S K R I P S I - core.ac.uk · iv HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan kepada: * Para...
Transcript of S K R I P S I - core.ac.uk · iv HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan kepada: * Para...
DI SMP
Program
EVALUA
P PANGUD
SEDAYU
Diaj
M
m Studi Ilm
PRKEKHU
FAKULT
ASI PEND
DI LUHUR
U DAN SM
jukan untu
Memperole
mu Pendidi
Kr
ROGRAM USUSAN P
JURUSATAS KEGUUNIVERS
Y
i
DIDIKAN K
R YOGYAK
MP PANGU
S K R I P
uk Memenu
h Gelar Sa
ikan Kekhu
Olehristoforus SNIM: 1111
STUDI ILMENDIDIKA
AN ILMU PURUAN DASITAS SANYOGYAKA
2016
KEPANGU
KARTA, SM
UDI LUHU
P S I
uhi Salah Sa
arjana Pend
ususan Pen
: Sangsung 124037
MU PENDAN AGAMPENDIDIKAN ILMU
NATA DHAARTA
6
UDILUHUR
MP PANG
UR MOYUD
atu Syarat
didikan
ndidikan A
IDIKAN MA KATOLKAN PENDIDIK
ARMA
RAN
GUDI LUHU
DAN
gama Kato
LIK
KAN
UR
olik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
* Para Bruder Kongregasi FIC yang telah memberi kesempatan kepada saya
untuk menjalani perutusan studi di IPPAK Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta, serta memberi semangat dan menguatkan saya.
* Orang tua dan saudara-saudariku yang selalu mendukung dalam doa.
* Para Guru, staf dan karyawan SMP PL moyudan yang selalu mendukung dan
memotivasi saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan Firman Allah dan yang memeliharanya” (Luk 11:28)
“Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin”
(Mat 19:26)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Judul skripsi EVALUASI PENDIDIKAN KEPANGUDILUHURAN DI
SMP PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA, SMP PANGUDI LUHUR SEDAYU DAN SMP PANGUDI LUHUR MOYUDAN dipilih berdasarkan ketertarikan penulis untuk mengevaluasi sejauh mana pengetahuan dan penghayatan nilai-nilai kepangudiluhuran dan bagaimana proses pendidikan kepangudiluhuran itu berlangsung. Pendidikan Kepangudiluhuran merupakan salah satu pelajaran muatan lokal dalam kurikulum Yayasan Pangudi Luhur. Pelajaran ini sudah berjalan selama lima tahun, untuk itu perlu dilakukan evaluasi.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Pengambilan sampel dengan cara sampling purposive yaitu sampel diambil dengan pertimbangan tertentu, peneliti sungguh-sungguh mengetahui bahwa responden yang diminta untuk mengisi kuesioner dan untuk diwawancarai adalah orang yang dianggap paling tahu tentang apa yang peneliti harapkan. Sampel penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IX SMP Pangudi Luhur Yogyakarta, SMP PL Moyudan, SMP PL Sedayu dan SMP PL Yogyakarta. Kuesioner berjumlah 163 orang sedangkan 5 orang penulis, wawancarai. Instrumen yang digunakan adalah skala likert. Pengukuran ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi responden terhadap pendidikan kepangudiluhuran. Dari hasil uji validitas dengan taraf signifikansi 0,05 N 163 orang. Dari total item 40 diperoleh sebanyak 35 item yang valid dan 5 item tidak valid. Sedangkan hasil uji reliabilitas diperoleh Cronbach's Alpha 0.810 yang berarti reliabilitas soal dalam penelitian ini tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata keseluruhan aspek ialah 11.942. Ini berarti responden mengetahui, menghayati dan mengikuti proses pendidikan kepangudiluhuran. Hasil wawancara pada aspek pengetahuan dan penghayatan mendukung data kusioner, sedangkan pada aspek proses tidak mendukung kuesioner. Namun data secara keseluruhan menunjukkan bahwa pendidikan kepangudiluhuran tergolong baik meskipun harus dikembangkan dan diperbaiki lagi pada aspek-aspek yang diteliti. Maka disarankan yayasan Pangudi Luhur lebih meningkatkan lagi materi, metode, sarana pendidikan kepangudiluhuran dan memperhatikan aspek yang masih kurang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
This undergraduate thesis entitled EVALUATION OF KEPANGUDILUHURAN EDUCATION IN PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA JUNIOR HIGH SCHOOL, PANGUDI LUHUR SEDAYU JUNIOR HIGH SCHOOL AND PANGUDI LUHUR MOYUDAN JUNIOR HIGH SCHOOL was chosen based on the writer’s interest to evaluate how far the knowledge and comprehension of the values of Kepangudiluhuran has been, and how the process education of Kepangudiluhuran has happened, and whether or not it could be accepted and followed by all students. Kepangudiluhuran is a local subject in Yayasan Pangudi Luhur Curriculum. This subject has been taught for five years it had to be evaluated.
The method employed in this research was descriptive method. The sample was taken using sampling purposive, that was the sample which was taken with certain consideration, the research is really want to know that the responden is wanted to fill the kuesioner and the person who was interview is the person who was consider to know about what is the research hope. The subjects of this research were the ninth grade students of three schools, Pangudi Luhur Moyudan Junior High School, Pangudi Luhur Sedayu Junior High School, and Pangudi Luhur Yogyakarta Junior High School. There are 163 questionnaires for the respondents and 5 people were interviewed.
The instrument used here was Likert Scale measurement. It was used to measure the respondents’ attitudes, opinions, and perceptions toward Kepangudiluhuran Education. The validity test had significance level of 0.05 N 163 people. From the total 40 items, 35 items were found valid and 5 items were not valid. Whereas the result of reliability test was Cronbach’s Alpha 0.982, which meant that the questions’ reliability of this research was very high.
The result showed that the mean of all aspects is 11.942. It meant that the subjects know, comprehend, and follow the process of Kepangudiluhuran Education. The result of the interview on knowledge and comprehension aspect supported the questionnaire data, whereas the result of the interview on the process did not support the questionnaires. However, the data as a whole showed that Kepangudiluhuran Education was classified as good, although it had to be fixed and improved in the aspects that were researched. Therefore, it is suggested for Yayasan Pangudi Luhur and their teachers to improve the materials, methods, means of teaching Kepangudiluhuran, and to pay attention on their poor aspects.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Mahakuasa atas
limpahan berkat dan kasihNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
EVALUASI PENDIDIKAN KEPANGUDILUHURAN DI SMP PANGUDI
LUHUR YOGYAKARTA, SMP PANGUDI LUHUR SEDAYU DAN SMP
PANGUDI LUHUR MOYUDAN. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada program studi Ilmu Pendidikan
Kekhususan Pendidikan Agama Katolik di Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Penulis memilih judul tersebut dengan harapan dapat memberi sumbangan
kepada Yayasan Pangudi Luhur guna peningkatan pelayanan kepada siswa-siswi.
Penulis menyadari akan rahmat Allah melalui dukungan, perhatian, kasih
dan kesetiaan dari banyak orang yang sangat berarti bagi penulis. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak FX. Dapiyanta, SFK, M.Pd., selaku dosen pembimbing utama yang
setia mendampingi, membimbing dan memotivasi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Bambang Hendarto Yuliwarsono, M. Hum., selaku dosen penguji II
dan sebagai dosen pembimbing akademik yang memberi semangat, dukungan
dalam menuelesaikan skripsi ini.
3. Rm. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ., selaku dosen penguji III yang telah berkenan
mendampingi, memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
4. Rm. Drs. FX. Heryatno Wono Wulung, SJ, M.Ed selaku Kaprodi IPPAK
Universitas Sanata Dharma, yang memberikan dukungan dan semangat dalam
penyelesaian skripsi ini.
5. Para Romo dan segenap staf dosen yang telah mendukung penulis selama
menjalani perkuliahan di IPPAK dengan pengetahuan, ketrampilan dan
spiritualitas sebagai seorang pewarta.
6. Seluruh karyawan Prodi IPPAK yang secara tidak langsung telah mendukung
dan memberi dorongan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Bruder Pemimpin Kongregasi FIC Provinsi Indonesi Dan Dewan Provinsi
yang telah mengutus penulis untuk menjalani perutusan di Prodi IPPAK
Universitas Sanata Dharma.
8. Para Bruder komunitas Sedayu dan Kidul Loji, para Suster PRR Magnifikat
Pringgolayan, Yogyakarta yang telah menyemangati penulis.
9. Para Guru, Staf dan karyawan, SMP PL Moyudan yang mendukung selama
proses penyelesaian skripsi ini.
10. Para kepala sekolah dan para guru SMP PL Yogyakarta, SMP PL Sedayu,
SMP PL Moyudan serta para siswa kelas IX yang meberikan kesempatan
untuk mengadakan penelitian skripsi ini.
11. Teman-teman angkatan 2011 yang selalu memotivasi penulis selama
menjalani studi di IPPAK dan penyelesaian skripsi ini.
12. Bapak-mama, serta seluruh keluarga besar yang selalu mendukung penulis
dengan doa, perhatian dan sapaan yang meneguhkan mulai dari penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………….
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………
MOTTO ………………………………………………………………….
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………...
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .....................................
ABSTRAK ……………………………………………………………….
ABSTRACT ……………………………………………………………….
KATA PENGANTAR …………………………………………………...
DAFTAR ISI ……………………………………………………………..
DAFTAR TABEL …….. ………………………………………………...
DAFTAR GRAFIK …………..…………………………………………..
DAFTAR SINGKATAN ...………………………………………………
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
x
xiii
xvii
xviii
xix
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………..
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………..
B. Identifikasi Masalah ……………………………………………
C. Batasan Masalah ………………………………………….........
D. Rumusan Masalah ……………………………………………...
E. Tujuan Penelitian ........................................................................
F. Manfaat Penelitian ……………………………………………..
G. Metode Penelitian ……………………………………………...
H. Sistematika Penelitian ………………………………………….
BAB II KAJIAN TEORITIK…………………………………………….
A. Evaluasi Pendidikan …………………………………………..
1. Pengertian Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi …………..
2. Penilaian Pendidikan ……………………………………..
3. Fungsi dan Tujuan Evaluasi Pembelajaran ………………..
1
1
9
9
10
10
11
11
11
13
13
13
14
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
a. Fungsi Evaluasi ………………………………………...
b. Tujuan Evaluasi ………………………………………...
4. Obiek dan Subiek Evaluasi ……………………………….
a. Obiek Evaluasi ………………………………………...
b. Subiek Evaluasi ………………………………………..
5. Alat-alat Evaluasi…………………………………………...
a. Teknik Non Tes ………………………………………..
b. Teknik Tes ……………………………………………..
B. Pendidikan Kepangudiluhuran ………………...........................
1. Pengertian Kepangudiluhuran ……………………………...
2. Tujuan Kepangudiluhuran …..……………………………..
3. Nilai-nilai Kepangudiluhuran ...............................................
a. Percaya kepada Tuhan ………………………………...
b. Rendah Hati ……………………………………………
c. Semangat dan Keteguhan Hati ……………….. ………
d. Kebijaksanaan dan Berpengetahuan …………………..
e. Sikap Bijaksana ………………………………………...
f. Sikap Saleh ……………………………………………..
g. Teladan Baik …………………………………………...
h. Lembut Hati ……………………………………………
i. Tabah Hati ……………………………………………...
j. Mencintai Para Bruder …………………………………
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………………………………..
A. Jenis Penelitian …………………………………………………
B. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………….
C. Populasi dan Sampel …………………………………………...
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ……………………..
1. Variabel Penelitian …………………………………………
2. Definisi Konseptual Variabel ………………………………
3. Definisi Operasional Variabel ……………………………...
4. Teknik Pengumpulan Data …………………………………
16
17
18
18
19
19
19
19
20
20
22
23
23
27
32
34
35
38
40
42
43
44
45
45
45
46
47
47
48
48
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
5. Instrumen Penelitian ……………………………………….
a. Kisi-kisi Instrumen ..........................................................
b. Pengembangan Instrumen ……………………………...
1). Uji Coba Terpakai …………………………………..
2). Uji Validitas Instrumen …………………………….
3). Uji Reliabilitas Instrumen ………………………….
E. Teknik Analisis Data …………………………………………...
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………...
A. Hasil Penelitian ………………………………………………...
1. Deskripsi Data Evaluasi Pendidikan Kepangudiluhuran ….
a. Deskripsi Data Keseluruhan Evaluasi Pendidikan Kepangudiluhuran ……………………………………..
b. Deskripsi Aspek Pengetahuan …………………………
c. Deskripsi Aspek Penghayatan …………………………
d. Deskripsi Aspek Proses ………………………………..
2. Hasil Wawancara …………………………………………..
a. Aspek Pengetahuan …………………………………….
b. Aspek Penghayatan …………………………………….
c. Aspek Proses …………………………………………...
B. Pembahasan Hasil Penelitian …………………………………..
1. Pembahasan Hasil Penelitian Evaluasi Pendidikan Kepangudiluhuran Berdasarkan Data Keseluruhan ……….
2. Pembahasan Hasil Penelitian Evaluasi Pendidikan Kepangudiluhuran Berdasarkan Data Setiap Aspek ……...
a. Aspek Pengetahuan …………………………………….
b. Aspek Penghayatan …………………………………….
c. Aspek Proses …………………………………………...
C. Refleksi Kateketis ……………………………………………...
D. Keterbatasan Penelitian ………………………………………..
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………
A. Kesimpulan …………………………………………………….
B. Saran …………………………………………………………...
49
50
54
54
55
58
59
64
64
64
64
67
70
72
75
75
76
76
77
77
78
78
80
81
83
89
91
91
92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………
LAMPIRAN
Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian …………………………………..
Lampiran 2: Surat Keterangan Selesai Penelitian …………………
Lampiran 3: Contoh Kuesioner ……………………………………
Lampiran 4: Contoh Jawaban Responden …………………………
Lampiran 5: Instrumen Wawancara ……………………………….
Lampiran 6: Hasil Wawancara …………………………………….
Lampiran 7: Uji Validitas Aspek Pengetahuan ……………………
Lampiran 8: Uji Validitas Aspek Penghayatan dan Proses ………..
93
(1)
(2)
(3)
(7)
(11)
(12)
(14)
(15)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Skor Alternatif Jawaban Variabel Pendidikan
Kepangudiluhuran ……………………………………...
Kisi-kisi Instrumen Evaluasi Pendidikan
Kepangudiluhuran ……………………………………...
Kisi-kisi Instrumen Proses Pendidikan
Kepangudiluhuran ……………………………………...
Kisi-kisi Instrumen Wawancara ………………………...
Keterangan Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas dengan
Taraf Signifikansi……………………………………….
Rumus uji validitas dengan teknik korelasi Product
Moment………………………………………………….
Rumus uji reliabilitas dengan teknik formula Alpha……
Reliability Statistics ………………………………………….
Rumus Penentuan Kriteria………………………………
Statistik Nilai Keseluruhan……………………………...
Kualifikasi Nilai Keseluruhan Evaluasi Pendidikan
Kepangudiluhuran……………………………………….
Statistik Aspek Pengetahuan……………………………
Kualifikasi Data Aspek Pengetahuan……………………
Statistik Aspek Penghayatan…………………………….
Kualifikasi Data Aspek Penghayatan……………………
49
50
52
54
55
57
58
59
61
65
66
67
68
70
71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
Tabel
Tabel
4.7
4.8
:
:
Statistik Aspek Proses…………………………………...
Kualifikasi Data Aspek Proses…………………………..
72
73
DAFTAR GRAFIK
Grafik
Grafik
Grafik
Grafikk
4.1
4.2
4.3
4.4
:
:
:
:
Frekuensi Nilai Keseluruhan Evaluasi Pendidikan
Kepangudiluhuran ……………………………………..
Frekuensi Data Aspek Pengetahuan……………………
Frekuensi Data Aspek Penghayatan……………………
Frekuensi Data Aspek Proses ………………………….
66
69
71
74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Teks Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab
Indonesia.
Fil : Filipi
Gal : Galatia
Luk : Lukas
Mrk : Markus
Rom : Roma
Yoh : Yohanes
B. Singkatan Lain
Art : Artikel
Br : Bruder
FIC : Fratres Immaculatae Conceptionis Beatae Mariae Virginis
(Kongregasi Para Bruder Santa Perawan Yang Dikandung Tak
Bernoda)
Konst : Konstitusi
N : Jumlah Responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Undang-undang Pendidikan Nomor 20 Tahun 2003, tujuan
pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia yang seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekeri luhur, memiliki pengetahuan
dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri serat rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Pada intinya
pendidikan itu bertujuan untuk membentuk karakter seseorang yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan yang mahaesa.
Berdasarkan tujuan pendidikan nasional maka pendidikan yang
sesungguhnya adalah suatu usaha pembinaan pribadi manusia untuk mencapai
tujuan akhirnya (perilaku hubungan dengan Tuhan dan diri sendiri) dan sekaligus
untuk kepentingan masyarakat (perilaku hubungan dengan diri sendiri, keluarga,
masyarakat dan alam sekitarnya). Pendidikan membentuk orang untuk
menemukan nilai-nilai yang menjadi bekal bagi kelangsungan hidup seseorang
dalam dalam masyarakat. Secara singkat dikatakan bahwa pendidikan nilai adalah
suatu proses di mana seseorang menemukan maknanya sebagai pribadi pada saat
di mana nilai-nilai tertentu memberikan arti pada jalan hidupnya. Proses ini
menyangkut “perjalanan menuju ke kedalaman diri sendiri”, menyentuh bagian-
bagian terdalam diri manusia, seperti daya refleksi, introspeksi, analisa dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
kemampuan menemukan diri sendiri dan betapa besar harga dirinya. Pendidikan
nilai menyangkut ranah daya cipta, rasa dan karsa, menyentuh seluruh
pengalaman seseorang ( Handoko, Riyanto, 2004: 23).
Pendekatan pembelajaran humanis memandang manusia sebagai subiek
yang bebas merdeka untuk menentukan arah hidupnya. Manusia
bertanggungjawab penuh atas hidupnya sendiri dan juga atas hidup orang lain.
Pendekatan yang lebih tepat digunakan dalam pembelajaran yang humanis adalah
pendekatan dialogis, reflektif, dan ekspresif. Pendekatan dialogis mengajak
peserta didik untuk berpikir bersama secara kritis dan kreatif. Pendidik tidak
bertindak sebagai guru melainkan fasilitator dan partner dialog. Pendekatan
reflektif mengajak peserta didik untuk berdialog dengan dirinya sendiri,
sedangkan pendekatan ekspresif mengajak peserta didik untuk mengekspresikan
diri dengan segala potensinya (realisasi dan aktualisasi diri). Dengan demikian
pendidikan tidak mengambil alih tanggung jawab, melainkan membantu dan
mendampingi peserta didik dalam proses perkembangan diri, penentuan sikap dan
pemilihan nilai-nilai yang akan diperjuangkannya.
Menanggapi tujuan dan makna dari nilai-nilai pendidikan tersebut di atas,
yayasan Pangudi Luhur mencanangkan sebuah rancangan pendidikan yang bukan
hanya menekankan pada perkembangan intelektual melainkan juga pembentukan
karakter dan budi pekerti peserta didik. Untuk mewujudkannya yayasan Pangudi
Luhur menambahkan pelajaran khas yayasan yaitu pelajaran Pendidikan
Kepangudiluhuran. Sering terdengar bahwa pendidikan dan proses pemilikan nilai
ternyata tak diperhitungkan di dalam kurikulum sekolah. Meskipun begitu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
menurut Darminta, (2006:24) kenyataannya pembatinan nilai-nilai tetap terjadi
lewat sekolah, asrama, dan masyarakat, disadari atau tidak.
Pangudi Luhur merupakan sebuah yayasan yang berada di bawah naungan
kongregasi FIC dengan berfokus pada pendidikan dan pembinaan kaum muda.
Pendidikan menjadi karya kerasulan yang utama, di samping juga ada karya
sosial. Melalui karya-karya tersebut, Kongregasi FIC mengabdikan diri sebagai
tarekat aktif atau tarekat yang merasul. Karya kerasulan bidang pendidikan dan
sosial merupakan karya yang diwariskan oleh pendiri FIC yaitu Mgr. Ludovicus
Rutten dan sesama pendiri Bruder Bernardus Hoecken (bdk. Konstitusi FIC art. 7
dan 8).
Pendiri FIC meminta para anggotanya untuk menjaga warisan kongregasi.
Warisan tersebut merupakan kharisma yang dianugerahkan Allah. Meskipun
demikian para anggotanya juga diminta untuk tetap terbuka terhadap tanda-tanda
zaman dan terhadap Roh yang berhembus ke arah yang dikehendakinya. (bdk.
Konstitusi FIC, bagian Refleksi Dasar). Sehubungan dengan itu, tarekat FIC
dengan memperhatikan Refleksi Dasar tersebut, tetap mempunyai komitmen
terhadap warisan yang telah ada. Artinya sampai sekarang Tarekat mengutamakan
karya kerasulannya di bidang pendidikan dan pembinaan kristiani.
Pendidikan kepangudiluhuran adalah salah satu mata pelajaran muatan
lokal. Semua sekolah di bawah naungan Yayasan Pangudi Luhur wajib
menerapkan pelajaran Kepangudiluhuran. Adapun tujuan pendidikan
kepangudiluhuran tersebut adalah untuk menumbuhkan sikap batin peserta didik
agar mampu melihat kebaikan Tuhan dalam diri sendiri, sesama, dan lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
hidupnya, serta memiliki kepedulian sosial dalam hidup bermasyarakat.
Pembelajaran Kepangudiluhuran juga bertujuan untuk membantu peserta didik
menemukan dan mewujudkan nilai-nilai universal yang diperjuangkan semua
orang beriman. Tujuan ini merujuk dari materi pembelajaran Kepangudiluhuran.
Proses pelaksanaan pendidikan kepangudiluhuran di SMP Pangudi Luhur
Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu, dan SMP Pangudi Luhur Moyudan
dilaksanakan dengan sistem klasikal seperti bidang studi lainnya; karena
pendidikan kepangudiluhuran dikemas dalam bentuk pelajaran di kelas yang
setara dengan Muatan Lokal. Perbedaan dengan bidang studi lainnya adalah
penekanannya di mana kepangudiluhuran lebih pada pembentukan iman dan
karakter peserta didik. Bila melihat perbedaannya dengan bidang studi lain, maka
penulis melihat bahwa sistem klasikal tidak begitu efektif dalam proses
pendidikan kepangudiluhuran. Perlu dicari metode dan terobosan baru agar proses
pendidikan kepangudiluhuran lebih efektif. Metode yang dapat diterapkan adalah
rekoleksi dan outbound. Materi yang sama diberikan dengan metode yang tepat
akan memberikan dampak yang baik bagi pembentukan karakter anak didik.
