Sejarah Kab Alam Kerinci

32
206 Kebudayaan dan Seni Tradisional Suku Kerinci BABXI Kebudayaan dan Seni Tradisional Suku Kerinci 1. Seni Kebudayaan Tradisional B umi alam Kerinci merupakan salah satu pusat peradaban melayu tua yang ada di dunia, berbagai peninggalan kebudayaan masa lampau masih banyak tersimpan di negeri yang dijuluki ”sekepal tanah dari surga yang tercampak” kedunia”. Suku Kerinci yang mendiami puncak Andalas Sumatera dikenal sebagai salah satu suku yang tertua yang ada di pulau Sumatera. Alasan untuk menggolongkan suku Kerinci termasuk suku yang ter- tua karena pada zaman megalithikum sudah ada manusia di daerah Alam Kerinci. Dr.A.N.J Th.a Van der Hoop (1937 ) menemukan alat alat dari obsidian di kawasan pinggiran danau Kerinci yang sama dengan alat alat yang yang terdapat di Bandung-Jawa Barat, yang merupakan inti dari kebudayaan Meso- lithikum (Drs.Thabran Kahar,19811982 :43). Suku Kerinci menurut para ahli dan ilmuawan merupakan bagian dari Bab-11R-SEJARAH KEB-ALAM KERINCI206 206 8/14/2012 10:54:00 AM

description

Sejarah

Transcript of Sejarah Kab Alam Kerinci

Page 1: Sejarah Kab Alam Kerinci

206 Kebudayaan dan Seni Tradisional Suku Kerinci

BABXIKebudayaan dan Seni Tradisional

Suku Kerinci

1. Seni Kebudayaan Tradisional

Bumi alam Kerinci merupakan salah satu pusat peradaban melayu tua yang ada di dunia, berbagai peninggalan kebudayaan masa lampau masih banyak tersimpan di negeri yang dijuluki ”sekepal

tanah dari surga yang tercampak” kedunia”. Suku Kerinci yang mendiami puncak Andalas Sumatera dikenal sebagai salah satu suku yang tertua yang ada di pulau Sumatera. Alasan untuk menggolongkan suku Kerinci termasuk suku yang ter-tua karena pada zaman megalithikum sudah ada manusia di daerah Alam Kerinci. Dr.A.N.J Th.a Van der Hoop (1937) menemukan alat alat dari obsidian di kawasan pinggiran danau Kerinci yang sama dengan alat alat yang yang terdapat di Bandung-Jawa Barat, yang merupakan inti dari kebudayaan Meso-lithikum (Drs.Thabran Kahar,19811982 :43). Suku Kerinci menurut para ahli dan ilmuawan merupakan bagian dari

Bab-11R-SEJARAH KEB-ALAM KERINCI206 206 8/14/2012 10:54:00 AM

Page 2: Sejarah Kab Alam Kerinci

207Senarai Sejarah Kebudayaan Suku Kerinci

orang Melayu, sebagian dari ahli menyebutkan suku Kerinci berasal dari zaman Neolithikum, dan pendapat ini secara kasat mata dapat di lihat dari:

1. Type orang Kerinci yang ada sekarang memperlihatkan ban-yak persamaan dengan Melayu tua, yang mirip dengan tipe Mongolid, mata menyerupai mata orang Cina, badan pendek tegap dan kulit mendekati putih

2. Bahasa Kerinci termasuk golongan bahasa Austronenesia barat, yaitu bahasa Melayu tua (Drs,Thabran Kahar,1981/1982:43 lihat juga (S.Wojowasito,1951:75)

Dari penjelasan tersebut, dapat dipastikan bahwa suku Kerinci meru-pakan suku Melayu tua, dan suku Kerinci sejajar dan sama tua dengan suku Bontog dan suku Igorot di Filipina, Tayal di Thailand, Toraja di Sulawesi, Kren di pegunungan Birma dan Thailand, suku bangsa Wajo di kepulauan Lingga Cebu, Filipina, dan suku Bangsa Batak di Tapanuli. (Drs. Thabran Kahar,1981/1982:43).

Bupati Kerinci H. Murasman,S.Pd., MM menyebutkan Suku Kerinci yang mendiami lembah dan pegunungan yang subur, umumnya kehidupan masyarakat di alam Kerinci sebagian besar adalah petani, dan mereka dikenal sebagai petani yang ulet dan rajin. Areal persawah-an di alam Kerinci memiliki sistim pengairan yang memanfaatkan air yang mengalir dari pegunungan, dengan kondisi bentang alam seperti itu menyebabkan daerah ini memiliki banyak upacara tradisional yang berhubugan dengan kesuburan tanah dan alam.

Depati Eva Yedi Rivai menyebutkan pada umumnya penduduk asli Jambi termasuk suku Kerinci yang merupakan masyarakat tradisional mengenal dan bahkan hingga saat ini masih menyelenggarakan upacara tradisional tertentu, baik itu yang berhubungan dengan kepercayaan maupun yang berhubungan dengan agama Langit (Islam). Dari ritual penyelenggaraan upacara tradisional itu akan jelas tergambar bagaimana hubungan antara manusia dengan kekuatan gaib diluar kekuatan manu-sia serta berpengaruh dalam kehidupannya.Jika upacara berhubungan dengan makhluk gaib,maka jelas ini menandakan bahwa upacara itu

Bab-11R-SEJARAH KEB-ALAM KERINCI207 207 8/14/2012 10:54:05 AM

Page 3: Sejarah Kab Alam Kerinci

208 Kebudayaan dan Seni Tradisional Suku Kerinci

berhubungan dengan kepercayaan. Biasanya upacara ini berhubungan dengan kepercayaan animisme, yakni kepercayaan terhadap roh roh yang berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Upacara ini dilakukan dengan tujuan agar roh roh tersebut memberikan kebaikan dan memberikan perlindungan. Sedangkan upacara yang berhubungan dengan ke agamaan adalah upacara yang ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Kepercayaan terhadap benda-benda peninggalan dari nenek moy-ang pun hingga saat ini masih bertahan, ini dapat kita lihat bahwa benda-benda pusaka yang masih tersimpan di rumah-rumah besar (rumah adat), disetiap luhah dalam dusun itu masih dihormati dan dimuliakan. Begitu juga kepercayaan terhadap tumbuh tumbuhan (padi) dikalangan masyarakat tradisional masih sangat disanjung dan dihormati, karena padi mempunyai semangat. Sementara itu kepercayaan terhadap sebuah pohon besar ada yang menunggunya (“Penunggu”nya) masih terdapat dikalangan masyarakat tertentu, namun saat ini kepercayaan terhadap” penunggu” di kayu besar berangsur hilang, hanya pada beberapa tempat masyarakat tradisional masih ada yang mempercayai sebuah lokasi ada yang menunggunya. (”penunggu” itu adalah roh roh halus).

Meski luas lahan yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh masyarakatnya relatif kecil, namun hasil pertanian yang dilakukan oleh masyarakat alam Kerinci mampu untuk memenuhi kebutuhan didaerah, sebahagian besar hasil pertanian seperti sayur mayur, beras, hasil perkebunan yang dikelola oleh masyarakat dipasarkan ke Propinsi tetangga dan ke Pulau Jawa. Kopi dan Casiavera sebagian besar diekspor ke mancanegara melalui Pelabuhan Samudera Teluk Bayur di Padang Sumatera Barat, sementara produksi teh kebun Kayu Aro dipasarkan langsung oleh pihak PTP.Nusantara 6.

Alam dan Suku Kerinci itu unik dan spesifik. Karena itu pelaksanaan pembangunan dalam berbagai aspek kehidupan harus pula dilakukan secara spesifik. Orang suku Kerinci pada masa lalu sudah memiliki ba-hasa, aksara, undang undang (hukum) dan memiliki mata uang tersendiri. Bahasa Kerinci mempunyai bermacam logat /dialek, dan hingga saat ini tercatat sekitar 170 buah logat/dialek dan memiliki bentuk dan karakter

Bab-11R-SEJARAH KEB-ALAM KERINCI208 208 8/14/2012 10:54:09 AM

Page 4: Sejarah Kab Alam Kerinci

209Senarai Sejarah Kebudayaan Suku Kerinci

yang berbeda dengan logat-dialek suku bangsa yang lainnya. Hampir di setiap jengkal pelosok alam Kerinci terdapat beragam benda budaya diantaranya adalah batu Megalith, Selindrik, Punden berundak, Menhir dan berbagai artefak artefak termasuk Prasasti Kerinci yang ditulis pada daun lontar, tanduk, ruas bambu dan ratusan benda budaya yang berumur ribuan tahun

Manaf Rifin, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sungai Penuh, Afitra Jaya,SH Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sungai Penuh dan Yesi Destianti, Kasi Pariwisata pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sungai Penuh kepada penulis mengemukakan, dalam bidang Seni dan Kebudayaan alam Kerinci me-nyimpan Maha Karya bercita rasa tinggi seperti ukiran yang terpahat di batu batu selindrik, ukiran flora / patma di rumah rumah tua, arsitektur bangunan masjid kuno. Untuk kesenian/kebudayaan yang bersifat ritual di bumi alam Kerinci masih menyimpan cerita misteri yang belum digali, dilestarikan dan dikembangkan dengan seutuhnya.

Menurut Depati.H.Alimin dan Yupnical Saketi, dalam keper-cayaan tradisional Indonesia khususnya di bumi alam Kerinci, tradisi menyembah dan menghormati arwah leluhur merupakan unsur paling penting dalam sisi kebudayaan alam Kerinci, meskipun masuknya agama Langit (Islam) telah menyebar hingga pelosok dusun/negeri di seantero alam Kerinci, tradisi menghormati para roh roh leluhur tidak serta merta hilang dalam kehidupan masyarakat alam Kerinci. Hadirnya agama Islam yang dianut lebih 97% penduduk yang mendiami Kaldera alam Kerinci (Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci) justru sanggup memadukan dengan baik antara kebudayaan tradisi lama dengan kebudayaan baru yang dibawa masuk melalui agama Islam. Buktinya saat ini memang arwah para leluhur tidak lagi disembah, akan tetapi masyarakat suku Kerinci sebagian besar hingga saat ini masih menghormati para leluhur, termasuk peninggalan /sko(Pusaka) para leluhur.

