s i dan Reh o s n a K i - forda-mof.org · Konservasi insitu tusam kerinci dapat dilakukan dengan...

16
2 n a R d e i h s a a b v r il e i t s a n s o i K

Transcript of s i dan Reh o s n a K i - forda-mof.org · Konservasi insitu tusam kerinci dapat dilakukan dengan...

2

na Rd ei hs aa bvr ile its an so iK

Konservasi Jenis Pinus merkusii Strain Kerinci

Tusam kerinci menyebar di hutan pegunungan (900 – 1.465 m dpl) di Kabupaten Kerinci Jambi pada wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan sekitarnya yaitu di Bukit Tapan, Bukit Terbakar dan Pungut Mudik. Sebaran tusam kerinci cenderung mengelompok kecil atau soliter dengan potensi permudaan alam yang sangat rendah.

Tusam kerinci saat ini telah mengalami ancaman kepunahan. Hal ini diidentifikasi dari kondisi populasi terpecah-pecah dalam areal yang sempit (kurang dari satu hektar) dengan jumlah pohon yang hanya sedikit. Permudaan alam dan daya kecambah benih jenis ini juga rendah.

Untuk mengatasi sedikitnya permudaan alam dan daya kecambah benih yang rendah, upaya pengembangan tusam kerinci perlu didukung dengan penelitian propagasi vegetatif seperti kultur jaringan, grafting atau stek sebagai alternatif pembiakannya.

TantanganPeneliti : Darmawan EdyUnit kerja : Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Aek NauliEmail : [email protected] : Koleksi Darmawan EdyInfo detil : http://bpk-aeknauli.litbang.dephut.go.id/

Keterangan

11 112

inus merkusii strain Kerinci adalah satu-satunya jenis tusam yang menyebar P

secara alami ke selatan khatulistiwa. Tusam termasuk jenis penting untuk penghasil kayu pertukangan dan kayu serat selain menghasilkan hasil hutan bukan kayu berupa getah. Tusam kerinci juga memiliki potensi produksi getah relatif tinggi, ditandai dengan keluarnya getah secara alami, namun memiliki produksi buah dan benih yang sangat rendah.

Sampai saat ini tusam kerinci masih belum banyak dimanfaatkan secara luas sedangkan populasinya di alam terancam punah (Appendix II CITES). Oleh karenanya perlu dilakukan upaya konservasi untuk menyelamatkan serta mempelajari dan mengembangkan tusam kerinci tersebut.

D e s k r i p s i

Hal lain yang juga berpotensi mempercepat kepunahan adalah gangguan perlandangan dan penanaman P. merkusii strain Aceh yang berdekatan dengan tusam alam kerinci yang diduga bisa mengancam kemurnian genetik tusam kerinci tersebut.

Upaya konservasi secara eksitu adalah salah satu upaya untuk menyelamatkan tusam kerinci dari kepunahan. Pembangunan plot konservasi eksitu perlu memperhatikan karakteristik tempat tumbuh tusam kerinci di habitat alaminya, seperti ketinggian tempat dari permukaan laut, kelerengan, jenis tanah dan curah hujan.

Konservasi insitu tusam kerinci dapat dilakukan dengan melakukan penanaman pada lokasi yang populasinya sedikit.

Dalam konservasi insitu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Upaya menjaga kemurnian tusam kerinci perlu dilakukan dengan mengurangi tusam strain Aceh secara bertahap di habitat asli tusam kerinci dan menggantinya dengan jenis-jenis asli di kawasan tersebut.

b. Untuk menstimulasi tumbuhnya benih tusam kerinci yang jatuh di bawah tegakan menjadi anakan alam, perlu dilakukan pembersihan lahan di bawah tegakan tusam kerinci.

Pohon tusam kerinci di Pungut Udik Kabupaten Kerinci

Produksi getah tusam kerinci

5

Konservasi Jenis Pinus merkusii Strain Kerinci

Tusam kerinci menyebar di hutan pegunungan (900 – 1465 m dpl) di Kabupaten Kerinci Jambi pada wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan sekitarnya yaitu di Bukit Tapan, Bukit Terbakar dan Pungut Mudik. Sebaran tusam kerinci cenderung mengelompok kecil atau soliter dengan potensi permudaan alam yang sangat rendah.

Tusam kerinci saat ini telah mengalami ancaman kepunahan. Hal ini diidentifikasi dari kondisi populasi terpecah-pecah dalam areal yang sempit (kurang dari satu hektar) dengan jumlah pohon yang hanya sedikit. Permudaan alam dan daya kecambah benih jenis ini juga rendah.

Untuk mengatasi sedikitnya permudaan alam dan daya kecambah benih yang rendah, upaya pengembangan tusam kerinci perlu didukung dengan penelitian propagasi vegetatif seperti kultur jaringan, grafting atau stek sebagai alternatif pembiakannya.

TantanganPeneliti : Darmawan EdyUnit kerja : Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Aek NauliEmail : [email protected], [email protected] : Koleksi Darmawan EdyInfo detil : http://bpk-aeknauli.litbang.dephut.go.id/

11 112

inus merkusii strain Kerinci adalah satu-satunya jenis tusam yang menyebar P

secara alami ke selatan khatulistiwa. Tusam termasuk jenis penting untuk penghasil kayu pertukangan dan kayu serat selain menghasilkan hasil hutan bukan kayu berupa getah. Tusam kerinci juga memiliki potensi produksi getah relatif tinggi, ditandai dengan keluarnya getah secara alami, namun memiliki produksi buah dan benih yang sangat rendah.

Sampai saat ini tusam kerinci masih belum banyak dimanfaatkan secara luas sedangkan populasinya di alam terancam punah (Appendix II CITES). Oleh karenanya perlu dilakukan upaya konservasi untuk menyelamatkan serta mempelajari dan mengembangkan tusam kerinci tersebut.

