Rtbl Tgr Ekpose NEW
-
Upload
hari-setiawan -
Category
Documents
-
view
191 -
download
106
description
Transcript of Rtbl Tgr Ekpose NEW
-
Kawasan Sekitar Stasiun Kereta Api Batuceper
dan Terminal Poris Plawad merupakan :
Titik pergantian moda transportasi (transfer point).
Kawasan memicu pertumbuhan ekonomi dan mendorong pertumbuhan dan perkembangan
fisik kawasan
Terdapat kecenderungan perkembangan kawasan permukiman formal (hunian
horizontalanded houses dan hunian vertikal.
Melalui Penyusunan RTBL :
Menciptakan suasana kondusif dalam rangka pembangunan gedung hijau
Terfokus pada desain lingkungan yang dapat menghemat penggunaan sumber daya tak
terbarukan/ fossil fuel d
Melakukan pendetilan tata cara pelaksanaan di tingkat basis masyarakat untuk mencapai
target sasaran hijaudi wilayahnya
-
Sebagai pemenuhan aspek legal-formal,
sebagai produk pengaturan pemanfaatan
ruang serta penataan bangunan dan
lingkungan dan sebagai dokumen
panduan/pengendali pembangunan dalam
penyelenggaraan penataan bangunan dan
lingkungan kawasan agar memenuhi kriteria
perencanaan tata bangunan dan lingkungan
yang berkelanjutan.
Sebagai upaya mengendalikan pemanfaatan ruang dan menciptakan lingkungan yang tertata, berkelanjutan, berkualitas serta menambah vitalitas ekonomi dan kehidupan masyarakat serta terarahnya penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan serta mewujudkan tata bangunan dan dan lingkungan layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan, yang diamanatkan oleh UU No. 28/2002 tentang Bangunan Gedung
-
Mengarahkan jalannya pembangunan sejak dini;
Mewujudkan pemanfaatan ruang secara efektif, tepat guna, spesifik setempat dan konkret sesuai dengan rencana tata ruang wilayah;
Melengkapi peraturan daerah tentang bangunan gedung, mewujudkan kesatuan karakter dan meningkatkan kualitas bangunan gedung dan lingkungan/kawasan;
Mengendalikan pertumbuhan fisik suatu lingkungan/kawasan;
Menjamin implementasi pembangunan agar sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat dalam pengembangan lingkungan/kawasan yang berkelanjutan;
Menjamin terpeliharanya hasil pembangunan pasca pelaksanaan sebagai penterjemahan rasa memiliki masyarakat terhadap semua hasil pembangunan;
Pemenuhan persyaratan tata bangunan dan lingkungan,
Peningkatan kualitas hidup masyarakat melalui perbaikan kualitas Lingkungan dan ruang publik,
Perwujudan pelindungan lingkungan, serta Peningkatan vitalita sekonomi lingkungan
-
1. Undang-undang RI No. 28 Tahun 2002, tentang Bangunan Gedung;
2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
3. Undang-undang RI No. 26 Tahun 2007, tentang Penataan Ruang
4. Undang-undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
5. Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya;
6. Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman;
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional;
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
10. Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah;
11. Peraturan Menteri PU Nomor 29/PRT/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
12. Peraturan Menteri PU Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Persyaratan Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada
Bangunan Umum dan Lingkungan;
13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan;
14. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di KawasanPerkotaan;
15. SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan;
16. Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya Nomor 01/SE/DC/2009 perihal Modul Sosialisasi Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan;
17. Peraturan daerah Kota Tangerang Nomor 6 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Tangerang
18. Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 3Tahun 2012 tentang bangunan gedung
-
Stasiun Batuceper atau Stasiun Poris Plawad (kode: BPR) adalah stasiun kereta api yang berada di Poris Plawad, Cipondoh, Tangerang. Meskipun bernama Batuceper, letak stasiun ini bukan di kecamatan Batuceper, melainkan di kecamatan Cipondoh. Stasiun ini awalnya hanya mempunyai 1 jalur kereta api. Namun dengan pembangunan double track Tangerang-Duri, jalur kereta api di stasiun ini ditambahkan satu lagi. Dari stasiun ini direncanakan akan dibangun jalur kereta api menuju ke Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta sepanjang 4 km. Di antara Stasiun Tangerang dan Stasiun Batuceper terdapat Stasiun Tanah Tinggi yang sudah tidak beroperasi lagi. Stasiun ini berada di seberang Terminal Poris Plawad.
-
Terminal Poris Plawad, merupakan satu-satunya terminal tipe A di Kota Tangerang dengan luas terminal saat ini mencapai 6 ha lahan perluasan sebesar 7,4 ha.
Terminal ini melayani 24 kota tujuan Pulau Jawa dan sekitar 19 kota tujuan Pulau Sumatera, bus kota memiliki 12 trayek pelayanan.
Untuk angkutan kota (angkot) yang tersedia di terminal adalah sebanyak 17 trayek.
-
1. Fragmentasi Kawasan
Menentukan/merumuskan fragmen-fragmen yang terdapat di kawasan perkotaan yang produktif.
