S A R I - psdg.geologi.esdm.go.idpsdg.geologi.esdm.go.id/prosiding_2012/Buku 1...

22
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 BUKU 1 : BIDANG ENERGI I.34 PEMBORAN DALAM DAN EVALUASI POTENSI CBM DAERAH SAWAHLUNTO, PROVINSI SUMATERA BARAT Eko Budi Cahyono 1 1 Kelompok Program Penelitian Energi Fosil S A R I Sesuai dengan kebijakan pemerintah dalam mengembangkan sumberdaya energi alternatif, maka Badan Geologi di lingkungan Pusat Sumber Daya Geologi, tahun 2011 melakukan pemboran dalam rangka evalu- asi potensi coalbed methan di daerah Sawahlunto (Bukit Sibantar), tepatnya di antara dua desa, yaitu Desa Salak dan Sikalang, Kecamatan Talawi, Kotamadya Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat. Pengukuran kandungan gas ini dimaksudkan untuk mengetahui akan adanya komposisi dan kuantitas kandungan gas dalam lapisan batubara sebagi potensi energi yang dapat dijadikan sebagai salah satu energi yang cukup potensial untuk dimanfaatkan bagi negara. Secara geologi daerah penyelidikan, termasuk kedalam Cekungan Ombilin yang terbentuk akibat pen- sesaran bongkah (blok) terhadap batuan dasar. Stratigrafi Tersier Cekungan Ombilin menurut R.P. Koesoemadinata dan T. Matasak (1981) diawali oleh Formasi Brani yang menjememari dengan Formasi Sangkarewang (Paleosen), Formasi Sawahlunto (Eosen) Formasi Sawahtambang (Oligosen), Formasi Ombilin (Miosen Awal) dan Formasi Ranau ( Plio-Plistosen). Sebagai formasi pembawa batubara di Sawahlunto Cekungan Ombilin adalah Formasi Sawahlunto. Total kedalaman pemboran dicapai hingga 428,65 meter. Dari hasil pemboran diperoleh 6 seam batubara yaitu Seam A, Seam B (B1 dan B2), Seam C (C1 dan C2) dan Seam D. Seam C mempunyai ketebalan lebih kurang sebesar 2,5 meter dan 3,4 meter. Sedangkan secara kimia diperoleh nilai kalori Seam A sebesar 5023 kal/gr, Seam B adalah 7273 kal/gr dan untuk Seam C sekitar 7823 kal/gr. Secara petrografi reflektan vitrinit berkisar 0,57 %. Kandungan gas rata-rata (gas desorption) pada setiap seam adalah Seam A sekitar 33,21 scf/ton, Seam B sekitar 3,25 scf/ton, Seam C sekitar 98,80 scf/ton dan Seam D sekitar 35,57 scf/ton. Sedangkan komposisi gas metan pada Seam A sekitar 19,42 scf/ton, Seam B sekitar 0,35 scf/ton, Seam C sekitar 70,63 scf/ton dan Seam D sekitar 28,25 scf/ton. Dengan prosentase kandungan methane content, Seam A sebesar 58%, Seam B sebesar 10%, Seam C (rata-rata) sebesar 72% dan Seam D sebear 79%. Daerah penyelidikan melingkupi seluas 111 ha, dengan total sumberdaya batubara sebesar 10.995.060 ton dan total sumberdaya gas metan sebesar 603.806.535 scf atau sebesar 0,604 bcf.

Transcript of S A R I - psdg.geologi.esdm.go.idpsdg.geologi.esdm.go.id/prosiding_2012/Buku 1...

Page 1: S A R I - psdg.geologi.esdm.go.idpsdg.geologi.esdm.go.id/prosiding_2012/Buku 1 Energi/34.Proceeding... · tuk pada Awal Tersier dan mengandung batuan sedimen mencapai ketebalan 4.600

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

BUKU 1 : BIDANG ENERGI I.34PEMBORAN DALAM DAN EVALUASI POTENSI CBM DAERAH SAWAHLUNTO, PROVINSI SUMATERA BARAT

Eko Budi Cahyono1

1Kelompok Program Penelitian Energi Fosil

S A R I

”Sesuai dengan kebijakan pemerintah dalam mengembangkan sumberdaya energi alternatif, maka Badan Geologi di lingkungan Pusat Sumber Daya Geologi, tahun 2011 melakukan pemboran dalam rangka evalu-asi potensi coalbed methan di daerah Sawahlunto (Bukit Sibantar), tepatnya di antara dua desa, yaitu Desa Salak dan Sikalang, Kecamatan Talawi, Kotamadya Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat. Pengukuran kandungan gas ini dimaksudkan untuk mengetahui akan adanya komposisi dan kuantitas kandungan gas dalam lapisan batubara sebagi potensi energi yang dapat dijadikan sebagai salah satu energi yang cukup potensial untuk dimanfaatkan bagi negara.

Secara geologi daerah penyelidikan, termasuk kedalam Cekungan Ombilin yang terbentuk akibat pen-sesaran bongkah (blok) terhadap batuan dasar. Stratigrafi Tersier Cekungan Ombilin menurut R.P. Koesoemadinata dan T. Matasak (1981) diawali oleh Formasi Brani yang menjememari dengan Formasi Sangkarewang (Paleosen), Formasi Sawahlunto (Eosen) Formasi Sawahtambang (Oligosen), Formasi Ombilin (Miosen Awal) dan Formasi Ranau ( Plio-Plistosen). Sebagai formasi pembawa batubara di Sawahlunto Cekungan Ombilin adalah Formasi Sawahlunto.

Total kedalaman pemboran dicapai hingga 428,65 meter. Dari hasil pemboran diperoleh 6 seam batubara yaitu Seam A, Seam B (B1 dan B2), Seam C (C1 dan C2) dan Seam D. Seam C mempunyai ketebalan lebih kurang sebesar 2,5 meter dan 3,4 meter. Sedangkan secara kimia diperoleh nilai kalori Seam A sebesar 5023 kal/gr, Seam B adalah 7273 kal/gr dan untuk Seam C sekitar 7823 kal/gr. Secara petrografi reflektan vitrinit berkisar 0,57 %. Kandungan gas rata-rata (gas desorption) pada setiap seam adalah Seam A sekitar 33,21 scf/ton, Seam B sekitar 3,25 scf/ton, Seam C sekitar 98,80 scf/ton dan Seam D sekitar 35,57 scf/ton. Sedangkan komposisi gas metan pada Seam A sekitar 19,42 scf/ton, Seam B sekitar 0,35 scf/ton, Seam C sekitar 70,63 scf/ton dan Seam D sekitar 28,25 scf/ton. Dengan prosentase kandungan methane content, Seam A sebesar 58%, Seam B sebesar 10%, Seam C (rata-rata) sebesar 72% dan Seam D sebear 79%.