Di alam Kerinci hingga saat ini benda benda pusaka warisan Ne-nek moyang masih tersimpan di rumah pusaka (Umouh Gdeang) dan merupakan benda pusaka yang diturunkan dan dibersihkan oleh ahli waris pada saat pengangkatan pemangku adat (Depati, Rio, Datuk,

Bab-11R-SEJARAH KEB-ALAM KERINCI209 209 8/14/2012 10:54:14 AM

Page 5: Sejarah Kab Alam Kerinci

210 Kebudayaan dan Seni Tradisional Suku Kerinci

Mangku, Ngabi), sebuah tradisi upacara tradisional yang telah berlang-sung secara turun temurun sejak ratusan tahun yang lampau. Unieknya pada banyak kejadian sering ditemukan adanya orang yang ”di/kemasuk-kan” atau kesurupan, karena didatangi arwah roh-roh nenek moyang. Kejadian ini umumnya disebabkan pada rangkaian acara kenduri sko tersebut ada syarat syarat yang belum dilengkapi

Beberapa tinggalan kebudayaan hasil olah seni yang masih tumbuh dan berkembang di bumi Alam Kerinci antara lain adalah:

1. Tari Asyek2. Tari Naik Niti Mahligai3. Upacara Ngayun Luci4. Upacara Mintak ahi hujan5. Upacara Alau Kumou6. Upacara Nanak Ulu Tahun7. Tari Ngagah Harimau8. Tari Cembung Putih Pada awal masa islam kerajaan Melayu Jambi maupun kerajaan Paga-

ruyung (Minangkabau) berebut pengaruh terhadap kerajaan Depati IV yang pada kemudian hari banyak memberikan pengaruh dan konstribusi terhadap Kebudayaan Kerinci (Zurhatmi Ismail,Tanjon Bajure :2007)

Dalam pepatah adat Kerinci dikenal seloko/pepatah yang berbunyi ”Undang Dateang dari Minangkabau betalei galeh, Telitai Da-teang dari Jamboi betajek satang, maksudnya aturan adat datang dari Minangkabau, sedangkan tata pemerintahan dari Jambi. Sebaliknya sebelum datangnya pengaruh dari luar, masyarakat di alam Kerinci telah memiliki dan mengembangkan kebudayaannya sendiri termasuk dalam kepercayaan.

Berbagai bentuk tinggalan masa purbakala terutama tinggalan masa megalithikum berupa batu batu besar yang digunakan sebagai tempat pemujaan pada masa lalu dapat ditemui di berbagai dusun di alam Kerin-ci. Tinggalan sejarah berupa batu batu besar, silindrik banyak ditemui di sekitar pinggiran danau Kerinci. Hasil pengamatan dan wawancara dengan budayawan dan sumber bacaan dapat diketahui bahwa suku Kerinci pada masa lalu telah memiliki kepercayaan berupa kepercayaan

Bab-11R-SEJARAH KEB-ALAM KERINCI210 210 8/14/2012 10:54:19 AM

Page 6: Sejarah Kab Alam Kerinci

211Senarai Sejarah Kebudayaan Suku Kerinci

animisme dan dinamisme dengan beragam bentuk upacara pemujaan.Dalam kepercayaan masa Purba (Harun Nahri, Seniman tradisional

Kerinci) diketahui bahwa orang suku Kerinci memuja roh roh nenek moyang serta kekuatan ghaib, orang suku Kerinci sangat menghormati roh roh nenek moyang dan alam, roh roh dan alam sangat mereka hargai, sekaligus mereka takuti. Untuk menyampaikan permohonan dan harapan serta untuk menjaga keselamatan, nenek moyang suku kerinci mengadakan acara ritual dan pemujaan yang melibatkan segenap lapisan masyarakatnya dengan melakukan berbagai ritual kebudayaan yang mereka miliki yang disalurkan lewat mantra, musik, tari, sastra dan seni rupa.

Budayawan dan Seniman alam Kerinci, Depati Zurhatmi Ismail, menyebutkan dari catatan tertulis yang terdapat dalam Tambo Kerinci, dapat kita ketahui bahwa musik atau lagu sangat memegang peranan penting dalam setiap acara ritual, hal ini mengingat syair pemujaan, man-tra, ratapan (Ratak) disampaikan dalam bentuk lantunan lagu, misalnya pada acara penguburan, mayat diarak ke pemakamam diiringi musik berupa gong, gendang serta tauh dan ratapan yang dinyanyikan.

Sejak zaman dahulu orang suku Kerinci telah mengenal lagu (Tale). Dalam berbagai kegiatan masyarakat suku Kerinci seperti acara ritual, kegiatan sosial kemasyarakatan, upacara adat hubungan pribadi antar warga dan hubungan dengan alam, peranan lagu (Tale) ikut mempe-ngaruhi kehidupan sosial budaya masyarakat suku Kerinci. Dalam kepercayaan purba, orang suku Kerinci memuja roh roh nenek moyang serta kekuataan alam, orang suku Kerinci sangat menghormat roh roh para leluhur sekaligus mereka takuti, untuk menjaga kes-elamatan negeri dan keselamatan masyarakat dan individu serta untuk memudahkan mereka dalam mendapatkan kebutuhan hidup. Mereka mengadakan upacara persembahan dan pemujaan yang melibatkan sege-nap lapisan masyarakat di dalam komunitas mereka dengan melakukan ritual yang merangkul berbagai cabang kebudayaan yang meliputi seni musik, tari, sastra dan seni rupa.

Sisa peradaban dan kebudayaan pada masa lampau dapat kita saksi-kan pada upacara asyeak (Asik), yakni upacara pemujaan roh nenek mo-

Bab-11R-SEJARAH KEB-ALAM KERINCI211 211 8/14/2012 10:54:24 AM

Page 7: Sejarah Kab Alam Kerinci

212 Kebudayaan dan Seni Tradisional Suku Kerinci

yang dan pemujaan alam yang digunakan sebagai sarana untuk meminta keselamatan dan kebahagian, meminta perlindungan terhadap roh roh jahat, meminta berkah pengobatan, kesuburan tanah atau untuk tolak bala. Penyampaian mantra asyek diungkapkan melalui syair lagu. Pada masa lampau kebudayaan Asyek berkembang subur di setiap pelosok dusun. Sesuai dengan perkembangan zaman, kebudayaan asyek mulai ditinggalkan, upacara ini hanya dilaksanakan pada beberapa dusun dan telah dijadikan sebagai atraksi budaya yang dilaksanakan pada berbagai kegiatan seni dan kebudayaan.

Di Kerinci ditemui jenis instrument musik ”Kelintang Perunggu” yang terdapat di daerah Hiyang, yang mirip dengan musik kromong yang ada di Mandiangin Kabupaten Sarolangun. Di daerah suku Batin disebut “Kelintang”. Diperkirakan musik Kelintang Perunggu ini masuk di alam Kerinci pada masa kerajaan melayu tua yang beragama Budha berkuasa di Kerajaan Jambi. .Orang Suku Kerinci menyebut alat musik jenis ini dengan sebutan Canang atau Mimong.

Budayawan alam Kerinci Depati. H.Alimin, Seniman dan koreo-grafer Kota Sungai Penuh Depati Azrefli Nurdin,S.Pd. dan Seniman Tra-disional Kerinci Eva Bramantika Putra kepada penulis mengungkapkan, masyarakat di bumi Alam Kerinci memiliki banyak upacara dan kesenian tradisional, upacara adat dan kesenian tradisional disetiap wilayah adat atau negeri mengalami sedikit perbedaan tergantung dengan ico pakai masing masing Neghoi (Negeri//dusun) Pada prinsipnya upacara adat di kelompokkan menjadi tiga bagian yang dikenal dengan sebutan:

1.Upacara adat titian teras bertangga batu2.Upacara adat cupak gantang gawe kerapat3.Upacara adat tumbuh-tumbuh roman roman Upacara adat”Titian teras bertangga batu”bermakna, suatu

upacara adat yang dilakukan secara berkesinambungan dari satu generasi ke generasi yang berikutnya, upacara adat ini dapat kita saksikan pada acara “Kenduri Sko”, penobatan Depati, ninik mamak, tindik dabur dan sunat rasul, khatam Al’Qur’an, pernikahan, kehamilan, kelahiran, aqiqah, kerat pusat, turun ke air dan upacara kematian.

Upacara adat ”Cupak gantang gawe kerapat” memiliki penger-

Bab-11R-SEJARAH KEB-ALAM KERINCI212 212 8/14/2012 10:54:29 AM

Page 8: Sejarah Kab Alam Kerinci

213Senarai Sejarah Kebudayaan Suku Kerinci

tian yakni suatu upacara adat meliputi mata pencaharian hidup dan sosial kemasyarakatan yang dilaksanakan secara gotong royong. Upacara ini dapat kita lihat pada kegiatan membangun/mendirikan rumah baru ”Ngihit pamoun” (menarik ramuan kayu untuk bahan bangunan rumah), merendam ramuan kayu, gotong royong membersihkan tali air (irigasi) sawah, menanam benih padi, menuai padi, menolak bala, kenduri sudah tuai, kenduri tengah padang dan beberapa upacara ritual lainnya.

Sedangkan upacara adat ”tumbuh tumbuh roman roman“ memi-liki pengertian suatu upacara yang dilaksanakan dalam keadaan tertentu dengan pokok-pokok masalah yang tumbuh (timbul) pada bentuk rupa dan bersifat khusus. Upacara ini dapat kita lihat pada upacara tari Asyek negeri,Tale naik haji, mengangkat anak angkat, pelanggaran hukum adat, melepas nazar, dan upacara silang sengketa.

Melihat bentuknya (Budhi V J.Rio Temenggung), tradisi kebudayaan masyarakat suku Kerinci asli memiliki banyak kesamaan dengan tradisi upacara yang dilakukan oleh masyarakat penganut ajaran Hindu di Pu-lau Bali. Di alam Kerinci, peristiwa kelahiran, kehidupan, kematian dan kegiatan sosial kemasyarakatan, selalu diwarnai oleh tradisi upacara. Namun dengan menyebarnya agama islam ketengah tengah kehidupan masyarakat suku Kerinci, maka tradisi upcara upacara telah diwarnai oleh kebudayaan dan ajaran agama islam juga. Maka jika di Pulau Bali tradisi upacara diwarnai oleh ajaran agama Hindu, maka di Kerinci tra-disi upacara telah diwarnai oleh ajaran dan kebudayaan agama islam, Di alam Kerinci tradisi “Kenduri Sko”masih mampu bertahan ditengah pesatnya kemajuan dan perubahan zaman.

