S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda...

44
PENGARUH PERBEDAAN KOMPOSISI KUNING TELUR ITIK DAN AIR KELAPA MUDA SEBAGAI PENGENCER SEMEN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA SAPI BALI PASCA THAWING DI UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH INSEMINASI BUATAN PUCAK KABUPATEN MAROS S K R I P S I RYAN PAYUNG O 111 10 129 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015

Transcript of S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda...

Page 1: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit

PENGARUH PERBEDAAN KOMPOSISI KUNING TELUR ITIK DAN

AIR KELAPA MUDA SEBAGAI PENGENCER SEMEN TERHADAP

KUALITAS SPERMATOZOA SAPI BALI PASCA THAWING DI UNIT

PELAKSANA TEKNIS DAERAH INSEMINASI BUATAN PUCAK

KABUPATEN MAROS

S K R I P S I

RYAN PAYUNG

O 111 10 129

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2015

Page 2: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit

PENGARUH PERBEDAAN KOMPOSISI KUNING TELUR ITIK DAN

AIR KELAPA MUDA SEBAGAI PENGENCER SEMEN TERHADAP

KUALITAS SPERMATOZOA SAPI BALI PASCA THAWING DI UNIT

PELAKSANA TEKNIS DAERAH INSEMINASI BUATAN PUCAK

KABUPATEN MAROS

RYAN PAYUNG

O 111 10 129

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan pada

Program Studi Kedokteran Hewan Fakultas Kedokteran

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2015

Page 3: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit
Page 4: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit

iii

PERNYATAAN KEASLIAN

1. Yang bertandan tangan di bawah ini :

Nama : Ryan Payung

NIM : O111 10 129

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa :

a. Karya skripsi saya adalah asli

b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari skripsi ini, terutama dalam bab hasil

dan pembahasan, tidak asli atau plagiasi, maka saya bersedia dibatalkan

dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku.

2. Demikian pernayataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.

Makassar, 20 Januari 2015

Ryan Payung

Page 5: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit

iv

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 21 April 1993 di Kota

Bitung Provinsi Sulawesi Utara, anak dari Yohanis

Payung dan Yulianti Rabba. Penulis merupakan anak ke

dua dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan Sekolah

Dasar di SD Negeri I Bitung tahun 2004, kemudian

penulis melanjutkan pendidikan ke SMPN 1 Bitung dan

lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2010 penulis

menyelesaikan pendidikan di SMKN 1 Kakas.

Penulis diterima di Program Studi Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran,

Universitas Hasanuddin pada tahun 2010 melalui ujian lokal. Selama perkuliahan

penulis aktif dalam organisasi internal kampus yaitu Himpunan Mahasiswa

Kedokteran Hewan (HIMAKAHA) FKUH menjabat sebagai anggota divisi

Kesekretariatan pada periode 2011-2012.

Page 6: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit

v

ABSTRAK

RYAN PAYUNG. Pengaruh Perbedaan Komposisi Kuning Telur Itik Dan

Air Kelapa Muda Sebagai Pengencer Semen Terhadap Kualitas

Spermatozoa Sapi Bali Pasca Thawing Di Unit Pelaksana Teknis Daerah

Inseminasi Buatan Pucak Kabupaten Maros. Di bawah bimbingan FIKA

YULIZA PURBA dan MUHAMMAD YUSUF.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengencer kuning telur itik dan air kelapa muda terhadap kualitas spermatozoa sapi Bali pasca thawing. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Semen segar diencerkan menggunakan pengencer kuning telur dengan air kelapa muda pada 5 rasio konsentrasi yang berbeda yaitu P0 = 100% Kuning Telur Itik; P1= 75% Kuning Telur Itik + 25% Air Kelapa Muda; P2 = 50% Kuning Telur Itik + 50% Air Kelapa Muda; P3 = 25% Kuning Telur Itik + 75% Air Kelapa Muda; P4 = 100% Air Kelapa Muda. Data yang diperoleh dalam penelitian ini kemudian dianalisis menggunakan uji Anova. Dari hasil penelitian persentase abnormalitas pada setiap perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (p > 0,05). Rata-rata nilai abnormalitas pada setiap perlakuan menunjukkan masih dalam kisaran yang normal yaitu kurang dari 20%. Persentase viabilitas spermatozoa pasca Thawing dalam penelitian ini menunjukkan tidak berbeda nyata pada setiap perlakuan (p > 0,05). Pengencer P3 menunjukkan nilai persentase tertinggi yakni 58,75%. Hasil analisiss ragam terhadap motilitas spermatozoa menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05) antar perlakuan dengan motilitas spermatozoa sapi Bali. Hasil uji lanjut Turkey (BNJ), menunjukkan bahwa motilitas spermatozoa pada perlakuan P0 berbeda nyata (p<0,05) terhadap P2 dan P3 tetapi tidak berbeda nyata (p>0,05) terhadap P1 dan P4. Hasil terbaik dari kombinasi ini didapatkan pada pengencer P3 (25% Kuning Telur Itik + 75% Air Kelapa Muda) walaupun nilai motilitas pada penelitian ini belum menunjukkan nilai standar inseminasi buatan, akan tetapi dapat digunakan sebagai alternatif media pengencer spermatozoa beku sapi Bali. Kata kunci : Kuning telur itik, air kelapa muda, spermatozoa, sapi Bali.

Page 7: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit

vi

ABSTRACT

RYAN PAYUNG. The Effect of Differents Composisition of Duck Egg Yolk

and Coconut Water As the Semen Diluter to Quality of Bali Cattle

Spermatozoa Post Thawing in Pucak Regional Technical Implementation

Unit of Artificial Insemination, Maros. Under the direction of FIKA YULIZA

PURBA and MUHAMMAD YUSUF.

The purpose of this research was to acknowledge the effect of duck egg yolk and

coconut water as the media of diluter to quality of Bali cattle spermatozoa post

thawing. The research used the Complete Random Design.The fresh semen

diltued with the egg yolk diluter with coconut water in 5 different ratio

consentration (treat), which were P0 = 100% of duck egg yolk; P1=75% of duck

egg yolk + 25% of coconut water; P2 = 50% of duck egg yolk + 50% of coconut

water; P3 = 25% of duck egg yolk + 75% of water coconut; P4 = 100% of

coconut water. The result of this research was analyzed with Annova test. The

results showed that the percentation of abormalities in each treat were not

significantly different (p > 0,05). The average of the abnormalities in each treat

were still in normal range (< 20%). Percentage of viability of spermtozoa post

thawing was not significantly different in each ratio of concentration (p > 0,05).

The P3 diluter showed the highest percentage (58,75%). The result of variance

analysis to spermatozoa motility showed significantly different (p < 0,05) between

treats to spermatozoa motility of Bali cattle. The result of further test with Turkey

test showed that motility of spermatozoa in P0 was significantly different (p<0,05)

to P2 and P3 but not significantly different (p < 0,05) to P1 and P4. The result of

Anova test to motility of spermatozoa showed the signifant different (p < 0,01).

The best result from the combination of the diluter was P3 diluter (25% of duck

egg yolk + 75% of coconut water). Despite the motility percentage of this research

did not show the standar value of artificial insemination, but it can be used as the

alternatif diluter of freeze spermatozoa of Bali cattle.

Keyword : Duck egg yolk, coconut water, spermatozoa, Bali cattle.

Page 8: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas berkat dan limpahan-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Pengaruh Perbedaan Komposisi Kuning Telur Itik dan Air

Kelapa Muda Sebagai Pengencer Semen terhadap Kualitas Spermatozoa Sapi Bali

Pasca Thawing di Unit Pelaksana Teknis Daerah Inseminasi Buatan Pucak

Kabupaten Maros” yang merupakan salah satu syarat menyelesaikan perkuliahan

Program Studi Kedokteran Hewan Universitas Hasanuddin dan memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan.

Proses penyusunan skripsi ini merupakan sebuah proses dan perjalanan

panjang yang tidak lepas dari dukungan banyak pihak, penulis mengucapkan

terima kasih kepada

1. Drh. Fika Yuliza Purba, M.Sc dan Dr. Muhammad Yusuf, S.Pt. selaku dosen

pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan nasihat penuh

kesabaran dan rasa semangat selama penelitian penyusunan skripsi ini.

2. Drh. Dedy Rendrawan, MP dan Drh. Meriem Sirupang, sebagai dosen

pembahas dan penguji dalam seminar proposal dan hasil yang telah

memberikan masukan-masukan dan penjelasan untuk perbaikan penulisan ini.