Materi kepangudiluhuran yang disampaikan berkaitan dengan sepuluh
keutamaan yang diwariskan oleh para pendiri kongregasi FIC sebagai
penyelenggara Yayasan Pangudi Luhur. Sepuluh Keutamaan yang disampaikan
kepada peserta didik meliputi: Rendah Hati, Teladan Baik, Mencintai Para Bruder,
Saleh, Sikap Bijaksana, Lembut Hati, Tabah Hati, Kebijaksanaan dan
Berpengetahuan, Semangat dan Keteguhan Hati, Percaya kepada Tuhan (Humbelt,
1994). Keutamaan-keutamaan tersebut dijabarkan dalam materi yang dikemas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
sesuai dengan tingkat pendidikan sehingga dapat diterima dan dipahami oleh
siswa/i. Dengan demikian, diharapkan para siswa mampu menginternalisasikan
dalam diri sebagai sikap hidupnya, terutama pembentukan karakter pribadi
sebagai manusia yang utuh, beriman dan bertakwa kepada Tuhan serta mencintai
sesama dalam hidup sehari-hari.
Harapan ini tertuang dalam Profil ”outcome” Yayasan Pangudi Luhur”
(Riyanto, 2004: 24), yakni; menjadi manusia merdeka, manusia yang berpribadi
utuh, manusia yang berpikir otentik dan bertindak aktif-positif, manusia yang
tangguh iman dan moralnya serta manusia yang sadar dan mampu membangun
hidup bersama.
Lulusan pendidikan Yayasan Pangudi Luhur mestinya menjadi manusia-
manusia yang merdeka dalam arti manusia yang merdeka baik secara fisik, mental
maupun secara rohani, yang pada akhirnya mengembangkan rasa merdeka dan
independen dalam hidupnya baik secara pribadi maupun dalam hidup sosialnya.
Manusia merdeka yang dimaksudkan adalah orang yang merdeka dalam
mengarungi hidup tanpa “disiksa” oleh banyaknya keinginan, bebas dari
perbudakan hawa nafsu, jujur dan iklas serta bebas dari kebohongan atau dusta.
Hidup manusia merdeka hanya bergantung pada Allah sumber segala kebebasan
manusia yang menggenggam segala kebutuhan manusia.
Pangudi luhur hendaknya tidak hanya menekankan perkembangan
intelektual atau nilai ujian akhir, tetapi juga memperhatikan perkembangan
pribadi secara lebih utuh. Manusia yang berkepribadian utuh adalah manusia yang
memiliki sifat kodrat, hakikat dan memiliki cipta, karya dan karsa. Manusia utuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
mampu menggunakan semua potensi dalam dirinya demi kesejahteraan diri
sendiri dan orang lain.
Sebagai bagian dari keutuhan manusia, ia juga harus mampu
mempergunakan pikirannya secara otentik dan bertindak secara lebih aktif-positif.
Berpikir otentik dan bertindak aktif berarti siswa perlu memiliki sikap dan
ketrampilan untuk mengakses informasi sekaligus mampu mengkaji dan
menyeleksi informasi yang berguna dalam proses pembelajaran dan
kehidupannya.
Dewasa ini banyak terjadi perubahan nilai-nilai dan benturan nilai-nilai.
Siswa hendaknya selalu di “tune in” kan pada nilai keutamaan dan universal.
Mereka perlu dilatih dan dibina untuk menjadi pribadi yang berbudi luhur serta
beriman yang tangguh, sekaligus menghargai dan menghormati keyakinan dan
perbedaan. Mereka memiliki integritas moral yang tinggi sehingga dapat menjadi
teladan dan penggerak budaya “berhati nurani”. Berkat ketangguhan iman dan
moral akan mempengaruhi kepribadian siswa Pangudi Luhur sampai mengalami
dan menyadari hidup bersama yang penuh persaudaraan, keramahan dan
keakraban, sekaligus disertai jiwa kemandirian dan kebebasan yang bertanggung
jawab untuk membentuk jiwa kewirausahaan yang tangguh.
Sejauh pengamatan penulis di beberapa SMP Pangudi Luhur di
Yogyakarta, pembelajaran Kepangudiluhuran terlaksana berdasarkan program
pembelajaran yang disusun oleh Tim Penulis buku Kepangudiluhuran. Model
pembelajaran kepangudiluhuran bersifat pendampingan iman yang diawali dengan
doa, pengantar singkat, inspirasi iman yang bersumber dari Kitab Suci atau dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
keteladanan hidup pendiri Kongregasi FIC, dan dilanjutkan dengan pendalaman
iman dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan reflektif. Selanjutnya siswa diajak
untuk membagikan hasil refleksinya dalam bentuk sharing bersama. Pada akhir
kegiatan guru membuat kesimpulan dan mengajak siswa untuk membuat aksi
nyata sebagai tanggapan atas materi pembelajaran yang bersangkutan. Kegiatan
ini dilaksanakan sebagai kegiatan rutinitas pada proses pembelajaran
kepangudiluhuran di kelas.
Komite sekolah dan orang tua siswa turut memberikan tanggapan positif
terhadap pelaksanaan pendidikan kepangudiluhuran di sekolah-sekolah yayasan
Pangudi Luhur dengan melihat kualitas lulusan yang mempunyai kompetensi
bukan hanya dalam hal intelektual, tetapi juga kepribadian yang utuh dan
seimbang. Pembentukan kepribadian siswa yang utuh dan seimbang menjadi
sangat penting sehingga dalam pendidikan kepangudiluhuran perlu ada usaha
peningkatan mutu dan kualitas melalui evaluasi pendidikan kepangudiluhuran
secara keseluruhan.
Dari fakta di lapangan yang penulis amati di SMP Pangudi Luhur
Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu, dan SMP Pangudi Luhur Moyudan
tanggapan siswa-siswi terhadap pelajaran kepangudiluhuran belum maksimal.
Bahkan sebagian besar siswa-siswi kurang bersemangat mengikuti pelajaran
kepangudiluhuran. Beberapa hal yang menjadi penyebab adalah: karena proses
pembelajaran yang monoton sehingga kurang menyentuh hati siswa-siswi. Di
samping itu kemasan materi kepangudiluhuran sudah tercakup dalam mata
pelajaran pendidikan agama dan budi pekerti yang kesannya hanya mengulang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
pelajaran yang sama. Muncul kesan siswa-siswii bahwa pelajaran
kepangudiluhuran hanya mengulang pelajaran pendidikan agama meskipun ada
sedikit perbedaan karena kepangudiluhuran lebih mengarah kepada pengetahuan
dan spritualitas.
Beberapa alasan tersebut di atas menjadi alasan yang masuk akal apabila
sebagian dari siswa-siswi menjadi bosan dan kurang berminat terhadap pelajaran
kepengudiluhuran di samping alokasi yang disediakan dalam satu minggu hanya
satu jam pelajaran dengan durasi 35 menit. Kapasitas waktu 35 menit tentu saja
tidak cukup bila dibandingkan dengan isi materi kepangudiluhuran. Kapasitas
waktu yang terbatas mempengaruhi proses pelajaran yang tidak utuh.
Di sisi lain, siswa-siswi mengharapkan agar pendidikan kepangudiluhuran
semestinya diampu oleh seorang biarawan (Bruder) yang mempunyai wawasan
dan spiritualitas mendalam tentang kepangudiluhuran. Namun meskipun
pendidikan kepengudiluhuran diampu oleh guru, (awam) guru tersebut diberi
pembekalan secara khusus baik dalam hal wawasan tentang kepangudiluhuran dan
juga spiritualitas kongregasi FIC. Fakta yang terjadi adalah guru yang dipercaya
untuk mengampu pelajaran kepangudiluhuran tidak memiliki wawasan
spiritualitas kongregasi FIC. Dengan demikian baik guru maupun siswa belum
memahami dengan sungguh makna terdalam dari kepangudiluhuran yang
sesungguhnya sehingga hasilnya juga belum maksimal.
Berdasarkan pemaparan tersebut di atas, sangat jelas persoalan yang
menjadi fokus dari penelitian penulisan ini adalah mengenai proses pembelajaran
kepangudiluhuran terutama di tiga (3) SMP Pangudi Luhur yang ada di daerah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Yogyakarta. Penulis akan mengadakan penelitian dan evaluasi terhadap proses
pelajaran kepangudiluhuran dengan judul “EVALUASI PENDIDIKAN
KEPANGUDILUHURAN DI SMP PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA,
SMP PANGUDI LUHUR SEDAYU DAN SMP PANGUDI LUHUR
MOYUDAN”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan permasalahan yang penulis uraikan dalam latar belakang
penulisan skripsi ini, maka dapat diindentifikasi sebagai berikut:
1. Apa itu pendidikan kepangudiluhuran?
2. Apa isi materi pendidikan kepangudiluhuran?
3. Bagaimana proses pendidikan kepangudiluhuran di SMP Pangudi Luhur
Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu dan SMP Pangudi Luhur Moyudan?
4. Bagaimana model pendampingan guru dalam menyampaikan materi
pendidikan kepangudiluhuran?
5. Bagaimana tanggapan siswa terhadap materi pendidikan kepangudiluhuran?
6. Bagaimana respon orang tua dan komite sekolah terhadap pendidikan
kepangudiluhuran?
C. Batasan Masalah
Berdasarkan masalah-masalah yang teridentifikasi di atas, maka secara
khusus penulis dalam penelitian ini, penulis membatasi pada masalah Evaluasi
pendidikan kepangudiluhuran yang dicanangkan oleh yayasan Pangudi Luhur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
dalam proses pendidikan, khususnya di SMP PL Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur
Sedayu dan SMP Pangudi Luhur Moyudan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan di atas, permasalahan yang akan dibahas
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pendidikan kepangudiluhuran di SMP Pangudi Luhur
Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu dan SMP Pangudi Luhur Moyudan.
2. Bagaimana hasil pendidikan kepangudiluhuran, baik aspek pengetahuan
maupun aspek penghayatan yaitu menjadi manusia merdeka, manusia yang
berpribadi utuh, tangguh iman dan moralnya serta manusia yang sadar dan
mampu membangun hidup bersama.
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui proses pendidikan kepangudiluhuran di SMP Pangudi
Luhur Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu dan SMP Pangudi Luhur
Moyudan.
2. Untuk mengukur pengetahuan siswa-siswi tentang nilai-nilai
kepangudiluhuran dan penghayatan siswa-siswi tentang nilai-nilai
kepangudiluhuran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi pengembangan Yayasan Pengudi Luhur, penelitian diharapkan memberi
data yang pasti tentang pengetahuan siswa-siswi SMP Pangudi Luhur terhadap
pendidikan kepangudiluhuran. Data tersebut diharapkan menjadi dasar untuk
pengembangan program kepangudiluhuran.
2. Bagi pengembangan ilmu pendidikan di SMP Pangudi Luhur Yogyakarta,
SMP Pangudi Luhur Sedayu dan SMP Pangudi Luhur Moyudan, di harapkan
penelitian ini memberikan data perihal penghayatan nilai-nilai
kepangudiluhuran siswa-siswi dalam kehidupan sehari-hari.
3. Secara aplikatif, penelitian ini diharapkan memberikan gambaran bagi sekolah
yang menaung di bawah Yayasan Pangudi Luhur, serta sekolah katolik lainnya
untuk meningkatkan penerapan sebagai ciri sekolah katolik melalui
pendidikan kepangudiluhuran.
G. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskripsi anilitis dengan dukungan
data kuantitatif.
H. Sistematika penulisan
BAB I : pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, metode penelitian dan sistematika penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
BAB II : berisi kajian pustaka yang akan menguraikan dua bagian pokok
yakni: bagian pertama akan membahas mengenai evaluasi pendidikan yang
mencakup pengertian pengukuran, penilaian dan evaluasi, tujuan evaluasi, obyek
dan subyek evaluasi dan alat-alat evaluasi. Bagian kedua menguraikan tentang
pendidikan kepangudiluhuran yang mencakup pengertian, tujuan pendidikan
kepangudiluhuran, dan nilai-nilai kepangudiluhuran.
BAB III : membahas mengenai metodologi penelitian yakni jenis
penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik
dan instrumen pengumpulan data dan teknik analisis data.
BAB IV : membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi, hasil
penelitian berdasarkan kuesioner, wawancara, dan temuan khusus melalui studi
dokumen, temuan umum melalui studi dokumen, pembahasan hasil penelitian,
refleksi kateketis dan keterbatasan penelitian.
BAB V : merupakan bagian penutup penulisan skripsi mengenai
kesimpulan dan saran yang berguna bagi berbagai pihak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
BAB II
KAJIAN TEORITIK
Dalam bab ini, penulis akan memaparkan teori-teori yang mendukung
penelitian yaitu Evaluasi Pendidikan (A), yang meliputi pengertian evaluasi,
fungsi tujuan evaluasi pembelajaran, obyek dan subyek evaluasi dan alat-alat
evaluasi. Pendidikan Kepangudiluhuran (B), yang meliputi pengertian
kepangudiluhuran, tujuan kepangudiluhuran, nilai-nilai Kepangudiluhuran.
A. Evaluasi Pendidikan
1. Pengertian Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, evaluasi berarti penilaian
(KBBI, 1996:272). Sedangkan Evaluasi menurut Suharsimi Arikunto (1997: 1)
adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang
selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat
dalam mengambil keputusan. Evaluasi adalah proses untuk mengukur kadar
pencapaian tujuan. Ia lebih lanjut menjelaskan bahwa evaluasi yang bersinonim
dengan penilaian tidak sama konsepnya dengan pengukuran dan tes meskipun
ketiga konsep ini sering didapatkan ketika masalah evaluasi pendidikan
dibicarakan. Dikatakannya bahwa penilaian berkaitan dengan aspek kuantitatif
dan kualitatif, pengukuran berkaitan dengan aspek kuantitatif, sedangkan tes
hanya merupakan salah satu instrumen penilaian. Meskipun berbeda, ketiga
konsep ini merupakan satu kesatuan dan saling memerlukan. Pengukuran adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
proses penentuan kuantitas suatu objek dengan memebandingkan antara alat ukur
dengan objek yang diukur.
Penilaian adalah proses penentuan kualitas suatu objek dengan
membandingkan antara hasil-hasil ukur dengan standart tertentu. Tes adalah alat
pengumpulan data yang dirancang khusus. Yang membedakannya dengan
evaluasi adalah bahwa evaluasi mencakup aspek kualitatif dan aspek kuanitatif.
Dengan demikian, evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana
untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan
hasilnya dibandingkan dengan suatu tolok ukur untuk memperoleh suatu
kesimpulan. Fungsi utama evaluasi adalah menelaah suatu objek atau keadaan
untuk mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan
keputusan.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi
pembelajaran adalah proses mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi
informasi secara sistematik untuk menetapkan sejauh mana ketercapaian tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
2. Penilaian Pendidikan
Penilaian pendidikan menurut Suharsimi Arikunto (1997: 3) adalah
kegiatan menilai yang terjadi dalam kegiatan pendidikan. Guru ataupun pengelola
pengajaran mengadakan penilaian dengan maksud melihat apakah usaha yang
dilakukan melampaui pengajaran sudah mencapai tujuan. Apabila sekolah
diumpamakan sebagai tempat mengolah sesuatu dan calon siswa diumpamakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
sebagai bahan mentah maka lulusan dari sekolah itu dapat disamakan dengan hasil
olahan yang sudah siap digunakan. Dalam istilah inovasi yang menggunakan
teknologi maka tempat pengolah ini disebut transformasi. Jika digambarkan
dalam bentuk diagram akan terlihat sebagai berikut:
1) Input
Input adalah bahan mentah yang dimasukkan ke dalam transformasi. Dalam
dunia sekolah maka yang dimaksud dengan bahan mentah adalah calon siswa
yang baru akan memasuki sekolah. Sebelum memasuki suatu tingkat sekolah
(institusi), calon siswa itu dinilai dulu kemampuannya. Dengan penilaian itu
ingin diketahui apakah kelak ia akan mampu mengikuti pelajaran dan
melaksanakan tugas-tugas yang akan diberikan kepadanya.
2) Output
Output adalah bahan jadi yang dihasilkan oleh transformasi. Yang dimaksud
dalam hal ini adalah siswa lulusan sekolah yang bersangkutan. Untuk dapat
menentukan apakah seorang siswa berhak lulus atau tidak, perlu diadakan
kegiatan penilaian.
3) Transformasi
Transformasi adalah mesin yang bertugas mengubah bahan mentah menjadi
bahan jadi. Dalam dunia sekolah, sekolah itulah yang dimaksud dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
transformasi. Sekolah itu sendiri terdiri dari beberapa mesin yang
menyebabkan berhasil atau gagalnya sebagai transformasi. Bahan jadi yang
diharapkan, yang dalam hal ini siswa lulusan sekolah ditentukan oleh
beberapa faktor sebagai akibat bekerjanya unsur-unsur yang ada.
Unsur-unsur transformasi sekolah tersebut antara lain:
1) Guru dan personal lainnya
2) Bahan pelajaran
3) Metode mengajar dan sistem evaluasi
4) Sarana penunjang
5) Sistem administrasi.
Umpan balik (feed back) adalah segala informasi baik yang menyangkut
output maupun transformasi. Umpan balik ini diperlukan untuk memperbaiki
input maupun transformasi.
3. Fungsi dan Tujuan Evaluasi Pembelajaran
a. Fungsi evaluasi
Fungsi evaluasi pembelajaran menurut Sugiyono (2006: 12) sangat
diperlukan dalam pendidikan antara lain untuk memberi informasi. Imformasi-
informasi yang diperoleh dapat digunakan untuk:
1) Memberikan landasan untuk menilai hasil usaha (prestasi) yang telah dicapai
oleh peserta didiknya.
2) Memberikan informasi yang sangat berguna untuk mengetahui posisi peserta
didik dalam kelompoknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
3) Memberikan bahan yang penting untuk memilih dan kemudian menetapkan
status peserta didik.
4) Memberikan pedoman untuk mencari dan menemukan jalan keluar bagi
peserta didik yang memang memerlukannya.
5) Memberikan petunjuk tentang sejauh manakah program pengajaran yang telah
ditentukan telah dapat dicapai.
6) Membuat kebijaksanaan dan keputusan.
7) Menilai hasil yang dicapai para pelajar.
8) Menilai kurikulum.
9) Memperbaiki materi dan program pendidikan.
b. Tujuan evaluasi
Tujuan umum evaluasi pembelajaran adalah untuk menghimpun bahan-
bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf
perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta didik setelah
mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu, mengetahui
tingkat efektivitas dari metode-metode pembelajaran yang telah dipergunakan
dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu. Serta menghimpun
informasi yang dijadikan dasar untuk mengetahui taraf kemajuan, taraf
perkembangan, atau taraf pencapaian kegiatan belajar siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
c. Tujuan khusus evaluasi pembelajaran adalah :
1) Untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program
pendidikan
2) Untuk mencari dan menemukan faktor penyebab keberhasilan dan
ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan
sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara perbaikannya.
3) Mengetahui kemajuan belajar siswa
4) Mengetahui potensi yang dimiliki siswa
5) Mengetahui hasil belajar siswa
6) Mengadakan seleksi
7) Mengetahui kelemahan atau kesulitan belajar siswa
8) Memberi bantuan dalam pengelompokan siswa
9) Memberikan bantuan dalam pemilihan jurursan
10) Memberikan bantuan dalam kegiatan belajar siswa
11) Memberikan motivasi belajar
12) Mengetahui efektifitas mengajar guru
13) Mengetahui efisiensi mengajar guru
14) Memberikan data untuk penelitian dan pengembangan pembelajaran
4. Obiek dan Subiek Evaluasi
a. Obiek Evaluasi
Obiek atau sasaran penilaian menurut Suharsimi Arikunto (1997: 18)
adalah segala sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan karena penilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
menginginkan informasi tentang sesuatu tersebut. Dalam penulisan ini proses dan
hasil pendidikan kepangudiluhuran yang diukur.
b. Subiek Evaluasi
Subiek evaluasi dalam penulisan ini adalah siswa kelas IX SMP Pangudi
Luhur Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu dan SMP Pangudi Luhur
Moyudan.
5. Alat-alat Evaluasi
a. Teknik Non Tes
Yang tergolong teknik non tes adalah:
1) Skala bertingkat (rating scale)
2) Kuesioner (questionair)
3) Daftar cocok (check-list)
4) Wawancara (interview)
5) Pengamatan (observation)
6) Riwayat hidup
b. Teknik Tes
Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan obyektif untuk
memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang
seseorang dengan cara yang boleh dikatakan cepat dan tepat. Dalam bukunya
Muchtar Bukhori mengatakan: “tes ialah suatu percobaan yang diadakan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seseorang murid
atau kelompok murid”.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik non tes. Teknik non tes
yang dipilih yaitu:
1) Kuesioner (questionair) tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan
menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga pengisi hanya tinggal
memberi tanda pada jawaban yang dipilih (Suharsimi Arikunto, 1997: 25).
2) Wawancara (interview). Wawancara atau intervieu adalah suatu metode atau
cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan
jalan Tanya jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini
responden diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan.
Pertanyaan hanya diajukan oleh subiek evaluasi (Suharsimi Arikunto, 1997:
27). Wawancara dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
wawancara bebas, dimana responden mempunyai kebebasan untuk
mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah
dibuat oleh subyek evaluasi.
B. Pendidikan Kepangudiluhuran
1. Pengertian Kepangudiluhuran
Kepangudiluhuran asal kata dari pangudi luhur. Pangudi, artinya suatu
usaha atau ikhtiar untuk mencapai sesuatu. Luhur, artinya mulia atau luhur.
Pendidikan kepangudiluhuran selalu menjunjung ajaran-ajaran luhur yang
berdasarkan Pancasila, selalu bersemangat menuntut ilmu dan berkembang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
menjadi pribadi yang berkualitas tinggi, cerdas, berwatak dan berbudi pekerti,
sehat jasmani serta rohani, dan memiliki cinta kasih dengan dijiwai semangat
dasar Yesus Kristus.
Pendidikan kepangudiluhuran adalah pendidikan nilai-nilai yang
diwariskan oleh para pendiri kongregasi FIC dan sebagai cikal bakal Yayasan
Pangudi Luhur. Wahana (2004:51) mengutip pendapat Max Scheler, nilai
merupakan kualitas yang tidak tergantung pada pembawanya, merupakan kualitas
apriori (yang telah dapat dirasakan manusia tanpa melalui pengalaman indrawi
terlebih dahulu). Tidak tergantungnya kualitas tersebut tidak hanya pada objek
yang ada di dunia ini (misalnya lukisan, patung, tindakan manusia, dan
sebagainya), melainkan juga tidak tergantung pada reaksi kita terhadap kualitas
tersebut. “Meskipun pembunuh tidak pernah dinyatakan sebagai jahat, namun
akan tetap sebagai jahat. Dan meskipun „yang baik‟ tidak pernah dimengerti
sebagai baik, namun tetap merupakan yang baik”.
