rph

8
TUGAS EPIDEMIOLOGI ANALISIS RPH Prof. Pratiwi T. S. Drh. Oleh : Sugeng Widodo 0811310036

Transcript of rph

Page 1: rph

TUGAS EPIDEMIOLOGI

ANALISIS RPH

Prof. Pratiwi T. S. Drh.

Oleh :

Sugeng Widodo

0811310036

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

APRIL 2010

Page 2: rph

ii

Analisis RPH

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia telah mencanangkan program swasembada daging untuk menjawab tantangan global. Untuk menerapkan swasembada daging tersebut diperlukan suatu intansi pemerintahan yang bertugas untuk melayani distribusi daging dan menjamin kualitas daging, dan intansi yang dimaksud adalah RPH (Rumah Potong Hewan). merupakan alat kelengkapan otonomi daerah yang diharapkan secara berkesinambungan mampu mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat luas dalam penyediaan daging higienis layak konsumsi. Namun kebanyakan RPH di Indonesia masih belum mementingkan kehigienisan daging yang layak konsumsi yang dikarenakan kurangnya edukasi dan longgarnya hokum serta rendahnya SDM untuk RPH yang ada di Indonesia. Hal inilah yang melatar belakangi penulisan tugas ini.

Rumusan Masalah

Apa itu Rumah Potong Hewan dan Bagaimana proses perjalanan sapi mulai dari transportasi hingga daging siap diedarkan?

Tujuan

Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut :Untuk mengetahui proses perjalanan sapi dan kesalahan pada RPH yang nantinya akan dikoreksi secara bersama sehingga akan menghasilkan daging yang sehat dan higienis yang layak di konsumsi.

Manfaat

Manfaat dari penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut :a. Akademis

Dapat menambah wawasan pengetahuan dalam kesehatan hewan berkenaan dengan higienis daging dan proses perjalanan sapi di RPH sebagai bekal menjadi dokter hewan yang handal.

b. Aplikatif- Memberikan pengetahuan mengenai pentingnya kualitas daging dan

manajemen RPH untuk peningkatan SDM.- Memberikan solusi dalam rendahnya kualitas daging dalam aspek

manajemen RPH.

1

Page 3: rph

iii

PEMBAHASAN

RPH

Rumah Pemotongan hewan Kota Malang merupakan alat kelengkapan otonomi daerah yang diharapkan secara berkesinambungan mampu mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat luas dalam penyediaan daging higienis layak konsumsi meskipun tetap bertujuan untuk mencari laba ( profit oriented ). Adapun VISI Perusahaan Daerah Pemotongan Hewan Kota Malang adalah sebagai berikut :MENINGKATKAN PELAYANAN KEPADA MASYARAKAT MELALUI PELAYANAN PRIMA YANG BERORIENTASI KEPADA KEPUASAN MASYARAKAT DALAM PENYEDIAAN DAGING YANG HIGIENIS SERTA BERWAWASAN LINGKUNGAN. MISI yang ingin dicapai Perusahaan Daerah Pemotongan Hewan Kota Malang adalah sebagai berikut :- MENINGKATKAN KINERJA DAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) AGAR DAPAT MEMBERIKAN PELAYANAN PRIMA DALAM PENYEDIAAN DAGING YANG HIGIENIS BAGI MASYARAKAT

- MENJAGA KELESTARIAN LINGKUNGAN TERHADAP PENCEMARAN LIMBAH

- MENINGKATKAN PENDAPATAN SEBAGAI SUMBER PAD DAN TERJAMINNYA KESEJAHTERAAN KARYAWAN. B. STANDART PELAYANAN DI P.D. RUMAH PEMOTONGAN HEWAN KOTA MALANG.

Rumah Pemotongan Hewan Kota Malang memberikan pelayanan di bidang pemotongan hewan khususnya kepada para jagal, juga kepada masyarakat umum ( potongan hajad ) dan sebagai tempat belajar bagi siswa/ mahasiswa yang ingin mempelajari cara pemotongan maupun kegiatan yang ada di PD. RPH Kota Malang. Adapun pelayanan yang tersedia di PD. Rumah Pemotongan Hewan Kota Malang adalahsebagai berikut :1. Pelayanan pemotongan hewan2. Pelayanan perbaikan sarana – prasarana / fasilitas3. Pelayanan pada mahasiswa dan pelajarReservoirs

Proses Dalam RPH

A. Tahap penerimaann dan Penampungan hewan di RPH

1. Hewan ternak yang telah tiba segera diturunkan dengan hati-hati agar tidak cidera dan tidak stress. namun di RPH yang ada di Malan penurunan tidak dilakukan secra hati-hati namun secara paksadan yang akhirnya ternak yang ada menjadi stress.