3. Kedua orangtua penulis yang tercinta, Bapak Yohanis Payung dan Ibu

Yulianti Rabba yang telah memberikan doa dan dukungan baik moril maupun

materil selama kuliah hingga penulisan skripsi ini

4. Prof. Dr. Drh. Lucia Muslimin, M.Sc sebagai Ketua Program Studi

Kedokteran Hewan Universitas Hassanuddin dan juga sebagai pembimbing

akademik yang telah banyak memberi nasihat dan bimbingannya selama

penulis kuliah di PSKH FK UNHAS.

5. Kepala UPTD IB Pucak Kabupaten Maros beserta staf yang telah membantu

dalam proses penelitian.

6. Teman peneliti Zainal dan Eka Syafrizal yang telah membantu dalam

penelitian ini.

7. Seluruh staf Dosen dan Pegawai di PSKH FK UNHAS yang telah membantu

dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi.

8. Teman-teman angkatan #1, ‘V-Gen’ atas waktu dan kebersamaannnya dalam

penyusunan skripsi ini.

Makassar, 15 Januari 2015

Penulis

Page 9: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii KEASLIAN PENELITIAN iii RIWAYAT HIDUP iv ABSTRAK v ABSTRACT vi KATA PENGANTAR vii DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL ix DAFTAR DIAGRAM DAN GAMBAR x 1. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Rumusan Masalah 2 1.3. Tujuan Penelitian 2 1.4. Manfaat Penelitian 2 1.5. Hipotesis 3 1.6. Penelitian Sebelumnya 3 2. TINJAUAN PUSTAKA 4 2.1. Sapi Bali 4 2.2. Semen Beku 4 2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Semen 5 2.4. Parameter Kualitas Semen 6 2.5. Pengencer Semen 8 2.6. Pengaruh Pengencer Kuning Telur Itik dan Air Kelapa Muda terhadap

Kulitas Semen Sapi Bali 9 3. MATERI DAN METODE 10 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 10 3.2. Materi 10 3.3. Metode 10 3.4. Variabel Penelitian 11 3.5. Kerangka Konsep 12 3.6. Analisis Data 13 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4.1. Kualitas Semen Segar Sapi Bali 14 4.2. Evaluasi Kualitas Semen Sapi Bali Pasca Thawing 16 5. PENUTUP 19 5.1. Kesimpulan 19 5.2. Saran 19 DAFTAR PUSTAKA 20 LAMPIRAN 25

Page 10: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit

ix

DAFTAR TABEL

1. Kualitas Semen Sapi 5 2. Komposisi Telur Itik 8 3. Kandungan Gizi Air Kelapa 9 4. Konsentrasi Pengenceran 10 5. Kualitas Semen Segar Sapi Bali 14 6. Rata-rata Persentase Abnormalitas Spermatozoa Pasca Thawing 17 7. Rata-rata Persentase Viabilitas Spermatozoa Pasca Thawing 17 8. Rata-rata Persentase Motilitas Spermatozoa Pasca Thawing 18

Page 11: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit

x

DAFTAR DIAGRAM DAN GAMBAR

1. Diagram Alur Penelitian 12 2. Abnormalitas Spermatozoa Segar Sapi Bali dengan Pewarnaan 15

Differensial Eosin 2% 3. Viabilitas Spermatozoa Segar Sapi Bali dengan Pewarnaan 16

Differnsial Eosin 2%

Page 12: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit

1

1. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sapi Bali merupakan plasma nutfah Indonesia yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai sumber ketersediaan daging (Hakim, 2010). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hakim dkk (2004, 2005) mengindikasikan adanya penurunan performa produksi dan mutu genetik sapi Bali selama 10 tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa program breeding dan penerapan seleksi sampai saat ini belum dilaksanakan secara optimal, sehingga belum dapat dihasilkan bibit unggul sapi Bali yang dapat memenuhi kebutuhan nasional (Hakim, 2010).

Masalah utama pada perkembangbiakan sapi Bali adalah keterbatasan jumlah pejantan unggul dan terjadinya perkawinan silang dengan bangsa lain karena dipelihara secara umbaran. Pemeliharaan secara umbaran dapat menyebabkan perkawinan alam yang tidak terkendali dan memungkinkan terjadinya perkawinan antar bangsa. Oleh karena itu, guna mempertahankan kemurnian turunan dari sapi Bali perlu dilakukan upaya manipulasi bioteknologi reproduksi, salah satunya dengan Inseminasi Buatan (Hartanti dkk, 2012).

Sejak diperkenalkannya Inseminasi Buatan (IB) pada hewan, para ilmuwan mulai mencurahkan perhatian pada peningkatan produksi ternak melalui IB. Teknologi tersebut pada awalnya dimanfaatkan pada peternak sapi perah, namun kini telah meluas penggunaannya pada sapi pedaging, kambing, kuda, babi, anjing, dan kucing (Sulabda dan Puja, 2010).

Inseminasi buatan merupakan suatu cara perkawinan yang lebih efisien dan efektif dalam penggunaan semen pejantan unggul untuk membuahi sapi betina dalam jumlah banyak dibandingkan dengan perkawinan alam. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan IB adalah kualitas semen pejantan unggul yakni karakteristik semen yang dapat dinilai melalui pemeriksaan secara makroskopis maupun mikroskopis (Sumeidiana dkk, 2007).

Syarat setiap bahan pengencer adalah harus dapat menyediakan nutrisi bagi kebutuhan spermatozoa selama penyimpanan, memungkinkan sperma bergerak secara progresif, tidak bersifat racun bagi sperma, menjadi penyangga bagi sperma, dapat melindungi sperma dari kejutan dingin (cold shock) baik untuk semen beku maupun semen segar (Solihati dan Kune, 2009).

Dalam perkembangan teknik pengenceran semen telah ditemukan berbagai macam bahan pengencer. Bahan pengencer yang ditemukan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam menjaga kualitas semen terutama yang berhubungan dengan daya tahan hidup spermatozoa (Setiawan, 2008). Saat ini, beberapa jenis pengencer telah digunakan di seluruh dunia. Hampir semua bahan pengencer yang kini digunakan mengandung susu dan kuning telur atau kombinasi keduanya. Media yang mengandung kuning telur umumnya diberi tambahan sodium sitrat dan penyangga lainnya. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, pengencer kuning telur dapat diberi tambahan tris glukosa (Iguer-ouada dan Verstegen, 1999). Selamet dkk (2005), menyatakan bahwa penggunaan bahan-bahan yang berasal dari hewan berisiko tinggi terhadap kontaminasi mikroba.

Page 13: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit

2

Air kelapa muda adalah cairan isotonis alami yang banyak digunakan sebagai pengganti cairan tubuh yang hilang, mencegah keracunan khususnya keracunan mineral. Air kelapa muda mengandung glukosa, mineral, vitamin dan protein. Hal ini menyebabkan air kelapa muda banyak digunakan sebagai pengencer semen terutama pada sapi dan kambing. Bahan-bahan yang terkandung di dalam air kelapa muda dapat menyediakan kebutuhan fisik dan kimiawi spermatozoa sehingga dapat mempertahankan fertilitas dan daya hidup spermatozoa (Cardoso dkk, 2003).

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh perbedaan konsentrasi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer terhadap kualitas spermatozoa sapi Bali pasca thawing.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengencer kuning telur itik dan air kelapa muda terhadap kualitas spermatozoa sapi Bali pasca thawing. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui konsentrasi yang tepat dari bahan pengencer kuning telur

itik dengan air kelapa muda dalam meningkatkan kualitas spermatozoa sapi Bali pasca thawing.

b. Mengevaluasi motilitas, abnormalitas, dan daya tahan hidup spermatozoa pasca thawing setelah mengalami pengenceran menggunakan kuning telur itik dengan air kelapa guna mendukung keberhasilan IB.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat Pengembangan Ilmu Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah dan memperkaya khazanah ilmu kedokteran hewan dalam bidang reproduksi ternak serta dapat digunakan sebagai dasar bagi penelitian selanjutnya yang berfokus pada pengaruh pengencer terhadap kualitas semen beku sapi Bali. Manfaat Pengembangan Aplikatif Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi di lingkungan UPTD IB Provinsi Sulawesi Selatan ataupun lembaga IB lainnya.