3. “Tabuh Larangan” Depati H.Armen Sabri (3-2:2012) mengemukakan bumi Alam

Kerinci sejak zaman dahulu dikenal kaya dengan peninggalan kebudaya-an, dan yang saat ini masih tersimpan di alam Kerinci adalah “Tabuh Larangan” yang tersebar diberbagai wilayah adat dalam alam Kerinci. Di banyak lokasi sebagian besar tabuh tabuh (Beduk Raksasa) larangan terbuat dari bahan kayu kayu besar jenis kayu Letoy dan Medang Jang-

Bab-11R-SEJARAH KEB-ALAM KERINCI213 213 8/14/2012 10:54:33 AM

Page 9: Sejarah Kab Alam Kerinci

214 Kebudayaan dan Seni Tradisional Suku Kerinci

kat yang berumur lebih dari 250- 300tahun. Tabuh larangan ini diduga mulai dikerjakan pada masa awal penyebaran Agama Islam di Bumi Alam Kerinci. Tabuh larangan ini pada masa lalu hingga saat ini hanya digunakan pada hari raya, pelantikkan pemangku adat, pemberitahuan adanya serangan musuh atau tanda marabahaya.

Beduk/Tabuh larangan yang berusia lebih dari 250 tahun dapat kita temui di Luhah Datuk Singarapi Putih Kota Sungai Penuh, di dalam Masjid Agung Pondok Tinggi,di desa Maliki Air Rawang Kota Sungai Penuh,di Siulak,di desa Kubang, dll

Depati Intan dari wilayah adat tigo luhah tanah sekudung menung-kapkan di wilayah Adat Tigo Luhah Tanah Sekudung Tabuh larangan tidak boleh dibunyikan, tabuh larangan hanya dibunyikan pada kondisi keadaan tertentu, tabuh larangan hanya ditabuhkan untuk memberi-tahu kepada anggota “Perbokalo empat dalam negeri”, perihal baik dan buruknya berita.tabuh larangan boleh ditabuhkan dengan syarat sebagai berikut:

1. Telah hadir Depati Intan Tengah Padang dan Ajo liko / wakilnya sebagai tengganai rumah.

2. Telah hadir Depati Intan Kumbalo Seri dan Raja Indah/wakilnya sebagai tuan rumah.

3. Telah hadir salah satu pemangku untuk ditugaskan memukul tabuh,dan memberitahukan kalau kalau datang pertanyaan dari masyarakat banyak mempertanyakan sebab tabuh larangan di-tabuhkan.sebagai pemberitahuan kepada pemangku adat untuk mengadakan sidiang adat dan musyawarah lainnya,

Di wilayah adat Datuk Singarapi Putih dan Rio Temenggung terdapat beduk/tabuh kuno yang berusia 250 tahun lebih,Beduk/tabuh raksasa ini merupakan tabuh Larangan yang hanya dibunyikan pada hari hari tertentu atau saat terjadi serangan/marabahaya yang datang dari luar.4. ”Kenduri Sko” ( Kenduhei Sko)

Kenduri Sko, merupakan kenduri adat yang dilaksanakan dengan mengandung maksud dan tujuan tertentu, dalam acara ini terdapat kata ” Sko” atau “Saka” (Sanskerta) yang berarti keluarga atau nenek

Bab-11R-SEJARAH KEB-ALAM KERINCI214 214 8/14/2012 10:54:38 AM

Page 10: Sejarah Kab Alam Kerinci

215Senarai Sejarah Kebudayaan Suku Kerinci

moyang dari garis ibu, acara kenduri Sko di alam Kerinci dimotori kaum wanita. Acara Kenduri Sko merupakan satu satunya di nusantara, Suku Kerinci menganut sistim matrilineal, dari sudut ilmu antropologi kebudayaan acara kenduri Sko memiliki makna siklus kehidupan yang bersifat universal, secara garis besar acara Kenduri Sko memiliki fungsi: memperkokoh hubungan kekerabatan dalam wilayah masyarakat adat, wujud kebanggaan masyarakat adat yang memiliki kearifan lokal yang tradisional, regenerasi kepemimpinan adat dan sarana pembinaan ke-budayaan dan adat istiadat yang abadi sepanjang masa.

Di daerah Kumun misalnya (Drs.H.Murady Darmansyah) Kenduri Sko biasanya dilaksanakan setiap 4-5 tahun sekali, sementara di Pondok Tinggi, Sungai Penuh biasanya kenduri Sko dilaksanakan setiap 10-15 tahun sekali. Pada saat acara Kenduri Sko inilah biasanya dilakukan acara penobatan pada Depati dan Pemangku pemangku adat lainnya.dalam rangkaian kenduri sko dilaksanakan upara ritual menurunkan dan membersihkan benda benda pusaka antara lain Keris,Pedang,Tombak dan piagam piagam.

B. Tari Asyeik dan Tolak BalaTari asyeik dan tolak bala merupakan sebuah tarian purba yang

telah tumbuh sejak zaman purba, tarian ini menurut budayawan Depati H.Alimin (Kerinci, 4: 2012). telah ada saat nenek moyang suku Kerinci menganut kepercayaan animisme, dinamisme dan tarian ini merupakan sebuah tradisi megalitik yang masih menganut kepercayaan kepada roh roh nenek moyang masyarakat pada masa prasejarah. Perlengkapan tarian ini berupa sesajian berupa nasi putih, lepat, nasi kuning, nasi hitam, lemang,bunga tujuh warna, warna Sembilan, limau tujuh macam, telur ayam rebus, benang tiga warna, sedangkan peralatan yang digunakan antara lain aria pinang, keris, kain tenunan kerinci, cembung putih, Pir-ing putih, dalam sesajian harus ada satu ekor ayam hitam atau ayam putih, ayam panggang dan kelapa tumbuh.

Acara tari Asyek dilakukan pada malam hari mulai pukul 20.00 Wib hingga dini hari (pukul 04.30). Dengan ritual yang dilakukan beberapa episode yakni acar ”Nyerau” atau “Nyaho” “Masouk Bumoi”,

Bab-11R-SEJARAH KEB-ALAM KERINCI215 215 8/14/2012 10:54:43 AM

Page 11: Sejarah Kab Alam Kerinci

216 Kebudayaan dan Seni Tradisional Suku Kerinci

Mujoi gureu, ”Mintoak berkeh“ (minta Berkah) dan ”mageih sajin” (memberikan sesajian). Ritual Asyek pada masa lampau berlangsung se-lama satu minggu, berbagai persiapan dilakukan oleh dukun atau “Bilan Salih”, orang yang berobat (keluarganya). Upacara selama satu minggu disebut ”Marcok ” pada tingkatan proses akhir roh roh nenek moyang akan memasuki sukma pengunjung atau orang yang berobat, saat roh roh nenek moyang memasuki jiwa maka tubuh mereka menjadi ringan, mereka dapat memanjat batang bambu, menari di atas pecahan kaca.

Tradisi upacara tari asyek di daerah Kecamatan Siulak , menurut budayawan Azhar,Mj., dilengkapi dengan sarana alat alat musik tradis-ional seperti Rebana, Gong, Seruling bambu. Di daerah Kecamatan Siulak Kabupaten Kerinci, tari asyek memiliki keberagaman, antara lain Asyeik Niti Mahligai, Asyeik Mandi di taman, Asyek Ngayun luci, Asyeik mahligai kaco dan Asyeik nyabung, walau memiliki berbagai pola dan perbedaan akan tetapi kebudayaan ini berasal dari satu akar rumpun kebudayaan tradisional megalitik.

Penyebaran tarian Asyek ini di wilayah Kota Sungai Penuh antara lain masih terdapat di daerah Kumun Desa Koto Lolo, Desa Koto Bento, KotoTengah, Dusun Empih, Kelurahan Sungai Penuh, Pondok tinggi, Dusun Baru dan sekitarnya. Tarian ini juga berkembang di ka-wasan masyarakat adat Tigo Luhah Tanah Sekudung Kecamatan Siulak, Masyarakat Tigo Luhah Semurup, masyarakat persekutuan adat Kubang dan wilayah desa Semerah dan Pondok Beringin Kecamatan Sitinjau Laut Kabupaten Kerinci.

Tolak Bala pada masa silam dilakukan saat terjadi wabah penyakit yang menyerang sebuah Neghoi (negeri/dusun) yang mengakibatkan banyaknya korban yang meninggal dunia, ternak dan tanaman padi banyak yang mati, penyebaran upacara tolak bala tersebar diwilayah Tanah Sekudung Kecamatan Siulak wilayah Tigo Luhah Semurup dan di wilayah Cupak Kecamatan Danau Kerinci, pada masa lampau upacara ini disesuaikan dengan ico pakai namun tujuan upacara ini tetap sama.

Penulis pada era tahun 1980-an masih melihat upacara tradisional tari Asyek masih tumbuh dan berkembang ditengah-tengah masyarakat, tarian ini penulis saksikan di kediaman nenek penulis H.Halimah Sabri

Bab-11R-SEJARAH KEB-ALAM KERINCI216 216 8/14/2012 10:54:48 AM

Page 12: Sejarah Kab Alam Kerinci

217Senarai Sejarah Kebudayaan Suku Kerinci

di luhah Rio Mendiho Dusun Sungai Penuh, hal yang sama juga penulis saksikan di dusun Koto Lolo, Dusun Koto Bento dan di Dusun Empih, khusus untuk Dusun Sungai Penuh, Koto Lolo pada masa itu dikenal “two guru” (Dukun) penari asyek ”Tino Bungou” Tino Raden, dan Tino Tuo .

Sebelum tarian asyek dilakukan, pihak penyelenggara, khususnya keluarga yang datang meminta obat atau yang mempunyai hajat mem-persiapkan semua kebutuhan untuk upacara tradisional tari Asyek. Para wanita biasanya mempersiapkan aneka bunga dan sesajian yang diper-lukan untuk acara itu, kebutuhan aneka dedaunan-tumbuh tumbuhan diperoleh dari hutan atau daerah perladangan disekitar dusun, dedaunan dan bunga bunga yang diperoleh dari hutan itu diserahkan kepada tetua adat atau dukun yang menyelenggarakan upcara ritual, bunga bunga dan dedaunan itu itu disusun menjadi pupuh, dan sebelumnya pihak warga telah mempersiapkan “Gelanggang” tempat pusat kegiatan ritual dilaksanakan, bunga bunga dan dedaunan serta aneka manakan seperti Lemang ulu nasi putih dan ulu masakan (gulai) juga dipersiapkan untuk menjadi “Jambe” atau sesajian .