Daerah penyelidikan melingkupi seluas 111 ha, dengan total sumberdaya batubara sebesar 10.995.060 ton dan total sumberdaya gas metan sebesar 603.806.535 scf atau sebesar 0,604 bcf. ”

Page 2: S A R I - psdg.geologi.esdm.go.idpsdg.geologi.esdm.go.id/prosiding_2012/Buku 1 Energi/34.Proceeding... · tuk pada Awal Tersier dan mengandung batuan sedimen mencapai ketebalan 4.600

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.34

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Prospek penambangan batubara dengan metoda tambang terbuka seperti kebanyakan saat sekarang dan untuk masa akan datang semakin sulit. Hal ini disebabkan oleh letak lapisan batubara sudah semakin dalam dari permukaan, sehingga nilai perbandingan antara batubara dan batuan pengapit/ ” ovre-burden ” akan semakin tinggi, sehingga dapat mencapai nilai yang tidak ekonomis. Disamp-ing hal tersebut, masalah kestabilan lereng bukaan tambang dan pengaruh rembesan air tanah akan menjadi kendala yang besar. Sedan-gkan lapisan batubara yang ada masih menerus sampai kedalam sehingga untuk menambang batubara pada tahap selanjutnya diperlukan perencanaan tambang bawah tanah. Masalah lain yang timbul adalah kandungan gas yang ada didalam lapisan batubara yang dapat membahayakan keselamatan tambang, khu-susnya dalam perencanaan tambang bawah tanah (underground mining). Kandungan gas dalam lapisan batubara dapat membahayakan bagi kinerja dan perencanaan tambang dalam, tetapi disisi lain potensi gas yang ada dalam lapisan batubara dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif yang dapat bermanfaat bagi masyarakat. Semua hal di atas akan lebih jelas jika kita mengetahui terlebih dahulu karak-teristik, kuantitas dan kualitas akan potensi keberadaan kandungan gas di dalam batubara tersebut.

Sejalan dengan TUPOKSI Pusat Sumber Daya Geologi khususnya Kelompok Program Penelitian Energi Fosil melakukan kegiatan

pemboran dan sampling batubara untuk dilaku-kan pengukuran kandungan gas dalam lapisan batubara. Dan kegiatan ini dibiayai oleh DIPA Pusat Sumber Daya Geologi Tahun Anggaran 2011.

Untuk analisa kandungan gas dan komposisi gas akan dilakukan pada Laboratorium Pusat Sumber Daya Geologi maupun laboratorium rujukan lainnya yang berkompetensi untuk memeriksa kandungan gas dalam batubara.

Maksud Dan Tujuan

Kegiatan ini dimaksudkan adalah untuk menge-tahui kondisi geometri secara vertikal terhadap lapisan di bawahnya khususnya batubara di kedalaman lebih dari 100 meter. Dan penguku-ran kandungan gas dalam lapisan batubara sebagai sumber daya gas alternatif yang dapat dimanfaatkan. Serta mengetahui informasi awal dampak akan bahaya yang disebabkan oleh adanya kandungan gas dari lapisan batu-bara sehingga resiko dampak tersebut dapat diminimalisasikan.

Tujuan dari penyelidikan ini adalah menghasil-kan laporan yang berisi keberadaan lapisan batubara secara vertikal dan kandungan gas dalam lapisan batubara (khususnya methan content), yang nantinya segala informasi ini dapat digunakan sebagai referensi rencana pengembangan tambang batubara dan potensi kandungan gas methan di daerah penyelidikan. Serta segala hasil data tersebut akan berguna bagi pemerintah daerah setempat dan Pusat Sumber Daya Geologi serta pihak yang terkait.

Page 3: S A R I - psdg.geologi.esdm.go.idpsdg.geologi.esdm.go.id/prosiding_2012/Buku 1 Energi/34.Proceeding... · tuk pada Awal Tersier dan mengandung batuan sedimen mencapai ketebalan 4.600

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.34

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Lokasi Daerah Penyelidikan

Lokasi penyelidikan terletak sekitar 100 km ke arah timur laut dari Kota Padang, ibukota Provinsi Sumatera Barat atau 15 km ke arah barat laut dari Kota Sawahlunto. Lokasi ini bisa ditempuh dengan kendaraan darat selama lebih kurang tiga jam dari Kota Padang (Gambar 1)

Secara regional, geografis daerah penyelidikan terletak diantara koordinat 00 30’ - 0045’ Lin-tang Selatan dan 100040’ – 1000 50’ Bujur Timur. Lokasi pemboran dilaksanakan di wilayah Sawahlunto, tepatnya di daerah Bukit Sibantar, diapit oleh dua desa, yaitu Desa Salak dan Desa Sikalang, Kecamatan Talawi, Provinsi Suma-tera Barat. Titik bor berada pada koordinat 00 37,443’ Lintang Selatan dan 1000 45,789’ Bujur Timur, dengan kode nomor titik bor yaitu DSBT-01. Daerah Bukit Sibantar ini merupakan salah satu bukit di wilayah Sawahlunto yang sam-pai saat ini masih belum dieksploitasi bahan sumber daya mineralnya, walaupun di sekitar bukit tersebut sudah banyak tambang ekploi-tasi batubara, seperti PT. Bukit Asam Ombilin, PT. Tahiti Coal, PT. Nusa Alam Lestari, dan beberapa tambang batubara rakyat lainnya.

Keadaan Lingkungan

Daerah penyelidikan membentuk rangkaian perbukitan yang berarah bara -timur. Sungai utama disekitar lokasi adalah Sungai Ombilin/ Batang Ombilin dengan arah aliran utama dari utara menuju selatan. Infra struktur di Sawahl-unto relatif baik, umumnya jalan-jalan yang menghubungkan antara kecamatan sudah beraspal, bahkan jalan-jalan kecil yang men-ghubungkan antara kampung juga umumnya

sudah disemen.

Sarana pendidikan yang terdapat diwilayah Sawahlunto sudah cukup baik, mulai dari ting-kat Sekolah Dasar sampai Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Sarana kesehatan juga sudah baik, baik beberapa Puskesmas di beberapa desa di sekitar wilayah penyelidikan, bahkan di Sawahlunto sudah ada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD).

Sawahlunto terkenal karena ada tambang batu-baranya, perusahaan pertambangan batubara yang sekarang masih aktif adalah PT. Tambang Batubara Bukit Asam, sedangkan yang lainnya berupa Kuasa Pertambangan (KP) dan beber-apa tambang rakyat (TR) setempat yang bekerja sama dengan Koperasi Unit Desa (KUD).

Iklim disekitar Sawahlunto tidak jauh berbeda dengan daerah lain di Indonesia, musim hujan biasanya berlangsung antara bulan September hingga Pebruari dan musim kemarau biasanya berlangsung antara bulan Maret hingga bulan Agustus.

Penyelidik Terdahulu

Beberapa penyelidik terdahulu yang berkaitan dengan kegiatan di daerah sekitar pemboran, diantaranya :

1. Pemboran Dalam Batubara dan Penguku-ran Kandungan Gas Metan Batubara Di Cekungan Ombilin, Sawahlunto Provinsi Sumatera Barat, oleh Deddy Amarullah, Pusat Sumber Daya Geologi – Bandung, tahun 2009.

Page 4: S A R I - psdg.geologi.esdm.go.idpsdg.geologi.esdm.go.id/prosiding_2012/Buku 1 Energi/34.Proceeding... · tuk pada Awal Tersier dan mengandung batuan sedimen mencapai ketebalan 4.600

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.34

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

2. Inventarisasi Potensi Kandungan Minyak Dalam Endapan Bitumen Padat, Daerah Talawi, Kodya Sawahlunto, Provinsi Suma-tera Barat, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung, tahun 2007.

3. Eksplorasi Bitumen Padat Disertai Out-crops Drilling Di Daerah Talawi, Kotamadya Sawahlunto Provinsi Sumatera Barat, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung, tahun 2001.

GEOLOGI UMUM

Daerah penyelidikan termasuk dalam Peta Geologi Lembar Solok yang dipetakan oleh Silitonga, P.H., dan Kastowo, (1995). Dalam kerangka geologi regional daerah Sawahlunto termasuk ke dalam Cekungan Ombilin yang terbentuk akibat pensesaran bongkah (blok) terhadap batuan dasar. Pensesaran tersebut terjadi pada Awal Tersier yang menyebabkan terbentuknya struktur ‘graben’. Selanjutnya bagian-bagian graben ini pada Awal Tersier mulai diisi oleh endapan klastika kasar di bagian pinggir, sedangkan di bagian tengah terbentuk semacam danau yang kemudian diisi oleh endapan klastika halus.

