vit b6 fix

45
BAB I PENDAHULUAN Seiring perkembangan teknologi sediaan steril yang semakin pesat maka produksi sediaan sterilpun harus semakin maju untuk mendukung kebutuhan masyarakat dan dunia kesehatan yang ada. Komponen sediaan parenteral memerlukan pula persyaratan kemasan dan penutup kemasan yang khusus, begitu juga proses manufaktur memerlukan teknologi dan personalia yagn terlatih secara khusus dan menyadari resiko yang mungkin terjadi jika kriteria steril dan bebas pirogen diabaikan. Perkembangan mutakhir dalam ilmu pengetahuan telah dapat menghasilkan obat secara (rekayasa) bioteknologi, yaitu obat yang dimasukkan dalam kelompok obat protein-peptida (biologic). Kelompok obat ini memerlukan perhatian khusus terutama menyangkut masalah stabilitas dan proses manufaktur (untuk sediaan yang mengandung bahan aktif labil), yaitu secara liofiliasi (freeze drying). Perkembangan terakhir di negara maju mensyaratkan sediaan EENT steril (obat untuk mata, telinga, tenggorokan, dan kerongkongan) dan manufaktur dengan teknologi aseptic. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa pengobatan secara parenteral adalah cara pemberian obat langsung ke dalam cairan tubuh, pengembangan, manufaktur, dan pengontrolan sediaan parenteral memerlukan persyaratan yang lebih dari sediaan farmasi yang sudah lazim. Umumnya, bahan (aktif dan pembawa) yang digunakan untuk sediaan farmasi ini memerlukan persyaratan “untuk injeksi” yang tidak

Transcript of vit b6 fix

Page 1: vit b6 fix

BAB I

PENDAHULUAN

Seiring perkembangan teknologi sediaan steril yang semakin pesat maka produksi

sediaan sterilpun harus semakin maju untuk mendukung kebutuhan masyarakat dan dunia

kesehatan yang ada. Komponen sediaan parenteral memerlukan pula persyaratan kemasan dan

penutup kemasan yang khusus, begitu juga proses manufaktur memerlukan teknologi dan

personalia yagn terlatih secara khusus dan menyadari resiko yang mungkin terjadi jika kriteria

steril dan bebas pirogen diabaikan. Perkembangan mutakhir dalam ilmu pengetahuan telah

dapat menghasilkan obat secara (rekayasa) bioteknologi, yaitu obat yang dimasukkan dalam

kelompok obat protein-peptida (biologic). Kelompok obat ini memerlukan perhatian khusus

terutama menyangkut masalah stabilitas dan proses manufaktur (untuk sediaan yang

mengandung bahan aktif labil), yaitu secara liofiliasi (freeze drying). Perkembangan terakhir di

negara maju mensyaratkan sediaan EENT steril (obat untuk mata, telinga, tenggorokan, dan

kerongkongan) dan manufaktur dengan teknologi aseptic. Seperti yang kita ketahui bersama

bahwa pengobatan secara parenteral adalah cara pemberian obat langsung ke dalam cairan

tubuh, pengembangan, manufaktur, dan pengontrolan sediaan parenteral memerlukan

persyaratan yang lebih dari sediaan farmasi yang sudah lazim. Umumnya, bahan (aktif dan

pembawa) yang digunakan untuk sediaan farmasi ini memerlukan persyaratan “untuk injeksi”

yang tidak hanya mencantumkan persyaratan kimia dan fisika, tetapi juga persyaratan “steril”

dan “bebas pirogen”. Sediaan parenteral merupakan sediaan steril. Sediaan ini diberikan

melalui beberapa rute pemberian yaitu intravena, intraspinal, intramuskuler, subkutis dan

intradermal. Apabila injeksi diberikan melalui rute intramuscular, seluruh obat akan berada di

tempat itu. Dari tempat suntikan itu obat akan masuk ke pembuluh darah di sekitarnya secara

difusi pasif, baru masuk ke dalam sirkulasi. Cara ini sesuai utnuk bahan obat , baik yang

bersifat lipofilik maupun yang hidrofilik. Kedua bahan obat itu dapat diterima dalam jaringan

otot baik secara fisis maupun secara kimia. Ahkan bentuk sediaan larutan, suspensi, atau

emulsi juga dapat diterima lewat intramskuler, begitu juga pembawanya bukan hanya air

melainkan yang non air juga dapat. Hanya saja apabila berupa larutan air harus diperhatikan

pH larutan tersebut.

Page 2: vit b6 fix

Istilah parenteral berasal dari kata Yunani para dan enteron yang berari disamping atau lain

dari usus. Sediaan ini diberikan dengan cara menyuntikkan obat di bawah atau melalui satu

atau lebih lapisan kulit atau membrane mukosa. Karena rute ini disekitar daerah pertahanan

yang sangat tinggi dari tubuh, yaitu kulit dan selaput/membrane mukosa, maka kemurniaan

yang sangat tinggi dari sediaan harus diperhatikan. Yang dimaksud dengan kemurnian yang

tinggi itu antara lain harus steril. Obat suntik hingga volume 100 ml disebut sediaan parenteral

volume kecil sedangkan apabila lebih dari itu disebut sediaan parenteral volume besar, yang

biasa diberikan secara intravena.

¤ TUJUAN PRAKTIKUM

- Dapat membuat Sediaan Parenteral Volume Besar (SPVB) infuse.

- Dapat memahami faktor-faktor yang mempengaruhi sediaan steril SPVB.

- Dapat membuat sediaan steril injeksi volume besar dekstrosa.

- Memenuhi mata kuliah Teknologi Sediaan Steril berupa injeksi volume besar.

Page 3: vit b6 fix

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Injeksi (FI) adalah sediaan streril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang

harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan

dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lender injeksi.

Injeksi dibuat dengan melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan sejumlah obat ke

dalam sejumlah pelarut dan disisipkan dalam wadah takaran tunggal atau ganda.

Rute pemberian sedian parenteral atau injeksi dimuat dalam beberapa pustaka, antara

lain Farmakope Indonesia, Formularium Nasional kedua pustaka tersebut di dalam antara

kurung dan lain sebagainya. Pengetahuan tentang rute pemebrian ini bukan dimaksudkan agar

dapat menyuntikkan dengan benar, tetapi untuk farmasis lebih ditekankan pada persyaratan

produk ditinjau secara farmasis

Persyaratan farmasetik yang dimaksud antara lain pemilihan wadah dengan

ukuran yang tepat, penentuan pH, pemilihan bahan pengawet dan penetapan tonisitas.

Untuk jelasnya dapat diikuti uraian masing-masing rute pemberian injeksi.

