rumusan makalah
-
Upload
megga-dephitta-ii -
Category
Documents
-
view
33 -
download
0
description
Transcript of rumusan makalah
Pendidikan di pedalaman dan perbatasan di Indonesia
Keberhasilan suatu Negara tidak hanya ditentukan oleh perkembangan politiknya maupun
perkembangan ekonominya. Tetapi, keberhasilan suatu Negara dapat ditentukan juga oleh
tingkat perkembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Dalam hal ini, perkembangan dunia
pendidikannya. Dimana Negara Indonesia ini, merupakan Negara yang masih dalam tahap
atau termasuk dalam Negara berkembang. Jadi, jika Negara ini ingin dapat berkembang
menuju Negara yang dapat berkembang sesuai dengan visi dan misi yang ingin dicapai.
seharusnya Negara ini, tidak hanya memperhatikan serta meningkatkan mutu atau kualitas
pendidikan yang berada di ibu kota saja serta di kota-kota besar lainnya. Tetapi seharusnya
pemerintahan atau Negara ini juga harus memperhatikan serta meningkatan kemajuan
pendidikan di wilayah-wilayah terpencil atau pendalaman, serta di daerah-daerah perbatasan
antara Indonesia dengan Negara-negara perbatasan lainnya, yang masih jauh dari perhatian
pemerintahan pusat maupun pemerintahan daerah, hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian
dari pemerintahan pusat maupun daerah, itu antara lain dari segi aspek transportasi,
kesenjangan ekonomi masyarakat setempat, serta infrastruktur sekolah yang tidak memadai.
Miris memang melihat pendidikan di Negara kita ini, begitu banyak hasil alam yang ada
dinegara ini. Tapi melihat lebih dekat dengan daerah yang kaya akan hasil alam tersebut
berbanding terbalik dengan kehidupan masyarakat yang berada disana. Minimnya pelayanan
kesehatan, pendidikan, serta kesejahteraan masyarakatnya. Seperti daerah perbatasan dan
pedalaman kurang diperhatikan pemerintah daerah maupun pemerintah pusat khususnya
bidang pendidikan. Pendidikan dipedalaman dan perbatasan sungguh sangat ironi dibanding
pendidikan di kota, kurangnya guru pengajar, sulitnya akses ke sekolah, tidak layaknya
sarana dan prasarana sekolah, dan pola pikir masyarakat yang rendah terhadap pentingnya
pendidikan. Masalah tersebut mungkin sudah dari waktu kewaktu, tapi pemerintah belum
bisa memberantas sepenuhnya walaupun dengan penambahan anggaran pendidikan. Seperti
contoh anggaran pendidikan Kaltim sebesar Rp407,325 miliar dengan efektivitas serapan
mencapai 87,64 persen bukanlah hal yang positif. Faktanya, kurang lebih 2.000 ribu anak
usia aktif di perbatasan dan pedalaman tidak sekolah, adalah kondisi yang berbanding
terbalik dengan program pemerintah dalam pengentasan kebodohan dan program wajib
belajar. Di daerah Kalimantan Timur, tepatnya di Kabupaten Berau ketika sudah jam 08.00
pagi waktu setempat di SD daerah tersebut tak ada satu gurupun yang hadir ditengah murid-
muridnya. Ada seorang penjaga sekolah yang berumur 14 tahun lulusan 2 tahun dari SD
tersebut, dia menjemput seorang guru honorer dari rumah dan guru satu-satunya yang masih
mau aktif mengajar. Sebenarnya ada guru lain disana tapi sering tidak hadir dengan alasan-
alasan yang tidak jelas seperti rapat dinas, cuaca buruk sehingga akses ke sekolah dari kota
menjadi sulit dan macam-macam. Padahal mereka adalah guru PNS yang seharusnya
mengabdi untuk negeri ini. Lain lagi di SDN 12 Guna Baner, Desa Sungai Tekam,
Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau. Sekolah ini berada pada kawasan perbatasan