Page 14: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit

3

1.5. Hipotesis Dari rumusan masalah di atas dapat diambil hipotesis penelitian yaitu adanya pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer terhadap kualitas spermatozoa sapi Bali pasca thawing berupa peningkatan motilitas, daya tahan hidup, dan penuruan persentase abnormalitas spermatzoa.

1.6. Penelitian Sebelumnya

Hasil penelitian Solihati dan Kune (2009) mengemukakan bahwa semen sapi Simmental yang diencerkan menggunakan kuning telur dan air kelapa muda mampu mempertahankan daya tahan hidup spermatozoa atau berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap daya tahan hidup spermatozoa.

Dari penelitian yang dikemukanan oleh Solihati dan Kune (2009), pengencer menggunakan bahan alami sangat berpotensi dalam meningkatkan kualitas semen sapi Bali. Dalam penelitian ini akan digunakan pengencer semen berupa air kelapa muda yang dikombinasikan dengan kuning telur itik dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas spermatozoa sapi Bali di UPTD IB Pucak Desa Tompobulu Kabupaten Maros.

Page 15: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit

4

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sapi Bali

Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan sapi asli Indonesia dengan populasi yang cukup besar. Pada tahun 2011, populasi sapi potong di Indonesia adalah 14.824.373 ekor (Badan Pusat Statistik, 2011), dimana 4.789.777 ekor merupakan sapi Bali. Hal ini menunjukkan bahwa posisi sapi Bali dalam pemenuhan kebutuhan daging nasional sangat strategis, sehingga upaya peningkatan populasi dan peningkatan mutu genetik tetap harus diupayakan (Ishak, 2011).

Sapi Bali merupakan satu dari empat bangsa sapi lokal utama (Aceh, Pesisir, Madura dan Bali) di Indonesia, dimana sapi Bali merupakan hasil domestikasi langsung dari banteng liar (Martojo, 2003). Hubungan antara sapi Bali dan sapi lokal lainnya telah banyak diteliti, salah satunya dengan analisis DNA mitokondria. Kusdiantoro dkk (2009), menyatakan bahwa hubungan maternal dari sapi Bali asli dari empat tempat berbeda (Sulawesi, Bali, Sumatera Selatan, dan Sumatera Barat) berhubungan erat dengan banteng ditinjau dari analisis DNA mitokondria (mt), kromosom Y (Y) dan mikrosatelit alel autosom (µst).

Penelitian mengenai sapi Bali telah banyak dilakukan diantaranya adalah potensi dan keragaman genetik sapi Bali (Noor dkk, 2001). Sapi Bali merupakan tipe sapi yang kecil namun peluang pengembangannya sangat potensial karena dapat dipelihara pada padang penggembalaan ekstensif dengan kualitas rumput rendah, tetapi kemampuan reproduksi dan adaptasi yang tinggi (Talib, 2002). Rataan bobot lahir sapi Bali secara umum 18.4 ± 1.6 kg, namun ada variasi kisaran bobot jantan dan betina yaitu pada jantan 10.5 sampai 22 kg rataan 18.9 ± 1.4 sementara betina bobot lahir 13 sampai 26 kg rataan 17.9 ± 1.6 dengan lama kebuntingan 284.4 ± 5.7 (Prasojo dan Muhammad, 2010).

Perbaikan mutu genetik sapi Bali yang sekaligus sebagai upaya menghasilkan bibit unggul dan mempertahankan keberadaannya dilakukan melalui program seleksi dan pengaturan perkawinan yang jelas arah dan tujuannya serta berkelanjutannya. Upaya perbaikan mutu genetik mencakup aspek pelestarian, peningkatan performan produksi dan reproduksi serta populasinya secara terintegrasi (Hakim, 2010).

2.2. Semen Beku

Semen adalah cairan suspensi seluler yang mengandung gamet jantan atau spermatozoa dan merupakan sekresi kelenjar asesoris pada saluran reproduksi jantan. Cairan dari suspensi yang terbentuk saat ejakulasi disebut seminal plasma (Hafez, 2000). Standar Nasional Indonesia (2005) menyatakan bahwa semen beku adalah semen yang berasal dari pejantan sapi terpilih yang diencerkan sesuai prosedur proses produksi sehingga menjadi semen beku dan disimpan di dalam rendaman nitrogen cair pada suhu -196oC pada kontainer.

Page 16: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit

5

2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Semen

Umur Umur sapi pejantan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

kualitas semen, karena perkembangan testis dan spermatogenesis dipengaruhi oleh umur. Pejantan yang berumur 2 sampai 7 tahun dapat menghasilkan semen terbaik dengan angka kebuntingan yang tinggi pada betina yang dikawini jika dibandingkan dengan umur pejantan di luar interval umur tersebut (Wahyuningsih dkk, 2013). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsih dkk (2013), menyatakan bahwa sapi pejantan yang berumur ≥ 5 tahun memiliki kualitas semen yang cukup baik dan hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Kualitas Semen Sapi

Kualitas Semen 5

tahun 6

tahun

7 tahun

Volum semen (ml) pH semen segar Konsentrasi semen segar (106/ml) Motilitas individu spermatozoa semen segar (%) Motilitas individu spermatozoa sebelum dibekukan (%) Motilitas individu spermatozoa setelah di Thawing (%)

8,38 6,38 1770 76,5 65,5 51,5

7,05 6,34 1480 75,5 61,5 46

9,94 6,28 1870 76

65,5 51

Sumber : Turyan (2005) Bangsa Ternak

Feradis (2010) menyatakan bahwa setiap sapi mempunyai kualitas semen yang berbeda-beda tergantung dari umur, kondisi ternak, libido dan bangsa. Salah satu faktor yang mempunyai pengaruh terhadap kualitas semen adalah bangsa dari pejantan yang ditampung semennya. Genetik

Produksi sperma dan kualitasnya dipengaruhi oleh faktor genetik, sehingga pada sapi perah dan sapi potong memiliki perbedaan kuantitas dan kualitas sperma yang dihasilkan (Elisa, 2010). Chandolia dkk (1999), dikutip dalam Aminasari (2009) menyebutkan bahwa genetik juga mempengaruhi ketahanan sel spermatozoa terhadap heat shock pada saat thawing. Suhu dan Musim

Suhu lingkungan yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat mempengaruhi organ reproduksi hewan jantan. Hal ini mengakibatkan fungsi termoregulasi skrotum terganggu sehingga terjadi kegagalan pembentukan spermatozoa dan penurunan produksi spermatozoa. Pejantan yang ditempatkan pada ruangan yang panas mempunyai tingkat fertilitas yang rendah (Susilawati dkk, 1993).

Sarastina dkk (2006), menyatakan bahwa sapi lokal mempunyai nilai adaptasi yang tinggi, sehingga sapi seperti sapi Bali dapat menghasilkan spermatozoa dengan motilitas yang cukup tinggi.

Page 17: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit

6

Libido dan Frekuensi Ejakulasi Libido yang tinggi dapat meningkatkan volume dan konsentrasi

spermatozoa motil per ejakulasi (Zulfan, 2008). Libido juga dipengaruhi oleh faktor keturunan (genetik). Kondisi fisik yang kurang baik atau tidak sehat dapat menurunkan libido dan kualitas sperma. Demikian pula kondisi lingkungan saat penampungan dan pergantian kolektor juga dapat mempengaruhi libido, sehingga kualitas sperma yang dihasilkan juga kurang baik (Elisa, 2010).

Pakan

Elisa (2010) menyatakan bahwa pakan ternak sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh ternak. Berat tubuh sangat berkorelasi positif terhadap pertumbuhan alat reproduksi ternak (berat testis). Pada ternak jantan, pemenuhan kebutuhan pakan sangat mendukung aktivitas reproduksinya.

Pakan yang diberikan terlalu sedikit terutama pada periode sebelum pubertas dapat meyebabkan perkembangan testis dan kelenjar-kelenjar asesoris terhambat dan dapat memperlambat timbulnya dewasa kelamin. Pada ternak dewasa, kekurangan pakan dapat mengakibatkan gangguan fungsi fisiologis, baik pada testes maupun kelenjar asesorisnya serta dapat menurunkan libido sehingga produksi semen turun (Aminasari, 2009).