Nilai merupakan kualitas yang tidak tergantung dan tidak berubah seiring
dengan perubahan barang. Tidak tergantungnya nilai mengandung arti juga bahwa
nilai tidak dapat berubah. Nilai bersifat absolut, tidak dipersyaratakan oleh suatu
tindakan, tidak memandang keberadaan alamiahnya, baik historis, sosial, biologis
ataupun individu murni. Hanya pengetahuan kita tentang nilai bersifat relatif,
sedangkan nilai itu sendiri tidak relatif.
Peranan nilai bagi manusia; nilai memiliki peranan sebgai daya tarik serta
dasar bagi tindakan manusia, serta mendorong manusia untuk mewujudkan nilai-
nilai yang ditemukannya dalam tindakan-tindakannya. Nilai memilki peranan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
sebagai pendorong dan pengarah bagi pembentukan diri manusia melalui
tindakan-tindaknnya.
Menurut Darminta (2006:24) nilai berarti sesuatu yang penting dan
berharga, di mana orang rela menderita, mengorbankan yang lain, membela, dan
bahkan rela mati demi nilai tersebut. nilai memberi arti atau tujuan dan arah
hidup. Nilai menyediakan motivasi-motivasi. Nilai memberikan arah perjalanan,
seperti rel kereta api, agar tidak lepas dari jalur perjalanan.
Nilai-nilai bergerak berlandaskan tiga tempat pijakan. Pertama, nilai-nilai
bergerak di kepala. Di situ orang bisa menangkap bahwa sesuatu layak dan
dengan demikian, secara intelektual yakin atas layak dan pentingnya sesuatu itu.
Kedua, nilai-nilai perlu mendarat di hati. Orang sendiri tidak hanya menangkap
bahwa sesuatu layak dan penting untuk dimiliki, tetapi hati perlu juga dikenai dan
dipengaruhi oleh nilai-nilai. Di mana hartamu berada di situ hatimu berada (Luk
12:34). Ketiga, nilai harus mendarat di tangan. Jika seluruh pribadi terlibat pada
nilai yang diyakini, otak dan hati, maka nilai akan mengantar orang pada
keputusan dan tindakan. Dengan demikian, nilai-nilai penggerak utama dalam
hidup kita karena nilai memberi kepastian arah untuk bertindak. Singkatnya, nilai
tidak hanya sesuatu yang kita percayai, tetapi juga kenyataan yang kita pilih dan
kemudian kita laksanakan.
2. Tujuan Kepangudiluhuran
Pendidikan yang benar adalah suatu usaha pembinaan pribadi manusia
untuk mencapai tujuan akhirnya (perilaku hubungan dengan Tuhan dan diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
sendiri) dan sekaligus untuk kepentingan masyarakat (perilaku hubungan dengan
diri sendiri, keluarga, masyarakat dan alam sekitarnya). Secara singkat dikatakan
bahwa pendidikan nilai adalah suatu proses di mana seseorang menemukan
maknanya sebagai pribadi pada saat di mana nilai-nilai tertentu memberikan arti
pada jalan hidupnya. Proses ini menyangkut “perjalanan menuju ke kedalaman
diri sendiri”, menyentuh bagian-bagian terdalam diri manusia, seperti daya
refleksi, introspeksi, analisa dan kemampuan menemukan diri sendiri dan betapa
besar harga dirinya. Pendidikan nilai menyangkut ranah daya cipta, rasa, dan
karsa, menyentuh seluruh pengalaman seseorang. Theo (2004) dalam bukunya
yang berjudul: “Idealisme dan Praksis Pendidikan Pangudi Luhur” menguraikan
tujuan Kepangudiluhuran sebagai berikut:
a. Menumbuhkan sikap batin peserta didik agar mampu melihat kebaikan Tuhan
dalam diri sendiri, sesama dan lingkungan hidupnya, sehingga mereka
memiliki kepedulian sosial dalam hidup bermasyarakat.
b. Membantu peserta didik menemukan dan mewujudkan nilai-nilai yang
diperjuangkan semua orang beriman.
3. Nilai-nilai Kepangudiluhuran
a. Percaya kepada Tuhan
1) Iman yang Menyelamatkan
Dalam kehidupan sehari-hari makna iman diidentikkan dengan “sikap
percaya”. Sepintas kedua pengertian itu tampak mempunyai arti yang sama. Pada
hal makna “mempercayai” secara umum menunjuk kepada berbagai sikap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
manusia yang mempercayai segala sesuatu sebab dianggapnya bertuah, keramat
dan memiliki suatu khasiat. Itu sebabnya dengan sikap “percaya” seseorang dapat
menyembah suatu benda, patung, pohon atau dongeng yang diwariskan secara
turun-temurun (Sugi, 2011: 6).
Sikap percaya memberi tempat yang begitu besar pada sikap subyektif
manusia sehingga mendorong seseorang untuk bersikap irasional dan memercayai
berbagai dongeng atau hal-hal yang sebenarnya tidak patut dipercayai. Sikap
percaya memungkin manusia untuk percaya kepada takhayul sehingga
melumpuhkan akal budi dan hati nuraninya untuk memuliakan Allah selaku
pencipta dan penyelamat hidup. Justru sikap iman senantiasa mendorong dan
memampukan setiap orang yang percaya agar membebaskan diri dari setiap sikap
irasional dan dongeng (Sugi, 2011: 6).
St. Petrus menyatakan “sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng
isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan
kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai Raja, tetapi kami adalah saksi mata
dari kebesaran-Nya” (2 Ptr 1:16). Kesaksian Kitab Suci secara sadar menegaskan
pemberitaan para nabi dan rasul didasari oleh kebenaran yang dapat
dipertanggungjawabkan, suatu kebenaran yang lahir dari pernyataan Allah dan
bukan hasil dari dugaan atau dongeng. Apabila sikap “percaya” menuntun
manusia kearah kegelapan maka sebaliknya sikap “iman” justru mampu
membebaskan dan menyelamatkan manusia dari kuasa kegelapan sehingga
mereka memperoleh jalan hidup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Indikator:
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka indikator yang mau dicapai
dalam pendidikan kepangudiluhuran tentang percaya kepada Tuhan adalah:
a) Menjelaskan arti sikap percaya kepada Tuhan berdasar Kitab Suci.
b) Menjelaskan sikap percaya yang dimiliki Br. Bernardus Hoecken sebagai
jalan menuju keselamatan Kristiani.
c) Meneladan sikap percaya yang dimiliki Br. Bernardus Hoecken dalam
kehidupan sehari-hari.
2) Allah yang Murah Hati
Untuk memperoleh keselamatan dan hidup bahagia di dunia, perlulah
setiap orang percaya kepada Tuhan. Hal itu juga berlaku bagi pemimpin tarekat
atau komunitas, yang bertanggung jawab atas kesejahteraan rohani dan jasmnai
para brudernya. Tentulah tugas ini amat berat, sukar, dan kurang menyenangkan;
orang yang paling tabah pun akan mundur ketakutan, jika ia tidak boleh
mengharapkan pertolongan dari surga.
Dua orang pemimpin seperti Mgr. Ludovicus Rutten pendiri Kongregasi
FIC dan Br. Bernardus Hoecken sebagai bruder pertama di kongregasi FIC adalah
figur pemimpin menjadi teladan. Mereka berdua adalah gembala atau pemimpin
yang dengan setia dan penuh kasih mengantar para bruder kepada sikap percaya
sebagai jalan menuju keselamatan rohani. Mereka adalah dua karakter yang
menjalankan perutusan dengan kasih, setia, bersemangat, dan bertanggung jawab.
Hal itu mereka ambil dari semangat gembala sejati yakni Allah yang ditampakkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
dalam pribadi Yesus Kristus. Oleh karena itu karya perutusannya berkembang
tidak hanya di kota Maastricht saja. (Sugi, 2011: 12).
Br. Bernardus Hoecken ketika menghadapi masalah-masalah pada
permulaan kongregasi seperti kekurangan calon bruder, dia berdoa kepada Tuhan
dan mempercayakan segala masalah tersebut kepada Tuhan. Berkat semangat,
ketekunan, dan menyerahkannya kepada Tuhan serta mohon perantaraan kepada
Bunda Maria, akhirnya semua masalah tersebut dapat diatasi. Buktinya justru
perkembangan sekolah-sekolah yang didirikan tidak hanya di kota Maastricht
tetapi sampai ke berbagai negara, seperti Indonesia. Tanpa iman, tidak akan
terjadi mukjizat. Karena rasa percaya kita pada Tuhan (iman) itulah yang
mendatangkan mukjizat. Kisah dalam Injil Lukas 8:22-25 menggambarkan
bagaimana Yesus menegur para murid yang kurang beriman, mereka menjadi
kuatir dan ketakutan ketika mereka dihadapkan dengan persoalan yaitu angin dan
taufan yang menimpa perahu mereka, pada hal Yesus ada bersama mereka.
Lukas 8:22-25, “pada suatu hari Yesus naik ke dalam perahu bersama-
sama dengan murid-murid-Nya, dan Ia berkata kepada mereka: "Marilah kita
bertolak ke seberang danau." Lalu bertolaklah mereka. Dan ketika mereka sedang
berlayar, Yesus tertidur. Sekonyong-konyong turunlah taufan ke danau, sehingga
perahu itu kemasukan air dan mereka berada dalam bahaya. Maka datanglah
murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya: "Guru, Guru, kita binasa!" Ia pun
bangun, lalu menghardik angin dan air yang mengamuk itu. Dan angin dan air itu
pun reda dan danau itu menjadi teduh. Lalu kata-Nya kepada mereka: "Di
manakah kepercayaanmu?" Maka takutlah mereka dan heran, lalu berkata seorang
kepada yang lain: "Siapa gerangan orang ini, sehingga Ia memberi perintah
kepada angin dan air dan mereka taat kepada-Nya?"
Indikator:
a) Mengenal Allah adalah kasih berdasarkan Kitab Suci.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
b) Menjelaskan kasih Allah yang dialami oleh Mgr. Ludovicus Rutten dan
Br. Bernardus Hoecken dalam hidupnya.
c) Meneladan sikap percaya Mgr. Ludovicus Rutten dan Br. Bernardus
Hoecken dalam kehidupan sehari-hari.
d) Meneladan ketabahan dan kesabaran yang ditunjukkan Mgr. Ludovicus
Rutten dan Br. Bernardus Hoecken dalam kehidupan sehari-hari.
b. Rendah Hati
1) Melayani Dengan Rendah Hati
Di zaman sekarang ini banyak orang cendrung hidup secara individu,
tertutup, angkuh bahkan sombong. Situasi seperti ini menjadikan orang tidak
peduli terhadap sesamanya. Orang tidak mengerti akan tanggungjawab sosialnya,
yaitu ikut berperan serta bertanggungjawab memperhatikan orang lain. Biasanya
orang justru lebih mudah menyalahkan orang miskin, menderita, dan bersalah.
Orang yang bersikap rendah hati pada dasarnya tidak mencari pujian,
tetapi lebih mendasari tindakanya pada keiklasan hati untuk mengasihi sesama.
orang yang rendah hati memiliki sifat peduli terhadap orang lain, mengingat jasa
atau pertolongan yang pernah diterima meski sekecil apapun. Orang yang rendah
hati tidak mementingkan diri melainkan memperhatikan kepentingan orang lain
(Sugi, 2011: 23).
Dalam Kitab Suci ditegaskan “Barang siapa ingin menjadi yang terbesar di
antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu” (Mat 23:11). “Aku datang bukan
untuk dilayani, melainkan untuk melayani, Aku telah memberikan suatu teladan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu” (Mat
20:27-28). Demikianlah manusia harus semakin dapat merendahkan diri, agar
Tuhan disadari selalu hadir dalam kehidupannya. Allah menentang orang yang
congkak tetapi mengasihi orang yang rendah hati karena Ia sendiri adalah rendah
hati. Ia berjalan dengan orang yang rendah hati karena memiliki kemauan
membuka diri terhadap semua ajaran-Nya.
Konstitusi FIC art. 12 tentang Maria, Maria menjadi inspirator kerendahan
hati bagi bruder-bruder FIC. Dijelaskan bahwa Santa Perawan Maria adalah
pelindung Kongregasi para bruder Santa Perawan Maria yang Tak Bernoda
(Fratres Immaculatae Conseptionis-FIC). Para bruder berbahagia menempatkan
Maria sebagai inspirasi dalam meningkatkan semangat kerendahan hati.
Kehidupan Maria sepenuhnya dibaktikan bagi pelayanan terhadap Putranya. Ia
memandang dirinya sebagai hamba yang hina dina, yang mengalami bahwa Tuhan
mengerjakan karya agung dalam dirinya. Di dalam kidung magnificatnya,
terungkap perhatian utamanya terhadap yang miskin dan berkekurangan, dan
kerinduannya terhadap keadilan dan kebenaran.
Indikator:
a) Menjelaskan sikap kerendahan hati dalam melayani dari Br. Bernardus
Hoecken.
b) Menjelaskan pandangan Kristiani tentang sikap rendah hati dalam
melayani berdasarkan Kitab Suci.
c) Meneladan sikap rendah hati Br. Bernardus Hoecken dalam melayani.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
2) Maria Teladan Kerendahan Hati Bagi Manusia
Gereja sejak awal mengakui peranan Bunda Maria dalam keseluruhan tata
keselamatan. Karya keselamatan Allah dilaksanakan dalam dan melalui Yesus
Kristus, dengan mengiktutsertakan Maria dalam karya keselamatan itu. Maria
mulai berperan ketika menyatakan kesiap sediaan dan ketaatannya kepada
kehendak Allah untuk mengandung Yesus Putera-Nya (bdk. Luk 1:26-28). Maria
mendengarkan, dan percaya. Percaya dinyatakan dengan:
a) Menjadi hamba Tuhan
b) Melayani/memercayai
c) Mewujudkan Sabda Allah dalam hidupnya
Sejak awal perjalanannya menjadi bunda Yesus, Maria mengalami
tantangan iman yang berat (bdk. Luk 2:33 – 35), “ … suatu pedang akan
menembus jiwamu sendiri, supaya menjadi nyata pikiran dan hati banyak orang”
(ay. 35). Pengujian kesetiaan Maria berpuncak pada peristiwa jalan salib Yesus. Ia
tak tergoyahkan. Ia setia menemani Putranya dalam jalan salib-Nya. Maria
semakin mewujudkan kesetiaannya dengan rendah hati. Ia bersedia menjadi ibu
bagi para rasul, yang menjadi cikal bakal Gereja. dengan demikian Maria sudah
sejak awal menjadi bunda Gereja. keagungan pribadi Maria yang begitu rendah
hati dihayati oleh Gereja, itulah sebabnya Gereja memberi banyak gelar
kepadanya. Walapun demikian Gereja selalu mengingatkan agar umat
menempatkan Maria secara proposional. Devosi kepada Maria tidak berdiri
sendiri, melainkan harus ditempatkan dalam konteks Yesus Kristus sebagai
juruselamat dan satu-satunya perantara keselamatan kepada Bapa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Dalam konstitusi FIC art. 12 tentang Maria, dijelaskan Santa Perawan
Maria adalah pelindung Kongregasi para Bruder Santa Perawan Maria yang
Terkandung Tak Bernoda (Fratres Immaculatae Conceptionis – FIC). Para Bruder
berbahagia menempatkan hidupnya di bawah perlindungannya yang istimewa.
Kehidupan Maria sepenuhnya dibaktikan bagi pelayanan Putranya. Ia memandang
dirinya sebagai hamba yang hina dina, yang mengalami bahwa Tuhan
mengerjakan karya Agung dalam dirinya. Di dalam Kidung Magnificatnya, dan
kerinduannya terhadap keadilan dan kebenaran. Dia adalah Ibu semua orang
beriman. Melalui semua keraguan dan ketidakpastiannya, ia tetap setia terhadap
Putranya, bahkan sampai di Kalvari. Oleh karna itu semua bangsa menyebut dia
berbahagia.
Indikator :
a) Memahami Maria sebagai teladan kerendahan hati bagi manusia melalui
Kitab Suci.
b) Menjelaskan Maria sebagai teladan kerendahan hati bagi manusia
melalui Br. Bernardus Hoecken.
c) Meneladan sikap kerendahan hati Maria.
3) Sikap rendah hati untuk menghargai nilai kerja
Pepatah mengatakan Ora et Labora, (St.Benekdiktus dari ordo
Benekdiktin) bekerja dan berdoa. Dengan bekerja orang beriman mewujudkan
panggilan Tuhan yang dapat membahagiakan dirinya. Bekerja meski disertai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
dengan keringat, rasa lelah atau capek, tetapi tetap memberikan kepuasan batin
dan kebahagiaan (Sugi, 2011: 31).
Orang harus bekerja, karena dengan bekerja orang dapat mempertahankan
hidup (kebutuhan dasar). Dengan bekerja orang memuliakan Allah (bdk. Yoh
5:17, aspek religius). Dengan bekerja orang merasa berbahagia karena
mengembangkan potensi-potensi dirinya (aspek psikologis) Dengan bekerja
orang dapat berjasa dengan orang lain (aspek sosial, Sugi, 2011: 31).
Dalam ajaran Gereja Gaudium et Spes no.34 dan 35 di jelaskan bahwa
sebagai orang beriman menyadari Tuhan memanggil manusia untuk bekerja.
Bekerja merupakan sebuah panggilan dari Tuhan untuk ikut serta dalam karya
penciptaan-Nya. Nilai kerja yang sesungguhnya terletak pada faktor-faktor yang
tidak selalu ekonomis, seperti menemukan harga diri, sosial, pengembangan diri,
demi kesejahteraan sesama, dan ikut ambil bagian dalam karya Tuhan. Maka
pekerjaan apapun bentuknya sungguh bernilai dihadapan-Nya, apabila dalam
bekerja kita menghadapinya dengan penuh syukur, sikap rendah hati dan
menghargai pekerjaan itu.
Demikian juga dalam konstitusi FIC art 5, no. 76 dan 77, dijelaskan bahwa
Bruder sepenuhnya membaktikan diri demi pelayanan kepada Allah dan demi
pelayanan kepada kedatang Kerajaan-Nya. Dalam kasih, para Bruder
membaktikan dirinya kepada Dia yang penug kasih. Dalam Dia, para Bruder
membaktikan dirinya seorang kepada yang lain dan kepada semua orang. Para
Bruder mengungkapkan pembaktian ini dalam keseluruhan hidupnya. Mereka
melaksanakannya dalam semangat Injil, antara lain dengan menjanjikan dirinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
untuk hidup menurut Triprasetia : Ketaatan, Kemiskinan, dan hidup Wadat demi
Kerajaan Allah.
Indikator :
a) Menjelaskan sikap rendah hati diperlukan untuk menghargai nilai kerja
melalui Kitab Suci.
b) Memahami sikap rendah hati diperlukan untuk menghargai nilai kerja
melalui Br.Bernardus Hoecken.
c) Meneladan sikap rendah hati Br. Bernardus Hoecken untuk menghargai
nilai kerja dalam kehidupan sehari-hari.
c. Semangat dan Keteguhan hati
1) Penyerahan Diri Jalan Memperoleh Kekuatan Keteguhan Hati
Globalisasi adalah perubahan yang terjadi di dunia ini akibat dari
penemuan-penemuan modern sehingga seolah-olah dunia yang luas ini menjadi
sedemikian sempitnya. Hal ini membawa perubahan yang besar dalam kehidupan
masyarakat. Di satu sisi globalisai telah memberikan kemungkinan untuk
membangun kesatuan secara lebih luas. Di sisi lain globalisasi telah memberikan
berbagai tawaran atau pilihan yang beragam. Hal ini memberikan kesulitan pada
semua orang terlebih generasi muda yang masih mencari jati diri. proses mencari
jati diri ini menyebabkan generasi muda mudah berubah dalam pilihan-pilihan
hidup. Oleh karena itu generasi muda memerlukan teladan pribadi yang memiliki
keteguhan hati dalam hidup. Mereka perlu melatih diri untuk membuat pilihan-
pilihan tepat dalam hidup (Sugi, 2011: 39).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Dalam Injil Mat 16:24 Yesus berkata kepada murid-muridNya: Orang
yang mau mengikuti Aku, harus melupakan kepentingan sendiri, memikul
salibnya, dan terus mengikuti Aku. Firman ini menunjukkan bahwa Yesus
memberikan persyaratan kepada manusia kalau ingin mengikuti Yesus, manusia
harus rela dan mau meninggalkan segala sesuatu yang menghambat
hubungannnya dengan Tuhan.
Indikator:
a) Menjelaskan arti penyerahan diri.
b) Meneladan sikap penyerahan diri Br. Bernardus Hoecken.
2) Sikap Keteguhan Hati Di Bangun Melalui Kewaspadaan
Waspada berarti orang selalu bersikap berjaga-jaga menghadapi segala
kemungkinan yang akan terjadi. Sadar akan yang dihadapi meskipun belum jelas
jalan keluarnya. Dalam Injil Lukas 12:35-37, pelayan yang siap selau selau
berjaga-jaga setiap hal. Berpakaian dan lampu tetap bernyala sama seperti pelayan
yang sedang siap menunggu tuannya kembali dari pesta kawin. Kalau tuan itu
kembali dan mengetuk pintu, mereka akan segera membuka pintu. Alangkah
untungnya pelayan-pelayan yang kedapatan sedang menunggu pada waktu
tuannya datang. Maka dalam menghadapi hidup pada era globalisasi dibutuhkan
sikap waspada atau bertindak berhati-hati untuk berani memilih dan menetukan
hal-hal yang baik dan meninggalkan yang kurang baik. Untuk bisa sampai proses
memilih hal yang baik serta meniggalkan yang kurang baik membutuhkan
bantuan orang lain (Sugi, 2011: 44).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Indikator :
a) Menjelaskan sikap waspada yang dihidupi Br. Bernardus Hoecken dan
Mgr.Ludovicus Rutten.
b) Menjelaskan pengalaman bersikap waspada sangat perlu dalam kehidupan
sehari-hari.
c) Meneladan sikap waspada yang dihidupi Br. Bernardus Hoecken dan
Mgr.Ludovicus Rutten.
d. Kebijaksanaan dan berpengetahuan
1) Menjadi Manusia Pendoa
Doa suatu sarana komunikasi kasih antara manusia dan Allah. Menjadi
manusia pendoa berarti mau menyediakan waktu dan tempat untuk selalu
membangun kedekatan hati dengan Allah. Baginya doa merupakan nafas
kehidupan sehari-hari. Melalui doa, seseorang dimampukan untuk mendengarkan
kebenaran dan hidup batin yang mendalam (Sugi, 2011: 48).