Setelah upacara pengobatan atau hajat selesai dilaksanakan, dilan-jutkan dengan tari Asyek yang merupakan ritual puncak pada acara ritual tradisional alam Kerinci merupakan suatu persembahan yang dilaksanakan dengan menyediakan sesajian, sedangkan mantera yang dibacakan (dilantunkan secara lisan) dilakukan secara berirama den-gan gerak gerik yang dilakukan sangat sederhana namun penuh ritme ritme dengan peresapan yang dihubungkan dengan arti mantera yang diucapkan.

Saat ini acara Asyeik tidak lagi dijadikan sebagai acara pemujaan atau persembahan terhadap roh roh nenek moyang, akan tetapi telah dikreasikan menjadi seni tari pertunjukan untuk memperkaya khasanah kebudayaan Alam Kerinci. Sebuah kekhawatiran muncul karena cepat atau lambat upacara tradisional yang merupakan bagian dari kebudayaan tradisional Kerinci akan lenyap dimakan zaman, dilain pihak pengaruh modernisasi dan globalisasi di segala sektor dalam kehidupan masyarakat membuat masyarakat lebih berpikir praktis, kritis dan logis, kebudayaan

Bab-11R-SEJARAH KEB-ALAM KERINCI217 217 8/14/2012 10:54:53 AM

Page 13: Sejarah Kab Alam Kerinci

218 Kebudayaan dan Seni Tradisional Suku Kerinci

yang telah dilakukan secara turun temurun ikut terambah oleh kema-juan zaman, satu persatu peninggalan kebudayaan masa lampau akan terkubur dan digantikan oleh kebudayaan baru.

4. Mandi BalimauAcara Mandi Balimau (Harun Nahri,70 th) merupakan tradisi ma-

syarakat Kerinci yang telah diwarnai oleh pengaruh kebudayaan Islam, acara ini dilaksanakan pada saat memasuki bulan yakni bulan Syafar dengan makna simbolik membersihkan diri dari anasir anasir yang buruk dalam tubuh manusia, terutama pada ibu ibu muda yang sedang hamil muda. Kegiatan ini dilaksanakan pada minggu pertama bulan Syafar, warga yang akan melakukan mandi balimau mempersiapkan aneka jeruk yang dipotong-potong kecil dan dimasukkan ke dalam wadah baskom yang telah diisi air, setelah doa dibaca oleh seorang ulama, setelah itu masing masing menimbakan air limau yang ada dalam baskom (Pasau) kesekujur tubuh, selanjutnya masyarakat mandi didalam air sungai yang mengalir bening disela bebatuan, acara ini masih banyak dilakukan oleh masyarakat di Desa Pulau Tengah, Semurup dan Siulak Kecil

5. Ratib SamanRatib Seman juga disebut Ratib Tegak karena dilaksanakan pada

posisi berdiri dan peserta melakukan gerak gerak yang khas menepuk pundak, peserta biasanya dalam jumlah yang ganjil, lazimnya diikuti oleh 99 orang, tapi jumlah ini tidak baku, boleh bertambah, boleh dikurangi. Acara ini dipimpin dan dipandu oleh seorang Imam sebagai pemimpin Ratib, para peserta menggunakan pakaian jubah dan sorban ala Arab.

Catatan sejarah menyebutkan, Ratib Seman mulai tumbuh dan berkembang sejak awal abad ke 17, tradisi dibawa oleh jemaah haji Kerinci yang menunaikan ibadah haji. Pada masa lampau untuk melak-sanakan ibadah haji dibutuhkan waktu cukup lama, tak jarang para jemaah haji asal suku Kerinci pada masa lalu bermukim di Mekah de-ngan waktu yang lama, disamping menunggu musim haji, para jemaah menyempatkan diri untuk mempelajari dan mendalami agama Islam serta mempelajari seni dan kebudayaan Islam

Bab-11R-SEJARAH KEB-ALAM KERINCI218 218 8/14/2012 10:54:58 AM

Page 14: Sejarah Kab Alam Kerinci

219Senarai Sejarah Kebudayaan Suku Kerinci

Menurut Budayawan dan seniman Tradisional Pulau Tengah Kerinci Harun Nahri(70tahun), Ratib ini berasal dari Tariqat Samaniah yang disebarkan pertama kali oleh “Syekh Muhammad Saman” penjaga makam Rasullullah di Madinah. Ratib Seman ini sudah menjadi salah satu kebudayaan ritual Kerinci yang bernafaskan Islami, pelaksana Ratib Seman ini adalah kaum pria, dan ada juga Ratib Kelantan yang dilaksanakan oleh kaum wanita, untuk Ratib Kelantan pelaksanaannya duduk bersimpuh, gerakannya sama dengan Ratib Seman dengan tubuh dimiringkan ke kiri dan ke kanan sambil menepuk lantai atau tanah. Ratib jenis ini hanya terdapat di Desa Pulau Tengah Kecamatan Keliling Danau Kabupaten Kerinci sebagai bagian dari Ratib Seman.

Penyebaran Ratib Seman di wilayah Desa Pulau Tengah, Desa Jujun, Tanjung Pauh Kecamatan Keliling Danau, Desa Seleman Kecamatan Danau Kerinci,Desa Koto Duo Lamo Kecamatan Air Hangat

6. Sembah MuntaingUpacara ini merupakan prosesi terhadap pasangan muda mudi

pengantin, acara sembah Muntaing ( Muntin) atau lengkapnya disebut “simpuh sembah” pengantin, masanya adalah satu tahun atau paling lama dua tahun setelah sepasang muda mudi melakukan akad nikah. Acara ini dilakukan secara masal oleh pasangan yang telah melakukan akad nikah kurun waktu 1-2 tahun terakhir. Upacara ritual ini biasanya dilakukan pada saat bersamaan dengan kenduri sudah menuai (selesai panen) pada setiap tahunnya. Upacara ini mirip dengan acara wisuda mahasiswa Perguruan Tinggi. Setiap pengantin baru membawa “Cera-no” berisi sirih pinang, membawa mangkuk berisi beras kunyit, sebagai sarana simpuh sembah kepada tetua adat, depati ninik mamak.

Para pengantin selanjutnya diarak dari lapangan menuju Umouh Gdeang (Rumah Besar), dalam perjalanan mereka melantunkan syair salawat nabi,di rumah besar dilakukan acara doa dan makan bersama, setelah acara makan bersama acara dilanjutkan dengan simpuh sembah pengantin kepada depati Ninik mamak dan alim ulama. Simpuh sembah ini dilakukan dengan berjalan di atas lutut yang didahului oleh pengantin wanita yang diikuti mempelai pria, pada acara itu kaum ibu ibu pengantin

Bab-11R-SEJARAH KEB-ALAM KERINCI219 219 8/14/2012 10:55:02 AM

Page 15: Sejarah Kab Alam Kerinci

220 Kebudayaan dan Seni Tradisional Suku Kerinci

mendendangkan lagu salawat nabi, mereka menaburkan beras kunyit ke tubuh kedua mempelai sebagai tanda restu dari kaum adat dan sem-bah telah dilaksanakan, dengan selesainya acara tersebut maka syahlah pengantin pria menjadi “anak betino” atau anak buah desa menurut adat istiadat yang berlaku, acara ini hanya terdapat di desa Semerap Kecamatan Keliling Danau dan di desa Sungai Liuk Kota Sungai Penuh, bedanya di desa Sungai Liuk tidak dilakukan secara masal, upacara di desa Sungai Liuk disebut “Mulang Cucoung ( Mengembalikan cucu).

II. Seni Tari dan Seni dan Seni Musik Tradisional Alam

KerinciBudayawan Jambi Azhar,Mj., Koreografer bumi alam Kerinci Depati

Azrefli Nurdin,S.Pd (47tahun), mengungkapkan bahwa asal usul perkem-bangan seni tari yang terdapat di bumi alam Kerinci berakar dari tarian tradisional yang dilakukan oleh masyarakat suku Kerinci purba atau disebut dengan tarian klasik yang merupakan warisan budaya masa lampau. Kese-nian tari tersebut pada pokoknya berakar dari tarian purba yang berkaitan dengan ritual pemujaan terhadap roh roh pada tradisi megalitik. Bentuk tarian pada umumnya sangat sederhana dan bersahaja memiliki kesatuan gerak dengan sifat kejiwaan, pada puncak klimak tertentu membuat para penari berada dibawah alam sadar/ kesurupan (Trance)

Pada dasarnya Tarian asli alam kerinci berasal dari tarian masa purba dan merupakan tari rakyat Alam Kerinci yang dilakukan secara turun temurun, tarian itu memiliki langgam ciri khas khusus yang terletak pada gerakan kaki. Tarian tersebut mencerminkan corak tradisi masa purba yang meniru pola gerakkan fauna seperti harimau, elang, siamang, ular sawa.dll. Tarian asli masyarakat suku Kerinci pada zaman purba itu saat ini masih bertahan dan sebagian besar telah mengalami penyesuaian dengan tanpa mengurangi nilai-nilai mistik dan supra natural.tarian purba yang masih bertahan pada era modern ini, antara lain:

1. Tari Marcok merupakan sebuah tarian yang berkembang di Alam Kerinci bagian tengah, tarian ini merupakan puncak dari rangakaian acara ritual asyek(asyik)

2. Tari Tauh, dilaksanakan pada acara kenduri Sko atau pada

Bab-11R-SEJARAH KEB-ALAM KERINCI220 220 8/14/2012 10:55:07 AM

Page 16: Sejarah Kab Alam Kerinci

221Senarai Sejarah Kebudayaan Suku Kerinci

acara kenduri sudah tuai, tarian ini masih bertahan di wilayah Kecamatan Gunung Raya

3. Tari iyo iyo, tarian ini dipertunjukkan pada saat rangkaian acara Kenduri Sko, penobatan pemangku adat dan ninik mamak

4. Tari Ngagah Harimau, merupakan sebuah tarian supranatural yang melakukan kontak dengan satwa harimau (disebut juga dengan panggilan Ninek tunggou pematang ) dilakukan secara gaib melalui pemanggilan terhadap roh.

5. Tari Tolak bala,sebuah tarian yang berhubungan dengan ritual tolak bala Penampilan tarian ini bernuansa mistik dan supra natural.sehingga pementasannya dilakukan hanya pada waktu acara tertentu.

