Ruang Penguasaan Jalan

16
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan raya sekarang sudah banyak kita temui dipertengahan kota maupun di daerah pedesaan karena jalan merupakan akses utama yang digunakan kendaraan transportasi darat. Jalan yang dibangun sebagai akses kendaraan transportasi darat dirancang agar para pengguna jalan merasa nyaman dan aman untuk dilewati. Karena itu dalam pembangunan jalan perlu perhitungan yang tepat agar jalan yang dibangun dapat digunakan sesuai dengan fungsinya. Melihat pengguna jalan raya semakin banyak pembangunan jalan raya juga semakin sering dilakukan, karena semakin banyak pengguna kendaraan transportasi darat semakin tidak nyaman, jadi agar tidak terlalu banyak memakan biaya dan waktu, pembangunan jalan raya harus memperhitungkan agar jala tersebut bisa digunakan dalam jangka waktu yang lama. Pembangunan jalan raya memperhitungkan banyak faktor dari jenis kendaraan yang melewati, keadaan daerah jalan sampai arah angin, maka dari itu pembangunan jalan raya tidak asal membangun jalan begitu saja, perlu banyak perhitungan dalam pembangunannya. 1

description

Harap dibaca ya...khususnya untuk transportasi..

Transcript of Ruang Penguasaan Jalan

Page 1: Ruang Penguasaan Jalan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jalan raya sekarang sudah banyak kita temui dipertengahan kota

maupun di daerah pedesaan karena jalan merupakan akses utama yang digunakan

kendaraan transportasi darat. Jalan yang dibangun sebagai akses kendaraan

transportasi darat dirancang agar para pengguna jalan merasa nyaman dan aman

untuk dilewati. Karena itu dalam pembangunan jalan perlu perhitungan yang

tepat agar jalan yang dibangun dapat digunakan sesuai dengan fungsinya.

Melihat pengguna jalan raya semakin banyak pembangunan jalan raya

juga semakin sering dilakukan, karena semakin banyak pengguna kendaraan

transportasi darat semakin tidak nyaman, jadi agar tidak terlalu banyak memakan

biaya dan waktu, pembangunan jalan raya harus memperhitungkan agar jala

tersebut bisa digunakan dalam jangka waktu yang lama.

Pembangunan jalan raya memperhitungkan banyak faktor dari jenis

kendaraan yang melewati, keadaan daerah jalan sampai arah angin, maka dari itu

pembangunan jalan raya tidak asal membangun jalan begitu saja, perlu banyak

perhitungan dalam pembangunannya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka dapat

ditarik beberapa rumusan masalah sebagai berikut :

1. Daerah mana saja yang termasuk bagian jalan?

2. Faktor apa saja yang perlu diperhatikan dalam pembangunan jalan?

1.3 Tujuan

Penulisan paper ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada

pembaca tentang ruang-ruang dalam pembangunan jalan raya dan faktor-faktor

yg perlu diperhatikan dalam pembanguna jalan raya.

1

Page 2: Ruang Penguasaan Jalan

2

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari dibuatnya paper ini adalah sebagai berikut :

1. Mahasiswa dapat mengetahui ruang penguasaan jalan

2. Mahasiswa mengetahui data perencanaan sebelum membangun jalan.

3. Elemen-elemen pada geometrik jalan.

2

Page 3: Ruang Penguasaan Jalan

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ruang Penguasaan Jalan

Gambar Bagian-bagian

Penampang Melintang Jalan

Ruang Manfaat Jalan (RUMAJA) meliputi badan jalan, saluran tepi jalan

dan ambang pengaman. Ruang Milik Jalan (RUMIJA) meliputi Ruang Manfaat

Jalan dan sejalur tanah tertentu di luar Ruang Manfaat Jalan. Ruang Pengawasan

Jalan (RUWASJA) merupakan sejalur tanah tertentu di luar Ruang Milik Jalan

yang ada di bawah pengawasan pembina jalan Daerah Penguasaan jalan dari rooi

ke rooi. Gambar 6memperlihatkan zona-zona pada RUMAJA, RUMIJA dan

RUWASJA MENURUT Bina Marga1990. Gambar tersebut juga menunjukkan

tinggi dan dalamnya DAMAJA. Daerah tersebut 5 m atau lebih, lebih tinggi dari

permukaan jalan, dan > 1,5 m di bawah permukaan jalan.