dengan Sarawak, Malaysia Timur. Fasilitas sekolah sangat minim ditambah lagi tidak ada
penerangan listrik. Rumah dinas tempat tinggal guru juga tidak ada. Guru-guru yang bertugas
di daerah terpencil kebanyakan menumpang di rumah warga. Atas inisiatif warga setempat,
dibangun rumah singgah secara swadaya. SDN 12 terdiri dari enam lokal kelas, dengan
jumlah murid 154 orang. Murid kebanyakan warga sekitar dusun. Dusun terjauh dari SDN itu
berjarak 5 Km. Tenaga pendidik di SDN 12 Guna Baner masih sangat kurang. Saat ini baru
ada empat guru PNS dan dua tenaga honorer yang membantu kelancaran proses belajar dan
mengajar. Sedangkan murid-murid yang sekolah di SDN 12 kebanyakan berjalan tanpa alas
kaki. untuk mencapai sekolah para murid pun harus berangkat jam 05.00 pagi dari rumah
karena akses jalan yang sulit serta jauh. Karena kekurangan guru, Satgas Pengamanan
Perbatasan (Pamtas) Yonif 143/TWEJ bersedia menjadi guru bantu untuk mengajar PPKN
dan olahraga di SDN 12 Guna Baner. Dengan adanya tenaga bantuan pendidik dari Pamtas
tentu membantu tugas guru.
Hal yang serupa terjadi juga di papua Jayapura, Satuan Tugas (Satgas) TNI-AD dari berbagai
kesatuan yang ditugaskan di pos-pos keamanan daerah perbatasan antarnegara dan daerah
terpencil di pedalaman Provinsi Papua, ternyata mempunyai andil besar dalam proses
pencerdasan bangsa melalui pendidikan. Disela-sela tugasnya menjaga keamanan negara,
para prajurit TNI itu juga menjadi guru, dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah
Menengah Pertama (SMP) secara sukarela tanpa upah. kondisi SD dan SMP di pedalaman
pada umumnya masih sangat memrihatinkan, sehingga dapat mempengaruhi mutu lulusan
murid. Kondisi itu adalah kekurangan guru, karena ada SD Kelas I hingga Kelas VI hanya
diajari satu atau dua orang guru, bahkan ada yang kosong, sehingga banyak murid SD yang
lulus masuk SMP, namun kurang bisa membaca, menulis dan berhitung. Di sisi lain, ada
oknum guru yang kabur ke kota-kota besar berbulan-bulan lamanya tanpa alasan yang jelas,
padahal mereka menerima gaji setiap bulannya dengan lancar tanpa menyadari bila
tindakannya itu membohongi masyarakat, terutama murid.
Seperti yang terjadi di kabupaten Yahukimo-papua, disini terdapat 66 sekolah akan tetapi
hanya terdapat 117 orang guru. Itu artinya setiap sekolah hanya mempunyai kurang dari dua
orang guru (suara pembaharuan). Umumnya para guru enggan untuk di tempatkan di daerah
pedalaman karena medan yang berat dan gaji yang sering terlambat. kehidupan yang sulit dan
suhu politik di daerah Pegunungan Tengah Papua yang dinamis membuat banyak guru yang
terlibat dalam kegiatan politik. Mereka tidak mengabdi sebagai guru dengan baik, sehingga
siswa-siswi di daerah pedalaman tidak mendapatkan pendidikan yang baik, ada beberapa
guru yang bahkan ikut kegiatan politik. Sehingga tugas guru sebagai pengajar jadi terabaikan.
Padahal saat melamar menjadi PNS, para guru tersebut dengan semangat sanggup untuk
ditempatkan di daerah terpencil. Setelah mereka diangkat sebagai PNS maka mereka akan
bermain sulap sehingga bisa pindah ke daerah kota. Akibatnya di pedalaman kekurangan
guru lagi, dan tahun berikutnya ada alokasi penerimaan PNS untuk guru (lagi), diterima dan
sulapan (lagi), sehingga guru-guru menumpuk di kota dan di pedalaman tetap saja merana,
sehingga dunia pendidikan di pedalaman harus rajin-rajin bermain sulap.