1. Pemberian Subkutis (Subkutan)

Lapisan ini letaknya persis dibawah kulit, yaitu lapisan lemak (lipoid) yang dapat

digunakan untuk pemberian obat antara lain vaksin, insulin, skopolamin, dan epinefrin

atau obat lainnya. Injeksi subkutis biasanya diberikan dengan volume samapi 2 ml (PTM

membatasi tak boleh lebih dari 1 ml) jarum suntik yang digunakan yang panjangnya

samapi ½ sampai 1 inci (1 inchi = 2,35 cm)

Cara formulasinya harus hati-hati untuk meyakinkan bahwa sediaan (produk) mendekati

kondisi faal dalam hal pH dan isotonis. FN (1978) mensyaratkan larutannya

isotoni dan dapat ditambahkan bahan vasokontriktor seperti Epinefrin untuk molekulisasi

obat (efek obat)

Page 4: vit b6 fix

Cara pemberian subkutis lebih lambat apabila dibandingkan cara intramuskuler atau intravena.

Namun apabila cara intravena volume besar tidak dimungkinkan cara ini seringkali digunakan

untuk pemberian elektrolit atau larutan infuse i.v sejenisnya. Cara ini disebut hipodermoklisis,

dalam hal ini vena sulit ditemukan. Karena pasti terjadi iritasi maka pemberiannya harus hati-

hati. Cara ini dpata dimanfaatkan untuk pemberian dalam jumlah 250 ml sampai 1 liter.

2. Pemberian intramuskuler

Intramuskuler artinya diantara jaringan otot. Cara ini keceparan absorbsinya terhitung nomor 2

sesudah intravena. Jarum suntik ditusukkan langsung pada serabut otot yang letaknya dibawah

lapisan subkutis. Penyuntikan dapat di pinggul, lengan bagian atas. Volume injeksi 1 samapi 3

ml dengan batas sampai 10 ml (PTM—volume injeksi tetap dijaga kecil, biasanya tidak lebih

dari 2 ml, jarum suntik digunakan 1 samai 1 ½ inci. Problem klinik yang biasa terjadi adalah

kerusakan otot atau syaraf, terutama apabila ada kesalahan dalam teknik pemberian (ini penting

bagi praktisi yang berhak menyuntik). Yang perlu diperhatikan bagi Farmasis anatara lain

bentuk sediaan yang dapat diberikan intramuskuler, yaitu bentuk larutan emulsi tipe m/a atau

a/m, suspensi dalam minyak atau suspensi baru dari puder steril. Pemberian intramuskuler

memberikan efek “depot” (lepas lambat), puncak konsentrasi dalam darah dicapai setelah 1-2

jam. Faktor yang mempengaruhi pelepasan obat dari jaringan otot (im) anatar lain : rheologi

produk, konsentrasi dan ukuran partikel obat dalam pembawa, bahan pembawa, volume

injeksi, tonisitas produk dan bentuk fisik dari produk. Persyaratan pH sebaiknya diperhatikan,

karena masalah iritasi, tetapi dapat dibuat pH antara 3-5 kalau bentuk suspensi ukuran partikel

kurang dari 50 mikron.

3. Pemberian intravena

Penyuntikan langsung ke dalam pembuluh darah vena untuk mendapatkan efek segera. Dari

segi kefarmasian injeksi IV ini boleh dikata merupakan pilihan untuk injeksi yang bila

diberikan secara intrakutan atau intramuskuler mengiritasi karena pH dan tonisitas terlalu jauh

dari kondisi fisiologis. Kelemahan cara ini adalah karena kerjanya cepat, maka pemberian

antidotum mungkin terlambat. Volume pemberian dapat dimulai Dari 1 ml hingga 100 ml,

bahkan untuk infus dapat lebih besar dari 100 ml. Kecepatan penyuntikan samapi 5 ml

Page 5: vit b6 fix

diberikan 1 ml/10 detik, sedangkan untuk di atas 5 ml kecepatannya 1 ml/20 detik. Intravena

hanya terbatas untuk pemberian larutan air, kalau merupakan bentuk emulsi harus memenuhi

ukuran partikel tertentu. Kalau dapay diusahakan pH dan tonisitas sesuai dengan keadaan

fisiologis.

4. Pemberian intrathekal-intraspinal

Penyuntikan langsung ke dalam cairan serebrospinal pada beberapa temapt. Cara ini berbeda

dengan cara spinal anastesi. Kedua pemberian ini mensyaratkan sediaan dengan

kemurniaannya yang sangat tinggi, karena dearah ini ada barier (sawar) darah sehingga

daerahnya tertutup.

Sediaan intraspinal anastesi biasanya dibuat hiperbarik yaitu cairannya mempunyai tekanan

barik lebih tinggi dari tekanan barometer. Cairan sediaan akan bergerak turun karena gravitasi,

oleh sebab itu harus pada posisi pasien tegak.

5. Intraperitoneal

Penyuntikan langsung ke dalam rongga perut, dimana obat secara cepat diabsorbsi. Sediaan

intraperitoneal dapat juga diberikan secara intraspinal, im,sc, dan intradermal

6. Intradermal

Capa penyuntikan melalui lapisan kulit superficial, tetapi volume pemberian lebih kecil dan sc,

absorbsinya sangat lambat sehingga onset yang dapat dicapai sangat lambat.

7. Intratekal

Digunakan khusus untuk bahan obat yang akan berefek pada cairan serebrospinal. Digunakan

untuk infeksi ssp seperti meningitis, juga untuk anestesi spinal. Intratekal umumnya

diinjeksikan secara langsung pada lumbar spinal atau ventrikel sehingga sediaan dapat

berpenetrasi masuk ke dalam daerah yang berkenaan langsung pada SSP.

Page 6: vit b6 fix

Sediaan Parenteral Volume Besar (SPVB)

Sediaan parenteral volume besar umumnya diberikan lewat infus intravena untuk

menambah cairan tubuh, elektrolit, atau untuk memberi nutrisi. Infus intravena adalah sediaan

parenteral dengan volume besar yang ditujukan untuk intravena. Pada umumnya cairan infus

intravena digunakan untuk pengganti cairan tubuh dan memberikan nutrisi tambahan, untuk

mempertahankan fungsi normal tubuh pasien rawat inap yang membutuhkan asupan kalori yang

cukup selama masa penyembuhan atau setelah operasi. Selain itu ada pula kegunaan lainnya

yakni sebagai pembawa obat-obat lain. Cairan infus intravena dikemas dalam bentuk dosis

tunggal, dalam wadah plastik atau gelas, steril, bebas pirogen serta bebas partikel-partikel lain.

Oleh karena volumenya yang besar, pengawet tidak pernah digunakan dalam infus intravena

untuk menghindari toksisitas yang mungkin disebabkan oleh pengawet itu sendiri. Cairan infus

intravena biasanya mengandung zat-zat seperti asam amino, dekstrosa, elektrolit dan vitamin.

