RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah...

42
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ekologi Arsitektur Ekologi adalah ilmu mengenai hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya. Kata Ekologi beasal dari kata Yunani yaitu: oikos (habitat) dan logos (ilmu). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834-1914). Ekologi Arsitektur adalah suatu konsep untuk melestarikan alam dan lingkungan untuk kehidupan yang berkelanjutan dalam efesiensi energi dan sumber daya alam dalam kegiatan arsitektural untuk pembangunan yang berkelanjutan dalam mencapai tujuan keberlanjutan lingkungan, ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial Keberlanjutan Lingkungan Indikasi Deskripsi Mengkonservasikan dan mengembangkan spesies langka Lingkungan yang di maksud adalah Mengembangkan keberagaman hayati atau biodiversitas lingkungan alam, perhatian utama dari Menggunakan material yang di daur ulang, limbah yang dapat pembangunan berkelanjutan adalah Menggunakan energi secara efisien diolah kembali, konservasi air, limbah yang dapat diubah bagaimana menciptakan lingkungan terus menjadi energi baru, dan energi yang dapat diolah kembali. Meminimalkan sumber daya yang tak bisa di terjaga sampai generasi selanjutnya perbaharui Membuat bangunan yang ramah lingkungan Keberlanjutan Sosial Indikasi Deskripsi Respek terhadap komunitas kehidupan Sumber daya sosial yang seimbang di Keberlanjutan Budaya, menurut spradley adalah pengetahuan wujudkan dalam keseimbangan intra Menngkatkan kualitas kehidupan manusia yang di peruleh dan digunakan oleh manusia untuk generation , Sumber daya sosial ini mengintreprestasikan pengalaman dan melahirka tingkah laku memiliki kriteria sosial, yaitu: Komunitas Konservasi vitalitas bumi dan perbedaan (Spradlet,1997), ia menekankan konsep kebudayaan pada diversitas, Hak asai manusia, keamanan pengetahuan budaya yang di peroleh seseorang dari proses produk, dan struktur pemerintah dan dapat di Menekankan komunitas kemasyarakatan agar belajar dimana pengetahuan tersebut digunakan oleh wujudkan dengan. lebih peduli terhadap lingkungan seseorang untuk menghadapi lingkunganya Menciptakan Global Alliance Keberlanjutan Ekonomi Indikasi Deskripsi Mengurangi penganguran Menciptakan lapangan kerja dengan meningkatkan usaha mikro Semua adalah untuk mewujudkan community development, Keberlanjutan ekonomi dikaitkan dengan adalah kegiatan pembangunan masyarakat yang di lakukan Membudidayakan masyarakat yang giat usaha peningkatan ekonomi dari suatu secara sistematis terencana dan diarahkan untuk berwirausaha kecil negara agar rakyatnya menjadi sejahtera memperbesar akses masyarakat guna mencapai kondisi sosial. Industri ekologi industri kreatif 1

Transcript of RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah...

Page 1: RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial Keberlanjutan Lingkungan

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ekologi Arsitektur

Ekologi adalah ilmu mengenai hubungan timbal balik antara makhluk hidup

dan lingkungannya. Kata Ekologi beasal dari kata Yunani yaitu: oikos (habitat) dan

logos (ilmu). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar

makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh

Ernst Haeckel (1834-1914). Ekologi Arsitektur adalah suatu konsep untuk

melestarikan alam dan lingkungan untuk kehidupan yang berkelanjutan dalam

efesiensi energi dan sumber daya alam dalam kegiatan arsitektural untuk

pembangunan yang berkelanjutan dalam mencapai tujuan keberlanjutan lingkungan,

ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini.

Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial

Keberlanjutan Lingkungan Indikasi Deskripsi

Mengkonservasikan dan mengembangkan spesies langka

Lingkungan yang di maksud adalah Mengembangkan keberagaman hayati atau

biodiversitas

lingkungan alam, perhatian utama dari Menggunakan material yang di daur ulang, limbah yang dapat

pembangunan berkelanjutan adalah Menggunakan energi secara efisien

diolah kembali, konservasi air, limbah yang dapat diubah

bagaimana menciptakan lingkungan terus menjadi energi baru, dan energi yang dapat diolah kembali.

Meminimalkan sumber daya yang tak bisa di terjaga sampai generasi selanjutnya perbaharui

Membuat bangunan yang ramah lingkungan

Keberlanjutan Sosial Indikasi Deskripsi

Respek terhadap komunitas kehidupan Sumber daya sosial yang seimbang di Keberlanjutan Budaya, menurut spradley adalah pengetahuan

wujudkan dalam keseimbangan intra Menngkatkan kualitas kehidupan manusia yang di peruleh dan digunakan oleh manusia untuk generation , Sumber daya sosial ini mengintreprestasikan pengalaman dan melahirka tingkah laku memiliki kriteria sosial, yaitu: Komunitas

Konservasi vitalitas bumi dan perbedaan (Spradlet,1997), ia menekankan konsep kebudayaan pada

diversitas, Hak asai manusia, keamanan pengetahuan budaya yang di peroleh seseorang dari proses

produk, dan struktur pemerintah dan dapat di Menekankan komunitas kemasyarakatan agar belajar dimana pengetahuan tersebut digunakan oleh wujudkan dengan. lebih peduli terhadap lingkungan seseorang untuk menghadapi lingkunganya

Menciptakan Global Alliance

Keberlanjutan Ekonomi Indikasi Deskripsi

Mengurangi penganguran Menciptakan lapangan kerja dengan meningkatkan usaha mikro Semua adalah untuk mewujudkan community development, Keberlanjutan ekonomi dikaitkan dengan

adalah kegiatan pembangunan masyarakat yang di lakukan Membudidayakan masyarakat yang giat usaha peningkatan ekonomi dari suatu secara sistematis terencana dan diarahkan untuk berwirausaha kecil negara agar rakyatnya menjadi sejahtera memperbesar akses masyarakat guna mencapai kondisi

sosial.

Industri ekologi

industri kreatif

1

Page 2: RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial Keberlanjutan Lingkungan

2

Arsitektur yang Ekologis akan tercipta apabila dalam proses ber-arsitektur

menggunakan pendekatan desain yang ekologis (alam sebagai basis design). Proses

pendekatan arsitektur yang menggabungkan alam dengan teknologi, menggunakan

alam sebagai basis design dan strategi konservasi sember daya alam sebagai upaya

untuk perbaikan lingkungan dan bisa di terapkan pada semua tingkatan dan skala

untuk menghasilkan suatu bentuk bangunan, lansekap, pemukiman dan kota yang

revolusioner dengan menerapkan teknologi perancanganya.

Menurut jurnal Dinur (2007) dalam Interweaving Architecture and

Ecology A Theoretical Perspective tiga prinsip-prinsip ekologi (fluktuasi, stratifikasi,

dan saling ketergantungan) dimana bahwa arsitek dan desainer tidak benar-benar

mengerti bagaimana sistem kehidupan berfungsi, tetapi sebaliknya mencoba untuk

meminjam ide-ide baru dari ilmu pengetahuan dan ekologi dan mengekspresikannya

dengan arsitektur dalam cara yang singkat, dibuktikan dari penjelasan masalah sub

bidang ekologi yang membahas bahwa ekologi adalah studi sistem kehidupan dan

hubungan satu sama lain. Melalui definisi dasar sistem kehidupan kita dapat mulai

mengidentifikasi perbedaan utama antara hidup dan sistem non- hidup. Dalam sistem

non-hidup (dalam kasus bangunan) komponen bersama-sama membentuk seluruh

melalui struktur hirarkis konstruksi setiap bagian dari sistem memiliki fungsi

tersendiri dan dibangun khusus untuk melakukan fungsi ini. Salingaros (2004) dalam

(Dinur 2007), matematikawan dan teoris arsitektur, tidak setuju dengan (Charler

Jencks,1995) asumsi tentang arsitektur representasi ilmu pengetahuan baru.

Salingaros mengklaim bahwa manifestasi manifestasi arsitektur yang Jencks lihat

sebagai mewakili ide-ide ilmiah yang baru, hanya sebagai patung representasi dari

ide-ide abstrak tertentu tetapi tidak benar-benar mewakili proses terus-menerus,

kompleks yang dimanifestasikan di dalam sistem kehidupan, catatan Salingaros,

perbedaan utama adalah untuk melihat bagaimana ekologi dapat menginformasikan

arsitektur bukan sebagai objek tetapi sebagai proses. Pertama-tama, oleh karena itu,

kita harus mampu memahami perbedaan antara objek dan proses.