Faktor lain adalah sarana dan prasarana belajar yang tidak layak serta sedikitnya sekolahan.
Misalnya pada waktu hujan tidak bada proses belajar mengajar karena atap yang bocor
bahkan ada yang hampir roboh karena tertiup angin dan tidak ada buku paket pelajaran untuk
siswa dan yang punya hanya gurunya saja. Sehingga para guru sulit untuk mengajarkan
secara cepat. Di Kalimantan selatan saja, terdapat 2.952 sekolah yang mulai lapuk karena
sejak pertama dibangun belum pernah diperbaiki. Bangunan tersebut rawan terbakar bila
musim panas dan rawan ambruk bila diterpa hujan angin. Dari jumlah sekolah itu terdapat
10.442 ruang kelas yang harus direnovasi, dengan rincian 4.403 rusak berat dan 6.039 rusak
ringan(kompas,27agustus2009).
Keadaan siswa di sekolah pedalaman sangat jauh berbeda dengan siswa di perkotaan. Potret
umum siswa di pedalaman memang sangat memprihatinkan. Umunya mereka hanya
mempunyai satu atau dua buku tulis dengan satu pensil atau pulpen yang disimpan dalam tas
kresek, mereka tidak memaki sepatu tetapi bersandal jepit atau malah kadang bertelanjang
kaki. Seragam pun tidak setiap hari dipakai oleh semua siswa yang datang ke sekolah.
Kadang orang tua memilih menyekolahkan anaknya ke Negara tetangga karena lebih lengkap
fasilitasnya dan akses yang lebih mudah, itupun kalau orang tuanya mampu dan mengerti
akan pentingnya pendidikan untuk masa depan. Adapula orang tua yang tak begitu peduli
dengan pendidikan karena dianggap tidak penting. Faktor-faktor yang menyebabkan
masyarakat pedalaman tak berminat untuk mengenyam pendidikan lebih tinggi adalah dana
yang dibutuhkan sangatlah besar. Mungkin banyak lagi faktor yang tidak ketahui, yang
memang menjadi masalah adalah pemerintah daerahnya sendiri tidak memberi program yang
baik untuk meningkatkan kualitas pendidikan penduduk daerahnya. Hal ini bisa dilihat dari
kucuran anggaran dana daerah untuk program beasiswa sangatlah sedikit, sehingga
masyarakat yang berprestasi tetapi kurang mampu akhirnya terputus sekolahnya.
Kejadian ini pun selalu terulang dari waktu ke waktu, sehingga perkembangan pendidikan di
daerah sangatlah lambat dan memprihatinkan. Situasi ini di salah artikan oleh masyarakat
daerah, mereka menyimpulkan bersekolah itu tidak ada gunanya tidak akan dapat merubah
nasib, yang ada tamat SMA akan kerja juga di hutan mencari makan dari hasil hutan. Maka
dari itu hanya sedikit orang tua yang mau dan peduli dengan pendidikan anaknya. Banyak
dari mereka malah memotifasi anaknya untuk ikut bekerja di hutan untuk mencari uang.
Setelah anaknya tadi bisa mencari uang dan bekerja sendiri, anak itupun di perbolehkan
mencari pasangan hidupnya. Dan terjadi pernikahan dini, hal itu pun menjadi sebuah pola
hidup masyarakat.
Daerah-daerah perbatasan yang pada hakikatnya merupakan daerah terdepan sebagai
pintu gerbang untuk memasuki Indonesia menjadi daerah yang paling terbelakang dalam hal
pendidikan dan kesejahteraan guru begitu pula diaerah-daerah pedalaman. Kenyataan tersebut
tentu saja sangat bertentangan dengan konstitusi karena sesuai dengan pasal 34 UUD 1945,
setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran. Artinya, baik anak-
anak di daerah perkotaan maupun anak-anak di daerah perbatasan dan pedalaman mempunyai
hak yang sama, yaitu sama-sama mendapatkan pendidikan yang berkualitas.
Untuk menjalankan tanggung jawabnya, pemerintah telah mengaturnya ke dalam undang –
undang. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional memberikan definisi tentang pendidikan. Menurut UU ini, pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Jika kita lihat masalah-masalah pendidikan di perbatasan dan di pedalaman meliputi
1. Minimnya guru pengajar
2. Minimnya sarana dan prasarana dalam pembelajaran seperti listrik, perpustakaan, dan
rumah dinas guru
3. Rendahnya kualitas pendidik
4. Mahalnya pendidikan dan rendahnya prestasi siswa
5. Rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan
6. Minimnya tempat sekolah terutama tingkat SMP dan SMA
7. Jarak rumah kesekolah yang jauh
8. Peralatan mengajar yang sederhana
9. Terbatasnya akses sosial, ekonomi, dan politik
Sebagai kesimpulan, untuk mengatasi kondisi tersebut solusi yang dapat dilakukan adalah
dengan
1. Memberikan seluas-luasnya kepada masyarakat kesempatan pendidikan dengan
membangun gedung-gedung sekolah, penambahan dan pemerataan tenaga pengajar, serta
meningkatkan penambahan gaji guru dipedalaman. Selain itu, pemerintah harus membangun
jalan dan menyediakan listrik untuk mendukung proses berjalannya pendidikan.
2. Penyuluhan terhadap masyarakat tentang arti pentingnya peran pendidikan.
3. Tidak lupa juga untuk membangun kesehatan di diri masing-masing individu, karena
kesehatan hubungannya sangat erat dalam mewujudkan pendidikan yang tidak bisa
dilepaskan.
4. Memberikan penyuluhan kepada para pendidik terhadap pengembangan kurikulum untuk
meningkatkan kualitas guru.
5. Peran pemrintah sangat penting dalam pengadaan beasiswa bagi siswa kurang mampu
agar bisa terwujudnya pendidikan yang merata disemua kalangan.
6. perlunya pembangunan seperti toko alat tulis, buku, serta seragam dan perpustakaan di
sekitar sekolah agar siswa dapat menambah pengetahuan dengan baca buku dan kebutuhan
siswa untuk sekolah terpenuhi tanpa harus pergi ke kota hanya demi beli pulpen atau alat tulis
lainya yang jauh dari tempat tinggalnya sehingga proses pembelajaranya bisa lancar.
7. mengatasi rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas
dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan.
8. Perlu lebih banyak pembangunan taman kanak-kanak atau PAUD didaerah pedalaman dan
perbatasan serta penambahan pendidik agar siswa yang baru masuk SD sudah bisa mengenal
huruf atau angka sehingga siswa nanti tidak mengalami kesulitan dalam baca tulis. Dengan
seperti itu tidak ada lagi yang namanya siswa di SMP belum bisa baca tulis.
9. pengadaan sistem pembelajaran e-learning yaitu proses pembelajaran dengan sisitem IT
yang dapat berupa pendidikan jarak jauh yang menyelenggarakan layanan pendidikan tertulis,
radio, audio, video, TV. Tentu sistem ini tidak akan berjalan jika infrastruktur yang
mendukung belum ada seperti listrik dan sebagainya.
Kesimpulan
Pendidikan sangat penting karena kemajuan negara itu di ukur dari pendidikan warga
negaranya. Untuk itu pemerintah harus bisa adil terhadap pendidikan bujan hanya di kota saja
tapi daerah pedalaman dan perbatasan harus juga di utamakan. Kebanyakan masalah masalah
pendidikan di pedalaman dan perbatasan adalah masalah lama yaitu kurangnya tenaga
pendidik, rendahnya kualitas tenaga pendidik, sarana dan prasarana yang tidak memadai,
mahalnya pendidikan,kesadaran masyarakat akan pendidikan, dan akses sosial, ekonomi,
politik yang sulit.
Kita tidak juga harus selalu menyalahkan pemerintah, karena ini juga tugas kita sebagai
generasi bangsa untuk ikut mencerdaskan bangsa seperti yang tercantum pada pembukaan
UUD 1945. Ada beberapa solusi yang mungkin bisa diterapkan dari permasalahan tersebut.
Yaitu dengan penambahan guru yang berkualitas serta mau di tugaskan dipedalaman maupun
perbatasan serta mengutakan kesejahteraan bagi guru. Harus ada sarana sekolah seperti
perustakaan untuk menunjang pembelajaran. sekolah-sekolah yang rusak harus di renovasi
serta pembangunan sekolah setiap desa maupun dusun agar para siswa tidak perlu bersekolah
jauh-jauh ke tetangga desa. Pembangunan jalanan yang layak karena jalan adalah faktor
utama penunjang pembangunan daerah. Kemudian mengadakan penyuluhan kepada
masyarakat agar masyarakat sadar bahwa pendidikan itu penting, karena untuk melamar kerja
di jaman sekarang yang dilihat terlebih dahulu adalah pendidikanya.
Pendidikan memberikan semua orang sebuah kesempatan untuk hidup lebih baik dan
memberikan jalan untuk melakukan perubahan. Investasi dalam hal pendidikan sangat tidak
ternilai, mencari pendidikan adalah mencari ilmu, mencari jalan menuju kehidupan yang
lebih baik, jadi untuk kita semua jangan pernah menyepelkan arti pendidikan, karena itu
sebagaian nilai yang tidak tergantikan dengan nominal seberapapun.
Saran
perlu ditingkatkannya kualitas dari guru. Definisi kualitas adalah kualitas pendidikan guru, kualitas (dan kuantitas) pendapatan guru, dan tentu saja kualitas pengabdian guru. Tanpa sebuah gedung murid tetap dapat dididik oleh seorang guru. Tapi tanpa seorang guru, sebuah gedung yang sangat megah pun tidak bisa menjadi tempat pendidikan.
Daftar pustaka
http://edukasi.kompasiana.com/2013/12/02/duka-pendidikan-wilayah-pedalaman-
615813.html
http://www.antarakaltim.com/berita/14439/pendidikan-di-pedalaman-perlu-perhatian-khusus
http://pendakigunung.wordpress.com/2009/08/02/cerita-pendidikan-dari-daerah-pedalaman-
kalimantan/
http://safriatafsirhadits.wordpress.com/2012/12/15/cerita-pendidikan-dari-daerah-pedalaman-
kalimantan/
http://kabarperbatasan.com/patroli/patroli/1096-potret-sekolah-perbatasan-kalbar-empat-guru-
untuk-154-murid-
https://www.causes.com/causes/611836-peduli-pendidikan-nasional-kita/updates/474461-tni-jadi-
guru-di-pedalaman-papua http://bintangpapua.com/index.php/lain-lain/papua/kab-supiori/item/
12660-kurang-guru-pendidikan-di-pedalaman-tidak-berjalan-baik
https://stanislausr.wordpress.com/2014/04/14/sandiwara-pendidikan-di-pedalaman/
http://fitrianiibjasmansev.blogspot.com/2012/01/kondisi-pendidikan-sekolah-di-pedalaman.html
http://wandrionorusmin.wordpress.com/2013/06/21/pandangan-masyarakat-pedalaman-tentang-
pendidikan/
http://www.siperubahan.com/read/884/Mencerdaskan-Anak-Bangsa
http://sciencebooth.com/2013/05/18/faktor-yang-mempengaruhi-proses-pendidikan-di-daerah-
terpencil/
http://edukasi.kompasiana.com/2014/04/04/pemenuhan-pendidikan-di-daerah-terdepan-terpencil-
dan-tertinggal-644470.html
http://blog.umy.ac.id/eidelweisschy/speeches/pendidikan-di-daerah-terpencil/
http://nobertamebang.blogspot.com/2014/01/melihat-suku-dayak-di-pedalaman.html