S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika...

74
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI PENJUMLAHAN MELALUI METODE JARIMATIKA PADA SISWA TUNA GRAHITA KELAS V SEMESTER II DI SDLB NEGERI CANGAKAN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2009/2010 S K R I P S I Oleh: SUTRISNO NIM: X.5108535 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika...

Page 1: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI

PENJUMLAHAN MELALUI METODE JARIMATIKA PADA SISWA

TUNA GRAHITA KELAS V SEMESTER II DI SDLB NEGERI

CANGAKAN KARANGANYAR TAHUN

PELAJARAN 2009/2010

S K R I P S I

Oleh:

SUTRISNO NIM: X.5108535

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2010

Page 2: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

ii

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI

PENJUMLAHAN MELALUI METODE JARIMATIKA PADA SISWA

TUNA GRAHITA KELAS V SEMESTER II DI SDLB NEGERI

CANGAKAN KARANGANYAR TAHUN

PELAJARAN 2009/2010

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan

Oleh :

SUTRISNO

NIM: X.5108535

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 3: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Indianto, M.Pd. Drs. Subagya, M.Si.

NIP. 19510115 198003 1 001 NIP. 19601001 198303 1 012

Page 4: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Jum’at

Tanggal : 23 Juli 2010

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. A. Salim Choiri, M.Kes. …………………………..

Sekretaris : Drs. Maryadi, M.Ag. …………………………..

Anggota I : Drs. R. Indianto, M.Pd. .…………………………..

Anggota II : Drs. Subagya, M.Si. …………………………..

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 1960 0727 198702 1 001

Page 5: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

v

ABSTRAK

Sutrisno. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Penjumlahan Melalui Metode Jarimatika Pada Siswa Tuna Grahita Kelas V Semester II di SDLB Negeri Cangakan Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Juli 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk mencari model metode pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui metode jarimatika pada siswa tunagrahita kelas V semester II di SDLB Negeri Cangakan Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010.

Metode pendekatan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa tunagrahita kelas V semester II SDLB Negeri Cangakan Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 4 siswa. Teknik analisis data digunakan analisis komparatif, artinya peristiwa/kejadian yang timbul dibandingkan kemudian dideskripsikan ke dalam suatu bentuk data penilaian yang berupa nilai hasil belajar matematika. Dari prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan guru dan reaksi serta hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil pengolahan data dari pelaksanaan tindakan kelas dapat dijelaskan bahwa nilai awal berhitung penjumlahan rata-rata kelas 52,50. Siswa yang mendapat nilai 60 atau lebih hanya 1 siswa dengan tingkat ketuntasan klasikal 25,00%, pada siklus I nilai rata-rata kelas 57,50, siswa yang mendapat nilai 60 ke atas terdapat 2 siswa dengan tingkat ketuntasan 50% dan tinggal 2 siswa yang belum tuntas, pada siklus II nilai rata-rata kelas 63,75, seluruh siswa mendapat nilai 60,00 ke atas yang diasumsikan secara klasikal telah menuntaskan belajar berhitung penjumlahan dengan tingkat ketuntasan 100%.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa melalui metode jarimatika dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada materi penjumlahan pada siswa tunagrahita kelas V semester II SDLB Negeri Cangakan Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010.

Page 6: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

vi

ABSTRACT

Sutrisno. Efforts to Improve Mathematics Learning Materials Results Through Addition Method On Students With Mentally Retarded Jarimatika Class V Semester II in SDLB Negeri Cangakan Karanganyar Academic Year 2009/2010. Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, July 2010.

This study aims to find a model for effective learning methods to improve learning outcomes through the method of summation of mathematics materials to students with mentally retarded jarimatika class V second semester at state SDLB Negeri Cangakan Karanganyar 2009/2010 school year.

Methods research approach used was Classroom Action Research (CAR) that is research done by teachers in the classroom where teaching, with emphasis on improvement or improvement of practices and processes in learning mathematics. The subject of this study are all students with mentally retarded class V second semester SDLB Negeri Cangakan Karanganyar academic year 2009/2010 school wich amounted to four students. This study uses descriptive comparative analysis technique, namely by comparing the tes value of inter-cycles. This study analyzes the students’ test value before using jarimatika method and their test value after using jarimatika method two cycles.

Based on the initial value, known value of the sum arithmetic average value of 57,50 class. Students who score 60 or more students with only a 25,00% level of classical completeness, level of classical completeness, in the first cycle the average value of 57,50 class, students who score above 60 to have twho students with a mastery level of 50% and stayed two students unfinished, on the second cycle tghe average value of 63,75 class, all students receive the value of 60 and above who have completed the classically assumed to learn to count the sum with 100% mastery level.

Based on the above description can be concluded that through jarimatika method can improve mathematics learning outcomes of students on the material of the sum in the second half of the V class with mentally retarded SDLB Negeri Cangakan Karanganyar academic year 2009/2010.

Page 7: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

vii

MOTTO

Orang yang kreatif selalu ingin tahu, suka mencoba,

senang bermain, intuitif; dan Anda mempunyai potensi

untuk menjadi orang kreatif seperti itu.

(Bobby DePorter & Mike Hernacki dalam Martinis

Yamin, 2007: 137).

Page 8: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

- Istri tercinta.

- Anak-anak tersayang.

- Rekan-rekan PLB FKIP UNS.

- Murid-murid yang kusayangi.

- Almamater.

Page 9: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa.,

atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) ini untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Luar Biasa,

Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian

penulisan penelitian tindakan kelas ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak

akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat diatasi. Untuk itu, atas segala

bentuk bantuan yang telah diberikan, penulis mengucapkan terima kasih kepada

yang terhormat:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi ijin

kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

2. Drs. R. Indianto, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan dan sekaligus sebagai

pembimbing I yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan

penelitian tindakan kelas dan telah memberikan petunjuk kepada penulis

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

3. Drs. H.A. Salim Choiri, M.Kes., Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa

yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi.

4. Drs. Subagya, M.Si., selaku pembimbing II yang dengan sabar telah

memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

5. Darya Sunaryo, S.Pd., selaku Kepala SDLB Negeri Cangakan Karanganyar

yang telah memberikan ijin tempat penelitian dan informasi yang dibutuhkan

penulis.

6. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian

tindakan kelas ini.

Page 10: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

x

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih ada kekurangan,

karena keterbatasan pengetahuan yang ada dan tentu hasilnya juga masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun

sangat penulis harapkan.

Semoga kebaikan Bapak dan Ibu mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha

Esa, dan menjadi amal kebaikan yang tiada putus-putusnya dan semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Surakarta, Juli 2010

Penulis

Page 11: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv

HALAMAN ABSTRAK ................................................................................. v

HALAMAN ABSTRACT .............................................................................. vi

HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... viii

KATA PENGANTAR .................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv

DAFTAR GRAFIK ......................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi

BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Perumusan Masalah .................................................................. 4

C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian .................................................................... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 6

A. Kajian Teori............................................................................... 6

1. Anak Tunagrahita ................................................................ 6

2. Mata Pelajaran Matematika ............................................... 13

3. Metode Jarimatika .............................................................. 22

B. Kerangka Pemikiran ................................................................. 27

C. Perumusan Hipotesis Tindakan ................................................ 29

BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................ 30

A. Setting Penelitian ...................................................................... 30

Page 12: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

xii

Halaman

B. Subjek Penelitian ....................................................................... 30

C. Sumber Data .............................................................................. 30

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ......................................... 30

E. Validitas dan Reliabilitas Data ................................................. 33

F. Validitas Data ........................................................................... 33

G. Analisis Data ............................................................................ 34

H. Indikator Kinerja ...................................................................... 36

I. Prosedur Penelitian ................................................................... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................... 38

A. Pelaksanaan Penelitian ............................................................. 38

B. Hasil Penelitian ......................................................................... 49

C. Pembahaan Hasil Penelitian ...................................................... 51

BAB V SIMPULAN DAN SARAN............................................................. 55

A. Simpulan .................................................................................... 55

B. Saran .......................................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 57

LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................... 59

Page 13: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Prosedur Penelitian ......................................................................... 36

Tabel 2. Hasil Belajar Berhitung Penjumlahan Siswa Tunagrahita Kelas V

SDLB Negeri Cangakan Karanganar pada Kondisi Awal ............. 39

Tabel 3. Hasil Belajar Berhitung Penjumlahan Siswa Tunagrahita Kelas V

SDLB Negeri Cangakan Karanganar pada Siklus I ....................... 44

Tabel 4. Hasil Belajar Berhitung Penjumlahan Siswa Tunagrahita Kelas V

SDLB Negeri Cangakan Karanganar pada Siklus II ...................... 48

Tabel 5. Hasil Belajar Berhitung Penjumlahan Setiap Siklus Melalui

Metode Jarimatika .......................................................................... 52

Tabel 6. Peningkatan Nilai Rata-rata Prestasi Berhitung Penjumlahan Setiap

Siklus ............................................................................................... 53

Page 14: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Formasi Jarimatika Penjumlahan ............................................... 26

Gambar 2. Kerangka Berpikir ...................................................................... 28

Gambar 3. Model Dasar Penelitian Tindakan Kelas .................................... 35

Page 15: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

xv

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 1. Peningkatan Hasil Belajar Berhitung Penjumlahan Setiap

Siswa Melalui Metode Jarimatika ................................................ 52

Grafik 2. Peningkatan Hasil Belajar Berhitung Penjumlahan Setiap

Siklus ............................................................................................ 51

Page 16: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian....................................................... 59

Lampiran 2. Daftar Nama Siswa Kelas V/C SDLB Negeri Cangakan

Tahun Pelajaran 2009/2010 Sebagai Subyek Penelitian ......... 60

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ................ 61

Lampiran 4. Kisi-kisi Soal Tes Matematika Kelas V/C SDLB Negeri

Cangakan Siklus I .................................................................... 64

Lampiran 5. Soal Tes Mata Pelajaran Matematika Kelas V/C SDLB Negeri

Cangakan Karanganyar Siklus I .............................................. 65

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ............... 67

Lampiran 7. Kisi-kisi Soal Tes Matematika Kelas V/C SDLB Negeri

Cangakan Siklus II ................................................................... 70

Lampiran 8. Soal Tes Mata Pelajaran Matematika Kelas V/C SDLB Negeri

Cangakan Karanganyar Siklus II ............................................. 71

Lampiran 9. Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V/C SDLB Negeri

Cangakan (Pre Test) ................................................................ 73

Lampiran 10. Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V/C SDLB Negeri

Cangakan (Siklus I) ................................................................. 74

Lampiran 11. Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V/C SDLB Negeri

Cangakan (Siklus II) ................................................................ 75

Lampiran 12. Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V/C SDLB Negeri

Cangakan ................................................................................. 76

Lampiran 13. Foto-foto Kegiatan Penelitian .................................................. 77

Lampiran 14. Perijinan Penelitian .................................................................. 79

Page 17: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

xvii

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hak dasar bagi setiap manusia. Hal ini berarti bahwa

pendidikan sebagai salah satu upaya peningkatan kualitas hidup manusia dipandang

sebagai persoalan mendasar, fundamental dan sangat penting untuk dialami dan

diperoleh setiap individu tanpa dibatasi oleh ruang, waktu, latar belakang apapun.

Pemahaman tentang kesempatan memperoleh pendidikan ini merupakan salah satu

aspek yang dimuat dalam Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia yang

menegaskan bahwa “setiap orang berhak mendapatkan kesempatan pendidikan

sesuai dengan kemampuan dirinya”.

Berdasarkan pada konsep dasar hak asasi manusia, yang menekankan

pentingnya pendidikan bagi semua (educatian for all) di satu pihak, dan nilai-nilai

luhur bangsa Indonesia di pihak lain, maka pemerintah Indonesia meyakini dan

memandang bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang harus diberikan kepada

setiap warganya dalam rangka memberikan kebebasan untuk mengembangkan

kemampuan atau potensi yang dimiliki warga negaranya, sebagaimana tertuang

dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional yang menegaskan bahwa “Setiap warga mempunyai hak yang

sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Pasal 32 disebutkan bahwa: “Pendidikan khusus (pendidikan luar biasa) merupakan

pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti

proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosioinal, mental, sosial” (UU

Sisdiknas, 2003: 21). Dengan memberikan kesempatan yang sama kepada anak

berkelainan untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran, berarti memperkecil

kesenjangan angka partisipasi pendidikan anak normal dengan anak berkelainan.

Anak tunagrahita (berkelainan mental) yaitu “anak yang diidentifikasi

memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya (di bawah normal),

1

Page 18: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

xviii

sehingga untuk meniti tugas perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan

secara khusus, termasuk di dalamnya kebutuhan program pendidikan dan

bimbingan” (Mohammad Efendi, 2006: 9). Perkembangan anak tunagrahita salah

satunya adalah perkembangan dalam mengikuti pelajaran matematika yang

diselenggarakan sekolah yang diharapkan anak tunagrahita tidak tertinggal jauh

dengan anak normal pada umumnya, sehingga anak tunagrahita dapat

menyelesaikan program pendidikan yang telah direncanakan.

Prestasi belajar siswa tunagrahita dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari

dalam diri siswa sendiri, maupun faktor dari luar berupa metode pembelajaran.

Ngalim Purwanto (2002: 102) menjelaskan, “Ada dua faktor utama yang

mempengaruhi belajar yaitu dari dalam (internal) dan dari luar (eksternal).”. Faktor

yang termasuk ke dalam faktor individual antara lain: faktor kematangan/

pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. Sedangkan yang

termasuk faktor sosial antara lain: faktor keluarga/ keadaan rumah tangga, guru dan

cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan

dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa di atas antara lain, faktor

guru dan cara mengajar memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan

prestasi belajar matematika siswa. Bagaimana sikap dan kepribadian guru, ”tinggi

rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana guru itu mengajarkan

pengetahuan itu kepada peserta didiknya, turut menentukan bagaimana hasil belajar

yang dapat dicapai peserta didik” (Ngalim Purwanto, 2002: 104-105).

Pendekatan pembelajaran bagi anak tunagrahita yang mendasarkan teori

pembelajaran dimaksudkan untuk dasar filosofi dalam pengembangan

pembelajaran bagi mereka. Untuk itu, ketepatan teori itu masih diperlukan suatu

pengkajian dan pengembangan bagi para akademisi. Pengkajian guna lebih

mengembangkan penemuan-penemuan tentang solusi-solusi masalah belajar.

Demikian juga pendidikan pada masing-masing teori belajar masih perlu

dimodifikasi dalam penerapannya di setiap bidang studi.

