RTM-2-kelompok-2

17
KEPERAWATAN TRANSKULTURAL MAKALAH Oleh KELOMPOK 2

Transcript of RTM-2-kelompok-2

KEPERAWATAN TRANSKULTURAL

MAKALAH

Oleh KELOMPOK 2

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNVERSITAS JEMBER2015

KONSEP ETNOSENTRISME

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Transkulturaldengan dosen: Ns. Hanny Rasni, M.Kep

Oleh KELOMPOK 2

Ropikhotus Salamah(NIM 122310101002)Fikri Nur Latifatul Q(NIM 122310101011)Dwi Yoga Setyorini(NIM 122310101027)Insiyah Noriza(NIM 122310101037) Rizka Inna Safitri(NIM 122310101047)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNVERSITAS JEMBER2015

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Konsep Etnosentrisme. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Transkultural Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember.Penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari kontribusi berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:1. Ns. Hanny Rasni, M.Kep, selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Transkultural Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember;2. Ayah dan Ibu tercinta yang telah mencurahkan perhatian dan dukungannya baik secara materil maupun non materil;3. Semua pihak yang secara tidak langsung membantu terciptanya makalah ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jember, Maret 2015

Penulis

DAFTAR ISIHalamanHALAMAN JUDUL iiPRAKATA iiiDAFTAR ISI ivBAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan 1.3 Implikasi Keperawatan BAB 2. TINJAUAN TEORI BAB 3. PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Etnosentrisme 3.2 Pengertian Stereotipe dan Prejudice 3.3 Pengertian Rasisme 3.4 Faktor penyebab timbulnya Konflik budaya 3.5 Pengertian Syok Budaya BAB 4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan 4.2 Saran DAFTAR PUSTAKA

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman multicultural, dari sabang sampai marauke yang terdapat berbagai perbedaan baik itu mengenai suku,agama,ras dan sebagainya. Keragaman budaya daerah memang memperkaya khasanah budaya dan menjadi modal yang berharga untuk membangun Indonesia yang multikultural. Namun kondisi ini sangat berpotensi memecah belah dan menjadi konflik. Masalah itu muncul jika tidak ada komunikasi dan pemahaman pada berbagai kelompok budaya.

Kesadaran akan pentingnya kemajemukan mulai muncul seiring gagalnya upaya nasionalisme negara, yang dikritik karena dianggap terlalu menekankan kesatuan daripada keragaman. Kemajemukan dalam banyak hal, meliputi suku, agama, ras, dan golongan yang seharusnya menjadi hasanah serta modal untuk membangun seringkali dimanipulasi oleh penguasa untuk mencapai kepentingan politiknya. Maka ketika kemudian konflik bergejolak di daerah, negara seakan-akan menutupi realitas kemajemukan itu atas nama kesatuan bangsa. Konflik sosial yang sering muncul sebagai akibat pengingkatan kemajemukan. Perbedaan dalam beragam area kehidupan tidak memicu prasangka atau konflik, tetapi sebaliknya mendorong dinamika masyarakat ke arah lebih baik. Konflik sosial yang ada di masyarakat ialah etnosentrisme, stereotype, prejudice, rasisme, konflik budaya, dan syok budaya.

1.2 Tujuan1.2.1untuk mengetahui pengertian dari etnosentrisme;1.2.2untuk mengetahui pengertian dari stereotype;1.2.3 untuk mengetahui pengertian dari prejudice;1.2.4 untuk mengetahui pengertian dari rasisme;1.2.5 untuk mengetahui pengertian dari konflik budaya;1.2.6 untuk mengetahui pengertian dari syok budaya.