Disamping tarian yang tersebut di atas, menurut Azrefli Nurdin,di alam Kerinci masih terdapat puluhan tarian tradisi yang diwaris secara turun temurun dari zaman purba,tarian tersebut antara lain tari rentak purba seperti tari minta lamat, tari mandi di taman, dll.Tarian yang berkarakter gembira juga terdapat pada tari rangguk, tari rangguk ayak, tari yadah dan tari rentak kudo. Dewasa ini di alam kerinci juga berkembang tarian bernafaskan agama islam antara lain Sikea rebana, marhabban dan kasidah, seni ini merupakan perpaduan gerak lokal Kerinci yang dipengaruhi tradisi kebudayaan Arab (Islam).

III. Seni Tari Kreasi baru dan Seni Musik dan lagu rakyat

Seperti daerah lainnya di Nusantara, Bumi Alam Kerinci memiliki berbagai atraksi seni dan kebudayaan baik yang dilakukan secara turun temurun maupun kesenian kreasi baru yang diciptakan dan dikreasi-barukan oleh para seniman, khusus untuk tarian kreasi baru saat ini tumbuh dan berkembang dengan subur diseantero pelosok desa di alam Kerinci.

Penciptaan tarian kreasi baru ini telah dimulai sejak dekade tahun 1960-an yang dipelopori oleh seniman dan budayawan yang aktif pada zamannya, tercatat beberapa tokoh seniman pencipta tari kreasi baru alam Kerinci antara lain H.Norewan.BA, H.Furisyah,Iskandar Zakaria, Fahmi Efendi,Harun Nahri,Rohati dan pada era tahun 1990 an alam

Bab-11R-SEJARAH KEB-ALAM KERINCI221 221 8/14/2012 10:55:12 AM

Page 17: Sejarah Kab Alam Kerinci

222 Kebudayaan dan Seni Tradisional Suku Kerinci

Kerinci memiliki koreografer tari kreasi yakni Azrefli Nurdin dan cik buyuang.Tarian alam Kerinci yang telah di kreasi-barukan itu telah dipertunjukkan pada beberapa kali pagelaran di dalam dan di luar negeri,catatan yang telah dapat dihimpun saat ini terdapat puluhan tari kreasi baru, diantaranya adalah:

1. Tari gotong royong, ciptaaan H.Furisyah2. Tari Anok Dahon,ciptaan H.Norewan,BA3. Tari Pusko Ciptaan Iskandar Zakaria4. Tari Nalok Laok Ciptaan Iskandar Zakaria5. Tari Tanjung Bajure Ciptaan Fahmi Efendi.6. Tari Puti senang Ciptaan Fahmi Efendi 7. Tari Sulouh Bindeang Ciptaan Azrefli,S.Pd.8. Tari Pintak Buleih Ciptaan Azrefli Nurdin,S.PdBudayawan dan seniman Jambi Azhar,Mj kepada penulis menge-

mukakan saat ini telah tercatat 140 jenis unsur unsur Kesenian dalam bentuk upacara adat, upacara sakral, upacara agama, permainan rakyat, permainan anak anak, seni rupa, seni musik, seni tari, seni teater, seni sastra dan tutur..

Menurut Azhar Mj, dalam acara asyek terdapat unsur upacara sakral, seni musik, seni teater dan seni sastra. Dalam tari rangguk terdapat unsur upacara agama, seni musik,seni teater dan seni sastra. Pada asuh luci terdapat unsur upacara sakral, seni rupa, seni musik, seni teater dan seni sastra.

IV. Seni Sastra rakyat Suku KerinciRakyat alam Kerinci sejak beberapa abad yang silam telah menge-

nal dan memiliki sastra lisan, sastra lisan (Prof.H.Amir Hakim Usman,MA - Mursal Esten) dalam buku seni tradisi lisan nusantara yang diterbitkan Yayasan Obor Indonesia Jakarta 1993, mengemukakan sastra lisan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sastra tertulis. Se-belum munculnya sastra tertulis, sastra lisan telah berperan membentuk apresiasi sastra masyarakat, sedangkan dengan adanya sastra tertulis, sastra lisan terus hidup berdampingan dengan sastra tertulis

Oleh sebab itu, menurut Prof.Dr.H.Amir Hakim Usman (alm) putra

Bab-11R-SEJARAH KEB-ALAM KERINCI222 222 8/14/2012 10:55:17 AM

Page 18: Sejarah Kab Alam Kerinci

223Senarai Sejarah Kebudayaan Suku Kerinci

Rio Mendiho Dusun Sungai Penuh mantan Guru Besar Universitas Neg-eri Padang, Sastra lisan Kerinci adalah merupakan salah satu warisan budaya nasional yang mempunyai nilai nilai yang perlu dikembangkan dan dimanfaatkan bagi kehidupan manusia masa kini dan manusia masa yang akan datang, tidak hanya dari segi pembinaan dan pengembangan sastra daerah, tetapi juga penting dalam pembinaan dan pengembangan sastra Indonesia.

Martono,S.Pd (Sastrawan dan Deklamator Kincai: 3:4:2012) me-nyebutkan bentuk bentuk sastra lisan Kerinci bisa diklafikasikan sebagai prosa, puisi, prosa liris,dan kunaung adalah salah satu bentuk kesenian yang sangat disenangi masyarakat suku Kerinci, berupa cerita, lagu, serta ekspresi penceritaannya disampaikan oleh pencerita yang disebut ”tukang kunaung” yang diiringi dengan alat musik seperti rebana, gen-dang, gong dan lainnya,adapula tanpa iringan alat musik. Pada umumnya cerita disampaikan bertujuan sebagai pelipur lara, yang diselingi dengan petuah, pendidikan moral,dan cerita mengenai kisah kisah .

Sastra rakyat Kerinci, menurut bentuknya, dapat diklasifikasikan sebagai prosa, puisi, prosa liris. Sastra Kerinci yang termasuk ke dalam kelompok prosa menurut Karimi(1960) adalah:

a. Kunaung e. Cerita perumpamaanb. Dongeng (mitos,sage, f. Cerita pelengah dan legenda,dan fable) g. Kunun baruc. Cerita pengeli hati d. Cerita pelipur lara

Sastra Kerinci yang termasuk ke dalam puisi adalah:a. Pepatahb. Pantun rakyat danc. Syair

Bab-11R-SEJARAH KEB-ALAM KERINCI223 223 8/14/2012 10:55:22 AM

Page 19: Sejarah Kab Alam Kerinci

224 Kebudayaan dan Seni Tradisional Suku Kerinci

Sastra Kerinci yang tergolong ke dalam prosa liris adalaha. Mantrab. Sumpah serapah dan pujaanc. Parno atau pangku parbayo( pidato adat)d. Karang mudeou.

Cabang seni kesusastraan dan seni teater sejak zaman purba telah tumbuh dan berkembang dengan subur di bumi alam Kerinci. Seni teater dapat kita lihat pada Kunun (Kunaung), Kba, Inji’ Skiling. Dalam bidang kesusastraan dapat kita temui pada berbagai mantra dan tulisan surat surat cinta pada aksara Incung. Menurut kalangan budayawan Aksara Incung telah digunakan oleh suku Kerinci sejak zaman sesudah adanya Prasasti Sriwijaya Abad ke VII di Karang Berahi- Pamenang Kabupaten Merangin yalang bertuliskan huruf Pallawa.

Chandra Purnama,SH,MH Gelar Rajo Depati, menyebutkan satu hal pada naskah naskah yang bertuliskan aksara Incung tidak ditemukan petunjuk angka untuk bilangan, sehingga pada naskah naskah Incung tidak terdapat penanggalan maupun tanggal penulisan. pengaruh Islam turut mempengaruhi hasil hasil karya sastra suku Kerinci, pada beberapa aksara incung yang ditulis pada berbagai media terdapat ka-limat yang telah menyerap unsur islam .seperti kata Basmallah, mujur, Assallammu’allaikum, dll.

Ditengah tengah masyarakat suku kerinci berkembang berbagai cerita rakyat dan Kunun, Sastrawan Alam Kerinci Indratno telah meneliti dan menyusun 39 Kunun, cerira rakyat Alam Kerinci, beberapa puluh mantra dan tale telah dilakukan penelitian dan pengkajian

Sastra lisan yang berkembang di alam Kerinci adalah sastra yang hidup di tengah-tengah masyarakat dengan ciri ciri yang melekat pada yang disampaikan dari mulut kemulut, bersifat anonim dan tradisional, serta menjadi milik secara kolektif dari masyarakat daerah yang ber-sangkutan yang berperan sebagai perwujudan dan pencerminan tata nilai masyarakat

Di alam Kerinci sejak zaman purbakala telah tumbuh dan berkem-bang sastra lisan yang merupakan sebuah hasil kreatif masyarakat yang

Bab-11R-SEJARAH KEB-ALAM KERINCI224 224 8/14/2012 10:55:26 AM

Page 20: Sejarah Kab Alam Kerinci

225Senarai Sejarah Kebudayaan Suku Kerinci

lebih cenderung berperan sebagai wadah penyaluran informasi dan imajinasi masyarakat daerah dan melahirkan tradisi atau kebiasaan yang menjadi petunjuk identitas masyarakat dan daerah yang bersang-kutan.

Menurut Idratno,S.Pd.(Guru Bahasa Sastra SMA Negeri Kayu Aro) sastra lisan termasuk cerita lisan yang ada di alam Kerinci merupakan warisan budaya nasional yang mempunyai nilai nilai yang patut untuk ditumbuh -kembangkan untuk kehidupan masa kini dan masa depan. Sastra lisan sejak masa lalu telah lama berperan sebagai wahana pemaha-man dan pewarisan tata nilai yang tumbuh ditengah masyarakat.

Sastra lisan pada dasarnya adalah sastra yang hidup dan berkembang ditengah masyarakat dengan penuturan lisan yang mengandung daya cipta bahasa yang tinggi, sehingga eksistensinya tetap dihargai dizaman-nya dan sangat berguna bagi generasi generasi berikutnya. masyarakat alam Kerinci umumnya masih bersifat homogen yang berpegang teguh kepada tradisi asli rakyat.masyarakat suku kerinci yang memilii profesi beragam dalam menjalankan aktifitas sehari hari senantiasa berpegang kepada adat istiadat yangtelah diwarisi secara turun temurun, rasa kekeluargaan merupakan ciri khas yang telah membudaya dikalangan suku Kerinci.

