akan timbul rasa sakit akibat tekanan intra lumen yang meninggi di bagian proksimal sumbatan. Sakit dirasakan hilang timbul atau terus menerus dengan punyak nyeri yang hebat (kolik).4. Penarikan, peregangan dan pembentangan peritoneum viseralis. Dalam prakteknya, keempat mekanisme timbulnya sakit perut jarang ditemukan sendiri-sendiri, tapi umumnya merupakan proses campuran.

8. Kriteria DiagnosisPendekatan diagnosis sakit perut pada anak masih merupakan suatu masalah karena kriteria diagnosis yang digunakan belum seragam, terutama untuk nyeri perut non organik. Kriteria diagnosis nyeri perut yang banyak digunakan saat ini adalah kriteria Rome III. Komite Rome III mengatakan bahwa kriteria Rome II terbatas dalam beberapa hal, yaitu:101. Kurangnya bukti dalam sub-pembagian sakit perut fungsional yang menjelaskan mengenai gejala yang lebih menonjol yang dapat membantu dalam mengidentifikasi patofisiologi. Hal ini menyebabkan sensitifitas dan spesifisitas kriteria Rome II lebih rendah daripada kriteria Rome III.2. Penjelasan kriteria Rome II untuk sakit perut fungsional lebih luas.3. Analisis faktor terhadap gejala sakit perut fungsional yang berhubungan dengan makanan tidak di perhitungkan dalam kriteria Rome II.

Kriteria diagnosis gangguan fungsional gastrointestinal pada anak-anak menurut kriteriaRome IIIG. Functional disorders : neonates and toddlersG1. Infant regurgitationG2. Infant rumination syndromeG3. Cyclic vomiting syndromeG4. Infant colicG5. Functional diarrheaG6. Infant dyscheziaG7. Functional constipationH. Functional disorders : children and adolescentsH1. Vomiting and aerophagiaH1a. Adolescent rumination syndromeH1b. Cyclic vomiting syndromeH1c. AerophagiaH2. Abdominal pain-related FGIDsH2a. Functional dyspepsiaH2b. Irritable bowel syndromeH2c. Abdominal migraineH2d. Chidhood functional abdominal painH2d1. Childhood functional abdominal pain syndromeH3. Constipation and incontinenceH3a. Functional constipationH3b. Non retentive fecal incontinence

9. Pemeriksaan PenunjangHarus diingat dalam membuat diagnosis pada anak dengan sakit perut akut, anamnesis dan pemeriksaan fisik memegang peranan penting, sedangkan pemeriksaan laboratorium dan penunjang hanya membantu.3Pemeriksaan laboratorium dan penunjang adalah :1 Pemeriksaan laboratorium rutin darah lengkap, urin lengkap dan tinja lengkap sangat penting. Ureum dan elektrolit darah penting pada diare dehidrasi. Biakan tinja penting untuk menegakkan ada tidaknya enteropatogen, terutama Salmonella, Shigella , Campilobacter dan Yersinia. Amebiasis, infeksi cacing (Ascaris, Trichuris) dengan mudah dapat didiagnosis. Mengukur pH tinja dan tes reduksi dalam tinja untuk intoleransi laktosa. Pemeriksaan klirens urea, kreatinin, foto polos perut dan pielografi intravena penting untuk menegakkan diagnosis infeksi traktus urinarius dan batu di dalam saluran kemih. Foto polos 3 posisi sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosis adanya obstruksi dan kelainan di luar traktus digestivus. Foto toraks diperlukan bila diduga ada pneumonia. USG bila diduga ada kelainan perut dan hepatobilier. EKG dan EMG untuk diagnosis spasmofili.Endoskopi untuk mendiagnosis ada tidaknya kolitis.

10. PenatalaksanaanApabila seorang anak menderita sakit perut akut, maka yang penting dilakukan adalah menentukan apakah penyakitnya memerlukan tindakan bedah atau tidak. Kalau kita sudah dapat membuat keputusan bahwa anak itu tidak memerlukan tindakan bedah, maka kita harus mencari penyebab sakit perut dan diberikan pengobatan sesuai etiologinya. Terapi simptomatis perlu juga diberikan seperti istirahat serta pengawasan cairan dan diet. Pada keadaan dimana anak sangat kesakitan dapat diberikan sedatif ataupun analgetika. Pada sakit ringan dan sedang, obat-obatan yang dapat diberikan seperti aspirin (dosis 10 mg/kg/dosis), acetaminofen (10 mg/kg/dosis), codein (3 mg/kg/dosis), Naproksen (10-18 mg/kg/hari), axycodome (0,08 mg/kg/dosis), dan tolmetin (18-50 mg/kg/hari). Sedangkan pada nyeri yang sifatnya berat, dapat diberikan Obat-obatan yang diberikan dapat seperti morfin (0,1 - 0,2 mg/kg/dosis), metadon (0,1 - 0,2 mg/kg/dosis), meperidin (0,75 2 mg/kg/dosis) dan hidromorfin (0,015 0,3 mg/kg/dosis) 2. Keberhasilan penatalaksanaan sangat tergantung pada akurasi melakukan pendekatan diagnosis. Untuk penatalaksanaan sakit perut berulang ini sangat sulit. Hal ini diakibatkan karena sakit perut berulang sering memberikan penampilan klinis yang tidak spesifik. Tidak ada panduan pasti, oleh karena itu penilaian klinis yang dilakukan harus secara menyeluruh, sehingga dapat menentukan diagnosis dan terapi yang tepat. Memberikan penjelasan kepada orang tua, merupakan hal yang sangat penting. Orang tua harus mendapatkan penjelasan bahwa keadaan ini sering dijumpai pada anak. 4Penanganan selanjutnya, tergantung dari keadaan spesifik yang menyebabkan keluhan sakit perut berulang. Keluhan konstipasi dapat diberikan obat golongan lakasan (lactulose), meningkatkan konsumsi serat, toilet training (5 menit setelah makan pagi dan sore). Pada keadaan irritable bowel syndrome yang paling penting adalah memberikan penjelasan serta mengantisipasi pencetus psikososial yang mungkin dapat sebagai pencetus timbulnya keluhan serta meningkatkan diet tinggi serat. Pada umumnya dengan metode ini akan memberikan hasil yangbaik dalam waktu antara 6-12 bulan. 4

