Pembangunan Perekonomian Daerah dalam Peningkatan Kualitas Demokrasi
Pembangunan Industri (Perekonomian Indonesia BAB 5)
-
Upload
bagus-cahyo-jaya-pratama -
Category
Documents
-
view
1.375 -
download
3
Transcript of Pembangunan Industri (Perekonomian Indonesia BAB 5)
PEMBANGUNAN INDUSTRIPerekonomian IndonesiaOleh: Drs. Agus Luthfi, M.Si
Proses industrialisasi dan pembangunan industri merupakan satu jalur kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang lebih maju maupun taraf hidup yang lebih bermutu.
PERAN SEKTOR INDUSTRI DALAM PEMBANGUNAN
EKONOMI
Peranan industri dalam perkembangan struktural pada suatu perekonomian indikatornya adalah sumbangan sektor industri pengolahan (manufacturing) terhadap PDB, tenaga kerja yang terserap, serta sumbangan komoditi industri terhadap ekspor barang dan Jasa mengalami perbaikan atau sebaliknya (Arsyad, 2004:354)
1. Industri ekstraktifIndustri ekstraktif adalah industri yang bahan baku diambil langsung dari alam sekitar.Contoh : pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, dan lain lain.
2. Industri nonekstaktifIndustri nonekstaktif adalah industri yang bahan baku didapat dari tempat lain selain alam sekitar.
3. Industri fasilitatifIndustri fasilitatif adalah industri yang produk utamanya adalah berbentuk jasa yang dijual kepada para konsumennya.
Contoh : Asuransi, perbankan, transportasi, ekspedisi, dan lain sebagainya.
JENIS / MACAM-MACAM INDUSTRI BERDASARKAN
TEMPAT BAHAN BAKU
1. Industri padat modaladalah industri yang dibangun dengan modal yang jumlahnya besar untuk kegiatan operasional maupun pembangunannya
2. Industri padat karyaadalah industri yang lebih dititik beratkan pada sejumlah besar tenaga kerja atau pekerja dalam pembangunan serta pengoperasiannya.
GOLONGAN / MACAM INDUSTRI BERDASARKAN
BESAR KECIL MODAL
Jenis-jenis industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya
(Berdasarkan SK Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986)
1. Industri kimia dasar contoh: seperti industri semen, obat-obatan, kertas, pupuk, dsb.2. Industri mesin dan logam dasar misalnya seperti industri pesawat terbang, kendaraan bermotor, tekstil.3. Industri kecil Contoh seperti industri roti, kompor minyak, makanan ringan, es, minyak goreng curah4. Aneka industrimisalkan: seperti industri pakaian, industri makanan dan minuman, dan lain-lain.
1. Industri rumah tangga, Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 1-4 orang.
2. Industri kecil, Adalah industri yang jumlah karyawan/ tenaga kerja berjumlah antara 5-19 orang.
3. Industri sedang atau industri menengah, Adalah industri yang jumlah karyawan/tenaga kerja berjumlah antara 20-99 orang.
4. Industri besar, Adalah industri yang jumlah karyawan/ tenaga kerja berjumlah antara 100 orang atau lebih.
JENIS-JENIS INDUSTRI BERDASARKAN JUMLAH
TENAGA KERJA
PENGGOLONGAN INDUSTRI BERDASAKAN PEMILIHAN LOKASI
1. Industri yang berorientasi pada pasar (market oriented industry)Adalah industri yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target konsumen.
2. Industri yang berorientasi pada tenaga kerja (man power oriented industry)Adalah industri yang berada pada lokasi di pusat pemukiman penduduk karena bisanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak pekerja/pegawai untuk lebih efektif dan efisien.
3. Industri yang berorientasi pada bahan baku (supply oriented industry)Adalah jenis industri yang mendekati lokasi di mana bahan baku berada untuk memangkas atau memotong biaya transportasi yang besar.
4. Industri yang tidak terkait oleh persyaratan yang lainYaitu industri yang dapat didirikan dimana saja, karena bahan baku, tenaga kerja, dan pasarnya sangat luas serta dapat ditemukan dimana saja.
