S2 B6
-
Upload
arwi-wijaya -
Category
Documents
-
view
257 -
download
25
description
Transcript of S2 B6
Skenario 2 : Metabolisme Nutrisi dan Hormon yang Mempengaruhi
B6
Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
Telepon : 021-5694 2061; Fax : 021-563 1731
Anggota :
Dwi Kartika 102012035
Theofilio Leunufna 102012065
Risya Malida 102012098
M. Tri Sudiro 102012178
Anastasia Tri Anggarwati 102012191
Vatiana Satyani 102012275
Arwi Wijaya 102012294
Siti Nooraida binti Hassan 102012485
Muhamad Azhan bin Ramli 102012504
Pendahuluan
Kata metabolisme merujuk kepada semua reaksi kimia yang terjadi di dalam sel tubuh.
Selama proses pencernaan, molekul nutrien besar diuraikan menjadi subunit-subunit yang
lebih kecil dan dapat diserap. Seperti protein diubah menjadi asam amino, karbohidrat
menjadi monosakarida dan trigliserida menjadi monogliserida dan asam lemak bebas. Unit-
unit yang dapat diserap ini dipindahkan dari lumen saluran cerna ke dalam darah, baik
langsung atau melalui pembuluh limfe. Aliran nutrien organik sepanjang jalur-jalur metabolik
dipengaruhi oleh berbagai hormon, termasuk insulin, glukagon, dan hormon pertumbuhan.
Pada umumnya hormon pankreas yaitu insulin dan glukagon adalah regulator hormon yang
dominan yang mempengaruhi jalur metabolik.1
Isi
Sebagian besar jalur reaksi metabolisme terjadi secara reversibel. Berdasarkan reaksi
metabolisme ini dikelompokkan dalam 2 jenis, yaitu :
a) Anabolisme – sintesis molekul menjadi molekul yang lebih besar; mem-butuhkan
energi; dan merupakan reaksi endergonik
b) Katabolisme – memecah molekul besar menjadi mulekul yang lebih kecil;
menghasilkan energi; merupakan reaksi eksergonik; dan respirasi aerobik.
1. Metabolisme Karbohidrat2
- Glikolisis, Oksidasi Piruvat, dan Siklus Asam Sitrat
Semua enzim glikolisis ditemukan di sitosol. Glikosa memasuki glikolisis melalui
fosforilas menjadi glukosa 6 fosfat yang dikatalisis oleh heksokinase dengan
menggunakan ATP sebagai donor fosfat. Heksokinase dihambat secara alosterik oleh
produknya, yaitu glukosa 6-fosfat. Glukosa 6-fosfat adalah suatu senyawa penting yang
berada di pertemuan beberapa jalur metabolik yakni glikolisis, glukoneogenesis, jalur
pentosa fosfat, glikogenesis, dan glikogenolisis. Pada glikolisis, senyawa ini diubah
menjadi fruktosa 6-fosfat oleh fosfoheksosa isomerase yang melibatkan suatu isomerasi
aldosa ketosa. Reaksi ini diikuti oleh fosforilasi lain yang dikatalisis oleh enzim
fosfofruktokinase untuk membentuk fruktosa 1,6-bisfosfat. Reaksi fosfofruktokinase
secara fungsional dapat dianggap ireversibel dalam kondisi fisiologis; reaksi ini dapat d
iinduksi dan diatur secara alosterik, dan memiliki peran besar dalam mengatur laju
glikolisis. Fruktosa 1,6-bisfosfat dipecah oleh aldolase (fruktosa 1,6- bisfosfat aldolase)
menjadi dua triosa fosfat, gliseraldehida 3-fosfat dan dihidroksiaseton fosfat.
Gliseraldehida 3-fosfat dan dihidroksiaseton fosfat dapat saling terkonversi oleh enzim
fosfotriosa isomerase.
Glikolisis berlanjut dengan oksidasi gliseraldehida 3-fosfat menjadi 1,3-bisfosfogliserat.
Enzim yang mengatalisis reaksi oksidasi ini, gliseraldehida 3-fosfat dehidrogenase,
bersifat dependen-NAD. Dalam reaksi berikutnya yang dikatalisis oleh fosfogliserat
kinase, fosfat dipindahkan dari 1,3-bisfosfogliserat ke ADP, membentuk ATP (fosforilasi
tingkat-substrat) dan 3-fosfogliserat. Karena untuk setiap molekul glukosa yang
mengalami glikolisis dihasilkan dua molekul triosa fosfat, pada tahap ini dihasilkan dua
molekul ATP per molekul glukosa yang mengalami glikolisis. Toksisitas arsen terjadi
karena kompetisi arsenat dengan fosfat anorganik (P.) dalam reaksi di atas untuk
menghasilkan l-arseno-3-fosfogliserat, yang mengalami hidrolisis spontan menjadi 3-
fosfogliserat tanpa membentuk ATP. 3-Fosfogliserat mengalami isomerisasi menjadi 2-
fosfogliserat oleh fosfogliserat mutase. Besar kemungkinannya bahwa 2,3-
bisfosfogliserat (difosfogliserat, DPG) merupakan zat antara dalam reaksi ini. Langkah
berikutnya dikatalisis oleh enolase dan melibatkan suatu dehidrasi yang membentuk
fosfoenolpiruvat. Enolase dihambat oleh fluorida, dan jika pengambilan sampel darah
untuk mengukur glukosa dilakukan, tabung penampung darah tersebut diisi oleh fluorida
untuk menghambat glikolisis. Enzim ini juga bergantung pada keberadaan Mg2+ atau
Mn2+. Fosfat pada fosfoenolpiruvat dipindahkan ke ADP oleh piruvat kinase untuk
membentuk dua molekul ATP per satu molekul glukosa yang dioksidasi.
Pada kondisi anaerob, NADH tidak dapat direoksidasi melalui rantai respiratorik menjadi
oksigen. Piruvat direduksi oleh NADH menjadi laktat yang dikatalisis oleh laktat
dehidrogenase. Pada keadaaan aerob, piruvat diserap ke dalam mitokondria, dan setelah
menjalani dekarboksilasi oksidatif oleh komponen piruvat dehidrogenase menjadi asetil
koA, dioksidasi menjadi CO2 oleh siklus asam sitrat. Oksidasi glukosa menghasilkan 38
ATP dalam keadaan aerob dan 2 ATP dalam keadaan anaerob.
Reaksi awal antara asetil-KoA dan oksaloasetat untuk membentuk sitrat dikatalisis oleh
sitrat sintase yang membentuk ikatan karbon ke karbon antara karbon metil pada asetil-
KoA dan karbon karbonil pada oksaloasetat. Ikatan tioester pada sitril-KoA yang
terbentuk mengalami hidrolisis dan membebaskan sitrat dan KoASG (eksotermik).
Sitrat mengalami isomerisasi menjadi isositrat oleh enzim akonitase. Racun fluoroasetat
bersifat toksik karena fluoroasetil-KoA berkondensasi dengan oksaloasetat untuk
membentuk fluorositrat, yang menghambat akonitase sehingga terjadi penimbunan sitrat.
Isositrat mengalami dehidrogenasi yang dikatalisis oleh isositrat dehidrogenase untuk
membentuk oksalosuksinat yang tetap terikat pada enzim dan mengalami dekarboksilasi
menjadi α-ketoglutarat. Terdapat tiga isoenzim isositrat dehidrogenase. Salah satunya
yang menggunakan NAD+, hanya terdapat di mitokondria. Dua lainnya menggunakan
NADP+ dan ditemukan di mitokondria dan sitosol. Oksidasi isositrat terkait-rantai
respiratorik berlangsung hampir sempurna melalui enzim yang dependen-NAD+.