Menurut Turchin (1991), seorang ilmuwan dan filsuf cybernetics, proses

adalah "suatu tindakan yang kita lihat sebagai urutan melanjutkan tindakan sub,

Perbedaan utama antara proses dan objek, menurut Turchin, objek konstan

sehubungan dengan tindakan kognitif tertentu, sementara proses mewakili sebuah

perubahan yang sedang berlangsung.

Page 3: RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial Keberlanjutan Lingkungan

3

Dalam prinsip Fluktuasi menjelaskan bahwa sistem kehidupan tidaklah

statis mereka akan terus berkembang dan menyesuaikan diri dengan kondisi internal

dan eksternal, sistem kehidupan homeostatis ini berkembang untuk mempertahankan.

Sistem kehidupan seperti ini disebut sebagai autopoiesis, Autopoiesis adalah mesin

terorganisir (didefinisikan sebagai satu kesatuan) sebagai jaringan proses produksi

(transformasi dan kehancuran) komponen yang memproduksi komponen yang:

1. Melalui interaksi dan transformasi mereka terus regenerasi dan

menyadari jaringan proses (hubungan) yang dihasilkan mereka.

2. Merupakan sebagai satu kesatuan seperti beton memiliki tempat di

mana mereka menjadi seperti (komponen), dengan menentukan

domain topologi realisasinya seperti jaringan (Maturana dan Varela,

1973:789).

Dalam prinsip fluktuasi ini, berarti bahwa arsitektur perlu belajar dari

sistem kehidupan, bagaimana sistem dapat mempertahankan stabilitas sementara

masih memungkinkan perubahan dan adaptasi terjadi. Mungkin berguna sekarang

untuk menyelidiki struktur yang sebenarnya dari sistem kehidupan, jenis struktur apa

yang memungkinkan sistem untuk tetap stabil sementara pada saat yang sama

memungkinkan untuk terus berubah dan berubah.

Prinsip Stratifikasi Sistem kehidupan yang terstruktur hirarki. Mereka

terdiri dari tingkat yang berbeda yang berinteraksi satu sama lain. Perintah hirarkis

biasanya dibangun secara 'bottom-up'. Ini berarti bahwa bagian terkecil dari sistem

menghasilkan bagian mereka sendiri, muncul emergen bagian adalah komponen

yang terjadi sebagai akibat dari interaksi antara komponen-komponen dalam sistem,

Dalam hal prinsip stratifikasi, kita dapat mulai untuk bertanya : bagaimana desain

bangunan dapat muncul dari interaksi antara komponen satu dengan komponen

lainya yang berbeda? Bagaimana bisa desain beralih dari pengenaan urutan ke

munculnya order? Hal ini dapat menyebabkan kita untuk mengenali prinsip ketiga

dalam pembentukan sistem kehidupan-sifat interaksi antara bagian-bagian.

Prinsip ketiga saling ketergantungan menjelaskan bahwa struktur sistem

yang hidup dalam perubahan konstan: komponen dalam sistem terus-menerus

berinteraksi untuk menciptakan tingkat yang lebih tinggi dari organisasi, dan bahkan

ketika sistem mencapai homeostasis itu terus berfluktuasi untuk beradaptasi dengan

pengaruh luar. Perubahan yang terus terjadi dalam sistem menjaga sistem berkat

Page 4: RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial Keberlanjutan Lingkungan

4 hubungan antara bagian-bagian. Salingaros menjelaskan bahwa "ketika komponen

bergabung bersama untuk membentuk komponen yang kompleks muncul kembali

yang tidak bisa di jelaskan kecuali oleh referensi untuk keseluruhan. Benar-benar

konektivitas drive sistem: untuk membuat seluruh koneksi tumbuh dan

berkembangbiak, menggunakan komponen sebagai penahan untuk jaringan yang

koheren "(Salingaros, 2004:48), Sekarang menjadi jelas bahwa hubungan antara

bagian memainkan peran utama dalam pemeliharaan dan evolusi sistem, Loop atau

umpan balik ini dapat umpan balik positif atau negatif. Heylighen menjelaskan

bahwa "umpan balik dikatakan positif jika pengaruh berulang memperkuat atau

menguatkan perubahan awal. Dengan kata lain, jika sebuah perubahan terjadi dalam

arah tertentu, reaksi yang diberi maka akan kembali mengambil tempat dalam arah

yang sama. Umpan balik negatif jika reaksi adalah berlawanan dengan tindakan

awal, yang, jika perubahan adalah ditekan atau menetral, daripada diperkuat. Umpan

balik negatif menstabilkan sistem, dengan membawa penyimpangan kembali ke

keadaan awal.

Sistem yang kompleks kemudian karena sifat mereka terbuka

memungkinkan berbagai interaksi terjadi dengan sistem, dan interaksi mereka yang

memberikan makna sistem yang masing-masing sesuai konteksnya. Dengan kata

lain, jika kita membawa diskusi kembali ke arsitektur, kami dapat menyarankan

bahwa setelah fisik bangunan berdiri sebagai sistem yang kompleks, akan dirasakan

dan dipahami secara berbeda menurut konteks dan orang-orang yang berinteraksi

dengan Sebuah bangunan yang akan mampu berubah terus-menerus berhubungan

dengan proses alam dan budaya yang berinteraksi dengan itu akan menjadi bangunan

yang terus-menerus diciptakan dan kembali dibuat bukan oleh perancang.

Prinsip saling ketergantungan menunjukkan bahwa hubungan antara sifat-

sifat bangunan merupakan timbal balik. 'Pengamat' desain dan pengguna serta site

adalah sifat yang melekat di gedung. Saling ketergantungan antara bangunan yang

sedang berlangsung sepanjang hidup bangunan.

Menurut Sukawi (2008) dalam Ekologi Arsitektur: menuju Perancangan

Arsitektur hemat energi dan berkelanjutan konsep penekan desain Ekologi Arsitektur

didasari dengan maraknya issue global warming, dan di harapkan dengan konsep

perancangan yang berdasar pada kesimbangan alam. Perwujudan dari desain Ekologi

Arsitektur adalah bangunan yang berwawasan lingkungan yang sering di sebut

Page 5: RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial Keberlanjutan Lingkungan

5

sebagai green building, ini berkaitan dengan konsep arsitektur hijau yang merupakan

bagian dari arsitektur berkelanjutan (Sukawi,2008) yang juga dapat mengurangi

pemanasan global sehingga suhu bumi tetap terjaga. Satu penyumbang terbesar bagi

pemansan global dan bentuk lain dari kerusakan lingkungan adalah industri kontruksi

bangunan, berikut adalah patokan pola perencanaan eko arsitektur suatu bangunan

menurut Heinz Frick dalam (Sukawi,2008) yang selalu memanfaatkan peredaran

alam sebagai berikut:

1. Menciptakan kawasan penghijauan diantara kawasan pembangunan

sebagai paru paru hijau.

2. Menggunakan bahan bangunan alamiah, dan intensitas energi yang

terkandung dalam bahan bangunan maupun yang di gunakan pada saat

pembangunan harus seminimal mungkin.

3. Bangunan sebaiknya di arahkan menurut oriantasi timur barat dengan

bagian utara/ selatan menerima cahaya alam tanpa kesilauan.

4. Kulit (Dinding dan atap) sebuah bangunan sesuai dengan fungsinya,

harus melindungi dirinya dari panas, angin dan hujan, dinding

bangunan harus memberi perlindungan terhadap panas, daya serap

panas dan tebalnya dinding harus sesuai dengan kebutuhan iklim

ruang dalamnya, bangunan yang memperhatikan penyegaran udara

secara alami bisa menghemat banyak energi.

5. Menghindari kelembapan Tanah naik ke dalam konstruksi bangunan

dan memajukan sistem konstruksi bangunan kering.

6. Menjamin kesinambungan pada struktur sebagai hubungan antara

masa pakai bangunan dan struktur bangunan

7. Memperhatikan Bentuk dan proporsi ruang berdasarkan aturan

harmonikal.

8. Menjamin bahwa bangunan yang di rencanakan tidak menimbulkan

masalah lingkungan dan membutuhkan energi sedikit mungkin.

9. Menciptakan bangunan bebas hambatan sehingga gedung dapat di

manfaatkan oleh semua penghuni (termasuk anak-anak,orang tua

maupun difable)

Pola perencanaan eko-arsitektur juga melingkupi perencanan struktur dan

konstruksi bangunan, yang harus dapat memenuhi persoalan teknik dan

Page 6: RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial Keberlanjutan Lingkungan

6

persoalan estetika, termasuk pembentukan ruang, Kualitas struktur di

definisikan sebagai:

1. Struktur fungsional, menentukan dimansi geometris yang

berhubungan dengan penggunaan atau fungsi (Kebutuhan ruang,

ruang gerak, ruang sirkulasi) dimensi pengaturan ruang, dimensi

fisiologis tentang kenyamanan, penyinaran, dan penyegaran udara,

dimensi teknis dengan beban lantai dsb.