Modifikasi yang dilakukan guru berupaya agar bidang studi akademis

tersebut fungsional untuk kehidupan sehari-hari, sehingga pendekatan di dalam

Page 19: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

xix

pembelajaran bidang studi akademis bagi anak tunagrahita khusunya kategori berat

lebih tepat dengan mengambil manfaat langsung dalam keigiatan kehidupan sehari-

hari. ”Pembelajaran pada membaca, meulis, matematika, ilmu pengetahuan alam,

dan ilmu pengetahuan sosial diimplementasikan dalam bentuk pembelajaran yang

saling simultan saat mereka harus melakukan dan mengatasi problem kegiatan

kehidupan sehari-hari” (Mumpuniarti, 2007: 2).

Matematika merupakan ilmu mengenai struktur dan hubungan struktur

adalah struktur mengenai pola, hubungan dan aturan-aturan. Hubungan-hubungan

tersebut di dalam matematika berbentuk rumus (teorema dan dalil) matematika.

Menurut Jujun S. Suriasumantri (1998:191), “matematika adalah bahasa yang

melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin disampaikan”.

Lambang-lambang yang terdapat dalam mata pelajaran matematika bersifat

“artifisial”, baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan padanya.

Matematika timbul sebagai hasil pikiran manusia yang berhubungan dengan ide,

proses dan penalaran, sehingga dalam mempelajari matematika sangat dibutuhkan

pengertian, pemikiran dan pemahaman serta tidak cukup hanya bermodalkan

hafalan saja.

Anak tunagrahita dalam belajar matematika banyak mengalami kesulitan

bila dibanding anak normal pada umumnya, baik yang berkaitan dengan materi

penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Untuk mempermudah

belajar matematika pada materi penjumlahan bagi anak tunagrahita maka

diperlukan strategi guru dalam mengajar agar anak tunagrahita tidak ketinggalan

dan dengan anak normal pada umummya.

Dengan adanya hambatan di atas, maka dibutuhkan metode pembelajaran

yang tepat. Salah satu metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak

tunagrahita yaitu metode jarimatika. ”Jarimatika adalah suatu cara berhitung

(operasi KaBaTaKu) dengan menggunakan jari dan ruas-ruas jari tangan” (Septi

Peni Wulandani, 2008: 3). Dibandingkan dengan metode lain, metode “Jarimatika”

lebih menekankan pada penguasaan konsep terlebih dahulu baru ke cara cepatnya,

sehingga anak-anak menguasai ilmu secara matang. Selain itu metode ini

disampaikan secara fun, sehingga anak-anak akan merasa senang dan gampang

Page 20: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

xx

bagaikan “tamasya belajar” (http://www.jarimatika.com/). Metode jarimatika

memiliki keistimewaan yaitu: memberikan visualisasi proses berhitung,

menggembirakan anak saat digunakan, tidak memberatkan memori otak, dan

alatnya gratis, selalu terbawa dan tidak dapat disita.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengadakan penelitian dengan

judul: "Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Penjumlahan

Melalui Metode Jarimatika Pada Siswa Tunagrahita Kelas V Semester II di SDLB

Negeri Cangakan Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010.".

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang seperti telah diuraikan di depan, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Apakah melalui metode jarimatika

dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan pada siswa

tunagrahita kelas V semester II di SDLB Negeri Cangakan Karanganyar tahun

pelajaran 2009/2010 ?.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan

hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui metode jarimatika pada siswa

tunagrahita kelas V semester II di SDLB Negeri Cangakan Karanganyar tahun

pelajaran 2009/2010.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan memberikan manfaat sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

Menambah khasanah ilmu tentang penerapan metode jarimatika dalam

pembelajaran matematika berhitung penjumlahan.

Page 21: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

xxi

2. Manfaat Praktis

a. Untuk guru

Menemukan alternatif untuk meningkatkan kemampuan berhitung

penjumlahan pada siswa tunagrahita kelas V SDLB Negeri Cangakan

Karanganyar.

b. Bagi sekolah

Sebagai sumbangan pemikiran terhadap sekolah dalam rangka peningkatan

kualitas belajar matematika pada materi penjumlahan, sehingga siswa dapat

menyelesaikan program pendidikan yang ditempuh dengan lancar.

c. Bagi peneliti

Mencari solusi permasalahan yang dialami siswa tunagrahita kelas V SDLB

Negeri Cangakan Karanganyar dalam meningkatkan kemampuan berhitung

penjumlahan.

Page 22: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

xxii

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kajian Teori

1. Anak Tunagrahita

a. Pengertian Anak Tunagrahita

Pengertian tunagrahita menurut berbagai literatur berbeda, tergantung

dari sudut pandang masing-masing.

Menurut Munzayanah (2000: 21), "Anak tunagrahita merupakan salah

satu golongan anak tunagrahita yang masih dapat dilatih dalam bidang sosial

maupun intelektual dalam batas-batas tertentu dan dapat dilatih utuk

mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang rutin". Emi Dasiemi (1997: 138)

memberikan batasan "Anak tunagrahita atau debil yaitu yang mempunyai IQ

antara 50/55-70/75, kurang mampu mencari nafkah sendiri, namun masih

mampu menerima pendidikan dan latihan meskipun terbatas."

Sunaryo Kartadinata (1996: 83) mengemukakan bahwa, "tunagrahita

adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai

kemampuan intelektual di bawah rata-rata, sukar mengikuti program pendidikan

di sekolah umum sehingga membutuhkan layanan pendidikan secara khusus

disesuaikan dengan kemampuan anak." Menurut Bratanata yang dikutip

Mohammad Efendi (2006: 88) bahwa:

Seseorang dikategorikan berkelainan mental subnormal atau tunagrahita, jika ia memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya (di bawah normal), sehingga untuk meniti tugas perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik, termasuk dalam program pendidikannya.

Moh. Amin (2005: 1) yang menguraikan istilah anak terbelakang sebagai

berikut:

Sesuai dengan arti anak terbelakang atau terbelakang mental memang mengalami keterbelakangan dalam perkembangan kecerdasan. Kalau anak normal umur 10 tahun mencapai kecerdasan sesuai dengan

6

Page 23: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

xxiii

umurnya, maka anak terbelakang hanya mencapai kecerdasan yang sama dengan anak yang lebih muda umurnya. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anak

tunagrahita ringan adalah anak yang mempunyai kecerdasan mental antara

50/55-70/77, mengalami kelambatan dalam perkembangan bicara dan

perkembangan verbal, namun masih mampu menerima pendidikan dan latihan

sesuai dengan program layanan pendidikan di sekolah luar biasa.

b. Ciri-Ciri Kejiwaan Siswa Tunagrahita

Siswa tunagrahita memiliki ciri-ciri kejiwaan tertentu bila dibanding

dengan anak normal pada umumnya. Menurut Moh. Amin (2005: 34) ciri-ciri

anak tunagrahita sebagai berikut:

Kapasitas belajarnya amat terbatas dalam pergaulan mereka tidak dapat mengurus, mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian, perkembangan dan dorongan emosi anak tunagrahita berbeda-beda sesuai dengan tingkat ketunagrahitaan masing-masing, struktur maupun fungsi organisme pada umumnya kurang dari anak normal.

Pendapat lain dikemukakan oleh Munzayanah (2000: 24) bahwa:

Karakteristik yang nampak serta banyak terjadi pada siswa penyandang tunagrahita adalah: rasa merusak sebagai dasar perkembangan, mengalami gangguan dalam sosialisasi, iri hati kodrati yang merupakan dasar rasa keadilan, bergaul mencampurkan diri dengan orang lain, sikap yang ingin memisahkan diri atau menarik diri, penyesuaian diri yang kaku dan labil.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri anak

tunagrahita adalah: 1) kapasitas belajarnya amat terbatas dalam pergaulan

mereka tidak dapat mengurus, 2) mengalami kesukaran dalam memusatkan

perhatian, 3) mengalami kesukaran berfikir abstrak, merekaa berbicara lancar, 4)

masih dapat mengikuti pelajaran akademik di sekolah biasa ataupun khusus, 5)

mengalami gangguan dalam sosialisasi, 6) iri hati kodrati yang merupakan dasar

rasa keadilan, 7) bergaul mencampurkan diri dengan orang lain, 8) sikap yang

ingin memisahkan diri atau menarik diri, 9) penyesuaian diri yang kaku dan

labil, 10) pada umur 16 tahun baru mencapai umur kecerdasan yang sama

dengan anak umur 12 tahun.

c. Klasifikasi Siswa Tunagrahita

Page 24: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

xxiv

Klasifikasi diperlukan untuk memudahkan pemberian bantuan atau

pelayanan kepada anak tunagrahita. Dalam pengklasifikasian ini terdapat

berbagai cara sesuai dengan sudut pandang disiplin ilmu dan ahli yang

mengemukakannya.

Mumpuniarti (2007: 11-12) mengklasifikasikan yang berpandangan

medis, dalam bidang ini memandang variasi anak hambatan mental dari keadaan

tipe klinis. Tipe klinis pada tanda anatomik dan fisiologik yang mengalami

patologik atau penyimpangan. Masuk kelompok tipe klinis bagi anak hambatan

mental sebagai berikut:

1) Down Syndrom (dahulu disebut Mongoloid)

Pada tipe ini terliaht raut rupanya menyerupai orang Mongol dengan ciri:

mata sipit dan miring, lidah tebal dan berbelah-belah serta biasanya menjulur

keluar, telinga kecil, tangan kering, semakin dewasa kulitnya semakin kasar,

pipi bulat, bibir tebal dan besar, tangan bulat dan lemah, kecil, tulang

tengkorak dari muka hingga belakang tempak pendek.

2) Kretin

Pada tipe kretin nampak seperti orang cebol dengan ciri: badan pendek, kaki

tangan pendek, kulit kering, tebal, dan keriput, rambut kering, kuku pendek

dan tebal.

3) Hydroceplhalus

Gejala yang nampaka dalah semakin membesarnya Cranium (tengkorak

kepala) yang disebabkan oleh semakin berambahnya atau bertimbunnya

cairan Cerebrospinal pada kepala.

4) Microcephalus, Macrocephalus, Brachicephalus dan Schaphocephalus

Keempat istilah tersebut menunjukkan kelainan bentuk dan ukuran kepala

yang tidak normal.

5) Cerebral Palsy (kelompok kelumpuhan pada otak)

Kelainan cerebral palsy terdiri tunagrahita dan gangguan koordinasi gerak.

6) Kerusakan otak (Brain Damage)

Kerusakan otak berpengaruh terhadap berbagai kemampuan yang

dikendalikan oleh pusat susunan saraf dan selanjuutnya dapat terjadi

Page 25: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

xxv

gangguan kecerdasan, gangguan pengamatan, gangguan tingkah laku,

gangguan perhatian, gangguan motirik.

Menurut Yusak S. (2003: 61) mengklasifikasikan anak tunagrahita

berdasarkan IQ (tingkat kecerdasan) sebagai berikut:

“Idiot yaitu kapasitas kecerdasannya maksimal sama dengan anak normal berusia 2 tahun. IQ nya antara 0–19. Imbisil kapasitas kecerdasannya maksimal sama dengan anak normal yang berusia 7 tahun, minimal sama dengan anak normal usia 3 tahun, IQ nya 20–49. Debil yaitu kapasitas kecerdasannya maksimal sama dengan anak normal berusia 10 tahun, minimal 7 tahun, IQ nya 50 – 69. Slow learners yaitu kapasitas kecerdasannya maksimal sama dengan anak normal. IQ nya 78 – 89.”

Moh. Amin (2005: 23) mengemukakan klasifikasi anak terbelakang

sebagai berikut:

“Idiot kecerdasannya sekalipun sudah berusia lanjut tidak lebih dari anak normal seusia 3 tahun. Embisil kecerdasan maksimal tak lebih dari kecerdasan anak normal usia 7 tahun. Debil kecerdasan perkembangan kecerdasannya antara setengah hingga tiga perempat kecepatan anak normal atau pada usia dewasa kecerdasannya maksimal kira-kira sama dengan anak normal usia 12 tahun. Moron kecerdasannya maksimal tak lebih dari kecerdasan anak normal usia 16 tahun.”

Pendapat lain dikemukakan oleh Mohammad Efendi (2006: 90) yang

mengklasifikasikan anak tunagrahita untuk keperluan pendidikan yaitu:

“Seorang psikolog dalam mengklasifikasikan anak tunagrahita mengarah kepada aspek indeks mental inteligensinya, indikasinya dapat dilihat pada angka hasil tes kecerdasan, seperti IQ 0-25 dikategorikan idiot, IQ 25-50 dikategorikan imbecil, dan IQ 50-75 kategori debil atau moron. Seorang pedagog dalam mengklsifikasikan anak tunagrahita didasarkan pada penilaian program pendidikan yang disajika pada anak. Dari penilaian tersebut dapat dikelompokkan menjadi anak tunagrahita mampu didik, anak tunagrahita mampu latih, dan anak tunagrahita mampu rawat.”

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa klasifikasi anak

tunagrahita berdasarkan tingkat kecerdasan meliputi Idiot yaitu kapasitas

kecerdasannya maksimal sama dengan anak normal berusia 2 tahun, imbisil

kapasitas kecerdasannya maksimal sama dengan anak normal yang berusia 7

tahun,. debil yaitu kapasitas kecerdasannya maksimal sama dengan anak

normal berusia 10 tahun, dan slow learners yaitu kapasitas kecerdasannya

maksimal sama dengan anak normal IQ nya 78-89. Pengklasifikasian anak

Page 26: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

xxvi

tunagrahita didasarkan pada penilaian program pendidikan yang disajika pada

anak. Dari penilaian tersebut dapat dikelompokkan menjadi anak tunagrahita

mampu didik, anak tunagrahita mampu latih, dan anak tunagrahita mampu

rawat.

Berdasarkan klasifikasi dari beberapa ahli tersebut peneliti akan meneliti

kasus penyesuaian diri dalam pergaulan siswa penyandang tunagrahita, yang

tergolong mampu didik yang mempunyai IQ antara 50 – 70 yang biasanya juga

disebut debil. "Anak tunagrahita mampu didik (debil) adalah anak tunagrahita

yang tidak mampu mengikuti pada program sekolah biasa, tetapi ia masih

memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pendidikan walaupun

hasilnya tidak maksimal" (Mohammad Efendi, 2006: 90).

Kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak tunagrahita mampu

didik antara lain: 1) membaca, menulis, mengeja, dan berhitung; 2)

menyesuaikan diri dan tidak menggantungkan diri pada orang lain; 3)

keterampilan yang sederhana untuk kepentingan kerja di kemudian hari.