3

DAERAH GALIAN

LAPIS PONDASI (BASE)

LAPIS PONDASI BAWAH (SUBBASE)

LAPIS TANAH DASAR (SUBGRADE)

LAPIS PERMUKAAN (SURFACE)

TALUD

SAMPING

SALURAN

KIRI

BAHU

DIPERKERAS

BAHU

KANAN

BAHUL

LAJUR

LAJUR TEPIAN MEDIAN

MEDIAN

KEREB

LAJUR LL

LAJUR LL

LUNAK

BAHUJALUR LL

BADAN JALAN

RUANG MANFAAT JALAN

RUANG MILIK JALAN

CL

DAERAH TIMBUNAN

Page 4: Ruang Penguasaan Jalan

4

2.1.1 Ruang Manfaat Jalan

Ruang manfaat jalan merupakan ruang yang meliputi : badan jalan, saluran

tepi jalan, dan ambang pengamannya sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar,

tinggi, dan kedalaman tertentu yang ditetapkan oleh penyelenggara jalan yang

bersangkutan berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh departemen yang

berwenang.

Ruang manfaat jalan hanya diperuntukkan bagi median, pengerasan jalan,

jalur pemisah, bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar, lereng, ambang pengaman,

timbunan dan galian, gorong-gorong, perlengkapan jalan, dan bangunan

pelengkap lainnya.

Trotoar hanya diperuntukkan bagi lalu lintas pejalan kaki, walau pada

prakteknya banyak digunakan untuk keperluan lain semisal parkir atau tempat

berjualan.

2.1.2 Ruang Milik Jalan

Ruang milik jalan terdiri dari ruang manfaat jalan dan sejalur tanah

tertentu di luar ruang manfaat jalan. Ruang milik jalan merupakan ruang

sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, kedalaman, dan tinggi tertentu. Ruang

milik jalan diperuntukkan bagi ruang manfaat jalan, pelebaran jalan, dan

penambahan jalur lalu lintas di masa akan datang serta kebutuhan ruangan untuk

pengamanan jalan.

Sejalur tanah tertentu dapat dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau

yang berfungsi sebagai lansekap jalan.

2.1.3 Ruang Pengawasan Jalan

Ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu di luar ruang milik

jalan yang penggunaannya ada di bawah pengawasan penyelenggara jalan. Ruang

pengawasan jalan diperuntukkan bagi pandangan bebas pengemudi dan

pengamanan konstruksi jalan serta pengamanan fungsi jalan.

4

Page 5: Ruang Penguasaan Jalan

5

Ruang pengawasan jalan merupakan ruang sepanjang jalan di luar ruang

milik jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu.

Dalam hal ruang milik jalan tidak cukup luas, lebar ruang pengawasan

jalan ditentukan dari tepi badan jalan paling sedikit dengan ukuran sebagai

berikut:

jalan arteri primer  15 (lima belas) meter;

jalan kolektor primer  10 (sepuluh) meter;

jalan lokal primer  7 (tujuh) meter;

jalan lingkungan primer  5 (lima) meter;

jalan arteri sekunder  15 (lima belas) meter;

jalan kolektor sekunder  5 (lima) meter;

jalan lokal sekunder  3 (tiga) meter;

jalan lingkungan sekunder  2 (dua) meter; dan

jembatan 100 (seratus) meter ke arah hilir dan hulu.

5

Page 6: Ruang Penguasaan Jalan

6

2.2. Data Perencaan

Data perencanaan jalan adalah data yang dibutuhkan sebelum membangun

sebuah jalan raya. Data tersebut bisa berupa data trase jalan, peta topografi, araha

angina dan lain-lain.

2.2.1 Survei Trase Jalan

Dalam merencanakan jalan baru, menarik trase jalan adalah hal yang

pertama dilakukan. Trase jalan raya atau sering disebut sumbu jalan yaitu berupa

garis garis lurus saling berhubungan yang terdapat pada peta topografi suatu muka

tanah dalam perencanaan jalan baru. Biasanya terdapat beberapa trase jalan yang

dibuat, sehingga pada akhirnya dipilih salah satu trase yang dapat memenuhi

syarat suatu perencanaan jalan.Trase jalan digunakan sebagai acuan membentuk

lengkung jalan hingga perkerasan jalan.

Ada beberapa cara untuk memilih trase yang dapat memenuhi syarat

bahwa suatu jalan layak digunakan, terutama jalan yang dibangun di area

pegunungan dan hutan.

Trase diusahakan jalur terpendek.

Hal yang paling diutamakan perencana adalah jalan yang ekonomis.

Ekonomis maksudnya suatu jalan dapat dibangun dengan kualitas bagus dan

harga yang terjangkau. Maka dengan merencanakan trase yang pendek biaya

dalam pembangunan jalan relatif kecil.

Tidak terlalu curam.

