Rumah Sakit Adalah Institusi Pelayanan Kesehatan Yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan...
-
Upload
martalenasari -
Category
Documents
-
view
36 -
download
3
description
Transcript of Rumah Sakit Adalah Institusi Pelayanan Kesehatan Yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan...
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan
gawat darurat. Tujuan dari penyelenggaraan rumah sakit adalah memberikan perlindungan
terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit, dan sumber daya rumah sakit.
Selain itu, rumah sakit juga bertujuan untuk mempermudah akses masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan.
Salah satu produk pelayanan kesehatan adalah obat. Menurut Ansel (1985), obat
merupakan zat yang digunakan untuk diagnosis, mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau
mencegah dari penyakit. Harga obat di Indonesia mencapai 10 kali lipat dibanding harga obat di
India. Hal ini dikarenakan mayoritas bahan baku obat berasal dari impor, sehingga masyarakat di
pulau terpencil dikhawatirkan tidak dapat menikmati harga obat yang relatif murah.
Hal tersebut merupakan satu dari banyak kasus yang membuat masyarakat merasa harga
produk pelayanan kesehatan semakin tidak terjangkau. Terlebih lagi pembayaran pelayanan di
rumah sakit yang sangat bervariasi antara rumah sakit yang satu dengan yang lainnya karena
adanya standar pelayanan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, saat ini telah dikembangkan
sistem pembayaran tarif paket di Indonesia yang dikenal dengan nama INA-DRG (Indonesia
Diagnostic Related Group). INA-DRG merupakan sistem pembayaran pelayanan kesehatan yang
berbasis aktifitas dengan tujuan meningkatkan mutu dan efektifitas pelayanan.
Lisensi INA-DRG yang merupakan software grouper dari PT. 3M Indonesia berakhir
pada tanggal 1 Oktober 2010 (expired). Selanjutnya, Indonesia menggunakana INA-CBGs
dengan system yang sama seperti INA-DRG dengan beberapa peningkatan. INA-CBGs
merupakan suatu system klasifikasi kombinasi dari beberapa jenis penyakit/ diagnosa dan
prosedur/ tindakan pelayanan di rumah sakit yang dikaitkan dengan pembiayaan dengan tujuan
yang tidak berbeda dengan INA-DRG yaitu untuk mengontrol mutu dan biaya pelayanan.
Ruang lingkup INA-DRG yang sekarang dikenal dengan INA-CBGs ini mencakup semua
sektor yang terkait dengan industri layanan kesehatan di Indonesia, seperti aspek manajemen
keuangan rumah sakit, profesi, asuransi kesehatan baik PT Askes maupun perusahaan asuransi
kesehatan swasta lainnya, serta Departemen Kesehatan. Dasar pemikirannya adalah konfirmasi
dan perhitungan secara umum yang terlihat dari dua pola pikir. Pertama, sistem ini merupakan
konsep perhitungan biaya yang dikeluarkan dengan Unit Cost Actual pengobatan di rumah sakit
yang berbasis clinical pathway. Unit cost dihitung dengan metode Activity Based Costing dan
Simple Distribution Method, dimana biaya perawatan di rumah sakit merupakan fungsi utilisasi
dan unit cost. Kedua, sistem ini bertujuan untuk mendapatkan biaya nyata berbagai tindakan,
obat, dan bahan medis berbasis clinical pathway yang diberikan untuk pengobatan pasien sampai
sembuh.
Clinical pathway adalah konsep perencanaan pelayanan terpadu yang merangkum setiap
langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan standar pelayanan medis, standar asuhan
keperawatan, dan standar pelayanan tenaga kesehatan lainnya yang berbasis bukti dengan hasil
yang dapat diukur dan dalam jangka waktu tertentu selama di rumah sakit.6 Menurut Depkes,
kasus yang diprioritaskan untuk dibuatkan clinical pathway adalah kasus yang sering ditemui,
kasus yang banyak terjadi, perjalanan penyakit dapat diperkirakan, tersedia Standar Pelayanan
Medis (SPM) dan Standard Operating Procedure (SOP), serta memerlukan biaya yang tinggi.