Walaupun cairan infus intravena yang diinginkan adalah larutan yang isotonis untuk

meminimalisasi trauma pada pembuluh darah, namun cairan hipotonis maupun hipertonis dapat

digunakan. Untuk meminimalisasi iritasi pembuluh darah, larutan hipertonis diberikan dalam

kecepatan yang lambat.

Persyaratan

1. Sesuai kandungan bahan obat yang dinyatakan didalam etiket dan yang ada dalam sediaan;

terjadi pengurangan efek selama penyimpanan akibat perusakan obat secara kimia.

2. Penggunaan wadah yang cocok, yang tidak hanya memungkinkan sediaan tetap steril tetapi

juga mencegah terjadinya interaksi bahan obat dengan material dinding wadah.

3. Tersatukan tanpa terjadi reaksi. untuk itu, beberapa faktor yang paling banyak menentukan

adalah:

a) bebas kuman

b) bebas pirogen

c) bebas pelarut yang secara fisiologis tidak netral

d) isotonis

e) isohidris

f) bebas bahan melayang

Keuntungan pemberian infus intravena adalah menghasilkan kerja obat yang cepat dibandingkan

cara-cara pemberian lain dan tidak menyebabkan masalah terhadap absorbsi obat. Sedangkan

Page 7: vit b6 fix

kerugiannya yaitu obat yang diberikan sekali lewat intravena maka obat tidak dapat dikeluarkan

dari sirkulasi seperti dapat dilakukan untuk obat bila diberikan per oral, misalnya dengan cara

dimuntahkan

Pembahasan:

Infus tidak perlu pengawetkarena volume sediaan besar. Jika ditambahkan pengawet maka

jumlah pengawet yang dibutuhkan besar sehingga dapat menimbulkan efek toksis

INFUS IV Ca GLUKONAT / GLUKONAT

Dalam percobaan ini akan dibuat sediaan infus intravena kalsium glukonat yang merupakan

larutan supersaturasi yang distabilkan dengan penambahan 35 mg kalsium D-saccharate, dan

harus disimpan pada suhu kamar. Laju infus maksimum yang disarankan adalah 200

mg/menit.

INFUS IV DEKSTRAN

Kehilangan darah, sejauh jumlahnya tidak melampaui 10% dari jumlah total, tubuh masih

dapat menyeimbangkannya kembali. Jika kehilangannya lebih besar, harus disuplai cairan

pengganti darah untuk mengisi plasma melalui jalan infus ke dalam tubuh. Hal tersebut

dibutuhkan juga pada syok perdarahan, akibat luka (kebakaran, luka dalam) pada sakit perut atau

muntah yang berkepanjangan. Infus dextran 70 merupakan larutan makromolekul yang memiliki

waktu tinggal yang lebih panjang dalam pembuluh darah, karena tidak atau sedikit mengalami

difusi, juga airnya terikat secara hidratasi. Yang menentukan dextran 70 sebagai bahan pengganti

plasma adalah berat molekulnya diatas 20.000. Pengisisan volume darah dapat dilakukan dengan

larutan NaCl fisiologis atau dengan larutan elektrolit, namun jumlah cairan yang dimasukkan

tersebut hanya sebentar berada dalam peredaran darah, untuk kemudian segera dieliminasi keluar

tubuh melalui ginjal

INFUS IV ELEKTROLIT UNTUK DEHIDRASI

Fungsi larutan elektrolit secara klinis digunakan untuk mengatasi perbedaan ion atau

penyimpangan jumlah normal elektrolit dalam darah. Kondisi plasma yang terlampau basa akibat

ion Na, K, Ca dalam jumlah berlebih Kehilangan natrium disebut hipovolemia, sedangkan

kekurangan H2O disebut dehidrasi, kekurangan HCO3 disebut asidosis, metabolic dan

kekurangan K+ disebut hipokalemia. Dehidrasi adalah hilangnya elektrolit lebih rendah secara

disproporsional dibandingkan dengan hilangnnya air. Dehidrasi sebagai akibat meningkatnya

Page 8: vit b6 fix

tekanan osmotic cairan tubuh akibat dari rasa haus yang tidak merangsang penggantian air yang

hilang dengan cukup.

INFUS IV GLUKOSA NaCl / GLUKOSA 10%

Pada umumnya larutan glukosa untuk injeksi digunakan sebagai pengganti kehilangan cairan

tubuh, sehingga tubuh kita mempunyai energi kembali untuk melakukan metabolismenya dan

juga sebagai sumber kalori. Dosis glukosa adalah 2,5-11,5 % (Martindale), pada umumnya

digunakan 5 %. Dalam formula ini ditambahkan NaCl supaya diapat larutan yang isotonis,

dimana glukosa disini bersifat hipotonis. Dalam pembuatan aqua p.i ditambahkan H2O2 yang

dimaksudkan untuk menghilangkan pirogen, serta di dalam pembuatan formula ini ditambahkan

norit untuk menghilangkan kelebihan H2O2.

INFUS IV MENGANDUNG Na, Ca, K

Kalium klorida (KCl), kalium merupakan kation (positif) yang terpenting dalam cairan

intraseluler dan sangat esensial untuk mengatur keseimbangan asam-basa serta isotonis sel.

Natrium klorida (NaCl), natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler dan

memegang peranan penting pada regulasi tekanan osmotisnya. Sering digunakan dalam infus

dengan elektrolit lain.

INFUS IV NaCl

Natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler dan memegang peranan penting

pada regulasi tekanan osmotisnya, juga pada pembentukan perbedaan potensial ( listrik ) yang

perlu bagi kontraksi otot dan penerusan impuls di syaraf. Defisiensi natrium dapat terjadi akibat

kerja fisik yang terlampau berat dengan banyak berkeringat dan banyak minum air tanpa

tambahan garam ekstra. Gejalanya berupa mual, muntah, sangat lelah, nyeri kepala, kejang otot

betis, kemudian juga kejang otot lengan dan perut. Selain pada defisiensi Na, natrium juga

digunakan dalam bilasan 0,9 % ( larutan garam fisiologis ) dan dalam infus dengan elektrolit

lain.

