Rupture Perineum Persalinan Normal

40
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masing-masing adalah 373/100.000 kelahiran hidup (SKRT, 1995) serta 60/1000 kelahiran hidup (Susenas 1995), maka pada tahun 2003 AKI turun menjadi 307/100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2003), sedangkan AKB turun menjadi 37/1000 kelahiran hidup (SDKI, 2003). Sementara itu, umur harapan hidup rata-rata meningkat dari 63,20 tahun pada tahun 1995 menjadi 66,2 tahun pada tahun 2003 (SDKI, 2003). Indonesia membuat rencana strategi nasional Making Pregnancy Safer (MPS) untuk tahun 2001 - 2010, dalam konteks rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah dengan visi "Kehamilan dan 1

description

rupture perineum pada persalinan normal

Transcript of Rupture Perineum Persalinan Normal

Page 1: Rupture Perineum Persalinan Normal

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masing-

masing adalah 373/100.000 kelahiran hidup (SKRT, 1995) serta 60/1000

kelahiran hidup (Susenas 1995), maka pada tahun 2003 AKI turun menjadi

307/100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2003), sedangkan AKB turun menjadi

37/1000 kelahiran hidup (SDKI, 2003). Sementara itu, umur harapan hidup rata-

rata meningkat dari 63,20 tahun pada tahun 1995 menjadi 66,2 tahun pada tahun

2003 (SDKI, 2003).

Indonesia membuat rencana strategi nasional Making Pregnancy Safer

(MPS) untuk tahun 2001 - 2010, dalam konteks rencana pembangunan kesehatan

menuju Indonesia Sehat 2010 adalah dengan visi "Kehamilan dan Persalinan di

Indonesia Berlangsung Aman, serta yang Dilahirkan Hidup dan Sehat," dengan

misinya adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian maternal dan neonatal

melalui pemantapan sistem kesehatan. Salah satu sasaran yang ditetapkan untuk

tahun 2010 adalah menurunkan angka kematian maternal menjadi 125 per

100.000 kelahiran hidup (Saiffudin : 2002).

1

Page 2: Rupture Perineum Persalinan Normal

Perdarahan postpartum menjadi penyebab utama 40% kematian ibu di

Indonesia. Jalan lahir merupakan penyebab kedua perdarahan setelah atonia uteri

yang terjadi pada hampir persalinan pertama dan tidak jarang juga pada

persalinan berikutnya. Pada seorang primipara atau orang yang baru pertama kali

melahirkan ketika terjadi peristiwa "kepala keluar pintu". Pada saat ini seorang

primipara biasanya tidak dapat tegangan yang kuat ini sehingga robek pada

pinggir depannya. Luka-luka biasanya ringan tetapi kadang-kadang terjadi juga

luka yang luas dan berbahaya. Sebagai akibat persalinan terutama pada seorang

primipara, biasa timbul luka pada vulva di sekitar introitus vagina yang biasanya

tidak dalam akan tetapi kadang-kadang bisa timbul perdarahan banyak

(Prawirohardjo, 1999).

Ruptur Perineum dapat terjadi karena adanya ruptur spontan maupun

episiotomi. perineum yang dilakukan dengan episiotomi itu sendiri harus

dilakukan atas indikasi antara lain: bayi besar, perineum kaku, persalinan yang

kelainan letak, persalinan dengan menggunakan alat baik forceps maupun

vacum. Karena apabila episiotomi itu tidak dilakukan atas indikasi dalam

keadaan yang tidak perlu dilakukan dengan indikasi di atas, maka menyebabkan

peningkatan kejadian dan beratnya kerusakan pada daerah perineum yang lebih

berat. Sedangkan luka perineum itu sendiri akan mempunyai dampak tersendiri

bagi ibu yaitu gangguan ketidaknyamanan.

2

Page 3: Rupture Perineum Persalinan Normal

Berdasarkan hasil data prasurvey, angka kejadian rupture perineum

spontan yang dialami ibu primigravida di BPS Yuni Dwi Fitariyanti tahun 2007

masih sangat tinggi yaitu sebanyak 41 orang (65%) dari 63 persalinan normal.