Pengetahuan tentang sedimentasi dalam Cekungan Ombilin telah diketahui secara luas berkat hasil eksplorasi batubara dan pemetaan geologi bersistem untuk seluruh Pulau Suma-tra. Cekungan Ombilin terletak pada bagian tengah jalur Pegunungan Barisan yang terben-tuk pada Awal Tersier dan mengandung batuan sedimen mencapai ketebalan 4.600 m (Koning, 1985) serta diendapkan pada lingkungan darat

atau danau sampai laut dangkal.

P.H. Silitonga dan Kastowo, (1995) di dalam Peta Geologi Lembar Solok membagi batuan Pra-Tersier yang menjadi batuan dasar Cekun-gan Ombilin menjadi Formasi Kuantan, Formasi Silungkang, Formasi Tuhur, Granit, Diorit dan Granodiorit, sedangkan batuan Tersier yang mengisinya dari bawah keatas dibedakan men-jadi Formasi Brani yang menjememari dengan Formasi Sangkarewang, Anggota Bawah For-masi Ombilin, Anggota Atas Formasi Ombilin dan Kelompok Volkanik. R.P. Koesoemadinata dan Theo Matasak, (1981) menyusun stratigrafi batuan Tersier di Cekungan Ombilin secara berurutan dari bawah keatas adalah Formasi Brani yang menjemari dengan Formasi Sangka-rewang, Formasi Sawahlunto, Formasi Sawah Tambang, Formasi Ombilin dan Formasi Ranau.

Formasi Brani yang menjemari dengan For-masi Sangkarewang menurut P.H. Silitonga dan Kastowo berumur Eosen-Oligosen. sedangkan menurut R.P. Koesoemadinata dan T. Matasak berumur Paleosen. Selaras diatas Formasi Sangkarewang menurut P.H. Silitonga dan Kas-towo adalah Anggota Bawah Formasi Ombilin yang berumur Oligo-Miosen, sedangkan menu-rut R.P. Koesoemadinata dan T. Matasak adalah Formasi Sawahlunto yang berumur Eosen dan Formasi Sawah Tambang yang berumur Oli-gosen. Formasi Sawahlunto atau Anggota Bawah Formasi Ombilin merupakan formasi pembawa batubara. Selaras diatasnya lagi menurut P.H. Silitonga dan Kastowo adalah Anggota Atas Formasi Ombilin yang berumur Miosen Awal-Tengah, sedangkan menurut R.P. Koesoemadinata dan T. Matasak adalah For-masi Ombilin yang berumur Oligo-Miosen.

Page 5: S A R I - psdg.geologi.esdm.go.idpsdg.geologi.esdm.go.id/prosiding_2012/Buku 1 Energi/34.Proceeding... · tuk pada Awal Tersier dan mengandung batuan sedimen mencapai ketebalan 4.600

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.34

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Secara tidak selaras diatasnya lagi diendap-kan hasil produksi volkanik yang menurut P.H. Silitonga dan Kastowo dinamakan Volkanik tak terpisahkan, Tuf Batuapung dan Tuf Basal sedangkan oleh R.P. Koesoemadinata dan T. Matasak dinamakan Formasi Ranau yang beru-mur Plio-Plistosen.

Secara umum sebaran formasi batuan di Sawahlunto membentuk sinklin yang sum-bunya berarah baratlaut-tenggara, namun di beberapa tempat terdapat perlapisan batuan yang arah jurusnya tidak sesuai dengan arah jurus yang umum. Hal ini mengindikasikan bahwa di Cekungan Ombilin juga telah terjadi pensesaran.

KEGIATAN PENYELIDIKAN

Penyelidikan Lapangan

Penyelidikan lapangan dilakukan dengan men-gunakan beberapa metoda, yang digunakan terdiri atas pemetaan geologi permukaan khu-susnya terhadap adanya indikasi singkapan batubara dan batuan lainnya, pengeboran pada titik lokasi yang ditentukan, pengukuran kand-ungan gas dalam lapisan batubara, pencatatan/dokumentasi dan deskripsi segala informasi lainnya. Sistematika pekerjaan yang dilakukan selama di lapangan terdiri atas pengumpu-lan data primer (lapangan) pengumpulan data sekunder (pekerjaan non-lapangan), dengan rincian uraian singkat sebagai berikut :

Pengumpulan Data Primer

Pemetaan Geologi Endapan Batubara

• Mencari lokasi singkapan batubara dan batuan lainnya, berdasarkan informasi yang pernah didapatkan, kemudian mengem-bangkan informasi tersebut kepada seluruh anggota tim, berdasarkan temuan yang didapatkan dilapangan

• Dilakukan pengukuran kedudukan dan tebal lapisan batubara serta batuan lainnya disekitar daerah penyelidikan, kemudian dilakukan pemerian terhadap singkapan tersebut, pengukuran titik koordinat sing-kapan dengan GPS dan diplotkan pada peta dasar/peta topografi

• Pengamatan pada formasi lainya yang diduga sebagai formasi pendukung pengen-dapan batubara

• Dokumentasi singkapan

Pemboran Inti dan Pengukuran Kandungan Gas

a. Pemboran inti dilakukan pada lokasi yang mewakili lapisan-lapisan batubara yang ada di daerah tersebut, disesuaikan dengan singkapan dan sebaran batubara serta per-timbangan-pertimbangan lainnya, seperti kondisi lapangan, faktor kondisi geologi, aksesibilitas trasnportasi peralatan bor, ketersediaan air, dan lain sebagainya

b. Memperhitungkan kemiringan lapisan dan prediksi overburden/interburden seam batu-bara untuk prediksi urutan batuan secara vertikal pada saat kegiatan dilakukan

Page 6: S A R I - psdg.geologi.esdm.go.idpsdg.geologi.esdm.go.id/prosiding_2012/Buku 1 Energi/34.Proceeding... · tuk pada Awal Tersier dan mengandung batuan sedimen mencapai ketebalan 4.600

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.34

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

c. Melakukan pengambilan conto batubara pada lapisan batubara pada lobang pem-boran, dan dimasukkan ke dalam canister untuk segera dilakukan pengukuran kand-ungan gas oleh tim pengukur gas

d. Jumlah sampel batubara yang diambil dalam tabung canister tergantung kondisi ketebalan seam batubara saat kegiatan dilaksanakan

e. Ploting titik lokasi pemboran

f. Merekam seluruh kegiatan/well site

g. Pengambilan data lapangan berikut contoh untuk analisis kandungan gas berikut ana-lisa lengkap lainnya (laboratorium)

h. Pembuatan laporan setelah keluar data hasil analisis kandungan gas dan kompo-sisi gas

Logging

a. Loging dilakukan pada lokasi lobang pem-boran secara vertikal, dengan unit alat yang telah ditentukan

b. Parameter yang diuji terutama adalah litologi batuan dan sifat fisik lainnya

Pengumpulan Data Sekunder

Metode yang dilakukan terdiri atas pekerjaan analisis kegiatan dan pekerjaan laboratorium, yang terdiri antara lain :

a. Melakukan/mencari informasi terhadap

perusahaan swasta di sekitar wilayah penyelidikan lain yang mempunyai data batubara

b. Studi literatur dari laporan terdahulu men-genai potensi sumber daya batubara

c. Korelasi log-bor dengan litologi diseki-tarnya dari data sekunder yang ada

d. Membuat prediksi penampang stratigrafi dan geologi

e. Menghitung sumber daya batubara dan sumber daya kandungan gas

Analisis Laboratorium

Analisis laboratorium terbagi kedalam dua kegiatan, yaitu analisis yang dilakukan di labo-ratorium lapangan dan analisis yang dilakukan di laboratorium yang bukan di lapangan.