INFUS IV PENGGANTI CAIRAN TUBUH

Air beserta unsur-unsur didalamnya yang diperlukan untuk kesehatan sel disebut cairan

tubuh. Keseimbangan air dalam tubuh harus dipertahankan supaya jumlah yang diterima sama

dengan jumlah yang dikeluarkan. Penyesuaian dibuat dengan penambahan / pengurangan jumlah

yang dikeluarkan sebagai urin juga keringat. Ini menekankan pentingnya perhitungan

Page 9: vit b6 fix

berdasarkan fakta tentang jumlah cairan yang masuk dalam bentuk minuman maupun makanan

dan dalam bentuk pemberian cairan lainnya. Elektrolit yang penting dalam komposisi cairan

tubuh adalah Na, K, Ca, dan Cl. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka dibuatlah

sediaan infuse pengganti cairan tubuh yaitu infuse Ringers. Injeksi Ringer adalah larutan steril

Natrium klorida, Kalium klorida, dan Kalsium klorida dalam air untuk obat suntik. Kadar ketiga

zat tersebut sama dengan kadar zat-zat tersebut dalam larutan fisiologis. Larutan ini digunakan

sebagai penambah cairan elektrolit yang diperlukan tubuh.

INFUS IV PROTEIN UNTUK DBD

Bilamana seorang penderita harus diberikan makanan yang memadai tetapi tidak dapat

melalui saluran cerna. Indikasi cara ini biasanya digunakan untuk persiapan bedah pada

penderita kurang gizi, persiapan kemoterapi radioterapi dan kelainan saluran cerna berat. Nutrisi

parenteral total memerlukan larutan yang mengandung asam amino; glukosa; lemak; elektrolit;

dan vitamin. Glukosa merupakan sumber karbohidrat yang lebih disukai, tapi bila tiap harinya

diberikan lebih dari 180 g maka harus ada monitoring kadar gula darah. Bila mungkin diperlukan

insulin. Glukosa dengan ragam kekuatan 10 – 50 % harus di infus melalui kateter vena central.

Untuk menghindari trombosis (gumpalan darah yang terbentuk pembuluh darah). Jumlah

volume infuse intravena biasanya 500 mL dan 250 mL mengandung zat-zat sebagai nutrisi,

penambah darah, elektrolit, asam amino, antibiotik, dan obat yang umumnya diberikan lewat

jarum yang dibiarkan di vena atau kateter dengan diteteskan terus menerus. Tetesan atau

kecepatan mengalir dapat diatur oleh dokter atau perawat sesuai dengan kebutuhan pasien.

Umumnya 2-3 mL permenit.

INFUS IV UNTUK MEMPERTAHANKAN KESEIMBANGAN ASAM TUBUH

Pembuatan infus ini mengacu pada penggunaannya sebagai cairan infus yang dapat

menstabilkan jumlah elektrolit-elektrolit yang sama kadarnya dalam cairan fisiologis normal,

sehingga diharapkan pasien dapat mempertahankan kondisi elektrolitnya agar sesuai dengan

batas-batas atau jumlah elektrolit yang normal pada plasma. Selain itu, digunakan pengisotonis

dekstrosa yang diharapkan mampu menambah kalori bagi pasien serta meningkatkan stamina

karena biasanya kondisi pasien yang kekurangan elektrolit dalam keadaan lemas (sehingga perlu

diinfus). Ion natrium (Na+) dalam injeksi berupa natrium klorida dapat digunakan untuk

Page 10: vit b6 fix

mengobati hiponatremia, karena kekurangan ion tersebut dapat mencegah retensi air sehingga

dapat menyebabkan dehidrasi. Kalium klorida (KCl), kalium merupakan kation (positif) yang

terpenting dalam cairan intraseluler dan sangat esensial untuk mengatur keseimbangan asam-

basa serta isotonis sel. Ion kalsium (Ca2+), bekerja membentuk tulang dan gigi, berperan dalam

proses penyembuhan luka pada rangsangan neuromuskuler. Jumlah ion kalsium di bawah

konsentrasi normal dapat menyebabkan iritabilitas dan konvulsi. Ion Magnesium (Mg2+) juga

diperlukan tubuh untuk aktivitas neuromuskuler sebagai koenzim pada metabolisme karbohidrat

dan protein. Dekstrosa, suatu bentuk karbohidrat yang diberikan secara parenteral diharapkan

dapat memberikan tambahan kalori yang diperlukan untuk menambah energi pada tubuh.

INFUS IV UNTUK PENGELOLAAN DEHIDRASI

Sekitar 60% berat badan manusia terdiri dari cairan. Setiap hari sekitar 1,7 liter cairan di

dalam tubuh keluar melalui urin, tinja, keringat dan pernapasan. Cairan yang keluar tersebut akan

digantikan oleh cairan yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman, yakni

sebanyak 3 liter perhari. Jika cairan yang keluar dai tubuh terjadi secara berlebihan dan tidak

diimbangi dengan cairan yang masuk, maka terjadilah dehidrasi (kekurangan cairan tubuh).

Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh, karena terjadi

pengeluaran yang lebih banyak daripada pemasukan. Gangguan kehilangan cairan tubuh ini

disertai dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh. Zat eletrolit yang diperlukan tubuh

terdiri dari anion dan kation antara lain Na+, K+, Ca2+, SO42-, dan Cl-.

Dehidrasi terdiri dari :

a. Absolut :Kandungan air dibawah normal atau dibawah standar.

b. Hypenatermic : Keadaan hilangnya elektrolit lebih rendah secara disproporsional

dibandingkan dengan hilangnya air.

c. Relatif : Dehidrasi sebagai akibat meningkatnya tekanan osmotik cairan tubuh.

d. Voluntari : Akibat dari rasa haus yang tidak merangsang penggantian air yang hilang dengan

cukup.

INFUS MENGANDUNG KARBOHIDRAT

Karbohidrat merupakan bahan bakar utama (sumber energi) bagi tubuh yang didalam

makanan terdapat sebagai monosakarida, disakarida dan polisakarida. Selain sumber energi juga

berperan penting dalam menjaga keseimbangan asam-basa, pembentukan struktur sel, jaringan

Page 11: vit b6 fix

dan organ tubuh. Bilamana seorang penderita harus diberikan makanan yang memadai tetapi

tidak dapat melalui saluran cerna atau mengalami gangguan saluran cerna seperti diare maka

sumber energi utama yakni karbohidrat dapat diberikan melalui infus yang mengandung

karbohdrat. Glukosa merupakan sumber karbohidrat yang lebih disukai dan salah satu senyawa

yang penting didalam tubuh sebagai sumber energi.

INFUS Na BIKARBONAT UNTUK ASIDOSIS METABOLIK

Asidosis metabolic adalah suatu keadaan dimana pH arterial bersifat asam dan konsentrasi

bikarbonat plasma dibawah normal. Pada asidosis metabolic akut, pH arterial dibawah 7,1-7,2

dan konsentrasi bikarbonat plasma,

INFUS PROTEIN

Protein merupakan makromolekul yang pada hidrolisa hanya menghasilkan asam amino. Sel

hidup menghasilkan berbagai macam makromolekul (protein, asam nukleat dan polisakarida)

yang berfungsi sebagai komponen struktural, biokatalisator, hormon, reseptor dan sebagai tempat

penyimpanan informasi genetik. Makromolekul ini merupakan biopolimer yang dibentuk dari

unit monomer atau bahan pembangun.