Sedangkan yang tidak mengalami rupture perineum berjumlah 22 orang. Jumlah

berat badan bayi > 3100 gr yaitu 32 bayi sedangkan yang < 3.100 gr sebanyak 31

bayi. Dari 32 orang ibu yang melahirkan dengan berat badan bayi > 3.100 gr

yang mengalami rupture berjumlah 30 orang dan yang tidak mengalami rupture 2

orang. Sedangkan dari 31 orang ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan <

3.100 gr yang mengalami rupture sebanyak 11 orang dan yang tidak sebanyak 20

orang.

Berdasarkan data tersebut penulis tertarik untuk meneliti hubungan berat

badan lahir dengan ruptur perineum persalinan normal pada primigravida di BPS

Dwi Yuni Fitariyanti tahun 2007.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah dalam

penelitian ini yaitu adakah hubungan berat badan lahir dengan ruptur perineum

persalinan normal pada primigravida di BPS Dwi Yuni Fitariyanti tahun 2007.

C. Ruang Lingkup

Penelitian ini akan mengkaji hubungan berat badan lahir dengan ruptur

perineum persalinan normal pada primigravida di BPS Dwi Yuni Fitariyanti.

Dengan desain penelitian korelasi. Subjek penelitian yaitu ibu primigravida pada

persalinan normal pada bulan Januari - Desember tahun 2007. Objek penelitian

yaitu berat badan lahir di atas 3100 gram dan berat badan lahir kurang dari 3100

3

Page 4: Rupture Perineum Persalinan Normal

gram pada bulan Januari-Desember 2007 pada primigravida. Alasan

dilakukannya penelitian karena masih banyak ditemukannya angka kejadian

ruptur perineum pada primigravida di BPS Dwi Yuni Fitariyanti yaitu 41 dari 63

persalinan normal pada primigravida. Penelitian ini akan menggunakan metode

cross sectional yang akan dilaksanakan pada bulan Mei 2007 di BPS Dwi Yuni

Fitariyanti yang beralamat di Tegineneng Lampung Selatan.

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara berat badan lahir dengan ruptur perineum

persalinan normal pada primigravida di BPS Dwi Yuni Fitariyanti tahun 2007.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi jumlah berat badan lahir di atas 3100 gram dan

berat badan lahir kurang dari 3100 gram yang dilahirkan ibu yang

menyebabkan ruptur atau tidak ruptur perineum persalinan normal pada

primigravida di BPS Dwi Yuni Fitariyanti tahun 2007.

b. Untuk mengetahui adakah hubungan berat badan lahir dengan ruptur

perineum persalinan normal pada primigravida di BPS Dwi Yuni

Fitariyanti tahun 2007.

c. Untuk mengetahui keeratan hubungan berat badan lahir dengan ruptur

perineum persalinan normal pada primigravida di BPS Dwi Yuni

Fitariyanti tahun 2007.

4

Page 5: Rupture Perineum Persalinan Normal

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk:

1. Manfaat bagi tempat penelitian

Sebagai masukan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan memberikan

masukan dalam memberikan penyuluhan.

2. Manfaat bagi institusi pendidikan

Untuk mendapatkan perbendaharaan perpustakaan/referensi bagi Kebidanan

Wira Buana Metro.

3. Manfaat bagi peneliti

Untuk penerapan ilmu pengetahuan dalam membuat karya tulis dan sebagai

salah satu pengalaman belajar di Akademi Kebidanan Wira Buana Metro.

5

Page 6: Rupture Perineum Persalinan Normal

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TELAAH PUSTAKA

1. Ruptur Perineum

a. Pengertian

Ruptur adalah : robekan atau koyaknya jaringan secara paksa

(Dorland, 1994)

Perineum adalah : bagian yang terletak antara vulva dan anus panjangnya

rata-rata 4 cm (Wiknjosastro, 1999).

Persalinan normal : proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan

cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala yang berlangsung 18 jam,

tanpa komplikasi pada ibu maupun janin

(Prawirohardjo, 2002).

b. Klasifikasi Ruptur Perineum

1) Ruptur Perineum Spontan

Yaitu luka pada perineum yang terjadi karena sebab-sebab tertentu tanpa

dilakukan tindakan perobekan atau disengaja. Luka ini terjadi pada saat

persalinan dan biasanya tidak teratur.

2) Ruptur perineum yang disengaja (Episiotomi)

Yaitu luka perineum yang terjadi karena dilakukan pengguntingan atau

perobekan pada perineum: Episiotomi adalah torehan yang dibuat pada

6

Page 7: Rupture Perineum Persalinan Normal

perineum untuk memperbesar saluran keluar vagina (Prawirohardjo,

2002).