2. Struktur Lingkungan, meliputi lingkungan alam (iklim, topografi,

geologi, hidologi, serta lingkungan buatan (Bangunan, Sirkulasi,

prasarana teknis, dan radiasi buatan).

3. Struktur Bangunan, meliputi bahan bangunan, sistem penggunaanya

dan teknik serta konstruksi bangunan yang harus memenuhi tuntutan

ekologi.

4. Struktur Bentuk, mengandung masa dan isi, ruang antara dan segala

kegiatan mengatur ruang, bentuk ruang tersebut dapat di definisikan

oleh dinding pembatas, tiang, lantai, dan sebagainya serta bukaan

dinding.

Dalam bentuk konsep Ekologi Arsitektur yang ramah lingkungan, memiliki

beberapa tingkatan sistem operasional yang di gunakan dalam penggunaan

energi bangunan dan kategori sebagai berikut:

1. Sistem Pasif (Passive mode): Tingkat konsumsi energi paling rendah,

tanpa ataupun minimal penggunaan peralatan ME (Mekanikal

Elektrikal) dari sumber daya yang tidak dapat di perbaharui (non

renewable resources)

2. Sistem Hybrid (Mixed Mode): Sebagian tergantung dari energi (energy

dependent) atau sebagian di bantu dengan penggunaan ME.

3. Sistem Aktif (Active Mode): Seluruhnya menggunakan pelaratan ME

yang bersumber dari energy yang tidak dapat di perbaharui.

4. Sistem Produktif (Productive mode): Sistem yang dapat

mengadakan/membangkitkan energu nya sendiri (on site energy) dari

sumber daya yang dapat di perbarui (renewable resources) misalnya

pada sistem sel surya (fotovaltik) maupun kolektor surya

(termisiphoning).

Page 7: RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial Keberlanjutan Lingkungan

7

2.1.2 Prinsip Prinsip ekologi Arsitektur

Teori Bahasan Cowan & Ryn 1996 Terdapat lima prinsip dalam mendesain secara ekologis yaitu:

1. Pemecahan masalah harus berpijak dari tempat dimana perancang mendesain, pemahaman karakteristik site, kondisi lingkungan sekitar, pengguna bangunan menjadi kunci informas design 2. Perhitungan ekologis, desain harus berhitung bahwa karya desainya tidak menjadikan lingkungan dimana karya desain di bangun menjadi lebih buruk kondisinya 3. Desain bersama alam, desain harus selalu mempertimbangkan keberlanjutan secara bersama antara bangunansebagai karya desain dengan alam terkait. 4. Desain harus bersifat partisipatif terhadap pemangku kepentingan terkatir ( stakeholders) terhadap karya desain, dalam hal ini arsitek harus mempertimbangkan pihak lain yang terkait, bahkan keputusan desain dapat di putuskan secara bersama dengan mereka

Heinz Frick (1998) 1. Elemen-elemen arsitektur mampu seoptimal mungkin memberikan

perlindunganterhadap sinar panas,angindan hujan.2. Intensitas energi yang terkandung dalam material yang digunakan saat pembangunan harus seminimal mungkin, dengan cara-cara• Perhatian pada iklim setempat • Substitusi, minimalisasi dan optimasi sumber energi yang tidak dapat diperbaharui • Penggunaan bahan bangunan yang dapat dibudidayakan dan menghemat energi • Pembentukan siklus yang utuh antara penyediaan dan pembuangan bahan bangunan, energi, atau limbah dihindari sejauh mungkin • Penggunaan teknologi tepat guna yang manusiawi 3. Integrasi fisik dan karakter fisik ekologi setempat (tanah, topografi, air tanah, vegetasi, iklim, dsb.) 4. Integrasi sistem-sistem dengan proses alam (cara penggunaan air, pengolahan dan pembuangan limbah cair, sistem pembuangan dari bangunan, pelepasan panas dari bangunan, dsb.) 5. Integrasi penggunaan sumber daya yang mencakup penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan

Page 8: RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial Keberlanjutan Lingkungan

8

Teori Bahasan Ken yeang (1995) pendekatan desain bioclimatic yang

merupakan wujud physical integration dengan tujuaan desain passive dan low energy system dengan memperhatikan faktor kenyamanan penghuni Pendekatan desainecomimicryyang merupakan wujud systemic dan temporal integration dengan tujuan mendapatkan desain yang ekologis didalam seluruh daur hidup bangunan. Konsep desain ekologis kemudian dijabarkan dalam prinsip utama yaitu no waste no problem, a natural design system, understanding the ecology of the site, Designing for low energy system, Integration with nature. Ekologi Dari Prinsip fluktuasi menunjukkan bahwa Perspektif teori bangunan dapat dirancang dan dianggap

sebagai tempat dimana proses budaya dan alam yang berbeda berinteraksi. Bangunan harus mencerminkan proses proses yang terjadi pada site, dan semakin itu memungkinkan proses harus dialami sebagai proses daripada representasi dari proses, proses proses tersebut semakin akan berhasil ji ka terus menerus terjadi secara kontinuitas dalam menghubungkan orang ke realita site. Prinsip stratifikasi menunjukkan bahwa bangunan organisasi harus muncul dari interaksi antara sifat yang berbeda tingkat. Organisasi semacam ini memungkinkan kompleksitas diatur dalam cara yang koheren. Prinsip saling ketergantungan menunjukkan bahwa hubungan antara sifat- sifat bangunan memiliki timbal balik. ‘Pengamat antara (desain dan pengguna) serta site adalah sifat yang melekat di gedung. Saling ketergantungan antara properti yang sedang berlangsung sepanjang hidup bangunan.

Dalam ke empat prinsip yang penulis temukan daripada jurnal terkait ekologi

arsitektur terdapat berbagai sudut pandang yang berbeda tetapi semua memiliki

arah dan tujuan yang sama yaitu:

Page 9: RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial Keberlanjutan Lingkungan

9

Mengupayakan terpeliharanya sumber daya alam, membantu

mengurangi dampak yang lebih parah dari pemanasan global, melalui

pemahaman prilaku alam.

Mengelola tanah, air dan udara untuk menjamin keberlangsungan

siklus-siklus ekosistim didalamnya, melalui sikap transenden terhadap

alam tanpa melupakan bahwa manusia adalan imanen dengan alam.

Pemikiran dan keputusan dilakukan secara holistik, dan

kontekstual Perancangan di lakukan secara teknis dan ilmiah

Merancang berdasarkan alam dengan memperhatikan kondisi site,

arah matahari dan topografi.

Menciptakan kenyamanan bagi penghuni secara fisik, sosial dan

ekonomi melalui sistim-sistim dalam bangunan yang selaras dengan

alam, dan lingkungan sekitarnya.

Dari semua pandangan terhadap Ekologi Arsitektur penulis memilih 1 prinsip

dengan mengikuti pemahaman Ekologi Arsitektur menurut Heinz Frick, karena

penulis merasa bahwa pandangan Ekologi Arsitektur menurut Heinz Frick

sangat cocok untuk di terapkan pada kondisi perancangan dengan pendekatan

Ekologi Arsitektur.

2.1.3 Patokan rumah sehat dan ekologis

Menurut Heinz Frick dalam bukunya, Arsitektur Ekologi mencamtumkan

bahwa rumah yang sehat dan ekologis memiliki kriteria sebagai berikut:

Menciptakan kawasan penghijauan di antara kawasan pembangunan

sebagai paru paru hijau

Memilih tapak bangunan yang sebebas mungkin dari gangguan radiasi

geobiologis dan meminimalkan medan elektromagnetik

Mempertimbangkan rantai bahan dan menggunakan bahan bangunan

alamiah

Menjamin kesinambungan pada struktur sebagai hubungan antara masa

pakai bahan bangunan dan struktur bangunan.