Analisis yang dilakukan di laboratorium lapa-ngan adalah analisis kandungan gas dan komposisi gas, conto yang dianalisis berasal dari 17 conto batubara dalam canister. Anali-sis yang dilakukan di laboratorium yang bukan di lapangan adalah analisis proksimat, HGI, petrografi dan isotherm. Jumlah conto yang dianalisis untuk proksimat dan HGI sebanyak 3 conto, untuk petrografi juga sebanyak 3 conto, dan untuk isotherm sebanyak 3 conto.

Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari hasil kegiatan lang-sung di lapangan dikompilasikan dengan data sekunder, sehingga gambaran daerah yang

Page 7: S A R I - psdg.geologi.esdm.go.idpsdg.geologi.esdm.go.id/prosiding_2012/Buku 1 Energi/34.Proceeding... · tuk pada Awal Tersier dan mengandung batuan sedimen mencapai ketebalan 4.600

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.34

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

diselidiki semakin jelas. Selanjutnya data hasil kompilasi tersebut disusun dan dituangkan dalam bentuk tabel atau gambar. Kemudian dilakukan rekonstruksi dan dievaluasi, sehingga akhirnya diperoleh suatu kesimpulan.

HASIL PENYELIDIKAN

Geologi Daerah Penyelidikan

Telah disebutkan pada bab sebelumnya, bahwa secara umum geologi daerah penyelidikan berada di wilayah Cekungan Ombilin. Dimana formasi pembawa batubara adalah Formasi Ombilin, baik anggota atas maupun bawah (Sili-tonga, P.H., dan Kastowo, ; 1995).

Secara umum hampir 50% daerah penyelidikan ditempati oleh Formasi Ombilin Bawah, 30% Formasi Ombilin atas, 10% Formasi Volkanik tak terpisahkan, sisanya merupakan Aluvial sekitar Sungai Ombilin.

Morfologi secara umum geologi daerah penye-lidikan termasuk ke dalam Cekungan Ombilin, yang disusun oleh sedimen Tersier dan beru-mur Eosen – Miosen Tengah.

Satuan morfologi daerah penyelidikan ter-diri atas morfologi perbukitan bergelombang sedang – tinggi dan morfologi endapan aluvium sekitar sungai utama. Bentuk morfologi ber-gelombang sedang tersebar lebih luas hampir seluruh daerah penyelidikan, 65 % dari seluruh luas daerah pemetaan, dan batuan dibawah satuan morfologi ini umumnya terdiri dari per-selingan antara batupasir, batulempung, batu

lempung karbonan dan batubara. Sedangkan morfologi aluvium berada di sekitar sungai. Aliran sungai umumnya mempunyai pola den-dritik, sebagian mempunyai pola sub-paralel pada daerah yang diindikasikan adanya struk-tur batuan dibawahnya. Sungai-sungai yang ada didaerah penyelidikan umumnya meru-pakan sungai kecil. Sungai utama di daerah penyelidikan adalah Sungai Ombilin, dimana sungai-sungai kecil disekitarnya bermuara pada Sungai Ombilin ini.

Stratigafi daerah penyelidikan merupakan bagian dari daerah Sikalang - Salak, oleh karena itu stratigrafi daerah ini mengacu pada stra-tigrafi Daerah Tanah Hitam, Kandi dan Sapan Dalam dari Directorate of Mineral Resources Coal Project (1979), dan dari Koesoemadinata & Matasak (1981). Batuan dasar yang ter-singkap didaerah penyelidikan adalah porpir kuarsa yang berumur Pra Tersier, sedangkan batuan berumur Tersier yang tersingkap dida-erah penyelidikan akan diuraikan dibawah ini secara berurutan dari bawah keatas. Formasi Brani, merupakan sedimen Tersier yang paling tua, terdiri dari perulangan breksi dan kong-lomerat yang ke bagian atas berubah secara berangsur menjadi batupasir berbutir sangat kasar, fragmennya terdiri dari batuan beku andesitik, granitik dan marmer, yang tertanam dalam masa dasar lempung pasiran berwarna abu-abu sampai ungu. Formasi ini berumur Paleosen, diendapkan dalam lingkungan allu-vial fan (Koesoemadinata & Matasak, 1981). Tersingkap di bagian timurlaut daerah penyeli-dikan.

Page 8: S A R I - psdg.geologi.esdm.go.idpsdg.geologi.esdm.go.id/prosiding_2012/Buku 1 Energi/34.Proceeding... · tuk pada Awal Tersier dan mengandung batuan sedimen mencapai ketebalan 4.600

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.34

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Formasi Sawahlunto (bawah dan atas), terle-tak selaras diatas Formasi Brani, merupakan formasi pembawa batubara, terdiri dari peru-langan serpih dan batulanau dengan sisipan batupasir halus berwarna coklat dan batubara, didalam batupasir terlihat struktur laminasi sejajar. Formasi ini berumur Eosen, diendapkan dalam lingkungan meandering river & swamps (Koesoemadinata & Matasak, 1981). Tersingkap disekitar lobang pemboran, timur dan selatan.

Formasi Sawahtambang (bawah dan atas), terletak selaras diatas Formasi Sawahlunto, terdiri dari perulangan konglomerat dan batupasir sangat kasar berwarna coklat kem-erah-merahan dengan sisipan batulempung lanauan berwarna abu-abu sampai ungu, frag-men utama dalam konglomerat adalah kuarsa. Formasi ini berumur Oligosen Awal, diendap-kan dalam lingkungan flood plain di meandering river low sinuously (Koesoemadinata & Matasak, 1981). Alufial terletak disekitar Sungai Ombilin.

Struktur geologi yang berkembang berupa sesar-sesar besar dan kecil yang dapat dili-hat pada lampiran di dalam peta geologi, sesar utama tersebut diantaranya adalah Sesar Simaung, Tanah Hitam, Sangkarpuyuh, Pandan, Tandikat, Sijantang dan Sapan Dalam. Sedan-gkan lipatan utama yang ada seperti antiklin Sangkarpuyuh dan sinklin Kandi. Lokasi titik pemboran berada lebih kurang di sumbu sinkiln Kandi (lihat peta sebaran batubara, terlampir).

Potensi Endapan Batubara

Hasil pemetaan singkapan batubara dan batuan lainnya di sekitar lokasi pemboran di plot pada peta dasar. Tidak banyak singkapan batubara

yang ditemukan di lokasi, oleh karena sekitar daerah penyelidikan telah dieksploitasi oleh beberapa perusahaan pertambangan batubara, berupa KP dan TR, yang hingga saat ini masih ada beberapa perusahaan tersebut juga sedang eksploiotasi . Di sekitar derah penyelidikan pada lokasi titik pemboran juga sudah banyak danau-danau bekas/eks-tambang batubara besar waktu sebelumnya. Sehingga daerah titik pemboran dikelilingi oleh danau-danau tersebut di atas, bahkan sebagian danau juga hasil reklamasi tambang, dan sebagian sudah dijadikan kawasan wisata berupa Kebun Bina-tang dan Wisata Air Kandi. Hasil pengamatan singkapan litologi batuan yang masih ada dan didapatkan disekitar lokasi dapat dilihat pada tabel singkapan (Tabel 1).

Secara umum kenampakan batubara kompak, kilap terang dan ringan, sedikit sekali dijum-pai lapisan pengotor lainnya, sehingga secara megaskopis merupakan batubara yang mem-punyai nilai kalori yang tinggi. Batubara pada Formasi Ombilin ini merupakan formasi pem-bawa batubara (Coal Bearing Formation) yang utama. Ada tiga seam utama yang dikenal dan cukup prospek kandungan dan kualitas batu-baranya, yaitu Seam A, B dan Seam C. Namun ada beberapa tempat seam-seam tersebut tidak menerus dalam satu lapisan (split). Seam C merupakan target dari perusahaan pertam-bangan batubara yang ada di wilayah ini untuk di eksploitasi.