D e s k r i p s i

Hal lain yang juga berpotensi mempercepat kepunahan adalah gangguan perlandangan dan penanaman P. merkusii strain Aceh yang berdekatan dengan tusam alam kerinci yang diduga bisa mengancam kemurnian genetik tusam kerinci tersebut.

Upaya konservasi secara eksitu adalah salah satu upaya untuk menyelamatkan tusam kerinci dari kepunahan. Pembangunan plot konservasi eksitu perlu memperhatikan karakteristik tempat tumbuh tusam kerinci di habitat alaminya, seperti ketinggian tempat dari permukaan laut, kelerengan, jenis tanah dan curah hujan.

Konservasi insitu tusam kerinci dapat dilakukan dengan melakukan penanaman pada lokasi yang populasinya sedikit.

Dalam konservasi insitu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Upaya menjaga kemurnian tusam kerinci perlu dilakukan dengan mengurangi tusam strain Aceh secara bertahap di habitat asli tusam kerinci dan menggantinya dengan jenis-jenis asli di kawasan tersebut.

b. Untuk menstimulasi tumbuhnya benih tusam kerinci yang jatuh di bawah tegakan menjadi anakan alam, perlu dilakukan pembersihan lahan di bawah tegakan tusam kerinci.

Pohon tusam kerinci

Getah tusam kerinci yang keluar secara alami

5

Keterangan

Menyelamatkan Orangutan

Menyelamatkan orangutan menuntut solusi jangka panjang yang komprehensif, baik bersifat perlindungan maupun tindakan penyelamatan. Selain itu, tak kalah pentingnya adalah perubahan sikap dan perilaku yang lebih bijak dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam.

Perlindungan orangutan dan habitatnya adalah salah satu upaya yang tepat untuk menyelamatkan keberadaan orangutan. Dalam bingkai yang lebih besar, sesungguhnya keberlanjutan hidup orangutan memerlukan pendekatan yang holistik dan terpadu.

rangutan hanya ditemukan di Borneo dan Sumatera bagian utara, dan 90% dari total populasinya berada di Owilayah Indonesia. Secara hukum keberadaan orangutan

dilindungi, namun fakta menunjukkan bahwa jumlah orangutan terus menurun drastis. Diperkirakan jumlah orangutan di alam Kalimantan saat ini tinggal 45.000-69.000 individu dan di Pulau Sumatera tinggal sekitar 7.300 individu. Semakin sempit dan menurunnya kualitas habitat akibat perubahan fungsi areal hutan adalah salah satu penyebab menurunnya populasi orangutan.

Orangutan berperan penting dalam proses regenerasi hutan. Sebagai hewan frugifore (pemakan buah), orangutan adalah agen penyebar biji yang efektif sehingga regenerasi hutan dapat terjamin. Pergerakan orangutan pun dapat membuka ruang bagi cahaya matahari masuk ke lantai hutan, sehingga proses suksesi alami berjalan lebih cepat. Karena peranan itu, orangutan menjadi sangat penting untuk dilidungi dan diselamatkan dari kepunahan.

D e s k r i p s i

bersama untuk menjaga dan mempertahankan kuantitas dan kualitas hutan.

Hutan tetap saja dieksploitasi secara berlebihan untuk berbagai kepentingan. Bencana ekologis yang kerap muncul, bahkan belum mampu sebagai dasar introspeksi diri untuk melihat kesalahan dalam tata kelola pengelolaan sumber daya alam, sosial dan politik yang berlaku.

Belajar dari pengalaman nenek moyang kita, dengan kemajuan IPTEK yang kita miliki sudah seharusnya kita lebih dekat dan mau belajar dari alam kembali dalam mengelola sumber daya alam.

a. Diperlukan Kolaborasi atau Gotong Royong

Inisiatif manajemen kolaborasi yang berbasis bentang alam merupakan suatu kebutuhan yang harus dilakukan jika ingin berhasil menanggulangi konflik antara manusia dengan satwa liar. Hal ini mengingat bahwa satwa liar bergerak dalam batasan bentang alam, bukan batasan administratif manajemen unit, sehingga diperlukan keterlibatan peran aktif dari masing-masing pemangku kepentingan.

b. Diperlukan Perubahan Sikap dan Perilaku

Pemahaman tentang hutan sebagai bagian lingkungan hidup yang vital sangat penting. Peranan hutan sebagai pengatur tata air, kesuburan tanah, iklim mikro, penyimpan karbon dll, ternyata tidak secara otomatis menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran

13 114

OrangutanFoto: Amir Ma’ruf

OrangutanFoto: Amir Ma’ruf

6

Menyelamatkan Orangutan

Menyelamatkan orangutan dari kepunahan menuntut solusi jangka panjang yang komprehensif, baik bersifat pencegahan maupun tindakan penyelamatan di lapangan. Selain itu, tak kalah pentingnya adalah dibarengi dengan mengubah sikap dan perilaku yang lebih bijak dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam.

Pelepasliaran adalah salah satu upaya aksi penyelamatan keberadaan orangutan. Dalam bingkai yang lebih besar, sesungguhnya keberlanjutan hidup orangutan memerlukan pendekatan yang holistik dan terpadu.

rangutan hanya ditemukan di Borneo dan bagian utara Sumatera, dan 90% dari total populasi Oberada di wilayah Indonesia. Walaupun secara

hukum keberadaan orangutan dilindungi, fakta menunjukkan bahwa jumlah orangutan terus menurun drastis. Diperkirakan jumlah orangutan di alam Kalimantan saat ini tinggal sekitar 45.000-69.000 individu dan di Pulau Sumatera tinggal sekitar 7.300 individu.