INFUS IV DEKSTROSA

Dekstrosa dengan mudah dimetabolisme, dapat meningkatkan kadar glukosa darah dan

menambah kalori. Dekstrosa dapat menurunkan atau mengurangi protein tubuh dan kehilangan

nitrogen, meningkatkan pembentukan glikogen dan mengurangi atau mencegah ketosis jika

diberikan dosis yang cukup. Dekstrosa dimetabolisme menjadi CO2 dan air, maka larutan

dekstrosa dan air dapat mengganti cairan tubuh yang hilang. Injeksi dekstrosa dapat juga

digunakan sebagai diuresis dan volume pemberian tergantung kondisi klinis pasien.

LARUTAN PENCUCI PADA OPERASI LAMBUNG

Larutan irigasi adalah larutan steril, bebas pyrogen yang digunakan untuk tujuan pencucian

dan pembilasan. Sodium Klorida ( NaCl ) secara umum digunakan untuk irigasi ( seperti irigasi

pada rongga tubuh, jaringan atau luka). Larutan irigasi NaCl hipotonis 0,45% dapat digunakan

sendiri atau tanpa penambahan bahan tambahan lain. Larutan irigasi NaCl 0,9% dapat digunakan

untuk mengatasi iritasi pada luka.

Page 12: vit b6 fix

Larutan irigasi dimaksudkan untuk mencuci dan merendam luka atau lubang operasi,

sterilisasi pada sediaan ini sangat penting karena cairan tersebut langsung berhubungan dengan

cairan dan jaringan tubuh yang merupakan tempat infeksi dapat terjadi dengan mudah.

INFUS PENDERITA DIARE BERAT

(LOCKE RINGER)

Locke – Ringer mengandung zat-zat yang dibutuhkan tubuh yaitu elektrolit-elektrolit dan

karbohidrat sesuai untuk penderita diare berat Digunakan norit, yaitu untuk menyerap pirogen

dan mengurangi kelebihan H2O2. Cara sterilisasi yang digunakan adalah dengan teknik otoklaf

karena bahan-bahan yang digunakan tahan panas

INFUS UNTUK PENGELOLAAN METABOLIK ALKALOSIS

Alkalosis metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena tingginya

kadar bikarbonat. Alkaosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan banyak asam. Sebagai contoh

adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang berkepanjangan atau

bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di

rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut)

Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang mengkonsumsi

terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat. Selain itu, alkalosis metabolik

dapat terjadi bia kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah yang banyak mempengaruhi

kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam basa darah.

INFUS LARUTAN IRIGASI GLISIN

Larutan irigasi adalah sediaan larutan steril dalam jumlah besr. Larutan tidak disuntikkan ke

dalam vena, tapi digunakan di luar sistem peredaran darah dan umumnya menggunakan jenis

tutup yang diputar atau plastik yang dipatahkan, sehingga memungkinkan pengisian larutan

dengan cepat. Larutan ini digunakan untuk merendam atau mencuci luka2. Sayatan bedah atau

jaringan tubuh dan dapat pula mengurangi pendarahan. Larutan irigasi glisin digunakan selama

operasi kelenjar prostat dan prosedur transuretral lainnya. Larutan yg digunakan untuk luka dan

kateter uretra yg mengenai jaringan tubuh hrs disterilkan dgn cara aseptis.

INFUS IV YG MENGANDUNG NUTRISI

Page 13: vit b6 fix

Glukosa termasuk monosakarida dimana sebagian besar monosakarida dibawa oleh aliran

darah ke hati. Di dalam hati, monosakarida mengalami proses sintetis menghasilkan glikogen,

oksidasi menjadi CO2 dan H2O atau dilepaskan untuk dibawa dengan aliran darah ke bagian

tubuh yg memerlukannya. Sebagian lain monosakarida dibawa langsung ke sel jaringan organ

tertentu dan mengalami proses metabolisme lbh lanjut. Karena pengaruh berbagai faktor dan

hormon insulin yg dihasilkan oleh kelnjar pankreas, hati dapat mengatur kadar glukosa dalam

darah. Kadar glukosa dalam darah merupakan faktor yg sgt penting utk kelancaran kerja tubuh.

INFUS IV RINGER LAKTAT

Jika untuk mengatasi kondisi kekurangan volume darah, larutan natrium klorida 0,9% - 1,0%

menjadi kehilangan maka secara terapeutik sebaiknya digunakan larutan ringer, larutan ini

mengandung KCl dan CaCl2 disamping NaCl. Beberapa larutan modifikasi jg mengandung

NaHCO3 maka larutan dapat disterilakan dengan panas yang stabil. Pengautoklafan larutan

natrium hidrogen karbonat hanya diproses mempunyai penyaringan kuman.

INFUS IV AMMONIUM KLORIDA

Ammonium klorida digunakan sebagai z.a yang dapat berkhasiat untuk pengobatan gangguan

metabolisme alkalosis dalam tubuh serta menggantikan ion klorida yang hilang dalam tubuh.

INFUS IV MENGANDUNG ELEKTROLIT DAN KARBOHIDRAT

Walaupun cairan infus intravena yang diinginkan adalah larutan yang isotonis untuk

meminimalisasi trauma pada pembuluh darah, namun cairan hipotonis maupun hipertonis dapat

digunakan. Untuk meminimalisasi iritasi pembuluh darah, larutan hipertonis diberikan dalam

kecepatan yang lambat.

Page 14: vit b6 fix

Keuntungan dan kerugian

Keuntungan

Respon fisiologis obat dicapai, jika diperlukan sehingga merupakan pertimbangan khusus untuk pasien jantung, asma, shcok, pingsan.

Terapi parenteral menemukan obat-obatan yang bukan hanya efektif melalui mulut atau dirusak oleh saluran cerna seperti insulin, hormon dan antibiotik.

Obat-obatan yang tidak kooperatif menimbulkan mual, muntah atau pasien tidak sadar harus diberikan IV

Bila diinginkan terapi parenteral memberikan kesempatan kepada dokter utnuk mengontrol obat tersebut sehingga pasien harus kembali utnuk pengobatan selanjutnya.

Dapat memberikan efek local seperti pada pembedahan gigi dan anestesi

Dalam kasus dimana diinginkan efek obat diperpanjang, bentuk steroid yang berefek lambat secara intraartikular dan golongan penisilin yang berefek lama jika diberiakn secara i.m

Juga merupakan cara pemberian yang sangat baik untuk cairan-cairan dan untuk keseimbangan elektrolit.