Kesimpulan anak tunagrahita mampu didik adalah anak tunagrahita

yang dapat dididik secara minimal dalam bidang-bidang akademis, sosial, dan

pekerjaan.

d. Sebab-sebab Siswa Tunagrahita

Menelaah sebab terjadinya ketunagrahitaan pada seseorang dapat dilihat

dari beberapa faktor, antara lain faktor dari dalam yang dibawa sejak lahir

(faktor endogen) dan faktor dari luar seperti penyakit atau keadaan lainnya

(faktor eksogen).

Menurut Mohammad Efendi (2006: 91), "sebab terjadinya ketuna-

grahitaan pada seseorang menurut kurun waktu terjadinya, yaitu dibawa sejak

lahir (faktor endogen) dan faktor dari luar seperti penyakit atau keadaan lainnya

(faktor eksogen)." Faktor endogen yaitu faktor ketidaksempuraan psikobiologis

dalam memindahkan gen, sedangkan faktor eksogen yaitu faktor yang terjdi

akibat perubahan patologis dari perkembangan normal. Dari sisi pertumbuhan

dan perkembangan, penyebab ketunagrahitaan menurut Devenport yang dikutip

Mohammad Efendi (2006: 91) dapat dirinci melalui jenjang sebagai berikut:

Page 27: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

xxvii

1) kelainan atau keturunan yang timbul pada benih plasma; 2) kelainan atau keturunan yang dihasilkan selama penyuburan telur; 3) kelainan atau keturunan yang diakibatkan dengan implantasi; 4) kelainan atau keturunan yang timbul dalam embrio; 5) kelainan atau keturunan yang timbul dari luka saat kelaihiran; 6) kelainan atau keturunan yang timbul dalam janin; 7) kelainan atau keturunan yang timbul pada masa bayi dan masa kanak-

kanak.

Menurut Moh. Amin (2005: 62) anak tunagrahita dapat disebabkan oleh

berbagai faktor yaitu:

1) Faktor Keturunan, faktor ini terdapat pada sel khusus yang pada pria disebut spermatozoa dan pada wanita disebut sel telur (ovarium). Kelainan orang tua laki-laki maupun perempuan akan terwariskan baik kepada anaknya yang laki-laki maupun perempuan. Apakah warisan tersebut akan nampak atau tidak juga tergantung pada dominan resesifnya kelainan tersebut.

2) Gangguan metabolisme dan gizi. Kegagalan dalam metabolisme dan kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan akan gizi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan fisik maupun mental dalam individu.

3) Infeksi dan keracunan, diantara penyebab terjadinya ketunagrahitaan adalah adanya infeksi dan keracunan yaitu terjangkitnya penyakit-penyakit selama janin masih berada di dalam kandungan ibunya. Penyakit-penyakit tersebut antara lain: rubella, syphilis, toxoplasmosis dan keracunan yang berupa: gravidity sindrome yang beracun, kecanduan alkohol dan narkotika.

4) Trauma, ketunagrahitaan dapat juga disebabkan karena terjadinya trauma pada beberapa bagian tubuh khususnya pada otak ketika bayi dilahirkan dan terkena radiasi zat radioaktif selama hamil.

5) Masalah pada kelahiran, misalnya kelahiran yang disertai by poxia dapat dipastikan bahwa bayi yang di lahirkan menderita kerusakan otak, menderita kejang, nafas yang pendek, kerusakan otak juga disebabkan oleh trauma mekanis terutama pada kelahiran yang sulit.

6) Faktor lingkungan sosial budaya, lingkungan dapat berpengaruh terhadap intelek anak, kegagalan dalam melakukan interaksi yang terjadi selama periode perkembangan menjadi salah satu penyebab ketunagrahitaan. Tunagrahita dapat disebabkan oleh lingkungan yang tingkat sosial ekonominya rendah. Hal ini disebabkan ketidak-mampuan lingkungan memberikan rangsangan-rangsangan yang diperlukan anak pada masa perkembangannya.

Peneliti dapat menyimpulkan bahwa sebab-sebab anak tunagrahita

berdasarkan kurun waktu terjadinya, yaitu dibawa sejak lahir (faktor endogen)

dan faktor dari luar seperti penyakit atau keadaan lainnya (faktor eksogen).

Berdasarkan perkembangannya disebabkan oleh kelainan atau keturunan yang

Page 28: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

xxviii

timbul pada benih plasma; gangguan metabolisme dan gizi, gangguan selama

penyuburan telur, implantasi, gangguan embrio, luka saat kelahiran, infeksi dan

kerajinan, trauma saat bayi dilahirkan, gangguan pada janin, pada masa bayi dan

kanak-kanak, faktor lingkungan sosial budaya, dan tunagrahita dapat disebabkan

juga oleh lingkungan yang tingkat sosial ekonominya rendah.

e. Dampak Tuna Grahita bagi Siswa

Ketidakmampuan anak tuna grahita meraih prestasi yang lebih baik dan

sejajar dengan anak normal, karena ingatan anak tuna grahita sangat lemah

dibanding dengan anak normal. Maka tidak heran, jika instruksi yang diberikan

kepada anak tuna grahita cenderung tidak melalui proses analisis kognitif.

Perkembangan kognitif anak tuna grahita sering mengalami kegagalan dalam

melampaui periode atau tahapan perkembangan. Bahkan dalam taraf

perkembangan yang paling sederhana pun, anak tuna grhaita seringkali tidak

mampu menyelesaikan dengan baik.

Keterlambatan perkembangan kognitif pada anak tuna grahita menjadi

masalah besar bagi anak tuna grahita ketika meniti tugas perkembangannya.

Beberapa hambatan yang tampak pada anak tuna grahita dari segi kognitif dan

sekaligus menjadi karakteristiknya menurut Mohammad Efendi (2006: 98),

sebagai berikut:

1) Cenderung memiliki kemampuan berpikir konkret dan sukar berpikir. 2) Mengalami kesulitan dalam konsentrasi. 3) Kemampuan sosialisasinya terbatas. 4) Tidak mampu menyimpan instruksi yang sulit. 5) Kurang mampu menganalisis dan menilai kejadian yang dihadapi. 6) Pada tuna grahita mampu didik, prestasi tertnggi bidang baca, tulis,

hitung tidak lebih dari anak normal setingkat kelas III-IV SD.

Keterbatasan daya pikir yang dialami anak tuna grahita menyebabkan

mereka sulit mengontrol, apakah perilaku yang ditampakkan dalam aktivitas

sehari-hari wajar atau tidak, baik perilaku yang berlebihan maupun perilaku

yang kurang serasi. Atas dasar itulah maka untuk anak tuna grahita perlu

dilakukan modifikasi perilaku melalui terapi perilaku.

Page 29: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

xxix

Terapi perilaku yang diberikan pada anak tunagrahita, seorang terapis

harus memiliki sikap sebagaimana yang dipersyaratkan dalam pendidikan

humanistik, yaitu penerimaan secara hangat, antusias tinggi, ketulusan dan

kesungguhan, serta menaruh empati yang tinggi terhadap kondisi anak tuna

grahita. Tanpa dilengkapi persyarata tersebut, penerapan teknik motifikasi

perilaku pada anak tuna grahita tidak banyak memberikan hasil yang berarti.

2. Mata Pelajaran Matematika

a. Pengertian Matematika

Matematika memiliki beberapa pengertian. Pengertian matematika telah

banyak didefinisikan oleh beberapa ahli. Dari berbagai pengertian matematika

dapat dijelaskan seperti berikut.

Menurut Maryana dan Soedarinah (2001: 65) Matematika adalah

“pengetahuan yang bersifat hirarkis, artinya tersusun dalam urutan tertentu,

bermula dari urutan sederhana kemudian menuju ke hal yang rumit, bermula

dari hal yang konkret menuju ke hal yang abstrak.” Menurut Purwoto (1998:14),

“Matematika adalah pengetahuan tentang pola keteraturan, pengetahuan tentang

struktur yang terorganisasikan mulai dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan

ke unsur-unsur yang didefinisikan ke aksioma dan postulat dan akhirnya ke

dalil.”

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan yang bersifat

hirarkis, bermula dari urutan sederhana kemudian menuju ke hal yang rumit,

dari yang konkrit menuju ke hal yang abstrak untuk menyelesaikan

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah matematika yang

dipelajari di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) yang terdiri dari bagian-bagian

matematika yang dipilih guna mengembangkan kemampuan-kemampuan dan

membentuk pribadi siswa serta berpadu kepada perkembangan IPTEK.

b. Tujuan Pelajaran Matematika

Page 30: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

xxx

Dalam perumusan tujuan pelajaran matmetika di Sekolah Dasar Luar

Biasa (SDLB) adalah untuk mengembangkan keterampilan berhitung,

mengembangkan kemampuan siswa yang dapat dialih-gunakan, memberikan

bekal kemampuan dasar matematika, serta membentuk sikap, logis, kritis,

cermat, kreatif dan disiplin (Depdiknas, 2001: 44).

Berdasarkan uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa tujuan pelajaran

matematika adalah untuk mempersiapkan siswa upaya dapat menghadapi hidup

dan kehidupan yang cenderung selalu berubah dan berkembang. Dengan cara

bertindak atas dasar pemikiran yang rasional, logis, kritis, cermat, kreatif dan

disiplin.

c. Karakteristik Mata Pelajaran Matematika

Bidang studi matematika mencakup tiga cabang, yaitu aritmatika, aljabar,

dan geometri. Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua

siswa dari SD hingga SLTA dan bahkan juga di perguruan tinggi. Terdapat

beberapa alasan perlunya siswa mempelajari matematika, antara lain: 1) sarana

berpikir yang jelas dan logis, 2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan

sehari-hari, 3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi

pengalaman, 4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan 5) sarana untuk

meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya (Mulyono

Abdurrahman, 2003: 253).

Menurut Cornelius yang dikutip Mulyono Abdurrahman (2003: 253),

mata pelajaran matematika memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) selalu

digunakan dalam segala segi kehidupan; 2) semua bidang studi memerlukan

keterampilan matematika yang sesuai; 3) merupakan sarana komunikasi yang

kuat, singkat, dan jelas; 4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam

berbagai cara; 5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan

kesadaran keruangan; dan 6) memberikan kepuasan terhadap usaha

memecahkan masalah yang menantang.

d. Manfaat Belajar Matematika

Matematika sebenarnya tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari dalam

arti Matematika mempunyai kegunaan yang praktis dalam kehidupan sehari-

Page 31: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

xxxi

hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Jujun S. Suriasumantri (1998:199) yang

mengatakan bahwa: “matematika mempunyai kegunaan praktis dalam

kehidupan sehari-hari. Semua masalah kehidupan yang membutuhkan

pemecahan secara cermat dan teliti mau tidak mau harus berpaling kepada

Matematika”.

Seseorang akan berpikir sesuatu, tentu saja mempunyai maksud dan

tujuan tertentu, bagitu juga dalam belajar matematika. Tujuan siswa belajar

matematika menurut Purwoto (1998: 24) adalah, “agar siswa memiliki sikap dan

nilai, teliti, hati-hati, cermat, cerdas, tangkas, terampil, aktif, belajar untuk cinta

kepada keindahan, senang kepada keteraturan, jujur kepada diri sendiri sehingga

mempunyai keberanian untuk mengemukakan pendapat.”

Pandangan di atas penulis berpendapat bahwa siswa dapat belajar dengan

baik dan efisien bila bahan pelajaran yang mereka terima sesuai dengan

kesiapan intelektualnya atau cocok dengan kemampuannya dan telah tersusun

menurut urutan tingkat kesukaran dari mudah, sedang, dan sukar berdasarkan

atas pengalaman belajar sebelumnya.

e. Evaluasi Belajar Matematika

Untuk mengungkapkan dan mengukur hasil belajar harus dilakukan

evaluasi. Pengertian evaluasi menurut Winkel (2001:313) dijelaskan sebagai

berikut: Evaluasi berarti penentuan sampai seberapa jauh sesuatu berharga, bermutu atau bernilai. Evaluasi terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa dan terhadap proses belajar mengajar mengandung penilaian terhadap hasil belajar atau proses belajar itu, sampai seberapa jauh keduanya dapat dinilai baik.

Kegiatan evaluasi meliputi pengukuran dan menilai. Kegiatan mengukur

adalah kegiatan untuk menerapkan alat ukur pada suatu objek tertentu.

Sedangkan menilai adalah mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan cara

membandingkan hasil pengukuran dengan suatu kriteria.

Sedangkan mengenai jenis penilaian sesuai dengan Kurikulum

Pendidikan Dasar (Depdikbud, 1999: 13) adalah meliputi ulangan harian dan

ulangan umum. Ulangan harian dilaksanakan setelah selesai satu atau beberapa

satuan bahasan, yang minimal dua kali dalam satu semester. Sedangkan ulangan

umum dilaksanakan pada akhir semester.

Page 32: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

xxxii

Ada dua bentuk teknik penilaian, yaitu teknik tes dan non tes. Teknik tes

dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu tes lisan, tes perbuatan dan tes

tertulis. Tes lisan dilaksanakan secara lisan; tes perbuatan dilaksanakan dengan

perbuatan untuk menjawab pertanyaannya; sedangkan tes tertulis merupakan tes

yang dilakukan secara tertulis, baik soal maupun jawabannya.

Jenis penilaian meliputi ulangan harian dan ulangan umum. Ulangan

harian dilaksanakan setelah selesai satu atau beberapa satuan bahasan, yang

minimal tiga kali dalam satu semester secara bersama-sama, yang bahannya

meliputi semester I dan semester II.

f. Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar Matematika

Menurut Lerner yang dikutip Mulyono Abdurrahman (2003: 259), ada

beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar matematika, yaitu: (1) adanya

gangguan dalam hubungan keruangan, (2) abnormalitas persepsi visual, (3)

asosiasi visual-motor, (4) perserverasi, (5) kesulitan mengenal dan memahami

simbul, (6) gangguan penghayatan tubuh, (7) kesulitan dalam bahasa dan

membaca, dan (8) performance IQ jauh lebih rendah daripada skor verbal IQ.

1) Adanya gangguan dalam hubungan keruangan

Konsep hubungan keruangan seperti atas-bawah, puncak-dasar, jauh-

dekat, tinggi-rendah, depan-belakang, dan awal-akhir umumnya telah

dikuasai oleh anak pada saat mereka belum masuk SD. Anak-anak

memperoleh pemahaman tentang berbagai konsep hubungan keruangan

tersebut dari pengalaman mereka dalam berkomunikasi dengan lingkungan

sosial mereka atau melalui berbagai permainan.