Padahal, orangutan mempunyai peran penting dalam proses regenerasi hutan. Sebagai hewan frugifora (pemakan buah), orangutan adalah agen penyebar biji yang efektif sehingga regenerasi hutan dapat terjamin. Pergerakan orangutan pun dapat membuka ruang bagi cahaya masuk kelantai hutan proses suksesi alami berjalan lebih cepat. Karena perannya itu, orangutan menjadi sangat penting untuk dilidungi dan diselamatkan dari kepunahan.

D e s k r i p s i

Proses adaptasi tersebut harus disikapi secara bijaksana agar mereka tidak lagi dianggap sebagai hama atau satwa perusak.

Strategi adaptasi itu harus digunakan sebagai dasar dalam pembinaan habitat yang sudah terfragmentasi.

b. Diperlukan Perubahan Sikap dan Perilaku

Konflik antara manusia dengan orangutan sering terjadi di areal perkebunan kelapa sawit yang pada awalnya adalah habitat orangutan. Pada dasarnya tidak ada solusi tunggal dalam menangani konflik ini, namun beberapa strategi yang dapat diterapkan adalah:1. Mempertahankan

keberadaan habitat yang dinilai penting bagi

kehidupan orangutan dari perubahan fungsi lainnya.

a. Memahami Perilaku dan Strategi Adaptasi Orangutan

Pemahaman terhadap perilaku alami orangutan adalah hal yang mendasar dan penting dalam menentukan strategi dan upaya pelestariannya. Perilaku tersebut meliputi pola aktivitas harian, daya jejalah, sumber pakan, kehidupan sosial, dan interaksinya dengan lingkungan.

Namun demikian orangutan memiliki strategi tertentu untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungannya yang mengalami kerusakan atau berubah menjadi areal perkebunan atau pemukiman. Adaptasi tersebut dapat berupa perubahan perilaku, pola aktivitas, pola pergerakan, dan jenis sumber pakan.

13 114

OrangutanFoto: Amir Ma’ruf

OrangutanFoto: Amir Ma’ruf

6

Diperlukan komitmen dan konsistensi implementasi rencana aksi konservasi orangutan yang dilaksanakan secara holistik dan terpadu.

TantanganPeneliti : Ishak Yassir, Tri Atmoko, Tri Sayektiningsih dan Amir Ma’rufUnit kerja : Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam (BPTKSDA) E-mail : [email protected] dan [email protected] : Koleksi BPTKSDAInfo detil : www.forda-mof.org/publikasi, http://balitek-ksda.or.id

Keterangan

(aktivitas di permukaan tanah). Perilaku tersebut e. Pengembangan Pendidikan Konservasi Sejak Diniadalah salah satu strategi adaptasi terhadap

Pendidikan konservasi adalah usaha sadar yang lingkungannya, yaitu menghindar dari predator.dilakukan terus menerus dengan tujuan agar

2)Adaptasi morfologi. Adaptasi ini sangat erat masyarakat memiliki kesadaran dan kepedulian kaitannya dengan perilaku satwa liar dan kondisi terhadap konservasi sumber daya alam dengan lingkungannya. segala permasalahannya. Pendidikan ini juga

bertujuan agar masyarakat memiliki pengetahuan, 3)Adaptasi fisiologi, dengan adanya adaptasi sikap, keahlian, motivasi dan komitmen untuk ikut

perilaku dan morfologi dalam jangka waktu yang memecahkan masalah konservasi.lama secara fisiologis juga akan mengalami penyesuaian. Menumbuhkan jiwa konservasi tidak dapat secara

instan, melainkan membutuhkan proses panjang. 4)Learning, strategi adaptasi melalui pembelajaran Oleh karena itu, sangat penting untuk

sering dijumpai pada primata. Hal ini ditunjang mengembangkan pendidikan konservasi sejak dini dengan tingkat kecerdasannya yang cenderung kepada anak-anak, generasi penerus bangsa.lebih tinggi dibandingkan jenis lainnya. Proses pembelajaran dapat diperoleh dari induknya atau individu lainnya.

2. Pengelolaan koridor untuk menghubungkan areal perusahaan yang memiliki HCV 1,2,3 (high conservation value) dengan kawasan konservasi habitat orangutan

3. Pembuatan barrier dengan tanaman sumber pakan orangutan di perbatasan areal perusahaan dengan kawasan konservasi habitat orangutan.

4. Mengarahkan pola pergerakan orangutan yang masuk ke areal pemanfaatan menuju kawasan konservasi atau mengembalikannya ke habitatnya semula.

c. Diperlukan Kolaborasi dan Gotong Royong

Pergerakan orangutan adalah di dalam batasan bentang alam, bukan batasan administratif atau manajemen unit, sehingga diperlukan peran aktif dari masing-masing pemangku kepentingan.

Inisiatif manajemen kolaborasi yang berbasis bentang alam merupakan suatu kebutuhan yang

harus dilakukan jika ingin keberhasil menanggulangi konflik antara manusia dengan satwaliar khususnya orangutan.

d. Diperlukan Perubahan Sikap

Pemahaman tentang hutan sebagai bagian lingkungan hidup yang vital sangat penting. Peranan hutan adalah sebagai rumah bagi jutaan jenis flora dan fauna, pengatur tata air, kesuburan tanah, iklim mikro, penyimpan karbon, dan berbagai fungsi ekologis lainnya.

Kondisi tersebut ternyata tidak secara otomatis menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran bersama untuk menjaga dan

mempertahankan kuantitas dan kualitas hutan.

15 116

Orangutan di area konservasi

D e s k r i p s i (lanjutan)

Diperlukan komitmen dan konsistensi implementasi rencana aksi konservasi orangutan yang dilaksanakan secara holistik dan terpadu.