α-ketoglutarat mengalami dekarboksilasi oksidatif dalam suatu reaksi yang dikatalisis
oleh suatu kompleks multi-enzim yang mirip dengan kompleks multienzim yang
berperan dalam dekarboksilasi oksidatif piruvat. Kompleks α-ketoglutarat dehidrogenase
memerlukan kofaktor yang sama dengan kofaktor yang diperlukan kompleks piruvat
dehidrogenase serta menyebabkan terbentuknya suksinil-KoA. Kesetimbangan reaksi ini
jauh lebih menguntungkan pembentukan suksinil-KoA sehingga fisiologisnya reaksi ini
harus berjalan satu arah. Arsenit menghambat reaksi ini yang menyebabkan akumulasi
substrat yaitu α-ketoglutarat.
Suksinil-KoA diubah menjadi suksinat oleh enzim suksinat tiokinase (suksinil-KoA
sintetase). Reaksi dehidrogenasi pertama yang membentuk fumarat dikatalisis oleh
suksinat dehidrogenase yang terikat pada permukaan dalam membran dalam
mitokondria. Fumarase mengatalisis penambahan air pada ikatan rangkap fumarat
sehingga menghasilkan malat. Malat diubah menjadi oksaloasetat oleh malat
dehidrogenase, suatu reaksi yang memerlukan NAD+. Meskipun keseimbangan reaksi ini
jauh menguntungkan malat, namun aliran netto reaksi tersebut adalah ke oksaloasetat
karena oksaloasetat terus dikeluarkan sehingga reoksidasi NADH terjadi secara kontinu.
Akibat oksidasi yang dikatalisis oleh berbagai dehidrogenase pada siklus asam sitrat,
dihasilkan tiga molekul NADH dan satu FADH2 untuk setiap molekul asetil-KoA yang
dikatabolisme per satu kali putaran siklus. Ekuivalen pereduksi ini dipindahkan ke rantai
respiratorik, tempat reoksidasi masing-masing NADH menghasilkan pembentukan 3
ATP dan FADH2 2 ATP. Selain itu, terbentuk 1 ATP melalui fosforilasi tingkat substrat
yang dikatalisis oleh suksinat tiokinase.
Gambar 1. Glikolisis
Gambar 2. Siklus Asam Sitrat
- HMP Shunt
HMP merupakan singkatan dari hexose mono phospat = pentose phospat pathway.
Proses ini merupakan jalan lain untuk oksidasi glukosa melalui dehidrogenasi dengan
NADP sebagai akseptor H+. Proses ini terjadi di sitoplasma sel dan tidak menghasilkan
ATP. HMP shunt aktif di hati, jaringan adiposa, sel darah merah, korteks adrenal,
kelenjar tiroid, kelenjar mammae yang sedang laktasi dan kelenjar testis. Bagi sel darah
merah, proses ini menyediakan glutation untuk melindungi membran sel dari proses
oksidasi oleh molekul H2O2. Proses ini bertujuan untuk menyediakan NADPH + H+.
NADPH penting bagi sintesis asam lemak, kolesterol, hormon steroid, asam amino dan
hormon tiroid. Selain itu proses ini akan menyediakan ribosa 5 phospat untuk sintesis
nukleotida (RNA – DNA). HMP Shunt merupakan proses multisiklik, karena molekul
glukosa 6-P yang digunakan dapat kembali menjadi glukosa 6-P. Proses ini memerlukan
3 molekul glukosa 6 phospat.
Adapun enzim yang dibutuhkan dalam proses ini ialah :
· Glukosa 6-P dehidrogenase yang mengubah glukosa 6-P menjadi 6-fosfoglukonat.
· 6-fosfo glukonat dehidrogenase mengubah 6 fosfoglukonat menjadi ribulosa 5-Phospat.
· Epimerase mengubah ribulosa 5 phospat " xilulosa 5 phospat dan ribosa 5
phospat "arabinosa 5 phospat.
· Keto isomerase mengubah ribulosa 5 phospat menjadi ribosa 5 phospat.
· Transketolase dan transadolase.
Gambar 3. HMP Shunt
- Glikogenesis dan Glikogenolisis
Glikogen adalah karbohidrat simpanan utama pada hewan, setara dengan pati pada
tumbuhan; glikogen adalah polimer bercabang α–D-glukosa. Zat ini terutama ditemukan
di hati dan otot; meskipun kandungan glikogen hati lebih besar daripada kandungan
glikogen otot, namun karena massa otot tubuh jauh lebih besar daripada massa hati,
sekitar tiga-perempat glikogen tubuh total berada di otot.
Glikogen otot merupakan sumber glukosa yang dapat cepat digunakan untuk glikolisis di
dalam otot itu sendiri. Glikogen hati berfungsi untuk menyimpan dan mengirim glukosa
untuk mempertahankan kadar glukosa darah di antara waktu makan. Setelah berpuasa 12
– 18 jam, glikogen hati hampir seluruhnya terkuras. Meskipun glikogen otot tidak secara
langsung menghasilkan glukosa bebas, namun piruvat yang terbentuk oleh glikolisis di
otot dapat mengalami transaminasi menjadi alanin yang dikeluarkan dari otot dan
digunakan untuk glukoneogenesis di hati.
Seperti glikolisis, glukosa mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat yang
dikatalisis oleh heksokinase di otot dan glukokinase di hati. Glukosa 6-fosfat mengalami
isomerasi menjadi glukosa 1-fosfat oleh fosfoglukomutase. Kemudian glukosa 1-fosfat
bereaksi dengan uridin trifosfat (UTP) untuk membentuk nukleotida aktif uridin difosfat
glukosa (UDPGlc) dan pirofosfat yang dikatalisis oleh UDPGlc pirofosforilase. Reaksi
berlangsung dalam arah pembentukan UDPGlc karena pirofosfatase mengatalisis
hidrolisis pirofosfat menjadi dua kali fosfat sehingga salah satu produk tersebut reaksi
dihilangkan.
Glikogen sintase mengatalisis pembentukan sebuah ikatan glikosida antara C1 glukosa
UDPGlc dan C4 residu glukosa terminal glikogen yang membebaskan uridin difosfat
(UDP). Suatu molekul glikogen yang sudah ada (primer glikogen) harus ada agar reaksi
ini dapat berlangsung. Primer glikogen ini pada gilirannya dapat dibentuk pada suatu
orimer protein yang dikenal sebagai glikogenin. Residu glukosa lain melekat pada posisi
14 untuk membentuk suatu rantai pendek yang merupakan substrat untuk glikogen
sintase. Di otot rangka, glikogenin tetap melekat pada bagian tengah molekul glikogen;
di hati, jumlah molekul glikogen lebih banyak daripada jumlah molekul glikogenin.
Penambahan sebuah residu glukosa ke rantai glikogen yang sudah ada terjadi di ujung
luar molekul sehingga cabang-cabang molekul nonpereduksi glikogen memanjang
seiring dengan terbentuknya ikatan 14 . Ketika rantai memiliki panjang sedikit 11
residu glukosa, sebagian rantai 14 dipindahkan ke rantai di dekatnya oleh branching
enzyme untuk membentuk ikatan 16 sehingga terbentuk titik percabangan. Cabang
tumbuh melalui penambahan unit-unit 14 glukoasil dan percabangan selanjutnya.