- Pendalaman struktur industri sejauh mungkin terkait dengan sektor ekonomi lainnya.
- Pengembangan industri permesinan dan elektronika
- Pengembangan indutri kecil
- Pengembangan ekspor hasil industri
- Pengembangan Litbang terapan, rancang bangun dan perekayasaan, serta perangkat lunak
- Pengembangan kewiraswastaan dan tenaga profesi
- Replita I Industri terfokus pada sektor pertanian;
- Replita II Pengembangan Industri bahan mentah domestik terkait pertanian
- Replita III Melindungi pengusaha lemah secara ekonomi, promosi ekspor padat karya dan industri broad based
- Replita IV penyetaraan sektor indsutri dengan sektor pertanian, pengembangan industri substitusi impor, penguasaan teknologi, pengembangan orientasi ekspor
- Replita V swasembada, mengahsilkan barang ekspor
- Fokus utama pada BUMN yang bergerak dalam sektor manufaktur
- Adanya privatisasi perusahaan domestik dan nasionalisasi perusahaan asing (De Javasche Bank, Garuda Indonesia Airways,
- Lahirnya RUE (Rencana Urgensi Ekonomi) yang kemudian diganti dengan REPLITA
- Lahirnya Program Benteng untuk wiraswasta pribumi dengan memberikan lisensi impor
Orde Lama1 Orde Baru2 Krisis dan Pemulihan3
FASE PEMBANGUNAN INDUSTRI INDONESIA
Menurut kriteria UNIDO (United Nations for Industrial Development Organization) negara-negara dikelompokkan sebagai berikut:
STRUKTUR INDUSTRI
Kelompok negara non-industri apabila sumbangan sektor industri terhadap PDB kurang dari 10%
Kelompok negara dalam proses industrialisasi apabila sumbangan tersebut antara 10%-20%
Kelompok negara semi industri jika sumbangan tersebut antara 20%-30%
Kelompok negara industri jika sumbangan tersebut lebih dari 30%
Struktur industri di Indonesia masih dangkal (shallow) dan tidak seimbang (unbalanced). Berbagai studi menunjukkan bahwa kaitan ekonomis antara industri skala besar, menengah, dan kecil masih sangat minim. Selain itu, struktur industri di Indonesia juga masih kuasi-monopolistik dan oligopolistik. Rasio konsentrasi untuk melihat struktur industri sebagai berikut:1. Rata-rata tingkat konsentrasi sektor manufaktur sebesar 47%,
lebih tinggi dibanding konsentrasi industri di negara maju (Inggris 22% dan AS 36%)
2. Berdasarkan standart internasional, industri berstruktur oligopoli bila 4 perusahan terbesar dalam industri yang sama memiliki konsentrasi di atas 40%. Sehingga dapat dikatakan struktur pasar industri manufaktur Indonesia berciri oligopolis (Mudrajat, 234:2010).
STRUKTUR INDUSTRI
RASIO KONSENTRASI DALAM SEKTOR MANUFAKTUR
(Pangsa 4 Perusahaan terbesar, dalam %)
Sumber: diolah dari BPS; Mudrajat, 2010: 258
STRUKTUR INDUSTRI
Sumber: Mudrajat, 2010
Industry structure in Indonesia
LAJU PERTUMBUHAN INDUSTRI PENGOLAHAN
DI INDONESIA
Sumber: BPS, 2013* Angka Sementara** Angka Sangat Sementara
Struktur industri yang umumnya oligopolistik dan terkonsentrasi akan rentan terhadap gejolak eksternal yang tercermin dari rendahnya kandungan teknologi, ketergantungan yang tinggi pada barang modal dan input antara dari luar negeri, serta lemahnya keterkaitan antar industri (Kuncoro, 2010:276).
Kebijakan industri tradisional yaitu penentuan target sektor dan industri dengan mengabaikan dimana letak lokasi industri (Aspasial).
Perspektif spasial pembangunan industri dengan berbasis kluster (Industrial cluster) merupakan strategi pembangunan nasional yang telah diatur dalam Perpres No. 28 tahun 2008 tentang kebijakan industri nasional.