2.4. Parameter Kualitas Semen

Parameter yang digunakan untuk menilai kualitas semen sapi secara umum sama dengan ternak lainnya yaitu meliputi volume, warna, pH, konsistensi, konsentrasi, motilitas, viabilitas dan abnormalitas spermatozoa (Aminasari, 2009). Volume

Volume merupakan salah satu standar minimum untuk evaluasi kualitas semen yang akan digunakan untuk inseminasi buatan. Volume semen sapi berkisar antara 5-8 ml/ejakulasi. Volume semen akan bertambah sesuai umur, besar tubuh, tingkatan pakan, perubahan keadaan kesehatan reproduksi, frekuensi penampungan dan akan menurun sesudah mencapai puncak dewasa (Garner dan Hafez, 2000).

Warna

Warna semen sapi normal adalah abu-abu keputihan hingga krem kepucatan, tetapi beberapa sapi menghasilkan semen berwarna kuning. Hal ini disebabkan adanya riboflavin dan merupakan keadaan yang normal (Hafez, 2000). Susilawati dkk (2003), menyatakan bahwa warna semen dari ejakulasi normal adalah putih susu dan 10% saja yang berwarna krem.

pH

Kisaran pH normal adalah 6,4-7,8. pH dapat dilihat dengan cara mencocokkan warna dari kertas lakmus yang telah ditetesi semen dengan warna pada tabung kemasan kertas lakmus (Garner dan Hafez, 2000).

Page 18: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit

7

Konsistensi Konsistensi adalah derajat kekentalan. Konsistensi semen dapat diperiksa

dengan cara menggoyang tabung yang berisi semen. Semen yang baik, derajat kekentalannya hampir sama atau sedikit lebih kental dari susu, sedangkan semen yang jelek, baik warna maupun kekentalannya sama dengan air buah kelapa (Hafez, 2000). Konsentrasi

Konsentrasi spermatozoa sapi berkisar antara 800-2000 juta/ml. Perbedaan konsentrasi spermatozoa antar pejantan diduga disebabkan karena kualitas genetik pada masing-masing pejantan (Situmorang, 2002). Motilitas Spermatozoa

Evaluasi motilitas spermatozoa post thawing adalah salah satu parameter yang banyak digunakan untuk menentukan kualitas semen sapi yang akan digunakan untuk inseminasi buatan (Aminasari 2009). Susilawati dkk (2003), menyatakan proses fertilisasi membutuhkan spermatozoa motil sekitar sepuluh juta spermatozoa, maka syarat spermatozoa sebagai standar inseminasi adalah 2,5x107 spermatozoa per straw dengan motilitas 40%. Viabilitas Spermatozoa

Viabilitas spermatozoa dipengaruhi oleh kebutuhan akan nutrisi. Nutrisi akan digunakan oleh spermatozoa untuk dijadikan energi sehingga apabila kebutuhan nutrisi spermatozoa berkurang maka akan mengakibatkan viabilitas spermatozoa menurun (Hidayahturrahmah, 2007).

Pengamatan hidup mati spermatozoa atau viabilitas dapat dilakukan dengan metode pewarnaan diferensial menggunakan zat warna eosin saja atau dengan kombinasi eosin-nigrosin. Prinsip metode pewarnaan eosin-nigrosin adalah terjadinya penyerapan zat warna eosin pada spermatozoa yang mati pada saat pewarnaan tersebut dilakukan (Partodihardjo, 1992).

Abnormalitas Spermatozoa

Semen sapi dapat mengandung spermatozoa dengan berbagai bentuk abnormalitas. Fertilitas yang rendah diindikasikan oleh abnormalitas spermatozoa lebih dari 20% per ejakulat. Jumlah spermatozoa abnormal dapat dideteksi dalam sampel saat menghitung persentase viabilitas spermatozoa (Pena dkk, 1998).

Abnormalitas morfologi spermatozoa dibedakan menjadi tiga yaitu abnormalitas primer, sekunder dan tersier. Abnormalitas primer adalah abnormalitas spermatozoa yang terjadi akibat kegagalan spermatogenesis. Abnormalitas sekunder terjadi selama spermatozoa melalui epididimis. Kerusakan spermatozoa setelah ejakulasi atau penanganan yang salah pada saat inseminasi buatan disebut abnormalitas tersier (Aminasari, 2009).

Kondisi tropis memberikan pengaruh yang signifikan terhadap karakteristik semen bangsa sapi eksotis seperti Bos sondaicus. Sekoni dan Gustafsson (1987) melaporkan bahwa puncak abnormalitas spermatozoa terjadi selama musim panas.

Page 19: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit

8

2.5. Pengencer Semen

Pengenceran semen adalah upaya untuk memperbanyak volume semen, mengurangi kepadatan spermatozoa serta menjaga kelangsungan hidup spermatozoa sampai waktu tertentu pada kondisi penyimpanan di bawah atau di atas titik beku (Rusdin dan Jum’at, 2000). Pengenceran dan penyimpanan semen merupakan usaha mempertahankan fertilitas spermatozoa dalam periode yang lebih lama yakni untuk memperpanjang daya hidup spermatozoa, motilitas, dan daya fertilitasnya (Situmorang, 1992).

Beberapa bahan pengencer yang umum digunakan dalam pengencer semen adalah kuning telur, susu, air kelapa. Bahan pengencer lain yang berpotensi untuk dimanfaatkan dalam mempertahankan kualitas spermatozoa adalah pengencer NaCl fisiologis, Ringer Laktat dan Ringer Dextrose. Larutan pengencer semen yang memiliki komposisi kimia lebih lengkap akan memberikan fungsi yang baik bagi spermatozoa yang diencerkan (Ridwan, 2007). Kuning Telur Itik

Telur secara umum mengandung beberapa komposisi yang terdiri atas air, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral (Fahrullah, 2012). Perbedaan komposisi kimia antar spesies terutama terletak pada jumlah dan proporsi zat-zat yang dikandungnya yang dipengaruhi oleh keturunan, makanan dan lingkungan (Winarno dan Koswara, 2002). Komposisi telur itik dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi Telur Itik

Telur Itik Komposisi Putih

Telur Kuning Telur

Telur Utuh

Air (%) Protein (%) Lemak (%) Karbohidrat Abu (%)

88,00 11,00 0,00 0,80 0,8

47,00 17,00 35,00 0,80 1,2

70,60 13,10 14,30 0,80 1,0

Sumber : Winarno dan Koswara, 2002

Kuning telur itik dapat digunakan sebagai salah satu bahan pengencer semen. Kuning telur berfungsi untuk melindungi spermatozoa dari cold shock karena mengandung lipoprotein dan lesitin (Toelihere, 1981). Kuning telur juga banyak mengandung protein, vitamin yang larut dalam air dan minyak sehingga ideal digunakan sebagai pengencer (Fahrullah, 2012).

Air Kelapa Muda

Air kelapa mengandung sejumlah zat gizi, yaitu protein 0,2 %, lemak 0,15%, karbohidrat 7,27 %, gula, vitamin, elektrolit dan hormon pertumbuhan. Kandungan gula maksimun 3 gram per 100 ml air kelapa (Warisno, 2004). Disamping itu air kelapa juga mengandung mineral seperti kalium dan natrium. Mineral-mineral itu diperlukan dalam poses metabolisme, juga dibutuhkan dalam pembentukan kofaktor enzim-enzim ekstraseluler oleh bakteri pembentuk

Page 20: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit

9

selulosa. Selain mengandung mineral, air kelapa juga mengandung vitamin-vitamin seperti riboflavin, tiamin, biotin (Pambayun, 2002 ; Ulrike dkk, 2005).

Tabel 3. Kandungan Gizi Air Kelapa

Zat Gizi Satuan Muda Tua

Kalori Lemak Protein Karbohidrat Kalsium Fosfor Besi Vitamin C Air

K g g g

mg mg mg mg g

17.0 0.20 1.00 3.80 15.00 8.00 0.20 1.00 95.50

- 0.14 1.50 4.60

- 0.50

- -

91.50 Sumber : Esti dan Sawedi (2001)

Air kelapa muda mampu memenuhi syarat sebagai bahan pengencer yang murah, sederhana dan praktis. Selain itu air kelapa muda mengandung glukosa dan fruktosa yang juga terkandung dalam semen (Sulmartiwi dkk, 2011). Air kelapa muda merupakan bahan pengencer yang mengandung fruktosa. Penggunaan fruktosa dalam waktu yang lama dapat menurunkan pH sehingga dibutuhkan buffer untuk mempertahankan pH dalam kondisi normal (Barlina, 2004).