Orang yang bijaksana adalah orang yang cerdas dalam artian mampu
membedakan hal yang baik dari hal yang buruk (I Raj 3:9). Ia dapat memberikan
alternatif-alternatif sebagai jalan ke luar. Orang yang bijaksana orang yang terus
belajar dan terus menangkap jalan-jalan Tuhan. Jalan Tuhan dibacanya melalui
tanda-tanda yang terjadi setiap harinya.
Indikator:
a) Menjelaskan cara mencapai kebijaksanaan dan berpengetahuan Br.
Bernardus Hoecken menjadi pribadi pendoa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
b) Menjelaskan makna doa dalam kehidupan sehari-hari.
c) Meneladan kehidupan doa Br. Bernardus Hoecken.
d) Meneladan tindakan bijaksana dan berpengetahuan dalam kehidupan
Br.Bernardus Hoecken.
e. Sikap Bijaksana
1) Menjadi Insan Pembelajar
Menjadi manusia pembelajar merupakan hak setiap orang, dan yang
bersedia menerima tanggung jawab untuk melakukan dua hal penting yakni :
a) Berusaha mengenali dirinya, potensi dan bakat-bakat yang muncul,
b) Berusaha sekuat tenaga untuk mengaktualisasikan potensinya itu,
mengekspresikan dan menyatakan dirinya sepenuhnya, dengan cara menjadi
dirinya sendiri (Sugi, 2011: 54).
Dalam kontitusi FIC dijelaskan “kita harus berkembang menjadi orang
yang sungguh-sungguh dewasa dan kaya secara rohani. Kita akan menjadi
semakin berarti bagi persekutuan persaudaraan kita. Kita bersedia mendengarkan
orang lain dan menerima pertolongan mereka; kita hendaknya menghargai orang
lain, meskipun dalam kenyataan mereka berbeda dari kita.” Ditegaskan pula
bahwa orang bijaksana ialah orang yang terus belajar dan terus menanggapi jalan-
jalan Tuhan.
Indikator :
a) Menjelaskan arti kesatuan kata dan perbuatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
b) Menjelaskan kebijaksanaan dan berpengetahuan memerlukan sikap
mendekatkan diri pada Tuhan.
c) Meneladan Mgr.Ludovicus Rutten dan Br.Bernardus Hoecken dalam
bersikap bijaksana melalui usaha mereka menjadi insan pembelajar.
2) Sikap Bijaksana Merupakan Perwujudan Iman
Seorang yang bijaksana mengenal kesucian Tuhan Allah dan takut akan
Dia. Seorang yang bijaksana mengetahui bagaimana menggunakan waktu secara
tepat untuk memuliakan Tuhan. Seorang yang mengenal Tuhan mengetahui
bahwa kehidupan nyatanya harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan Allah
yang kekal (Sugi, 2011: 59).
Santo Yakobus mengatakan, “kebijakan adalah rahmat Allah yang harus
dimohon dalam doa dan dilatih dalam suasana doa”. Bruder Bernardus Hoecken
dalam segala hal meskipun sangat kecil kepentingannya terlebih dahulu tetap
memohon nasihat dan pertolongan kepada Tuhan dan Bunda Maria, sebagai
pelindung kongregasi.
Maria adalah seorang tokoh Kitab Suci Perjanjian Baru (PB) yang
keberadaanya sangat diakui dan dihormati dalam Gereja katolik. Pengakuan dan
penghormatan itu diberikan bukan sebatas karena Maria sebagai ibu Yesus tetapi
juga cara hidup berimannya. Sikap bijaksana sungguh hidup dan menyatu dalam
pribadi Maria. Ia sungguh cermat dan mengetahui secara baik segala kebutuhan
dan perutusan Yesus. Maka sebagai ibu, Maria tidak banyak menuntut perlakuan
khusus baginya dari Yesus tetapi ia justru memberi kebebasan yang seluas-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
luasnya kepada Yesus untuk mewujudkan tugas dan perutusan-Nya. Maria, karena
ketulusan dan belaskasihnya ia berani meminta Yesus untuk melakukan sesuatu
demi memenuhi kebutuhan orang lain, (Yoh 2:1-11) walaupun ia sadar belum
waktunya bagi Yesus melakukan itu. Demikianlah Maria menunjukkan sikap
bijaksana dalam hidupnya (Sugi, 2011: 59).
Indikator:
a) Menjelaskan sikap bijaksana sebagai salah satu keutamaan hidup Kristiani.
b) Menjelaskan sikap bijaksana Maria yang reflektif.
c) Meneladan sikap bijaksana Br. Bernardus Hoecken.
3) Kerjasama Dalam Komunitas
Mgr. Ludovicus Rutten dan Br.Bernardus Hoecken mempunyai pandangan
hidup yang berbeda. Oleh karena itu mereka kadang kala mempunyai pendapat
yang berbeda pula dalam cara membentuk religius muda yang mereka damping.
Meskipun demikian perbedaan itu tidak mengurangi persahabatan mereka, sebab
mereka dengan sikap rendah hati tidak bermaksud mempertahankan pendapat dan
keyakinan pribadinya. Perbedaan itu terjadi karena sama-sama berbakti kepada
Tuhan dengan melayani sesama.
Dalam 1 Kor 12:12-26, dikatakn tubuh itu satu dan mempunya anggota-
anggota banyak. Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota, melainkan atas
banyak anggota. Allah telah memberikan tugas kepada masing-masing anggota ,
secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya. Kepada anggota-anggota tubuh
yang dipandang kurang terhormat, kita berikan penghormatan khusus. Dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
terhadap anggota-anggoa kita yang tidak elok, kita berikan perhatian khusus
supaya jangan tejadi perpecahan dalam tubuh. Anggota-anggota yang berbeda itu
saling memperhatikan. Karna itu bila satu anggota menderita, semua turut
menderita, jika satu anggota di hormati semua anggota turut bersuka cita.(Sugi,
2011:64).
Indikator :
a) Memberikan penjelasan orang yang bijaksana selalu bisa bekerjasama
dalam komunitas.
b) Meneladan kerjasama dalam komunitas dari Br.Bernardus Hoecken dan
Mgr.Lidovicus Rutten
f. Sikap Saleh
1) Doa Yang Mengubah
Perkembangan pengetahuan dan teknologi berkat daya rasional manusia
sering dituding sebagai penyebab lunturnya kehidupan rohani. Orang menjadi
kurang peduli dengan hal-hal rohani seperti doa-doa pribadi. Praktik kehidupan
doa mulai banyak tidak mendapatkan perhatian dan tempat dalam hati. Kerelaan
seseorang untuk berdoa menjadi berkurang karena ada tuntutan yang dianggap
lebih penting dalam hidupnya (Sugi, 2011: 69).
Peranan doa dalam kehidupan beriman tetaplah penting, baik bagi diri
sendiri maupun orang lain. Doa memiliki aspek sosial. Banyak peristiwa dalam
Kitab Suci yang menunjukkan betapa kuatnya doa, yang dapat menyelamatkan.
Dalam Mat 8:5-13; Luk 7:1-10 Yesus mengabulkan permohonan/doa seorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
perwira yaitu menyembuhkan hamba sang perwira tersebut. Kekuatan doa yang
keluar dari iman yang mendalam sungguh luar biasa bagi lingkungan sekitarnya.
Doa memiliki kekuatan besar untuk mengubah apa yang ada di sekelilingnya
termasuk orang-orang di dekatnya. Melalui doa seorang dapat memahami
kehendak Tuhan atas dirinya.
Indikator:
a) Menjelaskan bahwa doa memiliki fungsi sosial.
b) Menjelaskan nasihat Br.Bernardus Hoecken pada para Bruder tentang
hidup doa.
c) Meneladan hidup doa Br.Bernardus Hoecken dalam kehidupan sehari-hari.
2) Hidupku Berkat Bagi Orang Lain
Meutia Hatta Swasono mengatakan “masyarakat dihinggapi pola hidup
individualistik sehingga semangat gotong- royong yang menjadi landasan hidup
bermasyarakat menjadi luntur. Semangat gotong-royong dikhawatirkan akan
hilang seiring dengan perkembangan. Zaman dan perjalanan dunia cenderung
kapitalistik”. Semangat individualistik cemderung semakin merasuk dalam hidup
generasi zaman, sehingga orang tidak lagi mau peduli kepada orang lain.
Dalam situasi yang demikian, kita dipanggil untuk menjadi berkat bagi
orang-orang di sekitar kita sebab hidup kita adalah semata-mata anugerah Allah.
“setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari
atas, diturunkan Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
karena pertukaran (Yakobus 1:17). Anugerah Allah yang kita terima harus kita
bagikankepada orang-orang di sekitar yang membutuhkan.
Bruder Bernardus Hoecken dan para bruder FIC dalam komunitas Bruder
FIC yang pertama mengalami berbagai kesulitan dan kekurangan. Namun mereka
tetap maju dan terus maju, terus berbuat baik dengan tetap meminta petunjuk dari
Tuhan dalam melaksanakan perbuatan-perbuatan baik tersebut. (Sugi, 2011: 75).
Indikator:
a) Menjelaskan pengalaman Br. Bernardus Hoecken dalam memberikan diri
sebagai berkat bagi orang lain.
b) Meneladan Br. Bernardus Hoecken dalam memberikan diri sebagai berkat
bagi orang lain.
.
g. Teladan Baik
Semua orang pernah berbuat kesalahan dan dosa selama hidupnya.
Kesalahan dan dosa merupakan salah satu ciri khas manusia, karena manusia di
dunia ini tak ada yang sempurna. Ketidaksempurnaan manusia menjadikan dirinya
cenderung untuk berbuat kesalahan dan dosa. Ketika seseorang berbuat kesalahan
atau dosa ada yang secara berani mengakuinya dan memohon ampun atas
kesalahan dan dosanya. Orang sadar dosa tidak hanya merugikan orang lain,
melainkan juga merusak kehidupan diri sendiri, merenggangkan relasi dengan
sesama, dan menciderai relasi dengan Allah, mereka berani mohon ampun.
Bahkan sering, ketidakmampuan seseorang memberikan pengampunan pada
sesamanya menjadikan dirinya tidak nyaman dalam membangun relasi dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
sesamanya. Orang yang tidak mau kekurangannya diketahui orang lain karena
mempertahankan gengsi, malu dan takut, kalau-kalau orang lain menjauhi dirinya.
Apapun tindakan dosa, ada pengalaman yang sama yang muncul pada orang yang
melakukannya; perbuatan dosa menyebabkan hidup tidak damai. Namun
kejatuhan manusia dalam kesalahan dan dosa bukanlah akhir dari segalanya.
Dalam masyarakat ada beragam kesempatan dan sarana untuk mengadakan
perdamaian, rekonsiliasi, atau pertobatan, baik secara pribadi maupun bersama.
Allah adalah maharahim sekaligus mahapengampun; Ia tidak mau hidup
manusia terkurung dalam dosa dan kesalahan. Dalam kebaikan-Nya Ia selalu
menantikan setiap manusia kembali kepada-Nya, membebaskan manusia dari dosa
tanpa memperhitungkan besarnya dosa dan kesalahan manusia (I Yoh 4:16).
Di dalam kehidupannya Br. Bernardus Hoecken menekankan betapa
pentingnya pemeliharaan iman bagi para brudernya. Ia memberikan teladan baik
dalam pengungkapan dan perwujudan imannya akan Allah. Salah satu teladannya
adalah sikap iman yang selalu merindukan kehadiran berkat Allah. Kerinduan
inilah yang melandasi dirinya untuk mendesak para bruder dalam mentaati
konstitusi, rela merendahkan diri, bermati raga, refleksi, menerima sesamanya
dengan segala kerendahan hati dan mengampuni sesamanya yang telah bersalah
bagi kongregasi maupun dirinya. Kemauan untuk menerima orang lain yang
bertobat inilah menjadi bukti bahwa ia mendapat pengampunan diri dari Allah.
(Humbelt, 1994:35)
Indikator:
a) Menemukan hambatan dan kemudahan dalam mengampuni sesama
sebagai wujud penerimaan tanpa syarat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
b) Mengampuni sesama sebagai perwujudan cinta tanpa syarat.
c) Meneladan Br. Bernardus Hoecken dalam mengampuni sesama.
d) Meneladan Br. Bernardus Hoecken dalam menerima orang lain tanpa
syarat.
h. Lembut Hati
Lembut hati tidak bisa dipisahkan dengan rendah hati. Lembut hati dan
rendah hati adalah suatu keadaan yang kompleks dan homogeny, artinya tanpa
memiliki roh lembut hati orang tidak mungkin rendah hati. Tanpa memiliki roh
rendah hati orang tidak mungkin berlaku lembut hati. Lembut hati bukan lemah
gemulai. Seseorang yang bersuara keras dan kasar tingkah lakunya belum tentu
orang yang keras hatinya, orang demikian adakalanya bisa memiliki roh yang
lembut hati, sebaliknya orang yang kelihatan dan bersuara lemah sangat
memungkinkan memiliki kekerasan hati (Sugi, 2011: 91).
Lembut hati dalam Alkitab berarti suatu karakter yang memuliakan Tuhan
sehingga mudah tersentuh dan mudah merespon sabda Tuhan. Kemarahan adalah
lawan dari lembut hati atau kelemahlembutan. Dalam Kitab Suci orang yang
lemah lembut akan memiliki sukacita khusus. Mereka akan tambah bersukaria
(Yes 20:19). Orang yang lemah lembut juga akan memahami sifat Kristus yang
lemah lembut dan rendah hati (Mat 11:19). Di dalam Mazmur 25:9 dikatakan
orang yang lemah lembut akan memiliki kemampuan yang baik dalam
menghakimi perkara. Tuhan membimbing orang-orang yang lemah lembut. Orang
yang lemah lembut akan memancarkan kecantikan batiniah (I Prt 3:4).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Bruder Bernardus Hoecken dalam bukunya yang berjudul: “Petunjuk-
petunjuk para pemimpin Kongregasi para bruder Santa Perawan Maria yang
Terkandung tak Bernoda, mengatakan “Berusahalah meneladan dengan tepat
Bapa dan Pelindung kita St. Vinsensius de Paul. Karena kesabaran dan
keramahtamahannya ia menyelesaikan banyak hal. Ia disebut malaikat kedamaian.
Ia selalu mengajak orang agar mereka melatih diri dalam kelembutan hati dan
keramahtamahan. Katanya: “Keutamaan-keutamaan itu membuka hati orang
sedangkan kekerasan menutupnya” (Humblet, 1994: 86 ).
Indikator:
a) Menjelaskan sikap lembut hati menurut Kitab Suci.
b) Meneladan Br. Bernardus Hoecken dalam bersikap lembut hati terhadap
sesama.
i. Tabah Hati
Ada beberapa siakap dasar yang dimiliki setiap insan manusia mulai dari
adanya. Pada dasarnya semua manusia itu baik, sebab diciptakan dan dikehendaki
oleh Allah. Dalam setiap pribadi itu Allah menanamkan rencana dan kehendak-
Nya yang baik (Yer 29:11-14). Setiap pribadi manusia itu berbeda. Perbedaan itu
merupakan keunikan seseorang . hal ini dikatan oleh St. Paulus dalam suratnya
kepda jemaat di Korintus (1 Kor 12:11. 28-31). Karunia itu haruslah digunakan
untuk membangun kehidupan bersama. Perbedaan bukan dimaksud untuk
memecah kesatuan melainkan untuk saling melengkapi dan mempersatukan,
saling memperkaya. Maka keunikan itu baru dapat berarti apabila disumbangkan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
dan diwujudnyatakan bagi kepentingan bersama. Setiap orang tidak harus mencari
kepentingannya sendiri, dan merasa diri lebih dari yang lain sebab memiliki
karunia khusus yang menjadi ciri khas. Br Bernardus Hoecken seorang pribadi
yang keras namun sekaligus tabah hati dalam menghadapi permasalahan (Sugi,
2011: 99).
Indikator:
a) Mampu menunjukkan sikap Br. Bernardus Hoecken yang teguh hati,
ketika mengalami perbedaan pendapat.
b) Mampu menjelaskan bahwa setiap pribadi itu unik menurut Kitab Suci
c) Meneladan Br. Bernardus Hoecken dalam menghargai setiap perbedaan
dalam hidup bersama
j. Mencintai para Bruder
Mencintai para bruder dilandaskan pada kutipan Kitab Suci “barang siapa
mengasihi Allah, ia juga mengasihi saudaranya,”(I Yoh 4:2). Mencintai para
bruder merupakan bagian dari sikap mengasihi saudara, dan ini sebagai wujud
ungkapan kasih pada Allah. Mengasihi para bruder dilandasi rasa hormat yang
dalam, dan turut serta menjaga kemurnian dan kaul-kaul suci, memberikan
motivasi dan apresiasi terhadap para bruder.
Indikator:
a) Siswa mampu menemukan nilai-nilai keutamaan Bruder FIC yang sudah
dihidupi oleh sekolahnya.
b) Meneladan Br. Bernardus Hoecken dan Mgr. Ludovicus Rutten dalam
mencintai sesamanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan metodologi penelitian mengenai evaluasi
pendidkan kepangudiluhuran di SMP Pangudi Luhur Yogyakarta yang meliputi
metode penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik
instrument pengumpulan data, teknik pengembangan pengembangan instrument
dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian deskriptif
kuantitatif. Menurut Nana Syaodih (2015:53-54) metode ini menggambarkan
permasalahan yang ada dan data diperoleh dari pengamatan, dan studi pustaka.
Fungsi dari deskriptif sendiri yakni merupakan kegiatan untuk menjelaskan
berbagai karakteristik data sehingga gambaran dari data itu terungkap dengan
jelas. Untuk mendaptkan fakta atau data-data yang dibutuhkan dalam penelitian
ini, maka penulis akan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data
pokok yang akan disebarkan kepada responden, lalu akan didukung oleh metode
wawancara.
B. Tempat dan Waktu penelitian
Penulis akan melaksanakan penelitian ini pada bulan Desember 2015
hingga bulan Januari 2016 di tiga (3) SMP Pangudi Luhur yang ada di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Yogyakarta, yaitu SMP Pangudi Luhur Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu
dan SMP Pangudi Luhur Moyudan.
C. Populasi dan Sample Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulnnya, (Sugiyono, 2014:215).
Populasi dalam penelitian ini adalah siswai-siswi kelas IX SMP Pangudi
Luhur Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu dan SMP Pangudi Luhur
Moyudan. Berdasarkan data yang diperoleh dari ke tiga sekolah tersebut, jumlah
siswa kelas 1X SMP Pangudi Luhur Yogyakarta 155, SMP Pangudi Luhur Sedayu
81 dan SMP Pangudi Luhur Moyudan 77. Jumlah populasi sebanyak 313 orang.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2014:215). Pengambilan sampel dalam penelitian ini
berdasarkan tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu dengan taraf
kesalahan 1%, 5% dan 10% (Sugiyono, 2014:86-87). Berdasarkan jumlah
populasi 313 orang, peneliti menggunakan taraf kesalahan 5%, maka sampel yang
ditetapkan dan diambil diantara 161 orang atau 167 orang, maka peneliti
mengambil sampel sebanyak 163 orang. Dari jumlah sampel 163, 5 orang penulis
wawancarai. 5 orang tersebut termasuk dalam hitungan 163 orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Dalam pemilihan sampel ini teknik sampling yang digunakan oleh peneliti
adalah sampling purposive. Teknik ini merupakan teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu, maksudnya peneliti sungguh-sungguh mengetahui
bahwa responden yang diminta untuk mengisi kuesioner dan untuk diwawancarai
adalah orang yang dianggap paling tahu tentang apa yang peneliti harapkan
(Sugiyono, 2014:68). Peneliti mengambil teknik ini karena sesuai dengan
pertimbangan peneliti, di mana ,siswai-siswi kelas IX SMP Pangudi Luhur
Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu dan SMP Pangudi Luhur Moyudan
yang menjadi sampel dalam penelitian ini merupakan orang-orang yang sungguh
mengalami dan terlibat langsung dalam pendidikan kepangudiluhuran, sehingga
mereka dianggap mengetahui dan memahami bagaimana proses pendidikan
kepangudiluhuran selama ini.
Ketika penelitian berlangsung, kuesioner yang disebarkan sejumlah sampel
yang diambil yakni 163 kuesioner. Jumlah kuesioner yang disebarkan melebihi
jumlah sampel yang seharusnya diambil untuk mengisi kuesioner yakni 250 orang
untuk mengantisipasi jika ada kuesioner yang lainnya yang tidak dapat dipakai
untuk dianalisis lebih lanjut, sehingga dengan demikian kuota 163 sampel yang
diperlukan tetap terpenuhi. Dari 250 kuesioner yang telah disebarkan sebanyak
163 yang dikembalikan sejumlah sampel yang ditetapkan dan semuanya dapat
dipakai untuk dianalisis lebih lanjut.
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Dikarenakan bentuk permasalahan dalam penelitian ini bersifat deskriptif
atau menggambarkan, maka hanya ada satu aspek atau variabel yang akan diukur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
atau digambarkan dalam penelitian yaitu variabel mengenai “Pendidikan
Kepangudiluhuran” di SMP Pangudi Luhur Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur
Sedayu dan SMP Pangudi Luhur Moyudan.
2. Definisi Konseptual Variabel
Berdasarkan kajian pustaka yang telah dipaparkan pada bab II, maka
definisi konseptual evaluasi pendidikan kepangudiluhuran adalah mengukur,
menilai proses pendidikan kepangudiluhuran di SMP Pangudi Luhur Yogyakarta,
SMP Pangudi Luhur Sedayu dan SMP Pangudi Luhur Moyudan.
3. Definisi Operasional Variabel
Pendidikan kepangudiluhuran adalah suatu usaha penanaman nilai-nilai
yang meliputi; Percaya kepada Tuhan, rendah hati, semangat dan Keteguhan
hati, kebijaksanaan dan berpengetahuan, sikap bijaksana, sikap saleh, teladan
baik, lembut hati, tabah hati, mencintai para Bruder.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang akurat, penulis menggunakan teknik
penelitian dengan penyebaran kuesioner. Dapiyanta (2011: 23) menyatakan
kuesioner adalah “serangkaian daftar pertanyaan atau daftar isian yang harus
dijawab atau diisi oleh responden untuk mendapat jawaban atau tanggapan dan
informasi yang diperlukan oleh peneliti”. Kuesioner merupakan cara untuk
menyampaikan pertanyaan secara tertulis pada lembar yang telah tersedia dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
harus dikembalikan. Jenis kuesioner ang dipakai adalah kuesioner tertutup, di
mana pertanyaan yang diajukan sesuai dengan pilihan jawaban. Melalui kuesioner
ini penulis akan menyediakan seperangkat pernyataan untuk diisi oleh responden,
kemudian data yang didapat akan diolah secara deskriptif.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur nilai variabel dalam
penelitian ini adalah skala Likert. Skala Likert ini merupakan skala yang
mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang
kejadian atau gejala sosial.