BAB 2. TINJAUAN TEORIEtnosentrisme merupakan suatu kecenderungan untuk memandang norma-norma dan nilai dalam kelompok budayanya sebagai yang absolute dan digunakan sebagai standar untuk mengukur dan bertindak terhadap semua kebudayaan yang lain. Sehingga etnosentrisme memunculkan sikap prasangka dan streotip negatif terhadap etnik atau kelompok lain. Komunikasi antarbudaya dapat dijelaskan dengan teori etnosentrisme. Ada banyak variable yang mempengaruhi efektivitas komunikasi antarbuadaya, salah satunya adalah sikap. Masyarakat Pandhalungan daerah besuki memiliki sikap tidak suka basa-basi, jika merasa tidak senang mereka akan mengungkapkannya. Dari sikap inilah kemudian muncul benih-benih konflik.Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk melihat dunia hanya melalui sudut pandang budaya sendiri. Salah satu kasus yang terjadi adalah dua orang pria dari masyarakat Pandhalungan sedang berbelanja di apotek dengan tergesa-gesa dan meminta untuk cepat dilayani, kemudian pemilik toko yang merupakan keturunan Tionghoa menegur masyarakat Pandhalungan dan menyuruhnya mengantri. Kedua masyarakat Pandhalungan tersebut merasa tidak terima dan merasa direndahkan oleh orang Cina. Kedua masyarakat Pandhalungan itu hanya melihat dari sudut pandangnya sendiri dan merasa bahwa mereka benar. Hal-hal tersebut dapat memunculkan benih-benih konflik yang mulai timbul pada beberapa anggota masyarakat Pandhalungan yang memiliki sentiment negative terhadap warga keturunan Tionghoa.Etnosentrisme dapat dikurangi melalui tiga strategi salah satunya adalah pengelolaan konflik yaitu dengan membangunan komunikasi budaya antar etnis yang bertikai. Komunikasi antar etnis ini dapat difasilitasi oleh pemerintah. Komunikasi merupakan kunci dalam mengelola konflik. Komunikasi dapat membantu pihak yang bertikai mengidentifikasi masalah serta dapat memahami masalah dari sudut pandang masing-masing pihak. Strategi komunikasi Equal Communication merupakan strategi komunikasi yang sesuaiuntuk konflik antara masyarakat Pandhalungan dan etnis Tionghoa di kecamatan Besuki. Strategi EC mempunyai pola hubungan sebagai berikit:1) Pola hubungan yang dipenuhi dengan suasana saling mendukung dan bukan pola hubungan yang menang sendiri,2) Pola hugungan yang saling bergantung atau membutuhkan dan bukan pola hubungan dimana kedua pihak saling menandingi,3) Pola hubungan yang ditunjukkan dengan kemajuan bukan menunjukkan kemunduran,4) Hubungan yang diisi dengan saling percaya dan optimism kerjasama dalam mencapai tujuan bersama, dan bukan tujuan bersama yang diisi dengan saling tidak percaya dan pesimisme didalam mencapai tujuan bersama