2.6. Pengaruh Pengencer Kuning Telur Itik Dengan Air Kelapa Muda Terhadap Kualitas Semen Sapi Bali

Keberhasilan IB dapat ditentukan oleh kualitas semen yang digunakan

(Webb, 2004). Untuk mempertahankan daya hidup spermatozoa in vitro dan mengoptimalkan semen pada saat IB, dibutuhkan bahan pengencer semen yang baik (Paulenz dkk, 2002). Bahan yang digunakan merupakan bahan-bahan yang memiliki kandungan nutrisi yang baik bagi spermatozoa. Salah satu contoh dari bahan-bahan pengencer yang digunakan adalah kuning telur itik yang dikombinasikan dengan air kelapa muda (Suteky dkk, 2007).

Kemampuan kombinasi kedua bahan pengencer tersebut dapat mempertahankan motilitas spermatozoa karena mengandung bahan yang diperlukan oleh spermatozoa untuk mempertahankan kehidupannya. Kuning telur mengandung lipoprotein dan lesitin yang bekerja mempertahankan dan melindungi integritas selubung protein spermatozoa. Air kelapa muda mengandung glukosa, fruktosa, mineral, vitamin dan protein yang berfungsi menyediakan kebutuhan fisik dan kimiawi sehingga dapat mempertahankan fertilitas dan daya hidup spermatozoa (Sulabda dkk, 2010).

Ponglowhapan dkk (2004), menyatakan bahwa glukosa dan fruktosa mempunyai pengaruh yang besar terhadap motilitas yaitu dapat mempertahankan pergerakan spermatozoa. Substitusi kuning telur dengan air kelapa muda menyumbangkan glukosa dan fruktosa pada pengencer tersebut dan bahan ini sebagai sumber energi bagi spermatozoa.

Page 21: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit

10

3. MATERI DAN METODE

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Juli 2014 di UPTD Inseminasi Buatan Pucak Kabupaten Maros.

3.2. Materi

Alat Alat yang digunakan adalah vagina buatan, mikroskop, photometer SDM 6,

gelas objek, tabung erlenmeyer, tabung reaksi, filling and sealing machine, dan kontainer yang berisi Nitrogen cair (-1960C). Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah semen segar dari 3 ekor sapi Bali umur ± 6 tahun, air kelapa muda, kuning telur itik, NaCl 0,3%, antibiotik penisilin dan streptomisin, gliserol 8%, pewarna eosin 10%, spritus, dan alkohol 70%.

3.3. Metode

Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode percobaan Rancangan Acak Lengkap

(RAL). Semen segar diencerkan menggunakan pengencer kuning telur dengan air kelapa muda pada 5 rasio konsentrasi yang berbeda seperti disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Konsentrasi Pengenceran

Perlakuan Kuning Telur Itik (%) Air Kelapa Muda (%)

PO P1 P2 P3 P4

100 75 50 25 0

0 25 50 75 100

Semen yang mempunyai kualitas yang baik (> 70% sperma motil) dibagi menjadi 5 bagian dengan volume yang sama. Bahan pengencer kuning telur itik dipersiapkan terlebih dahulu. Setelah itu campurkan kuning telur itik dengan air kelapa muda lalu tambahkan gliserol 8% serta penisilin 1000 IU dan streptomisin 1 mg ke dalam setiap ml pengencer.

Pengenceran dilakukan dengan metode satu tahap menggunakan pengecer kuning telur itik dan air kelapa muda yang telah ditentukan konsentrasinya seperti pada Tabel 4. Setelah itu semen dikemas dalam straw minitub dengan konsentrasi 25 juta sel spermatozoa/0,25 ml, diekuilibrasi selama 4 jam pada suhu 4°C,

Page 22: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit

11

dibekukan di atas uap N2 cair selama 10-15 menit, dan disimpan dalam kontainer yang berisi N2 cair (-196°C).

Thawing semen beku dilakukan 24 jam setelah penyimpanan. Thawing dilakukan pada suhu 370C selama 20 detik. Dalam penelitian ini pengulangan pengenceran dan pemeriksaan kualitas dilakukan sebanyak 3 kali.

3.4. Variabel Penelitian Variabel Independen

Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel independen adalah kuning telur itik dengan air kelapa muda pada berbagai konsentrasi. Variabel Dependen

Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel dependen adalah kualitas spermatozoa sapi Bali pasca thawing (motilitas, abnormalitas, dan daya tahan hidup spermatozoa).

Page 23: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit

12

3.5. Kerangka Konsep

Diagram 1. Alur Penelitian

Prosesing

1. Pengenceran

2. Filling and sealing

3. Equilibrasi

Koleksi semen dilakukan dengan menggunakan

vagina buatan

Semen yang telah dikoleksi diuji kualitasnya secara

makroskopik dan mikroskopik

Pembekuan dilakukan di dalam kontainer yang berisi

Nitrogen cair (-1960C)

Thawing semen beku dilakukan 24 jam setelah

penyimpanan kemudian dievaluasi kualitasnya secara

mikroskopik (motilitas, abnormalitas, dan daya tahan

hidup spermatozoa)

Kesimpulan

Sampel yang digunakan sebanyak 3 ekor sapi Bali

Page 24: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit

13

3.6. Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel dependen dan variabel independen dengan mengunakan program SPSS versi 16.0. Uji yang digunakan yaitu uji Anova. Apabila dalam uji Anova terdapat berbeda nyata, maka dilanjutkan uji Turkey (BNJ). Penelitian ini menggunakan batas kemaknaan secara statistik sebesar 5% sehingga jika diperoleh nilai p > α, maka hasil perhitungan statistiknya tidak bermakna, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel dependen dengan variabel independen. Sebaliknya jika diperoleh nilai p α, maka hasil perhitungan statistiknya bermakna, artinya ada hubungan yang signifikan antara variabel dependen dengan variabel independen.

Page 25: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit

14

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kualitas Semen Segar Sapi Bali

Semen dikoleksi dari tiga ekor sapi Bali menggunakan vagina buatan. Hasil pengamatan kualitas semen segar sapi Bali disajikan pada Tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5. Kualitas Semen Segar Sapi Bali (±SD)

Parameter Kualitas Hasil

Pengamatan Makroskopik

Volume (ml) Warna pH Konsistensi

Mikroskopik Motilitas Individu (%) Motilitas Massa Abnormalitas (%) Viabilitas (%) Konsentrasi (109/ml)

4,25±0,5 Krem 6,5±0,57 Kental 73,75±2,5 ++ (2) 7,5±1,73 81,25±2,5 1,817±0,058

Hasil uji makroskopik dan mikroskopik semen segar (Tabel 5.)

menunjukkan bahwa semen sapi Bali yang ditampung mempunyai kualitas yang baik dan memenuhi persyaratan untuk diencerkan. Volume

Dari hasil pengamatan makroskopik semen sapi Bali (n=3 ekor), menunjukkan bahwa volume semen sapi Bali mempunyai nilai rata-rata 4,25±0,5 ml/ejakulasi. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Garner dan Hafez (2000) yang menyatakan bahwa volume semen sapi berkisar antara 5-8 ml/ejakulasi. Keadaan ini bisa saja terjadi karena perbedaan individu ternak, umur, musim, nutrisi, bangsa ternak, frekuensi ejakulat, libido, dan kondisi temak itu sendiri (Arifiantini dkk, 2005). Warna

Warna semen sapi Bali pada pengamatan makroskopik adalah warna krem. Menurut Johnson dkk, (2000) menyatakan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi warna semen adalah tingkat rangsangan, frekuensi ejakulasi, kualitas pakan. pH

pH semen sapi Bali setelah pengamatan makroskopik menunjukkan nilai

rata-rata 6,25±0,5. Hal ini sesuai dengan pendapat Garner dan Hafez (2000) yang

menyatakan bahwa pH semen sapi berkisar antara 6,4-7,8. Derajat keasaman

Page 26: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit

15

memegang peranan yang penting karena mempengaruhi viabilitas spermatozoa.

Johnson dkk, (2000) mengemukakan bahwa kualitas pakan adalah salah satu

faktor yang mempengaruhi pH semen.

Konsistensi

Konsistensi semen sapi Bali setelah pengamatan makroskopik adalah kental.

Hal ini sesuai dengan pendapat Hafez (2000) bahwa semen yang baik, derajat

kekentalannya hampir sama atau sedikit lebih kental.