Mengingat sekitar daerah pemboran mer-upakan areal tambang dan sudah banyak di eksploitasi, maka keterdapatan singkapan batuan, baik berupa batubara maupun litolgi lainnya diperoleh sebanyak 8 buah, dan sing-

Page 9: S A R I - psdg.geologi.esdm.go.idpsdg.geologi.esdm.go.id/prosiding_2012/Buku 1 Energi/34.Proceeding... · tuk pada Awal Tersier dan mengandung batuan sedimen mencapai ketebalan 4.600

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.34

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

kapan tersebut hampir seluruhnya tersebar pada Formasi Ombilin. Pengambilan sampel dilakukan secara grab sampling/acak den-gan memilih singkapan yang masih segar dan diukur arah jurus dan kemiringannya, serta di plot pada peta kerja.

Dari hasil pemboran/core batubara. didapatkan jumlah seam batubara 6 buah (Seam A, B1, B2, C1, C2 dan D), dengan ketebalan masing-masing seam bervariasi berkisar antara 0,35 – 3,30 m. Kegiatan pemboran dalam yang dilaksanakan ini menghasilkan core/sampling berukuran NQ dari perpaduan rangkaian keseluruhan seri HQ dan NQ. Total kedalaman pemboran dicapai hingga 430 m (428,65 m). Kedalaman dan posisi batubara berada pada kedalaman A (166,00 – 168,35 m) , B1 (176,00 – 176,45 m), B2 (177,90 – 178,25 m) , C1 (203,50 – 206,00 m), C2 (213,85 – 217,25 m) dan D (405,00 – 405,40 m).

Hasil Pemboran

Mesin bor yang dipakai menggunakan jenis Christensen CS-14 dari perusahaan Atlas Copco, dengan rangkaian downhole meng-gunakan casing HW pada kedalaman 0.00 m - 144.00 m , casing NW pada kedalaman 0.00 m - 298.50 m. Selanjutnya pemakaian rang-kain rod HQ pada kedalaman 0.00 m - 298.50 m, dan dilakukan seri rod NQ pada kedalaman 298.50 m - 431.50 m. Recovery sampel secara keseluruhan yang didapatkan rata-rata menca-pai 90%, dan litologi secara umum merupakan perselingan batupasir dan batulempung serta batulanau, dimana didalamnya terdapat sisipan lempung karbonan dan batubara. Pengukuran loging di lapangan menggunakan alat 3 jenis yaitu : Gamma-Gamma , SP (self potensial) dan

Resistivity. mencapai 306 m.

Hasil Laboratorium Kimia dan Petrografi

Berdasarkan hasil analisis proksimat dan nilai kalori, kualitas batubara daerah Sawahlunto/Sibantar adalah seperti terlihat pada tabel 2. Angka kualitas batubara pada tabel tersebut menunjukan bahwa batubara daerah Sawahl-unto/Sibantar termasuk kedalam batubara peringkat tinggi (high rank coal), biasanya batu-bara peringkat tinggi menghasilkan gas lebih optimal. Kualitas batubara Seam B dan Seam C relatif sama, hanya pada Seam A lebih did-ominasi Abu (Ash) yang relatif besar (32,15%). Hal ini dimungkinkan batubara seam A banyak dipengaruhi oleh kandungan lempung (clay), maupun pengotor lainnya. Umumnya jika kand-ungan abu batubara mempunyai nilai tinggi, akan berpengaruh terhadap kandungan gas yang semakin kecil. Dalam arti lain bahwa kandungan gas pada Seam A lebih kecil diband-ing Seam B dan Seam C, pada akhirnya nilai sumberdaya kandungan gas total juga akan berpengaruh.

Analisis petrografi organik dilakukan terha-dap 3 (tiga) contoh yang diambil dari core hasil pemboran. Contoh yang dianalisis terdiri dari batubara. Kisaran dan rata-rata (mean) nilai reflektan vitrinit dan material mineral hasil analisis dapat dilihat pada tabel 3. Pada tabel tersebut nampak bahwa kandungan organik (maseral) secara umum mempunyai nilai kom-posisi maseral vitrinit yang tinggi, dan pada contoh SBT-02 kandungan lempung didapat-kan nilai yang cukup tinggi dibandingkan contoh lainnya, ini menandakan bahwa contoh SBT-02A atau Seam A masih banyak mengandung

Page 10: S A R I - psdg.geologi.esdm.go.idpsdg.geologi.esdm.go.id/prosiding_2012/Buku 1 Energi/34.Proceeding... · tuk pada Awal Tersier dan mengandung batuan sedimen mencapai ketebalan 4.600

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.34

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

mineral lempung (batubara lempungan/ clay coal), dan ada sedikit tersebar mineral pirit. Sedangkan pada contoh SBT-02B dan SBT-02C sudah relatif bersih (clean coal) Contoh hasil analisa petrografi di atas secara umum menggambarkan bahwa daerah penyelidikan secara petrografi organik merupakan batubara berperingkat sedang, walaupun secara kimia kandungan nilai kalori daerah yang bersang-kutan mempunyai kandungan nilai kalori yang tinggi. Maseral vitrinit cukup dominan pada daerah ini, dan beberapa bagian di atas terse-bar mineral pirit sebagai butiran dan mineral lempung sebagai pengisi rekahan/cleat pada batubara tersebut. Oksida besi ditunjukkan bahwa seam batubara bagian atas (Seam A) banyak dipengaruhi oleh faktor kimiawi per-mukaan.

Hasil Kandungan Gas

Pengukuran kandungan gas di lapangan dikom-binasikan berdasarkan metode standar (USGS) dan Australia dengan mengambil contoh pada seam batubara yang didapatkan pada lobang bor. Ketebalan lapisan batubara di bawah 20 cm tidak dilakukan pengukuran kandungan gas, karena tidak memenuhi kriteria pen-gukuran , selanjutnya dilakukan pengukuran langsung di lapangan di dalam mobil labora-torium dengan menggunakan alat ukur. Dari hasil pembacaan pada gelas ukur, akan dida-patkan jumlah kandungan gas secara periodik dengan interval waktu tertentu dalam beberapa menit (berdasarkan standar prosedur penguku-ran) sampai kandungan gas tersebut habis dan tidak mengeluarkan gas lagi, serta pengukuran diteruskan kembali pada waktu tertentu sampai kandungan gas seminimal mungkin.

Pada dasarnya ada tiga aspek pada pengukuran kandungan gas, yakni Jumlah Hilangnya Gas (Q1), Pengukuran Gas (Q2) dan Gas Sisa (Q3). Untuk Q1 diperoleh dari hasil interpretasi pen-gukuran Q2, sedangkan Q2 merupakan hasil dari pengukuran langsung didalam tabung can-ister, dan yang terakhir adalah Q3, dimana hasil yang satu ini adalah jumlah kandungan gas sisa (residu) hasil dari pengukuran Q2 di lapangan dan laboratorium. Kemudian dilakukan analisa Gas Komposisi untuk mengetahui prosentase komposisi satuan dari masing-masing sampel seam batubara yang telah dimasukkan di dalam tabung canister.

