s.5.Perekonomian Indonesia

44
2.4.Hubungan pengangguran dengan sumberdaya manusia Pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan.Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan.Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya.Tingkat Pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik, keamanan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah “Pengangguran terselubung” di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.Pembangunan bangsa Indonesia kedepan

Transcript of s.5.Perekonomian Indonesia

Page 1: s.5.Perekonomian Indonesia

2.4.Hubungan pengangguran dengan sumberdaya manusia

Pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari

kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha

mendapatkan pekerjaan.Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak

sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya.

Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya

pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat

menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.Tingkat pengangguran

dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja

yang dinyatakan dalam persen.Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus

mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan

kesejahteraan.Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang

buruk terhadap penganggur dan keluarganya.Tingkat Pengangguran yang terlalu tinggi juga

dapat menyebabkan kekacauan politik, keamanan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan

pembangunan ekonomi.Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per

kapita suatu negara.

Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah “Pengangguran

terselubung” di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit,

dilakukan oleh lebih banyak orang.Pembangunan bangsa Indonesia kedepan sangat tergantung

pada kualitas sumber daya manusia Indonesia yang sehat fisik dan mental serta mempunyai

keterampilan dan keahlian kerja, sehingga mampu membangun keluarga yang bersangkutan

untuk mempunyai pekerjaan dan penghasilan yang tetap dan layak, sehingga mampu memenuhi

kebutuhan hidup, kesehatan dan pendidikan anggota keluarganya.

Dalam pembangunan Nasional, kebijakan ekonomi makro yang bertumpu pada

sinkronisasi kebijakan fiskal dan moneter harus mengarah pada penciptaan dan perluasan

kesempatan kerja. Untuk menumbuh kembangkan usaha mikro dan usaha kecil yang mandiri

perlu keberpihakan kebijakan termasuk akses, pendamping, pendanaan usaha kecil dan tingkat

suku bunga kecil yang mendukung.Kebijakan Pemerintah Pusat dengan kebijakan Pemerintah

Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota harus merupakan satu kesatuan yang saling

mendukung untuk penciptaan dan perluasan kesempatan kerja.Gerakan Nasional

Page 2: s.5.Perekonomian Indonesia

Penanggulangan Pengangguran (GNPP), Mengingat 70 persen penganggur didominasi oleh

kaum muda, maka diperlukan penanganan khusus secara terpadu program aksi penciptaan dan

perluasan kesempatan kerja khusus bagi kaum muda oleh semua pihak.Berdasarkan kondisi

diatas perlu dilakukan Gerakan Nasional Penanggulangan Pengangguran (GNPP) dengan

mengerahkan semua unsur-unsur dan potensi di tingkat nasional dan daerah untuk menyusun

kebijakan dan strategi serta melaksanakan program penanggulangan Pengangguran. Salah satu

tolak ukur kebijakan nasional dan regional haruslah keberhasilan dalam perluasan kesempatan

kerja atau penurunan Pengangguran dan setengah Pengangguran.Gerakan tersebut dicanangkan

dalam satu Deklarasi GNPP yang diadakan di Jakarta 29 Juni 2004.

Menurut para deklarator tersebut, bahwa GNPP ini dimaksudkan untuk membangun

kepekaan dan kepedulian seluruh aparat dari pusat ke daerah, serta masyarakat seluruhnya untuk

berupaya mengatasi pengangguran. Dalam deklarasi itu ditegaskan, bahwa untuk itu sesuai

dengan Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, sebaiknya segera

dibentuk Badan Koordinasi Perluasan Kesempatan Kerja.Kesadaran dan dukungan sebagaimana

diwujudkan dalam kesepakatan GNPP tersebut, menunjukan suatu kepedulian dari segenap

komponen bangsa terhadap masalah ketenagakerjaan, utamanya upaya penanggulangan

pengangguran. Menyadari bahwa upaya penciptaan kesempatan kerja itu bukan semata fungsi

dan tanggung jawab Depatemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, akan tetapi merupakan

tanggung jawab kita semua, pihak pemerintah baik pusat maupun daerah, dunia usaha, maupun

dunia pendidikan. Oleh karena itu, dalam penyusunan kebijakan dan program masing-masing

pihak, baik pemerintah maupun swasta harus dikaitkan dengan penciptaan kesempatan kerja

yang seluas-luasnya.

2.5.Solusi masalah pengangguran di indonesia.

Sebagai solusi pengangguran, berbagai strategi dan kebijakan dapat ditempuh sebagai

berikut. Setiap penganggur diupayakan memiliki pekerjaan yang banyak bagi kemanusiaan

artinya produktif dan remuneratif sesuai Pasal 27 Ayat 2 UUD 1945 dengan partisipasi semua

masyarakat Indonesia. Lebih tegas lagi jadikan penanggulangan pengangguran menjadi

komitmen nasional.Untuk itu diperlukan dua kebijakan, yaitu kebijakan makro dan mikro

(khusus). Kebijakan makro (umum) yang berkaitan erat dengan pengangguran, antara lain

Page 3: s.5.Perekonomian Indonesia

kebijakan makro ekonomi seperti moneter berupa uang beredar, tingkat suku bunga, inflasi dan

nilai tukar yang melibatkan Bank Indonesia (Bank Sentral), fiskal (Departemen Keuangan) dan

lainnya. Dalam keputusan rapat-rapat kebinet, hal-hal itu harus jelas keputusannya dengan fokus

pada penanggulangan pengangguran. Jadi setiap lembaga pemerintah yang terkait dengan

pengangguran harus ada komitmen dalam keputusannya dan pelaksanaannya. Selain itu, ada juga

kebijakan mikro (khusus). Kebijakan itu dapat dijabarkan dalam beberapa poin.

Pertama, pengembangan wawasan penganggur, berangkat dari kesadaran bahwa setiap

manusia sesungguhnya memilki potensi dalam dirinya namun sering tidak menyadari dan

mengembangkan secara optimal. Dengan demikian, diharapkan setiap pribadi sanggup

mengaktualisasikan potensi terbaiknya dan dapat menciptakan kehidupan yang lebih baik,

bernilai dan berkualitas bagi dirinya sendiri maupun masyarakat luas.

Kedua, segera melakukan pengembangan kawasan-kawasan, khususnya yang tertinggal

dan terpencil sebagai prioritas dengan membangun fasilitas transportasi dan komunikasi. Ini akan

membuka lapangan kerja bagi para penganggur di berbagai jenis maupun tingkatan.

Ketiga, segera membangun lembaga sosial yang dapat menjamin kehidupan penganggur.

Hal itu dapat dilakukan serentak dengan pendirian Badan Jaminan Sosial Nasional dengan

embrio mengubah PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PT Jamsostek) menjadi Badan Jaminan

Sosial Nasional yang terdiri dari berbagai devisi menurut sasarannya. Dengan membangun

lembaga itu, setiap penganggur di Indonesia akan tercatat dengan baik dan mendapat perhatian

khusus. Secara teknis dan rinci, keberadaaan lembaga itu dapat disusun dengan baik.

Keempat, segera menyederhanakan perizinan karena dewasa ini terlalu banyak jenis

perizinan yang menghambat investasi baik Penanamaan Modal Asing (PMA), Penanaman Modal

Dalam Negeri (PMDN) dan investasi masyarakat secara perorangan maupun berkelompok. Itu

semua perlu segera dibahas dan disederhanakan sehingga merangsang pertumbuhan investasi

untuk menciptakan lapangan kerja baru.

Kelima, mengaitkan secara erat (sinergi) masalah pengangguran dengan masalah di

wilayah perkotaan lainnya, seperti sampah, pengendalian banjir, dan lingkungan yang tidak

sehat. Sampah, misalnya, terdiri dari bahan organik yang dapat dijadikan kompos dan bahan non-

organik yang dapat didaur ulang.

Page 4: s.5.Perekonomian Indonesia

Keenam, mengembangkan suatu lembaga antarkerja secara profesional. Lembaga itu dapat

disebutkan sebagai job center dan dibangun dan dikembangkan secara profesional sehingga

dapat membimbing dan menyalurkan para pencari kerja. Pengembangan lembaga itu mencakup,

antara lain sumber daya manusianya (brainware), perangkat keras (hardware), perangkat lunak

(software), manajemen dan keuangan. Lembaga itu dapat di bawah lembaga jaminan sosial

penganggur atau bekerja sama tergantung kondisinya.

Ketujuh, segera harus disempurnakan kurikulum dan sistem pendidikan nasional

(Sisdiknas). Sistem pendidikan dan kurikulum sangat menentukan kualitas pendidikan. Karena

itu, Sisdiknas perlu reorientasi supaya dapat mencapai tujuan pendidikan secara optimal.

Kedelapan, upayakan untuk mencegah perselisihan hubungan industrial (PHI) dan

pemutusan hubungan kerja (PHK). PHI dewasa ini sangat banyak berperan terhadap penutupan

perusahaan, penurunan produktivitas, penurunan permintaan produksi industri tertentu dan

seterusnya. Akibatnya, bukan hanya tidak mampu menciptakan lapangan kerja baru, justru

sebaliknya bermuara pada PHK yang berarti menambah jumlah penganggur.

Kesembilan, segera mengembangkan potensi kelautan kita. Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI) mempunyai letak geografis yang strategis yang sebagian besar berupa lautan

dan pulau-pulau yang sangat potensial sebagai negara maritim. Potensi kelautan Indonesia perlu

dikelola lebih baik supaya dapat menciptakan lapangan kerja yang produktif dan remuneratif.