Mempertimbangkan bentuk/proporsi ruang berdasarkan aturan

harmonikal

Page 10: RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial Keberlanjutan Lingkungan

10

Menjamin bahwa bangunan yang di rencanakan tidak menimbulkan

masalah lingkungan dan membutuhkan energi sesedikit mungkin

(mengutamakan energi terbarukan)

Menciptakan bangunan bebas hambatan sehingga gedung dapat di

manfaatkan oleh semua penghuni (termasuk anak-anak, orang tua,

maupun difable)

2.1.4 Membangun Rumah Ekologis pada iklim tropis

Menurut Heinz Frick Arsitektur masa kini sering menimbulkan kesan bahwa

proyek tersebut di pindahkan dari jauh (Amerika Utara, Eropa), dari daerah beriklim

sedang ke daerah beriklim tropis panas lembab sepeti Indonesia. Iklim tropis panas

lembab dapat di gambakan dengan hujan dan kelembapan yang tinggi serta suhu

yang hampir selalu tinggi, angin sedikit bertiup ke arah yang berlawanan pada musim

hujan dan musim kemarau, Radiasi matahari sedang dan pertukaran panas kecil

karena tingginya kelambapan.

Gambar 2. 1 Posisi peletakan bangunan berdasarkan arah matahari

Sumber: Buku ekologi Arsitektur Heinz Frick

Pada lingkungan alam, pencahayaan selalu berasal dari atas (matahari pada

siang hari), dari Timur (fajar), atau dari Barat (senja). Oleh karena pencahayaan

matahri di daerah tropis mengandung gejala sampingan yaitu sinar panas, maka di

daerah tropis tersebut menusia sering beranggapan bahwa ruang yang agak gelap

sebagai ruang yang sejuk dan nyaman.

Pengaruh iklim terhadap manusia, secara fisiologis iklim mempengaruhi

kenyamanan thermal manusia, suhu inti manusia adalah 37 ͦC, pertukaran kalor

manusia dengan lingkunganya tergantung dari suhu udara, suhu permukaan yang

Page 11: RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial Keberlanjutan Lingkungan

11

berada di sekelilingnya, penyalur panas oleh permukaan tersebut, kelembapan, dan

gerak udara.

Gambar 2. 2 pengaruh iklim terhadap manusia

Sumber: Buku Ekologi Arsitektur Heinz Frick

2.1.5 Pengaruh Iklim terhadap Bangunan

Bangunan sebaiknya dibuat secara terbuka dengan jarak yang cukup antara bangunan tersebut agar gerak udara terjamin, orientasi di tempatkan antara lintasan mataharidan angin sebagai kompromi antara letak gedung berarah dari timur ke barat, dan yang terletak tegak lurus terhadap arah angin.

Gambar 2. 3 Pengaruh Iklim terhadap bangunan

Sumber: Buku ekologi arsitektur Heinz Frick

Page 12: RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial Keberlanjutan Lingkungan

12

Gambar 2. 4 Pergerakan Angin di antara banguanan

Sumber: Buku Ekologi Arsitektur Heinz Frick

Gambar Letak gedung terhadap sinar matahari yang paling menguntungkan bila memilih arah dari timur ke barat. Gambar Letak gedung terhadap arah angin yang paling menguntungkan bila memilih arah tegak lurus terhadap arah angin.Ruang di sekitar bangunan sebaiknya di lengkapi dengan pohon peneduh tanpa mengganggu gerak udara.

2.1.6 Penghijauan Lingkungan

Penghijauan kota seharusnya mudah di capai (di dalam inti setiap kampung dan dekat kawasan industri/perusahaan kecil) dan dinikmati secara gratis oleh semua lapisan masyarakat, penghijauan kota dalam bentuk taman dan hutan kota akan

Gambar 2. 5 Resapan di sekitar bangunan

Sumber: Buku Ekologi Heinz frick

memenuhi kebutuhan dasar tersebut. Penghijauan di lingkungan kota akan meningkatkan kualitas kehidupan dalam kota karena manusia dapat hidup dengan alam (melihat tumbuhnya tanaman, burung dan binatang lain serta dapat mengerti fungsi ekosistem).

Page 13: RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial Keberlanjutan Lingkungan

13

Gambar 2. 7 Manfaat Penghijauan Pada lingkungan

Sumber: Buku Ekologi Arsitektur Heinz Frick

Gambar 2. 6 Manfaat Pohon untuk lingkungan

Sumber: Buku Ekologi Arsitektur Heinz frick

Selain hal di atas, penghijauan di lingkungan kota meningkatkan produksi oksigen yang mendukung kehidupan sehat bagi manusia, air hujan yang turun di serap oleh tanah, kemudian menguap kembali, dengan demikian tanaman ikut mengelola air.

Kekayaan ekosistem

alam tidak dapat di lestarikan

Page 14: RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial Keberlanjutan Lingkungan

14 dengan satu jenis tanaman saja (monokultur), melainkan harus menjamin keanekaragaman rumput, semak belukar, perdu, dan pohon (polikultur).

Gambar 2. 8 Tumbuhan Monokultur dan Polikultur

Sumber: Buku ekologi Arsitektur Heinz Frick

Tanaman pada prinsipnya dibagi menjadi beberapa kegunaan dan fungsinya masing masing seperti pada gambar

Gambar 2. 9Tanaman Menurut jenis dan fungsi

Sumber: Buku Ekologi Arsitektur Heinz Frick 2.2 Pola Perancangan Ekologi Arsitektur

Pola perancangan dan perencanaan untuk mencapai desain Ekologi Arsitektur

sebagai konsep untuk melestarikan alam dan lingkungan untuk kehidupan yang

berkelanjutan dalam efesiensi energi dan sumber daya alam, guna mencapai

perwujudan dari desain Ekologi Arsitektur sebagai bangunan yang berwawasan

lingkungan yang sering di sebut sebagai green building. Hal ini berkaitan dengan

konsep Arsitektur Hijau yang merupakan bagian dari arsitektur berkelanjutan

(Sukawi,2008) bersamaan dengan tujuan dan rumusan masalah.

2.2.1 Pengelolaan Lansekap

Dalam menciptakan kawasan hijau pada area hunian dan menjadikanya

sebagai upaya konservasi lingkungan yang berpengaruh pada iklim mikro di

Page 15: RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial Keberlanjutan Lingkungan

15

sekitar bangunan pengelolaan lansekap telah di atur dalam panduan

penggunaan gedung hijau Jakarta berdasarkan peraturan gubernur No.38/2012

pengelolaan Lansekap.

Ruang terbuka hijau di perkotaan sangat penting untuk pengembangan

kehidupan sosial, ekonomi, dan lingkungan kota. Meskipun Jakarta dikaruniai

tanah subur dan iklim tropis ringan yang mendukung vegetasi, daerah hijau per

kapita Jakarta hanya 2,3 m², yang merupakan salah satu yang terendah di

antara kota-kota besar di Asia seperti yang terlihat pada grafik di bawah ini.

Gambar 2. 10 Grafik Perbandingan Ruang terbuka hijau asia

Sumber: Panduan Bangunan hijau jakarta

Sesuai dengan undang-undang nasional, pemerintah Jakarta telah menetapkan

target untuk mencapai 30% ruang terbuka hijau pada tahun 2030. Sementara usaha

pencapaian target ini dilakukan melalui pembangunan taman-taman dan jalur hijau,

Gambar 2. 11 Berkurangnya Ruang Terbuka Hijau Jakarta

Page 16: RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial Keberlanjutan Lingkungan

16 peningkatan yang signifikan dalam ruang terbuka hijau milik pribadi juga diperlukan.

Oleh karena itu, peraturan gedung hijau yang baru ini juga ditujukan untuk mengatasi

permasalahan ini dengan mengatur luasan area terbuka hijau minimum untuk

bangunan baru. Peraturan tersebut juga mengharuskan penggunaan bahan paving

yang berpori untuk mengurangi limpasan air muka tanah.

Sumber: Panduan Bangunan Gedung Hijau Jakarta

Mengacu pada pasal 21 ayat 1 dalam peraturan gubernur provinsi daerah

khusus Ibu Kota Jakarta Nomor 38 tahun 2012.

Gambar 2. 12 Persyaratan Vegetasi

Sumber: Panduan Bangunan gedung hijau Jakarta

Mengacu pada pasal 21 ayat 5 dalam peraturan gubernur provinsi daerah

khusus Ibu Kota Jakarta Nomor 38 tahun 2012.

1. Semua Jalan setapak pada tapak harus menggunakan bahan yang

berpori.

Mengacu pada pasal 22 ayat 23 dalam peraturan gubernur provinsi daerah

khusus Ibu Kota Jakarta Nomor 38 tahun 2012.

1. Semua gedung harus memiliki sistem penyimpanan air hujan (tangki,

sumur resapan, dan kolam resapan) denga volume m3 sama dengan

0.05m x luas lantai. Sumur resapan tidak di haruskan untuk tapak

dengan kondisi di bawah ini:

Jika kedalaman air tanah <= 1,5 m Pada musim hujan

Tanah dengan penyerapan <2cm/jam

Page 17: RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial Keberlanjutan Lingkungan

17

Peraturan di atas memiliki manfaat dan tujuan seperti yang tercantum pada

tabel di bawah ini yang membedakan kondisi saat ini dan dalam pencapaian proses di

masa yang akan datang.

Gambar 2. 13 Pencapaian di masa yang akan datang

Sumber: Panduan Bangunan Gedung Hijau Jakarta

Pengembangan kawasan perkotaan dalam membangun hunian pada kota

Jakarta menyebabkan gangguan habitat hewan dan tumbuhan serta ekosistem.

Beberapa dari keseimbangan ekosistem ini dapat dimunculkan kembali di kawasan

perkotaan dengan memiliki taman dan koridor ruang terbuka hijau yang terhubung.

Ruang terbuka hijau merupakan ekspresi budaya lokal, interaksi sosial, rekreasi, dan

pendidikan. Bangunan dengan ruang terbuka hijau yang cukup dianggap lebih

menarik secara visual dan kadang-kadang juga dapat meningkatkan nilai properti.

Page 18: RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial Keberlanjutan Lingkungan

18

Urban heat island adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan

konsentrasi suhu yang lebih tinggi di kawasan perkotaan dibandingkan dengan

daerah sekitarnya. Berikut adalah gambaran urban heat island :

Gambar 2. 14 Heat Island

Sumber: Pengguna Bangunan gedung hijau Jakarta

Fenomena ini dapat mengakibatkan kenaikan suhu sampai dengan 4 derajat di

kawasan perkotaan, akibat banyaknya penggunaan material buatan seperti beton.

Pohon sangat efisien dalam mengendalikan iklim mikro dengan menyerap sebanyak

80% dari radiasi matahari yang jatuh pada mereka, sehingga mengurangi kenaikan

suhu di permukaan tanah. Daun dan tanah melepaskan uap air, yang dalam prosesnya

mendinginkan suhu udara dan permukaan tanah.

Pengolahan lansekap untuk fungsi sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki juga

Gambar 2. 15 Material Penutup lansekap

Page 19: RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial Keberlanjutan Lingkungan

19

menjadi faktor penting yang terletak pada penggunaan material penutup dari jalan itu

sendiri berikut adalah gambar koefisien dari material penutup lansekap seperti pada

gambar.

Sumber: Panduan Bangunan gedung hijau Jakarta

Prinsip design softscape yang efisien memenuhi beberapa atau seluruh kriteria di

bawah ini :

1. Spesies tanaman lokal: Jenis yang tidak mengkonsumsi banyak air

2. Tanaman penutup tanah (groundcover): Tanaman yang tingginya

tidak lebih dari 0,5 meter, yang mengikat tanah dan mencegah erosi

tanah. Rumput secara umum kurang memberikan dampak positif pada

iklim mikro dibandingkan dengan semak belukar dan pohon.

3. Semak: Tanaman dengan ketinggian kurang dari 50 cm dianggap

sebagai semak (bushes), sedangkan yang memiliki ketinggian antara

0,5-3 m dinamakan belukar (shrubs). Jenis tanaman ini sering

berfungsi sebagai penahan erosi dan kebisingan.

4. Palem: Jenis pohon dari iklim tropis ini biasanya memiliki tinggi,

lurus, batang tidak bercabang, dengan kerapatan kanopi rendah,

sehingga kurang efektif untuk menghalangi dan menyerap radiasi

matahari.

Page 20: RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial Keberlanjutan Lingkungan

20

5. Bambu: Serupa dengan pohon palem, bambu memiliki kanopi kecil

dan karena itu tidak dapat menghalangi banyak radiasi matahari.

Namun, mereka tumbuh cepat dan dapat berperan sebagai filter suara,

cahaya dan polusi.

6. Pohon peneduh: Umumnya dengan ketinggian lebih dari 6 m dan

dengan kanopi yang luas dan padat, berdiameter sekitar 10 m pada

pohon yang sudah dewasa. Penggunaan pohon peneduh sangat

dianjurkan untuk mendapatkan manfaat iklim mikro yang optimal.

Berikut adalah tabel pemilihan tanaman yang terdiri dari spesies tanaman lokal,

semak, bambu, dan pohon peneduh :

Page 21: RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial Keberlanjutan Lingkungan

21

Tabel 2. 2 Jenis Pohon fungsi dan manfaatnya

No Nama Pohon Dimensi Pohon

sumber

Nama Umum Nama Lokal Fungsi Tinggi Lebar Diameter Jenis

Kaya akan https://manfaat.co

Rain Tree, Pukul

oksigen,Banyak .id/manfaat-pohon- menyerap karbon

trembesi,

Lima, MonkeyPod

dioksida,Menyerap

1 Ki Hujan 10-20 M 20 M Pohon baltyra.com/2013/

Tree, East Indian

Air 07/10.mengenal-

Walnut

pohon-trembesi-ki-

hujan/

Dijadikan Sebagai Kerajinan tangan https://pohonpeng

etahuan/wordpress

karena tulang daunya

2 Hong Kong

Bunga Kupu Kupu yang keras

15 M

2,5 M Pohon .com/2014/11/15/

Bauhinia, Hong pohon-daun-kupu-

Kong Orchid Tree, kupu-

Butterfly Tree bauhina/purpurea/ https://forestryinfo

Pohon Tanjong,

rmation.wordpress.

3

com/2011/05/22/

Mengkulah, Spanish Mahoni Penghasil Kayu 35-40 M

5 M Pohon

mahoni-daun-lebar-

Cery

swietenia-

macrophylla-king/

Menyerap polusi,

www.grosirtanama 4

nhias.id/bibit-

Aralia Memperindah visual 1M

15 - 20 CM Semak

tanaman-hias/jual- taman

bibit-tanaman-hias-

aralia

Sebagai Border

www.jamuin.com/ 2017/09/cara-

Pembatas Taman,

5 Teh Tehan 2,5 M 60 CM

Semak

memperbanyak-

Memperindah visual

pohon-the-tehan-

taman

dan.html

Caesalpinia

Sebagaai Obat https://id,wikipedia 6 Kembang Merak obatan, Dapat 2-4M 0,5-1,5M Semak .org/wiki/kembang

Pulcherrina

Membunuh serangga, _merak

Memperindah visual

Taman www.jamuin.com/

Sebagai Obat,

2017/09/11-khasiat-

7 Hedera Helix Ivy 2-4M

Rambat

daun-ivy-untuk-

Pemurni Udara

kesehatan-

dan.html

https://www.khasi 8 Creeping Ficus Dolar Kecil Sebagai Obat

2-4M Rambat at.co.id/daun/dolla

r.html

Di Akses Pada 28 Desember 2017

Prinsip design Hardscape yang efisien memenuhi beberapa atau seluruh kriteria di bawah ini:

Untuk kendaraan dan trotoar pejalan kaki, beton yang tembus air, aspal yang

berpori, dan trotoar beton berpori yang saling disambungkan (interlocking block)

adalah pilihan yang banyak digunakan berikut adalah penjelasan material yang dapat

di gunakan untuk hardscape pada lansekap :

1. Beton Tembus Air Beton tembus air adalah beton yang tahan lama, berdaya serap tinggi yang memungkinkan air dan udara untuk meresap.

Page 22: RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial Keberlanjutan Lingkungan

22

Lapisan agregat bawah (subgrade base) dengan tebal 25 sampai 30 cm dapat menyimpan air sampai air tersebut dapat menyerap ke dalam tanah.

Gambar 2. 16 Aspal Berpori Bahan Penutup Lansekap

Sumber: Panduan bangunan gedung hijau Jakarta

2. Paving Aspal Berpori Cepat dan mudah untuk konstruksi, aspal ini mirip dengan beton tembus air. Air mengalir melalui aspal berpori dan menuju lapisan sub-dasar batu dan kemudian meresap ke dalam tanah. Meskipun demikian, lapisan sub-dasar batu untuk aspal berpori biasanya jauh lebih tebal, yaitu sekitar 45-90 cm.

Gambar 2. 17 Paving aspal Berpori

Sumber: Panduan Bangunan Gedung hijau Jakarta

Page 23: RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial Keberlanjutan Lingkungan

23

3. Paving Beton Berpori yang Saling Tersambung (Interlocking), Paving beton berpori yang saling tersambung mirip dengan beton tembus air dan aspal berpori dalam hal laju penyerapan air, yang membedakan adalah dalam permukaan perkerasan terdiri dari rangkaian lapisan batu beton dengan celah selebar 0,3-1,25 cm yang diisi dengan agregat.

Gambar 2. 18 Paving Beton Berpori

Sumber: Panduan bangunan gedung hijau Jakarta

4. Sistem Paving dengan Tumbuhan Sistem paving dengan tumbuhan 5. biasanya digunakan pada jalan masuk dan area yang lain sehingga air

meresap ke dalam tanah dan dimanfaatkan oleh tumbuhan tersebut dari

Gambar 2. 19 Sisem Paving Sumber: Panduan Bangunan gedung hijau jakarta

6. Pada air mengalir ke selokan. Sistem ini dirancang untuk digunakan -

dengan tanaman rumput, namun, dapat juga digunakan dengan tanaman lain.

Page 24: RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial Keberlanjutan Lingkungan

24

Tanaman vertikal (vertical greenery) adalah penggunaan tanaman pada fasad

bangunan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan tanaman merambat dengan akar yang

tumbuh melekat langsung pada permukaan bangunan kasar, tanaman yang menjuntai

ke bawah dari atap atau balkon, atau dengan menggunakan pot (kotak, kaset) khusus

untuk tanaman vertikal.

Gambar 2. 20 Sistem Tanaman Vertikal pada Bangunan

Sumber: Panduan bangunan gedung hijau jakarta Contoh Penggunaan tanaman vertikal pada bangunan

Gambar 2. 21 Contoh penanaman Vertikal Pada gedung

Sumber: Panduan bangunan gedung hijau Jakarta

Page 25: RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial Keberlanjutan Lingkungan

25

Contoh aplikasi vertical greenery pada bangunan

Gambar 2. 22 Contoh Pengaplikasian Tanaman Vertikal

Sumber: Panduan Bangunan gedung hijau Jakarta

Konsumsi air irigasi (pengairan) dapat dikurangi melalui beberapa pilihan di

bawah ini:

Irigasi Otomatis Irigasi otomatis menggunakan sistem pengendali

seperti sensor hujan yang mencegah sistem alat penyiram untuk tidak

menyala selama dan segera setelah hujan, atau sensor kelembaban

tanah yang mengaktifkan alat penyiram hanya ketika tingkat

kelembaban tanah turun di bawah tingkat yang telah diprogram.

Gambar 2. 23 Sensor hujan

Page 26: RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial Keberlanjutan Lingkungan

26

Irigasi Tetes (Drip Irrigation) Irigasi tetes terbuat dari pipa

polyethylene yang fleksibel, biasanya dipasang pada permukaan tanah

dan ditutupi oleh mulsa, dengan emitor tetes kecil. Irigasi tetes dapat

dikendalikan secara manual atau dengan katup kontrol otomatis.

Gambar 2. 24 Contoh Irigasi tetes

Sumber: Panduan Bangunan Gedung Hijau Jakarta

2.2.2 Pengelolaan Air

Air adalah sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan dan kesehatan

yang baik, tetapi sekitar sepertiga dari populasi global tidak memiliki akses ke air

bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pengambilan air tanah yang secara

signifikan lebih besar dibandingkan dengan kemampuan tanah untuk meresap air dan

mengisi kembali cadangan air tanah, menyebabkan turunnya cadangan air tanah dan

mempercepat penurunan muka tanah, Sebagian besar bangunan berkepadatan tinggi

yang membutuhkan pasokan air tanah dalam terletak di zona kritis air tanah. Hal ini

menunjukkan pentingnya pengurangan konsumsi air dalam gedung dan

menggunakan sumber air reklamasi dan sumber alternatif untuk meminimalkan

dampak ekologis yang negatif.

Gambar 2. 25 Zona Air tanah Dalam DI jakarta

Sumber: Panduan Bangunan gedung hijau Jakarta

Page 27: RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial Keberlanjutan Lingkungan

27

Berdasarkan peraturan gubernur DKI Jakarta Mengacu pada pasal 15 Nomor 38 tahun 2012.

1. Keran/peralatan sanitair tidak boleh melebihi laju aliran (flow rates)

maksimum dan kapasitas siram seperti tercantum di bawah ini.

Gambar 2. 26 Batas maksimum Penggunaan air dari keran

Sumber: Panduan Bangunan gedung hijau Jakarta

Pasal 17 Nomor 38 tahun 2012 peraturan gubernur Dki Jakarta

2. Air daur ulang dari Air Limbah Industri yang diolah harus digunakan

untuk konsumsi air sekunder (grey water). Irigasi lansekap harus

menggunakan sumber air selain air tanah dan pipa air kota (PDAM).

Gambar 2. 27 Skematik Pengolahan Limbah pada bangunan

Sumber: Panduan Bangunan gedung hijau Jakarta

Page 28: RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial Keberlanjutan Lingkungan

28

Gambar 2. 28 Skematik penggunaan hasil air limbah

Sumber: Panduan Bangunan gedung Hijau Jakarta

Pasal 22 Nomor 38 tahun 2012 peraturan gubernur Dki Jakarta

3. Sistem pengumpulan air hujan perlu disediakan. Volume sistem

pengumpulan air hujan (dalam m3) harus 0,05 m (nol koma nol lima

meter) x luas lantai tanah (dalam m2). Sumur resapan dan kolam

resapan harus disediakan sesuai dalam peraturan Gubernur No. 20

tahun 2013 tentang “Sumur Resapan”, yang ditunjukkan pada Gambar

berikut

Gambar 2. 29 Persyaratan penciptaan sumur resapan

Sumber: Panduan Bangunan gedung hijau Jakarta

Page 29: RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial Keberlanjutan Lingkungan

29

Pemanfaatan air hujan

Jakarta secara rata-rata mendapat sekitar 1800 mm curah hujan per tahun,

sebagian besar antara November sampai April. Untuk area atap 30 m², sebuah tangki

dengan kapasitas 5,5 m³ dapat memberikan pasokan air sekunder harian sekitar 60

liter. Hal ini menggaris bawahi potensi penghematan air melalui pemanfaatan air

hujan.

Gambar 2. 30 Data curah Hujan Jakarta Sumber: Panduan Bangunan Gedung Hijau Jakarta

Pemanfaatan air hujan dapat dilaksanakan dengan mengumpulkan air di atap

(roof catchment), dan mengumpulkan air di tanah (ground catchment). Air hujan

yang disimpan dapat digunakan untuk binatu, bilas toilet dan urinal, mencuci mobil,

serta penggunaan air dekoratif (misalnya air mancur). Pemanfaatan ini bahkan dapat

digunakan untuk make-up menara pendingin. Kegunaan utama dari pemanfaatan air

hujan ada dua-,

Pertama, mengurangi kebutuhan pasokan PDAM atau ekstraksi air

tanah.

Kedua, juga mengurangi limpasan air hujan ke sistem drainase kota

sehingga mengurangi masalah banjir tahunan di Jakarta.

Area Tangkapan Air Hujan

Ukuran area tangkapan air pada atap menentukan berapa banyak air hujan yang

dapat dimanfaatkan. Area tersebut berdasarkan pada “jejak” dari atap, yang dapat

dihitung dengan mencari luas gedung ditambah area teritisan.

Page 30: RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial Keberlanjutan Lingkungan

30

Gambar 2. 31 Gambar Jejak atap

Sumber: Panduan Bangunan Gedung Hijau Jakarta

Persamaan di bawah ini memperlihatkan perhitungan untuk potensi menangkap

air hujan. Faktor konversi 0,623 dimasukkan untuk memperhitungkan efisiensi dari

sistem karena sebagian air hujan hilang melalui penguapan, luberan, atau sebab

lainnya. Air yang sudah di panen (m3) = curah hujan rata rata (m) x Area Tangkapan

(m2) x 0,623 Faktor Konversi.

Talang Salurkan di seluruh tepi atap miring untuk mengumpulkan dan

mengangkut air hujan ke tangki penyimpanan. Ukuran talang harus sesuai dengan

aliran pada intensitas hujan tertinggi. Dianjurkan untuk membuat saluran tersebut 10

sampai 15 persen lebih besar dan sediakan 6,5 cm2 luas talang air untuk setiap 10 m2

persegi luas atap.

Peraturan gubernur provinsi daerah khusus Ibukota Jakarta nomor 122 tahun

2005 tentang pengelolaan air limbah domestik di provinsi daerah khusus Ibukota

Jakarta, menimbang:

a) Bahwa pembangunan kawasan baru dan pemadatan bangunan di

kawasan lama serta peningkatan aktivitas perkotaan mengakibatkan

peningkatan jumlah dan jenis limbah cair kota.

b) Bahwa pengolahan limbah rumah tangga dengan cara septic tank dan

dengan belum terbangunnya jaringan prasarana pengolahan limbah cair

komunal pada bagian-bagian kota mengakibatkan akumulasi bahan

pencemar yang mengakibatkan pencemaran tanah dan air tanah.

Page 31: RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial Keberlanjutan Lingkungan

31

Ketentuan umum pasal 1 point 14, 15 dan 20

a) Air Limbah adalah air yang berasal dari sisa kegiatan proses produksi

dan usaha lainnya yang tidak dimanfaatkan kembali

b) Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari kegiatan

rumah tangga,perumahan, rumah susun, apartemen, perkantoran, rumah

dan kantor rumah dan toko, rumah sakit, mall, pasar swalayan, balai

pertemuan, hotel, industri, sekolah, baik berupa grey water (air bekas)

ataupun black water (air kotor/tinja)

c) Sistem Setempat adalah sistem pengelolaan air limbah dimana sumber

air limbah, pipa pengumpul dan pengolahannya terletak dalam satu

tempat / lokasi, seperti tanki septik, Instalasi Pengolahan Air Limbah

(IPAL) individual

Gambar 2. 32 Debit Air Limbah

Sumber: Panduan Bangunan Gedung Hijau Jakarta

Page 32: RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial Keberlanjutan Lingkungan

32

Cara Pemasangan Ipal pada skala rumah tangga dengan skema

Gambar 2. 33 Unit Biofilter Anaerob Aerob

Sumber: Peraturan Pemerintah Dki Jakarta Tentang Pengolahan Limbah cair

Anaerobik adalah kata teknis yang secara harfiah berarti "tanpa udara",

anaerobik digunakan untuk mengindikasikan tidak adanya akseptor elektron, Bakteri

aerob adalah bakteri yang membutuhkan oksigen untuk hidupnya. Jika tidak ada

oksigen, bakteri akan mati. Bakteri aerob menggunakan glukosa atau zat organik

lainnya seperti etanol untuk dioksidasi menjadi CO2, H2O, dan sejumlah energi.

Gambar 2. 34 Skematik Anaerob Aerob

Page 33: RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial Keberlanjutan Lingkungan

33

Biofilm yang terdiri dari media penyangga, lapisan biofilm yang melekat pada

media, lapisan air limbah dan lapisan udara yang terletak di luar. Senyawa pencemar

yang terletak di dalam air limbah misalnya senyawa organik (BOD, COD), ammonia,

phospor dan lainnya akan terdifusi ke dalam lapisan atau film biologis yang melekat

pada permukaan media. Pada saat yang bersamaan dengan menggunakan oksigen

terlarut di dalam air limbah senyawa pencemar tersebut akan diuraikan oleh

mikroorganisme yang ada di dalam lapisan biofilm dan energi yang dihasilkan akan

diubah menjadi biomassa. Suplai oksigen pada lapisan biofilm dapat dilakukan

dengan cara sistem biofilter tercelup dengan menggunakan blower udara atau pompa

sirkulasi.

Gambar 2. 35 Media di dalam reaktor

Page 34: RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial Keberlanjutan Lingkungan

34 2.3 Urbanitas

Wiryomartono (1999) menyebutkan bahwa urbanitas adalah kondisi efisien di

perkotaan sehingga sumber-sumber dapat terkelola dan terkendali, yang mudah

dicapai bila tempat tinggal mantap dan menetap. Urbanitas berada di lingkungan

binaan manusia yang memiliki struktur dan wujud yang bisa dan layak ditinggali,

yang oleh karenanya adalah proses yang mempertautkan sekelompok manusia dan

tempat tinggalnya melalui aktivitas sosial ekonomi yang dicapai melalui kegiatan

membangun dan membina kehidupan bermasyarakat.

Gambar 2. 36 Prediksi kepadatan 2050

Sumber: katadata.com di akses pada 1 februari 2017

Berdasarkan pada pandangan urbanisme baru yang lebih memperhatikan aspek

hunian dan manusia, muncul konsep mengenai kota yang kompak sebagai upaya

pembentukan kota yang lebih berkelanjutan. Konsep compact city dipengaruhi oleh

fakta bahwa banyak kota-kota bersejarah di Eropa yang berkembang sebagai pusat

(core) yang merupakan bentuk kota ideal untuk bertempat tinggal dan bekerja.

Dengan kepadatan yang tinggi, maka dapat mendorong percampuran sosial (social

Page 35: RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial Keberlanjutan Lingkungan

35

mix) dan interaksi yang merupakan karakteristik utama dari kota-kota tradisional. Hal

ini menyiratkan bahwa konsep ini mendorong agar kota terbentuk memusat dan

memadat pada pusat kota. Tujuannya adalah mencegah urban sprawl dan

menciptakan efisiensi terutama sumber daya alam dan energi.

2.4 Kampung

Kampung diambil dari kata Melayu, awalnya merupakan terminologi yang

dipakai untuk menjelaskan sistem permukiman pedesaan. Istilah kampung

seringkali dipakai untuk menjelaskan perbedaan antara kota dan desa. Kota

diartikan dengan modernitas/kemajuan sementara desa atau kampung diartikan

dengan keterbelakangan dan ketidakmajuan. Kampung adalah ciri kehidupan

bermukim yang dapat dianggap sebagai tatanan permukiman tradisional sebelum

masuknya perencanaan permukiman modern khususnya di Indonesia. Tipologi

permukiman ini merupakan akar dari pertumbuhan kota-kota di Indonesia karena

kampung pada dasarnya merupakan embrio pertumbuhan. suatu daerah, di mana

terdapat beberapa rumah atau keluarga yang bertempat tinggal di sana, daerah

tempat tinggal warga menengah ke bawah.

Kampung dalam objek perancangan merujuk pada terminologi kampung

kota. Menurut Silas (1983), kampung adalah suatu bentuk kemasyarakatan yang

berada di tempat tertentu dengan susunan yang heterogen, tetapi tidak tersedia

prasarana fisik dan sosial yang memadai dimana pengertian ini sinonim dengan

slum dan squater. kampung mendominasi peruntukan lahan di kota-kota di

Indonesia (sekitar 70 persen), kampung menjadi tumpuan perumahan 70 sampai

85% penduduk kota (Kementrian Perumahan Rakyat, 2009). Sementara itu,

penyediaan perumahan melalui jalur formal oleh sektor swasta dan pemerintah

hanya mampu menyediakan sekitar 15% dari total kebutuhan rumah di perkotaan.

Kampung dengan demikian, telah dan masih menjadi tumpuan perumahan

sebagian besar warga kota di Indonesia. Tidak saja dari segi jumlah, kampung

juga menyediakan berbagai bentuk, kondisi, serta harga rumah dan kamar, yang

sesuai dengan ragam kebutuhan dan kemampuan warga kota. Kampung menjadi

semacam kolase mini warga kota yang memungkinkan mereka untuk terus

mengembangkan prinsip-prinsip keragaman, toleransi, dan kesetiakawanan

(Guinness, 1986).

Karena keterbatasan lahan dan tingginya arus urbanisasi pada kota sendiri

menjadikan lahirnya sebuah pemukiman atau hunian yang berdiri secara liar, yang

Page 36: RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial Keberlanjutan Lingkungan

36

dapat menyebabkan berbagai macam permasalahan terkait lingkungan, dengan

permasalahan keterbatasan lahan telah banyak cara yang di lakukan dalam

membangun sebuah hunian yang bersusun ke atas guna menimalisir keterbatasan

lahan pada kota, antara lain adalah program pembangunan rumah susun yang telah

di lakukan oleh pemerintah untuk membenahi juga menampung kebutuhan hunian

dari warga kota berpenghasilan rendah yang sebelumnya bertempat tinggal di

zona ruang terbuka hijau, warga yang menempati lahan lahan tersebut adalah

warga yang tinggal pada pemukiman padat penduduk, dan menempati area yang

bukan lahan untuk hunian, warga tersebut dikatakan sebagai warga kampung,

dalam kaitanya dengan hal ini adalah warga kampung yang tinggal di kota Jakarta,

yang juga menjadi bagian dari kota yang tak terpisahkan.

Gambar 2. 37 Kampung Kumuh

Sumber: Google.com di akses pada 28 februari 2017 2.5 Kampung Vertikal

Kampung Vertikal adalah sebuah rancangan dan kumpulan unit bangunan yang

membentuk hunian vertikal yang mengakomodir spirit kampung, serta diperuntukkan

untuk masyarakat berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah. Dalam hal ini

penggusaran pada hunian yang berada di jalur hijau yang mayoritas adalah warga

kota berpenghasilan menengah kebawah, akan di relokasi ke sebuah hunian baru

dengan tetap membawa spirit kampung dengan konsep perancangan kampung yang

di susun ke atas.