Motilitas Individu

Dari hasil pengamatan dapat dilihat rata-rata motilitas individu dari semen

sapi Bali adalah 73,75±2,5 dimana hal ini masih berada dalam kisaran pendapat

Hafez (2000) yaitu antara 50-80%.

Motilitas Massa

Dari hasil pengamatan secara mikroskopik semen segar selama penelitian,

diperoleh rata-rata motilitas massa spermatozoa adalah ++ (2). Arifiantini dkk,

(2006) menyatakan bahwa pada sapi lokal lainnya seperti sapi Bali memiliki rata-

rata motilitas massa 2,7 atau setara dengan (++/+++).

Abnormalitas

Abnormalitas semen sapi Bali setelah pengamatan mikroskopik

menunjukkan nilai rata-rata 7,5±1,73. Hasil ini menunjukkan bahwa semen segar

sapi Bali yang dijadikan sampel memiliki kualitas yang baik dikarenakan

persentase abnormalitas yang rendah. Campbell dkk, (2003) menyatakan bahwa

semen yang berkualitas tinggi mengandung maksimal 5-15% sperma abnormal.

Jenis abnormalitas yang ditemukan pada saat pemeriksaan adalah abnormalitas

sekunder yang ditandai dengan ekor melingkar. Aminasari, (2009)

mengemukakan bahwa abnormalitas sekunder terjadi selama spermatozoa

melalui epididimis.

Gambar 2. Abnormalitas spermatozoa segar sapi Bali

dengan pewarnaan diferensial eosin 2%.

Abnormalitas sekunder

Page 27: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit

16

Viabilitas

Rata-rata persentase viabilitas yang diperoleh saat pemeriksaan adalah

81,25±2,5 dimana hasil ini menunjukkan semen segar yang digunakan masih

cukup baik.Viabilitas dapat dinilai setelah dilakukan metode pewarnaan

diferensial menggunakan zat warna eosin (Aminasari, 2009).

Gambar 3. Viabilitas spermatozoa segar sapi Bali dengan pewarnaan

diferensial eosin 2%. Keterangan: A : spermatozoa hidup, B :

spermatozoa mati.

Konsentrasi

Konsentrasi semen sapi Bali yang diperoleh saat pemeriksaan menunjukkan

hasil yang cukup tinggi dengan kisaran nilai rata-rata 1,817x109/ml. Konsentrasi

ini lebih tinggi dari yang dilaporkan oleh Arifiantini dkk (2006), yang menyatakan

bahwa konsentrasi spermatozoa sapi Bali sebesar 1.340x109 sel sperma/ml. Van

Demark (1984) dalam Nurdiana (2007) menyatakan bahwa konsentrasi

spermatozoa dipengaruhi oleh perkembangan seksual dan kedewasaan sapi jantan

sesuai dengan kualitas makanan yang diberikan dan pengaruh kesehatan

reproduksi.

4.2. Evaluasi Kualitas Semen Sapi Bali Pasca Thawing

Abnormalitas

Pemeriksaan kualitas semen dilakukan setelah thawing pada air dengan suhu

370C. Rata-rata abnormalitas spermatozoa pasca thawing dapat dilihat pada Tabel

6.

A B

B

A

Page 28: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit

17

Tabel 6. Rata-rata (±SD) Persentase Abnormalitas Spermatozoa Pasca Thawing

Perlakuan Pasca Thawing (%)

P0 = 100% Kuning Telur P1 = 75% Kuning Telur – 25% Air Kelapa Muda P2 = 50% Kuning Telur – 50% Air Kelapa Muda P3 = 25% Kuning Telur – 75% Air Kelapa Muda P4 = 100% Air Kelapa Muda

9±2,58 8,5±2,08 9,5±1,73 8,75±2,87 10,25±3,3

Dalam penelitian ini persentase abnormalitas spermatozoa pasca thawing

pada setiap perlakuan seperti yang disajikan pada Tabel 6 tidak menunjukkan

perbedaan yang nyata (p > 0,05). Persentase abnormalitas tertinggi terdapat pada

perlakuan P4 (10,25%) dan terendah pada P1 (8,5%). Peningkatan abnormalitas

spermatozoa terjadi disebabkan oleh efek cold shock dan ketidakseimbangan

nutrisi (Arifiantini dkk, 2005).

Pada penelitian ini setiap perlakuan masih menghasilkan persentase

abnormalitas dalam kisaran yang normal yaitu kurang dari 20%. Hal ini sesuai

dengan pendapat Aminasari (2009) yang menyatakan bahwa abnormalitas

spermatozoa lebih dari 20% menunjukkan adanya infertilitas atau ketidaksuburan.

Kamal dkk, (2005) mengemukakan bahwa abnormalitas spermatozoa lebih dari

20% tidak dapat digunakan untuk inseminasi buatan.

Viabilitas

Persentase viabilitas spermatozoa pasca thawing pada Tabel 7 menunjukkan

tidak berbeda nyata pada setiap perlakuan (p > 0,05). Persentase viabilitas

spermatozoa dengan pengencer P3 menunjukkan hasil tertinggi (58,75%),

memenuhi standar sperma beku yang baik yaitu persentase viabilitas lebih dari

50% (Toelihere, 1985). Tingginya persentase viabilitas perlakuan P3 pada

penelitian ini disebabkan karena di dalam pengencer P3 memiliki kandungan air

kelapa di atas 60% sehingga dapat mencukupi zat gizi yang dibutuhkan

spermatozoa serta larutan penyangga yang masih stabil dan tekanan osmotik yang

masih isotonis.

Tabel 7. Rata-rata (±SD) Persentase Viabilitas Spermatozoa Pasca Thawing

Perlakuan Pasca Thawing (%)

P0 = 100% Kuning Telur P1 = 75% Kuning Telur – 25% Air Kelapa Muda P2 = 50% Kuning Telur – 50% Air Kelapa Muda P3 = 25% Kuning Telur – 75% Air Kelapa Muda P4 = 100% Air Kelapa Muda

18,75±22,5 31,25±36,14

40±29,43 58,75±14,93 16,25±18,87

Hasil persentase viabilitas spermatozoa terendah terdapat pada pengencer

P4 (16,25%), hal ini mungkin disebabkan karena air kelapa tidak mampu

Page 29: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit

18

melindungi sperma dari efek cold shock, berkurangnya energi di dalam pengencer,

penurunan pH, efek toksik pada seminal plasma, dan tekanan osmotik dari bahan

pengencer (Affandhy, 2003). Campbell dkk, (2003) menyatakan bahwa

spermatozoa yang mati akan tercampur dengan spermatozoa yang hidup.

Spermatozoa mati dapat bersifat racun terhadap spermatozoa yang hidup. Sifat

kimiawi spermatozoa mampu menghasilkan metabolisme sel yang dapat menjadi

racun bagi kehidupannya. Keberadaan zat yang bersifat toksik baik yang berasal

dari spermatozoa yang telah mati maupun yang berasal dari zat yang terkandung

dari pengencer yang telah mengalami oksidasi akibat penyimpanan dapat

menyebabkan tingginya kadar radikal bebas yang dapat merusak keutuhan

membran plasma spermatozoa (Yulnawati dan Setiadi 2005).

Motilitas

Hasil analisiss ragam terhadap motilitas spermatozoa seperti yang disajikan

pada Tabel 8 menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05) antar perlakuan

dengan motilitas spermatozoa sapi Bali. Ini menunjukkan bahwa motilitas

spermatozoa dipengaruhi oleh persentase kombinasi bahan pengencer. Hasil uji

lanjut Turkey (BNJ), menunjukkan bahwa motilitas spermatozoa pada perlakuan

P0 berbeda nyata (p<0,05) terhadap P2 dan P3 tetapi tidak berbeda nyata (p>0,05)

terhadap P1 dan P4.

Tabel 8. Rata-rata (±sd) Persentase Motilitas Spermatozoa Pasca Thawing

Perlakuan Pasca Thawing (%)

P0 = 100% Kuning Telur P1 = 75% Kuning Telur – 25% Air Kelapa Muda P2 = 50% Kuning Telur – 50% Air Kelapa Muda P3 = 25% Kuning Telur – 75% Air Kelapa Muda P4 = 100% Air Kelapa Muda

0±0 0±0

15±10 33,75±4,78

0±0

Nilai persentase motilitas spermatozoa pada perlakuan P0, P1, dan P4 yang

sangat rendah diduga oleh adanya faktor kecenderungan kurangnya atau

berlimpahnya fruktosa, ketidakstabilan penyangga yang dapat menurunkan pH

secara berlebihan. Hal ini diperkuat oleh Sulabda dan Puja, (2010) yang

menyatakan bahwa konsentrasi air kelapa muda dalam pengencer kurang dari

50% menyebabkan penurunan motilitas spermatozoa yang sangat nyata. Hal ini

dikarenakan kebutuhan energi oleh spermatozoa tidak tercukupi. Lebih lanjut,

pengencer semen yang hanya terdiri dari kuning telur atau air kelapa muda saja

menyebabkan motilitas yang jelek. Hasil penelitian ini mengindikasikan hahwa

kombinasi kuning telur 25% dengan air kelapa muda 75% merupakan kombinasi

bahan pengencer yang sesuai untuk kehidupan spermatozoa sapi Bali.

Page 30: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit

19

5. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengencer P3

(25% kuning telur – 75% air kelapa) merupakan kombinasi pengencer yang paling baik untuk mempertahankan abnormalitas, viabilitas dan motilitas spermatozoa sapi Bali walaupun nilai motilitas pada penelitian ini belum menunjukkan nilai standar inseminasi buatan, akan tetapi dapat sebagai alternatif media pengencer spermatozoa beku sapi Bali.

5.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai viskositas dan osmolaritas

dari bahan pengencer semen yang menggunakan kuning telur itik dan air kelapa muda guna untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam upaya mempertahankan kualitas spermatozoa beku sapi Bali.

Page 31: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit

20

DAFTAR PUSTAKA

Affandhy, L. 2003. Pengaruh Penambahan Cholesterol dan Kuning Telur di dalam Bahan Pengencer Tris-Sitrat dan Air Kelapa Muda terhadap Kualitas Semen Cair Sapi Potong. hlm. 77-83. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Bogor, 29-30 September 2003.

Aminasari, P. D. 2009. Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya : Malang.

Arifiantini, I., T. L. Yusuf, dan Graha N. 2005. Longivitas dan Recoveryrate Pasca Thawing Semen Beku Sapi Fresian Holstein Menggunakan Bahan Pengencer Yang Berbeda. Buletin Peternakan Vol. 29 (2).

Barlina, R. 2004. Potensi Buah Kelapa Muda Untuk Kesehatan dan Pengolahannya. Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain : Manado.

Belitz, H. D, dan W. Grosch. 1999. Food Chemistry, Springer, Germany. <BPS> Badan Pusat Statistik. 2011. Rilis Hasil Akhir Pendataan Sapi Potong,

Sapi Perah, dan Kerbau (PSPK). Badan Pusat Statistik dan : Jakarta. Campbell, JR., Kenealy MD, dan Campbell KL, 2003. Animal Sciences. The

Biology, Care and Production of Domesti Animals. McGraw Hill. Cardoso, R. C, Silva AR, Uchoa DC, dan da Silv LD, 2003. Cryopreservation of

nine semen using a coconut water extender with egg yolk and three different glycerol concentrations. Theriogenology. 59:743-51.

Chandolia, R. K., E. M. Reinersten dan P. J. Hansen. 1999. Lack of Breed Differences in Responses of Bovine Spermatozoa to Heat Shock. J. Dairy Sci. 82 : 2617-2619.

Elisa. 2010. Kuantitas dan Kualitas Sperma. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.

Esti dan Sawedi. 2001. Tanaman Perkebunan (Teknologi Tepat Guna Pengolahan Pangan). Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi : Jakarta.

Fahrullah. 2012. Pengaruh Penggunaan Probiotik Komersial Sebagai Bahan Curing Pada Pembuatan Telur Itik Asin. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin : Makassar.

Feradis. 2010. Bioteknologi Reproduksi pada Ternak. Alfabeta : Bandung. Garner, D. L. and E. S. E. Hafez. 2000. Spermatozoa and Seminal Plasma in

Reproduction In Farm Animals. Edited by E. S. E. Hafez. 7th edition. Lippincott Wiliams and Wilkins. Maryland, USA.

Hafez, B. and Hafez. E. S. E. 2000. Reproduction in Farm Animals.7thed. Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia.

Hafez, E. S. E. 2000. Semen Evaluation in Reproduction In Farm Animals. 7th edition. Lippincott Wiliams and Wilkins. Maryland, USA.

Hakim, L. 2010. Pengembangan dan Penerapan Teknologi Breeding untuk Menghasilkan Bibit Unggul Sapi Bali di Indonesia. Laporan Program Insentif Universitas Brawijaya : Malang.

Page 32: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit

21

Hakim, L., Nuryadi, Suyadi, T. Susilawati, dan V.M.A. Nurgiartiningsih. 2004. Pengembangan Sistem Manajemen Breeding Sapi Bali. Laporan Penelitian. Kerjasama Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Dengan Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.

Hakim, L., Suyadi, V.M.A. Nurgiartiningsih, Nuryadi, dan T. Susilawati. 2005. Model Rekording dan Pengolahan Data Untuk Program Seleksi Sapi Bali. Laporan Penelitian. Kerjasama Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Dengan Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.

Hartanti D., E. T. Setiatin dan Sutopo. 2012. Perbandingan Penggunaan Pengencer Semensitrat Kuning Telur Dan Tris Kuning Telur Terhadap Persentase Daya Hidup Spermatozoa Sapi Jawa Brebes. Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p 33 – 42.

Hidayahturrahmah. 2007. Waktu Motilitas dan Viabilitas Spermatozoa Ikan Mas (Cyprinus carpio L) pada Beberapa Konsentrasi Larutan Fruktosa. Jurnal Bioscientiae Vol 4, No. 1. Januari 2007 Hal. 9-18.

Iguer-ouada M dan Verstegen JP, 1999. Long-term preservation of chilled canine semen : effect of commercial and laboratory prepared extenders. Theriogenology 55:671-684.

Ishak, Andi B. L. 2011. Identifikasi Keragaman Gen FSH sub-unit beta, Gen FSH Reseptor dan Gen GH pada Sapi Bali Jantan Sebagai Penanda Kualitas Sperma. Disertasi. Fakultas Peternakan IPB : Bogor.

Johnson, L. A., K. F. Weitze, P. Fiser and W. M. C. Maxwell. 2000. Storage of Boar Semen. J. Anim. Sci. 62:143-172

Kamal, A. Gubartallah, A. Ahmed, Amel, Bakhiet, dan A. Babiker. 2005. Comparative Studies on Reproductive Performance of Nubian and Saanen Bucks under the Climatic Conditions of Khaortum. Journal of Animal and Veterinary Advances 4 (11):942-944.

Kusdiantoro, M., M. Olsson, H. T. A. van Tol, S. Mikko, B. H. Vlamings, G. Andersson, H. RodrIguez-MartInez, B. Purwantara, R. W. Paling, B. Colenbrander, & J. A. Lenstra. 2009. On the origin of Indonesian cattle. Plos one 4:e5490.

Martojo H. 2003. Indigenous Bali Cattle: The Best Suited Cattle Breed for Sustainable Small Farms in Indonesia. Laboratory of Animal Breeding and Genetics, Fac. Anim. Sci., Bogor Agric. Univ., Indonesia.

Muchtadi, T. R. dan Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan Dan Gizi.Institut Pertanian Bogor : Bogor.

Noor RR, Farajallah A, Karmita M. 2001. Pengujian Kemurnian Sapi Bali Dengan Analisis Hemoglobin dengan Metode Isoelectric Focusing. Hayati 8(4): 107–111.

Nurdiana. 2007. Uji Kualitas Semen Cair Spermatozoa Epididimis Sapi Peranakan Ongole (PO) mengunakan Bahan Pengencer Tris Kuning Telur. Universitas Haluoleo : Kendari.

Page 33: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit

22

Onifade, A. K., Y. A. Jeff-Agboola. 2003, Effect of Fungal lnfectionon Proximate Nutrient, Composition of Coconut Agriculture & Environment. Vol. 1 (2) : 141.

Pambayun, R., 2002, Teknologi Pengolahan Nata de Coco. Kanisius : Yokyakarta.

Partodihardjo, S. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Penerbit Mutiara Sumber Widya. Jakarta.

Paulenz, H. Soderquist, L. R. Perez-Pe, and K. A. Berg. 2002. Effect of different extenders and storage temperatures on sperm viability of liquid ram semen. Theriogenology. 57:823-836.

Pena, A. I., F. Barrio, L. A. Quintela and P. G. Herradon. 1998. Effects of Different Glycerol Treatments on Frozen-Thawed Dog Sperm Longevity and Acrosomal Integrity. Elsevier Science Ins, Urbana. Theriogenology 50:163-172.

Ponglowhapan S, Essen-Gustaysson B, dan Linde-Forsberg C, 2004. Influence of glukosa and fructose in the extender during long-term storage of chilled canine semen. Theriogenology 62:1498-1517.

Prasojo, G., I. Arifiantini dan K. Mohamad. 2010. Korelasi Antara Lama Kebuntingan, Bobot Lahir dan Jenis Kelamin Pedet Hasil Inseminasi Buatan pada Sapi Bali. Jurnal Veteriner Vol. 11 No. 1 : 41-45.

Ridwan. 2007. Pengaruh Pengencer Semen Terhadap Abnormalitas Dan Daya Tahan Hidup Spermatozoa Kambing Lokal Pada Penyimpanan Suhu 5ºC. J. Agroland 16 (2) : 187 – 192.

Rusdin dan K. Jum’at. 2000. Motilitas dan Recovery Sperma Domba dalam Berbagai Pengencer Selama Penyimpanan Pada Suhu 5ºC. Laporan Penelitian. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Tadulako : Palu.

Sarastina, I., T. Susilawati G. Ciptadi. 2006. Analisa Beberapa Parameter Motilitas Spermatozoa Pada Berbagai Bangsa Sapi Menggunakan Computer Assisted Semen Analysis (CASA). J. Ternak Tropika Vol. 6. No.2: 1-12.

Sekoni, V. O. and B. K. Gustafsson. 1987. Seasonal Variations in the Incidence of Sperm Morphologycal Abnormalities In Dairy Bulls Regularly Used For AI. Br. Vet. Journal 143 : 312-317.

Selamet, Aku A., Saili T, Rizal M, Herdis, Purwantara B, dan Toelihere MR, 2005. Cryopreservation of garut ram semen using lechitone-based extender. Proceedings international Asia Link Symposium. Reproduktive Biotechnology for Improved animal Breeding in Southeast Asia.

Setiawan, Dafid. 2008. Pengaruh Beberapa Bahan Pengencer Semen Terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi Pesisir. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Andalas : Padang.

Situmorang, P. 2002. The Effects of Inclusion of Exogenous Phospolipid In Tris-Diluent Containing A Different Level of Egg Yolk on the Viability of Bull Spermatozoa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan dan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor 7 (3) : 131-187.

Page 34: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit

23

<SNI> Standar Nasional Indonesia. 2005. Standar Nasional Indonesia Semen Beku Sapi. Badan Standar Nasional : Jakarta.

Solihati, Nurcholidah dan Kune Petrus. 2009. Pengaruh Jenis Pengencer Terhadap Motilitas dan Daya Tahan Hidup Spermatozoa Semen Cair Sapi Simmental. Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran : Bandung.

Sulabda, I Nyoman dan Puja I Ketut. 2010. Pengaruh Substitusi Air Kelapa Muda Dengan Pengencer Sitrat Kuning Telur Terhadap Motilitas dan Persentase Hidup Spermatozoa Anjing. Buletin Veteriner Udayana Vol. 2 No.2. :109-117.

Sulmartiwi, L., E. Ainurrohmah, dan A. S. Mubarak. 2011. Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa Muda dan Madu dalam NaCl Fisiologis terhadap Motilitas dan Lama Hidup Spermatozoa Ikan Patin (Pangasius pangasius). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 3,No. 1.

Sumeidiana, I. S. Wuwuh dan E. Mawarti. 2007. Volume Semen dan Konsentrasi Sperma Sapi Simmental, Limousin dan Brahman di Balai Inseminasi Buatan Ungaran. J.Indon.Trop.Anim.Agric. 32 (2).

Susilawati, T., P. Srianto, Hermanto dan E. Yuliani. 2003. Inseminasi Buatan Dengan Spermatozoa Beku Hasil Sexing Pada Sapi Untuk Mendapatkan Anak Dengan Jenis Kelamin Sesuai Harapan. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang.

Susilawati, T., Suyadi, Nuryadi, N. Isnaini dan S. Wahyuningsih. 1993. Kualitas Semen Sapi Fries Holland dan Sapi Bali Pada Berbagai Umur dan Berat Badan. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang.

Suteky, Tatik., Kadarsih S., Fisniarsih Y., 2007. Pengaruh Pengencer Kuning Telur dengan Air Kelapa dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Semen Kambing Nubian. Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 2, No 2.

Talib C, K Entwistle, A Siregar, S Budiarti-Turner and D Lindsay, 2002. Survey of Population and Production Dynamics of Bali Cattle and Existing Breeding Programs in Indonesia. Working Papers: Bali Cattle Workshop. Bali. 4–7 February 2002.

Toelihere, M. 1981. Inseminasi Buatan pada Ternak. Angkasa : Bandung. Toelihere, M.R. 1985. Inseminasi Buatan pada Ternak. Angkasa. Bandung. Turyan. 2005. Penurunan Motilitas Spermatozoa Pada Berbagai Bangsa Sapi

Akibat Proses Pembekuan. Skripsi : Program Sarjana Universitas Brawijaya : Malang.

Ulrike, U., Stephanie H., Dieter K. 2005, Analytical Investigation of Bacterial Cellulose, Vol 223 (1) : 201-212.

Wahyuningsih, A., D .M. Saleh, dan Sugiyatno. 2013. Pengaruh Umur Pejantan Dan Frekuensi Penampungan Terhadap Volume Dan Motilitas Semen Segar Sapi Simmental Di Balai Inseminasi Buatan Lembang. Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 947-953.

Warisno, 2004, Mudah dan Praktis Membuat Nata de Coco, Media Pustaka, Jakarta.

Page 35: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit

24

Webb, D. W. 2004. Artificial Insemination in Dairy Cattle. http://edis.ifas.ufledu /BODYDS O% 2089#table-l. Diakses pada tanggal 11 Februari 2014).

Winarno, F.G. dan S. Koswara. 2002., Telur : Komposisi, Penanganan dan Pengolahannya, M-Brio Press, Bogor.

Yulnawati dan Setiadi M.A. 2005. Motilitas dan Keutuhan Membran Plasma Spermatozoa Epididimis Kucing Selama Penyimpanan Pada Suhu 4° C. Media Kedokteran Hewan Vol. 21, No. 3.

Zulfan, Murtadha. 2008. Hubungan antara Libido dengan Kualitas Semen Segar pada Pejantan Bos taurus. Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

Page 36: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit

LAMPIRAN

Page 37: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit

25

Tabel 1. Kualitas Semen Segar Sapi Bali

Parameter Kualitas 1 2 3 4 Hasil

Pengamatan

Makroskopik Volume (ml) Warna pH Konsistensi

Mikroskopik

Motilitas Individu (%) Motilitas Massa Abnormalitas (%) Viabilitas (%) Konsentrasi (109/ml)

4

Krem 6

Kental

75 ++ 5 85

1,799

4

Krem 7

Kental

75 ++ 8 80

1,889

4

Putih 6

Kental

75 +++

9 80

1,750

5

Krem 6

Kental

70 ++ 8 80

1,830

4,25±0,5

Krem 6,5±0,57 Kental

73,75±2,5 ++ (2)

7,5±1,73 81,25±2,5 1,817±0,05

Page 38: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit

26

Page 39: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit

27

Page 40: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit

28

Page 41: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit

29

Page 42: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit

30

LAMPIRAN

Dokumentasi

A B

C

Gambar 1. Bahan-bahan yang digunakan. Telur Itik (A), Air Kelapa Muda (B), Gliserol (C).

Page 43: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit

31

A B

C D

E

Gambar 2. Alat-alat yang digunakan. Vagina Buatan (A), Fotometer (B), Filling and Sealing Machine (C), Mikroskop (D), Kontainer (E)

Page 44: S K R I P S I - core.ac.uk · pengaruh perbedaan komposisi kuning telur itik dan air kelapa muda sebagai pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa sapi bali pasca thawing di unit

32

A B C D

Gambar 3. Prosesing Semen Sapi Bali. Pengencer Kuning Telur Itik dengan Air Kelapa Muda pada Berbagai Rasio Konsentrasi (A), Pembekuan di Atas Uap Nitrogen Cair (B), Pembekuan di Dalam Nitrogen Cair (C), Ulas Semen (D)