Anak berkesulitan belajar sering mengalami kesulitan dalam

berkomunikasi dan lingkungan sosial juga sering tidak mendukung

terselenggarakannya suatu situasi dan kondusif bagi terjalinnya komunikasi

antar mereka. Adanya kondisi intrinsik yang diduga karena disfungsi otak

dan kondisi ekstrinsik berupa lingkungan sosial yang tidak menunjang

terselenggaranya komunikasi dapat menyebabkan anak mengalami gangguan

dalam memahami konsep-konsep hubungan keruangan yang mengakibatkan

anak tidak mampu merasakan jarak antara angka-angka pada garis bilangan

Page 33: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

xxxiii

atau penggaris, dan mungkin anak juga tidak tahu bahwa angka 3 lebih dekat

ke angka 4 daripada ke angka 6.

2) Abnormalitas persepsi visual

Anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan

untuk melihat berbagai objek dalam hubungannya dengan kelompok. Anak

yang memiliki abnormalitas persepsi visual juga sering tidak mampu

membedakan bentuk-bentuk geometri. Suatu bentuk bujur dangkar mungkin

dilihat oleh anak sebagai empat garis yang tidak saling terkait, mungkin

sebagai segi enam, dan bahkan mungkin tampak sebagai lingkaran. Adanya

abnormalitas persepsi visual semacam ini tentu saja dapat menimbulkan

kesulitan dalam belajar matematika, terutama dalam memahami berbagai

simbol.

3) Asosiasi visual-motor

Anak berkesulitan belajar matematika sering tidak dapat mengitung

benda-benda secara berurutan sambil menyebutkan bilangannya “satu, dua,

tiga, empat, lima”. Anak mungkin baru memegang benda yang ketiga tetapi

telah mengucapkan “lima”, atau sebaliknya, telah menyentuh benda kelima

tetapi baru mengucapkan ”tiga”. Anak-anak semacam ini dapat memberikan

kesan mereka hanya menghafal bilangan tanpa memahami maknanya.

4) Perserverasi

Anak yang perhatiannya melekat pada suatu objek saja dalam jangka

waktu yang relatif lama. Gangguan perhatian semacam itu disebut perverasi

(Mulyono Abdurrahman, 2003: 261). Anak demikian mungkin mulanya

dapat mengerjakan tugas dengan baik, tetapi lama-kelamaan perhatiannya

melekat pada suatu objek tertentu.

5) Kesulitan mengenal dan memahami simbul

Anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan

dalam mengenal dan menggunakan simbol-simbol matematika seperti +, -, =,

>, <, dan sebagainya. Kesulitan semacam ini dapat disebabkan oleh adanya

gangguan memori tetapi juga dapat disebabkan oleh adanya gangguan

persepsi visual.

Page 34: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

xxxiv

6) Gangguan penghayatan tubuh

Anak sulit memahami hubungan bagian-bagian dari tubuhnya sendiri.

Jika anak diminta untuk menggambar tubuh orang misalnya, mereka akan

menggambarkan dengan bagian-bagian tubuh yang tidak lengkap atau

menempatkan bagian tubuh pada posisi yang salah. Misalnya, leher tidak

tampak, tangan diletakkan di kepala, dan sebagianya.

7) Kesulitan dalam bahasa dan membaca

Kesulitan dalam bahasa dapat berpengaruh terhadap kemampuan anak

di bidang matematika. Soal matematika yang berbentuk cerita menuntut

kemampuan membaca untuk memecahkannya. Oleh karena itu, anak yang

mengalami kesulitan membaca akan mengalami kesulitan pula dalam

memecahkan soal matematika yang berbentuk cerita tertulis.

8) Performance IQ jauh lebih rendah daripada skor verbal IQ.

Anak berkesulitan belajar matematika memiliki skor PIQ

(Performance Intelligence Quotient) yang jauh lebih rendah daripada skor

VIQ (Verbal Intelligence Quotient). Rendahnya skor PIQ pada anak

berkesulitan belajar matematika tampaknya terkait dengan kesulitan

memahami konsep keruangan, gangguan pesepsi visual, dan adanya

gangguan asosiasi visual-motor.

g. Hasil Belajar Matematika

1) Pengertian Belajar

Berbagai ahli mengemukakan pendapatnya tentang belajar, yang

mengatakan bahwa “belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang

berlangsung, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,

pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara

dinamis dan membekas” (Winkel, 2001: 36). Lebih lanjut dinyatakan bahwa

“belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan

perilaku termasuk juga perbaikan perilaku” (Oemar Hamalik, 2000:45).

Pengertian belajar menurut Hilgard (dalam Nasution, 2000: 35):

“Learning is the prosess by which an activity originates or is changed

through training procedures (Whether in the laboratory on in the

Page 35: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

xxxv

naturalenvironment) as distinguished from changes by factors not

attributable to training.” (Belajar adalah proses yang melahirkan atau

mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium

atau dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari perubahan-perubahan

oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan, misalnya perubahan karena

mabuk atau minum ganja bukan termasuk hasil belajar).

Pendapat dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

seseorang telah belajar kalau terdapat perubahan tingkah laku melalui

pengalaman atau latihan dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut,

menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif),

keterampilan (psikomotorik), maupun yang menyangkut nilai dan sikap

(afektif). Perubahan tersebut terjadi akibat interaksi dengan lingkungannya,

tidak terjadi karena pertumbuhan fisik atau kedewasaan, tidak karena

kelelahan, penyakit atau perubahan karena obat-obatan. Kecuali itu

perubahan tersebut relatif bersifat lama atau permanen dan menetap.

2) Pengertian Hasil Belajar

Menurut Sutratinah Tirtonagoro (2001: 43) bahwa: “Hasil belajar

adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar mengajar yang dinyatakan

dalam bentuk simbul, angka, huruf maupun kalimat yang dapat

mencerminkan hasil yang dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.”

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (2001:70) yang dimaksud

hasil belajar adalah “penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes

atau angka yang diberikan oleh guru.”

Pengertian prestasi belajar menurut Oemar Hamalik (2000: 29) bahwa:

“prestasi belajar adalah hasil yang dicapai setelah seseorang melakukan

kegiatan pembelajaran.”

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat dikemukakan bahwa

hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai siswa dengan bekerja keras, ulet,

tekun, sehingga bisa memberikan kepuasan dan pemenuhan hasrat ingin tahu

Page 36: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

xxxvi

siswa. Sedangkan prestasi belajar matematika adalah hasil siswa setelah

melakukan suatu proses belajar matematika.

3) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Tinggi atau rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai

faktor. Faktor-faktor termaksud akan selalu ada sepanjang proses belajar

mengajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Ngalim

Purwanto (2002: 107) sebagai berikut: “a. Faktor dari luar, meliputi:

lingkungan dan instrumental; b. Faktor dari dalam, meliputi: fisiologis,

psikologis, kecerdasan, motivasi, dan kemampuan kognitif.”

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar tersebut di atas

dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Faktor dari luar (1) Faktor lingkungan

Lingkungan yang berujud alam dan sosial. Lingkungan alam seperti keadaan udara, suhu, kelembaban.

Belajar dengan udara yang segar, akan lebih baik hasilnya, bila dibandingkan dengan keadaan udara yang

panas dan pengap. Lingkungan sosial merupakan hubungan antara individu dengan keluarga, maupun

lingkungan masyarakat.

(2) Faktor instrumental

Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaannya dan penggunaannya sudah direncanakan, sesuai

dengan hasil belajar yang diharapkan. Seperti: gedung, perlengkapan belajar dan administrasi kelas atau

sekolah.

b) Faktor dari dalam (1) Faktor fisiologi

Kondisi fisiologi pada umumnya, seperti kesehatan jasmani akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Jasmani yang sehat, segar, akan mudah menerima informasi dari guru. Lain halnya bagi siswa yang tidak

sehat jasmaninya, maka hasil belajarnya juga kurang baik.

(2) Faktor psikologis

Setiap manusia pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, karena perbedaan itu juga

mempengaruhi hasil belajar. Faktor psikologis yang dianggap berpengaruh terhadap hasil belajar adalah:

(1) Bakat

Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap hasil belajar seseorang. Apabila seseorang

belajar pada bidang yang sesuai dengan bakatnya, maka kemungkinan berhasilnya akan lebih besar.

(2) Minat

Kalau seseorang tidak berminat mempelajari sesuatu, tidak dapat diharapkan akan berhasil dengan

baik, sebaliknya bila seseorang berminat untuk mempelajari sesuatu, maka hasilnya akan lebih baik.

(3) Kecerdasan

Kecerdasan besar peranannya dalam menentukan berhasil tidaknya seseorang mempelajari sesuatu.

Orang yang cerdas pada umumnya lebih mampu belajar, daripada orang yang kurang cerdas.

Kecerdasan seseorang biasanya dapat diukur dengan menggunakan alat tertentu, sedangkan hasil

pengukuran dinyatakan dengan angka yang menunjukkan perbandingan kecerdasan, yang terkenal

Page 37: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

xxxvii

dengan sebutan Inteligence Quotient (IQ). Dengan memahami taraf IQ setiap siswa, maka seorang

guru dapat memperkirakan tindakan yang harus diberikan kepada siswa secara tepat.

(4) Motivasi

Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi

belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Oleh karena itu,

meningkatkan motivasi belajar siswa menjadi bagian yang amat penting, dalam rangka mencapai

hasil belajar yang maksimal.

(5) Kemampuan kognitif

Tujuan belajar meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Namun pada

umumnya pengukuran kognitif lebih diutamakan dalam rangka menentukan keberhasilan belajar di

sekolah. Karena itu, kemampuan kognitif merupakan faktor penting dalam belajar siswa.

h. Materi Penjumlahan

Materi penjumlahan mata pelajaran matematika untuk siswa kelas V

semester II SDLB berdasarkan Standar Isi Peraturan Menteri No. 22 tahun 2006

meliputi:

1) Kompetensi Dasar I: Melakukan penjumlahan bilangan 3 angka dengan

bilangan 3 angka dengan teknik 1 kali penyimpanan.

Indikator:

a) Membaca lambang bilangan penjumlahan dengan betul.

b) Mampu melakukan langkah-langkah penjumlahan.

c) Mampu menjumlah satuan dengan satuan.

d) Mampu menaruh simpanan di tempat simpanan puluhan.

e) Mampu menjumlah puluhan dengan puluhan.

f) Mampu membaca hasil jumlah.

2) Kompetensi Dasar II: Melakukan penjumlahan bilangan 3 angka dengan

bilangan 3 angka dengan teknik 2 kali menyimpan.

Indikator:

a) Mambaca lambang bilangan penjumlahan dengan betul.

b) Mampu melakukan langkah-langkah penjumlahan.

c) Mampu menjumlah satuan dengan satuan.

d) Mampu menaruh simpanan di tempat simpanan puluhan.

e) Mampu menjumlah puluhan dengan puluhan.

f) Mampu membaca hasil jumlah.

Page 38: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

xxxviii

3. Metode Jarimatika

a. Pengertian Metode Jarimatika

Metode jarimatika memiliki beberapa pengertian yang telah banyak

didefinisikan oleh beberapa ahli. Dari berbagai pengertian metode jarimatika

dapat dijelaskan seperti berikut. “Metode jarimatika adalah suatu cara berhitung (operasi KaBaTaKu) dengan menggunakan jari dan ruas-ruas

jari tangan” (Septi Peni Wulandani, 2008: 3). ”Jarimatika adalah cara berhitung (operasi Kali-Bagi-Tambah-Kurang)

dengan menggunakan jari-jari tangan (http://www.jarimatika.com/). Sedangkan menurut Dwi Sunar Prasetyono, dkk.

(2009:19) "jarimatika adalah suatu cara menghitung matematika dengan menggunakan alat bantu jari".

Berdasarkan kedua pengertian tersebut dapat dirumuskan bahwa metode jarimatika adalah suatu cara

berhitung (operasi Kali-Bagi-Tambah-Kurang) dengan menggunakan alat bantu jari dan ruas-ruas jari tangan.

b. Perkembangan Metode Jarimatika Berawal dari kepedulian seorang ibu terhadap materi pendidikan anak-anaknya. Setelah anak yang pertama

menguasai kemampuan baca di usia 2,5 tahun, tibalah saatnya untuk memasuki gerbang pengenalan berhitung. Banyak

metode dipelajari, tetapi semuanya memakai alat bantu dan kadang membebani memori otaknya. Setelah itu seorang ibu

tersebut tertarik dengan jari sebagai alat bantu yang tidak perlu dibeli, dibawa kemana-mana dan ternyata juga mudah

dan menyenangkan. Anak-anak menguasai metode ini dengan menyenangkan dan menguasai keterampilan berhitung.

Akhirnya penelitian dari hari ke hari untuk mengotak-atik jari hingga ke perkalian dan pembagian, serta mencari uniknya

berhitung dengan keajaiban jari dan kemudian dinamakan “Jarimatika”.

Endapan-endapan pertanyaan lama mulai bermunculan seperti mengapa anak-anak mesti dilarang

menggunakan alat hitung? Mengapa ada guru yang melarang muridnya menggunakan jari sebagai alat hitung namun

mengijinkan penggunaan lidi? Perlukah anak dipacu untuk berhitung cepat? dan sebagainya. Sekarang dapat dilihat

melihat jarimatika bukan sekedar cara berhitung. Jarimatika lebih merupakan alat komunikasi orangtua kepada anak-

anaknya. Jarimatika adalah sebuah cara sederhana dan menyenangkan mengajarkan berhitung dasar kepada anak-anak

menurut kaidah:

1) Dimulai dengan memahamkan secara benar terlebih dahulu tentang konsep bilangan, lambang bilangan, dan operasi

hitung dasar.

2) Barulah kemudian mengajarkan cara berhitung dengan jari-jari tangan.

3) Prosesnya diawali, dilakukan dan diakhiri dengan gembira.

c. Kelebihan Metode Jarimatika Metode jarimatika sebagai salah satu metode berhitung yang sederhana dengan menggunakan jari tangan

memiliki beberap kelebihan. Karena kelebihannya banyak menarik minat para guru untuk menggunakan dalam proses

pembelajaran.