Pengukuran kandungan gas dilakukan ter-hadap core batubara yang terdapat dalam canister. Lapisan batubara yang diukur kandu-ngan gasnya (gas desorbtion) terdiri dari lapisan batubara A, B, C1, C2 dan D. Jumlah contoh batubara yang diukur sebanyak 17 (tujuh belas) conto. Dari hasil akhir pengukuran kandungan gas, didapatkan kisaran gas content sebesar 0,09 – 3,04 m3/ton dan methan content dengan kisaran 0,01 – 2,10 m3/ton. Secara tabulasi, hasil dari pengukuran kandungan gas secara rinci dapat dilihat pada tabel 4. Dari tabel tersebut nampak bahwa kandungan gas yang tertinggi terdapat pada canister 11 – 14 yaitu pada Seam C2 107,46 scf/ton atau 3,04 m3/ton, sedangkan yang terendah terdapat pada canister 6 untuk Seam B sebesar 3,15 scf/ton atau 0,09 m3/ton. Secara umum dari keseluruhan seam yang ada pada lobang pemboran di daerah penyelidikan, kandungan gas content terbesar berada pada Seam C. Dan kandungan methan content pada seam C ini rata-rata adalah sebesar 2,00 m3/ton.

Page 11: S A R I - psdg.geologi.esdm.go.idpsdg.geologi.esdm.go.id/prosiding_2012/Buku 1 Energi/34.Proceeding... · tuk pada Awal Tersier dan mengandung batuan sedimen mencapai ketebalan 4.600

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.34

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Hasil Analisis Adsorption Isotherm

Pengujian adsorption isotherm dilakukan ter-hadap 3 (dua) contoh batubara dari Seam A (sampel id : SBT-02A), Seam B (sampel id : SBT-02B) dan Seam C (sampel id : SBT-02C) pada sampel batubara di sekitar lokasi pemboran, dan dilaksanakan uji sampel di laboratorium (Lemigas). Metoda pengukuran yang digunakan adalah metoda volumetric dari CSIRO (Com-monwealth Scientific and Industrial Research Organization). Untuk keperluan uji adsorption isotherm sebelumnya perlu dilakukan anali-sis prokximate. Temperatur yang diaplikasikan pada pengujian ini disesuaikan dengan tem-peratur batubara pada saat diambil yaitu 30oC. Dari hasil analisis proksimat menunjukan bahwa kandungan kadar airnya (moisture) ren-dah sekitar 3,5 %. Sedangkan hasil pengujian adsorption isotherm dapat dilihat pada tabel 5. Dari hasil pengujian adsorption isotherm menunjukan bahwa kapasitas simpan (storage capacity) gas metan batubara di daerah Sawahl-unto (Bukit Sibantar) adalah relatif sedang. Kapasitas simpan gas metan pada batubara tersebut dapat dimungkinkan karena faktor kedalaman, mengingat seam batubara tersebut berada kurang dari 300 meter dari permukaan laut. Namun dari hasil pengukuran gas desorb didapat gas content untuk Seam A sekitar 0,94 m3/ton sedangkan dari uji adsoprtion isoterm mempunyai storage capacity sebesar 1,71 m3/ton (Ar), Seam B sekitar 0,09 m3/ton sedangkan dari uji adsoprtion isoterm mempunyai storage capacity sebesar 1,34 m3/ton, sedangkan gas content rata-rata Seam C hasil desorb sebesar 2,80 m3/ton , uji adsortion isoterm mempunyai storage capacity didapatkan hasil 4,72 m3/ton. Sehingga dapat dilihat bahwa kesebandingan

komposisi tersebut di atas, secara umum batu-bara daerah Bukit Sibantar ini secara regional peyerapan gas contentnya relatif masih kecil. Kecuali pada Seam C dapat dimungkinkan ter-jadi kenaikan tergantung dari beberapa faktor yang mendukung, seperti kedalaman, kondisi geologi, tingkat kematangan dan lain seba-gainya.

Bila hasil uji adsorption isoterm laboratorium secara signifikan lebih besar dari hasil desorb, maka faktor kedalaman sangat menentukan dalam pengambilan dan pengukuran desorb di lapangan. Namun melihat hasil kedua pen-gukuran kandungan di atas, menunjukkan perbedaan hasil yang cukup signifikan. Khusus pada seam B, pengujian desorb berbeda jauh dengan uji laboratorium. Dapat dimungkinkan bahwa ketebalan Seam B yang didapat dari hasil pemboran relatif tipis. Mengingat penyebaran lapisan batubara di sekitar daerah penyelidikan terdapat beberapa split atau pemisahan seam, khususnya pada Seam B dan Seam C.

Sumberdaya Batubara

Mengingat luasnya daerah penyelidikan tidak begitu luas, maka perhitungan sumberdaya batubara Daerah Sawahlunto (Bukit Sibantar) dihitung berdasarkan pada kriteria-kriteria sebagai berikut :

a. Data batubara dari hasil pemboran terda-hulu di sekitar lokasi bor DSBT-01 dan data batubara hasil pemboran DSBT-01.

b. Luas daerah pengaruh yang dihitung di sekitar Bukit Sibantar, yang dibatasi beberapa morfologi ubahan, seperti ban-

Page 12: S A R I - psdg.geologi.esdm.go.idpsdg.geologi.esdm.go.id/prosiding_2012/Buku 1 Energi/34.Proceeding... · tuk pada Awal Tersier dan mengandung batuan sedimen mencapai ketebalan 4.600

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.34

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

yaknya danau bekas tambang disekitarnya dan beberapa struktur geologi kompleks lainnya.

c. Batasan struktur gelogi berupa sinklin yang membatasi jarak luas daerah pengaruh

d. Tebal batubara yang dihitung adalah kumu-latif tebal rata-rata seam dari berapa titik bor disekitar daerah penyelidikan.

e. Lapisan batubara yang dihitung mengacu pada lapisan batubara yang diukur kand-ungan gas metannya saja.

f. Berat jenis yang dihitung adalah berat jenis batubara yang umum yaitu 1,30.

g. Luas daerah yang dihitung keseluruhan seam sekitar sekitar 1.110.000 m2 atau 111 ha.

Dari hasil perhitungan ketebalan batubara di daerah penyelidikan, maka diperoleh hasil : Tebal rata-rata batubara Seam A adalah 2,18 meter ; Seam B adalah 0,84 meter, Seam C adalah 4,20 meter dan Seam D adalah 0,4 meter. Sehingga didapatkan sumberdaya : Seam A sebesar 3.145.740 ton ; Seam B sebe-sar 1.212.120 ton ; Seam C sebesar 6.060.000 ton dan Seam D sebesar 577.200 ton. Dari hasil perhitungan pada sumberdaya, didapat-kan total potensi batubara Daerah Sawahlunto sebesar 10.995.060 ton.

Sumberdaya Gas Metan

Sumberdaya gas metan (methane in place) Daerah Sawahlunto dihitung berdasarkan kri-

teria-kriteria sebagai berikut :

a. Luas daerah yang dihitung mengacu pada luas sebaran batubara yang telah dihitung sumberdayanya.

b. Luas daerah yang dihitung keseluruhan seam sekitar sekitar 1.110.000 m2 atau 111 ha.

c. Tebal rata-rata batubara Seam A adalah 2,18 meter ; Seam B adalah 0,84 meter, Seam C adalah 4,20 meter dan Seam D adalah 0,4 meter

Dari hasil perhitungan pada tabel sumberdaya gas metan tersebut diatas, maka didapat :

a. Sumberdaya gas metan Seam A = 2.197.867 m3 atau 77.616.941 scf

b. Sumberdaya gas metan Seam B = 24.606 m3

atau 868.953 scf

c. Sumberdaya gas metan Seam C = 14.395.904 m3 atau 508.386.552 scf

d. Sumber daya gas metan Seam D = 479.520 m3 atau 16.934.089 scf

Total sumberdaya gas metan di daerah Sawahl-unto : 77.616.941 scf + 868.953 scf + 508.386.552 scf + 16.934.089 scf = 603.806.535 scf atau sebesar 0,604 bcf

Page 13: S A R I - psdg.geologi.esdm.go.idpsdg.geologi.esdm.go.id/prosiding_2012/Buku 1 Energi/34.Proceeding... · tuk pada Awal Tersier dan mengandung batuan sedimen mencapai ketebalan 4.600

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.34

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Prospek Pemanfaatan dan Pengemban-gan Kandungan Gas Dalam Batubara

Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan pada titik bor DSBT-01, ada enam seam con-toh lapisan batubara, dimana telah disebutkan bahwa ada dua seam yang tebal, adalah Seam C (C1 dan C2) yang mempunyai ketebalan relatif lebih tebal dari seam lainnya. Ketebalan kedua seam tersebut berada pada kedalaman 203,50 – 206,00 m dengan ketebalan 2,50 m dan pada kedalaman 213,85 – 217,35 m dengan keteba-lan 3,50 m. Hasil inti bor yang didapatkan dari lobang pemboran secara umum bagus, kompak dan hampir keseluruhan mempunyai recovery di atas 95%, dengan ukuran core seri NQ.