REFORMASI KEBIJAKAN INDUSTRI
Alasan Penting. Utk mengurangi atau menghemat devisa Melakukan proteksi impor Memenuhi kebutuhan sendiri akan berbagai barang
industri. Semangat kemerdekaan di bidang ekonomi di nsb
mengembangkan kegiatan ekonomi di dalam negeri
INDUSTRI SUBSTITUSI IMPOR
Masalah ISI: Kualitas barang yang dihasilkan di Dalam Negeri sebagai
barang substitusi import sering lebih rendah daripada hasil produksi Luar Negeri, sehingga sulit untuk di ekspor.
BIAYA PRODUKSI, biaya (modal) awal industrialisasi sangat besar sementara modal terbatas, sehingga terpaksa mendatangkan modal dari luar negeri.
Menurut Anne Krueger (1978) wakil presiden bank dunia, menerangkan bahwa Industri Promosi Ekspor ini dapat mendorong pertumbuhan disebabkan karena: Kaitan sektor pertanian dan sektor industri Skala ekonomis (economies of scale) Meningkatnya Persaingan Dampak Kekurangan divisa
INDUSTRI PROMOSI EKSPOR
Masalah IPE: Elastisitas pasar internasional sangat rendah Adanya kebijakan proteksi oleh negara-negara
maju terhadap produk yang berteknologi sederhana
FOKUS
Alat
An
gkut
Agro
Kebijakan Industri Nasional (Top Down Policy) sesuai amanat Perpres No. 28 tahun 2008 Tentang Kebijakan Industri Nasional
1. Pengolahan kelapa sawit 5. Pengolahan kopi 9. Furniture2. Karet dan barang karet 6. Gula 10. Pengolahan ikan3. Kakao 7. Hasil Tembakau 11. Kertas4. Pengolahan kelapa 8. Pengolahan buah 12. Pengolahan
susu
1. Kendaraan bermotor
2. Perkapalan3. Kerdirgantaraan4. perkeretaapian
1. Elektronik2. Telekomunikasi3. Komputer dan
peralatannya
Elektronika dan
Telematika
Industri Penunjang
Industri Kreatif
Basis Industri Manufaktur
1. Perangkat lunak dan
konten multimedia
2. Fashion
3. Kerajinan dan barang
seni
1. Batu mulia dan perhiasan2. Garam3. Gerabah dakeramik hias4. Minyak atsiri5. Makanan ringan
1. Industri material dasar (baja, semen,
petrokimia, keramik)2. Industri permesinan (mesin listrik, dan
perlatan listrik, mesin peralatan umum)
3. Industri manufaktur padat karya (tekstil
dan produk tekstil, alas kaki
IKM Tertentu
Sumber: Kuncoro, 2010:278
TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI ASEAN
Sumber: IMF, World Economic Outlook Database, April 2014
DAYA SAING INDUSTRI DALAM NEGERI DI ASEAN
Sumber: Kementerian Perindustrian, 2012
DAYA SAING INDUSTRI INDONESIA DI DUNIA
Global Competitiveness Index (GCI)
Sumber: World Economic Forum, 2012-2013
Berdasarkan data WEF 2013 menunjukkanposisi Indonesia berada di peringkat 50 (dari144 negara), dan posisi ini relatif memburukdibandingkan posisinya pada periodesebelumnya (2011-2012) yakni di peringkat 46(dari 142 negara), atau untuk periode 20102011di peringkat 44 (dari 139 negara)
Dalam menghadapi pasar tunggal di ASEAN yang akan dimulai pada Desember 2015 mendatang, orientasi kebijakan industri yang berorientasi pada daya saing dengan atau tanpa investor asing. Beberapa kebijakan yang berorientasi pada daya saing yaitu: Pengembangan kawasan industri Peningkatan kemampuan teknologi dan inovasi Hilirisasi industri Peningkatan standarisasi produk industri Modernisasi pabrik-pabrik Mendorong ekspor produk unggulan
STRATEGI INDUSTRI INDONESIA MENGHADAPI
ME-ASEAN (AEC)
Depresi yang sangat tajam tidak serta-merta meningkatkan ekspor sehingga, sisi supply juga mengalami ganguan karena ketergantungan yang tinggi terhadap impor barang modal dan bahan baku.