Dikatakan Dwi Sunar Prasetyono, dkk. (2009:19) "Jarimatika merupakan salah satu teknik menghitung cepat

dan akurat yang paling berkembang pesat dan sangat diminati banyak orang". Dalam http://www.jarimatika.com/,

metode jarimatika memiliki nilai lebih, diantaranya: a) Sederhana; b) Alatnya selalu tersedia dan tidak perlu dibeli; c)

Alatnya tidak akan pernah ketinggalan atau disita saat ujian; d) Tidak memberatkan memori otak dengan bayangan

(seperti yang sering dirasakan saat selesai bermain game Tetris); e) Dan ternyata juga mudah.

Selain kelebihan di atas, menurut Septi Peni Wulandani (2008:6) metode jarimatika memberikan memiliki

kelebihan-kelebihan sebagai berikut:

Page 39: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

xxxix

1) Memberikan visualisasi proses berhitung. 2) Menggembirakan anak saat digunakan. 3) Tidak memberatkan memori otak. 4) Alatnya gratis, selalu terbawa dan tidak dapat disita. 5) Pengaruh daya pikir dan psikologis. 6) Karena diberikan secara menyenangkan maka sistem limbik di otak

anak akan senantiasa terbuka sehingga memudahkan anak dalam menerima materi baru.

7) Membiasakan anak mengembangkan otak kanan dan kirinya, baik secara motorik maupun secara fungsional, sehingga otak bekerja lebih optimal.

8) Tidak memberatkan memori otak, sehingga anak menganggap mudah, dan ini merupakan step awal membangun rasa percaya dirinya untuk lebih jauh menguasai ilmu matematika secara luas.

Ada efek menarik yang lain dari Jarimatika. Berikut pengalaman para pemakai Jarimatika:

1) Meningkatkan self esteem para ibu rumah tangga, bahwa yang mereka lakukan adalah pekerjaan yang sangat mulia, dengan jarimatika selain bisa mendidik anak-anak, mereka juga bisa mendapatkan penghasilan.

2) Para tunanetra dapat belajar berhitung dengan lebih mudah menggunakan Jarimatika (pengalaman guru SLB di Ciputat).

3) Penderita autis senang mempelajri berhitung menggunakan Jarimatika (pengalaman Ibu Heni Bekasi).

4) Anak murid SLB mempelajari berhitung dengan lebih mudah menggunakan Jarimatika (pengalaman ibu guru SLB di Rancaekek). (http://www.jarimatika.com/).

d. Rumus Sederhana Metode Jarimatika

Rumus dasar metode Jarimatika dikemukakan oleh Hendra Bc. (2005:1) sebagai berikut:

1) Aturan Dasar

a) Jari tangan kanan untuk satuan.

b) Jari tangan kiri untuk puluhan.

2) Standar Bahasa

a) Penambahan --> Buka.

b) Pengurangan --> Tutup.

3) Formula I Fomula Dasar Perkalian K.I

a) Jari kelingking nilainya = 6

b) Jari manis nilainya = 7

c) Jari tengah nilainya = 8

d) Jari telunjuk nilainya = 9

e) Jari jempol/ibu jari nilainya = 10

4) Untuk penjumlahan, jari tangan harus dibuka.

Page 40: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

xl

Berikut hal yang perlu dipahami dalam mengaplikasikan jari tangan sebagai alat bantu menghitung:

a) Jari tangan kanan mewakili bilangan satuan. b) Jari tangan kiri mewakili bilangan puluhan dan ratusan. c) Jari tangan terbuka dipahami sebagai operasi penjumlahan. d) Jari tangan tertutup dipahami sebagia operasi pengurangan. e) Pengguna jarimatika setidaknya memahami konsep dasar operasi aljabar. (Dwi Sunar Prasetyono,

dkk., 2009:19)

Untuk mempermudah mengingat formasi jarimatika dapat dilihat pada gambar berikut.

Jari tangan kanan (A) digunakan untuk angka satuan Jari tangan kiri (B) digunakan untuk angka puluhan

Page 41: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

xli

Gambar 1

Formasi Jarimatika Penjumlahan

e. Metode Jarimatika Untuk Berhitung Cepat Anak-anak Berbagai metode berhitung untuk anak-anak telah dikenal oleh masyarakat secara luas. Salah satunya adalah

metode Jarimatika yang khusus diajarkan untuk anak usia 3-12 tahun. Metode ini bisa menjadi alternatif bagi para

orangtua agar anak-anaknya bisa berhitung cepat dan praktis. Dimana anak-anak akan diajari bagaimana berhitung mulai

dari penjumlahan, pembagian dan perkalian dengan menggunakan jari tangannya sendiri.

Metode ini tidak begitu memberatkan memori anak-anak meskipun menghitung dalam jumlah ribuan karena

dalam mempraktekannya, otak masih dibantu dengan alat yaitu jari tangan. Dibandingkan dengan metode lain, metode

“Jarimatika” lebih menekankan pada penguasaan konsep terlebih dahulu baru ke cara cepatnya, sehingga anak-anak

menguasai ilmu secara matang. Selain itu metode ini disampaikan secara fun, sehingga anak-anak akan merasa senang

dan gampang bagaikan “tamasya belajar”.

Jari tangan bisa digunakan setiap saat. Kemanapun, dimanapun dan kapanpun anak-anak bisa menggunakan

tangannya untuk berhitung. Tidak terkecuali saat ujian berlangsung. Sebelum menggunakan jarinya untuk menghitung,

anak-anak harus memahami terlebih dahulu cara penggunaaan jarinya. Untuk jari tangan kanan dipahami sebagi angka

satuan, dan jari tangan kiri adalah angka puluhan dan ratusan.

Untuk penjumlahan, jari tangan harus dibuka. Jari tangan menutup adalah pengurangan. Khusus untuk

perkalian, anak-anak harus paham terlebih dahulu perkalian mulai 1 sampai 5. Rumus-rumusnya menggunakan nyanyian

popular anak-anak seperti lagu Balonku Ada Lima supaya anak-anak lebih cepat memahaminya.

(http://www.surya.co.id/web/index2.php?option=com content& dopdf=1&id=19765.

B. Kerangka Pemikiran

Karangka berpikir merupakan arahan penalaran untuk sampai pada

hipotesis. Adapun kerangka berpikir penelitian ini sebagai berikut:

Anak tunagrahita memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan

anak normal pada umumnya, karena karakteristik anak tunagrahita yang memiliki

keterbelakangan mental sehingga dalam berpikir mengalami hambatan.

Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari dalam dan

dari luar. Metode jarimatika merupakan seperangkat pendukung mata pelajaran

matematika yang merupakan pengaruh faktor dari luar diri siswa.

Metode jarimatika memperikan pengaruh terhadap daya pikir dan

psikologis pada anak tunagrahita, antara lain: 1) Karena diberikan secara

Page 42: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

xlii

menyenangkan maka sistem limbik di otak anak akan senantiasa terbuka sehingga

memudahkan anak dalam menerima materi baru; 2) Membiasakan anak

mengembangkan otak kanan dan kirinya, baik secara motorik maupun secara

fungsional, sehingga otak bekerja lebih optimal; 3) Tidak memberatkan memori

otak, sehingga anak menganggap mudah, dan ini merupakan step awal membangun

rasa percaya dirinya untuk lebih jauh menguasai ilmu matematika secara luas.

Dari uraian pemikiran tersebut di atas, maka dapat digambar dalam bentuk

kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 2

Kerangka Berfikir

C. Perumusan Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka pemikrian di atas, hipotesis tindakan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

“Melalui metode jarimatika dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan pada siswa tunagrahita kelas V

semester II di SDLB Negeri Cangakan Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010.”

Kondisi awal hasil belajar matematika

1. Pembelajaran lebih berpusat pada guru. 2. Siswa enggan atau malas belajar

matematika. 3. Hasil belajar matematika penjumlahan

rendah.

Tindakan

1. Guru menerapkan metode jarimatika 2. Guru memberi motivasi belajar kepada

siswa. 3. Guru memberi penjelasan tentang cara

belajar matematika.

Kondisi Akhir

1. Prestasi belajar matematika penjumlahan meningkat.

2. Siswa lebih senang untuk belajar matematika penjumlahan.

Page 43: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

xliii

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di kelas V Tunagrahita SDLB

Negeri Cangakan Karanganyar pada pembelajaran mata pelajaran matematika

penjumlahan pada semester II tahun pelajaran 2009/2010. ”Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) dalam bahasa Inggris diartikan Classroom Action Research (CAR)

yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar,

dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam

pembelajaran” (Susilo, 2007: 16).

Page 44: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

xliv

B. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini subyek penelitian adalah siswa kelas V

Tunagrahita SDLB Negeri Cangakan Karanganyar berjumlah 4 siswa.

C. Sumber Data

Sumber data penelitian tindakan kelas ini berasal dari siswa kelas V

Tunagrahita SDLB Negeri Cangakan Karanganyar sebagai subjek penelitian. Data

yang berupa prestasi belajar matematika diperoleh dengan menggunakan tes setelah

dalam proses pembelajaran melalui metode jarimatika.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Observasi

a. Pengertian Observasi

Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan pengamatan

secara langsung mengenal fenomena-fenomena dan gejala psikis maupun

psikologi dengan pencatatan. Format yang disusun berisi item-item tentang

kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi (Suharsimi Arikunto,

2006: 229).

Menurut Supardi (2008: 127), observasi adalah kegiatan pengamatan

(pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai

sasaran.

Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa observasi adalah

kegiatan pengamatan (pengambilan data) secara langsung mengenal fenomena-

fenomena dan gejala psikis maupun psikologi dengan pencatatan untuk

memotret seberapa jauh efek tidakan telah mencapai sasaran.

b. Macam-macam Observasi

Observasi ini dilakukan untuk mengamati secara langsung proses dan

dampak pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah perbaikan

agar lebih efektif dan efisien. Dalam melakukan observasi proses, menurut

Retno Winarni (2009: 84-85) ada 4 metode observasi yaitu:

30

Page 45: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

xlv

1) Observasi Terbuka

Pengamat tidak menggunakan lembar observasi, melainkan hanya

menggunakan kertas kosong merekam pelajaran yang diamati.

2) Observasi Terfokus

Ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu dari pembelajaran.

Misalnya: yang diamati kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi.

3) Observasi Terstruktur

Observasi menggunakan instrumen yang terstruktur dan siap pakai, sehingga

pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda (V) pada tempat yang

disediakan.

4) Observasi Sistematik

Observasi sistematik lebih rinci dalam kategori yang diamati. Misalnya

dalam pemberian penguatan, data dikategorikan menjadi penguatan verbal

dan nonverbal.

c. Observasi yang Digunakan

Dalam penelitian in digunakan observasi terfokus, dimana peneliti

mengamati aspek-aspek tertentu dari pembelajaran. Observasi ini dilakukan

untuk mengamati secara langsung proses dan dampak pembelajaran yang

diperlukan untuk menata langkah-langkah perbaikan agar lebih efektif dan

efisien. Observasi dipusatkan pada proses dan hasil tindakan pembelajaran

beserta peristiwa-peristiwa yang melingkupinya. Langkah-langkah observasi

meliputi: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan observasi kelas, dan (3) pembahasan

balikan.

Pada tahap perencanaan, diperhatikan mengenai urutan kegiatan

observasi dan penyamaan persepsi antara pengamat dan yang diamati mengenai

fokus, kriteria, atau kerangka pikir interpretasi, di samping teknik observasi

yang akan dilakukan. Pada tahap pelaksanaan observasi kelas, peneliti

mengamati proses pembelajaran dan mengumpulkan data mengenai segala

sesuatu yang terjadi pada proses pembelajaran matematika, baik yang terjadi

pada guru, siswa maupun situasi kelas. Pada tahap diskusi balikan, membahas

hasil pengamatan selama observasi dalam situasi yang saling mendukung

(mutually supportive).

Page 46: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

xlvi

2. Tes

a. Pengertian Tes

Pengertian tes menurut berbagai literatur berbeda, tergantung dari sudut

pandang masing-masing. Menurut Saifuddin Azwar (2001: 2) “Tes adalah

sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab dan/atau tugas yang harus

dikerjakan”. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:223) tes adalah “Serentetan

pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur

keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki

individu atau kelompok”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu

alat yang dipergunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,

kemampuan atau bakat, berujud pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa baik

secara individu atau kelompok.

b. Macam-macam Tes

Bentuk-bentuk tes antara lain sebagai berikut: 1) Tes benar salah, 2) Tes

pilihan ganda, 3) Tes menjodohkan, 4) Tes isian atau melengkapi, 5) Tes

jawaban singkat (Suharsimi Arikunto, 2006:223).

c. Tes yang Digunakan

Bentuk tes yang dipakai adalah tes objektif. Tes objektif adalah tes yang

hanya satu jawaban dapat dianggap terbaik. Siswa yang diuji diminta untuk

menunjukkan jawaban yang terbaik. Tes yang digunakan dalam penelitian ini

adalah tes objektif isian atau melengkapi yang terdiri dari 10 item pertanyaan

setiap siklus. Hasil setiap siklus dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui

keefektifan tindakan dengan jalan melihat kembali (merujuk silang) pada

indikator keberhasilan yang telah ditentukan.

E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Agar tes dapat digunakan sebagai alat pengukur prestasi belajar siswa,

maka tes tersebut harus memenuhi syarat sebagai tes yang baik. Tes itu valid

artinya tes yang dibuat hendaknya dapat mengukur apa yang hendak diukur. Tes

yang disusun harus sesuai dengan materi yang pernah diajarkan dan mempunyai

taraf kesukaran yang sama dengan kemampuan siswa. Adapun jenis-jenis validitas

Page 47: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

xlvii

tes menurut Sutrisno Hadi (2000: 111) antara lain: face validity, logical validity,

factorial validity, content validity, external validity, internal validity dan empirical

validity. Adapun uji validitas yang digunakan di sini adalah uji validitas content

validity yaitu instrumen dari beberapa butir tes yang mencerminkan sesuatu faktor

yang tidak menyimpang dari fungsi instrumen berupa kisi-kisi buatan guru

berdasarkan KTSP.

Tes harus reliabel, tes cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak

akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban

tertentu (Suharsimi Arikunto, 2006: 142). Instrumen yang sudah dapat dipercaya,

yang reliabel akan mengahasilkan data yang dapat dipercaya juga. Teknik

reliabilitas menggunakan standar isi berdasarkan Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar dalam pembelajaran matematika sesuai dengan KTSP.

F. Validitas Data

Informasi yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti dan akan dijadikan

data dalam penelitian ini perlu diperiksa validitasnya sehingga data validitas

tersebut dapat dipertanggungjawbkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat

dalam menarik kesimpulan. Adapun teknik yang digunakan untuk memeriksa

validitas dalam penelitian ini adalah triangulasi dan reviu informan.