2. Urban Linkage/Constitution of Spatial Linkages
Ditentukan dan dirumuskan linkage/relasi terhadap layer kawasan yang antara lain berupa obyek, space maupun aspek-aspek signifikan/potensi kawasan yang lain termasuk kaitannya dengna keberadaan dengan bagian kota yang lain.
3. Scenario Writing
Struktur yang terbentuk secara lebih konkrit akan didetail mekanisme RTBLnya melalui Scenario Writing yang menunjukkan runtutan pengaktifan yang mungkin terjadi di kawasan perkotaan yang produktif.Menentukan embrio utama
yang perlu untuk segera ditangani secara lebih awal melalui program-program pembangunan.
4. Identifikasi dan Pengembangan Embrio Aktivitas serta Potensi Bangunan dan Ruang yang Ada.
Pengembangan embrio aktivitas yang ada dilakukan dari hasil mengidentifikasi dan menganalisa variasi peruntukan lahan
yang ada. Berdasarkan temuan akan posisi konsentrasi fungsi dan aktivitas yang dominan terhadap kawasan serta peta
persebaran bangunan aktif dan potensial, maka disusun rencana adaptive re-used untuk fungsi-fungsi yang menunjang
kawasan terbangun serta pengembangan embrio aktivitas yang ada.
5. Pemberdayaan Pasar (Enabling The Market)
Dilakukan dengan cara:
a. Menstrukturkan Kembali Kawasan sekaligus mempertegas Kembali Struktur Kawasan dengan Urban Fabric Kawasan di
sekitarnya.
b. Restruktur kawasan ini menjadi suatu proses redefinisi struktur/ kerangka dari kawasan yang meliputi ruang
terbuka/square, jalan/streets, dan sungai-sungai dan lain-lain) serta obyek-obyek yang signifikan.
c. Didefinisikan aspek-aspek simbolik dan akses, memproteksi karakter-karakter yang unik dari bangunan-
bangunan/ruang bersejarah, focal point dan urban permanences.
d. Menentukan dan merekomposisikan Core Area dan Magnet-megnet Kawasan dan Nodes-nodes/Pusat-pusat Keramaian.
e. Mengembangkan kawasan inti dan menentukan kawasan-kawasan inti baru. Terhadap kawasan inti dikembangkan
nodes-nodes kawasan struktur-struktur dan linkage terhadap peningkatan ekonomi kawasan.
f. Peningkatan nilai ekonomi kawasan melalui pola mixed-use dan prioritas kekuatan ekonomi dominan di sekitarnya
sebagai magnet, pusat keramaian dan generator revitalisasi. Seperti misalnya pasar, perhentian transportasi publik,
stasiun transportasi regional, pusat-pusat perbelanjaan dan atau embrio aktifitas lainnya.
g. Meredefinisikan fungsi kawasan sebagai kawasan perdagangan (grosir maupun retail), perkantoran dan permukiman
-
6. Pengembangan Properti dan Bisnis.
Pengembangan property dan bisnis disini antara lain meliputi kegiatan pengembangan:
a). Perumahan
b). Perkantoran (swasta maupun pemerintahan)
c). Perbelanjaan (retail maupun grosir)
d). Fasilitas hiburan dan rekreasi
e). Fasilitas ekonomi dan komersial lainnya.
Pendekatan adalah melalui The Public Real Estate Development Approach serta Studi Highest and Best Use yang antara lain meliputi:
Maksimalisasi potensi pasar Optimalisasi potensi kawasan Kelayakan investasi Pola dan gambaran Implikasi strategi investasi Strategi konservasi-revitalisasi Dan lain-lain
7. Pemanfaatan Lahan tak Terbangun
Pemanfaatan lahan tak terbangun ini antara lain adalah untuk pengembangan bangunan, landscape, urban forest, green
island, square dan lain sebagainya. Dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
Infill Redevelopment Dikembangkan systeminfill dari kawasan yang antara lain mencakup aspek bangunan, lansekap/penghijauan dan
ruang-ruang terbuka publik dan lain-lain. Hal-hal pokok yang harus dipertimbangkan adalah kontekstualitas disain
horizontal maupun vertical, kemungkinan demolisi, dampak pembangunan terhadap lingkungan warisan budaya di
sekitarnya dan lain sebagainya.
Pembangunan Baru dan atau Rekonstruksi terhadap Warisan Budaya yang ada.
8. Pemberdayaan Masyarakat (Enablement, Empowerment, Harmonizing Growth With Equity/ Equal Urban
Redistribution).
Neighbourhood oriented development dengan tujuan tercapainya pembangunan yang partisipatoris dengan komunitas
yang aktif (active society) dan mau belajar (learning society). Pendekatan yang dilakukan adalah dengan cara :
Mengembangkan komunitas baru yang memiliki visi bisnis/kewira-swastaan (public entrepreneurship). Mengalokasikan kembali tata guna lahan dan ruang-ruang kawasan dalam perencanaan dan desain (land use dan urban
space (re)allocation) dan menentukan/merumuskan survei permintaan dan kebutuhan ruang sesuai space demand and
affordability survey.