Hasil pengukuran kandungan gas dilapangan (gas content) rata-rata didapatkan sebesar 0,94 m3/ton atau 33,21 scf/ton untuk Seam A; 0,09 m3/ton atau 3,15 scf/ton untuk Seam B; dan 2,55 m3/ton atau 90,15 scf/ton untuk Seam C1; 3,04 m3/ton atau 107,46 scf/ton untuk Seam C2; dan 1,01 m3/ton atau 35,57 scf/ton untuk Seam D. Hasil tersebut diatas bila dilihat secara regional, masih kurang untuk dikem-bangkan sebagai kebutuhan coalbed methan di daerah yang bersangkutan. Begitu pula penye-baran dan luas daerah pengaruh keberadaan lapisan batubara masih relatif kurang untuk skala besar. Tentunya Daerah Sawahlunto/Bukit Sibantar ini berbeda dengan hasil yang didapatkan di didaerah sebelah utara (lokasi Air Dingin), dimana kandungan gas dan metan lebih besar. Namun dengan adanya penyelidikan kandungan gas di daerah yang bersangkutan ini dapat dijadikan acuan ke depan bahwa lokasi penyebaran lapisan batubara akan lebih bagus jika kedalaman lapisan yang lebih dalam dan

tidak banyak terganggu oleh karena pengaruh morfologi dan struktur di sekitarnya. Adapun banyaknya kegiatan penambangan eksploitasi batubara di sekitar lokasi penyelidikan dapat dijadikan wilayah kajian coalbed metan sangat terbatas.

Segala hasil dan perbandingan kandungan gas di sekitar wilayah Sawahlunto dapat dijadikan pedoman untuk membuat kajian dan evalu-asi coalbed metan pada pada wilayah-wilayah sekitar lokasi pemboran lainnya, terutama pada lapisan batubara yang mempunyai kedalaman lebih dari 400 meter.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kegiatan pengukuran kandungan gas adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengeta-hui akan kandungan dan komposisi gas lapisan batubara dengan tujuan untuk mengetahui potensi gas di dalam batubara, khususnya di wilayah Sawahlunto (Sibantar). Sehingga dari hasil penyelidikan ini dapat disimpulkan seba-gai berikut :

1. Secara geologi daerah Sawahlunto/Bukit Sibantar termasuk kedalam Cekungan Ombilin, dengan formasi pembawa batu-bara berdasarkan Koesoemadinata dan Matasak (1981) adalah Formasi Sawahlunto yang berumur Eosen.

2. Endapan batubara didalam Formasi Sawahlunto pada lobang pemboran terdiri

Page 14: S A R I - psdg.geologi.esdm.go.idpsdg.geologi.esdm.go.id/prosiding_2012/Buku 1 Energi/34.Proceeding... · tuk pada Awal Tersier dan mengandung batuan sedimen mencapai ketebalan 4.600

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.34

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

dari enam lapisan atau seam, yaitu yang paling atas disebut Seam A, yang kedua disebut Seam B (B1 dan B2), Seam C (C1 dan C2) dan yang paling bawah adalah Seam D.

3. Lapisan batubara di daerah penyelidikan merupakan antiklin, dimana lokasi titik pemboran berada sekitar sumbu antilklin. Sudut kemiringan lapisan batubara ber-kisar antara 10o-15o.

4. Total kedalaman pemboran dicapai hingga 430 m (428,65 m). Kedalaman dan posisi batubara berada pada kedalaman A (166,00 – 168,35 m) , B1 (176,00 – 176,45 m), B2 (177,90 – 178,25 m) , C1 (203,50 – 206,00 m), C2 (213,85 – 217,25 m) dan D (405,00 – 405,40 m).

5. Nilai kalori batubara (adb) dari hasil ana-lisa kimia, untuk Seam A adalah 5023 kal/gr, Seam B adalah 7273 kal/gr dan untuk Seam C sekitar 7823 kal/gr. Nilai reflek-tan vitrinit dari hasil analisa petrogafi pada batubara Seam A dan Seam B adalah 0,57 %, dan reflektan pada Seam C 0,54 %.

6. Kandungan gas rata-rata (gas desorbtion) pada setiap seam adalah Seam A sekitar 0,94 m3/ton atau 33,21 scf/ton, Seam B sekitar 0,09 m3/ton atau 3,25 scf/ton, Seam C (C1-C2 rata-rata) sekitar 2,80 m3/ton atau 98,80 scf/ton dan Seam D sekitar 1,01 m3/ton atau 35,57 scf/ton.

7. Berdasarkan analisis komposisi gas, kan-dungan gas metan pada Seam A sekitar 0,55 scf/ton, Seam B 0,01 scf/ton, Seam

C (C1-C2 rata-rata) 2,00 scf/ton dan Seam D 0,80 scf/ton. Dengan prosentase kan-dungan methane content, Seam A sebesar 58%, Seam B sebesar 10%, Seam C (rata-rata) sebesar 72% dan Seam D sebear 79%.

8. Kapasitas serap batubara terhadap gas metan berdasarkan analisis adsorption iso-therm untuk Seam A sebesar 1,71 m3/ton atau sebesar 60,39 scf/ton, Seam B sekitar sebesar 1,34 m3/ton atau sebesar 47,32 scf/ton, dan Seam C didapatkan hasil 4,72 m3/ton atau sebesar 166,69 scf/ton

9. Potensi sumberdaya batubara yang meli-puti daerah seluas 111 ha sekitar 10.995.060 ton dan sumberdaya gas metan didapatkan hasil sebesar 603.806.535 scf atau sebesar 0,604 bcf.

DAFTAR PUSTAKA

1. Deddy Amarullah, 2009 ; Pemboran Dalam Batubara dan Pengukuran Kandungan Gas Metan Batubara Di Cekungan Ombi-ling, Sawahlunto Provinsi Sumatera Barat, Laporan, Pusat Sumber Daya Geologi, Ban-dung.

2. -----------------------, 2007  ; Inventari-sasi Potansi Kandungan Minyak Dalam Endapan Bitumen Padat, Daerah Talawi, Kodya Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat, Laporan, Pusat Sumber Daya Geo-logi, Bandung.

3. -----------------------, 2001 ; Eksplorasi

Page 15: S A R I - psdg.geologi.esdm.go.idpsdg.geologi.esdm.go.id/prosiding_2012/Buku 1 Energi/34.Proceeding... · tuk pada Awal Tersier dan mengandung batuan sedimen mencapai ketebalan 4.600

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.34

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Bitumen Padat Disertai Outcrops Drilling Di Daerah Talawi, Kotamadya Sawahlunto Provinsi Sumatera Barat, Laporan, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.