Drs.Eka Taufani (Kep Sta.TVRI Bandung- Jawa Barat: 5:2012) Sejak zaman purbakala masyarakat di alam Kerinci telah memahami kesusas-traan, diantara sastra lisan yang tumbuh dan berkembang dengan subur ditengah masyarakat adalah Mantera. Mantera adalah jampi jampi yang dipergunakan oleh sebagian besar masyarakat suku Kerinci. Mantera digunakan oleh seseorang untuk menyampaikan maskud tertentu, baik untuk pengobatan secara tradisional atau untuk kepentingan tertentu yang dilakukan secara individual. Mantera atau mantra diucapkan pada keadaan tertentu disesuaikan dengan keperluan atau keadaan yang terjadi ditengah masyarakat.

Dilihat pengertiannya mantra ini berhubungan dengan suasana keg-aiban atau alam gaib yang berada diluar alam sadar dan diluar pengua-saan pikiran manusia secara nyata, dengan kata lain alam yang bersifat abstrak. Karena Mantra atau Mantera berhubungan dengan alam gaib,

Bab-11R-SEJARAH KEB-ALAM KERINCI225 225 8/14/2012 10:55:31 AM

Page 21: Sejarah Kab Alam Kerinci

226 Kebudayaan dan Seni Tradisional Suku Kerinci

maka penggunaannya harus didasarkan kepada keyakinan dari orang orang yang menggunakan mantra tersebut, keyakinan itu sangat di-perlukan untuk mendapatkan kemujaraban atau efek keampuhan.

Pada masa lampau, nenek moyang orang suku Kerinci mempergu-nakan mantra biasanya untuk kegiatan pemujaan terhadap roh roh gaib atau arwah para leluhur. Mantra ini selanjutnya disebutkan sebagai asalah satu bentuk sastra lisan karena menggunakan bahasa sebagai media utamanya dan dilafalkan secara berirama, keberadaannya dite-ngah masyarakat dituturkan dari mulut ke mulut, bersifat tradisional dan anonym (tidak diketahui siapa pengarangnya). Kata kata dalam mantera disusun secara teratur, sehingga menimbulkan rasa indah, dapat memun-culkan efak kegaiban, dan mempunyai daya tarik tersendiri yang apabila sangat yakin atau semakin baik seseorang mempergunakan mantera ini, maka akan semakin ampuh pula kemujaraban dari mantera itu.

Bagi suku Kerinci mantera berkembang pesat sesuai dengan ke-biasaan dan keadaan yang sedang berlangsung ditengah masyarakat, misalnya digunakan untuk mengobati orang yang sakit parah, untuk keperluan acara adat dan untuk keperluan pemujaan terhadap arwah nenek moyang yang bersemayam di bumi alam Kerinci. Alam Kerinci dari zaman dahulu disebut alam yang Sakti, berbagai misteri dan ke-ajaiban masih belum sepenuhnya dapat terungkap hingga saat ini. Di bumi alam Kerinci masih banyak tersimpan ilmu kebatinan, menutut para tetua adat dan orang orang pintar, kerpacayaan terhadap alam gaib dan masalah kebatinan merupakan salah satu penyebabnya lahirnya mantera atau mantra.

Pada periode selanjutnya mantera/mantra yang ada di bumi alam Kerinci ikut dipengaruhi oleh kebudayaan pendatang, misalnya penga-ruh dari kebudayaan Minangkabau, pengaruh kebudayaan Melayu-Riau dan pengaruh kebudayaan Islam yang memasuki wilayah mantra secara tersembunyi. Dengan adanya pengaruh kebudayaan luar alam Kerinci, penggunaaan mantra semakin banyak ragamnya, mantra tidak hanya difokuskan untuk kepentingan pengobatan dan pemujaan terhadap roh roh, akan tetapi mulai memasuki ruang dan kepentingan individual penggunanya.

Bab-11R-SEJARAH KEB-ALAM KERINCI226 226 8/14/2012 10:55:36 AM

Page 22: Sejarah Kab Alam Kerinci

227Senarai Sejarah Kebudayaan Suku Kerinci

Sedangkan unsur unsur yang yang berhubungan dengan mantra adalah alat-alat atau benda material yang mendukung keampuhan dan kemujaraban mantera, antara lain: Kemenyan, kembang tujuh warna, jeruk tiga jenis, hulu nasi tiga warna ( putih, kuning, hitam), lengkuas, darah ayam, benang sempurna, gasing tengkorak, dan alat alat lain digunakan untuk prosesi pemujaan terhadap roh roh leluhur atau pengobatan, alat alat tersebut dipergunakan sesuai dengan maskud dan tujuan penggunaan mantera tersebut.

Didalam menggunakan mantera dibutuhkan perasaan atau rasa yang dimiliki oleh semua orang terhadap sesuatu hal, baik yang menyangkut rasa keindahan, rasa gembira, rasa sedih, rasa suka, rasa enak ataupun yang sebaliknya, hal ini berkaitan dengan situasi dan kondisi yang sedang dialami seseorang (Indratno,1994:27). Dalam penggunaan mantera, perasaan sangat diperlukan untuk menghayati isi yang terkandung atau tersimpan dibalik kata kata yang tersusun indah itu, unsur perasaan memegang penanan sangat penting pada saat mantera mantera itu di ucapkan.

Unsur khayalan dan unsur keyakinan sangat, menentukan untuk kemustajaban yang dimohonkan saat mantera diucapkan. Pengaruh kebudayaan islam sangat mempengaruhi pengucapan mantera. Selanjut-nya secara perlahan unsur islam memasuki wilayah mantera, beberapa pergesaran nilai ikut mempengaruhi perkembangan mantera,hal ini dapat kita lihat pada perubahan kata dan kalimat yang berbau ajaran islam.

Kata kata atau kalimat yang menyusup dalam mantera asli pada suku di alam Kerinci itu berupa asma Tuhan, dan ayat ayat suci Al Qur’an yang bertujuan untuk menambah kemujaraban mantera yang diucapkan. Hal ini dapaat kita lihat pada mantera Kerinci yang telah diperkuat oleh kalimah kalimah “Laillahhaillauloh-Muhamaddaroasullullah.’

Sastra lisan yang cukup diminati oleh masyarakat suku Kerinci adalah Kunaung. Menurut Prof.Dr.H.Amir Hakim Usman (alm) Kunaung merupakan suatu bentuk kesenian yang paling disenangi oleh masyarakat suku Kerinci, biasanya mereka menyenangi irama lagu yang disampaikan oleh “tukang kunaung” disamping isi ceritanya. Biasanya tukang kunaung

Bab-11R-SEJARAH KEB-ALAM KERINCI227 227 8/14/2012 10:55:41 AM

Page 23: Sejarah Kab Alam Kerinci

228 Kebudayaan dan Seni Tradisional Suku Kerinci

pandai sekali berekspresi sesuai dengan jalan cerita, penuh emosi, sedih, bersemangat, benci dan lucu. Konon menurut cerita tukang kunaung, ia dalam berkunaung dibimbing atau dikendalikan oleh ”Mambang” dan ”Peri” sehingga “tukang kunaung” bisa seperti orang kesurupan, dia dapat bercerita (berlagu) dengan lancar sehingga apa yang terjadi seolah olah benar benar berada ditempatnya.

Biasanya berkunaung (menyampaikan kunaung) dilaksanakan pada malam hari, dan ada juga kunaung yang panjang,sehingga untuk menyampaikannya membutuhkan waktu selama tujuh malam, pada saat mendengar kunaung masyarakat/penonton yang menyaksikan tidak mengantuk meskipun mata terpejam, telinganya tetap mendengar dan mengikuti jalan cerita. Didalam masyarakat alam Kerinci berkunaung ini juga dimaksudkan untuk berjaga jaga menunggui sawah yang akan panen, tidak jarang terjadi pada waktu acara ber kunaung orang keasyikan sehingga mereka tidak sadar akan hal yang terjadi diseliling mereka. Untuk menghindarkan hal tersebut biasanya disediakan beberapa per-syaratan menjelang acara berkunaung, syarat syarat tersebut dengan menyediakan hulu nasi, telur ayam rebus dan asap kemenyan.

Berkunaung dilakukan dengan publik yang melingkar, duduk bersila, sambil tiduran, ataupun sambil bersandar di dinding. Sewaktu ada bagian kunaung yang menarik, para pendengar ikut bersedih,atau geram,atau benci,bahkan bersorak karena kegembiraannya. Kunaung menurut (Prof.Dr.Amir Hakim Usman) termasuk salah satu sastra lisan;a da yang dapat diceritakan saja, dilagukan, dan juga ada yang dilagukan dengan diiringi alat musik (tradisional) tertentu. Penelitian yang dilakukan oleh Prof.Dr.H.Amir Hakim Usman telah terkumpul sebanyak 21 cerita (kunaung), yang sebelas diantaranya disampaikan tanpa menggunakan alat musik, adapun cerita yang disampaikan tanpa alat musik itu adalah: cerita ”Putri Kemilau Air Emas, Orang Mudo si Jaru pantang, Semegang tunggal,Bujang Suanggau. Bujang Buje, Sijaru Panta, Sikembang payung paya, Siyo siyo kau Tupai, Puti limo dengan puti Cikketung,Burung Kuwau dan Nyik kileng.

Di alam Kerinci (Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci( Profe-sor.Dr.H.Amir Hakim Usman,MA., dkk (Struktur sastra lisan Kerinci:

Bab-11R-SEJARAH KEB-ALAM KERINCI228 228 8/14/2012 10:55:46 AM

Page 24: Sejarah Kab Alam Kerinci

229Senarai Sejarah Kebudayaan Suku Kerinci

1993) telah melakukan penelitian sebanyak 21 buah cerita (Kunaung) , Cerita”Kunaung” yang berhasil dikumpulkan itu adalah:

A. Di Wilayah Mudik (Siulak-Gunung Kerinci) (1).Nyik Kileng(2).Enjik Sakilek(3)Tupai Janjang(4)Gambang Malin Dewa

B. Diwilayah Danau Kerinci(1)Burung Kuwau(2)Sikemba Paya(3)Siyo –siyo Kau Tupai(4)Si Jaru Panta(5)Puti Limo dengan Puti Cikketung

C. Di Wilayah Air Hangat-Kerinci(1)Asal usul Pendung(2)Rajo Alam

D. Di wilayah Kota Sungai Penuh(1)Bujang Buye(2)Silsilah Raja Kita(3)Nalila(4)Bujang Suanggau(5)Si Panggung dan Si Peggu(6)Si Mata empat dan Sipahit Lidah

E. Di wilayah Sitinjau Laut Kerinci (1)Puteri Bungsu Rindu Kesian(2)Semegang Tunggal (3)Orang muda Si Jaru Pantang(4)Puteri Kemilau Air Emas

Fungsi pokok sebuah cerita adalah “duice” dan “utile” atau mem-beri semacam kenikmatan dan manfaat, kenikmatan dirasakan dari daya tarik cerita, manfaat berupa adanya sesuatu yang penting yang dapat dipetik dari cerita ,baik berupa petunjuk, pesan, maupun amanat (Wellek:1948:30)

Bab-11R-SEJARAH KEB-ALAM KERINCI229 229 8/14/2012 10:55:50 AM

Page 25: Sejarah Kab Alam Kerinci

230 Kebudayaan dan Seni Tradisional Suku Kerinci

Sastra Lisan termasuk dalam hal ini Kunaung menurut Prof.Dr.H.Amir Hakim Usman adalah bertujuan menghibur pendengarnya, yakni rakyat duseoung (kampung). Biasanya tukang kunaung akan berku-naung pada waktu senggang, misalnya setelah masyarakat bekerja keras seharian di ladang atau disawah, maka untuk menghilangkan rasa lelah dan letih si tukang kunaung akan berkunaung (bercerita) menghibur mereka dengan kunaung-kunaung yang mengasyikkan, dan kunaung pun juga sering dilakukan pada waktu masyarakat sedang bekerja gotong royong, cerita kunaung yang disampaikan “tukang kunaung” tanpa disadari berdampak pada masyarakat yang sedang bekerja, mereka tidak merasakan kelelahan pada waktu bekerja dan waktu terus berjalan tanpa mereka sadari.