TantanganPeneliti : Tri Atmoko, Ishak Yassir, Tri Sayektiningsih dan Amir Ma’rufUnit kerja : Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam (BPTKSDA) E-mail : [email protected], [email protected],

[email protected], [email protected] dan [email protected]

Gambar : Koleksi BPTKSDAInfo detil : www.forda-mof.org/publikasi, http://balitek-ksda.or.id

Keterangan

Hutan tetap saja dieksploitasi secara berlebihan masyarakat memiliki kesadaran dan kepedulian untuk berbagai kepentingan. Bencana ekologis yang terhadap konservasi sumber daya alam dengan sering muncul, belum mampu sebagai dasar segala permasalahannya. instrospeksi diri untuk melihat kesalahan dalam tata kelola pengelolaan sumber daya alam.

Pendidikan ini juga bertujuan agar masyarakat Perubahan sikap untuk lebih arif dalam menjaga dan memiliki pengetahuan sikap, keahlian, motivasi dan memanfaatkan hutan adalah langkah besar untuk komitmen untuk ikut memecahkan masalah melestariakan orangutan dan lebih luas lagi untuk konservasi. Menumbuhkan jiwa konservasi tidak menjaga kehidupan mendatang yang lebih baik. dapat secara instan, melainkan membutuhkan

proses yang panjang. Oleh karena itu, sangat penting e. Pengembangan Pendidikan Konservasi Sejak Dini

untuk mengembangkan pendidikan konservasi sejak Pendidikan konservasi adalah usaha sadar yang dini kepada anak-anak, generasi penerus bangsa.dilakukan terus menerus dengan tujuan agar

c. Penanganan Konflik antara Orangutan dan Manusia

Pada dasarnya tidak ada solusi tunggal dalam menangani konflik antara manusia dan orangutan. Beberapa strategi yang dapat diterapkan adalah:

1) Pencegahan, dengan membuat barrier tumbuhan pakan di perbatasan areal perusahaan dengan kawasan konservasi.

2)Pengelolaan koridor untuk menghubungkan areal perusahaan yang memiliki HCV 1,2,3 (high conservation value) dengan kawasan konservasi,

3)Melakukan pengusiran terhadap orangutan yang masuk ke areal pemanfaatan menuju kawasan konservasi.

Upaya lain yang dapat dilakukan adalah translokasi orangutan ke kawasan yang daya dukung habitatnya

masih baik.

Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah alih pengetahuan kepada masyarakat sehingga mampu mencegah/mengurangi konflik, menghadapi konflik dan penanganan awal.

d. Strategi Adaptasi.

Satwa liar memiliki strategi tertentu untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungannya. Jenis yang memiliki tingkat adaptasi tertinggi akan mempunyai fitness yang tinggi pula.

1) Adaptasi perilaku.Orangutan Sumatera cenderung lebih arboreal (aktivitas di pohon), sedangkan orangutan Kalimantan lebih terresterial

15 116

Orangutan di area konservasi

D e s k r i p s i (lanjutan)

Peta Kesesuaian Lahan CendanaDistribusi luasan lahan potensial untuk budidaya dan pengembangan cendana masing-masing kabupaten/ Peta kota adalah sekitar 125 ribu hektar (51,3%) di Kab. Belu, kesesuaian 163,5 ribu hektar (61%) di Kab. TTU, 279 ribu hektar lahan cendana ini dapat dijadikan sebagai dasar (71%) di Kab. TTS, 264 ribu hektar (45%) di Kab. Kupang penentuan calon lokasi dalam perencanaan dan 9 ribu hektar (50%) di Kota Kupang dari luasan pengembangan cendana di Pulau Timor oleh Dinas total daratan masing-masing kabupaten/kota. Kehutanan Provinsi NTT.

Peta kesesuaian lahan cendana merupakan peta yang menyajikan data dan informasi secara spasial kesesuaian lahan bagi pengembangan cendana di Pulau Timor Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Peta disajikan secara digital dengan pembedaan warna pada setiap kelas kesesuaian. Kelas kesesuaian ditentukan berdasarkan analisis kandungan hara tanah yang dibutuhkan oleh cendana.

Dasar dan pertimbangan yang digunakan dalam pembuatan peta ini adalah, peta administrasi, jenis tanah, kawasan, tutupan lahan, curah hujan, kelerengan, analisis kimia-fisika tanah, persyaratan tumbuh cendana, dan kondisi sosial masyarakat.

Dari kajian yang dilakukan diketahui luasan lahan potensial untuk budidaya dan pengembangan cendana di Pulau Timor adalah sekitar 840 ribu hektar atau sebesar 56,08 % dari total luas daratan Pulau Timor.

opulasi cendana (Santalum album Linn.) di Pulau Timor yang merupakan daerah sebaran Palami cendana mengalami penurunan pada

tingkat yang mengkhawatirkan. Status keberadaan cendana di Pulau Timor telah dimasukkan sebagai jenis yang berisiko punah (vulnerable).

Untuk mengatasinya, telah dilakukan upaya budidaya dan pemulihan cendana di Pulau Timor secara sistematis dan terencana. Untuk menunjang keberhasilannya diperlukan dukungan data dan informasi, salah satunya mengenai lokasi yang sesuai dan potensial untuk pengembangan cendana.

Peta kesesuaian lahan cendana, merupakan alat bantu yang diperlukan dalam perencanaan pengembangan cendana, sehingga lebih terarah dan mengurangi resiko kegagalan di lapangan akibat kesalahan menentukan lokasi.

D e s k r i p s i

Berdasarkan peta (Gambar 1) terdapat 7 kelas tingkat kesesuaian lahan cendana di Pulau Timor. Penentuan tingkat kelas kesesuaian lahan pada peta tersebut disusunkan didasarkan pada ketersediaan unsur hara tanah yang mayoritas dibutuhkan oleh tanaman cendana.