Page 5: s.5.Perekonomian Indonesia

A. Kondisi Sumber Daya Manusia di Kalimantan Barat. Kondisi Sumber Daya Manusia di Kalimantan Barat haruslah kita lihat dari banyak aspek, yaitu aspek pendidikan pengetahuan dan keterampilan sikap mental atau perilaku dan aspek agama. Kondisi SDM dari berbagai aspek inilah yang tercantum dalam pesan-pesan GBHN akan saya jadikan acuan saya untuk memaparkan kondisi SDM yang ada di Kalimantan Barat. Pesan-pesan yang tertulis dalam GBHN tersebut adalah: 1. Manusia sebagai insan harus dibangun kehidupannya, sesuai dengan hakikat pembangunan. Untuk itu kualitas dan kemampunnya harus ditingkatkan untuk mengangkat harkat dan martabatnya. 2. Pembangunan yang dilakasanakan harus mewujudkan keadilan dan pemerataan. 3. Sasaran pembinaan adalah menciptakan kualitas manusia dan masyarakat yang maju dan mandiri, apabila manusianya berkualitas tinggi maka ekonomi masyarakat kuat. Oleh karenanya, titik berat pembangunan memang seharusnya diletakan dibidang ekonomi, tetapi harus seiring dengan perhatian pada peningkatan kualitas SDM-nya sebagai pelaku ekonomi. 4. Tumbuhnya sifat mandiri dalam diri manusia dan masyarakat tersebut dilakukan melalui pemberdayaan peningkatan peran serta, efisiensi dan produktivitas rakyat. Berdasarkan pesan tersbut diatas, apabila kita melihat indeks pembangunan manusia di Kalimantan Barat sangat jauh tertingal oleh provinsi-provinsi yang ada di Indonesia.Mengacu pada indicator indeks pembangunan manusia, pembinaan kualitas SDM juga sangat terkait erat dengan pembinaan kesehatan dan kesejahteraan sosial, pembinaan pendidikan dan pembinaan ekonomi. Berbicara mengenai situasi pembinaan dan kecenderungannya di Kalimantan Barat, secara keseluruhan ditemukan gambaran berdasarkan Data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2000, sebagai berikut: 1. Pertumbuhan penduduk di Kalimantan Barat sudah mulai menurun dalam dua decade terakhir. Pertumbuhan penduduk yang rendah ini terkait erat dengan semakin tingginya usia perkawinan, jumlah anak yang berkurang dalam keluarga dan turunnya tingkat melahirkan. Penurunan tingakat kesuburan di antara perempuan usia 20-29 tahun mengidikasikan suksenya program keluarga berencana dan meningkatnya jumlah wanita masuk ke dalam angkatan kerja. 2. Disektor pendidikan tingkat partisipasi sekolah dasar meningkat tajam selama 20 tahun terakhir. Perkembangan dunia pendidikan di Kalimanatan Barat tampaknya cukup mengembirakan dan ini merupakan dukungan yang positif untuk pelaksanaan program wajib belajar pendidikan dasar Sembilan tahun sekaligus peningkatan mutu SDM. Indikator keberhasilan tersebut dapat kita ukur melalui perkembangan prasarana SD dan SMP yang ternyata terus bertambah. Pertambahan sekolah tersebut adalah sebagai konsekuensi dari pertambahan murid yang setiap tahunnya cukup besar. Sehubungan dengan itu, jumlah guru juga harus ditambah. Tetapi untuk jenjang pendidikan menengah atas jumlah sekolah mengalami penurunan. Dari sini jelas angka anak putus sekolah juga masih sangat tinggi. 3. Untuk bidang Kesehatan, masih adanya ketimpangan hasil pembangunan antar daerah dan golongan, derajat kesehatan masyarakat yang masih tertinggal dibadingkan dengan provinsi-provinsi lain, dan kurangnya kemandirian dalam pembinaan kesehatan. Kondisi tersebut diatas harus menjadi dasar penerapan kebijakan pemerintah daerah, termasuk pertimbangan keuangan dan alokasi anggaran umum maupun anggaran khusus, agar implementasi otonomi daerah di bidang kependudukan kesehatan dan pendidikan di Kalimantan Barat berjalan sesuai yang diharapkan. B. Permasalahan yang dihadapi dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia Pokok permasalahannya adalah kepemimpinan pemerintah daerah dan masyarakat memerlukan pembinaan SDM yang berkualitas sebagai pelaksana pembagunan agar mampu dan tangguh untuk mewujudkan tujuan nasional memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dalam pri kehidupan kebangsaan yang bebas, merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Permasalahan yang dihadapi dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia di Kalimantan Barat terkait dengan dua elemen penting dalam Negara kesatuan Republik Indonesia ini, yaitu Pemerintah dan Masyarakat. 1. Pemerintah Permasalahan yang diahadapi pemerintah dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia di

Page 6: s.5.Perekonomian Indonesia

Kalimantan Barat sangat kompleks yang salah satunya ialah adanya ketidaksesuaian program pemerintah pusat, pemerintah daerah, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Pegawai Negeri.Kegagalan pemerintah sering terjadi karena memaksakan pemecahan masalah yang seragam kepada masyarakat yang realitanya terdiri dari kelompok-kelompok yang beragam.Pemerintah juga mengalami kendala dalam beberapa hal sebagai berikut : a. Demokrasi yang Perematur. Kondisi multipartai belum mampu membawa suara asprasi rakyat karena perwakilan partai politik di MPR/DPR lebih mementingkan kepentingan sempit golongan dari pada kepentingan peningkatan SDM masyarakat di Kalimantan Barat. Masyarakat sendiri belum siap untuk memasuki proses demokrasi dalam kondisi keterbelakangan yaitu kemiskinan dan pendidikan rendah. Kualitas SDM yang menjadi wakil rakyat maupun pemimpin daerah masih memprihatinkan karena dipilih dari anggota partai yang kemampuannya tidak memenuhi fungsi sebagai pemimpin dan penyelenggara pembagunan. b. Tekanan Ekonomi Makro Ketidakmampuan pemerintah untuk melepaskan ketergantungan kepada IMF diperparah dengan tidak jelasnya agenda restruktur ekonomi. Akibatnya nilai tukar rupiah terhadap USD telah menebus nilai psikologis Rp. 10.000,- per USD dan semakin merterpurukan daya beli masyarakat. c. Tetap Suburnya Praktek KKN. Banyaknya praktek KKN didalam pemerintahan, bahkan disinyalir bergeser dari istana ke legiselatif dan daerah akan menyulitkan pengembalian kepercayaan Negara sahabat di ASEAN dan calon-calon investor yang ingin menanamkan modalnya di daerah kita. d. Belum Tegaknya Supermasi Hukum Hal ini jelas dari maraknya keberanian masyarakat melakukan tindakan yang melawan hukum. Di lainpihak banyak pelanggaran hukum tidak ditindak bahkan terkesan dilindungi jika melibatkan anggota masyarakat yang memiliki kekuasaan atau memiliki kekayaan. 2. Masyarakat Masyarakat pada dasarnya bersifat majemuk, di mana kekuasaan dan pembagunan tidak terdistribusi secra merata dan akses keberbagaian sumber daya tidak sama. Komunikasi dan kerjasama diantara masyarakat yang majemuk dan aparat perencana pembagunan SDM tidak ada. Masyarakat di lapisan bawah tidak tahu apa yang diperlukannya atau bagaimana memperbaiki nasibnya. Ketergantungan masyarakat kepada bantuan pemerintah untuk mengembangkan diri juga menjadi salah satu permasalahan dalam mengembangkan SDM di Kalimantan Barat.Ketergantungan ini membunuh daya kereatifitas masyarakat yang majemuk dan berakibat pada SDM pada suatu masyarakat. Sistem sosial dalam masyarakat juga masih tradisonal, yang mempunyai arti pergaulan hidup manusia dalam masyarakat masih tertutup terhadap imformasi dari luar yang akan mengarakan masyarakat tersebut untuk menikatkan SDM-nya.Salah satu penghalang dalam meningkatkan SDM dalam masyarakat, yang dimana lemahnya pemahaman masyarakat terhadap biokrasi kepemerintahan dan kecendrungan oraganisasi-organisasi dalam masyarakat tidak dapat berbuat banyak dalam menikatkan SDM dalam masyarakat itu sendiri. C. Usaha yang sudah dilakukan untuk meningkatkan SDM di Kal-Bar. a. Pemerintah. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk menikatkan SDM di Kal-Bar antara lain: 1. Kebijakan Otonomi Daerah. Kebijakan ini memberi peluang pelaksanaan pembinaan Kualitas SDM baik pengendalian kuantitas, peningkatan kualitas manapun mobilitas penduduk.Pemerintah daerah mebutuhkan SDM yang berkualitas untuk mengelola sumber kekayaan alam dan potensi daerah lainnya untuk kesejahteraan masyarakat.Otonomi daerah juga memberi peluang semakin dekatnya pelayanan kebutuhan SDM setempat yang mungkin sangat spesifik local. 2. Kesepakatan global, regional dan nasional. Menghadapi persaingan global, pemerintah daerah harus menyaipkan SDM yang berdaya saing tinggi.Pemerintah telah mempunyai komitmen dalam kesepakatan global tentang SDM generasi mendatang. Adanya dana hibah dari luar negeri merupakan hasil kesepakatan untuk menikatkan SDM masyarakat. 3. Amandemen perubahan UUD 1945 Ditambahkanya pasal tambahan tentang Hak Asasi Manusia memberikan peluang kepada pemeritah pusat dan daerah untuk membangkitkan kesadaran setiap warga Negara untuk senantiasa mengembangkan diri untuk pemenuhan kebutuhan dasar dan penigkatan

Page 7: s.5.Perekonomian Indonesia

SDM. 4. Visi Pemerintah Daerah Visi yang dimiliki pemerintah daerah Kalimantan Barat, yaitu: “Terwujudnya masyarakat Kalimantan Barat yang beriman, sehat, cerdas, berbudaya, dan sejahtra”. Paradigma baru pembagunan masyarakat yang berwawasan pembinaan tercantum dalam visi tersebut yang mempunyai artinya dalam jangka panjang semua kegiatan pembangunan memperhatikan berbagai aspek kehidupan masyarakat untuk mencapai masyarakat yang sejahtera dan mempunyai SDM berkualitas. b. Masyarakat.Upaya yang dilakukan masyarakat untuk menigkatkan SDM-nya, antaralain: 1. Kesadaran Masyarakat terhadap Ideologi Bangsa yaitu Pancasila. Dimana masyarakat terlibat dalam mengamalkan elemen-elemen yang ada dalam pancasila, yaitu masyrakat yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, cinta tanah air, cerdas dan terampil, berdisiplin tinggi, produktif, kreatif, inovatif, tangguh dan berorientasi kepada peningkatan SDM. 2. Adanya kesetiakawanan dalam Masyarakat. Kesetiakawanan dalam masyarakat merupakan upaya yang diciptakan masyarakat untuk menigkatkan SDM. Masyarakat berinteraksi sosial dengan masyarakat lainnya dalam kehidupan keluarga, pemukiman, pekerjaan, dan kehidupan formal dalam organisasi pemerintah, organisasi sosial kemasyarakatan merupakan wujud kesetiakawanan dalam masyarakat untuk meningkatkan SDM. 3. Keikutsertaan dalam Pemberdayaan Masyarakat. Masyarakat berperanserta dalam pembangunan masyarakat baik yang berupa fisik maupun berupa pembangunan dalam peningkatan SDM. 4. Melestarikan Adat Budaya dalam Masyarakat. Dalam komunitas adat Budaya merupakan factor perekat persatuan dan kesatuan bangsa yang cukup dominan.Kebudayaan masyarakat yang sedemikian khas sebagi perpaduan dari keberagaman budaya daerah adalah kekayaan bagsa yang tak ternilai.Melestarikan Adat Budaya dalam masyarakat merupakan upaya pembagunan SDM, yang dimana nilai-nilai yang terkandung didalam Adat Budaya tersebut salah satu penunjang pembangunan SDM suatu masyarakat. D. Upaya yang harus dilakukan dalam Meningkatkan SDM menurut Saya. Untuk meningkatkan SDM di Kalimantan Barat, selain beberapa factor yang telah pemerintah dan masyarakat lakukan seperti yang sudah uraikan diatas, ialah melalui pendekatan etika dan moral yang melibatkan peran agama dalam masyarakat.Dan juga kita harus bisa mengkontekstualisasikan pembinaan SDM melalui pendekatan budaya setempat atau budaya local yang ada di wilayah Kalimantan Barat.Berbicara mengenai pendekatan kontektualisasi budaya berarti kita harus berusaha memahami budaya yang menunjang dalam pengembangan SDM masyarakat tersebut. Selain itu juga Pembinaan kulitas SDM yang sehat, mandiri, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi dan berdisiplin haruslah dilakukan sejak dini supaya Kalimatan Barat mempunyai Indeks Pembangunan Manusia yang mampu bersaing dengan daerah lainnya. E. Penutup. Masyarakat suatu daerah haruslah mampu memiliki kualitas SDM yang tinggi.Kualitas Sumber Daya Manusia adalah mutu potensi manusia dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang mempunyai nilai ekonomi dan budaya untuk peroses peningkatan kemajuan suatu daerah. Kinerja pemarintah dan masyarakat mempunyai pengaruh yang besar bagi terselengaranya kehidupan masyarakat yang mempunyai SDM yang tinggi.Sampai saat ini kinerja pemerintah daerah masih memperihatinkan, walaupun sudah bayak hal yang dilakukan untuk meningkatkan SDM di Kalimantan Barat, tetapi banyak mengalami benturan dan tidak membumi.Upaya yang harus dilakukan pemerintah dan masyarakat secara bersama-sama, ialahmelalui pendekatan etika dan moral yang melibatkan peran agama dalam masyarakat.Dan juga kita harus bisa mengkontekstualisasikan pembinaan SDM melalui pendekatan budaya setempat atau budaya local yang ada di wilayah Kalimantan Barat.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/loyok/potensi-sumber-daya-manusia-sdm-dan-permasalahannya-di-kalimantan-barat_552fce776ea834d33f8b45b4