Moeleong (2004: 330) mengemukakan bahwa “Triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu

untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”. Teknik

triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi data dan

triangulasi metode. Triangulasi data (sumber) dilakukan dengan mengumpulkan

data tentang permasalahan dalam penelitian dari beberapa sumber data yang

berbeda. Sedang triangulasi metode dilakukan dengan menggali data yang sama

dengan metode yang berbeda, seperti disinkronkan dengan hasil observasi atau

dokumen yang ada.

Page 48: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

xlviii

Untuk menjaga validitas, secara kolaboratif data dalam penelitian ini akan

didiskusikan/dikonsultasikan dengan teman sejawat atau tim ahli, serta diupayakan

memperhatikan hal-hal asebagai berikut: 1) observer akan mengamati keseluruhan

sekuensi peristriwa yang terjadi di kelas; 2) tujuan, batas waktu dan rambu-rambu

observasi jelas; 3) hasil observasi dicatat lengkap dan hati-hati; dan 4) observasi

harus dilakukan secara obyektif.

G. Analisis Data

Data berupa hasil tes diklasifisikan sebagai data kuantitatif. Data tersebut

dianalisis secara desktiprif komparatif, yakni dengan membandingkan nilai tes

atarsiklus. Yang dianalisis adalah nilai tes siswa sebelum melalui metode

jarimatika dan nilai tes siswa setelah melalui metode jarimatika; sebanyak dua

siklus. Kemudian, data yang berupa nilai tes antarsiklus tersebut dibandingkan

hingga hasilnya dapat mencapai batas ketercapaian atau indikator keberhasilan

yang telah ditetapkan.

Peneliti dalam penelitian ini menggunakan model yang dilakukan oleh

Kemmis dan Mc Taggart yang merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin.

Suharsimi Arikunto (2007: 16) mengemukakan model yang didasarkan atas konsep

pokok bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang juga

menunjukkan langkah, yaitu:

1. Perencanaan atau planning

2. Tindakan atau acting

3. Pengamatan atau observing

4. Refleksi atau reflecting

Langkah-langkah tersebut dapat diilustrasikan dalam gambar 3 berikut:

Tindakan

Perencanaan

Pengamatan

Page 49: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

xlix

Gambar 3

Model Dasar Penelitian Tindakan Kelas Kurt Lewin dalam Suharsimi Arikunto (2007: 16)

Model Kurt Lewin yang terdiri dari empat komponen tersebut kemudian

dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Kedua ahli ini memandang

komponen sebagai langkah dalam siklus, sehingga mereka menyatukan dua

komponen yang kedua dan ketiga, yaitu tindakan dan pengamatan sebagai suatu

kesatuan. Hasil dari pengamatan ini kemudian dijadikan dasar sebagai langkah

berikutnya, yaitu refleksi kemudian disusun sebuah modifikasi yang

diaktualisasikan dalam bentuk rangkaian tindakan dan pengamatan lagi, begitu

seharusnya.

H. Indikator Kinerja

Indikator pencapaian dalam penelitian tindakan kelas ini ditetapkan apabila

hasil belajar matematika materi penjumlahan secara individu mendapat nilai 60

atau lebih dan secara klasikal mencapai 80% dari jumlah siswa mendapat nilai 60

atau lebih. Dihitung dari jumlah siswa yang memperoleh nilai 60 atau lebih

dinyatakan telah mencapai ketuntasan belajar matematika materi penjumlahan.

Penetapan indikator pencapaian disesuaikan dengan kondisi sekolah, seperti batas

minimal nilai yang dicapai dan ketuntasan belajar bergantung pada guru kelas yang

secara empiris tahu betul keadaan murid-murid di kelasnya (sesuai dengan KTSP).

I. Prosedur Penelitian

Page 50: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

l

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. Tiap siklus

dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti yang telah

didesain dalam variabel yang diteliti. Hasil observasi tersebut sebagai dasar untuk

menentukan tindakan yang tepat dalam rangka meningkatkan prestasi belajar

matematika.

Tabel 1. Prosedur Penelitian

1 Persiapan

2 Deskripsi awal Masalah penjumlahan dan kesulitan belajar 3 Penyusunan

Rencana Tindakan

a. Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran.

b. Menentukan pokok bahasan. c. Mengembangkan skenario

pembelajaran. d. Menyiapkan sumber belajar. e. Mengembangkan format evaluasi. f. Mengembangkan format observasi.

4 Pelaksanaan

Tindakan Menerapkan tindakan mengacu pada

skenario pembelajaran. 5 Pengamatan Melakukan observasi dengan memakai

format observasi.

Siklus I

6 Evaluasi/Refleksi a. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan.

b. Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang skenario pem-

belajaran dan lain-lain. c. Memperbaiki pelaksanaan tindakan

sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan siklus berikutnya.

d. Evaluasi tindakan I. 7 Perencanaan dan

penyempurnaan tindakan

a. Atas dasar hasil siklus I, dilakukan penyempurnaan tindakan.

b. Pengamatan program tindakan II. 8 Tindakan Pelaksanaan program tindakan II dengan

melakukan perbaikan yaitu meningkatkan tindakan dengan memperbaiki kelemahan-

kilemahan tindakan yang telah dilakukan pada siklus I.

9 Pengamatan Pengumpulan data tindakan II.

Siklus II

10 Evaluasi/Refleksi Evaluasi tindakan II (berdasarkan indikator pencapaian).

Page 51: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

li

Kesimpulan

Page 52: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

lii

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan Penelitian

1. Deskripsi Kondisi Awal

Pembelajaran berhitung penjumlahan siswa tunagrahita di kelas V SDLB

Negeri Cangakan Karanganyar seperti biasa. Kelas dalam suasana tertib dan tenang

ketika jam pelajaran berhitung penjumlahan akan dimulai. Materi penjumlahan

pada kondisi awal dikemas oleh guru dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Guru

mengawali pembelajaran dengan mengkondisikan kelas, mengabsen terlebih

dahulu siswa tunagrahita kelas V SDLB Negeri Cangakan Karanganyar dan

melaksanakan apersepsi guna menggali pengetahuan awal siswa dalam rangka

upaya mengaitkan materi pembelajaran yang akan disampaikan.

Guru menyampaikan materi pembelajaran dengan metode ceramah yang

merupakan salah satu metode yang biasa digunakan guru. Pembelajaran dimulai

dengan penjelasan tentang penjumlahan. Suasana kelas kurang begitu tenang

selama guru menjelaskan materi pembelajaran, karena tidak semua siswa

memperhatikan penjelasan guru. Ada yang memperhatikan penjelasan guru, tetapi

ada juga yang pandangannya ke luar kelas dan ada yang bercanda dengan

temannya.

Page 53: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

liii

Waktu yang digunakan untuk menjelaskan materi penjumlahan, guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang

belum jelas berkenaan dengan materi penjumlahan yang telah diberikan. Pada

kesempatan itu, hanya ada satu siswa yang mengajukan pertanyaan mengenai

penjumlahan bilangan. Siswa terkesan masih pasif seakan-akan hanya menerima

begitu saja materi yang dijelaskan oleh guru tanpa banyak memberikan tanggapan

atau komentar.

Kemudian, guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan soal-

soal yang berkaitan dengan penjumlahan. Siswa terlihat tidak segera mengerjakan

soal-soal yang diberikan guru. Sebagian besar siswa tampak membayangkan atau

mengingat-ingat materi yang baru saja diterangkan guru dengan metode ceramah

(konvensional), baru kemudian mereka menjawab apa yang diingat. Selama siswa

menjawab soal-soal, guru duduk di meja guru sambil sesekali melihat siswa

mengerjakan soal. Guru tidak mengontrol atau memberikan bimbingan kepada

siswa.

Kegiatan pembelajaran berhitung penjumlahan dilakukan hingga waktu

yang dialokasikan berakhir. Guru menyuruh mengumpulkan hasil jawaban siswa.

Pembelajaran diakhiri tanpa diberikan penguatan atau umpan balik mengenai

proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Berdasarkan gambaran pelaksanaan pembelajaran berhitung penjumlahan

siswa tunagrahita di kelas V SDLB Negeri Cangakan Karanganyar yang telah

diamati tersebut, maka berikut ini dapat disajikan prestasi belajar berhitung

penjumlahan yang terkait dengan kondisi awal pembelajaran berhitung

penjumlahan bilangan dua angka.

Tabel 2. Hasil Belajar Berhitung Penjumlahan Siswa Tunagrahita Kelas V SDLB Negeri Cangakan Karanganyar pada Kondisi Awal.

No. Urut Nama Subyek Nilai Keterangan

1 LL 55 Belum tuntas

2 CR 45 Belum tuntas

38

Page 54: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

liv

3 YY 60 Sudah tuntas

4 DT 50 Belum tuntas

Jumlah 210

Rata-rata 52,50

Ketuntasan Klasikal 25,00% Belum tuntas

Sumber data: Lampiran 9 halaman 73.

Nilai siswa yang disajikan pada tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak

3 siswa memperoleh nilai di bawah 60. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai 60

hanya 1 siswa. Nilai rerata 52,50 dengan tingkat ketuntasan secara klasikan sebesar

25,00%. Data ini menunjukkan bahwa pembelajaran berhitung penjumlahan pada

siswa tunagrahita kelas V SDLB Negeri Cangakan Karanganyar belum memenuhi

batas tuntas yang ditetapkan. Dengan demikian, pada kondisi awal ini pembelajaran

berhitung penjumlahan dapat dikatakan belum mencapai tujuan yang diharapkan.

Berdasarkan hasil belajar berhitung penjumlahan yang masih rendah, maka

sebagai guru berusaha melakukan inovasi pembelajaran agar prestasi belajar

berhitung penjumlahan dapat ditingkatkan. Inisiatif yang diambil guru kelas serta

didukung oleh kepala sekolah dan dibantu teman guru kolaborasi, dilakukan

inovasi pembelajaran dengan menerapkan metode jarimatika dengan tujuan

meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa, serta aktivitas guru dalam

melaksanakan pembelajaran berhitung penjumlahan.

2. Pelaksanaan Penelitian Siklus I

a. Perencanaan

Perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I meliputi kegiatan-

kegiatan:

Page 55: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

lv

1) Menyurun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Dalam rangka implementasi tindakan perbaikan, pembelajaran

berhitung penjumlahan siklus I ini dirancang dengan satu kali pertemuan.

Alokasi waktu pertemuan adalah 2 x 35 menit. RPP mencakup ketentuan:

kompetensi dasar, materi pokok, indikator, skrenario pembelajaran,

media/sumber belajar, dan sistem penilaian. (Lampiran 3 halaman 61).

2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung

Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran

adalah: (1) Ruang kelas. Ruang kelas yang digunakan adalah kelas yang biasa

digunakan setiap hari. Kelas tidak didesain secara khusus, untuk pelaksanaan

pembelajaran, kursi diatur sedemikian rupa (membentuk lingkaran) sehingga

guru dapat menerapkan metode jarimatika dengan baik; (2) Mempersiapkan

formasi gambar jari tangan sebagai metode pembelajaran sesuai dengan

materi pembelajaran

3) Menyiapkan Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mencatat segala

aktivitas selama pelaksanaan pembelajaran yang berisi daftar

isian yang mencakup kegiatan siswa dan juga kegiatan guru.

Lembar pengamatan yang digunakan untuk siswa meliputi

bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran yang meliputi:

memperhatikan penjelasan guru, membaca materi,

mempratekkan jari tangan (isyarat), berdiskusi dengan guru,

menjawab soal secara lesan, dan mengerjakan LKS. Lembar

pengamatan yang digunakan untuk guru meliputi bagaimana

guru mengajar, yang meliputi: menyiapkan RPP, menyediakan

materi dan sumber belajar, penampilan guru, penguasaan

Page 56: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

lvi

materi, memusatkan perhatian siswa, berinteraksi dan

membimbing siswa, penggunaan jari tangan (jarimatika),

membuat kesimpulan, dan melaksanakan evaluasi.

b. Pelaksanaan Tindakan

1) Kegiatan Awal

Apersepsi

a) Guru membuka pelajaran, mengadakan presensi sambil memeriksa siswa

apakah sudah siap menerima pelajaran.

b) Guru mengadakan tanya jawab mengenai materi pelajaran yang sudah

diajarkan yaitu penjumlahan.

c) Guru mengajak siswa bersama-sama menyanyikan lagu ”Satu Tambah

Satu”.

2) Kegiatan Inti

a) Guru memberikan informasi mengenai pentingnya terhitung dalam

kehidupan sehari-hari bagi siswa.

b) Guru memberikan informasi mengenai materi operasi hitung yang akan

dipelajari, yaitu penjumlahan dengan matode jarimatika.

c) Guru menunjukkan formasi jarimatika penjumlahan, siswa mengamati

dengan seksama.

d) Siswa bersama-sama guru meragakan formasi jarimatika yaitu 1-10.

e) Secara bergantian siswa diminta untuk membaca meragakan formasi

jarimatika 1-10.

f) Guru menjelaskan bentuk-bentuk penjumlahan dengan jarimatika.

g) Secara bergantian siswa diminta untuk mencoba meragakan bentuk-

bentuk penjumalah dengan jarimatika, guru membetulkan bila ada

kesalahan.

h) Guru memberi contoh soal penjumlahan dan menyelesaiknnya soal

penjumlahan dengan jarimatika.

i) Secara bergantian siswa diminta untuk menyelesaikan soal penjumlahan

dengan jarimatika di papan tulis (depan kelas).

Page 57: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

lvii

j) Guru bersama siswa membicarakan kembali materi pelajaran yang telah

dipelajari.

3) Kegiatan Penutup

a) Guru dan siswa mengadakan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran

yang telah dilakukan dengan menyimpulkan materi pelajaran.

b) Guru menutup pelajaran dengan memberikan tugas latihan untuk

dikerjakan di rumah.

c. Pengamatan

Hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan dapat

dideskripsikan bahwa siswa belum dapat memanfaatkan waktu

dengan baik. Hal ini terlihat pada saat guru memberikan penjelasan

dengan menerapkan metode jarimatika, tidak semua siswa

memperhatikan, masih terdapat siswa yang kurang memperhatikan

pembelajaran dari guru, ada pandangan siswa yang diarahkan ke

luar kelas dan memikirkan yang lain, bahkan masih ada siswa yang

kurang paham terhadap metode jarimatika yang ditunjukkan guru

tentang teknik mempelajari penjumlahan. Hal ini terjadi karena

siswa tidak memikirkan betapa terbatasnya alokasi waktu yang

tersedia sehingga mereka kurang bisa memanfaatkan waktu yang

baik.