Salah satu syarat dalam merencanakan jalan adalah memberikan

kenyamanan bagi pengguna jalan (si pengemudi). Jalan yang terlalu curam

akan membuat kendaraan menjadi berat akibat adanya gaya sentrifugal.

Sehingga pengguna jalan tidak lagi menemukan kanyamanan saat

menggunkan jalan tersebut.

Sudut luar (sudut tangen) tidak terlalu besar

Sudut luar dalam menarik trase jalan akan sangat mempengaruhi keadaan

jalan setelah dibangun. Perencana jalan diharapkan mampu merencanakan

6

Page 7: Ruang Penguasaan Jalan

7

jalan dengan tikungan yang kurang dari 90 derajat. Agar tikungan yang

terbentuk tidak terlalu tajam, sehingga aman bagi pengguna jalan.

Galian dan timbunan

Galian (cut) dan timbunan (fill) merupakan hal yang juga sangat

diperhatikan dalam merencanakan jalan. Biasanya dalam merencanakan

jalan, besar timbuan dan galian telah ditentukan terlebih dahulu. Agar biaya

yang dikeluarkan untuk melaksanakan suatu bangunan jalan tidak lebih besar

dari yang tersedia. Perencana jalan harus merencanakan trase jalan

sedemikian rupa sehingga tidak terjadi galian dan timbuanan yang terlalu

besar. Caranya dengan menarik garis trase pada elevasi muka tanah yang

tidak terlalu jauh perbedaan ketinggian antara awal dengan akhir.

2.2.2 Peta Topografi, Arah Angin dll

Maksud survey topografi dalam perencanaan teknik jalan raya yaitu

pengukuran route yang dilakukan dengan tujuan memindahkan kondisi permukaan

bumi dari lokasi yang diukur pada kertas yang berupa planimtri. Peta ini akan

digunakan sebagi dasar untuk plotting perencanaan geometrik jalan raya, dalam hal

ini perencanaan alinyemen horizontal. Kegiatan pengukuran route ini juga mencakup

pengukuran penampang.

Pengukuran Topografi yaitu pengukuran situasi untuk pembuatan peta

planimetri sepanjang ruas jalan rencana dengan lebar pemetaan selebar koridor

yaitu kurang lebih 150 m.Pengukuran ini dilakukan untuk “memindahkan”

letak/posisi (koordinat) benda-benda alam atau batuan yang terdapat pada

permukaan bumi (seluas daerah pemetaan) pada kertas dengan skala 1:500 atau

1:1000 yang berupa peta planimetri.

Pengukuran route dilakukan sepanjang trase jalan rencana (route hasil survey

reconnaissance) dengan mengganggap sumbu jalan rencana pada trase ini sebagai

garis kerangka poligon utama. Dengan demikian, sebaiknya yang melakukan

pemasangan BM setiap 1 km dan tanda P1 pada route terpilih adalah regu survey

pendahulun, pada saat survey route. ( P1 = Point of Intersection = titik belok, yaitu

titik perpotongan antara dua tangen ).

7

Page 8: Ruang Penguasaan Jalan

8

Kegiatan pengukuran untuk teknik jalan raya ini sama dengan pengukuran

untuk rencana bangunan teknik sipil lainnya yang intinya adalah melakukan

pengukuran sudut dan jarak( horizontal ) serta pengukuran beda tinggi (vertikal).

Akan tetapi pengukuran untuk rencana teknik jalan raya ini mempertimbangkan jarak

yang panjang, sehingga pengaruh bentuk lengkung bumi juga diperhitungkan.

2.3 Elemen Geometrik Jalan

Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan

perencanaan jalan yang dititik beratkan pada perencanaan bentuk fisik sehingga

dapat memenuhi fungsi dasar dari jalan yaitu memberikan pelayanan yang

optimum pada arus lalu lintas dan sebagai akses ke rumah-rumah. Dalam lingkup

perencanaan geometrik tidak termasuk perencanaan tebal perkerasan jalan,

walaupun dimensi dari perkerasan merupakan bagian dari perencanaan geometrik

sebagai bagian dari perencanaan jalan seutuhnya.