Bila bahan makanan tidak dapat diberikan melalu mulut maka total nutrisi dapat diberikan secara parenteral

Kerugian

Sediaan parenteral mempunyai dosis yang harus ditentukan lebih teliti waktu dan cara pemberian harus diberikan oleh tenaga yang sudah terlatih. Bila obat diberikan secara parenteral maka sulit dikembalikan efek fisiologisnya

Sediaan parenteral merupakan sediaan mahal karena preparasi dan pembuatan secara khusus seperti menggnakan kemasan yang khusus dengan dosis yang sudah diatur sesuai kebutuhan

Terapi parenteral akan meniulkan komplikasi dari beberapa penyakit seperti infeksi jamur, bakteri sehingga interaksinya tidak bisa dikendalikan

Kemajuan dalam manufaktur atau pabrikasi atau kemasan menimbulkan beberapa masalah dalam sterilitas, partikulasi, pirogenitas, sterilisasi dll.

Page 15: vit b6 fix

O

OH+ H2O

HO

OH

CH2OH

OH

BAB III

TEKNIK SEDIAAN STERIL

Praformulasi

Zat aktif : Dekstrosa / Dextrosum / Glukosa

Nama kimia : D-Glukosa monohidrat [5996-10-1] BM 198,17

C6H12O6.H2O anhidrat [50-99-7] BM 180,16

Dekstrosa adalah suatu gula yang diperoleh hidrolisis pati.

Mengandung satu molekul air hidrat atau anhidrat.

Pemerian : hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau serbuk granul putih,

tidak berbau, rasa manis.

Kelarutan : mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, larut dalam etanol

mendidih, sukar larut dalam etanol.

pH stabilitas : antara 3,5-6,5.

Dosis: 2,5-11,5% v/v, 0,5-0,8 g/kg/jam. Untuk hipoglikemia 20-50 ml (konsentrasi 50%)

Indikasi : sebagai sumber kalori dan zat pengisotonis

Cara pemberian : secara i.v

Stabilitas : stabil dalam bentuk larutan, dextrose stabil dalam keadaan penyimpanan yang

kering, dengan pemanasan tinggi dapat menyebabkan reduksi pH dan karamelisasi

larutan

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat dan baik

Kontraindikasi : Pada pasien anuria, intrakranial atau intraspiral hemorage

Efek samping : Larutan glukosa hipertonik dapat menyebabkan sakit pada tempat pemberian

(lokal), tromboklebitise, larutan glukose untuk infus dapat

menyebabkan gangguan cairan dan elektrolit termasuk edema,

hipokalemia, hipopostemia, hipomagnesia.

OTT : Sianokobalamin, kanamisin SO4, novobiosin Na dan wafarin Na,Eritromisin,

Vit B komplek

Cara sterilisasi : disterilkan dengan cara sterilisasi A segera setelah dibuat, bebas pirogen

Page 16: vit b6 fix

Tabel Praformulasi

No Masalah Rekomendasi Keputusan Alasan

1 Diinginkan

sediaan yang

berefek cepat

Dibuat dalam

bentuk injeksi,

larutan, serbuk

Sediaan yang

dibuat dalam

bentuk injeksi intra

vena

Karena injeksi i.v langsung

masuk ke dalam pembuluh

darah sehingga efek obat

akan lebih cepat selain itu

injeksi yang dibuat dalam

bentuk larutan sehingga

cocok digunakan secara i.v

2 Zat aktif mudah

larut air

Digunakan

pelarut air atau

non air

Digunakan pelarut

air (aqua pro

injeksi) bebas O2

Karena z.a mudah larut air

dapat dilarutkan dalam api

bebas O2

3 Zat aktif akan

mereduksi pH dan

terbentuk

karamelisasi

Tidak dilakukan

pemanasan tinggi

Disterilisasi akhir

dengan autoklaf

Agar tidak terjadi

karamelisasi dan

pereduksian pH

4 Tonisitas sediaan

belum isotonis

Dapat

ditambahkan

dengan zat

pengisotonis

NaCl, glukosa Digunakan glukosa karena

selain sebgai zat aktif yang

digunkan glukosa juga dapat

digunakan sebagai zat

pengisotonis

5 Sediaan injeksi

harus bebas

pirogen

Dapat

ditambahkan

H2O2 atau

menggunakan api

bebas O2

Digunakan aqua

pro injeksi bebas

02

Aqua pro injeksi bebas 02

dapat membebaskan pirogen

atau depirogenasi.

6 Wadah yang

digunakan wadah

dosis tunggal

yang tertutup

Dapat berupa

botol kaca,

plastic, karet dsb

Digunakan botol

kaca

Karena tidak hanya memungkinkan sediaan tetap steril tetapi juga mencegah terjadinya interaksi bahan obat dengan

Page 17: vit b6 fix

rapat dan baik material dinding wadah.

7 Sediaan

kemungkinan

dapat ditumbuhi

bakteri

Digunakan bahan

pengawet

Tidak digunakan

bahan pengawet

infus tidak perlu pengawet karena volume sediaan besar. Jika ditambahkan pengawet maka jumlah pengawet yang dibutuhkan besar sehingga dapat menimbulkan efek toksis

Page 18: vit b6 fix

Formulasi

Formula standar

Glucose Injectio

(injeksi glukosa) FORNAS II 1976, hal. 137 no R/ 301

Tiap 500 ml mengandung:

R/ glukosa 25 g

Aqua pro injection ad 500 ml

Sediaan berkekuatan lain 50 g; 100 g; 125 g; 250 g

Formula yang akan dibuat

Tiap ml menngandung:

R/ glukosa 5 g

Aqua pro injection ad 100 ml

M.f infuse da in bottle no 1

Perhitungan

Tonisitas injection

Ptb pyridoksin HCl = 0,213

Larutan injeksi yang dibuat 2,5% (0,05 g/ 2 ml x 100%)

Cara ptb, B = 0,52 – b1.C B = 0,52 – 0,213 (2,5) = - 0,0217

b2 0,576

Karena b1.C > 0,52 dan nilai B nya negative maka larutan tersebut termasuk dalam

hipertonis tetapi tidak perlu penambahan NaCl.