Pada saat melakukan pengamatan, masih terlihat

kekurangsiapan pada diri siswa. Masih ada di antara mereka yang

hanya sekedar membawa buku catatan dan alat tulis pada saat

guru memberikan pelajaran dengan disertai metode jarimatika,

siswa tanpa banyak melakukan aktivitas. Mereka tidak

memperhatikan apa yang disampaikan guru dalam penjumlahan

melalui metode jarimatika.

Pada saat mendengarkan penjelasan dari guru, siswa belum

melakukannya dengan segera mempraktekkan jarimatika yang

praktis sehingga waktu kurang efektif. Siswa juga masih pasif

dalam bertanya, belum banyak memberikan komentar terhadap

Page 58: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

lviii

materi yang dibahas. Hal ini disebabkan karena siswa belum

terbiasa melakukan tanya jawab dalam diskusi kelas. Siswa belum

biasa mengeluarkan pendapat di hadapan teman-temannya.

Hasil diskusi antara kepala sekolah dengan guru kolaborasi,

peran guru untuk membangkitkan semangat siswa masih kurang.

Guru kurang mengarahkan bagaimana siswa dapat memanfaatkan

waktu dengan baik. Selama mendampingi siswa belajar, guru

kurang maksimal dalam menampilan metode jarimatika, karena

guru kelas sudah sangat terbiasa dengan pembelajaran

konvensional, yang segala sesuatunya banyak mendapatkan

intervensi guru.

Hasil pengamatan pada siklus I mata pelajaran berhitung

penjumlahan, diperoleh dari pengamatan aktivitas guru masih perlu

ditingkatkan, terutama aktivitas guru dalam menyiapkan RPP,

berinteraksi dan membimbing siswa, dan membuat kesimpulan.

Dari hasil pengamatan beberapa indikator tersebut dalam katagori

sedang.

Tingkat aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran

matematika materi penjumlahan berdasarkan hasil observasi pada

siklus I aktivitas siswa masih kurang, terutama pada aspek

membaca materi, mempraktekkan jarimatika, dan menjawab soal

secara lesan dari guru. Indikator-indikator tersebut perlu

ditingkatkan pada siklus II, karena aktivitas siswa secara

keseluruhan masih rendah yang dapat mempengaruhi hasil belajar

matematika penjumlahan.

Hasil belajar berhitung penjumlahan melalui metode jarimatika pada

Siklus I disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3. Hasil Belajar Berhitung Penjumlahan Siswa Tunagrahita Kelas V SDLB Negeri Cangakan Karanganyar pada Siklus I.

No. Subyek Pre tes Post tes Peningkatan Keterangan

Page 59: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

lix

(Siklus I)

1 LL 55 60 5 : 55 x 100% = 9,09% Tuntas

2 CR 45 50 5 : 45 x 100% = 11,11% Belum

3 YY 60 65 5 : 60 x 100% = 8,33% Tuntas

4 DT 50 55 5 : 50 x 100% = 10,09% Belum

Jumlah 210 230

Rata-rata 52,50 57,5

Ketuntasan Klasikal

25,00% 50,00 % Belum

Sumber data: Lampiran 10 halaman 74.

Nilai siswa yang disajikan pada tabel di atas menunjukkan bahwa

sebanyak 2 siswa memperoleh nilai di bawah 60. Sedangkan siswa yang

memperoleh nilai 60 atau lebih 2 siswa. Nilai rerata 57,50 dengan tingkat

ketuntasan secara klasikan sebesar 50,00%. Data ini menunjukkan bahwa

pembelajaran berhitung penjumlahan pada siswa tunagrahita kelas V SDLB

Negeri Cangakan Karanganyar belum memenuhi batas tuntas yang ditetapkan.

Dengan demikian, pada siklus I pembelajaran berhitung penjumlahan dapat

dikatakan belum mencapai tujuan yang diharapkan dan perlu dilanjutkan pada

siklur berikutnya untuk mencapai ketuntasan belajar matematika.

d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi di atas, dapat diketahui bahwa siswa belum

dapat memanfatkan waktu dengan baik. Untuk menindaklanjutinya,

pembelajaran pada siklus II perlu ditekankan pada siswa pentingnya

pemanfaatan waktu.

Kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran

penjumlahan dan jarangnya tanya jawab dilakukan antara siswa dengan siswa

dan bertanya pada guru disebabkan oleh kekurangpahaman siswa akan

pentingnya metode jarimatika untuk penjumlahan bilangan sehingga masih

terdapat siswa yang menghadapi kesulitan ketika melakukan penjumlahan

Page 60: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

lx

bilangan. Oleh sebab itu, pada pembelajaran pada siklus II perlu ditekankan

kepada siswa agar lebih mempersiapkan diri dan memperhatikan metode

jarimatika yang ditunjukkan guru.

Perlu ditingkatkan keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru. Siswa

perlu dibangkitkan semangatnya sehingga penerapan metode jarimatika yang

dilaksanakan guru bermanfaat untuk menyempurnakan pemahaman terhadap

peningkatan penjumlahan. Siswa masih perlu dibimbing dan diarahkan karena

aktivitas untuk bertanya masih sangat kurang.

2. Pelaksanaan Penelitian Siklus II

Pembelajaran berhitung penjumlahan materi penjumlahan siswa tunagrahita

kelas V SDLB Negeri Cangakan Karanganyar pada siklus II masih ditujukan pada

pemahaman siswa terhadap pemanfaatan metode jarimatika. Pelaksanaannya

dirancang sebagai berikut:

a. Perencanaan

Perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus II meliputi kegiatan-

kegiatan:

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Dalam rangka implementasi tindakan perbaikan, pembelajaran berhitung

penjumlahan siklus II ini dirancang dengan satu kali pertemuan. Alokasi

waktu pertemuan adalah 2 x 35 menit setiap pertemuan. RPP mencakup

penentuan: kompetensi dasar, materi pokok, indikator, skrenario

pembelajaran, media/sumber belajar, dan sistem penilaian. (Lampiran 6

halaman 67).

2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung

Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah:

(1) Ruang kelas. Ruang kelas yang digunakan adalah kelas yang biasa

digunakan setiap hari. Kelas tidak didesain secara khusus, untuk

pelaksanaan pembelajaran, kursi diatur sedemikian rupa (membentuk

lingkaran) sehingga guru dapat menerapkan metode jarimatika dengan baik;

Page 61: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

lxi

(2) Mempersiapkan formasi gambar jari tangan sebagai metode

pembelajaran sesuai dengan materi pembelajaran.

3) Menyiapkan Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan mencatat segala aktivitas selama pelaksanaan

pembelajaran yang berisi daftar isian yang mencakup kegiatan siswa dan

juga kegiatan guru. Lembar pengamatan yang digunakan untuk siswa

meliputi bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran yang meliputi:

memperhatikan penjelasan guru, membaca materi, mempratekkan jari

tangan (isyarat), berdiskusi dengan guru, menjawab soal secara lesan, dan

mengerjakan LKS. Lembar pengamatan yang digunakan untuk guru meliputi

bagaimana guru mengajar, yang meliputi: menyiapkan RPP, menyediakan

materi dan sumber belajar, penampilan guru, penguasaan materi,

memusatkan perhatian siswa, berinteraksi dan membimbing siswa,

penggunaan jari tangan (jarimatika), membuat kesimpulan, dan

melaksanakan evaluasi.

b. Pelaksanaan Tindakan

1) Kegiatan Awal

Aperspesi

a) Guru membuka pelajaran, mengadakan presensi sambil memeriksa siswa

apakah sudah siap menerima pelajaran.

b) Guru mengadakan tanya jawab mengenai materi pelajaran yang sudah

diajarkan yaitu penjumlahan dengan jarimatika.

c) Guru mengajak siswa bersama-sama menyanyikan lagu ”Satu Tambah

Satu”.

2) Kegiatan Inti

a) Guru memberikan informasi mengenai pentingnya terhitung dalam

kehidupan sehari-hari bagi siswa.

b) Guru memberikan informasi mengenai materi operasi hitung yang akan

dipelajari, yaitu penjumlahan dengan matode jarimatika.

c) Guru menjelaskan cara berhitung dengan metode jarimatika, siswa

memperhatikan.

Page 62: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

lxii

d) Secara bergantian siswa diminta untuk meragakan menghitung dengan

jarimatika.

e) Guru memberi contoh soal penjumlahan dan menyelesaiknnya soal

penjumlahan dengan jarimatika.

f) Secara bergantian siswa diminta untuk menyelesaikan soal penjumlahan

dengan jarimatika di papan tulis (depan kelas).

g) Guru menjelaskan kembali cara menghitung soal penjumlahan dengan

jarimatika.

h) Guru memberi soal penjumlahan untuk latihan, siswa mengerjakan tugas.

i) Guru bersama siswa membicarakan kembali materi pelajaran yang telah

dipelajari.

3) Kegiatan Penutup

a. Guru dan siswa mengadakan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran

yang telah dilakukan dengan menyimpulkan materi pelajaran.

b. Guru menutup pelajaran dengan memberikan tugas latihan untuk

dikerjakan di rumah.

c. Pengamatan

Hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan dapat dideskripsikan

bahwa siswa dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Hal ini terlihat pada saat

siswa diminta mengambil tempat duduk masing-masing, mareka segera

beranjak dari tempat duduk dan siswa segera memperhatikan metode jarimatika

yang dipersiapkan guru.

Pada saat mengamati metode jarimatika materi penjumlahan bilangan,

seluruh siswa telah menyiapkan diri. Seluruh siswa sudah mau bertanya kepada

guru untuk menggali beberapa pengalaman yang diingat dari metode jarimatika

sehingga informasi yang didapatkan dari metode jarimatika dapat diserap oleh

siswa.

Pada saat mengerjakan tugas penjumlahan bilangan, siswa telah

melakukannya dengan segera sehingga waktu yang tersedia dapat diefektifkan

dengan baik. Sebagian siswa sudah aktif dalam bertanya jawab, seluruh siswa

Page 63: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

lxiii

banyak memberikan komentar terhadap materi yang terdapat dalam metode

jarimatika. Hal ini disebabkan karena siswa sudah mulai terbiasa melakukan

tanya jawab saat guru memberikan penjelasan yang terdapat dalam metode

jarimatika. Siswa sudah mulai terbiasa berbicara atau mengeluarkan pendapat di

hadapan teman-temannya.

Peran guru untuk membangkitkan semangat siswa semakin meningkat.

Guru mulai mengarahkan bagaimana siswa dapat memanfaatkan waktu dengan

baik dan mengajak siswa untuk penjumlahan bilangan secara cermat dan cepat

melalui metode jarimatika yang diberikan guru. Selama mendampingi siswa

belajar, guru sudah dapat memberikan bimbingan kepada siswa agar terbiasa

dengan pembelajaran dengan memanfaatkan metode jarimatika, yang segala

sesuatunya yang kurang jelas dapat ditanyakan langsung kepada guru.

Hasil belajar berhitung penjumlahan melalui metode jarimatika pada

Siklus II disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4. Hasil Belajar Berhitung Penjumlahan Siswa Tunagrahita Kelas V SDLB Negeri Cangakan Karanganyar pada Siklus II.

No. Subyek Pre tes Pos tes

(Siklus II) Peningkatan Keterangan

1 LL 60 65 5 : 60 x 100% = 8,33% Tuntas

2 CR 50 60 10 : 50 x 100% = 20,00% Tuntas

3 YY 65 70 5 : 65 x 100% = 7,70% Tuntas

4 DT 55 60 5 : 55 x 100% = 09,09% Tuntas

Jumlah 230 255

Rata-rata 55,50 63,75

Ketuntasan Klasikal

50,00% 100,00 % Tuntas

Sumber data: Lampiran 11 halaman 75.

Nilai siswa yang disajikan pada tabel di atas menunjukkan bahwa

seluruh siswa memperoleh nilai 60 atau lebih. Nilai rerata 63,75 dengan tingkat

ketuntasan secara klasikan mencapai 100%. Data ini menunjukkan bahwa

Page 64: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

lxiv

pembelajaran berhitung penjumlahan pada siswa tunagrahita kelas V SDLB

Negeri Cangakan Karanganyar telah mencapai batas tuntas yang ditetapkan.

d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi di atas, dapat diketahui bahwa

siswa telah memanfatkan waktu dengan lebih baik daripada siklus

II. Semangat siswa meningkat dalam melakukan kegiatan

penjumlahan, dan siswa semakin memberanikan bertanya pada

guru, siswa semakin paham akan pentingnya bertanya kepada guru

yang berkaitan dengan metode jarimatika.

Guru memberikan motivasi kepada siswa akan perlunya

peningkatan keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan

terhadap permasalahan yang belum jelas. Siswa perlu memiliki

semangatnya sehingga dalam penjumlahan bermanfaat untuk

menyempurnakan pemahaman terhadap materi belajar berhitung

penjumlahan.

Hasil Penelitian

1. Kondisi Awal

Kondisi awal pembelajaran berhitung penjumlahan pada siswa tunagrahita

kelas V SDLB Negeri Cangakan Karanganyar dilakukan dengan pendekatan

konvensional. Dalam proses pembelajaran ini, masih tampak didominasi oleh segi-

segi teoritik. Guru masih banyak menjelaskan materi pembelajaran secara

monoton. Siswa hanya memperhatikan penjelasan guru sehingga pembelajaran

hanya berjalan searah. Dengan kondisi demikian, siswa sangat pasif selama

mengikuti pembelajaran sehingga terkesan hanya sebagai objek, bukan subjek

pembelajaran.

Konsep pembelajaran berhitung penjumlahan hanya diterima dari guru.

Siswa belum mengkonstruksikan, mendiskusikan, atau merefleksikan materi

pembelajaran yang telah dipelajarinya sehingga pembelajaran belum bermakna

Page 65: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

lxv

bagi siswa. Dalam melakukan penilaian, guru hanya menekankan pada segi

penilaian produk atau hasil. Penilaian proses belum mendapatkan perhatian penuh

dari guru. Siswa sama sekali belum dilibatkan dalam penilaian.

Pada akhir kegiatan pembelajaran, siswa tidak mendapat bimbingan dari

guru tentang materi yang tidak dapat dikuasai siswa. Berdasarkan tes pada kondisi

awal, diketahui 3 siswa mendapat nilai kurang dari 60,00. Hanya 1 siswa yang

mendapat nilai 60,00. Nilai rata-rata kelas 55,50 dengan tingkat ketuntasan secara

klasikan sebesar 25,00%.