Sugiyono (2009: 135) mengatakan dalam skala Likert ini setiap nomor
itemnya memiliki 5. Dalam hal ini skala Likert dimodifikasi menjadi 4
kemungkinan jawaban, yaitu Selalu (SL) dengan skor 4, sering (SR) dengan skor
3, Kadang-kadang (KK) dengan skor 2, dan Tidak Pernah (TP) dengan skor 1.
Jadi, masing-masing item akan diskor sesuai dengan skala penilaiannya dan di
dalam analisis datanya akan diperoleh nilai maksimum untuk setiap item
pernyataan adalah 4 poin dan nilai minimumnya adalah 1 poin. Berikut ini adalah
skor alternative jawaban setiap itemnya:
Tabel 1:
Skor alternatif jawaban variabel pendidikan kepangudiluhuran
Item favorable 4 3 2 1
Item Non-faforable 1 2 3 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Dalam penelitian ini, instrument bersifat tertutup. Artinya, jawaban untuk
masing-masing pernyataan yang telah disediakan pada kolom jawaban, sehingga
responden tinggal memilih salah satu jawaban yang sesuai dengan keadaan yang
dilihat dan dialaminya.
a. Kisi-kisi Instrumen
Tabel 2:
Kisi-kisi Instrumen aspek pengetahuan dan penghayatan pendidikan
kepangudiluhuran dalam bentuk kuesioner
Aspek Indikator No Item
1. Percaya kepada
Tuhan.
Menjelaskan arti sikap percaya kepada
Tuhan melalui Kitab Suci
Menjelaskan sikap percaya yang dimiliki Br.
Bernardus Hoecken sebagai jalan menuju
keselamatan Kristiani.
Meneladan sikap percaya yang dimiliki Br.
Bernardus Hoecken.
Sikap-sikap yang bukan menjadi teladan dari
Br. Bernardus Hoecken dalam kehidupan
sehari-hari.
1
2
13
14
2. Rendah Hati.
Menjelaskan sikap kerendahan hati dalam
melayani dari Br. Bernardus Hoecken.
Menjelaskan pandangan Kristiani tentang
sikap rendah hati dalam melayani
3
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
berdasarkan Kitab Suci.
Meneladan sikap kerendahan hati Maria
15
3. Semangat dan
Keteguhan hati.
Menjelaskan arti penyerahan diri.
Sikap yang bukan merupakan sikap
penyerahan diri Br. Bernardus Hoecken.
Meneladan sikap penyerahan diri Br.
Bernardus Hoecken
5
16
17
4. Kebijaksanaan
dan
berpengetahuan
.
Menjelaskan cara mencapai kebijaksanaan
dan berpengetahuan Br. Bernardus Hoecken
dengan menjadi pribadi pendoa.
Menjelaskan makna doa dalam kehidupan
sehari-hari.
Tindakan yang bertentangan dengan tindakan
bijaksana dan berpengetahuan dalam
kehidupan Br.Bernardus Hoecken.
Meneladan tindakan bijaksana dan
berpengetahuan dalam kehidupan
Br.Bernardus Hoecken.
6
7
18
19
5. Sikap
Bijaksana.
Menjelaskan sikap bijaksana Maria yang
reflektif.
Meneladan Mgr. Ludovicus Rutten dan
Br.Bernardus Hoecken dalam bersikap
bijaksana melalui usaha mereka menjadi
8
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
insan pembelajar.
6. Sikap Saleh. Menjelaskan bahwa doa memiliki fungsi
sosial.
9
7. Teladan Baik.
Meneladan Br.Bernardus Hoecken dalam
mengampuni sesama.
21
8. Lembut Hati.
Menjelaskan sikap lembut hati menurut Kitab
Suci.
10
9. Tabah Hati.
Mampu menjelaskan bahwa setiap pribadi itu
unik menurut Kitab Suci
11
10. Mencintai para
Bruder.
Siswa mampu menemukan nilai-nilai
keutamaan Bruder FIC yang sudah dihidupi
oleh sekolahnya.
Meneladan Br. Bernardus Hoecken dan Mgr.
Ludovicus Rutten dalam mencintai
sesamanya.
12
22
Tabel.3:
Kisi-kisi Instrumen Aspek Proses pendidikan kepangudiluhuran.
Aspek Indikator No.Item
11. Profesional Guru komitmen pada siswa dan proses 23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
itas guru belajarnya
Guru dapat menjalin relasi dengan siswa
Guru mampu mengelola kelas
Guru memiliki pengetahuan tentang
kepangudiluhuran, dan menguasai materi
tersebut.
24
25
26
12. Materi Materi bervariasi atau tetap.
Materi relevan dengan tujuan
Materi yang digunakan menarik
27
28
29
13. Tujuan Memberikan kesaksian tentang Kristus dalam
hidup
Mampu mengungkapkan iman dalam doa dan
liturgi
30
31
14. Proses Siswa dapat mengikuti proses dengan mudah
Tahap-tahap/langkah-langkah mudah dipahami
siswa
32
33
15. Sarana Sarana yang digunakan sesuai dengan tujuan
materi dan situasi
34
16. Suasana
kelas
Suasana belajar menyenangkan, adanya saling
pengertian dalam kelas.
Terciptanya interaksi antara guru dan siswa dan
diantara siswa.
35
36
17. Evaluasi Evaluasi rutin 37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Evaluasi menyeluruh
Evaluasi obyektif
Evaluasi sesuai dengan tujuan
38
39
40
Tabel. 4. Kisi-kisi Instrumen Wawancara
Aspek & Indikator
Menunjukkan pemahamanan siswa tentang Pelajaran Kepangudiluhuran.
Pengalaman menghayati nilai-nilai kepangudiluhuran.
Pengalaman siswa dalam mengikuti pelajaran kepangudiluhuran.
b. Pengembangan Instrumen
1) Uji coba terpakai
Uji coba instrument ini berbentuk uji coba terpakai. Artinya peneliti hanya
satu kali menyebarkan instrumen kepada responden untuk dipakai dalam
mengumpulkan data penelitian. Hal ini digunakan agar data yang masuk benar-
benar murni karena pertama kali dipakai dan supaya tidak terjadi rekayasa dalam
pengambilan datanya. Butir instrumen yang sudah diisi oleh responden
selanjutnya akan diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya. Lalu butir instrumen
yang tingkat validitasnya sangat rendah akan dibuang. Kemudian akan dianalisis
data untuk mendeskripsikan pendidikan kepangudilhuran dengan menggunakan
butir instrumen yang diangap valid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
2) Uji Validitas Insrtumen
Setelah data terkumpul, penulis sebelumnya akan memasukkan data sesuai
dengan aspek-aspeknya, lalu mulai menguji tingkat validitas data yang sudah
didapat. Alat ukur dapat dinyatakan sebagai alat ukur yang baik dan mampu
memberikan informasi yang jelas dan akurat apabila telah memenuhi uji validitas.
Arikunto dalam Riduwan (2010: 97) menjelaskan bahwa validitas merupakan
suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahan suatu alat ukur.
Jika instrumen dinyatakan valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur. Oleh karena itu, agar gambaran dan
kesimpulan hasil penelitian ini tidak keliru nantinya, penulis akan menguji
validitas instrumen yang telah dipakai.
Dalam uji coba terpakai menggunakan validitas butir dengan taraf
signifikansi 0,05 dengan N 163 orang. Dari 40 butir soal yang diuji, terdapat 5
buitir soal yang tidak valid, sedangkan 35 butir soal valid. Maka 35 butir soal ini
yang digunakan untuk pengolahan data selanjutnya.
Tabel 5. Hasil uji validitas.
No item Taraf signifikansi (0,05) Keterangan
1 0,000 Valid
2 0,026 Valid
3 0,000 Valid
4 0,000 Valid
5 0,000 Valid
6 0,013 Valid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
7 0.634 Tidak Valid
8 0,000 Valid
9 0,000 Valid
10 0,000 Valid
11 0,000 Valid
12 0,000 Valid
13 0,188 Tidak Valid
14 0,701 Tidak Valid
15 0,000 Valid
16 0,000 Valid
17 0,004 Valid
18 0,068 Tidak Valid
19 0,802 Tidak Valid
20 0,000 Valid
21 0,019 Valid
22 0,000 Valid
23 0,000 Valid
24 0,000 Valid
25 0,000 Valid
26 0,000 Valid
27 0,000 Valid
28 0,000 Valid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
29 0,000 Valid
30 0,000 Valid
31 0,000 Valid
32 0,000 Valid
33 0,000 Valid
34 0,000 Valid
35 0,000 Valid
36 0,000 Valid
37 0,000 Valid
38 0,000 Valid
39 0,000 Valid
40 0,000 Valid
Maka butir yang memiliki koefisien korelasi lebih besar atau sama dengan
0, 216 dianggap valid dan layak digunakan dalam penelitian ini. Perhitungan uji
validitas dalam penelitian ini dengan menghitung korelasi antara masing-masing
skor item pernyataan dengan skor total menggunakan rumus teknik korelasi
Product Moment berbantuan Microsoft Excel.
Tabel 6. Rumus manual uji Validitas
Keterangan:
rxy : koefisien korelasi variabel x dengan y
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
XY : hasil perkalian antara variabel x dengan y
X : jumlah nilai setiap item
Y : jumlah nilai konstan
N : jumlah subyek penelitian
Hasil validitas butir pada keseluruhan aspek yang diuji dari 35 butir soal. Semua
butir soal nilainya lebih dari 0,216. Dengan demikian semua soal dinyatakan valid
dan layak untuk dianalisis lebih lanjut.
3) Uji Reliabilitas Instrumen
Menurut Riduwan (2010: 213), uji reliabilitas dilakukan untuk
mendapatkan tingkat kehandalan alat pengumpul data. Sugiyono (2014: 268),
Instrumen yang reliabilitas adalah instrumen yang jika digunakan beberapa kali
untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.
Pengukuran reliabilitas dari penelitian ini akan dilakukan dengan cara satu kali
pengukuran guna mencari reliabilitas internal dari setiap item instrumen.
Besar koefisien reliabilitas berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Jika
koefisien semakin mendekati 1,00 maka reliabilitas hasil pengukurannya sangat
tinggi. Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan teknik formula
Alpha dengan menggunakan program SPSS 19.0 for windows.
Tabel 7. Rumus manual uji Reliabilitas
Keterangan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
reliabilitas alpha
Si = varian responden untuk item 1
K = jumlah item
St = jumlah varian skor total
Hasil pengujian reliabilitas melalui program SPSS 19.0 for windows dapat
di lihat dri tabel berikut ini.
Tabel 8. Reliability Statistics
Cronbach’s
Alpha
N of Items
0,810 35
Dari hasil analisis terhadap 35 butir item instrumen yang valid, diketahui nilai
Cronbach’s Alpha sebesar 0,810 yang berarti reliabilitas soal tinggi.
E. Teknik Analisis Data
Sugiyono (2010: 207) analisis merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
membahas data yang dihasilkan dari penyebaran instrument setelah terkumpul
semua. Adapun yang dilakukan dalam analisis ini adalah mengelompokkan data
berdasarkan variabel dan jenis respondennya, mentabulasi data berdasarkan
variabel dari seluruh responden, menyajikan data atas setiap variabel yang diteliti,
dan melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif.
Statistik deskriptif merupakan statistik yang digunakan unutk menganalisa data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud untuk membuat kesimpulan yang berlaku
untuk umum atau generalisasi. Penulis menggunakan metode statistik deskriptif
ini karena sesuai dengan tujuan penulisan skripsi ini yaitu ingin mengetahui
proses pendidikan kepangudiluhuran di SMP Pangudi Luhur Yogyakarta.
Adapun data yang ingin diuji melalui statistik deskriptif ini meliputi
penyajian data melalui tabel, grafik, dengan memperhitungkan nilai yang sering
muncul (modus), nilai tengah (median), pengukuran tedensi sentral/rata-rata
(mean), simpang baku (standar deviasi),varian, range (rentang skor), skor
terendah (minimum), skor tertingi (maksimum), serta perhitungan persentase.
Instrumen penelitian ini didasarkan pada skala Likert dengan interval
skalanya 4 dan perhitungan jumlah skornya didasarkan pada banyaknya nomor
item instrument, yaitu 28 nomor item. Namun dalam pengujian Validitas terdapat
4 item yang tidak Valid. Maka jumlah item yang digunakan untuk pengolahan 24
item. Untuk mendapatkan skor tertinggi (Selalu) dalam variabel ini, nilai
tertingginya dikalikan dengan jumlah seluruh nomor item, yaitu 4x24=96.
Sedangkan untuk skor terendah (untuk jawaban Tidak Pernah) dalam variabel ini,
nilai terendahnya dikalikan dengan seluruh nomor item, yaitu 1x24=24.
Adapun pengolahan data dalam penelitian ini akan dimulai dengan
menyusun instrumen berdasarkan nomor item, kemudian akan dicari tingkat
validitas dan reliabilitasnya, lalu mulai dikelompokkan dan diolah sesuai dengan
data yang ingin diketahui agar bisa digunakan untuk mendeskripsikan pendidikan
kepangudiluhuran di SMP Pangudi Luhur Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Berikut ini adalah cara untuk menentukan kategori variabel yang diukur,
yang juga berlaku untuk setiap aspek variabelnya:
1. Skor tertinggi yang dapat dicapai dalam variabel ini : 4x24=96
2. Skor terendah yang dicapai dalam variabel ini : 1x24=24
3. Hasil dari skor tertinggi dikurangi skor terendah : 96-24=72
4. Hasil dibagi 4 sesuai skala intervalnya : 72/4=18
Kriteria tersebut diambil dari rumus sebagai berikut;
Tabel 9. Rumus Penentuan Kriteria
Keterangan:
Smak = skor maksimal
Smin = skor minimal
n = rentang skala setiap item instrument
nilai keseluruhan
1. Skor tertinggi yang dapat dicapai dalam variabel ini : 24x4=96
2. Skor aspek pengetahuan : 11x1=11
3. Total skor keseluruhan : 96+11=107
4. Hasil dari skor tertinggi dikurangi skor terendah : 107-24=83
5. Hasil dibagi 4 sesuai skala intervalnya : 83/4=20,75
Kualifikasi Interval
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Sangat baik 86,26-107
Baik 65,51-86,25
Kurang 44,76-65,50
Sangat kurang 24-44,75
Aspek 1, Pengetahuan
6. Skor tertinggi yang dapat dicapai dalam variabel ini : 11
7. Skor terendah yang dicapai dalam variabel ini : 0
8. Hasil dari skor tertinggi dikurangi skor terendah : 11-0=11
9. Hasil dibagi 4 sesuai skala intervalnya : 11/4=2,75
Kriteria Interval
Sangat Baik 9,26-11
Baik 7,6-9,25
Cukup 5,76-7,5
Kurang 4-5,75
Aspek 2, Penghayatan
1. Skor tertinggi yang dapat dicapai dalam variabel ini : 4x6=24
2. Skor terendah yang dicapai dalam variabel ini : 1x6=6
3. Hasil dari skor tertinggi dikurangi skor terendah : 24-6=18
4. Hasil dibagi 4 sesuai skala intervalnya : 18/4=4,5
Kriteria Interval
Selalu 19,6-24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Sering 15,1-19,5
Kadang-kadang 10,6-15,0
Tidak pernah 6-10,5
Aspek 3, Proses
1. Skor tertinggi yang dapat dicapai dalam variabel ini : 4x18=72
2. Skor terendah yang dicapai dalam variabel ini : 1x18=18
3. Hasil dari skor tertinggi dikurangi skor terendah : 72-18=54
4. Hasil dibagi 4 sesuai skala intervalnya : 54/4=13,5
Kriteria Interval
Selalu 58,6-72
Sering 45,1-58,5
Kadang-kadang 31,6-45,0
Tidak pernah 18-31,5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab IV ini penulis akan menyajikan dan membahas hasil penelitian
dengan menganalisis semua data yang dibutuhkan untuk mendeskripsikan
Evaluasi Pendidikan Kepangudiluhuran dan refleksi kateketis guna
pengembangan pendidikan kepangudiluhuran.
Analisis dilakukan dengan deskripsi statistik yang digunakan oleh penulis
dalam menganalisis data penelitian ini. Analisis frekuensi digunakan untuk
menghitung data pada variabel, analisis statistik (percentile values, central
tendency, dispersion dan distribution), serta menampilkan grafik dengan
menggunakan program SPSS 19.0 for windows.
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis diperoleh data mengenai Evaluasi Pendidikan
Kepangudiluhuran yang dideskripsikan sebagai berikut:
1. Deskripsi Data Evaluasi Pendidikan Kepangudiluhuran
Berdasarkan hasil pengolahan data dapat diperoleh gambaran mengenai
Evaluasi Pendidikan Kepangudiluhuran:
a. Deskripsi Data Keseluruhan Evaluasi Pendidikan Kepangudiluhuran
Tabel 4.1. Rangkuman Statistik Deskripsi nilai Keseluruhan evaluasi
pendidikan kepangudiluhuran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Statistik Nilai Keseluruhan
N Valid 163
Missing -
∑ Instrumen 35
Mean 73
Median 73
Mode 72
Std. Deviation 9
Variance 86
Skewness (2)
Std. Error of Skewness 0
Kurtosis 11
Std. Error of Kurtosis 0
Range 81
Minimum 11
Maximum 92
Sum 11,942
Dari tabel 4.1 statistik deskripsi di atas nilai keseluruhan Evaluasi Pendidikan
Kepangudiluhuran dapat dilihat N Valid 163 dengan jumlah instrumen yang valid
sebanyak 35 butir soal dan tidak ada data yang hilang (missing). Diketahui bahwa
skor terendah (minimum) 11 dan skor tertinggi (maximum) sebesar 92. Dengan
nilai rata-rata pada periode pengamatan (mean) sebesar 73 dan simpangan baku
(std. deviation) sebesar 9. Nilai varience sendiri sebesar 86 dengan nilai tengah
(median) 73 dan nilai yang sering muncul (mode) sebesar 72. Nilai kisaran
(range) yang merupakan selisih antara nilai maximum dan nilai minimum adalah
sebesar 81 dengan tingkat kemencengan (skewness) sebesar 2 dan tingkat
keruncingan (kurtosis) sebesar (0). Nilai sum pada periode pengamatan sebesar
11,942.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Tabel 4.2. Kualifikasi Nilai Keseluruhan Evaluasi Pendidikan
Kepangudiluhuran
Kualifikasi Interval Jumlah
Responden Persentase
Sangat Baik 86,26-107 9 6%
Baik 65,51-86,25 129 79%
Kurang 44,76-65,50 25 15%
Sangat Kurang 24-44,75 0 0%
Total Responden dan
Persentase 163 100%
Grafik 4.1. Frekuensi Nilai Keseluruhan Evaluasi Pendidikan
Kepangudiluhran
0
20
40
60
80
100
120
140
86,26-107 65,51-86,25 44,76-65,50 24-44,75
Sangat Baik Baik Kurang Sangat
Kurang
9
129
25
0 6% 79% 15% 0%
Nilai Keseluruhan
Jumlah Responden Persentase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Grafik 4.1 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mengatakan bahwa pendidikan kepangudiluhuran baik Hal ini terlihat dari 163
responden terdapat 119 jumlah responden yang masuk ke dalam kriteria kurang
(73%). 43 responden dengan kriteria baik (26%), 1 responden yang masuk ke
dalam kriteria sangat kurang (1%), dan tidak ada responden masuk dalam kriteria
sangat baik (0%).
b. Deskripsi Aspek Pengetahuan
Tabel 4.3. Rangkuman Statistik Aspek pengetahuan
Statistik Aspek pengetahuan
N Valid 163
Missing 0
Σ Instrumen 11
Mean 9
Median 9
Mode 9
Std. Deviation 1
Variance 2
Skewness (1)
Std. Error of Skewness 0
Kurtosis 1
Std. Error of Kurtosis 0
Range 7
Minimum 4
Maximum 11
Sum 1,422
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Salah satu aspek yang diukur dalam Evaluasi Pendidikan
Kepangudiluhuran Aspek Pengetahuan. Pada tabel 4.3 statistik deskripsi di atas
dapat dilihat N Valid 163 orang responden dengan instrument 11 butir soal.
Diketahui bahwa skor terendah (minimum) 4 dan skor tertinggi (maximum) 11.
Dengan nilai rata-rata pada periode pengamatan (mean) sebesar 9 dan simpangan
baku (std. deviation) sebesar 1. Nilai varience sendiri 2 dengan nilai tengah
(median) 9 dan nilai yang sering muncul (mode) sebesar 9. Nilai kisaran (range)
yang merupakan selisih antara nilai maximum dan nilai minimum adalah 7 dengan
tingkat kemencengan (skewness) 1 dan tingkat keruncingan (kurtosis) 0. Nilai
sum pada periode pengamatan sebesar 1,422.
Tabel 4.4. Kualifikasi Aspek Pengetahuan
Kualifikasi Interval Jumlah
Responden Persentase
Sangat Baik (A) 8,26-11 103 63%
Baik (B) 5,6-8,25 56 34%
Kurang (C) 2,76-5,5 4 3%
Sangat Kurang (D) 0-2,75 0 0%
Total Responden dan Persentase 163 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Grafik 4.2. Frekuensi Data Aspek Pengetahuan
Grafik 4.2 di atas menunjukkan bahwa responden mengetahui dan
memahami Pendidikan Kepangudiluhuran dengan baik. Dari 163 responden
terdapat 103 jumlah responden yang masuk ke dalam kriteria Sangat Baik (63%),
56 responden dengan kriteria Baik (34%), 4 responden yang masuk ke dalam
kriteria Kurang (3%), dan tidak ada responden masuk dalam kriteria Sangat
Kurang (0%).
0
20
40
60
80
100
120
8,26-11 5,6-8,25 2,76-5,5 0-2,75
Sangat Baik
(A)
Baik
(B)
Kurang
(C)
Sangat
Kurang
(D)
103
56
4 0 63% 34% 3% 0%
Aspek Pengetahuan
Jumlah Responden Persentase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
c. Deskripsi Aspek Penghayatan
Tabel 4.5. Rangkuman Statistik Aspek Penghayatan
Berhasil atau tidaknya Pendidikan Kepangudiluhuran dapat diukur dari
penghayatan siswa-siswi dalam menerapkan nilai-nilai kepangudiluhuran. Pada
tabel 4.5 statistik deskripsi di atas dapat dilihat bahwa N Valid 163 responden
dengan jumlah instrumen 6 butir soal dan tidak ada data yang hilang (missing).