BAB 3. PEMBAHASAN3.1 Pengertian EtnosentrismeEtnosentrisme adalah kecenderungan untuk melihat dunia hanya melalui sudut pandang budaya sendiri. Etnosentrisme dalam hal tertentu juga merupakan sesuatu yang positif. Tidak seperti anggapan umum yang mengatakan bahwa etnosentrisme merupakan sesuatu yang semata-mata buruk, etnosentrisme juga merupakan sesuatu yang fungsional karena mendorong kelompok dalam perjuangan mencari kekuasaan dan kekayaan. Pada saat konflik, etnosentrisme benar-benar bermanfaat. Dengan adanya etnosentrisme, kelompok yang terlibat konflik dengan kelompok lain akan saling dukung satu sama lain. (Matsumoto,1996)3.2 Pengertian Stereotipe dan PrejudiceStereotip adalah kombinasi dari ciri-ciri yang paling sering diterapkan oleh suatu kelompok tehadap kelompok lain, atau oleh seseorang kepada orang lain (Soekanto, 1993). Stereotip sebagai generalisasi kesan yang kita miliki mengenai seseorang terutama karakter psikologis atau sifat kepribadian. (Matsumoto,1996) Prejudice merupakan perilaku negatif yang mengarahkan kelompok pada individualis berdasarkan pada keterbatasan atau kesalahan informasi tentang kelompok. Prasangka juga dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang bersifat emosional, yang akan mudah sekali menjadi motivator munculnya ledakan sosial. (Worchel dkk, 2000)3.3 Pengertian RasismeDefinisi rasisme secara umum adalah pendirian yang memperlakukan orang lain secara berbeda dengan memberikan judgment nilai berdasarkan karakteristik ras, sosial, dan kondisi mental tertentu. Rasisme telah bermetamorfosa dalam berbagai bentuk, tidak hanya sentiment rasial suku bangsa namun juga dapat terjadi dalam lingkup internal suatu ras, suatu golongan, bahkan suatu komunitas bisnis. Rasisme adalah suatu sistem kepercayaan atau doktrin yang menyatakan bahwa perbedaan biologis yang melekat pada ras manusia menentukan pencapaian budaya atau individu bahwa suatu ras tertentu lebih superior dan memiliki hak untuk mengatur yang lainnya.3.4 Faktor Penyebab Timbulnya Konflik BudayaBeberapa penyebab munculnya Konflik budaya diantaranya adalah:1. Konflik muncul karena ada benturan budayaBenturan budaya antar etnik terjadi karena adanya kategori atau identitas soail yang berbeda. Perbedaan ini sering menimbulkan etnosentrisme yang kaku, dimana seseorang tidak mampu keluar dari perspektif yang dimiliki atau hanya bisa memahami perilaku orang lain berdasarkan latar belakang budayanya2. Konflik muncul karena masalah ekonomiPersoalan ekonomi sebagai penyebab Konflik antar etnik merupakan sesuatu yang tak terbantahkan, meskipun tentu tidak semua konflik antar etnik ditimbulkan karena persoalan ekonomi saja. Ketersediaan sumber daya ekonomi di suatu wilayah menjadi indikator penting bagi kemungkinan terjadinya konflik.3. Kesalahpahaman akibat komunikasi dengan bahasa daerah masing-masing4. Kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi dengan baik5. Ketidakcocokan antar karakter yang menghubungkan kedua etnis dalam kelompok6. Ketidakadilan pada satu kelompok etnis 3.5 Pengertian Syok BudayaSyok budaya atau culture shock adalah gangguan yang terjadi sebagai respon terhadap transisi dari stu situasi budaya ke situasi budaya lainnya. Misalnya kejadian ini dapat terjadi pada saat seseorang berpindah dari suatu lokasi geografis tertentu ke tempat lainnya atau ketika seseorang masuk ke suatu rumah sakit dan harus beradaptasi dengan lingkungan asing.Ekspresi syok budaya beragam dari rentang bingung dan cemas, diam dan tidak bergerak, sampai gelisah dan marah.

BAB 4. PENUTUP4.1 KesimpulanDari pembahasan di atas, dapat disimpulkan, etnosentrisme adalah kecenderungan untuk melihat dunia hanya melalui sudut pandang budaya sendiri. Stereotipe adalah pendapat atau prasangka mengenai orang-orang dari kelompok tertentu, dimana pendapat tersebut hanya didasarkan bahwa orang-orang tersebut termasuk dalam kelompok tertentu tersebut. Prejudice adalah sikap dan tingkah laku negatif yang didasarkan pada konsepsi bahwa anggota kelompok, atau ras yang berbeda darinya lebih rendah tingkatanya/inferior. Rasisme adalah suatu sistem kepercayaan atau doktrin yang menyatakan bahwa perbedaan biologis yang melekat pada ras manusia menentukan pencapaian budaya atau individu bahwa suatu ras tertentu lebih superior dan memiliki hak untuk mengatur yang lainnya.

4.2 SaranPerawat harus lebih memahami karakteristik kebudayaan yang ada pada masyarakat. Mempelajari karakteristik kebudayaan yang ada pada konsep etnosentrisme dapat juga meningkatkan mutu pelayanan terhadap klien, karena setiap klien memiliki budaya yang berbeda.

Daftar PustakaMatsumoto, D. (1996). Culture and psychology. Padific Grove: Brooks/Cole Publishing Company.Soekanto, Soerjono. 1993.Beberapa Teori Sosial Tentang Struktur Masyarakat. Jakarta: Raja Grafindo PersadaRahman, Nuril. tanpa tahun. Konflik dan Kecemburuan Sosial antara Etnis Tionghoa dan Masyarakat Padhalungan di Daerah Besuki-Situbondo. https://icssis.files.wordpress.com/2013/09/2013-02-15.pdf. Diakses pada Minggu, 22 Maret 2015 pukul 21.00 WIBWorchel, S., Cooper, R., Goethals, G.R., & Olson, J.M. (2000). Social Psychology. USA: Wadsworth Thomson Learning.

xiii