Glikogen fosforilase mengatalisis tahap penentu kecepatan glikogenolisis dengan
mengatalisis pemecahan fosforoilitik ikatan ikatan 14 glikogen untuk menghasilkan
glukosa 1-fosfat. Residu glukoasil terminal dari rantai terluar molekul glikogen
dikeluarkan secara sekuensial sampai tersisa sekitar empat residu glukosa di kedua sisi
suatu cabang 16. Enzim lain yaitu glukan transferase memindahkan satu unit
trisakarida dari satu cabang ke cabang lain yang menyebabkan terpajannya titik cabang
16. Hidrolisis ikatan 16 memerlukan debranching enzyme; glukan transferase dan
debranching enzyme mungkin merupakan kedua bentuk aktivitas dari suatu protein
tunggal. Kerja fosforilase selanjutnya dapat berlangsung. Kombinasi kerja fosforilase
dan enzim-enzim lain menyebabkan terurainya glikogen secara sempurna. Reaksi yang
dikatalisis oleh fosfoglukomutase bersifat reversibel sehingga glukosa 6-fosfat dapat
dibentuk dari glukosa 1-fosfat. Di hati glukosa 6-fosfatase menghidrolisis glukosa 6-
fosfat yang menghasilkan glukosa yang diekspor sehingga kadar glukosa darah
meningkat.
Gambar 4. Glikogenesis dan Glikogenolisis
- Glukoneogenesis
Glukoneogenesis adalah proses mengubah prekursor nonkarbohidrat menjadi glukosa
atau glikogen. Substrat utamanya adalah asam-asam amino glukogenik, laktat, gliserol,
dan propionat. Hati dan ginjal adalah jaringan glukoneogenik utama.
Glukoneogenesis memenuhi kebutuhan glukosa tubuh jika karbohidrat dari makanan
atau cadangan glikogen kurang memadai. Pasokan glukosa merupakan hal yang esensial
terutama bagi sistem saraf dan eritrosit. Kegagalan glukoneogenesis biasanya bersifat
fatal. Glukosa juga penting dalam mempertahankan kadar zat-zat antara siklus asam
sitrat meskipun asam lemak adalah sumber utama asetil-KoA di jaringan. Selain itu,
glukoneognenesis membersihkan laktat yang dihasilkan oleh otot dan eritrosit serta
gliserol yang dihasilkan oleh jaringan adiposa.
Tiga reaksi tidak-seimbang dalam glikolisis yang dikatalisis oleh heksokinase,
fosfofruktokinase, dan piruvat kinase, menghambat pembalikan sederhana glikolisis
untuk membentuk glukosa.
Pembalikan reaksi yang dikatalisis oleh piruvat kinase dalam glikolisis melibatkan dua
reaksi endotermik. Piruvat karboksilase mitokondria mengatalisis karboksilasi piruvat
menjadi oksaloasetat, suatu reaksi yang membutuhkan ATP dengan vitamin biotin
sebagai koenzim. Biotin mengikat CO2 dari bikarbonat sebagai karboksibiotin sebelum
penambahan CO2 ke piruvat. Enzim kedua, fosfoenolpiruvat karboksikinase,
mengatalisis dekarboksilasi dan fosforilasi oksaloasetat menjadi fosfoenolpiruvat dengan
menggunakan GTP sebagai donor fosfat. Di hati dan ginjal, reaksi suksinat tiokinase
dalam siklus asam sitrat menghasilkan GTP, dan GTP ini digunakan untuk reaksi
fosfoenolpiruvat karboksikinase sehingga terbentuk hubungan antara aktivitas siklus
asam sitrat dan glukoneogenesis, untuk mencegah pengeluaran berlebihan oksaloasetat
untuk glukoneogenesis yang dapat mengganggu aktivitas siklus asam sitrat.
Perubahan fruktosa 1,6-bisfosfat menjadi fruktosa 6-fosfat, untuk pembalikan glikolisis,
dikatalisis oleh fruktosa 1,6-bisfosfatase. Keberadaan enzim ini menentukan apakah
suatu jaringan mampu membentuk glukosa tidah saja dari piruvat, tetapi juga dari triosa
fosfat. Enzim ini terdapat di hati, ginjal, dan otot rangka, tetapi mungkin tidak ditemukan
di otot jantung dan otot polos.
Perubahan glukosa 6-fosfat menjadi glukosa dikatalisis oleh glukosa 6-fosfatase. Enzim
ini terdapat di hati dan ginjal, tetapi tidak di otot dan jaringan adiposa, akibatnya tidak
dapat mengekspor glukosa ke dalam aliran darah.
Setelah transaminasi atau deaminasi, asam-asam amino glukogenik menghasilkan piruvat
atau zat-zat antara siklus asam sitrat. Oleh karena ini, reaksi yang dijelaskan sebelumnya
dapat menyebabkan perubahan laktat maupun asam amino glukogenik menjadi glukosa
atau glikogen.
Gliserol dibebaskan dari jaringan adiposa melalui lipolisis lipoprotein triasilgliserol
dalam keadaan kenyang: gliserol dapat digunakan untuk re-esterifikasi asam lemak bebas
menjadi triasilgliserol di jaringan adiposa atau hati, atau menjadi substrat untuk
glukoneogenesis di hati. Dalam keadaan puasa, gliserol yang dibebaskan dari lipolisis
triasilgliserol jaringan adiposa digunakan semata-mata sebatas substrat untuk
glukoneogenesis di hati dan ginjal.
Gambar 5. Glukoneogenesis
2. Metabolisme Protein2-4
a. Transaminasi
Proses katabolisme asam amino berupa pemindahan gugus amino darisuatu asam amino
ke senyawa lain. Reaksi transaminasi membutuhkan koenzim piridoxal phosphat (PLP)
yang berasal dari vitamin B6. Vitamin B6 digunakan untuk mengambil gugus amin pada
asam amino essensial lainnya,dan kemudian ditransfer ke asam amino lainnya.Contoh
keto.asam piruvat, ketoglutarat atau oksaloasaetat. Sehingga (keto) senyawa tersebut
diubah menjadi asam amino. Sedangkan asam amino diubah menjadi senyawa keto.
Enzim utama reaksi transaminasi adalah:
Alanin transaminase(alanin)
Glutatamat transaminase (glutamat)
Gambar 6. Transaminasi
b. Deaminasi oksidatif
Terjadi di dalam mitokondria dan dikatalisis oleh L-glutamat dehidrogenase (enzim yang
terdapat dalam matriks mitokondria).Merupakan reaksi kombinasi dari aminotransferase
dan glutamat DH. Glutamat DH menggunakan enzim allosterik komplek,yang dibagi
dalam:
a. Positive modulator ADP
b. Negative modulator GTP TCA
Dari proses deaminasi oksidatif,maka asam glutamat akan menghasilkan NH4+, dengan
NADP/NAD sebagai akseptor elektron.
Gambar 7. Deaminasi Oksidatif
c. Transport ammonia ke hati
NH4 atau ammonia adalah hasil dari deaminasi oksidasi glutamat bersifat toksik bagi
jaringan tubuh. Oleh karena itu ammonia harus diubah menjadi urea,yang akan terjadi di
dalam hati atau diubah menjadi glutamin yang akan di transport ke hati.Glutamin tidak
toksik, bersifat netral dan dapat lewat melalui sel membran secara langsung Dan
merupakan bentuk utama untuk transpor ammonia,sehingga terdapat di dalam darah lebih
tinggi dari asam amino yg lain. Glutamin yang akan berfungsi sebagai sumber gugus
amino pada berbagai reaksi biosintesis.
d. Sintesis urea dan siklus urea
Kebanyakan NH4 yang terbentuk dengan deaminasi asam amino dihati dikonversi menjadi
urea. Dan urea diekskresikan didalam urin. NH4 membentuk karbamoil fosfatdan di
mitokondria, gugus ini ditransfer ke ornitin membentuk sitrulin. Enzim yang terlibat
adalah ornitin karbamoil transferase.Sitrulin dikonversi menjadi arginin,setelah itu
ureanya dipisahkan dan ornitin dihasilkan kembali. Kebanyakan urea dibentuk dalam hati
dan kemudian akan dibuang melalui urin.Pada penyakit hati berat,nitrogen urea darah
turun dan NH3 darah meninggi,sekalipun pada orang-orang yang heterozigot untuk
defisiensi ini.