4. Koesoemadinata R. P., & Matasak Th., 1981 ; Stratigraphy and Sedimentation Ombilin Basin Central Sumatera (West Sumatera Province), Proceeding, IPA, Tenth Annual Convention.

5. Koesoemadinata R. P., & Matasak Th., 1981 ; Stratigraphy and Sedimentation Ombilin Basin Central Sumatera (West Sumatera

Province), Proceeding, IPA, Tenth Annual Convention.

6. Silitonga P.H. & Kastowo, 1995 : Peta Geo-logi Lembar Solok, Sumatera,Peta Geologi bersistem Sumatera, PPPG, Bandung.

Page 16: S A R I - psdg.geologi.esdm.go.idpsdg.geologi.esdm.go.id/prosiding_2012/Buku 1 Energi/34.Proceeding... · tuk pada Awal Tersier dan mengandung batuan sedimen mencapai ketebalan 4.600

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.34

Gambar 1. Peta Lokasi Daerah Penyelidikan

Gambar 2. Stratigrafi Daerah Penyelidikan

Lokasi Peyelidikan

Page 17: S A R I - psdg.geologi.esdm.go.idpsdg.geologi.esdm.go.id/prosiding_2012/Buku 1 Energi/34.Proceeding... · tuk pada Awal Tersier dan mengandung batuan sedimen mencapai ketebalan 4.600

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.34

Tabel 1. Singkapan Batubara Daerah Penyelidikan

No. Kode Lintang Bujur Strike/ Dip

Tebal (m) Litologi Lokasi

1. SBT-01 0O 37’ 53,1’’ 100O 45’ 38,6’’ 237/5 0.90 Batubara Masuk Jalan Tambang

2. SBT-02 0O 37’ 27,0’’ 100O 45’ 26,6’’ 295/40 0.50 Lanau, ssp Batubara Sangkarpuyuh/ Tahiti

3. SBT-03 0O 37’ 36,5’’ 100O 45’ 40,4’’ 345/35 > 3.0 Pasir, sisipan Batubara

Tebing Pinggir Danau Tanah Hitam

4. SBT-04 0O 37’ 48,3’’ 100O 45’ 46,1’’ 341/32 2.50Pasir, sisipan Batubara dan karbonan

Tebing Pinggir Danau Tanah Hitam

5. SBT-05 0O 37’ 36,4’’ 100O 45’ 23,4’’ 340/30 1.50 Pasir sisipan karbonan/bb

Sangkarpuyuh / Tahiti

6. SBT-06 0O 37’ 48,8’’ 100O 45’ 41,9’’ 342/30 2.60Pasir, sisipan Batubara dan karbonan

Tebing Pinggir Danau Tanah Hitam

7. SBT-07 0O 37’ 15,7’’ 100O 45’ 39,1’’ 60/10 1.50Lanau, selang-seling karbonan/ setempat batubara

Pinggir Danau Tanah Hitam

8. SBT-08 0O 37’ 10,4’’ 100O 45’ 39.6’’ 70/15 1.30Lanau, selang-seling karbonan/ setempat batubara

Pinggir Danau Tanah Hitam

Tabel 2. Tabel Analisis Kimia Proksimat Batubara di Daerah Penyelidikan

Jenis Analisis Unit BasisBatubara

Seam A Seam B Seam C

Free Moisture % ar 2,47 2,53 1,92

Total Moisture % ar 5,51 6,34 5,72

Moisture % adb 3,12 3,91 3,87

Volatile Matter % adb 31,47 38,91 41,30

Fixed Carbon % adb 33,26 50,64 53,73

Ash % adb 32,15 6,54 1,10

Total Sulphur % adb 0,99 1,76 0,32

Calorific Value Cal/gr adb 5023 7273 7823

Page 18: S A R I - psdg.geologi.esdm.go.idpsdg.geologi.esdm.go.id/prosiding_2012/Buku 1 Energi/34.Proceeding... · tuk pada Awal Tersier dan mengandung batuan sedimen mencapai ketebalan 4.600

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.34

Tabel 3. Tabel Analisis Petrografi Batubara di Daerah Penyelidikan

No.Kode

Contoh

Kedalaman (m) Reflektan (%)StandarDeviasi

Komposisi Maseral

(%)Material Mineral (%)

Dari Sampai Mean(Rv max) Kisaran V I L Clay Ox B Py

1 SBT-02A 166,00 168,35 0,57 0,45-

0,63 0,055 73,1 1,1 0,7 23,5 0,4 1,2

2 SBT-02B 176,00 176,45 0,57 0,48-

0,71 0,066 95,4 1,3 0,4 1,9 0,2 0,8

3 SBT-02C 203,50 217,25 0,54 0,41-

0,63 0,068 96,1 1,7 0,7 1,1 0,2 0,2

Tabel 4. Tabel Hasil Pengukuran Kandungan Gas Batubara di Daerah Penyelidikan

No Canister No. Coal Seam

Gas Content (scf/ton)

Gas Content (m3/ton)

Methane (%)

Methane Content (m3/ton)

1 SBT-06/I

A 33,21 0,94 58 0,55

2 SBT-05/II

3 SBT-04/III

4 SBT-02/IV

5 SBT-01/V

6 SBT-10/VI B 3,15 0,09 10 0,01

7 SBT-07/VII

C1 90,15 2,55 74 1,898 SBT-03/VIII

9 SBT-09/IX

10 SBT-08/X

11 SBT NQ-03/XI

C2 107,46 3,04 69 2,1012 SBT NQ-02/XII

13 SBT NQ-01/XIII

14 SBT NQ-04/XIV

15 SBT NQ-05/XVD 35,57 1,01 79 0,80

16 SBT NQ-06/XVI

Page 19: S A R I - psdg.geologi.esdm.go.idpsdg.geologi.esdm.go.id/prosiding_2012/Buku 1 Energi/34.Proceeding... · tuk pada Awal Tersier dan mengandung batuan sedimen mencapai ketebalan 4.600

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.34

17 SBT NQ-07/XVII 8,42 0,24 68 0,16Tabel 5. Tabel Hasil AnalisisSorption Isoterm

Kode Contoh

Volume dan Tekanan Langmuir Storage Capacity (m3/ton)

VL(m3/ton)

VL(scf/ton)

PL(PSI)

Asreceived daf

SBT-02A 10,54 221,07 440 1,71 2,54

SBT-02B 18,79 663,56 1313 1,34 1,46

SBT-02C 21,07 744,08 480 4,72 4,99

Gambar 3. Kurva Volume dan Tekanan Langmuir pada batubara Seam A

Page 20: S A R I - psdg.geologi.esdm.go.idpsdg.geologi.esdm.go.id/prosiding_2012/Buku 1 Energi/34.Proceeding... · tuk pada Awal Tersier dan mengandung batuan sedimen mencapai ketebalan 4.600

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011I.34

Gambar 4. Kurva Volume dan Tekanan Langmuir pada batubara Seam B

Gambar 5. Kurva Volume dan Tekanan Langmuir pada batubara Seam C

Page 21: S A R I - psdg.geologi.esdm.go.idpsdg.geologi.esdm.go.id/prosiding_2012/Buku 1 Energi/34.Proceeding... · tuk pada Awal Tersier dan mengandung batuan sedimen mencapai ketebalan 4.600

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011 I.34

Gambar 6. Peta Geologi dan Sebaran Batubara Daerah Sawahlunto (Sibantar) dan Sekitarnya

Page 22: S A R I - psdg.geologi.esdm.go.idpsdg.geologi.esdm.go.id/prosiding_2012/Buku 1 Energi/34.Proceeding... · tuk pada Awal Tersier dan mengandung batuan sedimen mencapai ketebalan 4.600