Tingkat robekan perineum dapat dibagi atas 4 tingkatan :

1. Tingkat I

Robekan hanya terjadi pada selaput lendir vagina dengan atau mengenai kulit

perineum sedikit.

2. Tingkat II

Robekan yang terjadi lebih dalam, yaitu selain mengenai selaput lendir

vagina, juga mengenai musculus perinei tranversalis, tapi tidak mengenai

sfingter ani.

3. Tingkat III

Robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum sampai mengenai otot-otot

sfingter ani.

4. Tingkat IV

Robekan mengenai perineum sampai otot sfingter ani dan mukosa rektum

(Prawirohardjo, 2002).

2. Penyebab Terjadinya Ruptur Perineum

Persalinan seringkali menyebabkan perlukaan pada jalan lahir. Perlukaan

pada jalan lahir tersebut terjadi pada : Dasar panggul/perineum, vulva dan

7

Page 8: Rupture Perineum Persalinan Normal

vagina, servik uteri, uterus sedangkan ruptur pada perineum spontan disebabkan

oleh : Perineum kaku, kepala janin terlalu cepat melewati dasar panggul, bayi

besar, lebar perineum, paritas. (Suwito, 1999).

3. Berat Badan lahir

Berat badan lahir adalah berat badan bayi yang ditimbang 24 jam pertama

kelahiran. Semakin besar bayi yang dilahirkan meningkatkan resiko terjadinya

ruptur perineum pada normalnya berat badan bayi sekitar 2.500-3.800 gr.

(dr. Rini Sekartini, Sp. A, 2007).

Bayi besar (giant baby) adalah bayi yang begitu lahir memiliki bobot lebih

dari 3.900 gram. Padahal pada normalnya, berat bayi baru lahir adalah sekitar

2.500-3.800 gram (www.wikimu.com).

a. Janin Kelebihan Berat Badan

Janin kelebihan berat badan dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain:

Ibu yang menderita kencing manis (Diabetes Melitus/DM)

Ibu yang memiliki riwayat melahirkan bayi besar

Faktor Genetik

Pengaruh kecukupan gizi

Bukan kehamilan pertama

(www.wikimu.com).

8

Page 9: Rupture Perineum Persalinan Normal

4. Paritas

Robekan perineum terjadi hampir semua persalinan pertama dan tidak

jarang juga pada Persalinan berikutnya. Pada seorang primipara atau orang

9

Page 10: Rupture Perineum Persalinan Normal

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif. Menurut Notoatmodjo

(2005), penelitian deskriptif adalah "Suatu metode penelitian yang dilakukan

dengan tujuan utama membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif".

Dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran mengenai

faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya cakupan penimbangan balita di

Posyandu Anggrek Desa Pekalongan Kecamatan Pekalongan Kabupaten

Lampung Timur.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiono (2003) populasi adalah "Wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan”. Populasi adalah subjek yang hendak diteliti dan memiliki sifat-

sifat yang sama (Notoatmodjo, 2005), populasi dalam penelitian adalah ibu-

ibu yang mempunyai balita tidak menimbangkan bayinya di Posyandu

Anggrek Desa Pekalongan Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung

Timur berjumlah 47 orang.

10

Page 11: Rupture Perineum Persalinan Normal

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiono, 2003). Arikunto (2006), sampel adalah

sebagian atau wakil populasi diteliti. Berdasarkan pendapat tersebut, maka

sampel dalam penelitian ini adalah total populasi yaitu sebanyak 47 orang.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Setelah proposal disetujui.

2. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu Anggrek Desa Pekalongan

Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur.

D. Variabel Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2005), "Variabel adalah sesuatu yang digunakan

sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian

tentang sesuatu konsep penelitian tertentu.”. jumlah variabel yang diteliti ada 4

yaitu: pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, dan jarak.

E. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data

1. Alat Ukur

11

Page 12: Rupture Perineum Persalinan Normal

Alat ukur atau instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang

digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih

mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan

sistematis sehingga lebih mudah diolah. (Arikunto, 2002).

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner, yaitu

suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah

yang umumnya banyak menyangkut kepentingan dalam hal ini digunakan

angket berbentuk pilihan dengan jawaban yang telah disediakan.

2. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dipergunakan adalah kuesioner dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Tahap Persiapan

Tahap persiapan ini berisi beberapa kegiatan meliputi pembuatan suatu

rencana kuisioner, lalu rancangan itu disetujui oleh pembimbing langkah-

langkah sebagai berikut:

1) Pra survey

2) Menyusun alat ukur

3) Mengajukan proposal penelitian

4) Mengajukan izin penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka pembuatan kuisioner sesuai dengan

aspek definisi operasional.

12

Page 13: Rupture Perineum Persalinan Normal

b. Tahap Pelaksanaan

Pengumpulan data dengan kuisioner, dengan melalui tahapan

sebagai berikut : Menyebarkan kuisioner untuk pengumpulan data kepada

responden dengan melibatkan kader.

c. Tahap Pengolahan Data

Setelah data yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul,

maka dilakukan tahap pengolahan data yang melalui tahap sebagai

berikut:

1) Seleksi Data (Editing)

Pada tahap ini, mengumpulkan dan memeriksa data kuisioner yang ada

lalu diperiksa apakah data yang ada sesuai dengan jumlah sampel dan

apakah cara pengisian sudah benar atau terdapat kekeliruan.

2) Pemberian Kode (Coding)

Setelah dilakukan editing, selanjutnya memberikan kode-kode tertentu

pada tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan analisis

data.

3) Pengelompokkan Data (Tabulating)

13

Page 14: Rupture Perineum Persalinan Normal

Pada tahap ini, jawaban-jawaban responden yang sama dikelompokkan

dengan teliti dan teratur lalu dihitung dan dijumlahkan, kemudian

dituliskan dalam bentuk tabel-tabel.

4) Analisis Data (Analiting)

Menganalisa data dalam bentuk tabel dan uraian

F. Analisa Data

Teknik analisa. data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

analisa univariat yaitu untuk mengetahui distribusi frekuensi dari sub variabel

yang diteliti sehingga dapat diketahui gambaran dari setiap sub variabel.

Untuk menghitung sebaran persentase dari frekuensi digunakan rumus sebagai

berikut:

Keterangan :

P : Persentase

f : frekuensi

N : Jumlah subjek

100 : Bilangan Tetap (Budiarto, 2002).

Untuk penentuan kategori penelitian dinilai menurut Arikunto (2005) sebagai

berikut .

14

Page 15: Rupture Perineum Persalinan Normal

1. 76-100%, jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden termasuk

kategori baik.

2. 56-75%, jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden termasuk

kategori cukup.

3. 40-55%, jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden termasuk

kategori kurang baik

4. Kurang dari 40%, jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden

termasuk kategori tidak baik.

15

Page 16: Rupture Perineum Persalinan Normal

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Lokasi

Bidan Praktek Swasta (BPS) Dwi Yuni Fitariyanti adalah salah satu klinik

bersalin milik perseorangan yang berada di Desa Bernai Kecamatan

Tegineneng. BPS ini berdiri sejak tahun 1997, terletak di Jalan Lintas

Sumatera Km 36 Desa Bernai Kecamatan Tegineneng Kabupaten

Lampung Selatan.

b. Jenis Pelayanan

Adapun jenis pelayanan kesehatan yang diberikan BPS Dwi Yuni

Fitariyanti yaitu:

1) Ante Natal Care (ANC)

Pelayanan ini bisa didapatkan setiap hari.

2) Intra Natal Care (INC)

Pertolongan persalinan terutama pada kala II. Episiotomi bukan

merupakan tindakan yang rutin dilakukan. Namun pada saat

melakukan stenen sangat diusahakan agar perineum tidak ruptur. Ada

16

Page 17: Rupture Perineum Persalinan Normal

teknik khusus yang sering digunakan di BPS ini untuk

mempertahankan perineum tidak ruptur, yaitu saat melakukan stenen

perineum dikerutkan. Tindakan ini dimaksudkan agar perineum tidak

terlalu teregang saat kepala bayi lahir. Dan pada saat kepala terpegang

oleh vulva, ibu tidak dianjurkan mengedan, bernapas melalui mulut,

dan dipimpin dengan baik dan benar agar defleksi kepala tidak terlalu

cepat agar perineum tidak ruptur. Teknik ini cukup berhasil, terutama

pada hampir semua multigravida, tadi episiotomi hampir tidak pernah

dilakukan di BPS ini.