3. Metabolisme Lemak2
- Oksidasi Asam Lemak
Meskipun asam lemak mengalami oksidasi menjadi asetil-KoA dan disintesis dari asetil-
KoA, namun oksidasi asam lemak bukan merupakan pembalikan sederhana dari
biosintesis asam lemak, tetapi merupakan proses yang sama sekali berbeda dan
berlangsung di kompartemen sel yang berbeda. Pemisahan oksidasi asam lemak di
mitokondria dari biosintesis di sitosol memungkinkan tiap proses dikendalikan secara
individual, dan diintegrasikan sesuai kebutuhan jaringan. Setiap tahap pada oksidasi
asam lemak melibatkan turunan asil-KoA yang dikatalisis oleh enzim-enzim yang
berbeda, menggunakan NAD dan FAD sebagai koenzim, dan menghasilkan ATP. Proses
tersebut merupakan suatu proses aerob yang memerlukan keberadaan oksigen.
Asam lemak bebas (FFA) adalah asam lemak yang berada dalam keadaan tidak
teresterifikasi. Di plasma, FFA rantai-panjang berikatan dengan albumin, dan di sel
asam-asam ini melekat pada protein pengikat-asam lemak sehingga pada kenyataannya
asam-asam lemak ini tidak pernah benar-benar “bebas”. Asam lemak rantai-pendek lebih
larut air dan terdapat dalam bentuk asam tak terionisasi atau sebagai anion asam lemak.
Asam lemak mula-mula harus diubah menjadi suatu zat antara aktif sebelum dapat
dikatabolisme. Reaksi ini adalah satu-satunya tahap dalam penguraian sempurna suatu
asam lemak yang memerlukan energi dari ATP. Dengan adanya ATP dan koenzim A,
enzim tiokinase mengatalisis perubahan asam lemak menjadi asam lemak aktif atau asil-
KoA yang menggunakan satu fosfat berenergi-tinggi disertai pembentukan AMP dan
PPi. PPi dihidrolisis oleh pirofosfatase anorganik disertai hilangnya fosfat berenergi-
tinggi lainnya yang memastikan bahwa seluruh reaksi berlangsung hingga selesai. Asil-
KoA sintetase ditemukan di retikulum endoplasma, peroksisom, serta di bagian dalam
dan membran luar mitokondria.
Karnitin tersebar luas dan terutama banyak terdapat di otot. Asil-KoA rantai panjang
tidak dapat menembus membran dalam mitokondria. Namun, karnitin
palmitoiltransferase-I, yang terdapat di membran luar mitokondria, mengubah asil-KoA
rantai panjang menjadi asilkarnitin yang mampu menembus membran dalam dan
memperoleh akses ke sistem oksidasi-beta enzim. Karnitin-asilkarnitin translokase
bekerja sebagai pengangkut penukar di membran dalam mitokondria. Asil karnitin
diangkut masuk, dan disertai dengan pengangkutan keluar satu molekul karnitin. Asil
karnitin kemudian bereaksi dengan KoA yang dikatalisis oleh karnitin
palmitoiltransferase-II yang terletak di bagian dalam membran dalam. Asil-KoA
terbentuk kembali di matriks mitokondria dan karnitin dibebaskan.
Pada oksidasi-beta , terjadi pemutusan tiap dua karbon dari molekul asil-KoA-beta yang
dimulai dari ujung karboksil. Rantai diputus antara atom karbon -alfa (2) dan –beta (3)
karena itu dinamai oksidasi-beta. Unit dua karbon yang terbentuk adalah asetil-KoA;
Jadi, palmitoil-KoA menghasilkan delapan molekul asetil-KoA.
Asam lemak dengan jumlah atom karbon ganjil dioksidasi melalui jalur oksidasi-beta,
yang menghasilkan asetil-KoA sampai tersisa sebuah residu tiga karbon (propionil-
KoA). Senyawa ini diubah menjadi suksinil-KoA, suatu konstituen siklus asam sitrat.
Karena itu, residu propionil dari asam lemak rantai ganjil adalah satu-satunya bagian
asam lemak yang bersifat glukogenik.
- Lipogenesis
Asam lemak disintesis oleh sistem ekstramitokondria yang bertanggung jawab untuk
menyintesis palmitat dari asetil-KoA di sitosol. Pada sebagian besar mamalia, glukosa
adalah substrat utama untuk lipogenesis, tetapi pada hewan pemamah biak substrat
tersebut adalah asetat, yaitu molekul bahan bakar terpenting yang dihasilkan dari
makanan.
Jalur utama sintesis de novo asam lemak berlangsung di sitosol. Sistem ini terdapaat di
banyak jaringan, meliputi hati, ginjal, otak, paru, kelenjar mamaria, dan jaringan adiposa.
Kebutuhan kofaktornya mencakup NADPH, ATP, Mn2+, biotin, dan HCO3-. Asetil-KoA
adalah substrat langsungnya, dan palmitat bebas adalah produk akhirnya.
Pembentukan malonil-KoA adalah tahap awal dan pengendali dalam sistem asam lemak.
Bikarbonat sebagai sumber CO2 diperlukan dalam reaksi awal untuk karboksilasi asetil-
KoA menjadi malonil-KoA dengan keberadaan ATP dan asetil-KoA karboksilase.
Asetil-KoA karboksilase memerlukan vitamin biotin. Enzim ini adalah suatu protein
multienzim yang mengandung subunit-subunit identik dengan jumlah bervariasi, masing-
masing mengandung biotin, biotin karboksilase, protein pembawa biotin karboksil, dan
transkarboksilase, serta tempat alosterik regulatorik. Reaksi ini berlangsung dalam dua
tahap: karboksilasi biotin yang melibatkan ATP dan pemindahan karboksil ke asetil-KoA
untuk membentuk malonil-KoA.
Kompleks asam lemak sintase adalah suatu polipeptida yang mengandung tujuh aktivitas
enzim. Pada bakteri dan tumbuhan, masing-masing enzim pada sistem asam lemak
sintase terpisah, dan ditemukan radikal asil dalam betuk kombinasi dengan suatu protein
yang disebut protein pengangkut asil (ACP). Namun pada ragi, mamalia, dan unggas,
sistem sintase adalah suatu kompleks polipeptida multienzim yang memasukkan ACP
dan mengambil alih peran KoA. Kompleks ini mengandung vitamin asam pantotenat
dalam bentuk 4’-fosfopantetein. Pemakaian satu unit fungsional multienzim memiliki
keunggulan berupa tercapainya efek kompartementalisasi proses di dalam sel tanpa perlu
membentuk sawar permeabilitas, dan sintesis semua enzim di kompleks tersebut
terkoordinasi karena dikode oleh satu gen.