Cerita Kunaung itu walaupun merupakan sarana hiburan, akan tetapi di dalam kunaung si tukang kunaung ada kalanya menyisipkan pesan pesan moral, pendididikan, dengan menggunakan kiasan, peribahasa dan ibarat, serta contoh dan teladan dalam cerita, si tukang kunaung menyisipkan pesan pesan moral dan pendidikan

Ranouh alam Kincai (Kerinci) telah melahirkan banyak tokoh to-koh Intelektual, sastrawan, seniman dan budayawan. Diantara kaum cendekiawan dan Budayawan tercatat nama sosok cendekiawan Prof.Dr.H.Amir Hakim Usman,MA, dilahirkan di Luhah Rio Mendiho Dusun Sungai Penuh pada tanggal 31 oktober 1933, pendidikan SD dan SMP diselesaikan di tanah kelahirannya Sungai Penuh, ia melanjutkan pendi-dikan ke SMA Negeri II Bandung (tamat 1954).

Pada tahun 1960 Amir Hakim Usman berhasil menyelesaikan pen-didikan Sarjana FKIP Universitas Pajajaran Bandung pada jurusan Sastra Indonesia, ia juga pernah mengikuti pendidikan dalam bidang Linguistik di Fakultas Sastra Universitas Leiden Belanda (1976-1977) dan di Fakultas Sastra dan Filsafat pada Johana Wolfgang Goethe University di Frank-furt, Jerman (1986-1987). Pada tahun1988 memperoleh gelar Doktor (Dr) Ilmu Sastra di Universitas Indonesia ( UI ) Jakarta, banyak menulis dan meneliti berbagai aspek bahasa Kerinci, beberapa tahun kemudian meraih gelar Profesor, terakhir menjabat sebagai Guru Besar Fakultas Sastra Universitas Negeri Padang, pernah menjadi Dekan Fakultas

Bab-11R-SEJARAH KEB-ALAM KERINCI230 230 8/14/2012 10:55:55 AM

Page 26: Sejarah Kab Alam Kerinci

231Senarai Sejarah Kebudayaan Suku Kerinci

Sastra Universitas Andalas dan dekan Fakultas Sastra Universitas Bung Hatta Padang. Prof.Dr.H.Amir Hakim Usman,MA wafat pada tanggal 21 Agustus tahun 2007.

Dilapangan kesusastraan bumi alam Kerinci juga telah melahirkan seorang sastrawan/penyair almarhum Ghazali Burhan Riodja, lewat karya sastranya berupa sajak sajak ia telah memperkenalkan alam Kerinci ke dunia luas, salah satu sajaknya yang membumi berjudul ”Kincai Sekepal tanah dari surga yang tercampak ke dunia”. Karya karya nya telah di bukukan dalam antalogi Puisi Surat dari batu embun berlinang, dan april 2012. Penulis juga menerbitkan Antologi Puisi Gazali Burhan Riodja dan Indratno dengan judul “Surat Cinta si gadis Desa”(Budhi VJ: Sungai PenuhApril 2012), dan jauh sebelumnya alam Kerinci juga melahirkan seorang Budayawan besar/tokoh adat alam Kerinci H.Abdul Kadir Djamil Gelar Depati Simpan Negeri.

(Yozerizal.Zis,S.Sos 10:5:2012) cerita Kunaung akhir akhir ini se-makin jarang dilakukan, dampak modernisasi dan globalisasi membawa pengaruh terhadap keberadaan cerita sastra tradisional, generasi muda lebih cenderung untuk meniru niru kebudayaan luar, bahkan melalui akses internet generasi muda lebih menggandrungi kebudayaan luar yang terkadang tidak sesuai dengan kebudayaan daerah. Pada dekade akhir tahun 1970-an hingga tahun 1980-an, penulis masih menikmati cerita Kunaung menjelang tidur yang dituturkan secara lisan oleh nenek penulis, sebagian besar cerita kunaung yang dituturkan sangat kental dengan pesan pesan moral dan pendidikan.

Kedepan sangat bijaksana jika pihak Dinas Pendidikan dan Penga-jaran.Dinas Kebudayaan dan Pariwisata serta lembaga kerapatan adat alam Kerinci yang meliputi Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci untuk membangkitkan kembali nilai nilai tradisional yang terkandung dalam cerita sastra lisan alam Kerinci.

V. Seni Musik tradisional Suku Kerinci dan perkembang-annyaDepati H.Zainuddin Ismail, ulama dan tokoh masyarakat Kota Sungai

Penuh (Sungai Penuh 14/3-2012) mengemukakan masuknya penga-

Bab-11R-SEJARAH KEB-ALAM KERINCI231 231 8/14/2012 10:56:00 AM

Page 27: Sejarah Kab Alam Kerinci

232 Kebudayaan dan Seni Tradisional Suku Kerinci

ruh dan ajaran agama Islam serta budaya yang dibawanya menambah warna dan keragaman kebudayaan alam Kerinci. lagu lagu dan musik daerah Kerinci menjadi lebih beragam. Bila pada masa pra Islam lagu pemujaan yang digunakan dalam upacara lebih menggunakan tangga nada pentatonik yang cenderung pada nada mayor maka pada era islam lagu Kerinci lebih banyak pula mengenal dan menggunakan tangga nada minor.

Ditinjau dari pertumbuhannya, secara umum musik dan lagu Kerinci terdiri dari tiga kelompok, yakni lagu tradisional pra islam dan lagu tra-disional era islam serta lagu daerah Kerinci era modern. Lagu tradisional pra islam ialah jenis Nyahoa, Pantau, Tale. Lagu Nyahoa adalah lagu lagu yang digunakan dalam upacara yang erat kaitannya dengan kepercayaan animisme dan dinamisme, jenis lagu ini dapat kita lihat dalam lagu lagu pada saat pengucapan mantra dalam upacara ritual tari aseak, bentuk lagu lagu ini masih dapat kita jumpai pada beberapa dusun pemukima serta di wilayah adat limo luhah dusun Sungai Penuh, Dusun Empih, Siulak, Sungai Liuk,Koto Lolo.

Sedangkan lagu pantau yang disebut juga Tauh atau Taoh pada awalnya juga digunakan untuk pengiring tari ritual pemujaan, dan para era islam saat ini berfungsi sebagai pengiring tari adat pada saat acara kenduri sko atau kenduri sudah tuai. Dianggap jenis tale yang tergolong tua dalam tampilannya, tidak berbalas pantun tetapi bentuk lain yang berkembang sebelum kedatangan islam adalah “Talea”. Kata Talea dalam bahasa kerinci kuno disebut “Tali”, dapat ditafsirkan sebagai kata lain untuk nyanyian yang berfungsi untuk mengungkapkan perasan yang lebih bersifat pribadi dan emosional dari pelantun lagu pada ses-uaatu atau kepada seseorang atau sebagai pelepas kerinduan perantau atau peladang yang tinggal jauh dari kampung halaman. Tale ini disebut dengan istilah “Tale Malang” atau ”Tale Mindau”. Tale ini tampilan-nya tidak berbalas pantun tetapi lebih berbentuk lantunan irama yang monolog serta liris.

Catatan sejarah tentang syair tale dalam Tambo Kerinci dalam aksara incung yang ditulis pada tanduk kerbau dan ruas bambu, benda benda ini disimpan diberbagai wilayah adat, diantaranya disimpan oleh

Bab-11R-SEJARAH KEB-ALAM KERINCI232 232 8/14/2012 10:56:05 AM

Page 28: Sejarah Kab Alam Kerinci

233Senarai Sejarah Kebudayaan Suku Kerinci

Depati Sanggaran Agung,atau tersimpan di Dusun Pendung Semurup, dan disimpan di Koto Tuo (Voorhoeve dan Purbacaraka, pencatatan Tambo Kerinci 1941).

Salah satu genre “Tale” (Depati.H.Zainuddin Ismail dan Depati .H.Alimin) yang paling phenomenal dan melekat pada ritual ibadah ke-agamaan ialah ”Tale Naek Joi” merupakan tale yang digunakan pada upacara sakral saat akan melepas keberangkatan anggota keluarga yang akan menunaikan ibadah Haji ke Mekah al Mukarramah. Tale ini sejak 5 abad yang lalu begitu sangat penting dan sakral bagi orang Kerinci. Menunaikan ibadah Haji pada masa lalu merupakan sebuah peristiawa yang sangat luar biasa, hal ini mengingat pada masa itu untuk berangkat menunaikan ibadah haji merupakan peristiwa yang luar biasa, disamp-ing membutuhkan dana lebih dari itu untuk keluar dari lembah alam Kerinci pada masa itu sangat sulit, hu-tan di alam Kerinci pada masa itu masih sangat perawan, ga-nas dan lebat, untuk itu sangat dibutuh-kan persiapan jiwa dan raga yang prima serta didukung ke-beranian, perjala-nan dimulai dengan jalan kaki ke ”Pin-tou Imbo” ( Pintu Rimba) diantar oleh sanak keluarga dan handai taulan.