Page 8: s.5.Perekonomian Indonesia

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Melalui Pendidikan

1. Pendahuluan Prioritas pembangunan nasional diletakkan pada bidang ekonomi seiring dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), terlebih dalam menghadapi era globalisasi, khususnya perdagangan bebas di kawasan ASEAN 2003 dan di kawasan Asia-Pasifik 2020, yang diwarnai dengan persaingan yang ketat dan menentukan jati diri suatu bangsa di antara bangsa-bangsa maju lainnya di dunia. Dalam mengisi otonomi daerah, peningkatan kualitas SDM mutlak diperlukan. Hal ini terbukti dengan banyaknya dibuka program-program pendidikan lanjutan seperti Pascasarjana (S2/S3) dalam berbagai bidang studi yang pada tahun 1990-an hanya ada di ibu kota (Jakarta) dan kota-kota besar di pulau Jawa.

Era globalisasi membuka mata kita untuk melihat ke masa depan yang penuh tantangan dan persaingan. Era kesejagatan yang tidak dibatasi waktu dan tempat membuat SDM yang ada selalu ingin meningkatkan kualitas dirinya agar tidak tertinggal dari yang lain.

Kebijakan pembangunan nasional dengan berpegang pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah membawa perubahan strategik pada kualitas SDM yang diperlukan setiap daerah untuk dapat bersaing secara positif dengan daerah lain di Indonesia. Berbagai upaya perlu dilakukan untuk mewujudkan kualitas SDM. Pendidikan merupakan salah satu upaya utama untuk mengimplikasikan keinginan tersebut, namun juga memerlukan waktu yang cukup lama dan biaya yang besar. Berbagai jenis dan jenjang pendidikan ditawarkan oleh pemerintah. Peningkatan kualitas SDM merupakan tanggung jawab semua pihak. Dengan demikian, pembangunan di bidang pendidikan merupakan salah satu keberhasilan suatu negara/daerah.

Pemerintah, khususnya Depdiknas, sejak PJP I telah mengatur strategi dasar dalam pengembangan SDM melalui pemerataan, relevansi, dan kualitas serta manajemen pendidikan. Ditambah dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Daerah bagi Propinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), diatur setiap lini dengan kurikulum yang bernuansa Islami, mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai ke jenjang pendidikan tinggi. Dengan demikian, diharapkan kualitas SDM akan meningkat, baik segi intelektual, moral, maupun spiritual.

Beberapa argumentasi di atas, dalam menghadapi kesejagatan liberalisasi ekonomi pada awal abad ke-21, khususnya kawasan ASEAN 2003 dan Asia-Pasifik 2020, menyambut Otonomi Daerah 1999 dan Otonomi Khusus 2001, memberi indikasi bahwa sudah saatnya kualitas pendidikan memperoleh penekanan yang lebih serius dalam rangka peningkatan kualitas SDM.

Artikel ini mencoba mengungkapkan pemikiran yang menawarkan konsep-konsep peningkatan kualitas SDM dalam memasuki era globalisasi dan mengisi era otonomi daerah. Pemikiran konseptual ini akan dapat diimplikasikan secara kontekstual setelah diadakan penelitian yang mendalam dan objektif.

2. Kajian Teori

Pendidikan adalah salah satu sarana untuk meningkatkan kualias SDM. Untuk meningkatkan

Page 9: s.5.Perekonomian Indonesia

efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan, perlu ditingkatkan kualitas manajemen pendidikan. Berkaitan dengan masalah ini, Engkoswara (2001:5) menyebutkan bahwa “Manajemen Pendidikan yang diharapkan menghasilkan pendidikan yang produktif, yaitu efektif dan efisien, memerlukan analisis kebudayaan atau nilai-nilai dan gagasan vital dalam berbagai dimensi kehidupan yang berlaku untuk kurun waktu yang cukup di mana manusia hidup.”

Kualitas pendidikan dapat dilihat dari nilai tambah yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan, baik produk dan jasa maupun pelayanan yang mampu bersaing di lapangan kerja yang ada dan yang diperlukan. Peningkatan kualitas SDM dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas pendidikan. Sehubungan dengan masalah ini, Supriadi (1996:54) mengemukakan bahwa “Agar pendidikan dapat memainkan perannya maka harus terkait dengan dunia kerja, artinya lulusan pendidikan semestinya memiliki kemampuan dan keterampilan yang relevan dengan tuntutan dunia kerja. Hanya dengan cara ini, pendidikan mempunyai kontribusi terhadap ekonomi.”

Mengenai relevansi pendidikan dalam arti adanya kesepadanan sebagaimana ditawarkan Djoyonegoro (1995:5) dalam bentuk link and match, pada kenyataannya pendidikan telah sesuai dengan keperluan masyarakat yang sedang membangun. Pendidikan sampai saat ini dianggap sebagai unsur utama dalam pengembangan SDM. SDM lebih bernilai jika memiliki sikap, perilaku, wawasan, kemampuan, keahlian serta keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan berbagai bidang dan sektor. Pendidikan merupakan salah satu alat untuk menghasilkan perubahan pada diri manusia. Manusia akan dapat mengetahui segala sesuatu yang tidak atau belum diketahui sebelumnya. Pendidikan merupakan hak seluruh umat manusia. Hak untuk memperoleh pendidikan harus diikuti oleh kesempatan dan kemampuan serta kemauannya. Dengan demikian, dapat dilihat dengan jelas betapa pentingnya peranan pendidikan dalam meningkatkan kualitas SDM agar sejajar dengan manusia lain, baik secara regional (otonomi daerah), nasional, maupun internasional (global).

Berbagai fenomena kehidupan dalam segala dimensi, baik sosial, budaya, ekonomi, maupun politik yang terjadi di sekitar kita menunjukkan gambaran yang semakin jelas bahwa sesungguhnya apa yang kita miliki akhirnya akan menjadi tidak berarti apabila kita tidak mampu memanfaatkannya. Hal ini bermula dari persoalan rendahnya kualitas SDM.

Tinggi rendahnya kualitas SDM antara lain ditandai dengan adanya unsur kreativitas dan produktivitas yang direalisasikan dengan hasil kerja atau kinerja yang baik secara perorangan atau kelompok. Permasalahan ini akan dapat diatasi apabila SDM mampu menampilkan hasil kerja produktif secara rasional dan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang umumnya dapat diperoleh melalui pendidikan. Dengan demikian, pendidikan merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan kualitas SDM.

Sanusi (1998:7) mengemukakan ”Jika abad silam disebut abad kualitas produk/jasa, maka masa yang akan datang merupakan abad kualitas SDM. SDM yang berkualitas dan pengembangan kualitas SDM bukan lagi merupakan isu atau tema-tema retorik, melainkan merupakan taruhan atau andalan serta ujian setiap individu, kelompok, golongan masyarakat, dan bahkan setiap bangsa.”

Pengembangan SDM adalah proses sepanjang hayat yang meliputi berbagai bidang kehidupan, terutama dilakukan melalui pendidikan. Jika dilihat dari sudut pandang ekonomi, peningkatan kualitas SDM lebih ditekankan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan

Page 10: s.5.Perekonomian Indonesia

teknologi yang dibutuhkan oleh dunia kerja dalam upaya peningkatan efisiensi dan efektivitas proses produksi dan mempertahankan keseimbangan ekonomi.

Sehubungan dengan pengembangan SDM untuk peningkatan kualitas, Kartadinata (1997:6) mengemukakan bahwa “Pengembangan SDM berkualitas adalah proses kontekstual, sehingga pengembangan SDM melalui upaya pendidikan bukanlah sebatas menyiapkan manusia yang menguasai pengetahuan dan keterampilan yang cocok dengan dunia kerja pada saat ini, melainkan juga manusia yang mampu, mau, dan siap belajar sepanjang hayat.”

Program peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan akan memberi manfaat pada organisasi berupa produktivitas, moral, efisiensi, efektivitas, dan stabilitas organisasi dalam mengantisipasi lingkungan, baik dari dalam maupun ke luar organisasi yang selalu berubah mengikuti perkembangan zaman. Perencanaan SDM yang berkualitas, dalam Malaysia’s 2020 (1995), sebagaimana yang dikutip Kartadinata (1997:7) merumuskan beberapa kecenderungan yang terjadi dalam masyarakat global yang perlu menjadi bahan pertimbangan dalam pengembangan kualitas SDM. Kecenderungan tersebut adalah: (1) Dibandingkan dengan dasawarsa 1970-an dan 1980-an, tiga dasawarsa mendatang diperkirakan akan terjadi eksplosi yang hebat, terutama yang menyangkut teknologi informasi dan bioteknologi. Dalam konteks peningkatan kualitas SDM, implikasi yang dapat diangkat adalah para ilmuwan harus bekerja dalam pendekatan multidisipliner dan adanya program pendidikan berkelanjutan (S2/S3), dan (2) Eksplosi teknologi komunikasi yang semakin canggih dapat mempersingkat jarak dan mempercepat perjalanan. Hal ini akan membuat bangsa yang mempunyai kemampuan dan pengetahuan yang relevan dan menguasai teknologi baru secara substantif mampu meningkatkan produktivitasnya.

Hasil pemikitan di atas menghadapkan kita pada arah, tantangan, dan tuntutan umum pendidikan dalam kehidupan abad ke-21 sebagai masa depan suatu lembaga. Sehubungan dengan masalah ini, UPI (dulu IKIP Bandung 1997:9) membuat kajian tentang arah, tantangan, dan tuntutan abad ke-21 dalam peningkatan kualitas SDM. Hasil dari kajian tersebut adalah sebagai berikut: (1) Pendidikan adalah modal dasar pembangunan bangsa yang terarah pada upaya memberdayakan seluruh potensi manusia Indonesia, baik yang menyangkut nilai-nilai intrinsik, instrumental maupun transedental; (2) Pendidikan mencakup target khalayak yang amat luas yang mengandung sasaran, tujuan, dan kepentingan yang berbeda-beda dan menuntut suasana yang bervariasi serta multymethods dan multymedia; (3) Fungsi pendidikan akan terarah pada upaya mendorong orang untuk belajar aktif dan memberdayakan semua potensi yang ada pada dirinya; (4) Produk pendidikan yang berwujud SDM harus menampilkan kualitas yang mandiri dan mengandung keunggulan, baik komparatif maupun kompetitif, baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional; (5) Kualitas organisasi (lembaga), kualitas manajemen, dan kualitas kepemimpinan menjadi tuntutan yang semakin luas, terbuka, dan menghendaki ketertiban pada semua unsur yang terarah untuk mencapai pendidikan yang berkualitas pada gilirannya akan mencapai kualitas SDM yang makin baik dan merata; dan (6) Pengembangan sikap sadar teknologi dan sains dan peningkatan kualitas diri para pendidik dan staf adalah hal yang mutlak perlu ditanamkan dan akan digunakan sebagai sarana dalam menyiapkan SDM yang berwawasan teknologi dan memiliki kesiapan belajar sepanjang hayat.

Program peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan akan memberikan manfaat pada lembaga berupa produktivitas, moral, efisiensi kerja, stabilitas, serta fleksibilitas lembaga dalam mengantisipasi lingkungan, baik dari dalam maupun ke luar lembaga yang bersangkutan. Fungsi dan orientasi pendidikan dalam peningkatan kualitas SDM telah dibuat

Page 11: s.5.Perekonomian Indonesia

dalam suatu kebijakan Depdiknas (2001:5) dalam tiga strategi pokok pembangunan pendidikan nasional, yaitu: (1) pemerataan kesempatan pendidikan, (2) peningkatan relevansi dan kualitas pendidikan, dan (3) peningkatan kualitas manajemen pendidikan. Untuk melaksanakan ketiga strategi pokok pembangunan pendidikan tersebut di atas, seyogianya dilihat bagian-bagian sistem pendidikan nasional dalam kaitannya dengan orientasi masing-masing dan dijabarkan dalam rencana dan prioritas pembangunan pendidikan.

Titik tolak pemikiran mengenai orientasi pendidikan nasional adalah: (1) mencerdaskan kehidupan bangsa, (2) mempersiapkan SDM yang berkualitas, terampil, dan ahli yang diperlukan dalam proses memasuki era globalisasi dan otonomi daerah, dan (3) membina dan mengembangkan penguasaan berbagai cabang keahlian ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dalam membicarakan peningkatan kualitas SDM dewasa ini, ada dua sisi yang perlu dilihat secara lebih spesifik, yaitu peningkatan kualitas SDM di era globalisasi dan peningkatan kualitas SDM di era otonomi daerah.

2.1 Peningkatan Kualitas SDM Era Globalisasi

Dalam masyarakat modern seperti sekarang ini, terlebih lagi dalam menuju era globalisasi, kita dituntut agar mampu menghadapi persaingan yang makin kompetitif, baik di dalam maupun di luar negeri. Salah satu cara untuk mengantisipasi persaingan yang makin kompetitif tersebut adalah melalui peningkatan kualitas SDM yang komprehensif.

Pemerintah Republik Indonesia dalam menghadapi era globalisasi telah merencanakan peningkatan kualitas SDM secara konseptual. Hal ini dituangkan dalam GBHN 1998 yang berbunyi “Peningkatan kualitas SDM sebagai pelaku utama pembangunan yang mempunyai kemampuan memanfaatkan, mengembangkan, serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dan tetap dilandasi oleh motivasi serta kendali keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Globalisasi makin mendorong peluang terbukanya pasar internasional; bagi produk barang dan jasa (pendidikan).”

Selanjutnya, Siagian (1998:96) mengemukakan bahwa SDM abad ke-21 ditandai oleh “Salah satu segi kehidupan yang timbul ke permukaan dewasa ini dengan gaung yang lebih kuat dibandingkan masa lalu adalah peningkatan kualitas hidup umat manusia. Kualitas hidup pada dasarnya bermuara pada pengakuan atas harkat dan martabat manusia.”

Setelah menelaah beberapa uraian di atas, jelaslah bahwa untuk melaksanakan tugas di masa depan diperlukan SDM yang berkualitas. Hal ini sesuai dengan ungkapan Kartadinata (1997:4) berikut ini, yaitu “SDM berkualitas yang harus disiapkan untuk memasuki abad ke-21 adalah SDM yang mampu melakukan life long learning.” Hal ini tampak dengan jelas pada sebagian SDM kita yang terus-menerus menimba ilmu dengan tidak memikirkan usia. Makin tua usia SDM tersebut, makin matang pula cara berpikirnya, ini dibantu oleh pengalaman yang banyak, baik di dalam maupun di luar dinas.

2.2 Peningkatan Kualitas SDM Era Otonomi Daerah

Otonomi daerah merupakan dambaan masyarakat Indonesia dewasa ini di setiap daerah. Masyarakat NAD memperoleh anugerah dalam rangka otonomi daerah dengan otonomi khusus, yang berarti agak berbeda dengan daerah lain di Indonesia. Perbedaan (kekhususan) ini bukanlah suatu hal yang mudah karena memerlukan penanganan yang profesional dari

Page 12: s.5.Perekonomian Indonesia

SDM yang ada di daerah. Timbul pertanyaan, apakah daerah yang diberi otonomi khusus ini sudah siap dalam pengertian yang luas, terutama SDM-nya?

Otonomi khusus untuk NAD diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 yang disebut dengan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Sebelumnya, Aceh disebut dengan Daerah Istimewa, yang tidak ada bedanya dengan daerah lain di Indonesia. Dalam otonomi khusus ini, hal yang berbeda adalah tentang biaya pendidikan. Hal ini dimuat dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2000 pasal 7 ayat (2) yaitu: “Sekurang-kurangnya 30 persen pendapatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) huruf (a), ayat (4) dan ayat (5) dialokasikan untuk biaya pendidikan di NAD”. Dengan adanya peningkatan/kenaikan biaya pendidikan yang mencukupi kebutuhan, maka diharapkan peningkatan kualitas dapat dilaksanakan dengan mudah. Hal ini masih merupakan harapan semua pihak, tetapi kenyataannya belum dapat diketahui (memerlukan penelitian yang akurat dan berlanjut).

Fattah (2000:6) menyebutkan bahwa “SDM terdiri dari dua dimensi, yaitu dimensi kualitatif dan dimensi kuantitatif.” Dimensi kualitatif adalah terdiri atas prestasi tenaga kerja yang memasuki dunia kerja dalam jumlah waktu belajar, sedangkan dimensi kuantitatif mencakup berbagai potensi yang terkandung pada setiap manusia, antara lain pikiran (ide), pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang memberi pengaruh terhadap kapasitas kemampuan manusia untuk melaksanakan pekerjaan yang produktif. Jika pengeluaran untuk meningkatkan kualitas SDM ditingkatkan, nilai produktivitas dari SDM tersebut akan menghasilkan nilai balik (rate of return) yang positif.

Dalam upaya peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan perlu diadakan beberapa pendekatan, yaitu:

(1) Pendekatan Religius. Dalam mengisi otonomi khusus NAD, telah disusun kurikulum dari jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi dengan kurikulum yang bernuansa Islami yang diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan. Bergerak dari kurikulum sekolah yang bernuansa Islami, dengan proses pendidikan yang Islami, akan dihasilkan output yang Islami pula. Output pendidikan yang Islami akan melahirkan SDM yang Islami dan dapat mengisi setiap lowongan kerja/jabatan yang ada di NAD, sehingga diharapkan setiap lini akan menghasilkan pekerjaan yang Islami, yaitu pekerjaan yang sesuai dengan firman Allah swt dalam Al Qur’an yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya, dan jangan kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (Al Qur’an Surat Al Baqarah 208). Dari ayat di atas jelaslah bahwa SDM Islam harus melaksanakan segala segi kehidupan dengan pekerjaan yang Islami, tidak boleh sepotong-potong (masuklah ke dalam Islam secara kaffah/keseluruhan) karena segala segi kehidupan itu saling berkaitan antara satu dengan lainnya. Dalam ayat lain Allah swt berfirman, yang artinya “Kamu adalah sebaik-baik umat yang diturunkan untuk manusia. Kamu mengajak yang makruf dan melarang yang mungkar serta beriman kepada Allah” (Al Qur’anulkarim Surat Ali Imran 110). Dalam ayat di atas ditegaskan bahwa umat Islam (SDM Islam) adalah sebaik-baik umat dalam menjalankan misinya sebagai khalifah di muka bumi. Dalam ayat itu ditegaskan pula SDM wajib mengerjakan yang disuruh dan meninggalkan yang dilarang oleh agama jika ingin mendapat Rahmat Allah swt. Siapakah yang tidak ingin memperoleh rahmat Alllah swt? Jika ingin memperoleh rahmat Allah swt bekerjalah sesuai dengan aturan yang berlaku. Adalah kewajiban bagi umat muslim (SDM muslim) untuk menanggapi pengakuan Allah swt, apakah akan disambut dengan sikap tidak peduli atau

Page 13: s.5.Perekonomian Indonesia

ditanggapi dengan rasa tanggung jawab yang tinggi atas rahmat Allah swt. Selanjutnya, hadis Nabi Besar Muhammad saw dari Abdullah yang meriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda “Sesungguhnya kebenaran membawa kebaikan dan sesungguhnya kebaikan membawa kepada syurga. Dan sesungguhnya seseorang yang berkata benar hingga ia menjadi orang yang dapat dipercaya. Dan sesungguhnya kebohongan membawa kejahatan dan kejahatan membawa kepada neraka. Dan sesungguhnya seseorang yang berdusta hingga ia ditetapkan di sisi Allah sebagai seorang pendusta,” Hadis Shahih Bukhari (Hussein Bahreisy, 1980:348). Dari hadis di atas jelaslah kepada kita bahwa seseorang (SDM) yang bekerja secara Islami akan selalu jujur dalam pekerjaan, karena resiko seseorang (SDM) berdusta dalam kehidupannya adalah neraka. Setiap umat Islam akan sangat takut kepada neraka. Untuk melahirkan SDM yang Islami, harus dididik oleh pendidik yang Islami pula. Timbul pertanyaan, sudah siapkan SDM yang Islami untuk mengisi setiap lini? Dalam pendekatan religius ini, GBHN 1998 menekankan pada “kendali keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.” Bergerak dari pendekatan ini, SDM akan berkiprah di bidangnya dalam bentuk kualitas yang tinggi untuk melaksanakan tanggung jawabnya yang besar.

(2) Pendekatan Politik. Telah umum diketahui bahwa terlepas dari sistem politik yang dianut oleh suatu negara, salah satu tujuan negara adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Dalam konteks kehidupan kenegaraan, kesejahteraan masyarakat tidak lagi dibatasi pada kesejahteraan fisik yang terwujud pada kemakmuran ekonomi yang semakin merata, tetapi juga kesejahteraan mental spiritual. Bahkan, kesejahteraan dimaksud dewasa ini sering dikaitkan dengan kualitas hidup umat manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya yang tidak hanya diikuti, akan tetapi juga dijunjung tinggi.

(3) Pendekatan Ekonomi. Krisis ekonomi yang berkepanjangan dan seakan-akan tak kunjung reda di negara kita berdampak sangat buruk bagi peningkatan kualitas SDM. Banyak anggota masyarakat (SDM) yang merupakan aset suatu negara tidak dapat melanjutkan studi (pendidikan) ke jenjang lebih tinggi karena ketidakmampuan ekonominya. Hal ini akan dapat diatasi apabila pengambil kebijakan dalam mengelola pembiayaan pendidikan lebih arif dan bijaksana dalam mengelola biaya pendidikan yang tersedia. Mereka hendaknya membantu SDM yang betul-betul membutuhkan, sehingga bantuan itu sangat bermanfaat. Pada kenyataannya, SDM yang tidak membutuhkan bantuan (SDM yang mempunyai kemampuan ekonomi tinggi) juga memperoleh atau bahkan menginginkan bantuan tersebut. Ironis sekali bukan?

(4) Pendekatan Hukum. Salah satu indikator kehidupan masyarakat modern adalah makin tingginya kesadaran anggota masyarakat akan pentingnya keseimbangan antara kewajiban dan hak masing-masing. Instrumen utama untuk menjamin keseimbangan tersebut adalah kepastian hukum. Kualitas SDM dapat ditingkatkan dengan mematuhi hukum-hukum yang berlaku di negaranya. Dengan mematuhi hukum termasuk peraturan-peraturan di tempat ia bekerja, sehingga pelanggaran jarang terjadi atau bahkan tidak terjadi, kualitas SDM akan meningkat.

(5) Pendekatan Sosio-Kultural. Nilai-nilai budaya menentukan baik atau tidak baik dan benar atau salah. Dalam peningkatan kualitas SDM, nilai sosio-kultural merupakan suatu faktor yang sangat penting untuk diperhatikan. Seseorang (SDM) akan malu berbuat tidak baik karena masyarakat akan menilainya dan bahkan mengucilkannya jika seseorang terbukti berbuat hal-hal yang berbenturan dengan adat istiadat (budaya) suatu kelompok. Oleh sebab itu, budaya malu itu perlu dipupuk. Peningkatan kualitas tidak dapat dilakukan jika tidak ada yang mengikutinya.

Page 14: s.5.Perekonomian Indonesia

(6) Pendekatan Administratif/Manajerial. Salah satu ciri yang menonjol di abad ini adalah terciptanya berbagai jenis organisasi. Oleh sebab itu, manusia modern sering disebut manusia organisasional yang menjadi fokus administratif/manajerial. Apabila suatu pekerjaan dilaksanakan secara administratif/manajerial, maka efektivitas, efisiensi, dan produktivitas akan dapat dicapai dengan mudah. Dengan demikian, kualitas pun akan meningkat. Di dalam proses manajemen diperlukan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Apabila ketiga proses ini diikuti dengan benar, peningkatan kualitas akan dapat dicapai. Salah satu filsafat manajemen adalah mengurangi ketidakpastian. Jika memang itu benar, kualitas akan dapat ditingkatkan. Manajemen pendidikan adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana menata sumber daya, baik SDM maupun sumber daya lain untuk mencapai tujuan pendidikan. Untuk itu, penataan manajemen pendidikan sangat diperlukan dalam mencapai kualitas pendidikan yang akan berdampak positif pada peningkatan kualitas SDM.

3. Pembahasan

Sejumlah penelitian telah mengungkapkan bahwa antara pendidikan berkualitas dengan produktivitas mempunyai korelasi yang positif. Hal ini bermuara pada kualitas SDM yang akhirnya akan dapat memungkinkan produktivitas organisasi. Sarah Tang, sebagaimana dikutip Supriadi (1996:57), mengemukakan bahwa “Pertumbuhan ekonomi yang cepat di negara-negara Asia dan perubahan progresif dalam produksi menuju industri dan jasa berteknologi tinggi mengakibatkan meningkatnya tuntutan dari dunia usaha terhadap perlunya tenaga (SDM) yang terampil dan terdidik (berkualitas).”

Menelaah ungkapan di atas jelaslah bahwa SDM sebagai tenaga kerja sangat diperlukan keterampilannya dalam melaksanakan tugas peningkatan kualitas organisasi dan menunjang pertumbuhan ekonominya. Dalam hal ini pendidikan juga memegang peranan penting untuk pemecahan masalah tersebut.

Pengembangan SDM adalah proses sepanjang hayat yang meliputi berbagai bidang kehidupan, terutama dilakukan melalui pendidikan. Jika dilihat dari sudut pandang ekonomi, peningkatan kualitas SDM lebih ditekankan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi yang dibutuhkan oleh dunia kerja dalam upaya peningkatan efisiensi dan efektivitas proses produksi dalam mempertahankan keseimbangan ekonomi.

Dalam pembahasan ini, sehubungan dengan titik tolak pemikiran mengenai orientasi pendidikan nasional dapat dijelaskan sebagai berikut. Orientasi pendidikan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan amanat yang dituangkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam rangka mewujudkan pencapaian tujuan tersebut telah banyak kebijakan yang diambil oleh Pemerintah, baik di tingkat pendidikan dasar, pendidikan menengah, maupun pendidikan tinggi. Hal ini jelas terlihat dengan terealisasinya keinginan masyarakat untuk dapat meningkatkan diri dengan mengikuti jenjang pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi yaitu S2/S3. Animo masyarakat ini, khususnya di NAD dalam mengisi era otonomi daerah dan keinginan untuk menembus era globalisasi terlihat dengan jelas dalam wujud keinginan untuk belajar sepanjang hayat, terutama sekali di tingkat Magister (S2) dan Doktor (S3). Tidak sedikit SDM yang ingin meningkatkan kualitas dirinya. Walaupun harus membayar sendiri, mereka berlomba-lomba, sehingga lembaga penyelenggara kewalahan untuk menampungnya. Dengan kata lain, lembaga pendidikan dikalahkan oleh keinginan SDM tersebut dalam berbagai disiplin ilmu. Orientasi pendidikan adalah menyiapkan tenaga kerja (SDM) terdidik, terampil, dan terlatih (berkualitas) sesuai dengan kebutuhan pasar kerja

Page 15: s.5.Perekonomian Indonesia

dalam masyarakat. Hal ini merupakan implikasi Undang-Undang Nomor 2, Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 4 menjelaskan bahwa “Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggung jawab terhadap masyarakat dan bangsa.” Orientasi pendidikan juga adalah dalam rangka menyiapkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat bersaing dengan bangsa lain di dunia dalam era globalisasi.

Hasil penelitian yang dilakukan Bramley (1991:9) mengemukakan bahwa “Ada beberapa hasil efektif dari pendidikan untuk peningkatan kualitas SDM, yaitu: pencapaian tujuan, peningkatan kualitas sumber daya (SDM dan sumber daya lain), kepuasan pelanggan, dan perbaikan proses internal.”

Sebelumnya, Sutermeister (1976:3) mengemukakan bahwa “Perubahan dan peningkatan kualitas SDM dipengaruhi oleh pendidikan. Pendidikan diperhitungkan sebagai faktor penentu keberhasilan seseorang, baik secara sosial maupun ekonomi. Nilai pendidikan merupakan aset moral, yaitu dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dalam pendidikan merupakan investasi. Pandangan ini ditinjau dari sudut human capital (SDM sebagai unsur modal).”

4. Simpulan dan Saran

4.1 Simpulan

SDM merupakan suatu topik yang tak pernah habis dibicarakan. Secanggih apa pun teknologi yang dihasilkan, SDM-lah yang memegang peranan penting. Oleh sebab itu, peningkatan kualitas SDM merupakan suatu kebutuhan yang mendesak, baik dalam menuju era globalisasi maupun era otonomi daerah dan berlangsung terus-menerus.

Khusus di NAD, sudah diberlakukan Syariat Islam yang dideklarasikan pada 1 Muharam 1423 H bertepatan dengan 15 Maret 2002. Dalam pendidikan hal itu diimplikasikan lewat kurikulum yang bernuansa Islami di setiap jenjang dan jenis pendidikan, sehingga diharapkan akan dilahirkan SDM yang lebih berkualitas untuk mengisi lowongan kerja yang tersedia di setiap institusi.

Pendidikan berkelanjutan (S2/S3) merupakan salah satu alternatif dalam peningkatan kualitas SDM. Berbagai pendekatan perlu dilakukan agar peningkatan kualitas SDM ini terlaksana dengan baik dan cepat. Walaupun krisis ekonomi belum berlalu di negara kita, ditambah dengan gejolak politik yang seakan-akan tak kunjung reda, kehidupan ini berjalan terus tanpa henti. Kebutuhan demi kebutuhan terus diperlukan, tidak terkecuali kebutuhan akan pendidikan. Dalam menghadapi masalah ini berbagai kebijakan telah diambil oleh Pemerintah yang perlu disambut secara positif oleh SDM yang membutuhkan peningkatan kualitas dirinya dalam meneruskan kehidupannya. Tanpa kerja sama dua arah (Pemerintah dan SDM), suatu impian sulit untuk diwujudkan menjadi kenyataan.

4.2 Saran

Pada akhir tulisan ini, penulis mengemukakan beberapa saran yang barangkali ada

Page 16: s.5.Perekonomian Indonesia

manfaatnya bagi peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan. Adapun saran-saran

tersebut adalah sebagai berikut.

(1) Peningkatan kualitas SDM merupakan keharusan yang mutlak diperlukan dalam menghadapi era otonomi daerah. Oleh sebab itu, peningkatan kualitas SDM harus segera direalisasikan dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.

(2) Era globalisasi telah berada di pangkuan kita. Persaingan yang ketat merupakan tantangan yang makin berat. Untuk itu, tidak ada pilihan lain selain peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan berkelanjutan yang akan mampu menghadapi persaingan tersebut. Untuk ini, perlu diberi bantuan kepada SDM yang ingin meningkatkan kualitas dirinya, baik bantuan material, moral mapun spiritual.

(3) Biaya pendidikan untuk NAD meningkat cukup tinggi. Tanpa penanganan yang baik hal ini tidak ada artinya. Masyarakat sangat mengharapkan penataan yang baik agar dapat mencapai tujuan yang maksimal.

(4) Salurkan biaya pendidikan kepada SDM yang sangat membutuhkan di berbagai jenjang dan jenis pendidikan. Peningkatan kualitas SDM di tingkat pendidikan tinggi (S2/S3) membutuhkan biaya yang cukup besar. Untuk itu perhatian pemerintah sangat diharapkan, agar dambaan masyarakat bisa tercapai secara maksimal.

(5) Pendekatan-pendekatan yang dikemukakan di atas hendaknya benar-benar diperhatikan oleh pengambil kebijakan pendidikan dalam upaya peningkatan kualitas SDM di negara kita agar dapat mencapai tujuan yang optimal

Page 17: s.5.Perekonomian Indonesia

Cara Membuat Strategi Pengembangan SDMDownload Kamus KOMPETENSI SDM, Katalog KPI Lengkap Semua Fungsi dan Tabel SALARY GRADE disini

Strategi pengembangan SDM perlu dilakukan di era globalisasi seperti sekarang ini. Pengembangan SDM merupakan usaha yang dilakukan untuk membentuk manusia yang berkualitas dengan memiliki keterampilan, kemampuan kerja dan loyalitas kerja kepada suatu perusahaan ataupun organisasi.

Terkadang, tidak sedikit perusahaan yang menolak calon pegawai karena tidak memenuhi kualifikasi yang dimaksud. Selain itu, banyak perusahaan yang dibangun, namun SDM nya tidak tersedia atau kurang. Dalam era globalisasi ini, persaingan akan semakin ketat.

Era globalisasi seakan memberikan arus teknologi dan informasi serta mobilitas sumberdaya manusia dari satu tempat ke tempat lain. salah satu pengembangan SDM yang harus dilakukan adalah melalui pendidikan.

Pendidikan sangat penting dalam mengembangkan SDM karena pengetahuan akan diperoleh salah satunya dengan pendidikan. Orang yang tingkat pendidikannya rendah, cenderung tidak memiliki kemampuan dalam bekerja. Perusahaan pun pada dasarnya menyeleksi calon karyawan dilihat dari tingkat pendidikannya.

Di Indonesia sendiri, angka kemiskinan yang terjadi masih sangat tinggi. Salah satu faktor yang menyebabkannya adalah rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, sehingga tidak memiliki pekerjaan dan meningkatkan angka pengangguran.

Oleh karena itu, pemerintah mengupayakan adanya wajib belajar 9 tahun untuk membentuk SDM yang berkualitas di masa mendatang. Kemudian, masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah namun memiliki keterampilan, akan dikembangkan melalui UKM atau Usaha Kecil Menengah yang sekarang ini banyak dilakukan didesa-desa.

Strategi Pengembangan SDMStrategi pengembangan SDM pada dasarnya tidak hanya melalui pendidikan dan pengembangan keterampilan, namun ada banyak cara untuk mengembangkannya. Strategi pengembangan SDM menurut Jons, 1928 dalam Sarwono, 1993, antara lain :

Download Kamus KOMPETENSI SDM, Katalog KPI Lengkap Semua Fungsi dan Tabel SALARY GRADE disini 1. Melalui pelatihan.Pelatihan bertujuan untuk mengembangkan individu dalam bentuk peningkatan keterampilan, pengetahuan dan sikap.

Page 18: s.5.Perekonomian Indonesia

2. Pendidikan.Pengembangan SDM melalui pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja, dalam arti pengembangan bersifat formal dan berkaitan dengan karir.

3. Pembinaan.Pembinaan bertujuan untuk mengatur dan membina manusia sebagai sub sistem organisasi melalui program-program perencana dan penilaian, seperti man power planning, performance apparaisal, job analytic, job classification dan lain-lain.

4. Recruitment.Recruitment ini bertujuan untuk memperoleh SDM sesuai klasifikasi kebutuhan organisasi dan sebagai salah satu alat organisasi dalam pembaharuan dan pengembangan.

Jika Anda ingin mendapatkan update artikel-artikel inspiring tentang HR Management dan Personal Development langsung melalui BBM, silakan invite pin BBM saya di 5808 4D 68. Thanks. Yodhia Antariksa, MSc in HR Management.

5. Melaluui Perubahan sistem.Perubahan sistem memiliki tujuan untuk menyesuaikan sistem dan prosedur organisasi sebagai jawaban untuk mengantisipasi ancaman dan peluang faktor eksternal.

Dalam pengembangan SDM tidak boleh dilakukan secara sembarangan karena hal ini menyangkut kualitas SDM untuk sebuah organisasi atau perusahaan. SDM yang berkualitas akan membantu perusahaan untuk dapat lebih berkembang dan mencapai tujuan perusahaan.

Strategi Pengembangan SDM Pada PerusahaanPengembangan SDM tidak hanya dilakukan dikalangan masyarakat saja namun juga dilakukan di perusahaan dengan mengembangkan potensi karyawannya. Strategi pengembangan SDM yang dilakukan oleh perusahaan adalah :

1. Memberi kesempatan kepada karyawan untuk menyalurkan ide dan gagasanPerusahaan yang berkembang adalah perusahaan yang mau menerima ide dan gagasan dari para karyawannya. Dalam suatu perusahaan, karyawan juga berkontribusi dalam mengembangkan perusahaan atau sebagai roda penggerak suatu perusahaan.

Karyawan juga butuh dihargai dengan menyediakan tempat untuk mencurahkan semua ide dan gagasan yang mereka punya. Tidak dipungkiri bahwa karyawan juga memiliki ide dan gagasan yang lebih fresh dan lebih potensial. Dengan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk menyalurkan ide mereka, berarti membiarkan karyawan tersebut berkembang dan mengembangkan potensi yang mereka miliki.

Hilangkan sikap otoriter yang tidak ingin mendengarkan ide, gagasan ataupun saran dari karyawannya karena hal tersebut hanya akan membuat karyawan menjadi tidak berkembang dan kurang produktif serta membentuk karyawan sebagai sebuah mesin untuk bekerja.

2. Memberi penghargaan.Memberi penghargaan kepada karyawan merupakan salah satu strategi pengembangan SDM, mengapa?

Page 19: s.5.Perekonomian Indonesia

Karena pemberian penghargaan merupakan satu bentuk apresiasi yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawannya. Dengan adanya pemberian penghargaan kepada karyawan berprestasi, hal tersebut akan membuat karyawan lainnya termotivasi untuk dapat menjadi lebih baik. Hal tersebut akan memberi kontribusi besar terhadap perusahaan dalam mengembangkan perusahaannya.

3. Mengadakan pelatihan.Pelatihan dilakukan bukan semata-mata untuk pribadi karyawannya saja, namun juga perusahaannya. Perusahaan tidak akan berkembang tanpa karyawan yang memiliki keterampilan dan minat kerja yang tinggi. Dengan adanya pelatihan, diharapkan mampu menggali potensi para karyawan dan mengembangkan keterampilan yang mereka miliki.

Page 20: s.5.Perekonomian Indonesia

ABSTRAK

Peraturan Dalam Negeri No 59 tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah sebagai perubahan ke dua dari Permendagri No. 13 tahun 2003 memberi kewenangan daerah yang lebih tertib administrasi khususnya terkait dengan Pendapatan Daerah ( Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan Daerah yang sah). Kemampuann Daerah dalam menggali sumber-sumber Penerimaan PAD meliputi Pajak Daerah, Restribusi Daerah, hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah akan memberi dampak politis dan ekonomi yang lebih baik apabila diikuti oleh kinerja perangkatnya. Kalau saja pemerintah daerah (Pemda) mampu mengoptimalkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan meningkatkan kinerjanya, tentu peristiwa balita gizi buruk, kemiskinan, anak putus sekolah, bakal jarang kita dengar. Jika ada daerah yang mampu mewujudkannya, mengapa daerah yang lain tidak?”Strategi yang digunakan dalam peningkatan kinerja bagi daerah yang berhasil seperti misalnya : Kota Surabaya, Kabupaten Bantaeng, Sragen, Jembrana berkisar pada perubahan Budaya Kerja pelayanan prima, mengembalikan kepercayaan publik dan peningkatan potensi daerah. Akhirnya optimalisasi PAD harapannya ketergantungan dana Pusat dapat diminimalisir.

Kata Kunci : Potensi Pemerintah Daerah dan Kinerja Perangkat Daerah.

 

Pendahuluan

Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilaksanakan untuk memberikan kesempatan dan ruang gerak bagi upaya pengembangan demokratisasi dan kinerja pemda untuk peningkatan kesejahteraan rakyat. Kebijakan otonomi daerah memberi peluang bagi perubahan paradigma pembangunan yang semula lebih mengedepankan pencapaian pertumbuhan menjadi pemerataan dengan prinsip mengutamakan keadilan dan perimbangan. Sebagai daerah otonom, daerah memiliki kewenangan dan tanggungjawabnya untuk mengakomodasi kepentingan masyarakat luas. Dengan semangat perubahan paradigma tersebut, Pemda diharapkan mampu mengurus rumah tangganya sendiri. Kemandirian dalam mengelola kepentingan daerahnya sendiri telah menempatkan mereka dalam keadaan di mana mereka mampu bertindak lebih baik. Dan itu harus disertai dengan kemampuan daerah untuk mempertahankan dan meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan tersebut baik dari segi finansial, sumber daya manusia (SDM), maupun kemampuan pengelolaan manajemen pemerintah daerah.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara ,UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, , dan Peratuan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, yang ditindaklanjuti Peraturan Dalam Negeri Peraturan Dalam Negeri No 59 tahun 2007 perubahan ke dua dari Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun anggaran terdiri atas pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah. Sebagai Keuangan Daerah merupakan instrumen kebijakan pengelolaan APBD yang menduduki posisi sentral dalam upaya pengembangan kapabilitas dan efektivitas pemerintah

Page 21: s.5.Perekonomian Indonesia

daerah. APBD digunakan sebagai alat untuk menentukan besarnya pendapatan dan pengeluaran, membantu pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan, otorisasi pengeluaran di masa akan datang, sumber pengembangan ukuran standar untuk evaluasi kinerja, alat untuk memotivasi pegawai, dan alat koordinasi bagi semua aktivitas dari berbagai unit kerja. Sumber penerimaan daerah terdiri atas Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan, dan pendapatan lain yang sah.

Untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian daerah serta memperkuat struktur penerimaan daerah, mau tidak mau peranan PAD harus ditingkatkan, karena merupakan salah satu tolok ukur kemampuan dan cermin kemandirian daerah. Minimnya perolehan PAD masih dianggap sebagai hambatan dan ini harus segera dievaluasi secara sungguh-sungguh oleh masing-masing Pemerimntah Daerah dalam upaya peningkatan pelayanan dan fasilitas kepada masyarakat. Padahal, kurang efektif dan efisiennya target untuk mencapai realita pemenuhan kebutuhan masyarakat merupakan salah satu hal yang menjadi pangkal permasalahan kurang tercapainya pendapatan daerah.

Mengurai Benang Kusut

Analisis potensi sektor unggulan dalam pengembangan ekonomi dan investasi daerah harus diidentifikasi secara menyeluruh dan komprehensif mulai dari aspek perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, data mengenai sumber pendapatan daerah dan sejarah perkembangan menjadi acuan untuk memantapkan kemandirian daerah yang dinamis dan bertanggungjawab, serta mewujudkan pemberdayaan dan otonomi daerah dalam lingkup yang lebih nyata. Sehingga diperlukan pula upaya yang mendorong peningkatan efisiensi, efektivitas, dan profesionalisme dalam mengelola sumber pendapatan daerah. Hal ini harusnya sejalan dengan visi, misi, tujuan, sasaran dan program yang dibuat oleh Kepala Daerah. Dengan kata lain, daerah seharusnya memiliki keunggulan budaya dan keunggulan lainnya yang mampu mengangkat potensi, citra, dan Pendapatan asli daerah tersebut, misalkan Kota Surabaya, Bantaeng, Sragen, Jembrana dan Kota Solo, berupaya untuk menjadi kota yang maju dengan mengoptimalkan keunggulan daerah yang tentunya ini juga menjadi komitmen kepala daerah dan masyarakat yang berbudaya, sadar bahwa kemajuan kotanya akan membawa kemajuan bagi masyrakatnya. Dilain pihak, Propinsi Bali memiliki keunggulan pariwisata, budaya dan ini menjadi kebanggaan dan faktor pendorong kemajuan wilayah tersebut. Secara otomatis maka dengan kemajuan wilayah akan memberikan dorongan terhadap kemajuan kesejahteraan masyarakatnya.

Sampai saat ini masih belum tergalinya potensi pendapatan daerah pada umumnya disebabkan karena kurangnya kepekaan daerah dalam menemukan keunggulan budaya dan potensi asli daerah, kepatuhan dan kesadaran wajib pajak/retribusi yang relatif rendah, lemahnya sistem hukum dan administrasi pendapatan daerah, kelemahan aparatur, kekhawatiran birokrasi akan kegagalan dalam menjalankan programnya, ketidak optimisan akan hasil yang mungkin dicapai. Di sisi lain, sering kali pengeluaran biaya yang digunakan untuk menjalankan program dinaikkan (mark up) sejak awal pada setiap anggarannya. Padahal jika sejak awal penganggaran biaya program diefektifkan sehemat mungkin, maka sisa yang ada dapat digunakan untuk menjalankan program lainnya dalam peningkatan kualitas pelayanan publik.

Untuk memperkuat struktur penerimaan serta optimalisasi PAD, beberapa langkah yang dapat ditempuh antara lain, Pertama: Melakukan upaya pengusahaan atau penggalian (eksploitasi) SDA yang baru. Kedua: intensifikasi dan ekstensifikasi pajak dan retribusi

Page 22: s.5.Perekonomian Indonesia

daerah. Dengan melakukan intensifikasi berarti daerah setidaknya melakukan langkah intensifikasi terhadap komponen penerimaan daerah pada pos laba usaha daerah. Optimalisasi tersebut dapat dilakukan dengan melakukan pembenahan pada sistem manajemen perusahaan daerah yang ada melalui implementasi Balance Score Card based planning.

Di samping itu pula dengan langkah tax effort, yaitu upaya optimalisasi PAD melalui pajak dengan melakukan upaya law enforcement bagi aparat pajak, mengkaji ulang terhadap nilai jual atau jumlah objek pajak yang ada dalam pos bagi hasil pajak (pemerintah pusat dan propinsi) seperti Pajak Bumi Bangunan (PBB) yang sudah dilimpahkan ke daerah (2011) dengan mengkaji ulang NJOP, jumlah objek, dan subjek pajak. Demikian pula halnya dengan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB), mengefektifkan dan mengefisienkan pengelolaan pajak, menambah jumlah pajak daerah secara proporsional dan profesional dengan melihat potensi pajak, dan retribusi daerah senyatanya.

Usaha peningkatan penerimaan daerah melalui ektensifikasi perlu diupayakan dengan menciptakan sumber penerimaan baru meliputi, menciptakan sektor produksi baru melalui upaya creative financing dengan melibatkan pihak swasta dengan stimulan yang menarik (perijinan, lahan, market yang jelas, insentif pajak) untuk menanamkan investasinya ke daerah. Identifikasi sektor unggulan terhadap potensi daerah perlu terus digali dan dikembangkan secara konsisten sebagai sumber PAD potensial, misal sektor pariwisata, pertambangan, pertanian, dan perdagangan.

Ketiga: menarik investor melalui insentif pajak ringan, birokrasi yang mudah, infrastruktur yang mendukung, serta memperbanyak MICE (meeting, insentive, conference, exhibition) dengan tujuan menciptakan iklim dunia usaha yang kondusif, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan daerah yang berbanding lurus dengan pelayanan kepada masyarakat. Semakin besar pendapatan maka akan semakin besar pula peluang untuk memberikan pelayanan dan fasilitas pada masyarakat dalam berbagai bentuknya.

Jika saja PAD itu dapat dioptimalkan dan dikelola secara profesional dengan menemukan keunggulan budaya dan potensi asli daerah serta kemauan yang kuat dari seluruh stakeholder (perangkat daerah), maka akan dapat menumbuhkan daya saing daerah yang kompetitif, meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui program yang pro-rakyat.

 

DAFTAR REFERENSIPemerintah Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan NegaraPemerintah Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan NegaraPemerintah Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tangung Jawab Keuangan NegaraPemerintah Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan DaerahPemerintah Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemrintah Pusat dan Pemerintahan DaerahPemerintah Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi DaerahPemerintah Republik Indonesia, 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang

Page 23: s.5.Perekonomian Indonesia

Pengelolaan Keuangan DaerahPemerintah Republik Indonesia, 2007. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat DaerahPemerintah Republik Indonesia, 2006. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan DaerahPemerintah Republik Indonesia, 2007. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan DaerahPemerintah Republik Indonesia, 2011. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan DaerahPemerintah Republik Indonesia, 2007. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Pedoman Pengelolaan Barang Milik DaerahBadan Pendidilan dan Pelatihan Keuangan. 2004. Dasar-dasar Keuangan Publik. Jakarta: LPKPAPCaiden, GE (1982).Publik Administration California Polisades PublisherDaryanto, Agus dkk.2002. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia. Yogyakarta : Pusat Studi Kependudukan dan Kebijaksanaan, Universitas Gajah MadaDwijowijoto, Riant Nugroho. 2003. Reinventing Pembangunan, Menata Ulang Paradigma Pembangunan untuk Membangun Indonesia Baru dengan Keunggulan Global. Jakarta: Elex Media KomputindoFaturochman dan Ambar Widaningrum. Masalah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia.Mubyarto. 2002. Penanggulangan Kemiskinan di Jawa Tengah dalam Era Otonomi Daerah. www.ekonomi rakyat.orgPoli, W.I.M. 2007. Modal Sosial Pembangunan, Gambaran dari Dua Distrik di Kabupaten Jayapura. Makassar: Hasanuddin University Press----------------. 2007. Suara Hati yang Memberdayakan; Gagasan Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Jayapura. Makassar: Hasanuddin University PressRealisasi Belanja Negara 2011 Rp1.289,6 Triliun. Harian Analisa edisi 06 Jan 2012. http://www.analisadaily.com (diakses 5 September 2012)Samuelson, Paul A dan William D. Nordhaus.1989. Ekonomi Jakarta: Penerbit Erlangga.Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Kajian STrategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerja Sosial). Bandung: PT Rineka CiptaThoha, Miftah, Birokrasi dan Politik di Indonesian Rajawali Press, Jakarta 2004Osborne, David, et al,”Reiventing Goberment How The Entrepreneur Spirit Transforming The Public Sector”Addison-Wesley, Reading MA,1992Yunus, Muhammad. 2008. Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan (edisi terjemahan dari Creating World Without Poverty). Jakarta: Gramedia

Paling Banyak Dibaca Kalender Diklat BDK Balikpapan Tahun Anggaran 2016

Kalender Diklat Balai Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Balikpapan Tahun Anggaran 2016 Baca Selengkapnya

Lokakarya bagi Pengajar Diklat Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun Anggaran 2016

Page 24: s.5.Perekonomian Indonesia

[Bogor/7 Januari 2015] Di awal tahun 2016, Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan menyelenggarakan Lokakarya bagi Pengajar Diklat Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan… Baca Selengkapnya

Dosen PKN STAN, Pembangun Karakter Keilmuan Keuangan Negara

[Jakarta] Selasa, 12 Januari 2016. “Para dosen yang dilantik hari ini diharapkan dapat menggawangi transisi STAN menjadi Politeknik Keuangan Negara… Baca Selengkapnya

Indonesia merupakan negara yang kaya akan SDA dan SDM, kekayaan sumber daya alam

dan manusia merupakan penunjang dalam pencapaian kesejahteraan suatu negara. Kedua potensi yang dimiliki Indonesia seharusnya bukan hanya sebuah potensi saja, namun dapat diberdayakan dan ditingkatkan kualitasnya sehingga merupakan sesuatu yang betul-betul dapat menunjang pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.

Kita sering mendengar mengenai kekayaan sumber daya alam Indonesia, baik yang berupa kekayaan tambang dan juga kekayaan akan flora dan fauna yang sangat terkenal. Indonesia juga merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke tiga setelah China dan Amerika, namun apakah kuantitas ditunjang juga oleh kualitas SDM yang kita miliki? jawabannya adalah jumlah penduduk Indonesia yang besar, masih belum memenuhi harapan dari segi kualitas hal ini terbukti dari data United Nation Development Program (UNDP) menyangkut Human Development Index bahwa Indonesia menempati posisi 124 dari 187 negara, sedangkan untuk Asia – Fasifik HDI Indonesia menempati urutan ke 12 dari 21 negara.

Data World Economic Forum mempublikasikan mengenai daya saing global atau The Global

Competitiveness report 2011 – 2012. Indikator yang dijadikan standar penilaian adalah institusi, infrastruktur, makroekonomi, kesehatan dan pendidikan dasar, pendidikan tinggi, efisiensi pasar barang, efisiensi pasar tenaga kerja, pasar keuangan, kesiapan teknologi, besaran pasar, kecanggihan bisnis, inovasi. Data dari WEF juga menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke 46 dari 142 negara, sedangkan untuk ASEAN, Indonesia menduduki peringkat keenam. Daya saing Indonesia yang di sokong oleh Human capital atau SDM masih rendah dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Rendahnya daya saing Indonesia melalui SDM ini disebabkan beberapa faktor utama antara lain : tingginya korupsi, birokrasi pemerintah yang tidak efisien, infrastruktur yang kurang memadai (WEF : 2011). Fakta yang dirangkum dari berbagai sumber mengenai kondisi Indonesia, jelas memberikan gambaran masih lemahnya SDM Indonesia, atau dengan kata lain SDM Indonesia masih merupakan potensi namun belum banyak memberikan kontribusi yang berarti bagi peningkatan Indonesia, potensi ini masih belum dikelola secara maksimal.

Berbagai kebijakan yang diambil pemerintah seperti pengurangan kemiskinan, pembangunan bidang pendidikan dan pengetahuan, peningkatan kualitas kesehatan serta pemenuhan rasa aman dan pengendalian musibah, kebijakan ini memang telah membantu Indonesia dari keterpurukan namun masih perlu terus ditingkatkan guna tercapainya Indonesia yang berdaya saing dalam era globalisasi ini. Kebijakan dalam bidang pendidikan

Page 25: s.5.Perekonomian Indonesia

dan pengetahuan merupakan unsur terpenting dalam peningkatan SDM, disamping kebijakan lain. Kebijakan peningkatan SDM merupakan solusi peningkatan daya saing bangsa. Hal ini tidak terlepas dari peran lembaga pendidikan tinggi sebagai pelaksana sistem, sebagaimana telah tertuang dalam strategi jangka panjang pendidikan tinggi (Higher Education Long Term Strategy), yang merupakan acuan utama peningkatan peran pendidikan tinggi di Indonesia dalam konteks persaingan global sehingga mampu memperkuat daya saing bangsa.

Upaya memperkuat daya saing melalui kebijakan dalam bidang pendidikan dan pengetahuan

perlu ditunjang dengan penyediaan fasilitas layanan pendidikan, dan fasilitas pendukungnya, serta pemberian beasiswa kepada para pelajar. Sesuai dengan kebijakan pendidikan Indonesia berdasarkan Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, salah satunya mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia menuju terciptanya manusia Indonesia yang berkualitas tinggi yang mampu mengembangkan dan menyebarluaskan pengetahuan, melakukan pembaruan dalam proses perkembangan budaya bangsa, serta mampu memberikan layanan yang berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat dengan peningkatan anggaran pendidikan secara berarti.

Perbaikan sarana dan prasarana belajar serta pemberian beasiswa kepada para pelajar

diharapkan memberikan manfaat berupa kesempatan dalam mengembangkan minat terhadap disiplin ilmu dan bakat melalui pendidikan formal baik di dalam maupun luar negeri, juga membantu pelajar dalam proses penyelesaian studi sehingga nantinya jika luaran tersebut telah menyelesaikan studinya tercipta lulusan yang mempunyai kompetensi dibidangnya serta tercipta akhlak yang mulia sehingga membangun karakter bangsa.

Bukti nyata dari upaya pemerintah dalam kebijakan bidang pendidikan, terutama menyangkut pemberian beasiswa ini yakni tanggung jawab moril yang diemban dari masing-masing individu yakni semakin terpacunya kinerja pelajar, sehingga dapat menyelesaikan studi dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan membantu pemerintah sesuai bidang keilmuannya dalam memberikan masukan menyangkut kebijakan yang sifatnya membangun bangsa. Disamping bertambahnya jumlah lulusan sarjana dari berbagai strata dan disiplin ilmu, baik melalui universitas dalam maupun luar negeri.

Page 26: s.5.Perekonomian Indonesia

Para lulusan ini telah terserap dalam lapangan pekerjaan diberbagai instansi, perusahaan,

maupun wiraswasta. Hal ini memberikan kontribusi bagi negara dalam mendukung kemampuan negara untuk menciptakan tingkat pendapatan dan pemanfaatan faktor yang relatif tinggi, sambil tetap mempertahankan keberadaan dalam persaingan internasional.

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Reaksi:

Umum Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Poskan Komentar

Page 27: s.5.Perekonomian Indonesia

5 Strategi Jitu Pemerintah Bawa RI Menjadi Negara Maju

Ilustrasi aktivitas ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta (Antara)

Jakarta - Pemerintah tengah menyusun lima strategi yang akan dimasukkan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.

Tujuannya untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

"Kami sedang menyusun lima strategi dalam RPJMN 2015-2019, tujuannya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi berkelanjutan supaya Indonesia bisa menjadi negara maju," ujar Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) Armida Alisjahbana dalam acara " Seminar Nasional mengenai Pertumbuhan Jangka Panjang yang Inklusif dan Berkelanjutan" di Gedung Dhanapala, Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (6/2).

Dia mengatakan jika implementasi RPJMN berjalan lancar, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 7 persen setiap tahunnya.

"Selain itu. Indonesia berpotensi keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah atau istilah lain middle income trap," kata dia.

Menurut Armida, fenomena middle income trap sebenarnya bukan fenomena baru dalam ekonomi pembangunan, masih banyak negara negara di dunia yang masuk kategori negara middle income trap seperti negara di kawasan Amerika Latin.

Page 28: s.5.Perekonomian Indonesia

"Kegagalan suatu negara menjadi negara maju bukanlah disebabkan masalah ekonomi saja melainkan faktor politik, sosial dan budaya juga ikut mempengaruhi kemajuan suatu negara," kata dia.

Dia mengatakan, strategi pertama mewujudkan pertumbuhan ekonomi inklusif dan berkelanjutan adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui bidang pendidikan dan kesehatan. Ia memperkirakan jumlah penduduk Indonesia akan terus meningkat menjadi 305,6 juta jiwa pada tahun 2035.

"Indonesia harus memanfaatkan dengan meningkatkan kualitas SDM. Jika tidak, Indonesia hanya akan menjadi negara dengan banjir penduduk tapi nol kualitas,' kata dia.

Dia mengatakan, untuk meningkatkan kualitas SDM melalui program wajib belajar 12 tahun, dan memperbanyak sekolah kejuruan. Dengan demikian, kualitas angkatan kerja yang sebagian besar masih berpendidikan Sekolah Dasar (SD) bisa beradaptasi dengan tingkat sekolah menengah.

Armida mengatakan, strategi kedua adalah meningkatkan iklim investasi. Saat ini peranan investasi dalam perekonomian Indonesia cukup besar. Diketahui, pada tahun 2013 kontribusi investasi terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 31,7 persen.

Menurutnya, dalam jangka panjang kontribusi investasi terhadap PDB bisa mencapai 45 persen asalkan hambatan hambatan investasi bisa diselesaikan, seperti persoalan pembebasan lahan.

Strategi ketiga adalah mendorong peningkatan ilmu pengetahuan (iptek) dan Inovasi untuk menciptakan produktivitas kegiatan perekonomian. Diperlukan peningkatkan investasi dalam Research and Development (R&D) baik dari pemerintah maupun swasta.

Strategi keempat adalah meningkatkan pembangunan industri dimana industrialisasi ke depan harus memanfaatkan sumber daya alam (SDA) agar nilai tambahnya dapat digunakan untuk kepentingan rakyat.

Strategi kelima membangun institusi yang lebih baik terutama reformasi birokrasi yang terus disempurnakan. Selain itu, kemitraan strategis antara pemerintah dan masyarakat dalam pembangunan ekonomi perlu dikembangkan.

"Kelima strategi dalam RPJMN ini tidak hanya bertujuan mendorong pertumbuhan ekonomi semata, namun diarahkan untuk menciptakan pemerataan pembangunan agar kesejahteraan rakyat terwujud," kata dia.

Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan tidak banyak negara di dunia yang berhasil keluar dari Middle Income Trap Country. Pasalnya, salah satu syarat utama menjadi negara maju adalah mempunyai kualitas SDM yang hebat.

Dia mengatakan sekitar tahun 1980 ada tiga negara berpendapatan menengah paling terkenal yaitu Afrika Selatan, Brazil dan Korea. Sampai saat ini, hanya Korea yang berhasil keluar dari middle income trap menjadi negara industri paling maju, sisanya Afrika Selatan dan Brazil masih menjadi negara berpendapatan menengah.

Page 29: s.5.Perekonomian Indonesia

Strategi yang dilakukan Korea adalah terus meningkatkan kualitas SDM dan didukung pemerintah dengan pemberian insentif pajak untuk Research and Development. "Indonesia harus bisa seperti Korea, karena potensi Indonesia menjadi negara maju cukup besar," ujarnya

Bicara kualitas SDM, Chatib mengatakan, Indonesia sudah mempunyai Balai Latihan Kerja (BLK) sebagai lembaga yang mendidik angkatan kerja. Sayangnya kualitas tamatan BLK tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan swasta. Salah satu penyebabnya adalah materi yang diajarkan di BLK sudah teori lama. Peralatan dan program yang digunakan pun sudah tua seperti microsoft word.

Chatib mengatakan, hal itu terjadi karena dana BLK terbatas. Ke depannya pemerintah meminta pihak swasta membangun pusat pelatihan kerja sendiri atau training center untuk angkatan kerjanya. Menurut dia, pemerintah akan memberikan fasilitas pengurangan pajak kepada perusahaan perusahaan yang mendirikan training center.

Sementara itu, Mantan Gubernur Bank Indonesia yang juga ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Darmin Nasution mengatakan kebijakan moneter tentu mempunyai peranan penting untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi berkualitas."Kebijakan moneter tidak boleh bertentangan dengan kebijakan fiskal yang sudah dibuat pemerintah," kata dia.

Chief Economist Bank Mandiri Destry Damayanti mengatakan jika dilihat dari struktur angkatan kerja Indonesia memang mengalami ketimpangan. Lulusan SD-SMP masih mendominasi yaitu hampir 60 persen sedangkan lulusan Universitas baru 10 persen.

Dia mengatakan, jika kualitas SDM Indonesia bisa bersaing maka sektor swasta harus ikut terlibat untuk menciptakan kualitas SDM, minimal angkatan kerja di perusahaanya sendiri.