3) Post Natal Care

Pada pertolongan persalinan di rumah pasien, bidan Dwi Yuni

Fitariyanti melakukan kunjungan rumah setiap hari ke-1, 3, 5

postpartum.

4) Imunisasi

Pelayanan imunisasi untuk balita dilakukan secara terjadual, yaitu

dilakukan pada minggu kedua tiap bulan.

5) Keluarga Berencana

Pelayanan alat kontrasepsi yang diberikan di BPS ini adalah pil KB,

suntik KB, susuk dan IUD. Untuk pelayanan KB tidak terjadwal, jadi

dilakukan setiap hari sesuai dengan jenis kontrasepsi yang ingin

digunakan.

6) Pengobatan anak, balita, dewasa, dan orang tua.

17

Page 18: Rupture Perineum Persalinan Normal

c. Sarana dan Prasarana

1) Sarana

- 1 ruang KIA dengan 2 tempat tidur periksa

- 1 ruang persalinan

- 1 ruang tempat pencucian perlengkapan pasien dan alat-alat

- 2 ruang perawatan zaal dengan 4 tempat tidur

2) Prasarana

- Partus set

- Resusitasi set

- Incubator

d. Sumber Daya Kesehatan

- Bidan: 1 orang

- Asisten Bidan: 1 orang

- Pekarya: 1 orang

e. Gambaran Persalinan selama tahun 2007 di BPS Dwi Yuni Fitariyanti

Sepanjang tahun 2007, ibu primigravida yang bersalin normal berjumlah 63

orang dan dari jumlah tersebut yang mengalami ruptur perineum sebanyak

41 orang ibu (65% ) yang bersalin normal di BPS Dwi Yuni Fitarianti.

18

Page 19: Rupture Perineum Persalinan Normal

2. Hasil Univariat

a. Distribusi Frekuensi Ruptur perineum persalinan normal

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Ruptur perineum pada primigravida di BPS Dwi Yuni Fitariyanti tahun 2007

No Klasifikasi Frekuensi Mutlak Frekuensi Relatif

1 Ruptur 41 65%

2 Tidak ruptur 22 35%

    63 100%Sumber : Register laporan Partus tahun 2007

Pada tabel dapat diketahui ibu primigravida yang bersalin normal yang

mengalami rupture 41 orang (65%) dan yang tidak mengalami rupture

sebanyak 22 orang (35%).

b. Distribusi frekuensi BB lahir pada primigravida

Tabel 4. Distribusi Frekuensi BB lahir pada ibu primigravida di BPS Dwi Yuni Fitariyanti tahun 2007

No Klasifikasi Frekuensi Mutlak Frekuensi Relatif

1 BB > 3100 32 51%

2 BB < 3100 31 49%

    63 100%Sumber : Register laporan Partus tahun 2007

19

Page 20: Rupture Perineum Persalinan Normal

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 63 ibu primigravida yang

bersalin normal terdapat 32 orang (51%) ibu yang melahirkan dengan BB

lahir > 3.100 gr dan 31 orang (49%) ibu yang melahirkan dengan BB lahir

< 3.100 gr.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi BBL > 3.100 dan <3.100 yang Mengalami Ruptur di BPS Dwi Yuni Fitariyanti tahun 2007

No BBLKeadaan Perineum yang mengalami Rupture

Frekuensi Mutlak Frekuensi Relatif

1 > 3100 30 73%

2 < 3100 11 27%

    41 100%Sumber : Register laporan Partus tahun 2007

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 41 orang ibu primigravida

yang mengalami rupture setelah bersalin normal, prosentase paling besar

dialami oleh ibu yang melahirkan dengan BB lahir > 3.100 gr sebanyak 30

orang (73%).

Tabel 6. Distribusi Frekuensi BBL > 3.100 dan < 3.100 yang tidak mengalami ruptur di BPS Dwi Yuni Fitariyanti tahun 2007

No BBLKeadaan perineum yang tidak mengalami rupture

Frekuensi Mutlak Frekuensi Relatif

1 > 3100 2 9%

2 < 3100 20 91%

    22 100%Sumber : Register laporan Partus tahun 2007

20

Page 21: Rupture Perineum Persalinan Normal

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 22 orang yang tidak

mengalami rupture perineum setelah bersalin normal. Kelompok ibu

primigravida yang melahirkan < 3.100 gr menunjukkan prosentase paling

besar yaitu 91% dimana jumlahnya sebanyak 20 orang.