Gambar 2.1 Algoritma diagnosis sakit perut mendadak pada anak 1.AbnormalKasus bedahAbnormalKasus pediatrik-pneumonia-Batu ginjal-radang usus-osteomielitis-keganasan-apendisitis-invaginasi-volvulus-laserasi hati/limpa-kehamilan ekstra uteri

NormalObservasi 1-2 hari6. Foto abdomen 3 posisi , konsul bedah-esofagitis-ulkus peptikumendoskopiRespon jelekRespon baikPancreatitis Penyakit hepatobilier-test faal hati-USGamilaseKuadran kanan atasepigastrik-rawat inap-terapi suportif-antibiotik1. Anamnesis2. Pemeriksaan fisikSAKIT PERUT MENDADAK

Pemeriksaan laboratorium-Darah lengkap-Urin lengkap-Tinja lengkap

3. Derajat Penyakit

4. Manifestasi di luar usus halusManifestasi dari usus halus-diare-tinja berdarah-obstipasi- muntah-hematemesis- sakit pinggul

Infeksi penyakit sistemik

beratringansedang

5. Lokasi dan jenisnyaTanda peritoneal, kuadran atas kanan, hilang timbul

Menyebar ,sekitar pusar, sebelah kiri

Observasi 1-2 hari

AbnormalNormal

Antasid

Gambar 2.2 Algoritma diagnosis sakit perut berulang pada anak 1.EndoskopiNormal

AbnormalPankreatitisEsofagitis ulkusPenyakit hepatobilierRespon jelekRespon baikEpilepsi perutSpasmofilia Obstipasi radang usus psikisEEGEMGAntasidIntoleransi laktosaKuadran kanan atasEpigastrikSakit pinggulMenyebar sekitar pusar / sebelah kiriA. AnamnesisB. Pemeriksaan fisik

SAKIT PERUT BERULANG

C. Pemeriksaan laboratorium darah lengkap urin lengkap tinja lengkap

D. Manifestasi penyerta dari usus halus-diare kronik-tinja berdarah-obstipasi- muntah- ikterusE. Manifestasi luar usus halus Infeksi radang usus penyakit ginjal keganasan

F. Lokasi

Tes faal hati, USG

Adneksitis

KhasTidak khas

Amilase

1.1 KesimpulanPendekatan diagnosis nyeri perut pada anak masih sulit karena kriteria diagnosis yang digunakan belum seragam, terutama untuk nyeri perut non organik. Kriteria diagnosis nyeri perut yang banyak digunakan saat ini adalah kriteria Rome III. Sakit perut akut atau berulang mempunyai lima sumber, yaitu organ viseral, organ di luar abdomen, lesi pada medula spinalis, gangguan metabolik, psikosomatik. Kriteria diagnostik sakit perut fungsional dibagi berdasarkan Rome III, yaitu: infant regurgitation, infant rumination syndrome, cyclic vomiting syndrome, infant colic, functional diarrhea, infant dyschezia, functional constipation, vomiting dan aerophagia, abdominal pain-related FGID, constipation dan incontinence.Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium darah lengkap, urin lengkap, foto polos perut dan pielografi intravena dan elektrolit darah, biakan tinja, pH tinja dan tes reduksi tinja (clinitest), USG abdomen, CT Scan abdomen, EEG, dan endoskopi. Pengobatan diberikan sesuai etiologi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Markum AH. Buku ajar ilmu kesehatan anak. Vol 1. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1999. p. 493-6

2. Wiryati AAM, Aryasa IKN, Suraatmaja S. Sakit perut akut pada anak. In: Suraatmaja S, editor. Kapita selekta gastroenterologi. Jakarta: CV Sagung Seto; 2007. p. 189-203. 3. Boediarso A. Sakit perut pada anak. In: Jufri M, editor. Buku ajar gastroenterologi hepatologi. 1st ed. Jakarta: IDAI; 2010. p. 149-65.

4. Ranuh R, Fardah A, Subijanto MS. Kongres Nasional III Badan Koordinasi Gastroenterologi Anak Indonesia; 2007 Dec 6-8 Surabaya; 2007. p. 101-9.

5. Sjamsuhidajat R, de Jong W., 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

6. Suharsono, Boediharso A, Halimun MA. Gastroenterologi anak praktis. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1988. p. 219-29.

7. Grace, Pierce A., dan Borley, Neil R., 2006. Nyeri Abdomen Akut. Dalam: Safitri, Amalia, ed. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi ketiga. Jakarta: Erlangga,

8. William HJ, Levin MJ, Sondheimer JM, Deterding RR. Current diagnosis & treatment pediatrics. New York: The Mc Grow Hill Companies; 2009. p. 599-600.

9. Mahajan LA, Kaplan B. Chronic abdominal pain of childhood and adolescence. In: Wyllie R, Hyams JS, editors. Pediatric gastrointestinal & liver disease. 3rd ed. United States America: Saunders Elsevier; 2006. p. 111-23.

10. Kari KF, Anderson J, Puzanovova M, Walker LS. Rome II versus Rome III classification of functional gastrointestinal disorder in pediatric cronic abdominal pain. JPGN. 2008;47:299-302.12

13