2. Hasil Penelitian Siklus I

Deskripsi siklus I menunjukkan bahwa proses pembelajaran belum berjalan

dengan baik. Guru belum aktif dalam kegiatan pembelajaran berhitung

penjumlahan melalui metode jarimatika. Aktivitas guru dalam pembelajaran

melalui metode jarimatika belum menunjukkan aktivitas yang diharapkan, sehingga

diperlukan kreativitas guru untuk lebih mendalami metode jarimatika, dengan

penekanan tersebut diharapkan pada siklus berikutnya ada peningkatan yang

signifikan terhadap aktivitas guru.

Deskripsi aktivitas belajar siswa pada siklus I menunjukkan bahwa proses

pembelajaran belum berjalan maksimal. Siswa belum aktif melakukan kegiatan-

kegiatan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah dirancang oleh guru. Hal

ini disebabkan oleh karena siswa telah terbiasa belajar dengan lebih banyak

mengandalkan instruksi guru. Pada saat melakukan penjumlahan siswa kurang

bersemangat karena kurang memahami metode jarimatika di dalam memecahkan

persoalan-persoalan yang berkaitan dengan penjumlahan bilangan. Akibatnya,

pengetahuan siswa pun kurang. Hal ini terjadi karena siswa kurang memahami

makna jari tangan. Kalaupun mengamati, siswa tidak melakukan identifikasi dan

tidak merangkai bagian-bagian yang relevan dan penting sehingga siswa kesulitan

memahami makna jari tangan dengan baik.

Data yang diperoleh dari observasi menunjukkan bahwa aktivitas siswa

dalam mengikuti pembelajaran sebagian besar siswa belum memiliki aktivitas yang

diharapkan. Hasil ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa selama mengikuti

pembelajaran belum sesuai dengan keaktifian siswa dalam pembelajaran.

Page 66: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

lxvi

Berdasarkan hasil tes berhitung penjumlahan materi penjumlahan bilangan

dua angka pada siklus I diketahui rerata kelas sebesar 57,50, terdapat dua siswa

yang belum tuntas karena mendapat nilai kurang dari 60,00 dan terdapat 2 siswa

mendapat nilai 60,00 atau lebih. Ketuntasan secara klasikal sebesar 50,00%.

Berdasarkan data tersebut, secara klasikal belum mencapai

ketuntasan, yang perlu diperhatikan pada siklus II sebagai tindak

lanjut dari siklus I adalah memanfaatkan waktu yang ada. Siswa perlu

diarahkan agar dapat memahami metode jarimatika dengan cermat,

dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan

pertanyaan yang kurang jelas.

3. Hasil Penelitian Siklus II

Pada siklus ke II, guru telah melaksanakan aktivitas mengajar

dengan lebih baik. Aktivitas guru dalam pembelajaran rata-rata telah

memiliki kriteria sangat baik. Aktivitas siswa pada siklus II, siswa

telah mengikuti pembelajaran dengan baik. Siswa lebih bersemangat

dan lebih antusias mengikuti proses pembelajaran. Perhatian siswa

terhadap materi yang disampailkan guru melalui metode jarimatika

diikuti dengan senang hati dan dapat memahami apa yang

dimaksudkan dalam metode jarimatika yang diberikan guru.

Hasil penilaian melalui tes menunjukkan bahwa rerata nilai

berhitung penjumlahan sebesar 63,75. Ketuntasan secara klasikal

sebesar 100%, karena seluruh siswa mendapat nilai 60,00 atau lebih.

Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui rerata yang dicapai telah

memenuhi indikator kinerja dan secara klasikal telah mencapai batas

tuntas.

Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan data awal hasil belajar berhitung penjumlahan, diketahui nilai

rerata sebesar 52,50, terdapat 3 siswa nilai kurang dari 60,00 dan 1 siswa mendapat

nilai 60,00. Ketuntasan secara klasikal sebesar 25,00%. Berdasarkan data tersebut,

Page 67: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

lxvii

rerata kelas belum mencapai batas tuntas yang ditetapkan. Demikian pula, secara

klasikal belum mencapai ketuntasan.

Berdasarkan hasil tes pada siklus I, diketahui rerata nilai berhitung

penjumlahan sebesar 57,50, sebanyak 2 siswa mendapat nilai 60,00 atau lebih

(tuntas belajarnya) dan tinggal 2 siswa yang belum tuntas, karena nilainya masih di

bawah 60,00. Ketuntasan secara klasikal mencapai 50,00%. Berdasarkan data

tersebut, secara klasikal belum mencapai ketuntasan belajar.

Berdasarkan hasil tes pada siklus II, diketahui rerata nilai berhitung

penjumlahan sebesar 63,50, seluruh siswa siswa mendapat nilai 60,00 atau lebih

(tuntas belajarnya). Ketuntasan secara klasikal telah mencapai 100%. Berdasarkan

data tersebut, secara klasikal telah mencapai ketuntasan belajar.

Berdasarkan hasil observasi, dengan upaya-upaya perbaikan

yang dilakukan pada pembelajaran berhitung penjumlahan melalui

metode jarimatika, hasil yang dicapai siswa mengalami peningkatan.

Peningkatan tersebut dapat dilihat dari naiknya persentase hasil tes

yang diperoleh siswa.

Tabel 5. Hasil Belajar Berhitung Penjumlahan Setiap Siklus Melalui Metode Jarimatika.

Siklus I Siklus II No. Subyek Pre Post Ket Pre Post Ket

1 LL 55 60 9,09% 60 65 8,33%

2 CR 45 50 11,11% 50 60 20,00%

3 YY 60 65 8,33% 65 70 7,70%

4 DT 50 55 10,09% 55 60 09,09%

Jumlah 210 230 230 255

Rata-rata 52,50 57,5 57,5 63,75

Ketuntasan 25,00% 50,00 % 50,00 % 100,00 %

Dari hasil nilai rata-rata secara individu dari setiap siklus dapat dibuat tabel

perbandingan sebagai berikut:

Page 68: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

lxviii

30

40

50

60

70

LL CR YY DT

Nilai Awal Siklus I Siklus II

Grafik 1. Peningkatan Hasil Belajar Berhitung Penjumlahan Setiap Siswa Melalui Metode Jarimatika.

Dari hasil nilai rata-rata secara klasikal dari setiap siklus dapat dibuat tabel

perbandingan sebagai berikut:

Tabel 6. Peningkatan Nilai Rata-rata Prestasi Berhitung Penjumlahan Setiap Siklus

S i k l u s Nilai Rata-rata Peningkatan

Tes Awal 52,50 -

Siklus I 57,50 5,00

Siklus II 63,75 6,25

Dari peningkatan hasil belajar berhitung penjumlahan materi penjumlahan

siswa tunagrahita kelas V SDLB Negeri Cangakan Karanganyar melalui metode

jarimatika secara klasikal dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut:

Page 69: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

lxix

30

35

40

45

50

55

60

65

Hasil Belajar Matematika

Nilai Awal Siklus I Siklus II

Grafik 2. Peningkatan Hasil Belajar Berhitung Penjumlahan

Setiap Siklus

Hasil penilaian melalui tes menunjukkan bahwa rerata nilai

berhitung penjumlahan telah mencapai 63,75 dari 4 siswa seluruhnya

mendapat 60,00 ke atas. Ketuntasan secara klasikal sebesar 100%

siswa mendapat nilai 60,00 ke atas dapat diasumsikan bahwa

indikator kinerja secara klasikal telah mencapai batas tuntas.

Kesimpulan hasil penelitian menunjukkan bahwa metode

jarimatika dapat meningkatkanan hasil belajar matemtika pada materi

penjumlahan. Sehingga hipotesis tindakan yang diajukan ”Melalui

metode jarimatika dapat meningkatkan hasil belajar matematika

materi penjumlahan pada siswa tunagrahita kelas V semester II di

SDLB Negeri Cangakan Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010”

diterima kebenarannya.

Metode jarimatika memiliki nilai lebih, diantaranya: sederhana;

alatnya selalu tersedia dan tidak perlu dibeli; alatnya tidak akan

pernah ketinggalan atau disita saat ujian; tidak memberatkan memori

otak dengan bayangan; dan ternyata juga mudah. Selain kelebihan di

atas, metode jarimatika memberikan memiliki kelebihan-kelebihan

Page 70: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

lxx

sebagai berikut: memberikan visualisasi proses berhitung;

menggembirakan anak saat digunakan; tidak memberatkan memori

otak; alatnya gratis, selalu terbawa dan tidak dapat disita; pengaruh

daya pikir dan psikologis; karena diberikan secara menyenangkan

maka sistem limbik di otak anak akan senantiasa terbuka sehingga

memudahkan anak dalam menerima materi baruk; membiasakan anak

mengembangkan otak kanan dan kirinya, baik secara motorik maupun

secara fungsional, sehingga otak bekerja lebih optimal; dan tidak

memberatkan memori otak, sehingga anak menganggap mudah, dan

ini merupakan step awal membangun rasa percaya dirinya untuk lebih

jauh menguasai ilmu matematika secara luas.

Kelemahan metode jarimatika untuk penjumlahan yang lebih

besar memerlukan waktu yang lama untuk menyelesaikannya, untuk

itu pemecahan masalahnya adalah diperlukan latihan yang rutin

dalam melakukan perhitungan menggunakan jarimatika pada anak

tunagrahita, diperlukan kesabaran guru dalam membimbing dan

mengarahkan siswa. Dalam pembelajaran dengan menggunakan

jarimatika disertai dengan alat peraga yang menarik, misalnya: media

gambar, buah-buahan atau benda lainnya.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Hasil penelitian dari bab IV penerapan metode jarimatika untuk

menigkatkan hasil belajar berhitung penjumlahan dapat disimpulkan bahwa metode

jarimatika dapat meningkatkan hasil belajar berhitung penjumlahan pada siswa

tunagrahita kelas V SDLB Negeri Cangakan Karanganyar semester II tahun

pelajaran 2009/2010. Berdasarkan nilai awal, diketahui nilai berhitung

Page 71: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

lxxi

penjumlahan rara-rata kelas 53,50 ketuntasan klasikal 25,00%, pada siklus I rata-

rata kelas 57,50, siswa yang mendapat nilai 60,00 ke atas terdapat 2 siswa dan

tinggal 2 siswa yang belum tuntas, pada siklus II rata-rata kelas menjadi 63,75,

seluruh siswa mendapat nilai 60,00 atau lebih yang diasumsikan secara klasikal

telah menuntaskan belajar berhitung penjumlahan dan seluruh siswa telah

menuntaskan belajar berhitung penjumlahan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian ini diberikan saran-saran yang

mungkin dapat bermanfaat bagi para pelaksana pendidikan khususnya yang

berkecimpung dalam dunia pendidikan, yaitu:

1. Guru-guru tunagrahita SDLB pada umumnya, dan guru-guru kelas di SDLB

Negeri Cangakan khususnya, diharapkan mau dan dapat menerapkan metode

jarimatika dalam kegiatan proses pembelajaran matematika, mengingat dengan

metode jarimatika hasil belajar matematika penjumlahan siswa dapat

meningkat dengan signifikan.

2. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode jarimatika dapat

meningkatkan berhitung penjumlahan, dan metode jarimatika dapat dilanjutkan

untuk semester berikutnya, misalnya perkalian, pengurangan, dan pembagian,

sehingga metode jarimatika efektif untuk berbagai materi matematika bagi

siswa tunagrahita kelas V SDLB.

3. Pada peneliti lain diharapkan dapat mengkaji secara lebih dalam dan luas

melalui kegiatan penelitian yang terkait dengan masalah tersebut, sehingga

hasilnya dapat dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini.

55

Page 72: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

lxxii

DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud. 1999. Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta: Depdikbud.

Depdiknas. 2001. Kurikulum Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Depdiknas.

Dwi Sunar Prasetyo, dkk. 2009. Memahami Jarimatika Untuk Pemula. Yogyakarta: Diva Press.

Emi Dasiemi, 1997. Psikiatri Umum. Surakarta: FKIP UNS.

Hendra Bc., 2005. Aneka Berhitung Cepat. Jakarta: Dirjen Dikdasmen dan Depag RI Dirjen Pendidikan.

http://www.jarimatika.com/. Apa itu Jarimatika.

Page 73: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

lxxiii

http://www.surya.co.id/web/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=19765. Metode Jarimatika Untuk Menghitung Cepat Anak-anak.

Jujun S. Suriasumantri. 1998. Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Kamus Umum Bahasa Indonesia. 2001. Jakarta: Balai Pustaka.

Martinis Yamin. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press.

Maryana W. dan Soedarinah Padmodisastro. 2001. Dasar-dasar PMIPA. Surakarta: UNS Press.

Mohammad Efendi. 2006. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara.

Moh. Amin. 2005. Ortopedagogik C (Pendidikan Anak Terbelakang). Jakarta: Depdikbud.

Moeleong, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyono Abdurrahman. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Depdikbud dan Rineka Cipta.

Mumpuniarti. 2007. Pendekatan Pembelajaran Bagi Anak Hambatan Mental. Yogyakarta: Kanwa Publisher.

Munzayanah. 2000. Pendidikan Anak Tunagrahita. Surakarta: PLB.

Nasution. 2000. Didaktif Asas-asas Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.

Ngalim Purwanto. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Oemar Hamalik. 2000. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Purwoto. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: UNS Press. Retno Winarni. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Salatiga: Widyasari.

Septi Peni Wulandari, 2008. Jarimatika Semua Jadi Mudah dan Menyenangkan. Seminar Nasional & Workshop. Karanganyar: Minggu 23 November 2008.

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

_____. 2007. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research – CAR). Jakarta: Bumi Aksara.

Sunaryo Kartadinata. 1996. Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti, Proyek Pendidikan Tenaga Guru.

Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Beserta Sistematika Proposal dan Pelaporannya. Jakarta: Bumi Aksara.

Susilo. 2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustak Book Publisher.

Page 74: S K R I P S I - digilib.uns.ac.id/Upaya... · efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi penjumlahan melalui ... prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan

lxxiv

Sutratinah Tirtonegoro. 2001. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. Jakarta: Gramedia.

Sutrisno Hadi, 2000. Statistik. Yogyakarta: Andi Offset.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS). Bandung: Citra Umbara.

Winkel, WS. 2001. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.

Yusak S. 2003. Instruduksi Pada Anak Berkelainan. Bandung: Sinar Baru.

Zainal Arifin, 2001. Evaluasi Instruksional, Prinsip Teknik – Prosedur. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.