Diketahui bahwa skor terendah (minimum) 13,00 dan skor tertinggi (maximum)
24,00. Nilai rata-rata pada periode pengamatan (mean) 18,95, simpangan baku
(std. deviation) sebesar 2,27. Nilai varience sendiri 5,15 dengan nilai tengah
(median) 19,00 dan nilai yang sering muncul (mode) 19,00. Nilai kisaran (range)
yang merupakan selisih antara nilai maximum dan nilai minimum adalah 11,00
N Valid 163
Missing -
∑ Instrumen 6
Mean 18.95
Median 19.00
Mode 19.00
Std. Deviation 2.27
Variance 5.15
Skewness (0.12)
Std. Error of Skewness 0.19
Kurtosis (0.14)
Std. Error of Kurtosis 0.38
Range 11.00
Minimum 13.00
Maximum 24.00
Sum 3,089.00
Statistik
Aspek Penghayatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
dengan tingkat kemencengan (skewness) 0,12 dan tingkat keruncingan (kurtosis)
0,14. Nilai sum pada periode pengamatan sebesar 3,089.
Tabel 4.6. Kualifikasi Data Aspek Penghayatan
Kualifikasi Interval Jumlah
Responden Persentase
Selalu 19,6-24 65 40%
Sering 15,1-19,5 86 53%
Kadang-kadang 10,6-15,0 12 7%
Tidak Pernah 6-10,5 0 0%
Total Responden dan Persentase 163 100%
Grafik 4.3. Frekuensi Aspek Penghayatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Grafik 4.3 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden dapat
menghayati serta menerapkan nilai-nilai kepangudiluhuran. Dari 163 responden
terdapat 65 responden masuk ke dalam kriteria Selalu (40%), 86 responden
dengan kriteria Sering (53%), 12 responden masuk ke dalam kriteria Kadang-
kadang (7%), tidak ada responden yang masuk dalam kriteria Tidak Pernah.
d. Deskripsi Aspek Proses
Tabel 4.7. Rangkuman Statistik Aspek Proses
Pada tabel 4.7 statistik deskripsi di atas dapat dilihat bahwa N Valid 163
orang responden dengan jumlah instrumen yang valid sebanyak 18 butir soal dan
N Valid 163
Missing 0
∑ Instrumen 18
Mean 54.25
Median 54.00
Mode 54.00
Std. Deviation 6.73
Variance 45.25
Skewness 0.22
Std. Error of Skewness 0.19
Kurtosis (0.12)
Std. Error of Kurtosis 0.38
Range 32.00
Minimum 40.00
Maximum 72.00
Sum 8,842.00
Aspek Proses
Statistik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
tidak ada data yang hilang (missing). Diketahui bahwa skor terendah (minimum)
40,00 dan skor tertinggi (maximum) 72,00. Nilai rata-rata pada periode
pengamatan (mean) 54,25 dan simpangan baku (std. deviation) 6,73. Nilai
varience sendiri sebesar 45,25 dengan nilai tengah (median) 54,00 dan nilai yang
sering muncul (mode) sebesar 54,00. Nilai kisaran (range) yang merupakan selisih
antara nilai maximum dan nilai minimum adalah sebesar 32,00 dengan tingkat
kemencengan (skewness) 0,22, keruncingan (kurtosis) 0,12. Nilai sum pada
periode pengamatan sebesar 8,842.
Tabel 4.8. Kualifikasi Data Aspek Proses
Kualifikasi Interval Jumlah
Responden Persentase
Sangat Baik 58,6-72 42 26%
Baik 45,1-58,5 106 65%
Kurang 31,6-45,0 15 9%
Sangat Kurang 18-31,5 0 0%
Total Responden dan Persentase 163 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Grafik 4.4 Frekuensi Aspek Proses
Pada grafik 4.4. di atas menunjukkan bahwa responden dapat mengikuti
serta menerima proses kepangudiluhuran. Dari 163 responden terdapat 42 jumlah
responden yang masuk ke dalam kriteria Selalu (26%), 106 responden masuk
dalam kriteria Sering (65%), 15 responden yang masuk ke dalam kriteria Kadang-
kadang (9%), yang masuk kriteria Tidak Pernah (0%).
0
20
40
60
80
100
120
58,6-72 45,1-58,5 31,6-45,0 18-31,5
Sangat Baik Baik Kurang Sangat
Kurang
42
106
15
0 26% 65% 9% 0%
Aspek Proses
Jumlah Responden Persentase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
2. Hasil wawancara
Dalam penelitian ini, penulis juga melakukan wawancara untuk
memperoleh tambahan informasi mengenai Evaluasi Pendidikan
Kepangudiluhuran guna mendukung dan memperkuat hasil penelitian dalam
bentuk kuesioner yang telah dianalisis. Wawancara yang digunakan oleh peneliti
adalah wawancara semi terbuka dengan tujuan untuk menemukan permasalahan
secara lebih terbuka, maka peneliti tidak berpatokan pada panduan wawancara
yang telah disediakan. Responden yang diwawancarai adalah 5 (lima) siswa/siswi
kelas IX.
Hasil wawancara tersebut akan diuraikan berdasarkan ketiga aspek yang
diukur yakni; 1) Aspek Pengetahuan, 2) Aspek Penghayatan, 3) Aspek Proses.
a. Aspek Pengetahuan
Mengenai pelajaran kepangudiluhuran:
Responden 1 menjawab; “Pelajaran buat lebih mengenal sejarah pendiri
FIC dan Pangudi Luhur serta meneladan para pendiri FIC. jawaban ini
didukung oleh responden 2, 3 dan 5.
Responden 4 menambahkan :
Pelajaran untuk menambahkan semangat para siswa terutama siswa
Pangudi Luhur.
Mengenai nilai-nilai yang diperjuangkan oleh para pendiri:
Responden 1 menjawab “gak pernah putus asa walaupun banyak
tantangan, rendah hati, menyerahkan semua masalah kepada Tuhan Yesus
Kristus dan Bunda Maria”. Jawaban ini didukung oleh responden 2
sampai dengan responden 5.
Mengenai tindakan konkreet dari para pendiri FIC berhubungan dengan tidak
pernah putus asa:
Responden 1 menjawab “saat Bruder Bernardus Hoecken mau mendirikan
kongregasi FIC uang tidak cukup, tinggal di rumah yang sangat sederhana,
namun tetap berusaha. Jawaban ini didukung oleh responden 2, 4 dan 5.
Responden 3 menambahkan:
“ saat kekurangan calon Bruder namun mereka tetap berdoa kepada Tuhan.
Mengenai pengertian rendah hati:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Responden 1 menjawab “suatu sikap yang tidak sombong, dan sikap apa
adanya, ”
Jawaban ini didukung oleh responden 3, 4, dan 5.
Responden 2 menjawab “ sikap yang tidak egois dan mementingkan diri-
sendiri, seperti para pendiri FIC.Mereka menyerahkan harta miliknya
untuk kongregasi.
Mengenai menyerahkan semua masalah kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria:
Responden 1 menjawab “para pendiri FIC pribadi adalah orang yang
sangat beriman, sangat percaya kepada Tuhan Yesus, selalu berdoa kepada
Bunda Maria, apapun persoalan yang mereka hadapi mereka selalu
meyerahkannya kepada Tuhan.
Jawaban ini didukung oleh responden 2, 3, dan 5.
Responden 4 menambahkan :
Bruder Bernardus Hoecken yakin bahwa Tuhan selalu melindungi mereka.
b. Aspek Penghayatan
Mengenai pengalaman bersikap rendah hati:
Responden 1 menjawab; “saat sulit mengerjakan mata pelajaran
matematika dan bahasa Inggris, minta tolong teman untuk menjelaskan
caranya bagaimana dan juga belajar kelompok”. Jawaban ini didukung
oleh responden 4.
Responden 2 menjawab: saat saya melihat teman yang tidak mengerti
pelajaran yang sulit saya berusaha untuk membantu, karena saya juga
kadang tidak mengerti semua mata pelajaran.
Responden 3 menjawab: berusaha untuk tertib dan taat pada aturan
sekolah seperti tidak boleh terlambat, ke sekolah menggunakan sepeda
kalau tidak ada yang mengantar. Membuang sampah pada tempatnya,
menggunakan seragam sekolah sesuai peraturan.
Responden 5 menambahkan:
“memberi kolekte satu minggu satu kaliuntuk pembangunan gereja”.
c. Aspek Proses
Mengenai pegalaman saat mengikuti pelajaran kepangudiluhuran:
Responden 1 menjawab; “lebih sering bosan, jenuh, mengantuk, apalagi
saat guru menjelaskan dan menasihati”.
Responden 2 menjawab: kadang-kadang semangat, senang, tertarik, tapi
kadang-kadang tidak semangat, bosan, maunya nonton film saja”.
Responden 3 menjawab: “sebetulnya pelajaran kepangudiluhuran baik,
namun saya sering malas, bosan, capek, apalagi kaalau pelajaran ini di
siang hari, saya tidak bisa konsentrasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Responden 4 menjawab: “saat saya senang saya semangat mengikuti
pelajaran tetapi saat saya tidak senang pelajarannya tidak menarik, apalagi
berbicara tentang sejarah para pendiri yayasan pangudi luhur, rasanya
bosan dan jenuh.
Responden 5 menjawab: “ada semacam keterpaksaan dalam mengikuti
pelajaran ini. gampang bosan, jenuh, maunya nonton film saja”.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pembahasan Hasil Penelitian Evaluasi Pendidikan Kepangudiluhuran
Berdasarkan Data Keseluruhan
Hasil deskripsi data yang didapat melalui kuesioner menunjukkan bahwa
sebagian besar responden memahami, menghayati, dan dapat menerima serta
mengikuti proses Kepangudiluhuran. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata
pada nilai keseluruhan dan pada setiap aspek yang diukur mendekati skor
maksimal.
Pada nilai keseluruhan variabel evaluasi pendidikan kepangudiluhuran ini,
ada tiga aspek yang ingin diketahui dalam bentuk pernyataan yaitu aspek
pengetahuan, aspek penghayatan, dan aspek proses. Dari data keseluruhan N
Valid 163 ini dapat di lihat nilai rata-rata (mean) 73, responden yang masuk
kualifikasi baik 129 (79%), 9 responden masuk kualifikasi sangat baik (6%), 25
responden masuk kriteria kurang (15%), dan tidak ada responden yang masuk
kriteria sangat kurang (0%). Hasil ini menunjukkan bahwa responden yang masuk
kualifikasi baik keatas jumlahnya lebih banyak dari respoden dengan kualifikasi
kurang ke bawah. Dengan demikian pendidikan kepangudiuluhuran di SMP
Pangudi Luhur Yogyakarta baik, dalam arti dapat diterima, nilai-nilai
kepangudiluhuran dipahami serta diupayakan dalam kehidupan sehari-hari. Siswa-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
siswi menerima, memahami, dan menghayati nilai-nilai kepangudiluhuran
tersebut didukung oleh lingkungan dan proses kepangudiluhuran itu sendiri dalam
kelas.
Theo (2004) mengatakan pendidikan yang benar adalah suatu usaha
pembinaan pribadi manusia untuk mencapai tujuan akhirnya (perilaku hubungan
dengan Tuhan dan diri sendiri) dan sekaligus untuk kepentingan masyarakat
(perilaku hubungan dengan diri sendiri, keluarga, masyarakat dan alam
sekitarnya). Pendidikan nilai merupakpkan proses dimana seseorang menemukan
maknanya sebagai pribadi pada saat di mana nilai-nilai tertentu memberikan arti
pada jalan hidupnya. Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Theo, para Bruder
FIC perlu meningkatkan penerapan mengenai pendidikan kepangudiluhuran
kepada para siswa/siswi di sekolah-sekolah. Dengan menerapkan pendidikan
kepangudiluhuran tentunya akan meningkatkan pengetahuan, dan penghayatan
kepangudiluhuran.
2. Pembahasan Hasil Penelitian Evaluasi Pendidikan Kepangudiluhuran
berdasarkan Data Setiap Aspek
a. Aspek Pengetahuan
Dalam aspek pengetahuan ini yang diungkap responden untuk mengukur
pemahaman terhadap pendidikan kepangudiluhuran yaitu: percaya kepada Tuhan,
rendah hati, semangat dan keteguhan hati, kebijaksanaan dan berpengetahuan,
sikap bijaksana, sikap saleh, lembut hati, tabah hati, dan mencintai para bruder.
Berdasarkan hasil deskripsi data kuesioner menunjukkan bahwa N 163 didapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
nilai rata-rata (mean) 8,7. Responden yang masuk kualifikasi Baik sebanyak 87
orang (53%), 48 responden yang masuk kualifikasi Sangat Baik (29%). 24
responden yang masuk kualifikasi Cukup 24 (15%), sedangkan 3 responden
masuk kualifikasi Kurang (3%). Hasil ini menunjukkan bahwa responden yang
masuk kualifikasi Baik ke atas jumlahnya lebih tinggi dari respoden dengan
kualifikasi Cukup ke bawah. Hal ini berarti responden mengetahui dan memahami
pendidikan kepangudiluhuran.
Hasil wawancara juga mendukung data tersebut di atas. bahwa ke lima
responden mengetahui, memahami pelajaran kepangudiluhuran dan dapat
memberi contoh konkreet dari pemahaman terebut. Dalam wawancara tersebut,
tidak semuanya diwawancara ke responden. 5 dari 11 item yang diwawancarai
oleh penulis. Namun 5 item tersebut sudah cukup mewakili item yang lainnya.
Menurut Sugiyono (2006:12) fungsi evaluasi pembelajaran sangat
diperlukan dalam pendidikan antara lain untuk memberi informasi. Imformasi-
informasi yang diperoleh dapat digunakan untuk memberikan landasan untuk
menilai hasil usaha (prestasi) yang telah dicapai oleh peserta didiknya,
memberikan informasi yang sangat berguna untuk mengetahui posisi peserta didik
dalam kelompoknya, memberikan bahan yang penting untuk memilih dan
kemudian menetapkan status peserta didik, menilai hasil yang dicapai para pelajar
dan memperbaiki materi dan program pendidikan. Sejalan dengan apa yang
dikatakan oleh Sudijono evaluasi pelajaran kepangudiluhuran perlu di tingkatkan
dan dilaksanakan secara berkala agar dapat memotivasi semangat para siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
b. Aspek Penghayatan
Dalam aspek ini yang diungkap responden adalah rendah hati, semangat
dan keteguhan hati, sikap bijaksana, teladan baik, dan mencintai para bruder.
Berdasarkan hasil deskripsi data kuesioner N 163 didapat nilai rata-rata (mean)
19,0 dengan jumlah responden yang masuk kualifikasi Sering sebanyak 86 orang
(53%), 65 responden yang masuk kualifikasi Selalu (40%), 12 responden yang
masuk kualifikasi Kadang-kadang (7%). Tidak ada responden dengan kualifikasi
Tidak Pernah (0%). Hasil ini menunjukkan bahwa responden yang masuk
kualifikasi sering ke atas jumlahnya lebih tinggi dari respoden dengan kriteria
kadang-kadang ke bawah. Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mengupayakan dan menghayati nilai-nilai kepangudiluhuran dalam kehidupan
sehari-hari.
Data di atas ini didukung pula dengan hasil wawancara yaitu pengalaman
responden dalam menghayati sikap rendah hati. Melalui pengalaman yang
sederhana seperti meminta bantuan teman-teman di saat tidak mengerti dan
memahami mata pelajaran yang sulit, memberi kolekte untuk pembangunan gereja
meskipun kecil, merupakan bagian dari penghayatan sikap rendah hati. Dalam
wawancara tersebut, ada item yang tidak diwawancara. 3 dari 6 itemr yang
diwawancara oleh penulis. Namun 3 item tersebut sudah cukup mewakili item
yang lainnya.
Sugi (2011:23) mengatakan di zaman sekarang ini banyak orang cendrung
hidup secara individu, tertutup, angkuh bahkan sombong. Situasi seperti ini
menjadikan orang tidak peduli terhadap sesamanya. Orang tidak mengerti akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
tanggungjawab sosialnya, yaitu ikut berperan serta bertanggungjawab
memperhatikan orang lain. Biasanya orang justru lebih mudah menyalahkan orang
miskin, menderita, dan bersalah.
Menurut Darminta, SJ (2006:24) nilai-nilai bergerak berlandaskan tiga
tempat pijakan. Pertama, nilai-nilai bergerak di kepala. Di situ orang bisa
menangkap bahwa sesuatu layak dan dengan demikian, secara intelektual yakin
atas layak dan pentingnya sesuatu itu. Kedua, nilai-nilai perlu mendarat di hati.
Orang sendiri tidak hanya menangkap bahwa sesuatu layak dan penting untuk
dimiliki, tetapi hati perlu juga dikenai dan dipengaruhi oleh nilai-nilai. Di mana
hartamu berada di situ hatimu berada. (Luk 12:34). Ketiga, nilai harus mendarat di
tangan. Jika seluruh pribadi terlibat pada nilai yang diyakini, otak dan hati, maka
nilai akan mengantar orang pada keputusan dan tindakan. Dengan demikian, nilai-
nilai penggerak utama dalam hidup kita karena nilai memberi kepastian arah
untuk bertindak. Singkatnya, nilai tidak hanya sesuatu yang kita percayai, tetapi
juga kenyataan yang kita pilih dan kemudian kita laksanakan.
c. Aspek Proses
Dalam aspek ini yang diungkap responden yakni profesionalitas guru,
materi, tujuan, proses, sarana, suasana kelas, dan evaluasi. Berdasarkan hasil
deskripsi data kuesioner menunjukkan bahwa N 163 didapat nilai rata-rata (mean)
54,2 dengan responden yang masuk kualifikasi Baik sebanyak 106 orang (65%),
42 responden masuk dalam kualifikasi Sangat Baik (26%), 15 responden yang
masuk ke dalam kualifikasi Kurang (15%), dan tidak ada responden masuk dalam
kualifikasi Sangat Kurang (0%). Hasil ini menunjukkan bahwa responden yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
masuk kualifikasi baik ke atas jumlahnya lebih tinggi dari respoden dengan
kriteria kadang-kadangl ke bawah. Hal ini berarti aspek proses pendidikan
kepangudiluhuran dapat diterima dan diikuti oleh siswa.
Data ini tidak diidukung dengan hasil wawancara. Dari 5 responden
secara keseluruhan pengalaman mereka saat mengikuti pelajaran
kepangudiluhuran yaitu jenuh, mudah bosan ketika mendengar guru
menyampaikan materi, mengantuk, ada keterpaksaan dalam mengikuti pelajaran
tersebut. Hal yang menyenangkan ketika dalam pelajaran tersebut guru
menyampaikan dalam bentuk film.
Sugiyono (2006:12) menyebutkan tujuan umum evaluasi pembelajaran
adalah usaha untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan
sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami
oleh para peserta didik setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam
jangka waktu tertentu, mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode
pembelajaran yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka
waktu tertentu serta menghimpun informasi yang dijadikan dasar untuk
mengetahui taraf kemajuan, taraf perkembangan, atau taraf pencapaian kegiatan
belajar siswa. Sejalan dengan hal tersebut proses kepangudiluhuran dalam kelas
perlu mendapat perhatian agar pelajaran kepangudiluhuran semakin diterima oleh
para siswa, bermanfaat dan berdaya guna. Para guru perlu mempersiapkan diri
agar dalam pendampingan terhadap siswa/siswi, nilai-nilai kepangudiluhuran
dapat tersampaikan dengan baik sehingga siswa/siswi dapat mengikuti dan
menerima pelajaran kepangudiluhuran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
C. Refleksi Kateketis
Pendidikan adalah sebuah proses pembelajaran yang pada hakekatnya
merupakan sebuah upaya menuju pada penerangan budi. Hal ini berdasar pada
eksistensi manusia sebagai subyek berpikir dan agen moral yang mampu
mencapai kebenaran ilmiah. Di dalam proses pembelajaran manusia menemukan
pengetahuan-pengetahuan baru melalui pengalaman hidup mereka dan belajar
untuk menghayatinya, dengan demikian nilai-nilai tersebut dapat diterapkan
dalam hidup sehari-hari.
Berkaitan dengan perihal di atas, maka pendidikan kepangudiluhuran juga
mempunyai cita-cita yang mulia yakni pembinaan pribadi manusia untuk
mencapai tujuan akhirnya (perilaku hubungan dengan Tuhan dan diri sendiri) dan
sekaligus untuk kepentingan masyarakat (perilaku hubungan dengan diri sendiri,
keluarga, masyarakat dan alam sekitarnya). Artinya dalam setiap pribadi manusia
khususnya siswa-siswi dibantu agar dapat menemukan dan menghayati nilai-nilai
hidup seperti percaya kepada Tuhan, rendah hati, memiliki semangat juang,
bijaksana, berpengetahuan, saleh, solider, peduli dan sebagainya yang berguna
bagi perkembangan hidupnya.
Maka dari itu, dalam proses pembelajaran pun selalu ditekankan untuk
menempatkan murid sebagai subyek berpikir dan rekan dialog bersama guru
sebagai fasilitator dan motivator. Sebagai fasilitator, guru mengatur alur proses
pembelajaran sehingga setiap murid dapat mengutarakan pandangan berdasarkan
pengalaman hidup dan pengetahuannya secara ilmiah. Sedangkan sebagai
motivator, guru berperan “mengingatkan” murid tentang materi yang dipelajari,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
mendorong mereka untuk mempelajari hal-hal baru, atau memberikan kepada
mereka kesempatan mempelajari pengalaman yang relevan. Peranan guru adalah
menstimulasi murid untuk berpikir, bertanya, berargumentasi dan menemukan
kemungkinan pemecahan masalah.
Seiring dengan perubahan paradigma pembelajaran abad ke-21, kita
diingatkan bahwa proses belajar-mengajar bukanlah dua aktivitas yang terpisah,
melainkan dua aspek dari satu aktivitas yang sama. Hubungan antara pendidik-
peserta didik merupakan satu kesatuan relasi dalam proses “mencintai
pengetahuan.” Sebuah pengetahuan mungkin diperoleh seorang „guru‟ dengan
belajar dari seorang murid, sebagaimana seorang murid dapat belajar dari seorang
guru. Relasi saling belajar antara guru dan murid hendaknya berpedoman pada
Yesus sebagai Sang Guru yang mengajarkan pengetahuan akan nilai-nilai hidup
kepada murid-murid-Nya. Yesus tidak hanya menjadi seorang Guru tetapi Ia juga
menjadi fasilitator dan motivator yang handal bagi murid-murid-Nya. Menurut
Lalu (2007:94) dalam katekese fasilitator sangat diperlukan sebab ia dapat dapat
menciptakan suasana yang komunikatif, membangkitkan gairah dan motivasi
kepada para peserta untuk berani berbicara mengungkapkan pengalaman iman
mereka secara terbuka dengan demikian peserta dapat menemukan pengetahuan
baru bagi hidupnya. Tanpa seorang fasilitator maka proses katekese itu sendiri
tidak dapat berjalan dengan baik dan tentunnya sulit untuk menemukan
pengetahuan-pengetahuan baru dari pengalaman-pengalaman peserta tersebut.