Cara ekivalensi

Ekivalensi NaCl = 0,36

Jadi, B = WxExVx0,9%

B = 2,5 x 0,36 x 2 ml x 0,9%

B = 0,0162

Karena 0,9%.V < W.E maka larutan tersebut termasuk dalam hipertonis tetapi tidak perlu

penambahan NaCl

Page 19: vit b6 fix

Volume injeksi yang dibuat

Volume @ampul = 2 ml ditambahkan 10% @ ampul, maka:

Untuk 5 ampul x 2,2 ml = 11 ml. maka volume injeksi yang dibuat:

V = (n+2)v’ + (2x3)ml

V= (5+2) 2,2 + (2x3) ml

V= (7) 2,2 + 6

V= 21,4 ml ≈ 20 ml

Maka penimbangan bahan aktifnya:

1. Pyridoksin HCl : 50 mg x 11 ml = 550 mg

2. Aqua pro injeksi : 20 ml – 0,55 mg = 19,45 ml

Page 20: vit b6 fix

Materi & Metode Kerja

Alat yang digunakan:

1. Bekker glass (2)

2. Gelas ukur (1)

3. Kertas saring (1)

4. Pinset (1)

5. Kaca arloji (1)

6. Batang pengaduk (1)

7. Spluid (1)

8. Corong (1)

Bahan yang digunakan:

1. Glukosa

2. Carbo adsorbent

3. Aqua pro injeksi bebas O2

Prosedur kerja:

I. Pembuatan aqua pro injeksi bebas O2 (lokasi : White Area)

2000 ml aquadest dalam erlemeyer

Erlemeyer ditutup dengan tampon kassa agar uap panas tidak keluar

Panaskan aqua dest dalam erlemeyer di hot plate sampai mendidih

Setelah aqua dest mendidih kemudian dipanaskan lagi selama 30 menit

(Aqua pro injectio : mulai mendidih pkl. 08:38 – 09:08)

Setelah 30 menit, lalu dipanaskan kembali hingga 40 menit

Setelah 40 menit, didapatkan API bebas O2, kemudian dapat digunakan untuk melarutkan

zat aktif

Page 21: vit b6 fix

II. Menyiapkan alat dan bahan (lokasi : gray area)

Alat yang digunakan disiapkan dalam tool box, kalibrasi botol 204 ml

(jangan memegang bagian dalam bekker, corong dan kertas saring untuk mengurangi

kontaminan)

Menimbang glukosa sebanyak 12,68 g, dan Norit sebanyak 0,22 g (10 % dari 220 ml)

taruh dalam tool box

Setelah alat dan bahan telah siap, dapat dilakukan pencampuran di white area,

Tool box masuk melalui pass box yang tersedia

Lakukan pencampuran

III. Pencampuran (lokasi : white area)

Dalam bekker glass, Larutkan glukosa dengan API bebas O2 ad 220 ml

Setelah larut, tambahkan Nort 0,1% ke dalam larutan glukosa

Tutup bekker glass dengan kaca arloji, panaskan larutan di atas penangas suhu 50-700C

selama 15 menit

Aduk larutan sesekali

Setelah 30 menit, saring larutan tersebut dengan menggunakan kertas saring ganda yang

telah dibasahi API.

Lakukan pengemasan

Page 22: vit b6 fix

IV. Pengemasan (lokasi : white area)

Larutan infuse glukosa yang telah disaring sebanyak 220 ml

Dimasukkan ke dalam botol infuse transparan ad batas kalibrasi

Tutup botol dengan tutup karet dan diikat dengan sampaigne knop

Sterilisasi dengan autoklaf selama 30 menit suhu 115-1160C

Page 23: vit b6 fix

V. Sterilisasi

Ampul yang telah dikemas disterilisasi

Sterilisasi dengan autoklaf suhu 1150-1160C selama 30 menit

Lakukan evaluasi injection terhadap kebocoran dan kejernihan

Page 24: vit b6 fix

BAB IV

EVALUASI & PEMBAHASAN

Evaluasi sediaan

Potensi /kadar

Evaluasi dilakukan dengan bantuan alat seperti HPLC, spektrofotometri UV, sinar tampak,

infra red. Dosis yang ada tidak boleh kurang dari 90% dari yang tertera dalam label. Uji ini

tidak dilakukan dalam praktikum.

pH

perubahan pH dalam sediaan parenteral dapat menjadi indikasi bahwa telah terjadi

penguraian obat atau telah terjadi interaksi antara obat dengan wadah (gelas, plastic, atau

tutup karet). pH stabilitas yang diinginkan dari pyridoksin HCl berkisar 2,0 – 3,8. Dari

hasil produk yang diperoleh injectio yang dihasilkan adalah 3. Masih dalam kisaran pH

stabilitas.

Warna

Perubahan warna umumnya terjadi pada sediaan parenteral yang disimpan pada suhu tinggi

(lebih dari 400C), karena suhu tinggi dapat mempercepat terjadinya penguraian.

Pencegahan umumnya dengan menghilangkan oksigen di atas permukaan larutan atau

penambahan kompekson. Dari hasil produk yang dihasilkan tidak mengalami perubahan

warna.

Kekeruhan

Idealnya larutan parenteral dapat melewatkan 92-97% pada waktu dibuat dan tidak turun

menjadi 70% setelah 3-5 tahun. Ada 3 penyebab terjadinya kekeruhan sediaan parenteral,

yaitu benda asing terjadinya endapan dan pertumbuhan mikroorganisme. Dari hasil produk

yang diperoleh injectio yang dihasilkan tidak terjadi kekeruhan.

Bau

Pemeriksaan kemungkinan terjadinya bau harus dilakukan secara periodic, terutama larutan

yang mengandung sulfur dan anti oksidan. Dari hasil produk yang diperoleh injectio yang

dihasilkan tidak mengalami perubahan bau.

Page 25: vit b6 fix

Benda asing

Sediaan parenteral tidak boleh mengandung benda asing dengan diameter lebih dari 10 μm.

Wadah

Evaluasi wadah (gelas, plastic, tutup karet) dilakukan secara periodic untuk mengetahui

pengaruhnya pada zat khasiat.

Pengawet

Pada sediaan yang disimpan pada suhu 50C dan 250C dievaluasi keefektifan pengawet

apakah masih efektif atau sudah berkurang.

Page 26: vit b6 fix

Pembahasan

Obat suntik didefinisikan secara luas sebagai sediaan steril bebas pirogen yang

dimaksudkan untuk diberikan secara parenteral. Istilah parenteral seperti yang umum digunakan,

menunjukkan pemberian lewat suntikkan seperti berbagai sediaan yang diberikan dengan

disuntikkan. Sediaan parenteral adalah bentuk sediaan untuk injeksi atau sediaan untuk infuse.