Pada mamalia, kompleks asam lemak sintase adalah suatu dimer yang terdiri dari dia
monomer identik, masing-masing menganding ketujuh aktivitas enzim lemak sintase
pada satu rantai polipeptida. Pada awalnya, suatu molekul priming asetil-KoA berikatan
dengan gugus –SH sistein yang dikatalisis oleh asetil transasilase. Malonil-KoA
berikatan dengan –SH di dekatnya pada 4’-fosfopantetein ACP di monomer yang lain
yang dikatalisis oleh malonil transasilase, untuk membentuk asetil-malonil enzim. Gugus
asetil menyerang gugus metilen di residu malonil yang dikatalisis oleh 3-ketoasil sintase
dan membebaskan CO2, membentuk 3-ketoasil enzimm membebaskan gugus –SH
sistein. Dekarboksilasi memungkinkan reaksi tersebut berlangsung tuntas, dan menarik
sekuens reaksi keseluruhan ke arah selanjutnya. Gugus 3-ketoasil akan tereduksi,
terdehidrasi, dan kembali tereduksi untuk membentuk enzim asil-S jenuh. Molekul
malonil-KoA baru berikatan dengan –SH pada 4’fosfopantetein, menggeser residu asil
jenuh ke gugus –SH sistein bebas. Rangkaian reaksi diulang enam kalo lagi sampai
terbentuk radikal asil 16-karbon (palmitil) yang jenuh. Senyawa ini dibebaskan dari
kompleks enzim oleh aktivitas enzim ketujuh di kompleks, yaitu tioesterase. Palmitat
bebas harus diaktifkan menjadi asil-KoA sebelum dapat diproses lebih lanjut melalui
jalur metabolik lain. Biasanya palmitat ini mengalami estrifikasi menjadi asilgliserol,
pemanjangan rantai atau desaturasi, atau esterifikasi menjadi ester kolesteril.
Asetil-KoA yang digunakan sebagai primer membentuk atom karbon 15 dan 16 pada
palmitat. Penambahan seluruh unit C2 selanjutnya adalah melalui malonil-KoA.
Gambar 8. Lipogenesis
- Metabolisme Kolestrol
Kolesterol terdapat di jaringan dan plasma sebagai kolesterol bebas atau dalam bentuk
simpanan, yang berikatan dengan asam lemak rantai-panjang sebagai ester kolesteril. Di
dalam plasma, kedua bentuk tersebut diangkut dalam lipoprotein. Kolesterol adalah lipid
amfipatik dan merupakan komponen struktural esensial pada membram dan laposan luar
lipoprotein plasma. Senyawa ini disintesis di banyak jaringan dari asetil-KoA dan
merupakan prekursor semua steroid lain di tubuh.
Biosintesis kolesterol dapat dibagi menjadi lima tahap. Tahap pertama adalah biosintesis
mevalonat. HMG-KoA dibentuk melalui reaksi-reaksi yang digunakan di mitokondria
untuk membentuk badan keton. Namin, karena sintesis kolesteriol berlangsing di luar
mitokondria, kedua jalur ini berbeda. Pada awalnya, dua molekul asetil-KoA bersatu
untuk membentuk asetoasetil-KoA yang dikatalisis oleh tiolase sitosol. Asetoasetil-KoA
mengalami kondensasi dengan molekul asetoasetil-KoA lain yang dikatalisis oleh HMG-
KoA sintase untuk membentuk HMG-KoA yang direduksi menjadi mevalonat oleh
NADPH dan dikatalisis oleh HMG-KoA reduktase. Ini adalah tahap regulatorik utama di
jalur sintesis kolesterol.
Tahap 2 adalah pembentukan unit isoprenoid. Mevalonat mengalami fosforilasi secara
sekuensial oleh ATP dengan tiga kinase, dan setelah dekarboksilasi terbentuk unit
isoprenoid aktif, isopentenil difosfat.
Tahap ketiga adalah enam unit isoprenoid membentuk skualen. Isopentenil difosfat
mengalami isomerasi melalui pergeseran ikatan rangkap untuk membentuk dimetilalil
difosfat, yang kemudian bergabung dengan molekul lain isoprenoil difosfat untuk
membentuk zat antara sepuluh-karbon geranil difosfat. Kondensasi lebih lanjut dengan
isopentenil difosfat membentuk farnesil difosfat. Dua molekul farnesil difosfat
bergabung di ujung difosfat untuk membentuk skualen. Pada awalnya, pirofosfat
anorganik dieliminasi, yang membentuk praskualen difosfat, yang kemudian mengalami
reduksi oleh NADPH disertai eliminasi satu molekul pirofosfat anorganik lainnya.
Tahap empat adalah pembentukan lanosterol. Skualen dapat melipat membentuk suatu
struktur yang sangat mirip dengan inti steroid. Sebelum terjadi penutupan cincin, skualen
diubah menjadi skualen 2,3-epoksida oleh oksidase berfungsi campuran, skulaen
epoksidase di retikulum endoplasma. Gugus metil di C14 dipindahkan ke C13 dan yang
ada di C8 ke C14 sewaktu terjasdi siklisasi, dikatalisis oleh oksidoskualen: lanosterol
siklase.
Tahap lima adalah pembentukan kolesterol. Pembentukan kolesterol dari lanosterol
berlangsung di membran retikulum endoplasma dan melibatkan pertukaran-pertukaran di
inti steroid dan rantai samping. Gugus metil di C14 dan C4 dikeluarkan untuk membentuk
14-desmetil lanosterol dan kemudian zimosterol. Ikatan rangkap di C8-C9 kemudian
dipindahkan ke C5-C6 dalam dua langkah, yang membentuk demosterol. Akhirnya, ikatan
rangkap rantai samping direduksi, dan menghasilkan kolesterol
Gambar 9. Metabolisme Kolestrol
4. Hormon yang Berperan
a. Insulin1,5-7
Insulin memiliki efek penting dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
Hormon ini menurunkan kadar glukosa, asam lemak, dan asam amino dalam darah serta
mendorong penyimpanan nutrien-nutrien tersebut. Sewaktu molekul-molekul nutrien ini
memasuki darah selama keadaan absortif, insulin meningkatkan penyerapan mereka oleh
sel dan konversi, masing-masing menjadi glikogen, trigliserida, dan protein. Insulin
menjalankan efeknya yang beragam dengan mengubah transportasi nutrien spesifik dari
darah ke dalam sel atau dengan mengubah aktivitas enzim-enzim yang terlibat dalam
jalur metabolik tertentu.
Efek Fisiologis Insulin
Insulin menyediakan glukosa untuk sebagian besar sel tubuh, melewati membran sel
dalam mekanisme carrier (mekanisme ini tidak memfasilitasi aliran glukosa ke jaringan
otak, tubulus ginjal, mukosa usus, atau ke sel-sel darah merah.)
Insulin memperbesar simpanan lemak dan protein dalam tubuh.Insulin meningkatkan
transpor asam amino dan asam lemak daridarah ke dalam sel.Insulin meningkatkan
sintesis protein dan lemak, serta menurunkankatabolisme protein dan lemak.Insulin
meningkatkan penggunaan karbohidratuntuk energi.Insulin memfasilitasi penyimpanan
glukosa dalam bentuk glikogenpada otot rangka dan hati.Insulin memperbesar cadangan
glukosa berlebih dalam bentuk lemakpada jaringan adiposa.
Efek pada Karbohidrat
Pemeliharaan homeostatis glukosa darah adalah fungsi pankreas yang sangat penting.
Konsentrasi glukosa dalam darah ditentukan oleh keseimbangan yang ada antara proses-
proses sebagai berikut :
Penyerapan glukosa dari saluran-saluran pencernaan,
Transportasi glukosa ke dalam sel,
Pembentukan glukosa oleh sel (terutama di hati),
dan (secara abnormal) ekskresi glukosa oleh urin.