Page 37: RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial Keberlanjutan Lingkungan

37

Gambar 2. 38 Kampung Ssun Pulo Yu sing

Sumber: Medium.com di akses pada 3 Maret 2017

Yu Sing dan Pak Sandyawan Sumardi pimpinan Ciliwung Merdeka, biasa

disapa Romo Sandy, bersama sama untuk menggodok konsep yang paling pas

untuk peremajaan kampung yang sifatnya “on-site”, di mana warga tidak

dipindahkan jauh dari tempat semula, juga sedapat mungkin ikatan sosial tidak

dipecah. Tetangga tetap bisa jadi tetangga di tempat baru. Yu Sing juga

mengatakan setelah mempelajari kampung, menyadari betapa kampung, yang

tidak direncanakan, telah menjadi “compact city”. “Banyak ruang-ruang jenius

yang tak akan bisa didesain oleh arsitek,” ujar Yu Sing dalam presentasinya bulan

September 2016. Dalam hal ini yusing menjelaskan bahwa kmpung memiliki

ruang kegiatan yang sangat dinamis dengan berbagai keragaman penghuni yang

ada di dalamnya.

Page 38: RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial Keberlanjutan Lingkungan

38

Kampung susun yang di buat oleh Yu Sing memiliki fungsi ruang kampung

dalam menampung segala aktifitas warga kampung antara lain:

- Jalan Kampung dan Tangga Bersama, Ruang Sosial Kampung ,Ruang

Usaha rumah tangga, Ruang Main dan Belajar anak, Ruang Jemur

pada Balkon, Tempat Bercocok tanam, Ruang Ibadah bersama,

Balai Serbaguna warga, Menara Penampungan air bersama,

Pengolahan air bekas rumah tangga, Pengolahan dan pemilahan

sampah bersama, Kebun bambu, sayuran, tanaman hias, tanaman

obat.

Lebih dari satu milyar penduduk dunia hidup dalam kondisi perumahan di

bawah standar dan kemungkinan situasi ini akan semakin bertambah buruk di masa

yang akan datang (WHO SEARO, 1986; Komisi WHO mengenai Kesehatan dan

Lingkungan, 2001). Di Indonesia permasalahan di bidang permukiman saat ini

menjadi permasalahan yang semakin rumit. Dari sisi kualitas, pembangunan

perumahan dan permukiman di Indonesia masih tertinggal. Menurut Indeks

Pembangunan Manusia (Human Development Index-UNDP), yang memasukan

faktor perumahan sebagai salah satu indikator, Indonesia menempati urutan 112 dari

175 negara. Pada tahun 2000 tercatat 10.065 lokasi permukiman kumuh dengan luas

47.393 ha yang dihuni oleh sekitar 17,2 juta jiwa dan sekitar 14,5 juta unit rumah

(28,22%) kualitasnya tidak layak huni. (Direktur Bintek 2004), Kompleksnya

masalah perumahan dan permukiman di perkotaan dikarenakan kebutuhan

perumahan di kota sangat tinggi. Hal ini berkaitan dengan padatnya penduduk kota,

dan tingginya tingkat pertumbuhan penduduk akibat urbanisasi. Ketika pada tahun

2000 diperkirakan terdapat 6.100 juta penduduk dunia, PBB memperkirakan 75%

dari jumlah tersebut tinggal di perkotaan. Indonesia sebagai negara berkembang

memiliki masalah permukiman yang lebih kompleks dibanding dengan kota di

negara maju, karena karakteristik kota-kota di negara berkembang berbeda dengan

kota-kota yang sudah maju. Di Indonesia, urbanisasi didorong oleh ketiadaan

lapangan kerja di pedesaan, padahal kota sendiri belum mampu menyediakan

lapangan kerja bagi warganya. Sementara itu daya dukung lahan serta prasarana di

perkotaan tidak sebanding dengan pertumbuhan akibat urbanisasi tersebut. Hal ini

menyebabkan kota-kota dihuni oleh para pendatang yang tidak memiliki pekerjaan

dan akhirnya terperangkap dalam perekonomian informal dengan penghasilan

rendah. Banyaknya masyarakat berpenghasilan rendah di kota memunculkan

Page 39: RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial Keberlanjutan Lingkungan

39

berbagai kendala bagi pengadaan rumah di perkotaan, yang antara lain adalah:

pertama, tingkat penyediaan rumah yang layak dan terjangkau masyarakat banyak

menjadi sulit untuk diwujudkan.

2.6 Kesimpulan Teori

Kesimpulan teori dalam perancangan ini menggunakan prinsin Ekologi

Arsitektur oleh Heinz Frick dengan prinsip dan pola perencanaan Ekologi Arsitektur

suatu bangunan selalu memanfaatkan peredaran alam sebagai berikut:

Menciptakan kawasan penghijauan diantara kawasan

pembangunan sebagai paru paru hijau

Menggunakan bahan bangunan alamiah dan intensitas energi

yang terkandung dalam bahan bangunan maupun yang di

gunakan pada saat pembangunan harus seminimal mungkin.

Bangunan sebaiknya diarahkan menurut orientasi timur barat

dengan bagian utara selatan menerima cahaya alam tanpa

kesialauan.

Kulit (dinding dan atap) sebuah bangungan sesuai dengan

tugasnya , harus melindungi dirinya dari panas, angin dan

hujan, dinding bangunan harus memberi perlingungan

terhadap panas, daya serap panas dan tebalnya dinding harus

sesuai dengan kebutuhan iklim ruang dalamnya, bangunan

yang memperhatikan penyegaran udara secara alami bisa

menghemat banyak energi.

Menghindari kelembapan tanah naik ke dalam kontruksi

bangunan dan memajukan sistem kontruksi bangunan kering.

Menjamin kesinambungan pada struktur sebagai hubungan

antara masa pakai bahan bangunan dan struktur bangunan.

Memperhatikan bentuk proporsi ruang berdasarkan aturan

harmonikal.

Menjamin bahwa bangunan yang di rencanakan tidak

menimbulkan masalah lingkungan dan membutuhkan energi

sedikit mungkin.

Page 40: RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial Keberlanjutan Lingkungan

40

Menciptakan bangunan bebas hambatan sehingga gedung

dapat dimanfaatkan oleh semua penghuni (Termasuk anak-

anak, orang tua, maupun orang cacat tubuh).

Sebagai Konsep arsitektural yang ramah lingkungan, dalam

perwujudan ekologi arsitektur dalam bangunan, terbagi beberapa tingkat

sistem operasional untuk yang di gunakan dalam penggunaan energi

bangunan dengan kategori

Sistem pasif: Tingkat konsumsi energi paling rendah, tanpa

ataupun minimal penggunaan perlatan ME dari sumberdaya

yang tidak dapat di perbarui.

Sistem Hybrid (mixed mode): sebagian tergantung dari energi

atau sebagian dibantu dengan menggunakan peralatan ME.

Sistem Aktif (active mode): seluruhnya menggunakan

peralatan ME yang bersumber dari energi yang tidak dapat

diperbarui.

Sistem profukttif (productive mode): Sistem yang dapat

menggunakan mengadakan/ Membangkitkan energi nya

sendiri, on-site energi dari sumber daya yang dapat di perbarui,

misalnya sistem panel surya, fotovaltik, maupun kolektor

surya.

2.7 Novelty

Novelty pada penelitian ini adalah penerapan penciptaan kawasan hijau di sekitar bangunan, baik lansekap maupun dalam bangunan, menerapkan sistem pengolahan limbah cair domestik yang memiliki dampak untuk meminimalisir beban lingkungan serta penyesuaian terhadap iklim lokal.

Page 41: RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial Keberlanjutan Lingkungan

41

Environmentally sustainable

Ekologi Arsitektur

Kriteria bangunan ekologi

Pendekatan ekologi Penerapan LEED (Usa)

arsitektur yang berkelanjutan

Sesuai

Tidak sesuai

Sesuai

Perancangan Dengan kaidah kaidah ekologi arsitektur

Gambar 3. 1 Diagram Novelty

Page 42: RS1 2017 1 100 Bab2 - Binus Library · ekonomi, sosial dan budaya dengan penjelasan tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Tujuan Ekologi dalam lingkungan,Ekonomi,Sosial Keberlanjutan Lingkungan

42