Maka dari itu, pendidikan kepangudiluhuran hendaknya menempatkan guru
sebagai fasilitator dan sekaligus motivator yang mampu mengantar para murid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
menemukan pengetahuan-pengetahuan baru guna membangkitkan “jiwa”
kreativitas, keaktifan, otonomi dan tanggung jawab dalam diri mereka untuk
mencari dan mencintai pengetahuan (kebijaksanaan) itu sendiri. Dengan demikian
mereka semakin mampu mencapai kepenuhan hidup rohani dalam Krtistus.
Aspek penghayatan merupakan muara dari pengetahuan yang telah
diperoleh dari setiap pengelaman-pengalaman baru. pengetahuan dan
penghayatan, keduanya tak terpisahkan. Tanpa penghayatan akan nilai-nilai hidup
atau nilai-nilai iman Kristiani yang diperoleh melalui pengetahuan maka sia-sialah
pengetahuan tersebut.
Sebagi makhluk ciptaan Tuhan yang tertinggi manusia memiliki pikiran,
perasaan, akal budi dan kehendak. Melalui pikiran, perasaan dan kehendak
tersebut manusia dapat menjalin relasi dengan sesama dan Tuhan. Manusia yang
mempunyai relasi dengan Tuhan biasanya dapat dideskripsikan atau digambarkan
secara lahiriah. Misalnya dengan berdoa, beribadat atau membaca kitab suci.
Selain itu juga nampak dalam tindakan untuk berbuat baik, memperhatikan atau
peduli kepada sesama yang membutuhkan uluran tangan. Setiap orang dapat
menjawab relasi dengan Tuhan melalui penghayatan akan nilai-nilai hidup.
Penghayatan nilai-nilai hidup merupakan motivasi, dorongan, landasan dari sikap
seseorang yang melakukan sesuatu dalam relasinya dengan Tuhan. Maka
pengetahuan yang telah diperoleh tersebut tidak cukup hanya dihayati tetapi perlu
juga diungkapkan, misalnya dengan berdoa, beribadat maupun membaca Kitab
Suci atau dapat diwujudkan dalam perbuatan konkret yang didasarkan pada nilai-
nilai kebaikan atau nulai-nilai iman yang bersumber pada pribadi yang diimani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
untuk menyatakan pikiran, perasaan, hati dan imannya. Memperhatikan orang
yang membutuhkan, berbuat baik dengan mengasihi sesama dan peduli pada
keadaan orang lain khususnya sesama yang miskin, kecil, lemah, dan menderita
merupakan wujud dari penghayatan akan nilai-nilai iman tersebut. Pendekatan
aspek analisa sosial dalam terang Injil (Aspek Sosiologis) dalam katekse dapat
diterapkan dalam pendidikan kepangudiluhuran. Pendidikan kepangudiluhuran
perlu memprioritaskan nilai-nilai iman yang hendak dihayati oleh guru, karyawan
maupun para siswa. Dengan demikian hidup mereka dapat menjadi berkat yang
berlimpah bagi sesamanya.
Aspek proses dalam pendidikan kepangudiluhuran mencakup segala
macam hal yang digunakan berkaitan dengan pembelajaran seperti profesionalitas
guru, metode, materi, tujuan, proses, sarana, situasi kelas, dan evaluasi. Semuanya
semata-mata demi menunjang pendidikan kepangudiluhuran yang bermutu.
Dengan proses pendidikan kepangudiluhuran yang dimiliki diharapkan semakin
mampu membantu para siswa menemukan nilai-nilai iman yang hendak
diwujudnyatakan dalam hidup sehari-hari. Dalam hal ini, proses pendidikan
kepangudiluhuran dapat meneladani sikap dan tindakan Yesus, sebagaimana Ia
mengajarkan nilai-nilai Kerajaan Allah kepada orang-orang Yahudi. Selain Yesus
berkotbah, Ia juga mengajar dengan menggunakan perumpamaan, menjalin relasi
dengan mereka yang dikucilkan, Ia tidak hanya mengajar akan nilai-nilai hidup
tetapi Ia sendiri juga memberikan contoh konkret melalui sikap dan perbuatannya.
Sikap dan perbuatan yang dilakukan Yesus menginspirasi banyak orang untuk
melakukan hal yang sama. Proses pendidikan kepangudiluhuran pun hendaknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
demikian, mampu menginspirasi siswa-siswi sehingga mereka semakin mampu
untuk mewujudkan dalam tindakan konkret apa yang telah mereka dapatkan
dalam proses pendidikan kepangudiluhuran.
Proses pendidikan kepangudiluhuran pada intinya merupakan usaha
pendampingan dan pendalaman sepuluh keutamaan Bruder Bernardus Hoecken,
untuk meningkatkan mutu hidup beriman siswa-siswi. Upaya tersebut diusahakan
dengan aneka metode, situasi, dan suasana yang dikembangkan agar mereka
ditumbuhkan pengolahan yang mendalam atas imannya baik pengetahuan maupun
sikap hidupnya dalam beriman. Tumbuh dan berkembangnya iman orang tidak
dapat dipengaruhi secara langsung. Dengan demikian, prinsip katekese lebih
sebagai usaha untuk menciptakan situasi dan suasana hidup beriman sedemikian
rupa, sehingga membantu dan mendukung tumbuh-berkembangnya iman orang.
Proses tumbuh-berkembangnya hidup beriman ini menyiratkan bagaimana orang
berkembang secara utuh, baik secara kognitif, afektif maupun perilaku dan
kehendaknya dalam menghayati apa yang diimaninya. Maka metode pembelajaran
adalah jalan atau cara yang memudahkan pendidik dan peserta didik untuk tidak
sekedar mengobservasi (menyimak, melihat, membaca, mendengar), berasosiasi,
lalu menyimpulkan dan mengkomunikasikan pengetahuannya. Lebih dari itu,
metode pembelajaran adalah sebuah diskursus antara guru dan murid untuk
bertanya tentang totalitas eksistensi diri, pengalaman dan realitas. Singkatnya,
sebuah metode pembelajaran tak lain adalah “jiwa” yang memampukan murid
untuk tidak hanya mengetahui bahwa sesuatu itu ada melainkan terlebih mengapa
sesuatu itu ada sebagaimana adanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Dalam proses katekese pun perlu diperhatikan dua unsur penting, yaitu
segi isi dan suasana. Isi memuat proses edukatif dan konsientisasi menyangkut
visi dan pengetahuan iman, nilai dan pesan moral bagi peserta katekese. Isi
katekese tidak dapat dilepaskan dari pengaruhnya atas suasana, baik faktor
perkembangan psikologis peserta katekese itu sendiri dan aspek-aspek
eksternalnya, yaitu lingkungan, sarana, pendekatan dan metodenya. Maka
diperlukan suasana akomodatif yang mampu menghantar isi kepada peserta
katekese.
Katekese hendaknya dipahami dalam keseluruhan eksistensinya. Katekese
tidak boleh berhenti pada beberapa aspek tertentu dari dinamika iman, misalnya
pengetahuan tentang kebenaran yang diwahyukan atau persetujuan akan perilaku
moral. Tetapi katekese perlu memperluas jangkauan sampai pada kepekatan sikap
iman sebagai jawaban pribadi dan menyeluruh atas panggilan hidup Kristiani,
yakni mengarahkan diri kepada Kristus dan mengikuti-Nya dalam hidup praksis
sehari-hari.
Hal ini sesuai dengan proses pendidikan kepangudiluhuran yang terjadi.
Hasil penelitian ditemukan bahwa proses yang terjadi kurang baik tetapi hasilnya
baik. Ini tidak menutup kemungkinan bahwa ada aspek lain yakni kultur
keseharian siswa-siswi yang ikut mempengaruhinya. Maka dari itu, pendidikan
nilai hendaknya tidak hanya terjadi di dalam ruang kelas (formal), namun perlu
juga diupayakan di luar ruangan (non formal), melalui live in di panti asuhan, di
masyarakat, kunjungan orang sakit, kunjungan ke Lembaga Permasyarakatan
(LP), retret, rekoleksi, bakti sosial. Melalui kegiatan non formal ini diharapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
siswa-siswi dapat mengalami secara langsung nilai-nilai yang mereka pelajari.
Aspek-aspek pedagogis tersebut harus menjadi bagian dari program pendidikan
kepangudiluhuran dan menjadi strategi yang tepat dalam membentuk pribadi yang
sadar dan mampu membangun hidup bersama. Strategi adalah pendekatan secara
keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan perencanaan, dan
eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Pendidikan
kepangudiluhuran perlu menerapkan strategi langsung dan tidak langsung.
Strategi langsung, pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian
materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud
agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. oleh karena itu sering
diidentikkan dengan ceramah, biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah
materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu
yang harus dihafal. Strategi tidak langsung merupakan metode pembelajaran yang
berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga
dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri,
mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar
ditempatkan sebagai subiek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran
dengan metode ini adalah sebagai pembimbing dan fasilitator.
Selain itu juga, perlu diperhatikan bahwa kriteria menjadi penting dalam
mengevaluasi pendidikan kepangudiluhuran. Istilah kriteria dalam penilaian
sering juga dikenal dengan kata tolak ukur, atau standar. Kriteria, tolak ukur, atau
standar, adalah sesuatu yang digunakan sebagai patokan atau batas minimal untuk
seesuatu yang diukur. Kriteria atau standar dapat disamakan dengan “takaran”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Jika untuk mengetahui berat beras digunakan timbangan, panjangnya benda yang
digunakan adalah meteran maka, kriteria atau tolak ukur digunakan untuk
menakar kondisi obiek yang dinilai. Dengan demikian kriteria memudahkan
dalam menentukan berhasil atau tidaknya pendidikan kepangudiluhuran.
D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan yang relevan berkaitan pendidikan
kepangudiluhuran. Penelitian ini relevan dan bermanfaat bagi yayasan secara
umum. Namun demikian penulis melihat adanya keterbatasan dari hasil penelitian,
antara lain:
1. Peneliti memiliki keterbatasan dan kekurangan dari segi pengetahuan dan
pemahaman dalam menyusun pernyataan kuesioner, sehingga belum
maksimal menggambarkan dan menjelaskan tentang evaluasi pendidikan
kepangudiluhuran.
2. Dalam wawancara tidak semua item-item yang ada dalam 3 aspek
diungkapkan oleh peneliti.
3. Responden kurang jujur dan terbuka dalam mengisi angket kuesioner dan
wawancara.
4. Peneliti mengalami keterbatan dalam pembahasan hasil analisis kuesioner
dengan hasil wawancara karena setiap aspek yang diteliti ada aspek yang
kurang sinkron antara hasil analisis kuesioner dan hasil wawancara.
5. Peneliti memiliki keterbatasan dalam menghubungkan refleksi kateketis
dengan evaluasi pendidikan kepangudiluhuran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil kajian pustaka, penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan
beberapa hal berikut sebagai jawaban atas pokok permasalahan dalam skripsi ini.
Hasil penelitian menunjukkan nilai mean evaluasi pendidikan Kepangudiluhuran
menurut responden atas keseluruhan aspek adalah 73,0 yang menunjukkan bahwa
secara umum responden mengetahui, memahami, menghayati dan dapat
mengikuti proses pendidikan kepangudiluhuran. Mean dari setiap aspek juga
menunjukkan bahwa pendidikan kepangudiluhuran baik, hanya saja dibutuhkan
peningkatan dari aspek-aspek tersebut. Nilai mean untuk aspek pengetahuan
adalah 9,00. Hal ini menunjukkan bahwa responden mengetahui dan memahami
nilai-nilai kepangudiluhuran. Data ini didukung dengan hasil wawancara. Siswa-
siswi mengetahui dan mengerti nilai-nilai kepangudiluhuran. Nilai-nilai
kepangudiluhuran yang diwariskan oleh para pendiri kongregasi FIC perlu terus
diterapkan kepada siswa-siswi. Nilai mean aspek penghayatan adalah 18,95. Ini
menunjukkan bahwa nilai-nilai kepangudiluhuran yang diterapkan kepada siswa-
siswi dapat mereka hayati, mereka kembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal
ini didukung dengan hasil wawancra, bahwa siswa-siswi dapat mempraktekkan
dalam kehidupan sehari-hari. Aspek proses mempunyai nilai mean 54,25 ini
menunjukkan bahwa proses kepangudiluhuran dalam kelas baik, meskipun data
ini bertolak belakang dengan hasil wawancara. Hasil wawancara 5 responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
menunjukkan bahwa siswa-siswi lebih sering jenuh, mudah bosan, dalam
mengikuti proses pelajaran di kelas. Hal ini tentu menjadi tantangan bagi para
guru yang mendampingi siswa-siswi dalam pelajaran kepangudiluhuran.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis memberikan beberapa saran yang
diharapkan dapat berguna bagi pengembangan kurikulum Yayasan Pangudi Luhur
dan SMP Pangudi Luhur sebagai berikut:
1. Yayasan Pangudi Luhur perlu meningkatkan lagi mutu pendampingan para
guru terhadap siswa-siswi dalam menanamkan nilai-nilai kepangudiluhuran,
dengan memperhatikan tiga aspek dalam pendidikan kepangudiluhuran yaitu
aspek pengetahuan, aspek penghayatan dan aspek proses. Dengan
memperhatikan aspek-aspek tersebut akan semakin meningkatkan efektivitas
dan efisiensi dalam pendidikan kepangudiluhuran.
2. Pendidikan kepangudiluhuran tidak harus terjadi dalam kelas, bisa divariasi
melalui live in di masyarakat, rekoleksi / retret.
3. Yayasan mempertahankan hal-hal yang sudah baik dalam pendidikan
kepangudiluhuran yaitu aspek pengetahuan, aspek penghayatan dan aspek
proses.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
DAFTAR PUSTAKA
Dapiyanta (2011). “Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di
Sekolah”. Yogyakarta: Penerbitan Universitas Sanata Dharma.
Darminta, J. S.J. (2006). Praksis Nilai Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Handoko Martin & Riyanto Theo. (2004). Idealisme Dan Praksis Pendidikan
Pangudi Luhur. Semarang.
Humblet, Piere. (1994). Petunjuk-Petunjuk Bertingkah Laku Bagi Para Pemimpin.
Suatu Jalan Untuk Kongregasi. Nijmegen Belanda: Institut Titus Brandsma.
Lalu, Yosef Pr. (2007). Katekese Umat. Jakarta: Komisi Kateketik KWI; kerja
sama dengan Yogyakarta: Kanisius.
Nana Syaodih. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Priyatno Duwi. (2011). Belajar Cepat Olah Data Statistik Dengan SPSS.
Yogyakarta: Andi
Sugiyono.(2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kulaitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. (2010). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sugi, Frans. (2007). Ludovicus Rutten Dan Bernardus Hoecken. Para Pendiri
Kongregasi Bruder FIC. Yogyakarta: Kanisius.
__________ (2011). kepangudiluhuran. Usaha Penanaman Nilai-nilai Luhur Bagi
Siswa SMP Kelas IX. Semarang: Yayasan Pangudi Luhur.
Wahana, Paulus (2004). Nilai Etika Aksiologis Max Scheler. Yogyakarta:
Kanisius.
Konstitusi FIC (1992). Manuskrip.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3
INSTRUMEN PENELITIAN (A) “Evaluasi Pendidikan Kepangudiluhuran di SMP Pangudi Luhur
Yogyakarta”. Petunjuk pengisian:
1. Bacalah secara cermat dan teliti sebelum mengerjakan soal-soal di bawah ini
2. Beri tanda ( ) pada kolom B, apabila pernyataan tersebut benar, dan tanda ( ) pada kolom S, apabila pernyataan tersebut salah.
3. Contoh cara menjawab: SOAL B S
Br. Bernardus Hoecken pernah berkarya di Indonesia
===============Selamat mengerjakan================= Nama : _____________________________________ Kelas : _____________________________________ Sekolah : _____________________________________ NO. SOAL B S
1 Iman berarti tidak percaya pada takhayul seperti yang dikatakan oleh Bruder Bernardus Hoecken.
2
Iman berarti menjalankan tugas perutusan dengan kasih, setia dan bersemangat seperti Mgr. Ludovicus Rutten dan Br. Bernardus Hoecken meskipun pada saat kongregasi merayakan pesta 25 tahun hampir tidak harapan untuk menambah anggota kongregasi.
3 Bernardus Hoecken adalah orang yang bersikap rendah hati dan diam-diam mencari pujian.
4
Bruder Bernardus Hoecken mengatakan bahwa Tuhan mengasihi orang yang rendah hati karena Ia sendiri adalah rendah hati.
5
Dalam mengikuti Yesus para bruder FIC, bebas dan tidak harus meninggalkan segala sesuatu yang menghambat hubungannya dengan Tuhan.
6 Melalui doa, Br. Hoecken dimampukan untuk mendengarkan kebenaran dan hidup batin yang lebih mendalam.
7
Br. Bernardus Hoecken adalah pribadi yang dekat dengan Tuhan. Ia menyadari bahwa kehidupan nyatanya harus dipertanggungjwabkan di hadapan Tuhan Allah yang kekal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8 Para Bruder FIC meneladan Bunda Maria yang cermat dan peka terhadap kebutuhan pribadinya.
9
Menurut Mgr. Ludovicus dan Br. Hoecken doa tidak memiliki kekuatan untuk “mengubah” orang-orang di sekitarnya menjadi lebih baik.
10
Bruder yang lembut hati berarti suatu karakter memuliakan Tuhan sehingga mudah tersentuh dan mudah merespon sabda Tuhan.
11
Perbedaan-perbedaan diantara para Bruder dimaksud untuk memecah kesatuan, tidak untuk saling melengkapi dan mempersatukan serta memperkaya diri sendiri.
12 Bruder-bruder FIC tidak mengutamakan nilai persaudaraan dan kedisiplinan.
INSTRUMEN PENELITIAN (B)
Petunjuk pengisian:
1. Bacalah secara cermat dan teliti sebelum mengerjakan soal-soal di bawah ini
2. Pilihlah salah satu kolom dibawah ini yang sesuai dengan penghayatan Anda: dengan memberi tanda cek list ( ). SL= Selalu, SR= Sering, KK = Kadang-kadang, TP = Tidak Pernah
3. Contoh cara menjawab: NO. SOAL SL SR KK TP
4 3 2 1 1. Saya berdoa sebelum makan.
NO. SOAL SL SR KK TP 4 3 2 1
13 Saya berdoa setiap hari.
14 Saya merasa kuat dan saya tidak perlu mengandalkan Tuhan dalam hidup sehari-hari.
15
Saya tekun berdoa memohon pertolongan Tuhan melalui perantaraan Bunda Maria agar dapat mengerjakan soal-soal ulangan yang sulit.
16 Saya tidak memberikan kolekte di sekolah dan di Gereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17 Saya menyisihkan sebagian uang saku untuk kegiatan amal.
18
Saya kurang memanfaatkan waktu dengan baik yang diberikan untuk belajar baik di sekolah maupun di rumah.
19 Saya tidak dapat berdiskusi dengan teman-teman karena banyak yang berbicara sendiri.
20 Saya bersedia membantu teman ketika kesulitan mengerjakan tugas mata pelajaran tertentu.
21 Saya akan memaafkan teman yang berbuat salah terhadap saya.
22
Saya bahagia dapat bertemu dengan teman-teman yang memiliki kemampuan dan kekurangannya masing-masing.
INSTRUMEN PENELITIAN (C)
Evaluasi Proses pendidikan kepangudiluhuran
NO. SOAL SL SR KK TP 4 3 2 1
23 Guru masuk kelas dan meninggalkan kelas tepat waktu.
24 Guru ramah dan berusaha untuk akrab dengan siswa.
25 Guru tegas bila siswa tidak disiplin dan tertib dalam kelas.
26 Guru menyampaikan materi kepangudiluhuran dengan baik serta menguasai materi tersebut.
27 Materi yang dipelajari selalu yang terbaru. (tidak mengulang materi yang sudah disampaikan).
28 Materi yang diberikan dalam pembelajaran sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
29 Materi yang dipelajari sesuai dengan pengalaman hidup siswa/siswi.
30 Siswa-siswi dapat mempraktekan sikap hidup Yesus dalam hidup sehari-hari
31 Siswa-siswi berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan belajar.
32 Setiap proses pembelajaran dapat diikuti dengan mudah oleh siswa/siswi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33 Dalam proses pembelajaran selalu menggunakan tahap-tahap yang jelas dan mudah diikuti.
34
Dalam proses pembelajaran selalu menggunakan sarana seperti film, cerita, dan alat peraga sesuai dengan tujuan pembelajaran.
35 Suasana pembelajaran dalam kelas tidak kaku dan tegang
36 Siswa/siswi ikut terlibat aktif dalam setiap pembelajaran
37 Siswa-siswi dapat memahami proses pembelajaran pada saat itu.
38 Siswa-siswi dapat memahami keseluruhan proses pembelajaran kepangudiluhuran.
39 Siswa-siswi membuat refleksi singkat tentang setiap kegiatan yang dilakukannya di sekolah
40 Siswa-siswi dapat memahami tujuan dari proses pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(11)
Lampiran 5: Instrument Wawancara
Daftar Pertanyaan Wawancara
1. Apa itu Pelajaran Kepangudiluhuran?
2. Apa yang anda ketahui tentang nilai-nilai yang diperjuangkan oleh pendiri
kongregasi para bruder FIC?
3. Bagaiman pengalamanmu mempraktekkan nilai-nilai kepangudiluhuran
dalam kehidupan sehari-hari?
4. Bagaimana pengalamanmu dalam mengikuti pelajaran kepangudiluhuran ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(12)
Lampiran 6: Hasil Wawancara
JAWABAN HASIL WAWANCARA
a. Aspek pengetahuan 1. Mengenai pelajaran kepangudiluhuran:
Responden 1, (Putri), menjawab; “Pelajaran buat lebih mengenal sejarah pendiri FIC dan Pangudi Luhur serta meneladan para pendiri FIC. jawaban ini didukung oleh responden 2 (Bagus), 3 (Billy) dan 5 (Ayu). Responden 4 (Yoga) menambahkan : Pelajaran untuk menambahkan semangat para siswa terutama siswa Pangudi Luhur.