Guncangan ekonomi global yang terjadi berdampak pada penurunan produksi karena keterbatasan barang modal dan tidak adanya pengeluaran investasi.
Peluang penigkatan produksi terbuka lebar seiring dengan membaiknya perekonomian regional dan global.
URGENSI PENGUTAMAAN EKSPOR
DAYA SAING INDUSTRI EKSPOR DALAM NEGERI
DI ASEAN
Sumber: IMF, World Economic Outlook Database, April 2014
DAYA SAING INDUSTRI IMPOR DALAM NEGERI DI
ASEAN
Sumber: IMF, World Economic Outlook Database, April 2014
TINGKAT CURRENT ACCOUNT INDONESIA
DI ASEAN
Sumber: IMF, World Economic Outlook Database, April 2014
Indonesia meraih daya saing industri manufaktur pada sumber daya alam sejak tahun yaitu dengan RCA lebih dari 1.
Revealed Comparative Advantage (RCA) adalah indeks yang mengukur kinerja ekspor suatu komoditas dengan mengevaluasi peranan ekspor suatu komoditas dalam ekspor total suatu negara yang menunjukkan daya saing ekspor komoditi tersebut di pasar dunia.
Nilai indeks yang lebih dari satu menunjukkan pangsa pasar komoditas yang diekspor didalam total ekspor suatu negara lebih besar daripada pangsa rata-rata dari komoditas yang besangkutan dengan ekspor dunia.
TINGKAT KINERJA EKSPOR-IMPOR INDONESIA
DI DUNIA
TINGKAT KINERJA EKSPOR INDONESIA
DI DUNIA
Industri Revealed Comparative Advantage (RCA) tahun 2010
Peran industri TPT dapat dilihat dengan menggunakan indikator seberapa besar dampak lanjutan dari perkembangan industri terserbut.
Indikator yang dapat digunakan adalah Multiplier (angka pengganda). Multiplier adalah angka yang menunjukkan dampak perubahan satu unit permintaan akhir terhadap output (output multiplier), pendapatan (income multiplier) dan nilai tambah (Value- added multiplier).
Semakin tinggi angka multiplier tersebut, maka semakin besar pula kontribusi suatu industri dalam menciptakan output, pendapatan, ataupun value-added
POTENSI PENINGKATAN EKSPOR PRODUK INDUSTRI: KASUS TPT (TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL(
Infrastruktur merupakan instrumen untuk memperlancar berputarnya roda perekonomian sebagai akselerasi pembangunan. Semakin tersedianya infratsruktur, akan merangsang pembangunan disuatu daerah. Sehingga pembangunan yang berjalan cepat akan menuntut tersedianya infrastruktur agar pembangunan tidak tersendat.
Perbaikan infrastruktur pada umunya akan dapat meningkatkan mobilitas penduduk, menciptakan stabilisasi dan mengurangi disparitas harga antar daerah, terciptanya efisiensi harga, serta
dapat menimbulkan spesialisasi daerah.
PENTINGNYA INFRASTRUKTUR DALAM PEMBANGUNAN
INDUSTRI
Infrastruktur dapat dikategorikan private goods atau quasi public goods yang dapat disediakan atau diproduksi oleh swasta.
Investasi yang diperlukan memerlukan dana yang besar dan merupakan investasi jangka panjang sehingga sedikit sekali investor yang mau masuk ke sektor ini.
Terdapat dua sifat barang dan jasa yang mengakibatkan suatu barang/jasa dikategorikan publiic goods atau private goods.
BEBAN PENGADAAN INFRASTRUKTUR
Rivalry adalah jika suatu barang/jasa tidak dapat dinikmati secara bersamaan oleh dua orang atau lebih.
nonrivalry adalah jika suatu barang/jasa bisa dinikmati oleh dua orang atau lebih tanpa mengganggu satu sama lain.
Tantangan Besar Telah Menunggu di Depan MataTinggal Kita Mau Berpangku Tangan atau Berjalan TegakMEA Siap..!! Indonesia Siap..!!
TERIMA KASIH