3. Hasil Bivariat

a. Hubungan BB lahir dengan rupture perineum persalinan normal pada

primigravida di BPS Dwi Yuni Fitariyanti tahun 2007

Tabel 7. Distribusi Frekuensi hubungan BB lahir dengan Rupture perineum persalinan normal pada primigravida di BPS Dwi Yuni Fitariyanti tahun 2007

No Klasifikasi

Keadaan Perineum B.

ΣUji

Statistik X2 hitung

X2

Tabel KK KK Maks Ruptur Tidak

Ruptur

1 > 3100 30 2 32

21,02 3,814 0,50 0,7072 < 3100 11 20 31

    41 22 63

Berdasarkan dk = 1 dan taraf kesalahan 5% maka didapatkan harga X2 tabel =

3,841. Ternyata harga chi square hitung > chi square tabel (21,02 > 3,841).

Karena harga x2 hitung > x2 tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ini berarti

ada hubungan antara BB lahir dengan ruptur perineum persalinan normal pada

primigravida di BPS Dwi Yuni Fitariyanti tahun 2007.

21

Page 22: Rupture Perineum Persalinan Normal

Dari hasil perhitungan KK yang diperoleh = 0,50, agar harga KK dapat

dipergunakan untuk mengukur derajat asosiasi, maka harga KK perlu

diperbandingkan dengan KK maks. Jadi nilai KK diperoleh 0,707.

Dilihat dari tabel kriteria keeratan asosiatif pada nilai 0,707 dengan KK = 0,50

menunjukkan tingkat keeratan yaitu erat sekali.

B. Pembahasan

1. Univariat

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dari 63 ibu primigravida yang

bersalin normal yang terdiri dari 32 orang ibu yang melahirkan dengan BB

lahir > 3.100 gr dan 31 orang ibu yang melahirkan dengan BB < 3.100 gr

terdapat 41 orang ibu primigravida bersalin mengalami rupture perineum

(65%). Terdiri dari 32 ibu yang melahirkan dengan BB lahir > 3.100 gr (51%)

dan 31 ibu yang melahirkan dengan BB lahir < 3.100 gr (49%), dan ibu yang

tidak mengalami rupture perineum ada 22 orang (35%) yang terdiri dari 2

orang ibu yang melahirkan bayi dengan BB lahir > 3.100 gr dan 20 orang ibu

yang melahirkan dengan BB lahir < 3.100 gr.

Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa pada kelompok ibu yang melahirkan

dengan BB lahir > 3.100 gr menunjukkan prosentase yang paling besar

22

Page 23: Rupture Perineum Persalinan Normal

mengalami rupture perineum. Hal ini menunjukkan bahwa BB lahir memiliki

pengaruh terhadap terjadinya rupture perineum pada persalinan normal.

2. Bivariat

Hubungan BB Lahir dengan Ruptur Perineum Persalinan Normal pada

Primigravida

Dari penelitian yang dilakukan menggunakan rumus KK, nilai yang diperoleh

= 0,50. harga KK maks adalah 0,707, dilihat dari tabel kriteria keeratan

asosiatif pada nilai 0,707 dengan nilai KK = 0,50 menunjukkan tingkat

keeratan yaitu erat sekali, hal ini berarti ada hubungan antar BB lahir dengan

kejadian rupture perineum persalinan normal pada ibu primigravida.

Berdasarkan teori yang ada, robekan perineum terjadi pada kelahiran dengan

BB lahir yang besar. Hal ini terjadi karena semakin besar bayi yang dilahirkan

akan meningkatkan resiko terjadinya rupture perineum dikarenakan BB lahir

yang besar berhubungan dengan besarnya janin yang dapat mengakibatkan

perineum tidak cukup kuat menahan regangan kepala bayi dengan BB lahir

yang besar sehingga pada proses kelahiran bayi dengan BB lahir yang besar

sering terjadi ruptur perinuem. (dr.Rini sekartini,Sp. A, 2007).

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Dian Lestari pada bulan mei tahun 2004 di BPS Maryati pada karya

ilmiahnya yang berjudul faktor – faktor yang menyebabkan rupture perineum

23

Page 24: Rupture Perineum Persalinan Normal

pada persalinan normal 78% primipara yang bersalin mengalami rupture

perineum sedangkan pada multipara 52%.