Cost of DRGs atau cost of treatment adalah keseluruhan biaya mulai dari pasien masuk
melakukan pendaftaran, penegakan diagnosa, terapi, dan pulang yang terangkum dalam suatu
alur perawatan atau Integrated Clinical Pathway. Saat ini, cost of treatment dari kasus-kasus
yang ada di rumah sakit belum dibuat berdasarkan unit cost sehingga belum dapat diketahui
berapa biaya perawatan (cost of treatment) yang sebaiknya untuk setiap kasus yang terjadi di
rumah sakit.
Hasil penelitian Ratih (2012) bahwa besar perbedaan biaya antara biaya riil dengan tarif
INA-CBGs pasien diabetes Mellitus pada tingkat keparahan I sebesar Rp. 5.325.126,- untuk 2
episode perawatan. Pada tingkat keparahan II terdapat selisih sebesar Rp. 22.411,- dari 10
episode perawata dan Rp. 3.038.240,- pada tingkat keparahan III dengan 12 episode perawatan.
Sementara itu, hasil penelitian Aditya (2013) bahwa terdapat perbedaan biaya riil dan tarif INA-
CBGs sebesar Rp. 104.498.068 dari 138 episode perawatan.
RSUP Dr. M. Djamil Padang merupakan salah satu rumah sakit umum tipe B pendidikan
yang merupakan pusat rujukan di Sumatera Barat yang telah menggunakan suatu sistem
pembayaran dengan berdasarkan Indonesia Case Based Groups (INA-CBG’s) untuk pasien
rawat inap kelas 3 (tiga) dengan jaminan asuransi Jamkesmas. Pada tahun 2012 sebanyak 7.151
pasien (17,18%) pada Instalasi Rawat Inap dan 34.469 pasien (82,82%) pada Instalasi Rawat
Jalan yang menggunakan Jamkesmas. Sebagai rumah sakit rujukan kendala-kendala dalam
pelaksanaan Jamkesmas mungkin saja terjadi. Terlebih lagi dalam hal klaim pembayaran.
Salah satu kasus yang paling sering terjadi di Instalasi Bedah RSUP Dr. M. Djamil
Padang adalah Apendisitis. Pada tahun 2010 terdapat 347 kasus apendisitis di RSUP Dr. M.
Djamil Padang. Sedangkan pada tahun 2011 terjadi penurunan yaitu sebanyak 202 kasus. Akan
tetapi, pada tahun 2012 terjadi lagi peningkatan yaitu sebanyak 231 kasus dimana pasien
apendisitis yang menggunakan Jamkesmas di RSUP Dr. M. Djamil Padang sebanyak 51 orang.
Pengklasifikasian apendisitis pada INA-CBGs dibagi menjadi tiga kelompok yaitu
prosedur pada apendik ringan, sedang, dan berat. Hasil survey awal menunjukkan bahwa
sebanyak 46 kasus yang terjadi untuk pasien dengan prosedur apendik ringan, 2 kasus dengan
prosedur apendik sedang, dan 3 kasus untuk prosedur pada apendik berat. Selain itu, dari 10
sampel observasi awal terdapat perbedaan biaya sebesar Rp. 20.583.550,- antara biaya riil RS
berdasarkan fee for service dengan tarif INA-CBGs prosedur pada apendik yang telah ditetapkan
pemerintah.
Tarif pelayanan prosedur pada apendik yang berlaku di RSUP Dr. M. Djamil Padang
adalah berdasarkan peraturan pemerintah propinsi Sumatera Barat dan dalam penetapannya
belumlah disusun menurut perhitungan unit cost (biaya satuan). Jadi tidak dapat diketahui
apakah tarif yang berlaku saat ini sudah menguntungkan rumah sakit atau sebaliknya menjadikan
rumah sakit rugi. Sejauh ini belum diketahui apakah biaya pasien dengan prosedur pada apendik
ringan yang diberikan berdasarkan tarif yang berlaku di RSUP Dr. M. Djamil Padang sudah
sesuai dengan tarif paket INA-CBGs dan belum diketahuinya real cost berdasarkan paket
layanan CBGs yang seharusnya dari prosedur pada apendik tersebut. Oleh karena itu penulis
tertarik mengetahui cost of treatment prosedur pada apendik ringan berdasarkan klasifikasi INA-
CBGs di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2012.