Elemen dari perencanaan geometrik jalan yaitu :

a. .Alinyemen Horizontal

Adalah garis proyeksi sumbu jalan tegak lurus pada bidang datar peta

(trace).Trace jalan biasa disebut situasi jalan,secara umum menunjukkan arah dari

jalan yang bersangkutan.Trace merupakan susunan terdiri dari potongan-potongan

garis lurus yang biasa disebut dengan tangen satu sama lainnya dihubungka

dengan lengkung-lengkung berupa busur lingkaran (circle) yang disebut dengan

bagian lengkung (curve),atau ditambah dengan lengkung peralihan (spiral).Sifat-

sifat pada bagian lurus (tangen) tidak menimbulkan hambatan bagi kendaraan

tetapi terlalu panjangnya bagian lurus ini dapat menimbulkan efek negatif

(mengantuk) bagi pengemudi,oleh karenanya diperlukan tikungan kejut berupa

perubahan arah 4 derajat tetapi tidak boleh diakhiri dengan tikungan

tajam.Sedangkan pada bagian tikungan (curve) merupakan hambatan karena

adanya gaya centrifugal dan keterbatasan pandangan,sehingga merupakan bagian

kritis dari pada jalan.Pada bagian ini perlu direncanakan dengan maksud agar

8

Page 9: Ruang Penguasaan Jalan

9

dapat menetralisir gaya centrifugal yang terjadi dan mengatur jarak pandangan

agar dapat mengurangi hambatan.

b. Alinyemen Vertikal

Adalah garis potong yang dibentuk oleh bidang vertikal terhadap sumbu

jalan atau bidang tegak melalui sumbu jalan atau disebut juga gambar proyeksi

tegak lurus bidang gambar.Alinyemen vertikal sangat erat hubungannya dengan

besarnya biaya pembangunan,biaya penggunaan kendaraan serta jumlah

kecelakaan lalu lintas.Dalam menetapkan landai jalan harus diingat bahwa sekali

suatu jalan digunakan maka jalan tersebut sukar di upgrade dengan kelandaian

yang lebih kecil tanpa perubahan yang lebih mahal.Maka penggunaan landai

maksimum sedapat mungkin dihindari.

Berikut tabel penentuan kelandaian maksimum pada perencanaan

berdasarkan kecepatan maksimum kendaraan :

Kecepatan

maksimum

(km/jam)

Kelandaian Maksimum

Dalam kota Luar kota

standar mutlak

100 3 - -

80 4 4 8

60 5 5 9

50 6 6 10

40 7 7 11

30 8 8 12

c. Potongan Melintang (cross section)

Adalah potongan suatu potongan suatu jalan tegak lurus pada as jalannya

yang menggambarkan bentuk serta susunan bagian-bagian jalan yang

bersangkutan pada arah melintang. Bagian yang langsung berguna untuk jalur lalu

lintas.

Jalur lalu lintas adalah keseluruhan bagian perkerasan jalan yang

diperuntukkan untuk lalu lintas kendaraan.Jumlah lajur jalan pada suatu lajur

sangat ditentukan oleh peramalan kebutuhan volume lalu lintas harian rata-rata

9

Page 10: Ruang Penguasaan Jalan

10

(LHR) yang akan melalui jalan tersebut.Pada jalan-jalan yang berpotensi tinggi

terhadap kecelakaan acapkali dibuat tiga lajur untuk 2 arah dimana lajur tengah

diperuntukkan bagi kendaraan menyiap (passing).Bila didapati arus lalu lintas

pada kedua arah tersebut tidak seimbang sehingga terjadi arah yang satu

menggunakan dua lajur sedangkan yang lain satu lajur,maka sebaiknya segera

dilakukan penambahan menjadi 4 lajur.Lebar lajur jalan tidak boleh lebih kecil

daripada lebar maksimum kendaraan yang diijinkan melalui jalan tersebut dan

sebaliknya tidak boleh terlalu lebar.Lebar lalu lintas yang terlalu lebar (>3,75 m)

tidak baik karena akan menimbulkan kesan jalur jalannya tampak berlajur banyak

dan juga memboroskan.

Klasifikasi Perencanaan Lebar Lajur (m)

Type I Kelas I 3,5

Kelas II 3,5

Type II Kelas I 3,5

Kelas II 3,25

Kelas III 3,25-3,0

10

Page 11: Ruang Penguasaan Jalan

11

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

1. Pembangunan jalan raya merupakan pekerjaan yang membutuhkan

perhitungan yang teliti karena jika terjadi kesalahan dapat berakibat fatal.

Pembangunan jalan raya ini bersifat sabagai bangunan yang digunakan

umum, jadi pembangunan ini harus layak dan tahan lama jika dipakai oleh

banyak pengguna.

2. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembanguna jalan raya

yaitu data perencanaan tentang trase jalan dan data perencanaan tentang

peta topografi, arah angina dan lainnya.

3.2 Saran

Diharapkan pembaca bisa lebih mengerti tentang ruang penguasaan jalan agar

pembaca mengetahui ruang-ruang jalan dan bagian-bagian jalan, serta mengetahui

data-data perencanaan yang dibutuhkan sebelum membangun jalan raya.

11

Page 12: Ruang Penguasaan Jalan

12

DAFTAR PUSTAKA

12