Penilaian dini oleh bidan terhadap perkiraan berat janin pada ibu yang akan

bersalin memegang peranan yang cukup penting dalam rangka pencegahan

rupture perineum dan pengambilan tindakan yang diperlukan.

Penilaian ini dimulai sejak masa kehamilan yaitu penilaian kesehatan umum

ibu dan janin meliputi pencegahan dan pengobatan anemia (tubuh yang sehat

dengan jaringan yang mendapatkan nutrient dari suplai darah yang baik akan

selalu berfungsi lebih menguntungkan daripada jaringan dengan nutrien buruk

dan dipertahankan dalam kondisi baik.

Kemudian pada persalinan, perhatikan kandung kemih dan rectum ibu,

membantu untuk mengatur posisi, serta kelahiran yang terampil dengan

diameter kepala janin sekecil mungkin yang diperbolehkan untuk

meregangkan vulva dan perineum.

24

Page 25: Rupture Perineum Persalinan Normal

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Sesuai dengan latar belakang permasalahan dan tujuan serta hasil penelitian

yang telah dilakukan terhadap 63 orang ibu primigravida yang bersalin normal di

BPS Dwi Yuni Fitariyanti, maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Berat badan lahir janin ibu primigravida yang bersalin normal di BPS Dwi Yuni

Fitariyanti tahun 2007 sangat mempengaruhi terhadap kejadian rupture perineum.

Bayi dengan BB lahir > 3100 gr merupakan kelompok terbanyak yang mengalami

rupture perineum (73%). Dari 63 ibu primigravida yang bersalin normal yang

terdiri dari 32 orang ibu primigravida yang melahirkan dengan BB lahir > 3.100

gr dan 30 ibu yang melahirkan dengan BB lahir < 3.100 gr terdapat 41 orang ibu

yang mengalami rupture perineum (65%) yaitu 30 orang ibu yang melahirkan

dengan BB lahir >3100 gr (73%) dan 11 orang ibu yang melahirkan dengan BB

lahir < 3100 gr (27%). Dan yang tidak mengalami rupture perineum ada 22 orang

(35%), yaitu 2 dari kelompok ibu yang melahirkan dengan BB lahir >3100 gr

(9%) dan 20 dari kelompok ibu yang melahirkan dengan BB lahir < 3100 gr

(91%).

2. Ada hubungan antara BB lahir dengan ruptur perineum di BPS Dwi Yuni

Fitariyanti tahun 2007. X2 hitung > X2 tabel (21,02 > 3,481) dengan taraf

signifikan 5% dan dk=1.

25

Page 26: Rupture Perineum Persalinan Normal

3. Berat badan mempunyai hubungan yang signifikan dengan terjadinya ruptur

perineum spontan di BPS DwiYuni Fitariyanti tahun 2007 sebesar 0,70.

B. Saran

Dari penelitian ini didapatkan bahwa rupture perineum rentan terjadi pada

kelompok ibu primigravida dengan BB lahir > 3.100 gr. Pencegahan rupture

perineum perlu dilakukan sedini mungkin sehingga kejadian rupture perineum dapat

diminimalisasi.

1. Untuk tempat penelitian

KIE kepada ibu tentang nutrisi dan latihan selama hamil untuk persiapan dan

pencegahan rupture perineum pada saat persalinan serta peningkatan keterampilan

lebih dalam melakukan pertolongan persalinan normal dengan terus menambah

pengalaman praktek kelahiran terampil yang telah didasari ilmu pengetahuan

tentang pencegahan rupture perineum yang didapat dari institusi pendidikan.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Walaupun institusi pendidikan telah banyak memberikan informasi tentang

kesehatan khususnya tentang rupture perineum, tuntutan

zaman yang terus berkembang menyebabkan kebutuhan

masyarakat akan informasi kesehatan harus terus

ditingkatkan yaitu dengan memberikan lebih banyak

materi kepada para mahasiswanya, selain itu juga sebagai

bahan bacaan dan perpustakaan.

26

Page 27: Rupture Perineum Persalinan Normal

3. Untuk Peneliti

Masalah dalam penelitian ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut sehingga

bagi para peneliti lain agar dapat mengembangkan penelitian ini dan dapat

menghasilkan sesuatu yang lebih baik dan bermanfaat dalam mengembangkan

ilmu pengetahuan khususnya tentang rupture perineum.

27