Insulin memiliki 4 efek yang dapat menurunkan kadar glukosa darah dan meningkatkan
penyimpanan karbohidrat sebagai berikut :
1. Insulin memudahkan masuknya glukosa ke dalam sebagian besar sel. Molekul
glukosa tidak mudah menembus membran sel tanpa adanya insulin. Dengan demikian
sebagian besar jaringan sangat bergantung pada insulin untuk menyerap glukosa dari
darah dan menggunakannya. Insulin menggunakan mekanisme difusi terfasilitasi
(dengan perantara pembawa) glukosa ke dalam sel-sel tergantung insulin tersebut dengan
fenomena transporter recruitment.Glukosa dapat masuk ke dalam sel hanya melalui
pembawa di membran plasma di membran plasma yang dikenal sebagai glucose
transporter(pengangkutan glukosa). Sel-sel tergantung insulin memiliki simpanan
pengangkut glukosa intrasel. Pengangkutan-pengangkutan tersebut diinsersikan ke dalam
membran plasma sebagai respons terhadap peningkatan sekresi insulin, sehingga terjadi
peningkatan pengangkutan glukosa ke dalam sel. Apabila sekresi insulin berkurang,
pengangkut-pengakut tersebut sebagian ditarik dari membran sel dan dikembalikan ke
simpanan intrasel.
Beberapa jaringan tidak bergantung pada insulin untuk menyerap glukosa, yaitu otak,
otot yang aktif, dan hati. Otak yang terus menerus memerlukan pasokan glukosa untuk
memenuhi kebutuhan energinya setiap saat, mudah dimasuki oleh glukosa setiap saat.
Untuk alasan yang masih belum jelas, sel-sel otot rangka tidak bergantung pada insulin
untuk menyerap glukosa selama beraktivitas, walaupun dalam keadaan istirahat sel-sel
tersebut bergantung pada insulin. Kenyataan ini penting dalam pelaksanaan diabetes
melitus (defisiensi insulin), seperti akan dijelaskan. Hati juga tidak bergantung pada
insulin utnuk menyerap glukosa; namun, insulin akan meningkatkan metabolisme
glukosa oleh hati dengan merangsang langkah pertama metabolisme glukosa, fosforilasi
glukosa menjadi glukosa-6-fosfat. Fosforilasi glukosa pada saat molekul ini memasuki
sel menyebabkan konsentrasi intrasel glukosa ‘’polos’’ tetap rendah sehingga tetap
terdapat gradien konsentrasi yang mempermudah difusi terfasilitasi glukosa ke dalam sel.
2. Insulin merangsang glikogenesis,pembentukan glikogen dari glukosa, baik di otot
maupun di hati.
3. Insulin menghambat glikogenolisis,penguraian glikogen menjadi glukosa. Dengan
menghambat penguraian glikogen, insulin meningkatkan penyimpanan karbohidrat dan
menurunkan pengeluaran glukosa oleh hati.
4. Insulin selanjutnya menurunkan pengeluaran glukosa oleh hati dengan menghambat
glikoneogenesis, perubahan asam amino menjadi glukosa di hati. Insulin melakukan hal
ini melalui dua cara yaitu dengan menurunkan jumlah asam amino di dalam darah yang
tersedia bagi hati untuk glikoneogenesis, dan dengan menghambat enzim-enzim hati
yang diperlukan untuk mengubah asam amino menjadi glukosa.
Dengan demikian, insulin menurunkan konsentrasi glukosa darah dengan meningkatkan
penyerapkan glukosa dari darah untuk digunakan dan disimpan oleh sel, sementara
secara simultan menghambat dua mekanisme yang digunakan oleh hati untuk
mengeluarkan glukosa baru ke dalam darah (glikonelisis dan glukoneogenesis). Insulin
adalah satu-satunya hormon yang mampu menurunkan kadar glukosa darah.
Efek pada Lemak
Insulin memiliki banyak efek untuk menurukan kadar asam lemak darah dan mendorong
pembentukan simpanan trigliserida. Insulin meningkatkan transportasi glukosa ke dalam
sel jaringan adiposa, seperti yang dilakukannya pada kebanyakan sel tubuh. Glukosa
berfungsi sebagai prekusor untuk pembentukan asam lemak dan gliserol, yaitu bahan
mentah untuk pembentukan trigliserida.
Insulin mengaktifkan enzim-enzim yang mengkatalisasi pembentukan asam lemak dari
turunan glukosa. Insulin meningkatkan masuknya asam-asam lemak dari darah ke dalam
sel jaringan adiposa.Insulin menghambat lipolisis (penguraian lemak) sehingga terjadi
penurunan asam lemak dari jaringan adiposa ke dalam darah. Secara kolektif efek-efek
itu mendorong pengeluaran glukosa dan asam lemak dari darah dan meningkatkan
penyimpanan keduanya sebagai trigliserida.
Efek pada Protein
Insulin menurunkan kadar asam amino darah dan meningkatkan sintesis protein sebagai
berikut :
1. Insulin mendorong aktif asam-asam amino dari darah ke dalam otot dan jaringan lain.
2. Insulin meningkatkan kecepatan penggabungan asam amino ke dalam protein dengan
merangsang perangkat pembuat protein di dalam sel.
3. Insulin menghambat penguraian protein.
Akibat kolektif efek ini adalah efek anabolik protein. Karena itu, insulin esensial bagi
pertumbuhan normal. Stimulus utama untuk meningkatkan sekresi insulin adalah
peningkatan konsentrasi glukosa darah. Kontrol utama atas sekresi insulin adalah sistem
umpan balik negatif langsung antara sel ß pankreas dan konsentrasi glukosa dalam darah
yang mengalir ke sel-sel tersebut. Peningkatan kadar glukosa darah, seperti yang terjadi
setelah penyerapan makanan, secara langsung merangsang sintesis dan pengeluaran
insulin oleh sel ß. Insulin yang meningkat tersebut, pada gilirannya menurunkan kadar
glukosa darah ke tingkat normal karena terjadi peningkatan pemakaian dan penyimpanan
zat gizi ini.
Sebaliknya penurunan glukosa darah di bawah normal, seperti yang terjadi saat puasa,
secara langsung menghambat sekresi insulin. Penurunan kecepatan reaksi insulin ini
menyebabkan perubahan metabolisme dari keadaan absortif ke keadaan pascaabsortif.
Dengan demikian, sistem umpan balik negatif sederhana ini mampu mempertahankan
pasokan glukosa ke jaringan secara konstan tanpa memerlukan peran serta saraf atau
hormon lain.
Kendali Sekresi Insulin
Efek Terhadap Kadar Glukosa Darah
Peningkatan kadar glukosa darah, misalnya setelah makan, akanmenstimulasi sel β untuk
memproduksi insulin. Insulinmenyebabkan glukosa berdifusi ke dalam sel yang
akanmemakainyasebagai energi, mengubahnya menjadi glikogen dalam hati, atau
menjadi lemak dalam jaringan adiposa.Jika kadar glukosa darah turun, laju sekresi
insulin juga turun.Insulin yang meningkat tersebut, pada gilirannya, menurunkan kadar
glukosa darah ke tingkat normal karena terjadi peningkatan pemakaian dan penyimpanan
zat gizi ini. Sebaliknya, penurunan glukosa darah di bawah normal, seperti yang terjadi
saat puasa, secara langsung menghambat sekresi insulin.Penurunan kecepatan sekresi
insulin ini menyebabkan perubahan metabolisme dari keadaan absorptif ke keadaan
pasca-absorptif. Dengan demikian, sistem umpan-balik negatif sederhana ini mampu
mempertahankan pasokan glukosa ke jaringan secara konstan tanpa memerlukan peran
serta saraf atau hormon lain.
Selain konsentrasi glukosa plasma, berbagai masukan berikut juga berperan dalam
mengatur sekresi insulin.Peningkatan kadar asam amino plasma, seperti yang terjadi
setelah memakan makanan tinggi protein, secara langsung merangsang sel-sel Funtuk
meningkatkan sekresi insulin. Melalui mekanisme umpan-balik negatif, peningkatan
insulin tersebut meningkatkan masuknya asam-asam amino tersebut ke dalam sel,
sehingga kadar asam amino dalam darah menurun sementara sintesis protein meningkat.
Hormon pencernaan utama yang disekresikan oleh saluran pencernaan sebagai respons
terhadap adanya makanan terutama gastric inhibitory peptide(peptida inhibitorik
lambung), merangsang sekresi insulin pankreas yang memiliki efek regulatorik langsung
pada sistem pencernaan. Melalui kontrol ini,sekresi insulin meningkat secara
"feedforward"atau antisipatorik bahkan sebelum terjadi penyerapan zat gizi yang
meningkatkan kadar glukosa dan asam amino dalam darah.
Sistem saraf otonom secara langsung juga mempengaruhi sekresi insulin. Pulau-pulau
Langerhans dipersarafi oleh banyak serat saraf parasimpatis (vagus) dan simpatis.
Peningkatan aktivitas parasimpatis yang terjadi sebagai respons terhadap makanan dalam
saluran pencernaan merangsang pengeluaran insulin. Keadaan ini juga merupakan
mekanisme feedforwardsebagai antisipasi terhadap penyerapan zat-zat gizi. Sebaliknya,
stimulasi simpatis dan peningkatan pengeluaran epinefrin akan menghambat sekresi
insulin. Penurunan insulin memungkinkan kadar glukosa darah meningkat; suatu respons
yang sesuai untuk keadaan-keadaan pada saat terjadi aktivitas sistem simpatis—yaitu,
stress (fight or flight)dan olahraga. Pada kedua keadaan tersebut, diperlukan tambahan
bahan bakar untuk aktivitas otot.Secara singkat, insulin merangsang jalur-jalur
biosintetik yang menyebabkan peningkatan pemakaian glukosa, peningkatan
penyimpanan karbohidrat dan lemak, dan peningkatan sintesis protein. Karena itu,
hormon ini menurunkan kadar glukosa, asam lemak, dan asam amino dalam darah. Pola
metabolik ini khas untuk keadaan absorptif. Memang, sekresi insulin meningkat selama
keadaan ini dan bertanggung jawab mengubah jalur metabolik menjadi anabolisme netto.
Insulin yang berlebihan menyebabkan hipoglikemia yang menimbulkan kelaparan bagi
otak.
Efek Terhadap Glukagon
Glukagon mempengaruhi sekresi insulin melalui peningkatan konsentrasi glukosa darah.
Efek glukagon dan insulin berlawanan. Hal ini untuk mempertahankan kadar gula darah
normal selama berpuasa atau makan.
Sekresi glukagon dikendalikan oleh kadar gula darah. Kadar gula darah yang rendah
menstimulasi sel-sel alfa untuk memproduksi glukagon.Glukagon menyebabkan
pelepasan glukosa dari hati, sehingga glukosa darah meningkat.Peningkatan kadar
glukosa darah menghambat pelepasan glukagon melalui mekanisme umpan balik negatif.
Selain itu terdapat hormon yang secara tidak langsung mempengaruhi sekresi
insulinantara lain;
a. Hormon pertumbuhan, ACTH, dan hormon gastrointestinal, seperti gastrin, sekretin
dan kolesistokinin, semuanya menstimulasi sekresi insulin.
b. Somatostatin, diproduksi oleh sel-sel δpankreas dan hipotalamus, menghambat sekresi
insulin dan glukagon serta menghalangi absorpsi intestinal terhadap glukosa.
b. Glukagon1
Pada umumnya, glukagon melawan efek insulin.Walaupun insulin berperan sentral
dalam mengontrol antara keadaan absortif dan pasca absortif, produk sekretorik sel α
pulau Langerhans pankreas, yaitu glukagon, juga sangat penting. Banyak pakar ilmu
memabndang sel-sel ß penghasil insulin dan sel sel α penghasil glukagon sebagai
pasangan sistem endokrin yang sekresi kombinasinya merupakan faktor utama dalam
mengatur metabolisme bahan bakar.
Efek Fisiologis Glukagon
Glukagon meningkatkan penguraian glikogen hatimenjadi glukosa (glikogenesis),
sehingga kadar glukosa darah meningkat.Glukagon meningkatkan sintesis glukosadari
sumber nonkarbohidrat (gluokoneogenesis) dalam hati.
Efek pada Karbohidrat
Efek keseluruhan glukagon pada metabolisme karbohidrat timbul akibat peningkatan
pembentukan dan pengeluaran glukosa oleh hati sehingga terjadi peningkatan kadar
glukosa darah. Glukagon menimbulkan efek hiperglikemik dengan menurunkan sintesis
glikogen, meningkatkan sintesis glikogenolisis, dan merangsang glukoneogenesis.
Efek pada Lemak
Glukagon juga melawan efek insulin berkenaan dengan metabolisme lemak dengan
mendorong penguraian lemak dan menghambat sintesis trigliserida.Glukagon
meningkatan pembentukan ketogenesisdi hati dengan mendorong perubahan asam lemak
menjadi bahan keton. Dengan demikian di bawah pengaruh glukagon, kadar asam lemak
dan badan keton dalam darah meningkat.
Efek pada Protein
Glukagon menghambat sintesis protein dan meningkatkan penguraian protein di hati.
Walaupun meningkatkan katabolisme protein di hati, glukagon tidak memiliki efek
bermakna pada kadar asam-amino darah karena hormon ini tidak mempengaruhi protein
otot, simpanan protein yang utama di tubuh.
Sekresi Glukagon Meningkat Selama Keadaan Pasca-Absorptif
Dengan mempertimbangkan efek katabolik glukagon pada simpanan energi tubuh,sekresi
glukagon meningkat selama keadaan pasca-absorptif dan menurun selama keadaan
absorptif, berkebalikan dengan sekresi insulin.Pada kenyataannya, insulin kadang-
kadang disebut sebagai "hormon pesta" dan glukagon sebagai "hormon puasa". Insulin
cenderung menyebabkan zat-zat gizi disimpan saat kadar mereka dalam darah tinggi,
misalnya setelah makan, sedangkan glukagon mendorong katabolisme simpanan zat gizi
antara waktu makan untuk mempertahankan kadar zat-zat gizi tersebut dalam darah,
terutama glukosa darah.
Seperti sekresi insulin, faktor utama yang mengatur sekresi glukagon adalah efek
langsung konsentrasi glukosa darah pada pankreas endokrin.Dalam hal ini, sel-sel α
pankreas meningkatkan sekresi glukagon sebagai respons terhadap penurunan glukosa
darah.Efek hiperglikemik hormon ini cenderung memulihkan konsentrasi glukosa darah
ke normal. Sebaliknya, peningkatan konsentrasi glukosa darah, seperti yang terjadi
setelah makan, menghambat sekresi glukagon, yang juga cenderung memulihkankadar
glukosa darah ke normal.
Dengan demikian, terdapat hubungan umpan-balik negatif langsung antara konsentrasi
glukosa darah dan kecepatan sekresi sel α, tetapi hubungan tersebut berlawanan arah
dengan efek glukosa darah pada sel β,dengan kata lain, peningkatan kadar glukosa darah
menghambat sekresi glukagon tetapi merangsang sekresi insulin, sedangkan penurunan
glukosa darah menyebabkan peningkatan sekresi glukagon dan penurunan sekresi
insulin.
Karena glukagon meningkatkan glukosa darah dan insulin menurunkan glukosa darah,
perubahan sekresi hormon-hormon pankreas sebagai respons terhadap penyimpangan
glukosa ini bekerja sama secara homeostasis untuk memulihkan kadar glukosa darah ke
normal. Demikian juga, penurunan konsentrasi asam lemak darah secara langsung
merangsang pengeluaran glukagon dan menghambat pengeluaran insulin oleh pankreas,
keduanya merupakan mekanisme kontrol umpan-balik negatif untuk memulihkan kadar
asam lemak darah ke normal.
Efek-efek yang berlawanan dari konsentrasi glukosa dan asam lemak darah pada sel α
dan βpankreas tersebut sesuai untuk mengatur kadar molekul-molekul nutrien dalam
sirkulasi darah, karena efek insulin dan glukagon pada metabolisme karbohidrat dan
lemak saling berlawanan. Efek konsentrasi asam amino darah pada sekresi kedua hormon
ini adalah cerita yang lain. Peningkatan konsentrasi asam amino darah merangsang
sekresi glukagon daninsulin.Mengapa hal ini tampak paradoks, karena glukagon tidak
menimbulkan efek apapun pada konsentrasi asam amino darah. Efek peningkatan kadar
asam amino darah yang sama pada sekresi glukagon dan insulin akan masuk akal apabila
anda meneliti efek kedua hormon ini pada kadar glukosa darah.
Apabila selama penyerapan makanan kaya protein, peningkatan asam amino darah hanya
merangsang sekresi insulin, dapat terjadi hipoglikemia. Karena setelah mengkonsumsi
makanan kaya protein hanya terdapat sedikit karbohidrat untuk diserap, peningkatan
sekresi insulin yang dipicu oleh asam amino akan menyebabkan sebagian besar glukosa
masuk ke dalam sel, sehingga terjadi penurunan mendadak kadar glukosa darah yang
tidak sesuai.
Namun, peningkatan sekresi glukagon yang terjadi secara bersamaan karena dirangsang
oleh peningkatan kadar asam amino darah akan meningkatkan pembentukan glukosa
oleh hati. Karena efek hiperglikemik glukagon melawan efek hipoglikemik insulin, hasil
akhir setelah kita mengkonsumsi makanan kaya protein tetapi rendah karbohidrat adalah
kestabilan kadar glukosa darah (dan pencegahan hipoglikemia sel-sel otak).
5. Pola Makan8-9
Gambar 10. Piramida Makanan
Gambar diatas menunjukan tentang piramida makanan. Pada piramida makanan ini
tergambar proporsi dan komposisi dari masing-masing komponen zat gizi. Yang dimaksud
dengan makanan 4 sehat 5 sempurna adalah bahan makanan yang terdapat di dalam
piramida makanan ini ditambah dengan asupan susu setiap hari. Adapun keempat bahan
lain selain susu ialah:
a) Karbohidrat kompleks
- yang dimaksud dengan karbohidrat kompleks ialah makanan yang mengandung
oligosakarida dan polisakarida (lebih dari 2 gugus gula). Bahan makanan yang
mengandung karbohidrat kompleks ialah nasi, roti, mie, kentang, umbi-umbian ataupun
sagu.
b) Karbohidrat simpleks
- yang dimaksud dengan karbohidrat simpleks ialah bahan makanan yang mengandung
monosakarida dan disakarida yang lebih mudah mengalami oksidasi di dalam tubuh untuk
menghasilkan energi. Frekuensi makan karbohidrat simpleks ialah yang terkecil dibanding
zat gizi yang lain. Bahan makanan seperti madu mengandung jenis karbohidrat ini.
c) Protein
- bahan makanan yang mengandung protein berfungsi sebagai zat pembangun tubuh.
Protein memiliki fungsi yang sangat khas dan penting bagi kelanjutan struktural tubuh.
Oleh karena itu asupan protein seperti yang terkandung di dalam daging, ikan, tahu,
tempe, dan kacang-kacangan menjadi hal yang penting bagi tubuh.
d) Vitamin dan Mineral
- bahan makanan ini merupakan jenis bahan makanan kedua terbanyak yang harus diberi.
Fungsinya tentu saja menjaga kestabilan proses dalam tubuh. Adapun bahan makanan
yang mengandung vitamin dan mineral adalah sayur dan buah-buahan.
e) Susu
- sebagai pelengkap yang berfungsi membantu pertumbuhan tulang dan gigi.
Pola makan yang normal terdiri dari ketiga bahan makanan utama yaitu protein 10-15%
total kalori/hari, lemak 20-35% total kalori/hari dan karbohidrat 65-70% total kalori/hari.
Komposisi ini bukanlah hal yang mutlak karena hanya berdasarkan rata-rata kelompok,
sedangkan kebutuhan setiap individu bervariasi tergantung pada berbagai faktor antara
lain aktivitas sehari-hari. Setelah dikonsumsi, bahan makanan akan dioksidasi dalam
tubuh. Hasil oksidasi tersebut adalah berupa energi. 1 gram lemak menghasilkan energi
sebesar 9 kkal/gram. Sedangkan 1 gram protein dapat menghasilkan 4 kkal/gram. 1 gram
karbohidrat menghasilkan 4 kkal/gram. Sehingga bila diketahui kadar karbohidrat, protein
dan lemak dari berbagai bahan makanan, kita dapat mengetahui jumlah kalori suatu bahan
makanan dan asupan kalori perhari seseorang.
Pola makan yang baik bagi pemenuhan kebutuhan sehari-hari dirumuskan melalui
pedoman umum gizi seimbang (PUGS). Ada 13 poin dalam penjabaran PUGS. Tiga belas
langkah ini adalah penjabaran dari 4 sehat 5 sempurna dalam kehidupan sehari-hari. Yang
dimaksud dengan PUGS ialah:
i. Makanlah aneka ragam makanan
ii. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi
iii. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi
iv. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan energi
v. Gunakan garam beryodium
vi. Makanlah makanan sumber zat besi
vii. Berikan ASI saja kepada bayi sampai umur empat bulan
viii. Biasakan makan pagi
ix. Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya
x. Lakukan kegiatan fisik dan olah raga secara teratur
xi. Hindari minum minuman beralkohol
xii. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan
xiii. Bacalah label pada makanan yang dikemas.
Kesimpulan
Gizi yang cukup serta pola makan yang baik akan memberikan dampak yang cukup
signifikan pada saat proses pertumbuhan. Proses pertumbuhan bisa berjalan dengan baik
dengan pencernaan dan metabolisme yang baik. Proses metabolisme di dalam tubuh juga
dipengaruhi oleh beberapa hormon pankreas seperti insulin dan glukagon.
Daftar Pustaka
1. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke system. 6th ed. Jakarta: EGC; 2012.h.725-90.
2. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper.27th ed. Jakarta: EGC;
2013.h.95-287.
3. Lehninger AL. Dasar-dasar biokimia. Jakarta: Erlangga; 1990.
4. Barasi ME. Nutrition at a glance. Alih basaha, Hermin Salim. Jakarta: Erlangga; 2009.
5. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2003.hal.318-321
6. Guyton, Hall. Fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC; 2006.hal.1221-1239.
7. Ganong WF. Buku ajar fisiologi. Edisi ke-22. Jakarta: EGC; 2005.hal.320-341.
8. Hall JE. Fisiologi kedokteran. Ed. 11. Jakarta: 2010; EGC. h. 517-553
9.Pola makan sehat dan gaya hiddup yang benar. Diunduh dari:
http://gayahidupsehat.org/pola-makan-sehat/. 13 Oktober 2013.