Di pintu rimba pada malam hari dan keesokkan pag-inya dilaksanakan

Wanita Kerinci Tempo Dulu memakai kuluk

Bab-11R-SEJARAH KEB-ALAM KERINCI233 233 8/14/2012 10:56:11 AM

Page 29: Sejarah Kab Alam Kerinci

234 Kebudayaan dan Seni Tradisional Suku Kerinci

upacara tale melepas calon haji yang akan berangkat menunaikan ibadah haji melalui perjalanan darat berjalan kaki dengan rombongan menempuh hutan belantara menuju pelabuhan laut yang terletak di Muara Sakai, pantai selatan sumatera barat. Orang Kerinci pada masa itu beranggapan bahwa orang yang akan menunaikan ibadah haji di-anggap tidak akan kembali lagi, hal ini beralasan bahwa waktu tempuh dan aral yang melintang sangat berat, oleh karena itu semua gelar yang disandang dan harta pusaka yang dimiliki dititipkan kepada ahli waris yang akan diwariskan bila ternyata yang bersangkutan tidak kembali lagi, suasana itulah yang mempengaruhi rasa haru dan sedih yang kemudian dituangkan secara emosional kedalam syair tale yang dinyanyikan

Pada dekade awal abad ke XX di bumi alam Kerinci tumbuh dan berkembang berbagai organisasi kesenian,(H.Zainuddin Ismail). Pada tahun 1933 di Sungai Penuh dibentuk sebuah organisasi kebudayaan yang pertama di Kerinci yang bernama “Assatulhaqqu” yang berarti su-ara kebenaran. Anggota organisasi kebudayaan ini berasal dari pemuda Pondok Tinggi, Dusun Baru dan anggota perorangan dari berbagai dusun seperti dari Jujun, Sanggaran Aagung, Hiang, Semurup, Belui, organisasi ini bergerak dalam bidang pendidikan non formal yang bertujuan untuk memberdayakan pemuda sekaligus untuk menumbuh kembangkan ke-budayaan, organisasi ini dipimpin oleh.H. Abdullah Kembang dan yang menjadi motor penggerak antara lain A.Thalib, H.Adnan. H.Abdullah Ahmad, H.Djanan Thaib Bakri, pada tahun tahun berikutnya A.Thalib berkarir dibidang militer, H.Adnan Thaib, H.Djanan Thabib Bakri dan H.Abdulah Ahmad menjadi tokoh ulama yang dikenal di Alam Kerinci dan di luar daerah Alam Kerinci.

Sedangkan seniman yang aktif dalam dunia musik terutama orkes musik seruling bambu terdapat nama musisi handal guru Makbul, Senin Ilyas, Jansan dan Semat. Pada tahun 1935- 1936 berdiri or-ganisasi pemuda “Permos” dan ”Fajar” yang kemudian bergabung menjadi ”Tarbiyatulhakku” yang dimotori guru Bungkuk dan guru Nikelas.

Di wilayah dusun baru dengan dusun Nek berdiri organisasi bernama “Ijtihadulfa” dengan pendirinya guru Makbul, guru Semat dan guru

Bab-11R-SEJARAH KEB-ALAM KERINCI234 234 8/14/2012 10:56:16 AM

Page 30: Sejarah Kab Alam Kerinci

235Senarai Sejarah Kebudayaan Suku Kerinci

Yusuf. Sedangkan di dusun Sungai Penuh yang memiliki sumber daya manusia yang lebih banyak sebagian senimannya membentuk pula organisasi di komunitas lebih sempit di Laheik Jajou, seperti kelompok musik ’Taklifuljinsi” di Luhah Pemangku Rajo yang bergabung dengan Luhan Rio Mendiho yang dimotori oleh guru Jansan, Djanan Thaib Bakri dan Ahmad Haris, lagu lagu yang mereka pentaskan disam-ping lagu Kerinci dipentaskan pula lagu Mars, lagu Padang Pasir (musik arab atau lagu arab yang dialih bahasakan, instrument yang digunakan adalah Seruling bambu dari jenis kapel, sopran dan alto yang dilengkapi dengan tambur.

Pada tahun 1942, A.Thalib sebagain pemimpin muda dengan wawasan dan kesadaran kebangsaaan yang lebih tinggi menyatukan pemuda dari berbagai penjuru alam Kerinci untuk bergabung dengan nama ”Irsadulwatan” atau suara tanah air, untuk menggalang persatuan Pemuda Kerinci didalamnya terbagi berbagai kegiatan seperti teater (tonil) dan musik, kelompok tonil bernama ”Asmarawati”, sedangkan kelompok musik diberi nama “ Rayuan Sukma”.

VII. Mengenal upacara tradisional Suku KerinciArdinal Salim, SE., menyebutkan alam Kerinci merupakan

kawasan pemukiman suku Kerinci dan sebagai salah satu dari suku asli yang ada di Propinsi Jambi. Catatan sejarah menunjukkan di daerah Propinsi Jambi terdapat sembilan suku yang mendiami wilayah sepucuk Jambi Sembilan Lurah yakni suku Melayu Jambi, suku Kerinci, suku kubu, orang Batin, orang Penghulu, suku pindah, suku Bajau, orang Indonesia, dan orang asing.

Suku Kerinci merupakan suku melayu tertua yang ada di nusantara, memiliki beragam peninggalan kebudayaan masa lampau hingga pening-galan sejarah masa kini, disamping peninggalan benda budaya dalam bentuk artefak yang tersebar di hampir setiap wilayah di alam Kerinci. Bumi alam Kerinci juga memiliki berbagai peningalan seni,salah satu buktinya adalah “Upacara Tradisional ” yang kini masih mampu bertahan pada era tekhnologi tinggi dan peradaban modern.

Hasil penelusuran di lapangan dan mengutip buku “Upacara Tra-

Bab-11R-SEJARAH KEB-ALAM KERINCI235 235 8/14/2012 10:56:21 AM

Page 31: Sejarah Kab Alam Kerinci

236 Kebudayaan dan Seni Tradisional Suku Kerinci

disional” dalam kaitannya dengan Peristiwa alam dan Kepercayaan Daerah Jambi (Kanwil Depdikbud Propinsi Jambi: Juni 1986). Upacara tradisional merupakan bagian integral dari kebudayaan masyarakat pen-dukungnya. Keberadaan dan upaya pelestariannya hanya dimungkinkan oleh masih difungsikannya dalami kehidupan masyarakat. Karena bila tidak ada fungsi tersebut, maka akan mengalami kepunahan.

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) karangan W.J.S.Purwadarminta (KUBI,1976: 1132), upacara berarti hal melakukan perbuatan menurut adat kebiasaan atau menurut agama. Tambahan istilah tradisional dibelakang kata upacara memperjelas pengertian bahwa hal melakukan sesuatu perbuatan menurut adat kebisaan atau menurut agama itu berlansung secara turun temurun.

Secara lengkap mengenai pengertian upacara tradisional dijelaskan bahwa upacara tradisional adalah upacara yang diselenggarakan oleh warga masyarakat sejak dahulu sampai sekarang dalam bentuk tata cara yang relatif tetap (Antropologi budaya,1981:37).

Upacara tradisional mengandung berbagai aturan yang wajib di-patuhi oleh setiap warganya. Aturan itu timbul dan berkembang secara turun temurun, dengan peranan dapat melestarikan ketertiban hidup masyarakat. Biasanya kepatuhan terhadap aturan dalam bentuk upacara disertai dengan sanksi sanksi yang sifatnya sakral magis. Dengan demikian upacara tradisional tersebut dapat disebut sebagai pranata sosial yang tidak tertulis. Namun wajib dikenal dan diketahui oleh setiap warga untuk mengatur sikap dan tingkah laku tata pergaulan yang berlaku dalam masyarakatnya.

Tokoh Adat Alam Kerinci Chandra Purnama, SH,MH Gelar Rajo Depati menyebutkan upacara tradisional sebagai pranata sosial penuh dengan simbol yang berperan sebagai alat komunikasi antar sesama manusia, dan juga menjadi penghubung antara dunia nyata dengan dunia gaib.Bagi para warga yang ikut berperan serta dalam upacara, unsur unsur yang berasal dari dunia gaib itu menjadi nampak nyata melalui pemahamannya tentang simbol simbol, terbentuknya simbol simbol dalam upacara tradisional berdasarkan nilai nilai etis dan pandangan yang berlaku dalam masyarakat. Pendukung nilai nilai serta adanya

Bab-11R-SEJARAH KEB-ALAM KERINCI236 236 8/14/2012 10:56:25 AM

Page 32: Sejarah Kab Alam Kerinci

237Senarai Sejarah Kebudayaan Suku Kerinci

pandangan hidup yang sama mencerminkan corak kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan.

Melalui simbol simbol inilah pesan pesan, nilai-nilai etis dan norma norma yang berlaku dalam masyarakat bersangkutan disampaikan kepada semua warga masyarakat, sehingga penyelenggaraan upacara tradisional tersebut juga dapat merupakan sarana sosialisasi, terutama bagi generasi muda yang masih terus mempersiapkan diri sebelum menjadi dewasa dan mampu menyesuaikan diri dalam tata pergaulan masyarakatnya secara penuh.

Upacara tradisional biasanya dilakukan pada waktu waktu tertentu, dan ini berarti bahwa penyampaian pesan-pesan yang mengandung nilai nilai kehidupan itu harus diulang terus menerus, demi terjaminnya kepatuhan warga masyarakat terhadap pranata pranata sosial. Pada hakekatnya ketertiban sosial, kerukunan dan perdamaian yang sepenuh-nya itu hanya bersifat normatif dan tidak pernah tercapai. Namun bila tidak dianjurkan, tata pergaulan masyarakat akan menjadi kacau balau dan warga bisa menjadi kehilangan pegangan dalam menentukan sikap dan tingkah laku. Dengan demikian jelas bahwa upacara tradisional diselenggarakan sebagai usaha manusia untuk mencapai integritas kebu-dayaan agar tidak mudah terjadi goncangan, dan keseimbangan dalam hidup bersama bisa dijaga.

Di bumi alam Kerinci tumbuh dan berkembang dengan subur ber-bagai bentuk upacara tradisional yang berkaitan dengan peristiwa alam dan kepercayaan, diantaranya adalah:

1. Upacara mintak ahi hujan ( minta diturunkan hujan)2. Upacara Kumau ( Kesawah) 3. Upacara Ngayun Luci ( Asyek Ngayun Luci)4. Upacara nanak ulu tahun.

Bab-11R-SEJARAH KEB-ALAM KERINCI237 237 8/14/2012 10:56:30 AM