Perubahan kelas kesesuaian dapat dilakukan dikemudian hari dengan didasarkan pada hasil evaluasi pertumbuhan cendana pada masing-masing lokasi target tingkat kelas kesesuaian. Pengembangan cendana pada lokasi dengan tingkat kelas kesesuaian terendah (kelas VII), dapat dilakukan dan akan memberikan pertumbuhan optimal jika diberikan input teknologi berupa pemberian tambahan hara tanah pada lokasi tersebut.

Faktor lain yang juga harus diperhatikan dalam keberhasilan budidaya cendana adalah keberadaan tanaman inang yang membantu mensuplai beberapa unsur hara esensial bagi pertumbuhan cendana.

Aplikasi

Peta kesesuaian lahan ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan perencanaan pengembangan cendana di Pulau Timor, NTT. Evaluasi pertumbuhan cendana pada masing-masing tingkat kelas kesesuaian diharapkan dapat dilakukan untuk memberikan koreksi terhadap tingkatan kelas kesesuaian yang telah ada.

TantanganPeneliti : Sumardi, M. Hidayatullah, Dhany Yuniati dan Bayu A. VictorinoUnit kerja : Balai Penelitian Kehutanan Kupang (BPK) dan

Balai Pengelolaan DAS Benain-NoelminaEmail : [email protected] dan [email protected]/Gambar : Koleksi BPK KupangInfo detil : www.forda-mof.org, www.foristkupang.org

Keterangan

17 118

Gambar 1. Peta lahan potensial pengembangan cendana di P. Timor

7

Peta Kesesuaian Lahan CendanaDistribusi luasan lahan potensial untuk budidaya dan pengembangan cendana masing-masing kabupaten/ Peta kota adalah sekitar 125 ribu hektar (51,3%) di Kab. Belu, kesesuaian 163,5 ribu hektar (61%) di Kab. TTU, 279 ribu hektar lahan cendana ini dapat dijadikan sebagai dasar (71%) di Kab. TTS, 264 ribu hektar (45%) di Kab. Kupang penentuan calon lokasi dalam perencanaan dan 9 ribu hektar (50%) di Kota Kupang dari luasan pengembangan cendana di Pulau Timor oleh Dinas total daratan masing-masing kabupaten/kota. Kehutanan Provinsi NTT.

Peta kesesuaian lahan cendana merupakan peta yang menyajikan data dan informasi secara spasial kesesuaian lahan bagi pengembangan cendana di Pulau Timor Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Peta disajikan secara digital dengan pembedaan warna pada setiap kelas kesesuaian. Kelas kesesuaian ditentukan berdasarkan analisis kandungan hara tanah yang dibutuhkan oleh cendana.

Dasar dan pertimbangan yang digunakan dalam pembuatan peta ini adalah, peta administrasi, jenis tanah, kawasan, tutupan lahan, curah hujan, kelerengan, analisis kimia-fisika tanah, persyaratan tumbuh cendana, dan kondisi sosial masyarakat.

Dari kajian yang dilakukan diketahui luasan lahan potensial untuk budidaya dan pengembangan cendana di Pulau Timor adalah sekitar 840 ribu hektar atau sebesar 56,08 % dari total luas daratan Pulau Timor.

opulasi cendana (Santalum album Linn.) di Pulau Timor yang merupakan daerah sebaran Palami cendana mengalami penurunan pada

tingkat yang mengkhawatirkan. Status keberadaan cendana di Pulau Timor telah dimasukkan sebagai jenis yang berisiko punah (vulnerable).

Untuk mengatasinya, telah dilakukan upaya budidaya dan pemulihan cendana di Pulau Timor secara sistematis dan terencana. Untuk menunjang keberhasilannya diperlukan dukungan data dan informasi, salah satunya mengenai lokasi yang sesuai dan potensial untuk pengembangan cendana.

Peta kesesuaian lahan cendana, merupakan alat bantu yang diperlukan dalam perencanaan pengembangan cendana, sehingga lebih terarah dan mengurangi resiko kegagalan di lapangan akibat kesalahan menentukan lokasi.

D e s k r i p s i

Berdasarkan peta (Gambar 1) terdapat 7 kelas tingkat kesesuaian lahan cendana di Pulau Timor. Penentuan tingkat kelas kesesuaian lahan pada peta tersebut disusunkan berdasarkan pada ketersediaan unsur hara tanah yang mayoritas dibutuhkan oleh tanaman cendana.

Perubahan kelas kesesuaian dapat dilakukan dikemudian hari dengan didasarkan pada hasil evaluasi pertumbuhan cendana pada masing-masing lokasi target tingkat kelas kesesuaian. Pengembangan cendana pada lokasi dengan tingkat kelas kesesuaian terendah (kelas VII), dapat dilakukan dan akan memberikan pertumbuhan optimal jika diberikan input teknologi berupa pemberian tambahan hara tanah pada lokasi tersebut.

Faktor lain yang juga harus diperhatikan dalam keberhasilan budidaya cendana adalah keberadaan tanaman inang yang membantu mensuplai beberapa unsur hara esensial bagi pertumbuhan cendana.

Aplikasi

Peta kesesuaian lahan ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan perencanaan pengembangan cendana di Pulau Timor, NTT. Evaluasi pertumbuhan cendana pada masing-masing tingkat kelas kesesuaian diharapkan dapat dilakukan untuk memberikan koreksi terhadap tingkatan kelas kesesuaian yang telah ada.

TantanganPeneliti : Sumardi, M. Hidayatullah, Dhany Yuniati dan Bayu A. VictorinoUnit kerja : Balai Penelitian Kehutanan Kupang (BPK) dan Balai Pengelolaan DAS

Benain-NoelminaEmail : [email protected] dan [email protected] : Koleksi BPK KupangInfo detil : www.forda-mof.org, www.foristkupang.org

Keterangan

17 118

Gambar 1. Peta Lahan Potensial Pengembangan Cendana di P. Timor

7

Cemara Laut , Mengubah Pantai Berpasir yang Marginal menjadi Potensial

Adanya cemara laut meningkatkan infiltrasi karena setelah tegakan cemara laut dapat digunakan untuk memperbesar granulasi dan porositas tanah, budidaya tanaman semusim dan holtikultura. Hasil memperbaiki unsur hara dan meningkatkan kadar air produksinya bisa tiga kali lebih besar dibandingkan tanah di bawah tegakan. budidaya di tanah mineral. Suasana pantai yang hijau

rimbun dan sejuk juga telah dimanfaatkan sebagai obyek Selain itu, tegakan cemara laut mampu menciptakan wisata alam. Tercatat selama 4 tahun telah terjadi iklim mikro yang sejuk di daerah pantai, disamping peningkatan kunjungan sebesar 21%. Hal tersebut terjadi perannya mengurangi abrasi dan erosi angin laut. karena setelah berumur 3 tahun, tanaman cemara laut

dapat berfungsi sebagai peneduh dari sinar matahari bagi Perbaikan kondisi tanah dan iklim mikro tersebut wisatawan yang mengunjungi pantai.menyebabkan lahan pantai berpasir pada zona

Penanaman tanaman cemara laut adalah salah satu teknik konservasi tanah secara vegetatif dan bersifat permanen. Teknik ini berhasil diterapkan di Kebumen, Jawa Tengah dengan partisipasi aktif Kelompok Tani Pasir Makmur mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan dan evaluasi.

Tanaman cemara laut yang dikembangkan berasal dari perbanyakan generatif. Bibit dari perbanyakan generatif menghasilkan penampilan cemara laut dewasa yang lebih kokoh dan tajuk yang indah dibandingkan bibit dari cangkok.

Bibit cemara laut yang dipakai adalah bibit yang berasal dari induk yang sehat, dengan kriteria memiliki batang coklat, daun hijau gelap dan ukuran diameter batang ½ cm atau keliling batang sekitar 2 cm dengan umur bibit sekitar 6 bulan sampai 1 tahun.

D e s k r i p s i

ecara umum kondisi fisik lahan pantai berpasir tidak sesuai untuk budidaya. Hal ini disebabkan Soleh perbedaan suhu yang ekstrim pada siang

dan malam hari, udara yang sangat kering, kencangnya hembusan angin, kandungan unsur hara yang rendah dan uap air yang mengandung garam sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman.

Cemara laut merupakan jenis tanaman khas pantai yang potensial untuk rehabilitasi lahan dan konservasi tanah (RLKT) pantai berpasir. Jenis ini mampu menahan angin laut dan uap air laut yang mengandung garam, sehingga mampu mendorong perbaikan lingkungan. Dengan teknik rehabilitasi menggunakan cemara laut, lahan pantai berpasir yang semula gersang dan tidak dimanfaatkan, dapat meningkat produktivitasnya sehingga mendatangkan keuntungan bagi masyarakat.

Aplikasi

Penanaman cemara laut dikembangkan dengan metode berbaris (strip cropping), yaitu melakukan penanaman secara berbaris (larikan). Penanaman berbaris tegak lurus terhadap arah aliran air atau arah angin, dengan jarak tanam 5 m x 5 m setiap jalurnya.

Peranan masyarakat adalah kunci utama keberhasilan RLKT pantai berpasir dengan cemara laut. Masyarakat terlibat langsung bersama pemerintah desa mulai dari perencanaan dan persiapan lainya sebagai penanggung jawab keberhasilan kegiatan penanaman, sehingga dikemudian hari mereka merasa memiliki dan menjaganya.

Tantangan utama yang dihadapi dalam pengembangan cemara laut dan tanaman budidaya pada zona setelah tegakan cemara laut adalah kondisi alamiah lahan pantai berpasir itu sendiri.

Penanaman cemara laut sebagai metode RLKT pantai berpotensi untuk dikembangkan lebih jauh sebagai teknik perbaikan lingkungan pantai lain di Indonesia yang memiliki masalah serupa dengan di Kebumen Jawa Tengah. Pelibatan partisipasi aktif masyarakat merupakan faktor penting untuk mendukung keberhasilan RLKT, sehingga perlu terus dikelola dengan baik.

TantanganPeneliti : Beny Harjadi dan Arina MiardiniUnit kerja : Balai Penelitian Teknologi Kehutanan

Pengelolaan DAS (BPTKPDAS) E-mail : [email protected] dan

[email protected] : Koleksi Beny Harjadi dkkInfo detil : http://bpk-solo.litbang.dephut.go.id/

Keterangan

19 120

Cemara laut dengan bibit dari biji

8

Cemara Laut , Mengubah Pantai Berpasir yang Marginal menjadi Potensial

Adanya cemara laut meningkatkan infiltrasi karena setelah tegakan cemara laut dapat digunakan untuk memperbesar granulasi dan porositas tanah, budidaya tanaman semusim dan holtikultura. Hasil memperbaiki unsur hara dan meningkatkan kadar air produksinya bisa tiga kali lebih besar dibandingkan tanah di bawah tegakan. budidaya di tanah mineral. Suasana pantai yang hijau

rimbun dan sejuk juga telah dimanfaatkan sebagai obyek Selain itu, tegakan cemara laut mampu menciptakan wisata alam. Tercatat selama 3 tahun telah terjadi iklim mikro yang sejuk di daerah pantai, disamping peningkatan kunjungan sebesar 39,02%. Hal tersebut perannya mengurangi abrasi dan erosi angin laut. terjadi setelah tanaman berumur 4 tahun. Tanaman

cemara laut dapat berfungsi sebagai peneduh dari sinar Perbaikan kondisi tanah dan iklim mikro tersebut matahari bagi wisatawan yang mengunjungi pantai.menyebabkan lahan pantai berpasir pada zona

Penanaman tanaman cemara laut adalah salah satu teknik konservasi tanah secara vegetatif dan bersifat permanen. Teknik ini berhasil diterapkan di Kebumen, Jawa Tengah dengan partisipasi aktif Kelompok Tani Pasir Makmur mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan dan evaluasi.

Tanaman cemara laut yang dikembangkan berasal dari perbanyakan generatif. Bibit dari perbanyakan generatif menghasilkan penampilan cemara laut dewasa yang lebih kokoh dan tajuk yang indah dibandingkan bibit dari cangkok.

Bibit cemara laut yang dipakai adalah bibit yang berasal dari induk yang sehat, dengan kriteria memiliki batang coklat, daun hijau gelap dan ukuran diameter batang ½ cm atau keliling batang sekitar 2 cm dengan umur bibit sekitar 6 sampai satu tahun.

D e s k r i p s i

ecara umum kondisi fisik lahan pantai berpasir tidak sesuai untuk budidaya. Hal ini disebabkan Soleh perbedaan suhu yang ekstrim pada siang

dan malam hari, udara yang sangat kering, kencangnya hembusan angin, kandungan unsur hara yang rendah dan uap air yang mengandung garam sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman.

Cemara laut merupakan jenis tanaman khas pantai yang potensial untuk rehabilitasi lahan dan konservasi tanah (RLKT) pantai berpasir. Jenis ini mampu menahan angin laut dan uap air laut yang mengandung garam, sehingga mampu mendorong perbaikan lingkungan. Dengan teknik rehabilitasi menggunakan cemara laut, lahan pantai berpasir yang semula gersang dan tidak dimanfaatkan, dapat meningkat produktivitasnya sehingga mendatangkan keuntungan bagi masyarakat.

Aplikasi

Penanaman cemara laut dikembangkan dengan metode berbaris (strip cropping), yaitu melakukan penanaman secara berbaris (larikan). Penanaman berbaris tegak lurus terhadap arah aliran air atau arah angin, dengan jarak tanam 5 m x 5 m setiap jalurnya.

Peranan masyarakat adalah kunci utama keberhasilan RLKT pantai berpasir dengan cemara laut. Masyarakat terlibat langsung bersama pemerintah desa mulai dari perencanaan dan persiapan lainya sebagai penanggung jawab keberhasilan kegiatan penanaman, sehingga dikemudian hari mereka merasa memiliki dan menjaganya.

Tantangan utama yang dihadapi dalam pengembangan cemara laut dan tanaman budidaya pada zona setelah tegakan cemara laut adalah kondisi alamiah lahan pantai berpasir itu sendiri.

Penanaman cemara laut sebagai metode RLKT pantai berpotensi untuk dikembangkan lebih jauh sebagai teknik perbaikan lingkungan pantai lain di Indonesia yang memiliki masalah serupa dengan di Kebumen Jawa Tengah. Pelibatan partisipasi aktif masyarakat merupakan faktor penting untuk mendukung keberhasilan RLKT, sehingga perlu terus dikelola dengan baik.

TantanganPeneliti : Beny Harjadi dan Arina MiardiniUnit kerja : Balai Penelitian Teknologi Kehutanan

Pengelolaan DAS (BPTKPDAS) E-mail : [email protected] dan

[email protected] : Koleksi Beny Harjadi dkkInfo detil : http://bpk-solo.litbang.dephut.go.id/

Keterangan

19 120

Cemara laut dengan bibit dari biji

8

Sensor Peringatan Tanah Longsor

D e s k r i p s i

encana sedimen khususnya tanah longsor merupakan salah satu tipe Bbencana yang paling sering terjadi di

Indonesia. Mitigasi bencana diperlukan sebagai tindakan untuk mengurangi dampak bencana sedimen yang dilakukan sebelum bencana itu terjadi, termasuk kesiapan dan tindakan- tindakan pengurangan resiko jangka panjang.

Bagi masyarakat Indonesia, sistem peringatan dini dalam menghadapi bencana sangatlah penting, mengingat secara geologis dan klimatologis wilayah Indonesia termasuk daerah rawan bencana alam. Dengan ini diharapkan akan dapat dikembangkan upaya-upaya yang tepat untuk mencegah atau paling tidak mengurangi terjadinya dampak bencana alam bagi masyarakat.

Peralatan ini adalah sensor untuk mendeteksi tanah longsor yang ditempatkan pada daerah yang berisiko tinggi untuk runtuh. Alat ini akan sangat berguna dalam mengurangi dampak negatif dari bencana yang mungkin akan terjadi.

21 122

Alat sensor peringatan tanah longsor .(a) penerima (receiver) dan (b) pemancar (transmitter)

(b)

Aplikasi

Sensor ini terdiri atas dua bagian utama yakni alat pemancar (transmitter) dan penerima informasi (receiver). Sensor accelerometer akan bekerja secara terus menerus dan memberikan informasi ke sistem micro controller ketika accelerometer menunjukkan arah pergerakan yang tidak wajar. Pergerakan dianggap tidak micro controller untuk mengaktifkan sistem alarm dan wajar jika membuat alat transmitter berubah posisi sirine bahaya.

omenjadi miring dengan sudut lebih dari 45 . Sensor ini (transmitter) dapat dipasang di daerah

Micro controller sebagai pusat sistem, akan memberikan pegunungan atau yang rawan longsor, sedangkan sinyal informasi ke transmitter yang selanjutnya akan receiver dipasang di daerah pemukiman. Jarak antara diterima oleh sistem receiver dan membuat trigger ke transmitter dan receiver bisa sejauh 2 km.

Cara kerja alat sensor peringatan tanah longsor

(a)

9

Sensor Peringatan Tanah Longsor

D e s k r i p s i

encana sedimen khususnya tanah longsor merupakan salah satu tipe Bbencana yang paling sering terjadi di

Indonesia. Mitigasi bencana diperlukan sebagai tindakan untuk mengurangi dampak bencana sedimen yang dilakukan sebelum bencana itu terjadi, termasuk kesiapan dan tindakan- tindakan pengurangan resiko jangka panjang.

Bagi masyarakat Indonesia, sistem peringatan dini dalam menghadapi bencana sangatlah penting, mengingat secara geologis dan klimatologis wilayah Indonesia termasuk daerah rawan bencana alam. Dengan ini diharapkan akan dapat dikembangkan upaya-upaya yang tepat untuk mencegah atau paling tidak mengurangi terjadinya dampak bencana alam bagi masyarakat.

Peralatan ini adalah sensor untuk mendeteksi tanah longsor yang ditempatkan pada daerah yang berisiko tinggi untuk runtuh. Alat ini akan sangat berguna dalam mengurangi dampak negatif dari bencana yang mungkin akan terjadi.

21 122

Alat sensor peringatan tanah longsor .(a) penerima (receiver) dan (b) pemancar (transmitter)

(b)

Aplikasi

Sensor ini terdiri atas dua bagian utama yakni alat pemancar (transmitter) dan penerima informasi (receiver). Sensor accelerometer akan bekerja secara terus menerus dan memberikan informasi ke sistem micro controller ketika accelerometer menunjukkan arah pergerakan yang tidak wajar. Pergerakan dianggap tidak micro controller untuk mengaktifkan sistem alarm dan wajar jika membuat alat transmitter berubah posisi sirine bahaya.

omenjadi miring dengan sudut lebih dari 45 . Sensor ini (transmitter) dapat dipasang di daerah

Micro controller sebagai pusat sistem, akan memberikan pegunungan atau yang rawan longsor, sedangkan sinyal informasi ke transmitter yang selanjutnya akan receiver dipasang di daerah pemukiman. Jarak antara diterima oleh sistem receiver dan membuat trigger ke transmitter dan receiver bisa sejauh 2 km.

Cara kerja alat sensor peringatan tanah longsor

(a)

9

23 124

Mitigasi bencana harus dilakukan secara komprehensif tidak hanya dari aspek teknis melainkan juga aspek sosial budaya masyarakat. Hal ini karena kegiatan penanggulangan bencana adalah dari manusia ke manusia, sehingga sangat penting memasukkan aspek sosial budaya agar sistem peringatan dini yang dibangun dapat efektif mencegah atau mengurangi terjadinya dampak bencana alam bagi masyarakat.

TantanganPeneliti : HasnawirUnit kerja : Balai Penelitian Kehutanan (BPK) MakassarE-mail : [email protected] dan [email protected] : Koleksi Hasnawir dan Sekretariat Badan Litbang KehutananInfo detil : www.balithutmakassar.org, Buku Mitigasi Bencana Sedimen:

Teori dan Aplikasi yang diterbitkan oleh BPK Makassar Tahun 2012

Keterangan

Alat pemancar (transmitter) yang dipasang di daerah rawan longsor Alat penerima (receiver) yang dipasang di dekat pemukiman penduduk

No. Nama alat Spesifikasi alat Keterangan

1 Transmitter dan Receiver 434 MHz Catu daya: 5V Emisi jarak: 2 Km

2 Micro controller (Control System) Tegangan input 9-12 VDC, tegangan output 5 VDC 4 channel PWM

3 Accelerometer Supply voltage 5 VDC Range pengoperasian: -25O to 75O C

4 Battery Catu daya :12 VDC Kapasitas : 220mAh

5 Solar cell TX Tegangan 8V, arus 44 mA Dimensi 37 x 66 mm

6 Solar cell RX Daya maksimum 5 Watt Berat: 0,78 Kg

7 Mini Strobe Light Strobe light berukuran kecil Alert secara visual

8 Alarm Tegangan : 12 VDC Berat : 1 Kg

(1) (2) (3)(3) (4) (5) (6)

(7)

(8)

Bagian-bagian alat sensor peringatan tanah longsor.

23 124

Mitigasi bencana harus dilakukan secara komprehensif tidak hanya dari aspek teknis melainkan juga aspek sosial budaya masyarakat. Hal ini karena kegiatan penanggulangan bencana adalah dari manusia ke manusia, sehingga sangat penting memasukkan aspek sosial budaya agar sistem peringatan dini yang dibangun dapat efektif mencegah atau mengurangi terjadinya dampak bencana alam bagi masyarakat.

TantanganPeneliti : HasnawirUnit kerja : Balai Penelitian Kehutanan (BPK) MakassarE-mail : [email protected] dan [email protected] : Koleksi Hasnawir dan Sekretariat Badan Litbang KehutananInfo detil : www.balithutmakassar.org, Buku Mitigasi Bencana Sedimen:

Teori dan Aplikasi yang diterbitkan oleh BPK Makassar Tahun 2012

Keterangan

Alamat pemancar (transmitter) yang dipasang di daerah rawan longsor Alamat penerima (receiver) yang dipasang di dekat pemukiman penduduk

No. Nama alat Spesifikasi alat Keterangan

1 Transmitter dan Receiver 434 MHz Catu daya: 5V Emisi jarak: 2 Km

2 Micro controller (Control System) Tegangan input 9-12 VDC, tegangan output 5 VDC 4 channel PWM

3 Accelerometer Supply voltage 5 VDC Range pengoperasian: -25O to 75O C

4 Battery Catu daya :12 VDC Kapasitas : 220mAh

5 Solar cell TX Tegangan 8V, arus 44 mA Dimensi 37 x 66 mm

6 Solar cell RX Daya maksimum 5 Watt Berat: 0,78 Kg

7 Mini Strobe Light Strobe light berukuran kecil Alert secara visual

8 Alarm Tegangan : 12 VDC Berat : 1 Kg

(1) (2) (3)(3) (4) (5) (6)

(7)

(8)

Bagian-bagian alat sensor peringatan tanah longsor.