Pada praktikum tekhnologi sediaan steril ini, dibuat sediaan injeksi yang mengandung

vitamin B6 sebagai zat aktifnya. Injeksi vitamin B6 dapat diberikan secara Intravena (IV),

Intramuscular (IM) dan Subcutan. Tetapi pada pembuatan sediaan kali ini, dibuat sediaan injeksi

vitamin B6 dengan pemberian secara intravena (IV) , hal ini disebabkan karena formulasi yang

dibuat menggunakan dosis tunggal (penggunaan satu kali pakai) yaitu larutan dalam volume

kecil (di bawah 1 ml) dengan menggunakan larutan sejati pembawa air yaitu pelarut API (Aqua

Pro Injection) karena vitamin B6 larut air, dan tidak menggunakan zat tambahan lain. Biasanya

untuk pembuatan sediaan injeksi yang diberikan secara IV yaitu yang disuntikkan ke dalam

pembuluh darah sebaiknya dari larutan tersebut adalah isotonis, sehingga perlu penanmbahan

larutan NaCl 0.9%. Tetapi pada sediaan injeksi Vitamin B6 yang diberikan secara IV tidak perlu

penambahan NaCl 0.9% , hal ini disebabkan karena pada perhitungan kesetaraan NaCl atau

menggunakan metode White Vincent larutan injeksi vitamin B6 hasilnya sudah hipertonis,

dalam sediaan parenteral volume kecil (SPVK) seperti injeksi, larutan yang bersifat hipertonis

masih diperbolehkan, yang tidak diinginkan dalam pembuatan sediaan parenteral volume kecil

(SPVK) jika larutan bersifat hipotonis, Karena konsentrasi obat larutan lebih rendah dari serum

darah, sehingga menyebabkan air akan melintasi membrane sel darah merah yang semipermeabel

sehingga memperbesar volume sel darah merah dan menyebabkan peningkatan tekanan dalam

sel. Tekanan yang lebih besar menyebabkan pecahnya sel-sel darah merah, peristiwa ini disebut

hemolisa.

Vitamin B6 merupakan senyawa yang larut air, sehingga pelarut yang digunakan adalah

larutan sejati yaitu aqua pro injection (API). Pembuatan sediaan injeksi dilakukan secara steril

hal ini bertujuan untuk meminimalisir terjadinya kontaminasi suatu sediaan injeksi dari mikroba.

Perlu diperhatikan pada ruang white area alat-alat harus lewat pass box sedangkan praktikan

harus lewat pintu. Pencampuran bahan dilakukan di ruang white area. Pada saat

pencampuran bahan, hal yang harus diperhatikan adalah melakukan pembilasan pada alat yang

telah dipakai dengan tujuan tidak ada nya zat yang tersisa di alat tersebut. Dan alat-alat apa saja

Page 27: vit b6 fix

yang harus dipegang dengan tangan atau dengan pinset. Sediaan yang sudah dicampur kemudian

dimasukkan kedalam ampul dengan menggunakan spuit. Menurut aturan resmi, sediaan yang

berisi volume 1 ml, perlu ditambahkan volume berlebih sebanyak 0,1 ml, sehingga volume total

sediaan pada ampul menjadi 1,1 ml untuk mencegah zat yang tinggal dalam vial atau jarum

suntik. karena biasanya Dokter atau perawat sebelum menyuntikkan ke pasien tidak tepat

mengambilnya atau mencoba mengeluarkan sedikit sebelum akhirnya disuntikkan ke pasien .

Sehingga pada saat pemberian kepada pasien, jumlah obat yang diinjeksikan tetap sesuai dosis

yang diperlukan.

Proses sterilisasi sangat dibutuhkan untuk mendapatkan keadaan yang steril, bebas dari

mikroorganisme. Proses sterilisasi dilakukan pada pembuatan injeksi vitamin B6 adalah

sterilisasi secara akhir. Hal ini disebabkan karena vitamin B6 memiliki sifat yang tahan terhadap

pemanasan/rusak dengan pemanasan. Sehingga tidak perlu dilakukan sterilisasi alat-alat sebelum

digunakan pada praktikum. Namun, pada praktek pembuatan injeksi vitamin B6 tidak dilakukan

sterilisasi akhir. Hal ini disebabkan karena ampul yang digunakan pada saat proses penutupan

dengan api tidak dapat ditutup sehingga tidak dilakukan sterilisasi ahir didalam autoklav.

Vitamin B6 mempunyai sifat yang tidak stabil terhadap cahaya, maka pemilihan wadah yag tepat

yaitu wadah yang berwarna gelap.

Hasil evaluasi sediaan injeksi vitaminB6 sebagai berikut :

Warna

Tidak terjadi perubahan warna pada sediaan setelah disimpan. Warna masih

menunjukkan warna seperti semula yakni bening.

Evaluasi Larutan

Homogenitas : zat aktif terlarut secara homegen dengan pelarutnya.

Bebas Partikel Melayang : Tidak terdapat partikel yang melayang dalam sediaan inkesi

vitamin B6.

Evaluasi wadah

Tidak dilakukan evaluasi wadah karena karane sterilisasi akhir tidak dilakukan.

Sehingga belum diketahui apakah terjadi kebocoran ampul atau tidak.

Penandaan obat sediaan injeksi vitamin B6 yang digunakan adalah label obat keras, karena

pada umumnya pemberian sediaan injeksi perlu dilakukan oleh tenaga ahli medis dan harus

dengan resep dokter untuk menghindari penyalahgunaan sediaan.

Page 28: vit b6 fix
Page 29: vit b6 fix

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Injeksi (FI) adalah sediaan streril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk

yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang

disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau

selaput lender injeksi.

Karena vitamin B6 larut dalam air maka pembawa yang digunakan dalam sediaan

injeksi digunakan air.

Meskipun tonisitas sediaan injeksi bersifat hipertonis namun tidak dibutuhkan

penambahan NaCl 0,09% karena sediaan SPVK tidak diinginkan hipotonis maka

untuk sediaan yang hipertonis tidak perlu ditambahkan NaCl 0,09%

Vitamin B6 mempunyai sifat yang tidak stabil terhadap cahaya, maka pemilihan

wadah yag tepat yaitu wadah yang berwarna gelap.

Penandaan obat sediaan injeksi vitamin B6 yang digunakan adalah label obat keras,

karena pada umumnya pemberian sediaan injeksi perlu dilakukan oleh tenaga ahli

medis dan harus dengan resep dokter untuk menghindari penyalahgunaan sediaan.

Daftar Pustaka

1. Farmakope Indonesia.edisi III.1993

2. Suryani, Nelly; sulistyawati farida. 2007.teknik sediaan steril.UIN Press

3. Formularium Nasional edisi II.1976

4. Handbook of exipien

5. www.google.com/sediaan steril/vitamin B6/selasa/150410/17:00

Page 30: vit b6 fix

Lampiran

Etiket

NETTO 1 ml

B6 injection

KomposisiTiap 1 ml mengandung :Pyridoxin Hidrocloridum 50 mgNo. Reg : DKL 0856974623751No. Batch : JK 005Exp. Date : Desember 2011Harus Dengan Resep Dokter

BEN SEHAT PHARMACIPUTAT - Indonesia

Page 31: vit b6 fix