2. Mengenai nilai-nilai yang diperjuangkan oleh para pendiri: Responden 1 (Putri) menjawab “gak pernah putus asa walaupun banyak tantangan, rendah hati, menyerahkan semua masalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria”. Jawaban ini didukung oleh responden 2 (Bagus) . 3 (Billy), 4 (Yoga) dan 5 (Ayu).
3. Mengenai tindakan konkreet dari para pendiri FIC berhubungan dengan tidak pernah putus asa: Responden 1 (Putri) menjawab “saat Bruder Bernardus Hoecken mau mendirikan kongregasi FIC uang tidak cukup, tinggal di rumah yang sangat sederhana, namun tetap berusaha. Jawaban ini didukung oleh responden 2 (Bagus), 4 (Yoga) dan 5 (Ayu). Responden 3 (Billy) menambahkan: “ saat kekurangan calon Bruder namun mereka tetap berdoa kepada Tuhan.
4. Mengenai pengertian rendah hati: Responden 1 menjawab “suatu sikap yang tidak sombong, dan sikap apa adanya, ” Jawaban ini didukung oleh responden 3, 4, dan 5. Responden 2 menjawab “ sikap yang tidak egois dan mementingkan diri-sendiri, seperti para pendiri FIC.Mereka menyerahkan harta miliknya untuk kongregasi. Mengenai menyerahkan semua masalah kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria: Responden 1 menjawab “para pendiri FIC pribadi adalah orang yang sangat beriman, sangat percaya kepada Tuhan Yesus, selalu berdoa kepada Bunda Maria, apapun persoalan yang mereka hadapi mereka selalu meyerahkannya kepada Tuhan. Jawaban ini didukung oleh responden 2, 3, dan 5. Responden 4 menambahkan : Bruder Bernardus Hoecken yakin bahwa Tuhan selalu melindungi mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(13)
b. Aspek Penghayatan
1. Mengenai pengalaman bersikap rendah hati: Responden 1 menjawab; “saat sulit mengerjakan mata pelajaran matematika dan bahasa Inggris, minta tolong teman untuk menjelaskan caranya bagaimana dan juga belajar kelompok”. Jawaban ini didukung oleh responden 4. Responden 2 menjawab: saat saya melihat teman yang tidak mengerti pelajaran yang sulit saya berusaha untuk membantu, karena saya juga kadang tidak mengerti semua mata pelajaran. Responden 3 menjawab: berusaha untuk tertib dan taat pada aturan sekolah seperti tidak boleh terlambat, ke sekolah menggunakan sepeda kalau tidak ada yang mengantar. Membuang sampah pada tempatnya, menggunakan seragam sekolah sesuai peraturan. Responden 5 menambahkan: “memberi kolekte satu minggu satu kaliuntuk pembangunan gereja”.
c. Aspek Proses
1. Mengenai pegalaman saat mengikuti pelajaran kepangudiluhuran: Responden 1 menjawab; “lebih sering bosan, jenuh, mengantuk, apalagi saat guru menjelaskan dan menasihati”. Responden 2 menjawab: kadang-kadang semangat, senang, tertarik, tapi kadang-kadang tidak semangat, bosan, maunya nonton film saja”. Responden 3 menjawab: “sebetulnya pelajaran kepangudiluhuran baik, namun saya sering malas, bosan, capek, apalagi kaalau pelajaran ini di siang hari, saya tidak bisa konsentrasi. Responden 4 menjawab: “saat saya senang saya semangat mengikuti pelajaran tetapi saat saya tidak senang pelajarannya tidak menarik, apalagi berbicara tentang sejarah para pendiri yayasan pangudi luhur, rasanya bosan dan jenuh. Responden 5 menjawab: “ada semacam keterpaksaan dalam mengikuti pelajaran ini. gampang bosan, jenuh, maunya nonton film saja”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(14)
Lampiran 7: Uji Validitas Aspek Pengetahuan
item1 item2 item3 item4 item5 item6 item7 item8 item9 item10 item11 item12 total
item1 Pearson Co 1.00 (0.10) (0.06) 0.06 (0.01) 0.00 (0.02) 0.04 0.04 0.08 0.01 (0.00) 0.33 Sig. (2-tailed) 0.19 0.44 0.47 0.85 0.96 0.84 0.57 0.61 0.32 0.93 0.99 0.00 N 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00
item2 Pearson Co (0.10) 1.00 0.15 (0.11) 0.04 (0.04) (0.05) 0.09 0.08 (0.08) (0.08) 0.03 0.17 Sig. (2-taile 0.19 0.05 0.15 0.58 0.57 0.52 0.24 0.34 0.34 0.31 0.69 0.03 N 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00
item3 Pearson Co (0.06) 0.15 1.00 0.01 0.04 (0.04) (0.04) 0.03 0.14 0.05 0.15 0.25 0.32 Sig. (2-taile 0.44 0.05 0.94 0.65 0.65 0.61 0.67 0.08 0.51 0.05 0.00 0.00 N 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00
item4 Pearson Co 0.06 (0.11) 0.01 1.00 (0.03) (0.04) (0.13) (0.11) (0.00) 0.05 0.03 0.13 0.32 Sig. (2-taile 0.47 0.15 0.94 0.75 0.64 0.09 0.15 0.98 0.51 0.68 0.10 0.00 N 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00
item5 Pearson Co (0.01) 0.04 0.04 (0.03) 1.00 0.10 (0.08) 0.05 0.15 0.02 0.09 0.34 0.52 Sig. (2-taile 0.85 0.58 0.65 0.75 0.18 0.31 0.50 0.05 0.83 0.25 0.00 0.00 N 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00
item6 Pearson Co 0.00 (0.04) (0.04) (0.04) 0.10 1.00 (0.03) 0.02 0.04 0.12 0.11 0.06 0.19 Sig. (2-taile 0.96 0.57 0.65 0.64 0.18 0.72 0.77 0.59 0.14 0.17 0.47 0.01 N 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00
item7 Pearson Co (0.02) (0.05) (0.04) (0.13) (0.08) (0.03) 1.00 0.05 (0.08) 0.24 (0.05) (0.07) 0.04 Sig. (2-taile 0.84 0.52 0.61 0.09 0.31 0.72 0.56 0.34 0.00 0.52 0.39 0.63 N 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00
item8 Pearson Co 0.04 0.09 0.03 (0.11) 0.05 0.02 0.05 1.00 (0.00) 0.03 0.14 (0.05) 0.38 Sig. (2-taile 0.57 0.24 0.67 0.15 0.50 0.77 0.56 0.99 0.73 0.07 0.52 0.00 N 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00
item9 Pearson Co 0.04 0.08 0.14 (0.00) 0.15 0.04 (0.08) (0.00) 1.00 (0.05) 0.27 0.14 0.43 Sig. (2-taile 0.61 0.34 0.08 0.98 0.05 0.59 0.34 0.99 0.55 0.00 0.07 0.00 N 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00
item10 Pearson Co 0.08 (0.08) 0.05 0.05 0.02 0.12 0.24 0.03 (0.05) 1.00 0.11 0.04 0.29 Sig. (2-taile 0.32 0.34 0.51 0.51 0.83 0.14 0.00 0.73 0.55 0.16 0.59 0.00 N 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00
item11 Pearson Co 0.01 (0.08) 0.15 0.03 0.09 0.11 (0.05) 0.14 0.27 0.11 1.00 0.17 0.43 Sig. (2-taile 0.93 0.31 0.05 0.68 0.25 0.17 0.52 0.07 0.00 0.16 0.03 0.00 N 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00
item12 Pearson Co (0.00) 0.03 0.25 0.13 0.34 0.06 (0.07) (0.05) 0.14 0.04 0.17 1.00 0.51 Sig. (2-taile 0.99 0.69 0.00 0.10 0.00 0.47 0.39 0.52 0.07 0.59 0.03 0.00 N 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00
total Pearson Co 0.33 0.17 0.32 0.32 0.52 0.19 0.04 0.38 0.43 0.29 0.43 0.51 1.00 Sig. (2-taile 0.00 0.03 0.00 0.00 0.00 0.01 0.63 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 N 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00 163.00
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Correlations UJI VALIDITAS ASPEK PENGETAHUAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(15)
Lampiran 8: Uji Validitas Aspek Penghayatan Dan Proses
item13 item14 item15 item16 item17 item18 item19 item20 item21 item22 item23 item24 item25 item26 item27 item28 item29 item13 Pearson 1.0 0.1 0.1 (0.1) 0.1 0.0 (0.1) (0.0) 0.0 0.0 0.0 (0.1) (0.1) 0.1 0.0 (0.0) 0.0
Sig. (2-tailed) 0.3 0.4 0.1 0.1 0.7 0.2 0.9 0.7 0.7 0.7 0.1 0.2 0.5 0.6 0.6 0.8 N 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0
item14 Pearson 0.1 1.0 (0.1) 0.3 (0.1) 0.1 0.1 (0.1) (0.1) (0.0) (0.0) (0.1) 0.1 (0.0) (0.0) (0.0) (0.0) Sig. (2-ta 0.3 0.4 0.0 0.4 0.1 0.2 0.1 0.2 0.8 1.0 0.5 0.5 0.7 0.8 1.0 0.8 N 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0
item15 Pearson 0.1 (0.1) 1.0 0.0 0.1 0.0 (0.2) 0.2 0.1 0.1 0.1 0.2 0.1 0.2 (0.0) 0.2 0.3 Sig. (2-ta 0.4 0.4 0.9 0.2 0.7 0.0 0.0 0.3 0.3 0.1 0.0 0.1 0.0 0.9 0.0 0.0 N 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0
item16 Pearson (0.1) 0.3 0.0 1.0 (0.0) 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.2 0.1 0.3 0.2 0.2 0.3 0.1 Sig. (2-ta 0.1 0.0 0.9 1.0 0.2 0.1 0.2 0.4 0.2 0.0 0.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.1 N 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0
item17 Pearson 0.1 (0.1) 0.1 (0.0) 1.0 0.0 (0.1) 0.2 0.1 0.1 0.2 0.2 0.1 0.1 0.1 0.2 0.1 Sig. (2-ta 0.1 0.4 0.2 1.0 0.6 0.1 0.0 0.2 0.4 0.0 0.0 0.2 0.2 0.3 0.0 0.1 N 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0
item18 Pearson 0.0 0.1 0.0 0.1 0.0 1.0 0.1 (0.1) 0.0 0.0 0.0 0.2 (0.0) 0.2 0.1 0.1 0.0 Sig. (2-ta 0.7 0.1 0.7 0.2 0.6 0.2 0.5 0.9 0.9 0.8 0.0 0.9 0.0 0.2 0.2 1.0 N 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0
item19 Pearson (0.1) 0.1 (0.2) 0.1 (0.1) 0.1 1.0 (0.1) (0.2) (0.1) (0.0) (0.1) 0.0 (0.0) 0.0 (0.0) (0.1) Sig. (2-ta 0.2 0.2 0.0 0.1 0.1 0.2 0.4 0.0 0.3 0.6 0.2 1.0 0.7 0.7 0.7 0.4 N 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0
item20 Pearson (0.0) (0.1) 0.2 0.1 0.2 (0.1) (0.1) 1.0 0.2 0.3 0.1 0.2 0.2 (0.0) 0.2 0.2 0.2 Sig. (2-ta 0.9 0.1 0.0 0.2 0.0 0.5 0.4 0.0 0.0 0.1 0.0 0.0 0.6 0.0 0.0 0.1 N 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0
item21 Pearson 0.0 (0.1) 0.1 0.1 0.1 0.0 (0.2) 0.2 1.0 0.2 0.0 0.2 0.2 0.1 0.1 (0.0) (0.0) Sig. (2-ta 0.7 0.2 0.3 0.4 0.2 0.9 0.0 0.0 0.0 0.7 0.0 0.0 0.1 0.5 0.8 0.9 N 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0
item22 Pearson 0.0 (0.0) 0.1 0.1 0.1 0.0 (0.1) 0.3 0.2 1.0 0.2 0.2 0.3 0.2 0.2 0.2 0.1 Sig. (2-ta 0.7 0.8 0.3 0.2 0.4 0.9 0.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.1 N 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0
item23 Pearson 0.0 (0.0) 0.1 0.2 0.2 0.0 (0.0) 0.1 0.0 0.2 1.0 0.4 0.3 0.3 0.2 0.2 0.3 Sig. (2-ta 0.7 1.0 0.1 0.0 0.0 0.8 0.6 0.1 0.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 N 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0
item24 Pearson (0.1) (0.1) 0.2 0.1 0.2 0.2 (0.1) 0.2 0.2 0.2 0.4 1.0 0.5 0.4 0.2 0.4 0.4 Sig. (2-ta 0.1 0.5 0.0 0.1 0.0 0.0 0.2 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 N 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0
item25 Pearson (0.1) 0.1 0.1 0.3 0.1 (0.0) 0.0 0.2 0.2 0.3 0.3 0.5 1.0 0.4 0.2 0.5 0.3 Sig. (2-ta 0.2 0.5 0.1 0.0 0.2 0.9 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 N 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0
item26 Pearson 0.1 (0.0) 0.2 0.2 0.1 0.2 (0.0) (0.0) 0.1 0.2 0.3 0.4 0.4 1.0 0.2 0.5 0.4 Sig. (2-ta 0.5 0.7 0.0 0.0 0.2 0.0 0.7 0.6 0.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 N 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(16)
item30 item31 item32 item33 item34 item35 item36 item37 item38 item39 item40 Total 0.1 (0.0) 0.0 (0.1) 0.0 0.2 0.0 (0.0) 0.0 0.0 (0.1) 0.1 0.3 0.8 0.6 0.4 0.5 0.0 0.7 0.6 0.9 1.0 0.1 0.2
163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 162.0 163.0 (0.0) 0.0 (0.1) 0.0 (0.1) (0.1) (0.1) (0.1) (0.0) 0.0 0.0 0.0 0.5 0.5 0.4 0.9 0.3 0.3 0.1 0.3 0.6 0.8 1.0 0.7
163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 162.0 163.0 0.1 0.1 0.0 0.1 0.0 0.2 0.1 0.0 0.1 0.1 0.2 0.3 0.1 0.5 0.6 0.1 0.9 0.0 0.2 0.7 0.4 0.1 0.0 0.0
163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 162.0 163.0 0.1 0.1 0.2 0.4 0.1 0.1 0.1 0.2 0.2 0.1 0.3 0.4 0.2 0.4 0.0 0.0 0.1 0.3 0.2 0.0 0.0 0.2 0.0 0.0
163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 162.0 163.0 0.1 0.1 0.2 0.0 (0.1) (0.0) (0.1) (0.0) 0.0 (0.0) 0.0 0.2 0.2 0.5 0.0 0.9 0.3 0.6 0.4 0.9 1.0 0.6 0.6 0.0
163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 162.0 163.0 0.1 (0.1) (0.1) 0.0 (0.0) (0.0) (0.0) (0.0) (0.1) 0.0 0.1 0.1 0.1 0.4 0.5 0.6 1.0 0.6 0.6 0.6 0.3 0.9 0.3 0.1
163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 162.0 163.0 (0.0) (0.1) (0.1) 0.2 (0.0) (0.1) 0.1 0.0 (0.0) 0.1 0.0 0.0 1.0 0.3 0.2 0.1 0.6 0.4 0.2 0.9 0.7 0.1 0.8 0.8
163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 162.0 163.0 0.4 0.2 0.1 0.0 0.2 0.2 0.1 0.2 0.1 0.2 0.0 0.4 0.0 0.0 0.3 0.6 0.0 0.0 0.2 0.0 0.2 0.0 0.6 0.0
163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 162.0 163.0 0.0 0.1 0.0 (0.1) (0.0) 0.1 0.0 0.0 (0.1) (0.2) (0.0) 0.2 0.6 0.4 0.8 0.3 1.0 0.5 0.5 0.8 0.3 0.0 0.6 0.0
163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 162.0 163.0 0.2 0.2 0.1 0.2 0.1 0.1 0.1 0.2 0.1 0.1 0.1 0.4 0.0 0.0 0.2 0.0 0.2 0.2 0.2 0.0 0.1 0.1 0.1 0.0
163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 162.0 163.0 0.2 0.0 0.3 0.1 0.1 0.1 0.1 0.2 0.2 0.1 0.4 0.5 0.0 0.8 0.0 0.3 0.4 0.1 0.3 0.0 0.0 0.2 0.0 0.0
163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 162.0 163.0 0.3 0.3 0.2 0.2 0.1 0.2 0.3 0.3 0.2 0.1 0.4 0.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.1 0.0 0.0
163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 162.0 163.0 0.4 0.3 0.2 0.2 0.2 0.0 0.1 0.1 0.2 0.1 0.3 0.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.7 0.1 0.1 0.0 0.5 0.0 0.0
163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 162.0 163.0 0.2 0.1 0.2 0.4 0.1 0.2 0.2 0.3 0.2 0.1 0.3 0.6 0.0 0.1 0.0 0.0 0.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.2 0.0 0.0
163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 162.0 163.0 0.2 0.1 0.3 0.2 0.2 0.2 0.0 0.1 0.1 0.2 0.2 0.5 0.0 0.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.6 0.1 0.5 0.0 0.0 0.0
163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 162.0 163.0 0.4 0.3 0.2 0.3 0.2 0.2 0.2 0.3 0.3 0.0 0.3 0.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.6 0.0 0.0
163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 162.0 163.0 0.3 0.3 0.2 0.4 0.2 0.2 0.2 0.3 0.2 0.2 0.3 0.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 162.0 163.0 1.0 0.3 0.2 0.1 0.2 0.1 0.1 0.3 0.3 0.2 0.2 0.5
0.0 0.0 0.1 0.0 0.2 0.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 162.0 163.0
0.3 1.0 0.2 0.2 0.0 0.1 0.2 0.3 0.1 0.0 0.1 0.4 0.0 0.0 0.0 0.7 0.1 0.0 0.0 0.2 0.9 0.1 0.0
163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 162.0 163.0 0.2 0.2 1.0 0.3 0.2 0.1 0.1 0.3 0.3 0.1 0.3 0.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.1 0.2 0.0 0.0 0.1 0.0 0.0
163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 162.0 163.0 0.1 0.2 0.3 1.0 0.3 0.2 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.5 0.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 162.0 163.0 0.2 0.0 0.2 0.3 1.0 0.1 0.2 0.2 0.3 0.2 0.1 0.4 0.0 0.7 0.0 0.0 0.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.1 0.0
163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 162.0 163.0 0.1 0.1 0.1 0.2 0.1 1.0 0.3 0.2 0.2 0.1 0.1 0.4 0.2 0.1 0.1 0.0 0.1 0.0 0.0 0.0 0.3 0.2 0.0
163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 162.0 163.0 0.1 0.2 0.1 0.3 0.2 0.3 1.0 0.3 0.4 0.3 0.4 0.5 0.1 0.0 0.2 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 162.0 163.0 0.3 0.3 0.3 0.3 0.2 0.2 0.3 1.0 0.6 0.4 0.5 0.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 162.0 163.0 0.3 0.1 0.3 0.3 0.3 0.2 0.4 0.6 1.0 0.4 0.5 0.5 0.0 0.2 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 162.0 163.0 0.2 0.0 0.1 0.3 0.2 0.1 0.3 0.4 0.4 1.0 0.4 0.4 0.0 0.9 0.1 0.0 0.0 0.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 162.0 163.0 0.2 0.1 0.3 0.3 0.1 0.1 0.4 0.5 0.5 0.4 1.0 0.6 0.0 0.1 0.0 0.0 0.1 0.2 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
162.0 162.0 162.0 162.0 162.0 162.0 162.0 162.0 162.0 162.0 162.0 162.0 0.5 0.4 0.5 0.5 0.4 0.4 0.5 0.6 0.5 0.4 0.6 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 162.0 163.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(17)
0.2 0.1 0.3 0.2 0.2 0.2 0.0 0.1 0.1 0.2 0.2 0.5 0.0 0.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.6 0.1 0.5 0.0 0.0 0.0
163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 162.0 163.0 0.4 0.3 0.2 0.3 0.2 0.2 0.2 0.3 0.3 0.0 0.3 0.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.6 0.0 0.0
163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 162.0 163.0 0.3 0.3 0.2 0.4 0.2 0.2 0.2 0.3 0.2 0.2 0.3 0.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 162.0 163.0 1.0 0.3 0.2 0.1 0.2 0.1 0.1 0.3 0.3 0.2 0.2 0.5
0.0 0.0 0.1 0.0 0.2 0.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 162.0 163.0
0.3 1.0 0.2 0.2 0.0 0.1 0.2 0.3 0.1 0.0 0.1 0.4 0.0 0.0 0.0 0.7 0.1 0.0 0.0 0.2 0.9 0.1 0.0
163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 162.0 163.0 0.2 0.2 1.0 0.3 0.2 0.1 0.1 0.3 0.3 0.1 0.3 0.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.1 0.2 0.0 0.0 0.1 0.0 0.0
163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 162.0 163.0 0.1 0.2 0.3 1.0 0.3 0.2 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.5 0.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 162.0 163.0 0.2 0.0 0.2 0.3 1.0 0.1 0.2 0.2 0.3 0.2 0.1 0.4 0.0 0.7 0.0 0.0 0.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.1 0.0
163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 162.0 163.0 0.1 0.1 0.1 0.2 0.1 1.0 0.3 0.2 0.2 0.1 0.1 0.4 0.2 0.1 0.1 0.0 0.1 0.0 0.0 0.0 0.3 0.2 0.0
163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 162.0 163.0 0.1 0.2 0.1 0.3 0.2 0.3 1.0 0.3 0.4 0.3 0.4 0.5 0.1 0.0 0.2 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 162.0 163.0 0.3 0.3 0.3 0.3 0.2 0.2 0.3 1.0 0.6 0.4 0.5 0.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 162.0 163.0 0.3 0.1 0.3 0.3 0.3 0.2 0.4 0.6 1.0 0.4 0.5 0.5 0.0 0.2 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 162.0 163.0 0.2 0.0 0.1 0.3 0.2 0.1 0.3 0.4 0.4 1.0 0.4 0.4 0.0 0.9 0.1 0.0 0.0 0.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 162.0 163.0 0.2 0.1 0.3 0.3 0.1 0.1 0.4 0.5 0.5 0.4 1.0 0.6 0.0 0.1 0.0 0.0 0.1 0.2 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
162.0 162.0 162.0 162.0 162.0 162.0 162.0 162.0 162.0 162.0 162.0 162.0 0.5 0.4 0.5 0.5 0.4 0.4 0.5 0.6 0.5 0.4 0.6 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 163.0 162.0 163.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI