RUMAH SEHAT

24
RUMAH SEHAT 2.1 Pengertian Rumah Sehat Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Menurut WHO rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu. Perumahan sehat merupakan konsep dari perumahan sebagai faktor yang dapat meningkatkan standar kesehatan penghuninya. Konsep tersebut melibatkan pendekatan sosiologis dan teknis pengelolaan faktor risiko dan berorientasi pada lokasi, bangunan, kualifikasi, adaptasi, manajemen, penggunaan dan pemeliharaan rumah di lingkungan sekitarnya. Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya. Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungna yang memungkinkan lingkungan pemukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara produktif. Oleh karena itu keberadaan perumahan yang sehat, aman, serasi, teratur sangat diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik. Jadi sanitasi perumahan adalah menciptakan keadaan lingkungan perumahan yang baik atau bersih untuk kesehatan. 2.2 Syarat-Syarat Rumah Sehat Persyaratan kesehatan perumahan adalah ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni dan masyarakat yang bermukim di perumahan dan masyarakat sekitar dari bahaya atau gangguan kesehatan. Persyaratan kesehatan perumahan yang meliputi persyaratan lingkungan perumahan dan pemukiman serta persyaratan rumah itu sendiri, sangat diperlukan karena pembangunan perumahan berpengaruh

description

word

Transcript of RUMAH SEHAT

Page 1: RUMAH SEHAT

RUMAH SEHAT

2.1     Pengertian Rumah Sehat

Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan

terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia.

Menurut WHO rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung,

dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik

untuk kesehatan keluarga dan individu.

Perumahan sehat merupakan konsep dari perumahan sebagai faktor yang dapat

meningkatkan standar kesehatan penghuninya. Konsep tersebut melibatkan pendekatan

sosiologis dan teknis pengelolaan faktor risiko dan berorientasi pada lokasi, bangunan,

kualifikasi, adaptasi, manajemen, penggunaan dan pemeliharaan rumah di lingkungan

sekitarnya.

Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan

dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya. Prasarana lingkungan adalah

kelengkapan dasar fisik lingkungna yang memungkinkan lingkungan pemukiman dapat

berfungsi sebagaimana mestinya.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan tempat

berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang menumbuhkan

kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat

bekerja secara produktif. Oleh karena itu keberadaan perumahan yang sehat, aman, serasi,

teratur sangat diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik.

Jadi sanitasi perumahan adalah menciptakan keadaan lingkungan perumahan yang baik

atau bersih untuk kesehatan.

2.2     Syarat-Syarat Rumah Sehat

Persyaratan kesehatan perumahan adalah ketentuan teknis kesehatan yang wajib

dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni dan masyarakat yang bermukim di perumahan

dan masyarakat sekitar dari bahaya atau gangguan kesehatan. Persyaratan kesehatan

perumahan yang meliputi persyaratan lingkungan perumahan dan pemukiman serta

persyaratan rumah itu sendiri, sangat diperlukan karena pembangunan perumahan

berpengaruh sangat besar terhadap peningkatan derajat kesehatan individu, keluarga dan

masyrakat.

Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menurut keputusan

Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 829/Menkes/SK/VII/1999 meliputi parameter sebagai

berikut:

1.        Lokasi

a.    Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar, tanah

longsor, gelombang tsunami, daerah gempa dan sebagainya.

b.    Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah atau bekas

tambang

Page 2: RUMAH SEHAT

c.    Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti jalur pendaratan

penerbangan.

2.        Kualitas Udara

Kualitas udara di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas beradun dan

memenuhi syarat baik mutu lingkungan sebagai berikut:

a.    Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi

b.    Debu dengan diameter kurang dari 10 g maksimum 150 g/m3

c.    Gas SO2 maksimum 0,10 ppm

d.   Debu maksimum 350 mm3/m2 per hari

3.        Kebisingan dan Getaran

a.    Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A

b.    Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik

4.        Kualitas Tanah di Daerah Perumahan dan Pemukiman

a.    Kandungan timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg

b.    Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg

c.    Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg

d.   Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1mg/kg

5.        Prasarana dan Sarana Lingkungan

a.    Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan konstruksi yang aman

dari kecelakaan.

b.    Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit

c.    Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak mengganggu

kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki dan penyandang cacat,

jembatan harus memiliki pagar pengaman, lampu penerangan jalan tidak menyilaukan mata.

d.   Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas yang memenuhi persyaratan

kesehatan

e.    Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi syarat kesehatan

f.     Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat kerja, tempat

hiburan, tempat pendidikan, kesenian dan lain sebagainya.

g.    Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya

h.    Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi kontaminasi makanan

yang dapat menimbulkan keracunan.

6.        Vektor Penyakit

a.    Indeks lalat harus memenuhi syarat

Page 3: RUMAH SEHAT

b.    Indeks jentik nyamuk dibawah 5%

7.        Penghijauan

Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan pelindung dan juga

berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam.

Secara umum rumah dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut

(PPM & PL, 2002) :

1.        Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang

cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.

2.        Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup, komunikasi yang sehat

antar anggota keluarga dan penghuni rumah.

3.        Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan

penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan

tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya

makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang

cukup.

4.        Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan

luar maupun dalam rumah, antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang

tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh

tergelincir.

Rumah yang sehat harus dapat mencegah dan mengurangi resiko kecelakaan seperti

terjatuh, keracunan dan kebakaran (APHA). Beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam

kaitan dengan hal tersebut antara lain :

1.        Membuat konstruksi rumah yang kokoh dan kuat

2.        Bahan rumah terbuat dari bahan tahan api

3.        Pertukaran udara dalam rumah baik sehingga terhindar dari bahaya racun dan gas

4.        Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin sehingga bahaya jatuh dan kecelakaan mekanis

dapat terhindari.

2.2.1 Parameter Penilaian Rumah Sehat

Lingkup penilaian rumah sehat dilakukan terhadap kelompok komponen rumah, sarana

sanitasi dan perilaku penghuni, sebagai berikut :

1.      Kelompok komponen rumah, meliputi :

a.       Langit-langit

b.      Dinding

c.       Lantai

d.      Jendela kamar tidur

e.       Jendela ruang keluarga dan ruang tamu

f.       Ventilasi

g.      Sarana pembuangan asap dapur

Page 4: RUMAH SEHAT

h.      Pencahayaan

2.      Kelompok sarana sanitasi, meliputi :

a.       Sarana Air Bersih

b.      Sarana Pembuangan Kotoran

c.       Sarana Pembuangan Air Limbah

d.      Sarana Pembuangan Sampah

3.      Kelompok Perilaku Penghuni

a.       Membuka jendela kamar tidur

b.      Membuka jendela ruang keluarga

c.       Membersihkan rumah dan halaman

d.      Membuang tinja bayi dan balita ke jamban

e.       Membuang sampah pada tempat sampah

2.2.2 Cara Penilaian Rumah Sehat

1.    Penilaian rumah

Penilaian rumah perlu ditentukan nilai minimum yang memenuhi kriteria sehat dan bobot

pada kelompok komponen rumah, sarana sanitasi dan perilaku penghuni.

Nilai minimum yang memenuhi kriteria sehat pada masing-masing parameter adalah sebagai

berikut :

a.         Nilai minimum dari kelompok komponen rumah adalah :

1)        Langit-langit                                  =   2

2)        Dinding                                         =   2

3)        Lantai                                            =   2

4)        Jendela kamar tidur                       =   1

5)        Jendela ruang keluarga                  =   1

6)        Ventilasi                                        =   1

7)        Sarana pembuangan asap dapur    =   2

8)        Pencahayaan                                  =   2

b.        Nilai minimum dari kelompok sarana sanitasi adalah :

1)      Sarana air bersih ( SGL/SPT/PP/KU/PAH)     =   3

2)      Jamban ( sarana pembuangan kotoran )           =   2

3)      Sarana pembuangan air limbah ( SPAL )         =   2

4)      Sarana pembuangan sampah                            =   2

c.         Perilaku

Untuk perilaku tetap dikenakan nilai maksimum karena perilaku sangat berperan untuk

mencapai rumah sehat.

2.    Pemberian Nilai

a.       Komponen rumah

1)        Langit-langit

0      =   Tidak ada

Page 5: RUMAH SEHAT

1      =   Ada, kotor dan rawan kecelakaan

2      =   Ada, bersih dan tidak rawan kecelakaan

2)        Dinding

1      = Bukan tembok ( terbuat dari anyaman bambu atau ilalang )

2      =   Semi permanen/setengah tembok/pasangan bata atau batu yang  tidak kedap air

3      =   Permanen ( tembok, pasangan batu bata atau batu yang diplester), papan kedap air.

3)        Lantai

0      =   Tanah

1      =   Papan/anyaman bambu yang dekat dengan tanah/plesteran yang retak/ berdebu

2      =   Diplester/ubin/keramik/papan/rumah panggung

4)        Jendela kamar tidur

0      =   Tidak ada

1      =   Ada

5)        Jendela ruang keluarga

0      =   Tidak ada

1      =   Ada

6)        Ventilasi

0      =   Tidak ada

1      =   Ada, tetapi luasnya < 10% luas lantai

2      =   Ada, luas ventilasi ≥ 10% luas lantai

7)        Sarana pembuangan asap dapur

0      =   Tidak ada

1      =   Ada, luas tabung ventilasi/asap dapur ≤ 10% dari luas lantai dapur

2      =   Ada, dengan lubang ventilasi ≥ 10% luas lantai dapur ( asap keluar dengan sempurna

atau ada exhaust fan atau ada peralatan lain yang sejenis )

8)        Pencahayaan

0      =   Tidak terang, tidak bisa dipergunakan untuk membaca

1      =   Kurang terang, sehingga kurang jelas untuk membaca normal

2      =   Terang dan tidak silau sehingga dapa dipergunakan untuk membaca dengan normal

b.      Sarana Sanitasi

1)        Sarana Air Bersih ( SGL/SPT/PP/KU )

0   =   Tidak ada

1   = Ada, bukan milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan

2   =   Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan

3   = Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan

4   =   Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan

Page 6: RUMAH SEHAT

2)        Jamban ( Sarana Pembuangan Kotoran )

0   =   Tidak ada

1   =   Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup, disalurkan ke sungai/kolam

2   =   Ada, bukan leher angsa ada tutup ( leher angsa ), disalurkan ke sungai/kolam

3   =   Ada, bukan leher angsa ada tutup, septic tank

4   = Ada, leher angsa, septic tank

3)        Sarana Pembuangan Air Limbah ( SPAL )

0   =   Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur di halaman rumah

1   =   Ada, diresapkan mencemati sumber air ( jarak dengan sumber air  < 10 m)

2   =   Ada, dialirkan ke selokan terbuka

3   = Ada, diresapkan dan tidak mencemari sumber air ( jarak dengan sumber air ≥ 10 m)

4   = Ada, dialirkan ke selokan tertutup ( saluran kota ) untuk diolah lebih lanjut

4)        Sarana Pembuangan Sampah ( Tempat Sampah)

0   = Tidak ada

1   = Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak ada tutup

2   = Ada, kedap air dan tidak tertutup

3   = Ada, kedap air dan bertutup

c.       Perilaku Penghuni

1)        Membuka jendela kamar tidur

0   =   Tidak pernah dibuka

1   =   Kadang-kadang

2   =   Setiap hari dibuka

2)        Membuka jendela ruang keluarga

0   =   Tidak pernah dibuka

1   =   Kadang-kadang

2   =   Setiap hari dibuka

3)        Membersihkan rumah dan halaman

0      =   Tidak pernah

1   =   Kadang-kadang

2      =   Setiap hari

4)        Membuang tinja bayi dan balita ke jamban

0   =   Dibuang ke sungai / kebun / kolam sembarangan

1   =   Kadang-kadang dibuang ke jamban

2   =   Setiap hari di buang ke jamban

5)        Membuang sampah pada tempat sampah

0   =   Dibuang ke sungai / kebun / kolam sembarangan

1   =   Kadang-kadang dibuang ke jamban

2   =   Setiap hari di buang ke jamban

Page 7: RUMAH SEHAT

Untuk penjelasan selanjutnya dapat kami uraikan sebagai berikut:

Hasil Penilaian Rumah = Nilai x Bobot

                                                                                                    

Hasil penilaian rumah didapat :

1.      Rumah Sehat                   =   1068 – 1200

2.      Rumah Tidak Sehat         =   < 1068

3.      Pembobotan

Pembobotan terhadap kelompok rumah, kelompok sarana sanitasi dan kelompok perilaku

penghuni berdasarkan teori Bloom, dimana diinterpretasikan terhadap :

a.       Lingkungan                               =   45%

b.      Perilaku                                      =   35%

c.       Pelayanan Kesehatan                 = 15%

d.      Keturunan                                  = 5%

Dalam hal rumah sehat prosentase Pelayanan Kesehatan dan Keturunan diabaikan, sedangkan

untuk penilaian Lingkungan dan Perilaku dapat dijelaskan sebagai berikut.

Pemberian bobot penilaian rumah diberikan pada masing-masing indikator :

a.       Bobot komponen rumah       =  31 (25/80 x 100% = 31,25)

b.      Bobot Sarana Sanitasi           =  25 (20/80 x 100% = 25)

c.       Bobot Perilaku Penghuni      =  44 (35/80 x 100% = 43,75)

2.3     Komponen Rumah Sehat

Komponen rumah sehat meliputi:

1.        Langit-langit

Di bawah kerangka atap atau kuda-kuda biasanya dipasang penutup yang disebut langit-langit

yang tujuannya antara lain

a.       untuk menutup seluruh konstruksi atap dan kuda-kuda penyangga, agar tidak terlihat dari

bawah, sehingga ruangan terlihat rapi dan bersih

b.      untuk menahan debu yang jatuh dan kotoran yang lain juga menahan tetesan air hujan yang

menembus melalui celah-celah atap

c.       untuk membuat ruangan antara yang berguna sebagai penyekat sehingga panas atas tidak

mudah menjalar kedalam ruangan dibawahnya.

Adapun persyaratan untuk langit-langit yang baik adalah :

a.       langit-langit harus dapat menahan debu dan kotoran lain yang jatuh dari atap,

b.      langit-langit harus menutup rata kerangka atap kuda-kuda penyangga dengan konstruksi

bebas tikus

c.       tinggi langit-langit sekurang-kurangnya 2,40 dari permukaan lantai kecuali,

d.      dalam hal langit-langit/kasau-kasaunya miring sekurang-kurangnya mempunyai tinggi rumah

2,40 m dan tinggi ruang selebihnya pada titik terendah titik kurang dari 1,75 m, dan

e.       ruang cuci dan ruang kamar mandi diperbolehkan sekurang-kurangnya sampai 2,40 m.

Page 8: RUMAH SEHAT

2.        Dinding

Adapun syarat-syarat untuk dinding antara lain :

a.       Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat sendiri, beban tekanan angin dan bila

sebagai dinding pemikul harus pula dapat memikul beban diatasnya,

b.      Dinding harus terpisah dari pondasi oleh suatu lapisan air rapat air sekurang-kurangnya 15

cm dibawah permukaan tanah sampai 20 cm di atas lantai bangunan, agar air tanah tidak

dapat meresap naik keatas, sehingga dinding tembok terhindar dari basah dan lembab dan

tampak bersih tidak berlumut, dan

c.       Lubang jendela dan pintu pada dinding, bila lebarnya kurang dari 1 m dapat diberi susunan

batu tersusun tegak di atas batu, batu tersusun tegak di atas lubang harus di pasang balok

lantai dari beton bertulang atau kayu awet.

Untuk memperkuat berdirinya tembok ½ bata digunakan rangka pengkaku yang terdiri dari

plester-plester atau balok beton bertulang setiap luas 12 meter.

3.        Lantai

Lantai harus cukup kuat untuk menahan beban diatasnya. Bahan untuk lantai biasanya

digunakan ubin, kayu plesteran, atau bambu dengan syarat-syarat tidak licin, stabil tidak

lentur waktu diinjak, tidak mudah aus, permukaan lantai harus rata dan mudah dibersihkan.

Macam-macam lantai :

a.       Lantai tanah stabilitas.

Lantai tanah stabilitas terdiri dari tanah, pasir, semen, dan kapur. Contoh : tanah tercampur

kapur dan semen. Untuk mencegah masuknya air kedalam rumah sebaiknya lantai dinaikkan

20 cm dari permukaan tanah

b.      Lantai papan

Pada umumnya lantai papan dipakai di daerah basah/rawa. Yang perlu diperhatikan dalam

pemasangan lantai adalah :

1)      Sekurang-kurangnya 60 cm di atas tanah dan ruang bawah tanah harus ada aliran tanah yang

baik.

2)      Lantai harus disusun dengan rapid an rapat satu sama lain, sehingga tidak ada lubang-lubang

ataupun lekukan dimana debu bisa bertepuk. Lebih baik jika lantai seperti ini dilapisi dengan

perlak atau kampal plastik ini juga berfungsi sebagai penahan kelembaban yang naik dari di

kolong rumah.

3)      Untuk kayu-kayu yang tertanam dalam air harus yang tahan air dan rayap serta untuk

konstruksi di atasnya agar lantai kayu yang telah dikeringkan dan diawetkan.

c.       Lantai ubin

Lantai ubin adalah lantai yang terbanyak digunakan pada bangunan perumahan karena lantai

ubin murah/tahan lama, dapat mudah dibersihkan dan tidak dapat mudah dirusak rayap.

4.        Jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga dan ruang tamu

Page 9: RUMAH SEHAT

Jendela dibuka pada siang hari agar cahaya matahari dapat masuk dan udara dapat berputar

sehingga akan memperkecil resiko penularan penyakit infeksi. Untuk memperoleh jumlah

cahaya matahari pada pagi hari secara optimal sebaiknya jendela kamar tidur menghadap ke

timur. Luas jendela yang baik paling sedikit mempunyai luas 10-20% dari luas lantai.

Apabila luas jendela melebihi 20% dapat menimbulkan kesilauan dan panas, sedangkan

sebaliknya kalau terlalu kecil dapat menimbulkan suasana gelap dan pengap. 

Dalam ruang kediaman, sekurang-kurangnya terdapat satu atau lebih banyak jendela/lubang

yang langsung berhubungan dengan udara dan bebas dari rintangan-rintangan, jumlah luas

bersih jendela/lubang itu harus sekurang-kurangya sama 1/10 dari luas lantai ruangan, dan

setengah dari jumlah luas jendela/lubang itu harus dapat dibuka. Jendela/lubang angin itu

harus meluas kearah atas sampai setinggi minimal 1,95 di atas permukaan lantai. Diberi

lubang hawa atau saluran angin pada ban atau dekat permukaan langit-langit ( ceiling ) yang

luas bersihnya sekurang-kurangnya 5% dari luas lantai yang bersangkutan. Pemberian lubang

hawa/saluran angin dekat dengan langit-langit beguna sekali untuk mengeluarkan udara panas

dibagian atas dalam ruangan.

Ketentuan luas jendela/lubang angin tersebut hanya sebagai pedoman yang umum dan untuk

daerah tertentu hanya sebagai pedoman yang umum dan untuk daerah tertentu, harus

disesuaikan dengan keadaan iklim daerah tersebut. Untuk daerah pegunungan yang berhawa

dingin dan banyak angin, maka luas jendela/lubang angin dapat dikurangi sampai dengan

1/20 dari luas ruangan. Sedangkan untuk daerah pantai laut dan daerah rendah yang berhawa

panas dan basah, maka jumlah luas bersih jendela, lubang angin harus diperbesar dan dapat

mencapai 1/5 dari luas lantai ruangan.

5.        Ventilasi

Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar kedalam suatu ruangan dan pengeluaran

udara kotoran suatu ruangan tertutup baik alamiah maupun secara buatan. Ventilasi harus

lancar diperlukan untuk menghindari pengaruh buruk yang dapat merugikan kesehatan

manusia pada suatu ruangan kediaman yang tertutup atau kurang ventilasi.

Pengaruh-pengaruh buruk itu adalah ( Sanropie, 1989 ) :

a.       Berkurangnya kadar oksigen diudara dalam ruangan kediaman,

b.      Bertambahnya kadar asam karbon ( CO2 ) dari pernafasan manusia,

c.       Bau pengap yang dikeluarkan oleh kulit, pakaian dan mulut manusia

d.      Suhu udara dalam ruang ketajaman naik karena panas yang dikeluarkan oleh badan manusia

dan

e.       Kelembaban udara dalam ruang kediaman bertambah karena penguapan air dan kulit

pernafasan manusia.

Dengan adanya ventilasi silang ( cross ventilation ) akan terjamin adanya gerak udara yang

lancar dalam ruang kediaman. Caranya ialah dengan memasukkan kedalam ruangan udara

yang bersih dan segar melalui jendela atau lubang angin di dinding, sedangkan udara kotor

dikeluarkan melalui jendela/lubang angin di dinding yang berhadapan. Tetapi gerak udara ini

harus dijaga jangan sampai terlalu besar dan keras karena gerak angina atau udara angin yang

Page 10: RUMAH SEHAT

berlebihan meniup badan seseorang, akan mengakibatkan penurunan suhu badan secara

mendadak dan menyebabkan jaringan selaput lendir kan berkurang sehingga mengurangi

daya tahan pada jaringan dan memberikan kesempatan kepada bakteri-bakteri penyakit

berkembang biak, dan selanjutnya menyebabkan gangguan kesehatan, yang antara lain :

masuk angin, pilek atau kompilasi radang saluran pernafasan. Gejala ini terutama terjadi pada

orang yang peka terhadap udara dingin. Untuk menghindari akibat buruk ini, maka jendela

atau lubang ventilasi jangan terlalu besar/banyak, tetapi jangan pula terlalu sedikit.

Jika ventilasi alamiah untuk pertukaran udara dalam ruangan kurang memenuhi syarat,

sehingga udara dalam ruangankyrang memenuhi syarat, sehingga udara dalam ruangan akan

berbau pengap, maka diperlukan suatu sistem pembaharuan mekanis. Untuk memperbaiki

keadaan ruang dalam ruangan, system mekanis ini harus bekerja terus menerus selama

ruangan yang dimaksud digunakan. Alat mekanis yang biasa digunakan/dipakai untuk sistem

pembaharuan udara mekanis adalah kipas angin ( ventilating, fan atau exhauster ), atau air

conditioning.  

6.         Sarana pembuangan asap dapur

Harus memiliki tempat pembuangan asap dapur seperti cerobong asap atau terdapat ventilasi

yang sesuai untuk penyaluran asap pada saat memasak di dapur.

7.        Pencahayaan

Sanropie ( 1989 ) menyatakan bahwa cahaya yang cukup kuat untuk penerangan di dalam

rumah merupakan kebutuhan manusia. Penerangan ini dapat diperoleh dengan pengaturan

cahay buatan dan cahaya alam.

a.       Pencahayaan alamiah

Pencahayaan alamiah diperoleh dengan masuknya sinar matahari ke dalam ruanagn melalui

jendela celah-celah atau bagian ruangan yang terbuka. Sinar sebaiknya tidak terhalang oleh

bangunan, pohon-pohon maupun tembok pagar yang tinggi. Kebutuhan standar cahaya lami

yang memenuhi syarat kesehatan untuk kamar keluarga dan kamar tidur menurut WHO 60-

120 Lux. Suatu cara untuk menilai baik tau tidaknya penerangan alam yang terdapat dalam

rumah, adalah sebagai berikut :

1)      baik, bila jelas membaca koran dengan huruf kecil;

2)      cukup, bila samar-samar bila membac huruf kecil ;

3)      kurang, bila hanya huruf besar yang terbaca dan

4)      buruk, bila sukar membaca huruf besar.

Pemenuhan kebutuhan cahaya untuk penerangan alamiah sangat ditentukan oleh letak dan

lebar jendela.

b.      Pencahayaan buatan

Untuk penerangan pada rumah tinggal dapat diatur dengan memilih sistem penerangan

dengan suatu pertimbangan hendaknya penerangan tersebut dapat menumbuhkan suasana

rumah yang lebih menyenangkan. Lampu Flouresen ( neon ) sebagai sumber cahaya dapat

memenuhi kebutuhan penerangan karena pada kuat penerangan yang relative rendah mampu

Page 11: RUMAH SEHAT

menghasilkan cahaya yang bila dibandingkan dengan penggunaan lampu pijar. Bila ingin

menggunakan lampu pijar sebaiknya dipilih yang warna putih dengan dikombinasikan

beberapa lampu neon.

Untuk penerangan malam hari dala ruangan terutama untuk ruang baca dan ruang kerja,

penerangan minimum adalah 150 Lux sama dengan 10 watt lampu TL, atau 40 watt dengan

lampu pijar.

2.4     Sarana Sanitasi Rumah

Menurut laporan MDGs tahun 2007 terdapat beberapa kendala yangmenyebabkan

masih tingginya jumlah orang yang belum terlayani fasilitas air bersih dan sanitasi dasar. Di

antaranya adalah cakupan pembangunan yang sangat besar, sebaran penduduk yang tak

merata dan beragamnya wilayah Indonesia, keterbatasan sumber pendanaan. Pemerintah

selama ini belum menempatkan perbaikan fasilitas sanitasi sebagai prioritas dalam

pembangunan. Faktor lain yang juga menjadi kendala adalah kualitas dan kuantitas sumber

air baku sendiri terus menurun akibat perubahan tata guna lahan (termasuk hutan) yang

mengganggu sistem siklus air. Selain itu, meningkatnya kepadatan dan jumlah penduduk di

perkotaan akibat urbanisasi.

Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat dapat

menjadi faktor resiko terhadap penyakit diare dan kecacingan. Diare merupakan penyebab

kematian nomor 4 sedangkan kecacingan dapat mengakibatkan produktifitas kerja dan dapat

menurunkan kecerdasan anak sekolah, disamping itu masih tingginya penyakit yang dibawa

vektor seperti DBD, malaria, pes, dan filariasis .

1.        Sarana Air Bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya

memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air

yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :

a.         Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna

b.         Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan (maks 500

mg/l)

c.         Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air)

2.        Jamban dan Pembuangan Tinja

Angka kesakitan penyakit diare di Indonesia masih tinggi. Salah satu penyebab

tingginya angka kejadian diare adalah rendahnya cakupan penduduk yang memanfaatkan

sarana air bersih dan jamban serta PHBS yang belum memadai. Menurut data dari 200.000

anak balita yang meninggal karena diare setiap tahun di Asia, separuh di antaranya adalah di

Indonesia.

Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat antara lain sebagai

berikut :

Page 12: RUMAH SEHAT

a.         Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi

b.         Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air atau

sumur, jarak jamban > 10 m dari sumur dan bila membuat lubang jamban jangan sampai

dalam lubang tersebut mencapai sumber air.

c.         Tidak boleh terkontaminasi air permukaan

d.        Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain. Kotoran manusia yang dibuang harus

tertutup rapat.

e.         Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar atau bila memang benarbenar diperlukan, harus

dibatasi seminimal mungkin.

f.          Jamban harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang.

g.         Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.

Ada 4 cara pembuangan tinja yaitu:

a.         Pembuangan tinja di atas tanah, pada cara ini tinja dibuang begitu saja di atas permuakaan

tanah, halaman rumah, di kebun, di tepi sungai dan sebagainya. Cara demikian tentu sama

sekali tidak dianjurkan, karena dapat mengganggu kesehatan.

b.         Kakus lubang gali (pit pravy),  cara ini merupakan salah satu yang paling mendekati

persyaratan yang harus dipenuhi. Tinja dikumpulkan di dalam tanah dan lubang di bawah

tanah, umumnya langsung terletak di bawah ± 90 cm = kedalaman sekitar 2,5 m. Dinidngnya

diperkuat dengan batu, dapat ditembok ataupun tidak, macam kakus ini hanya baik digunakan

di tempat di mana air tanah letaknya dalam.

c.          Kakus air (aqua privy), cara ini hampir mirip dengan kakus lubang gali, hanya lubang kakus

dibuat dari tangki yang kedap air yang berisi air, terletak langsung di bawah tempat jongkok.

Cara kerjanya merupakan peralihan antara lubang kakus dengan septic tank. Fungsi dari tank

adalah untuk menerima, menyimpan, mencernakan tinja serta melindunginya dari lalat dan

serangga lainnya. Bentuk bulat, bujur sangkar atau empat persegi panjang diletakkan vertikal

dengan diameter antara 90 – 120 cm.

d.        Septic Tank, merupakan cara yang paling memuaskan dan dianjurkan diantara pembuangan

tinja dan dari buangan rumah tangga. Terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air dimana

tinja dan air ruangan masuk dan mengalami proses dekomposisi. Di dalam tangki, tinja akan

berada selama 1-3 minggu tergantung kapasitas tangki.

 Pembuangan tinja yang buruk sekali berhubungan dengan kurangnya penyediaan air

bersih dan fasilitas kesehatan lainnya. Kondisi-kondisi demikian ini akan berakibat terhadap

serta mempersukar penilaian peranan masing-masing komponen dalam transmisi penyakit

namun sudah diketahui bahwa terhadap hubungan antara tinja dengan status kesehatan.

Hubungan keduanya dapat bersifat langsung ataupun tak langsung. Efek langsung misalnya

dapat mengurangi insiden penyakit tertentu yang dapat ditularkan karena kontaminasi dengan

tinja, misalnya thypus abdominalis, kolera dan lain-lain, sedanngkan hubungan tak langsung

dari pembuangan tinja ini bermacam-macam, tetapi umumnya berkaitan dengan komponen-

komponen lain dalam sanitasi lingkungan.   

3.        Sarana Pembuangan Air Limbah

Page 13: RUMAH SEHAT

Buruknya kualitas sanitasi juga tercermin dari rendahnya persentase penduduk yang

terkoneksi dengan sistem pembuangan limbah (sewerag system). Pegolahan air limbah

dimaksudkan untuk melindungi lingkungan hidup terhadap pencemaran air limbah tersebut.

Secara ilmiah sebenarnya lingkungan mempunyai daya dukung yang cukup besar terhadap

gangguan yang timbul karena pencemaraan air limbah tersebut. Namun demikian, alam

tersebut mempunyai kemampuan yang terbatas dalam daya dukungnya, sehingga air limbah

perlu dibuang.

Beberapa cara sederhana pengolahan air buangan antara lain sebagai berikut:

a.         Pengenceran

Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah, kemudian baru

dibuang ke badan-badan air. Tetapi, dengan makin bertambahnya penduduk, yang berarti

makin meningkatnya kegiatan manusia, maka jumlah air limbah yang harus dibuang terlalu

banyak, dan diperluka air pengenceran terlalu banyak pula, maka cara ini tidak dapat

dipertahankan lagi. Disamping itu, cara ini menimbulkan kerugian lain, diantaranya : bahaya

kontaminasi terhadap badan-badan air masih tetap ada, pengendapan yang akhirnya

menimbulkan pendangkalan terhadap badan-badan air, seperti selokan, sungai, danau, dan

sebagainya. Selanjutnnya dapat menimbulkan banjir.

b.         Kolam Oksidasi

Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar matahari, ganggang (algae),

bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air limbah dialirkan kedalam kolam

berbentuk segi empat dengan kedalaman antara 1-2 meter. Dinding dan dasar kolam tidak

perlu diberi lapisan apapun. Lokasi kolam harus jauh dari daerah pemukiman, dan didaerah

yang terbuka, sehingga memungkinkan memungkinkan sirkulasi angin dengan baik.

c.         Irigasi

Air limbah dialirkan ke parit-parit terbuka yang digali, dan air akan merembes masuk

kedalam tanah melalui dasar dan dindindg parit tersebut. Dalam keadaan tertentu air buangan

dapat digunakan untuk pengairan ladang pertanian atau perkebunan dan sekaligus berfungsi

untuk pemupukan. Hal ini terutama dapat dilakukan untuk air limbah dari rumah tangga,

perusahaan susu sapi, rumah potong hewan, dan lain-lainya dimana kandungan zat-zat

organik dan protein cukup tinggi yang diperlukan oleh tanam-tanaman.

4.        Sarana Pembuangan Sampah

Sampah merupakan sisa hasil kegiatan manusia, yang keberadaannya banyak

menimbulkan masalah apabila tidak dikelola dengan baik. Apabila dibuang dengan cara

ditumpuk saja maka akan menimbulkan bau dan gas yang berbahaya bagi kesehatan manusia.

Apabila dibakar akan menimbulkanpengotoran udara. Kebiasaan membuang sampah disungai

dapat mengakibatkan pendangkalan sehingga menimbulkan banjir. Dengan demikian sampah

yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sumber pencemar pada tanah, badan air dan

udara.

Berdasarkan asalnya, sampah digolongkan dalam dua bagian yakni sampah organik

( sampah basah ) dan sampah anorganik ( sampah kering ). Pada tingkat rumah tangga dapat

Page 14: RUMAH SEHAT

dihasilkan sampah domestik yang pada umumnya terdiri dari sisa makanan, bahan dan

peralatan yang sudah tidak dipakai lagi, bahan pembungkus, kertas, plastik, dan sebagainya.

Teknik pengelolaan sampah yang baik diantaranya harus memperhatikan faktor-aktor sebagai

berikut :

a.         Penimbulan sampah

b.         Penyimpanan sampah

c.         Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali

d.        Pengangkutan

e.         Pembuangan.

Agar sampah tidak membahayakan kesehatan manusia, maka perlu pengaturan

pembuangannya, seperti penyimpanan sampah yaitu tempat penyimpanan sementara sebelum

sampah tersebut dikumpulkan untuk diangkut serta dibuang (dimusnahkan). Untuk tempat

sampah tiap-tiap rumah isinya cukup 1 m3. Tempat sampah janganlah ditempatkan di dalam

rumah atau pojok dapur, karena akan menjadi gudang makanan bagi tikus-tikus sehingga

rumah banyak tikusnya.

Adapun syarat tempat sampah adalah sebagai berikut :

a.         Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kuat sehingga tidak mudah bocor, kedap air.

b.         Tempat sampah harus mempunyai tutup, tetapi tutup ini dibuat sedemikian rupa sehingga

mudah dibuka, dikosongkan isinya serta mudah dibersihkan. Sangat dianjurkan agar tutup

sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan.

c.         Ukuran tempat sampah sedemikian rupa sehingga mudah diangkat oleh satu orang atau

ditutup.

d.        Harus ditutup rapat sehingga tidak menarik serangga atau binatang-binatang lainnya seperti

tikus, ayam, kucing dan sebagainya.

2.5     Penyakit Berbasis Lingkungan

Penyakit adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi dan /atau morfologi

suatu organ dan/atau jar tubuh.

Lingkungan adalah segala sesuatu yg ada disekitarnya (benda hidup, mati, nyata,

abstrak) serta suasana yg terbentuk karena terjadi interaksi antara elemen-elemen di alam

tersebut.

Penyakit Berbasis Lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi

atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia dengan segala

sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit.

Faktor lingkungan sangat erat kaitannya dengar kesehatan Manusia itu sendiri. Dimana

udara, air, tanah, hewan yang ada di lingkungan kita sendiri merupakan faktor yang bisa

menyebabkan penyakit ketika hal tersebut tidak di kelola dengan baik dana kan menyebabkan

adanya ke tidak seimbangan sehigga hal tersebut dapat mengakibatkan ternyadinya penyakit.

1.        ISPA

ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut, istilah ini diadaptasidari

istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Penyakit infeksi akut yang

menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran

Page 15: RUMAH SEHAT

atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga

telinga tengah dan pleura. Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak,

karena sistem pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian psenyakit batuk pilek pada

balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali per tahun, yang berarti seorang balita rata-

rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun. Istilah ISPA meliputi

tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut, dimana pengertiannya sebagai berikut :

a.         Infeksi

Adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang

biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

b.         Saluran pernafasan

Adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus,

rongga telinga tengah dan pleura.

c.         Infeksi Akut

Adalah Infeksi yang langsung sampai dengan 14 hari. batas 14 hari diambil untuk

menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam

ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.

ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan

bagian bawah (termasuk jaringan paru – paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. dengan

batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract). Sebagian

besar dari infeksi saluran pernafasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak

memerlukan pengobatan dengan antibiotik,namun demikian anak akan menderita pneumoni

bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibatkan kematian. Program

Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu :

a.         ISPA non- Pneumonia : dikenal masyarakat dengan istilah batuk pilek

b.         Pneumonia : apabila batuk pilek disertai gejala lain seperti kesukaran bernapas, peningkatan

frekuensi nafas (nafas cepat).

Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkhus dilapisi oleh membran mukosa

bersilia, udara yang masuk melalui rongga hidung disaring, dihangatkan dan dilembabkan.

Partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut yang terdapat dalam hidung, sedangkan

partikel debu yang halus akan terjerat dalam lapisan mukosa. Gerakan silia mendorong

lapisan mukosa ke posterior ke rongga hidung dan ke arah superior menuju faring.

Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat menyebabkan

pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat berhenti sehingga tidak dapat

membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh bahan pencemar. Produksi lendir akan

meningkat sehingga menyebabkan penyempitan saluran pernafasan dan rusaknya sel

pembunuh bakteri di saluran pernafasan. Akibat dari hal tersebut akan menyebabkan

kesulitan bernafas sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat dikeluarkan dari

saluran pernafasan, hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan.

ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernafasan yang mengandung

kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernafasannya.

Page 16: RUMAH SEHAT

2.        DIARE

Diare adalah penyakit yang menyerang saluran pencernaan yang gejala klinisnya

buang air besar lembek atau cair dengan frekuensi lebih dari biasanya (diare klinis) dan

kadang ada yang disertai darah sebagai bercak coklat atau merah (diare berdarah) dan paling

sering disebabkan oleh bakteri E. Coli. Penyebab tidak langsungnya adalah hygiene

peseorangan yang kurang terjaga, seperti makan tidak cuci tangan, menggunakan air sungai

untuk berbagai keperluan dan lain-lain.

3.        TBC

Penyakit TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycrobacterium

tuberculocis, yang masih keluarga besar genus Mycrobacterium. Dari anggota

keluarga Mycrobacteriumyang diperkirakan lebih dari 30, hanya 3 yang dikenal bermasalah

dengan kesehatan masyarakat.

Mereka adalah Mycrobacterium tuberculocis, M.bovisyang terdapat pada susu sapi

yang tidak dimasak, dan M.leprae yang menyebabkan penyakit kusta.

Mycrobacterium tuberculocis berbentuk batang, berukuran panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3-

0,6 mikron, tahan terhadap pewarnaan yang asam sehingga disebut dengan Bakteri Tahan

Asam (BTA). Sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak dan lipid yang membuat lebih

tahan asam. Bisa hidup bertahun-tahun. Sifat lain adalah bersifat aerob, lebih menyukai

jaringan kaya oksigen terutama pada bagianapical posterior.

Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi ada juga yang menyerang organ

lain dalam tubuh. Secara khas kuman membentuk granuloma dalam paru dan menimbulkan

kerusakan jaringan (nerkosis).

Penularan TB dikenal melalui udara, terutama pada udara tertutup seperti udara dalam rumah

yang pengap dan lembab, udara dalam pesawat terbang, gedung pertemuan, dan kereta api

berpendingin. Prosesnya tentu tidak secara langsung, menghirup udara bercampur bakteri TB

lalu terinfeksi, lalu menderita TB, tidak demikian. Masih banyak variabel yang berperan

dalam timbulnya kejadian TB pada seseorang, meski orang tersebut menghirup udara yang

mengandung kuman.

Sumber penularan adalah penderita TB dengan BTA (+). Apabila penderita TB batuk,

berbicara atau bersin, maka ribuan bakteri TB akan berhamburan bersama ”droplet” nafas

penderita yang bersangkutan, khususnya pada penderita TB aktif dan luka terbuka pada

parunya.

Daya penularan dari seseorang ke orang lain ditentukan oleh banyaknya kuman yang

dikeluarkan serta patogenesitas kuman yang bersangkutan, serta lamanya seseorang

menghirup udara yang mengandung kuman tersebut. Kuman TB sangat sensitif terhadap

cahaya ultra violet. Cahaya matahari sangat berperan dalam membunuh kuman di

lingkungan. Oleh sebab itu, ventilasi rumah sangat penting dalam manajemen TB berbasis

keluarga atau lingkungan.

Basil TB yang masuk ke dalam paru melalui bronkhus secara langsung dan pada

manusia yang pertama kali kemasukan disebut primary infection. Infeksi pertama (primer)

Page 17: RUMAH SEHAT

terjadi ketika seseorang pertama kali kemasukan basil atau kuman TB umumnya tidak terlihat

gejalanya. Dan sebagian besar orang, berhasil menahan serangan kuman tersebut dengan cara

melakukan isolasi dengan cara dimakanmacrophages, dan dikumpulkan pada kelenjar

regional disekitar hilus paru. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak

dengan cara membelah diri di paru yang menyebabkan peradangan di dalam paru. Oleh sebab

itu, kemudian disebut sebagai kompleks primer. Pada saat terjadi infeksi, kuman masuk

hingga pembentukan kompleks primer sekitar 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat diketahui

dengan reaksi positif pada tes tuberkulin.

Biasanya hal tersebut terjadi pada masa kanak-kanak dibawah umur 1 tahun. Apabila

gagal melakukan containment kuman, maka kuman TB masuk melalui aliran darah dan

berkembang, maka timbulah peristiwa klinik yang disebut TB milier. Bahkan kuman bisa

dibawa aliran darah ke selaput otak yang disebut meningitis radang selaput otak yang sering

menimbulkan sequele gejala sisa yang permanen.

a.       Gejala Sistemik Tuberkulosis

Secara sistemik pada umumnya penderita akan mengalami demam. Demam berlangsung pada

sore dan malam hari, disertai keringat dingin meskipun tanpa aktifitas, kemudian kadang

hilang. Gejala ini akan timbul lagi beberapa bulan kemudian seperti demam, influenza biasa,

dan kemudian seolah-olah sembuh tidak ada demam.

Gejala lain adalah malaise (perasaan lesu) bersifat berkepanjangan kronis, disertai rasa tidak

fit, tidak enak badan, lemah, lesu, pegal-pegal, nafsu makan berkurang, badan semakin kurus,

pusing, serta mudah lelah. Gejala sistemik ini terdapat baik pada TB Paru maupun TB yang

menyerang organ lain.

b.      Gejala Respiratorik Tuberkulosis

Adapun gejala repiratorik atau gejala saluran pernafasan adalah batuk. Batuk bisa

berlangsung secara terus-menerus selama 3 mingggu atau lebih. Hal ini terjadi apabila sudah

melibatkan brochus. Gejala respiratorik lainnya adalah batuk produktif sebagai upaya untuk

membuang ekskresi peradangan berupa dahak atau sputum. Dahak ini kadang

bersifat purulent.

Kadang gejala respiratorik ini ditandai dengan batuk berdarah. Hal ini disebabkan karena

pembuluh darah pecah, akibat luka dalam alveoli yang sudah lanjut. Batuk darah inilah yang

sering membawa penderita berobat ke dokter. Apabila kerusakan sudah meluas, timbul sesak

nafas dan apabila pleura sudah terkena, maka disertai pula dengan rasa nyeri pada dada.

4.        DBD

Demam berdarah (DB) adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virusdengue, yang

masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes,

misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Terdapat empat jenis virus dengue berbeda,

namun berelasi dekat, yang dapat menyebabkan demam berdarah. Virus dengue merupakan

Page 18: RUMAH SEHAT

virus dari genusFlavivirus, famili Flaviviridae. Penyakit demam berdarah ditemukan di

daerah tropis dan subtropis di berbagai belahan dunia, terutama di musim hujan yang lembab.

a.       Demam berdarah (klasik)

Demam berdarah menunjukkan gejala yang umumnya berbeda-beda tergantung usia pasien.

Gejala yang umum terjadi pada bayi dan anak-anak adalah demam dan munculnya ruam.

Sedangkan pada pasien usia remaja dan dewasa, gejala yang tampak adalah demam tinggi,

sakit kepala parah, nyeri di belakang mata, nyeri pada sendi dan tulang, mual dan muntah,

serta munculnya ruam pada kulit. Penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia) dan

penurunan keping darah atau trombosit (trombositopenia) juga seringkali dapat diobservasi

pada pasien demam berdarah. Pada beberapa epidemi, pasien juga menunjukkan pendarahan

yang meliputi mimisan, gusi berdarah, pendarahan saluran cerna, kencing berdarah

(haematuria), dan pendarahan berat saat menstruasi (menorrhagia).

b.         Demam berdarah dengue (hemoragik)

Pasien yang menderita demam berdarah dengue (DBD) biasanya menunjukkan gejala seperti

penderita demam berdarah klasik ditambah dengan empat gejala utama, yaitu demam tinggi,

fenomena hemoragik atau pendarahan hebat, yang seringkali diikuti oleh pembesaran hati dan

kegagalan sistem sirkulasi darah. Adanya kerusakan pembuluh darah, pembuluh limfa,

pendarahan di bawah kulit yang membuat munculnya memar kebiruan, trombositopenia dan

peningkatan jumlah sel darah merah juga sering ditemukan pada pasien DBD. Salah satu

karakteristik untuk membedakan tingkat keparahan DBD sekaligus membedakannya dari

demam berdarah klasik adalah adanya kebocoran plasma darah. Fase kritis DBD adalah

seteah 2-7 hari demam tinggi, pasien mengalami penurunan suhu tubuh yang drastis. Pasien

akan terus berkeringat, sulit tidur, dan mengalami penurunan tekanan darah. Bila terapi

dengan elektrolit dilakukan dengan cepat dan tepat, pasien dapat sembuh dengan cepat

setelah mengalami masa kritis. Namun bila tidak, DBD dapat mengakibatkan kematian

c.         Sindrom Syok Dengue

Sindrom syok adalah tingkat infeksi virus dengue yang terparah, di mana pasien akan

mengalami sebagian besar atau seluruh gejala yang terjadi pada penderita demam berdarah

klasik dan demam berdarah dengue disertai dengan kebocoran cairan di luar pembuluh darah,

pendarahan parah, dan syok (mengakibatkan tekanan darah sangat rendah), biasanya setelah

2-7 hari demam. Tubuh yang dingin, sulit tidur, dan sakit di bagian perut adalah tanda-tanda

awal yang umum sebelum terjadinya syok. Sindrom syok terjadi biasanya pada anak-anak

(kadangkala terjadi pada orang dewasa) yang mengalami infeksi dengue untuk kedua kalinya.

Hal ini umumnya sangat fatal dan dapat berakibat pada kematian, terutama pada anak-anak,

bila tidak ditangani dengan tepat dan cepat. Durasi syok itu sendiri sangat cepat. Pasien dapat

meninggal pada kurun waktu 12-24 jam setelah syok terjadi atau dapat sembuh dengan cepat

bila usaha terapi untuk mengembalikan cairan tubuh dilakukan dengan tepat. Dalam waktu 2-

3 hari, pasien yang telah berhasil melewati masa syok akan sembuh, ditandai dengan tingkat

pengeluaran urin yang sesuai dan kembalinya nafsu makan

Page 19: RUMAH SEHAT

5.        MALARIA

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bernamaPlasmodium. Penyakit

ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi parasit tersebut. Di dalam tubuh

manusia, parasit Plasmodium akan berkembang biak di organ hati kemudian menginfeksi sel

darah merah. Pasien yang terinfeksi oleh malaria akan menunjukan gejala awal menyerupai

penyakit influenza, namun bila tidak diobati maka dapat terjadi komplikasi yang berujung

pada kematian. 

Penyakit ini paling banyak terjadi di daerah tropis dan subtropis di mana

parasit Plasmodium dapat berkembang baik begitu pula dengan vektor nyamuk Anopheles.

Daerah selatan Sahara di Afrika dan Papua Nugini di Oceania merupakan tempat-tempat

dengan angka kejadian malaria tertinggi.

6.        KECACINGAN

Penyakit kecacingan adalah penyakit infeksi yang disebabkan masuknya cacing ke

dalam tubuh baik berupa telur, larva secara langsung melalui kulit maupun lewat makanan

dan minuman yang kurang hygienis. Jadi kasus kecacingan sangat erat kaitannya dengan

perilaku hidup sehat. Kasus ini sering terjadi pada anak usia sekolah yang dikhawatirkan

dapat terjadi gangguan dalam proses pertumbuhan maupun proses belajar karena anak

menjadi malas, gangguan konsentrasi dan dikhawatirkan prestasinya menjadi menurun.