2. Hewan yang sudah diperiksa diistirahatkan selama 12 jam dan dipuasakan selama 12 jam juga. Namun dalam konteks ini RPH yang

Page 4: rph

iv

kami amati tidak menerapkan yang seharusnya. Selama hewan dikarantina yang seharusnya dipuasakan tapi dikasih pakan hijauan. Disinilah kesalahan pemahaman akibat kurangnya edukasi tentang menejemen pemotongan hewan yang benar.

3. Hewan ternak tetap diperiksa sebelum dipotong (pemeriksaan Ante-mortem)

B. Tahap pemeriksaan Ante-mortem

1. Pemeriksaan Ante-mortem dilakukan oleh dokter hewan dan petugas yang ditunjuk oleh dokter hewan yang berada di bawah penawasan langsung oleh dokter hewan.

2. Dan jika didapati terdapat kondisi patologis peda ternak yang akan dipotong maka akan dilakukan penolakan atau penundaan dan ternak tersebut harus dipindahkan ke kandang isolasi namun juga pemotongan masih bisa dilakukan namun dengan syarat tertentu.

C. Persiapan penyembelihan/pemotongan

1. Persiapan dan kebersihan ruang dan peralatan untuk penyembelihan jarang sekali diperhatikan bahkan kebanyakan dari pegawai saat memotong ternak memakai baju yang sama setiap hari yang belum tentu bersih dan dicuci mengguankan deterjen.

2. Hewan dtimbang sebelum dipotong.

3. Hewan disemprot dan dibersihkan terklebih dahulu sebelum dipotong.

4. Hewan digirng paksa dan diperlakukan tidak baikb bahkan terkadang hewan ditendang yang pada akhirnya membuat hewan stress dan merubah kualitas daging.

D. Penyembelihan

1. Untuk sapi hewan tidak dipingsankan hanya digiring ke restraining box kemudian dijatuhkan namun metode yang digunakan tidak memperdulikan rasa sakit pada hewan, namun untuk babi dilakukan pemingsanan yang dilakukan dengan paksa pada sembarang tempat dan tidak menggunakan fatwa MUI.

2. Setelah sapi roboh dilakukan penyembelihan menurut hukum islam yaitu memotong bagian ventral leher dan memutuskan 3 saluran (napas, makan, dan pembuluh darah) sekaligus dalam satu tebasan. Untuk babi hanya dilakukan penusukan pada jantung.

Page 5: rph

v

3. Setelah hewan benar-benar mati dilakukan pemotongan kepala dan digantung . Namun pemisahan kepala biasanya dilakukan sebelum hewan benar-banar mati. Dan kepala hanya dibiarkan tergeletak di lantai yang belum tentu bersih dan higienis. Untuk babipun hamper sama mungkin bahkan lebih parah kepala babi dengan seenaknya dilempar ke lantai dan bahkan dibiarkan jatuh ke selokan yang jelas-jelas sangat kotor dan menandung agen penyakit.

4. Pada dasarnya hewan yang telah dipotong sehaurusnya digantung agar pengeluaran darah bisa sempurna, namun pada RPH Malang semua hewan yang teelah mati hanya dibiarkan di lantai dan tercemar microorganism yang mungkin bersifat pathogen.

E. Tahap pengulitan

1. Sebelum dilakukan pengulitan dilakukan pengikatan pada saluran makan dan anus. Sehingga nantinya tidak mencemari daging. Namun hal ini tidak dilakukan oleh pegawai RPH.

2. Pengulitan tidaklah dilakukan secara hati-hati sehingga merusak kulit dan membuang daging sia-sia.

F. Eviserasi

1. Organ visceral dikeluarkan dengan hati-hati dan dilakukan pemeriksaan endoparasit yang ada pad organ visceral.

2. Organ visceral kemudian dicuci yang seharusnya pada air mengalir namun hanya pada bak air biasa yang selama pemotonan tidak pernah diganti.

G. Tahap pemeriksaan post-mortem

1. Permeriksaan post-mortem dilakukan oleh dokter hewan, namun hasil dari pemeriksaan tersebut apabila menunjukkan gejala pathogen, oran tersebut tidak dibakar ataupun dihancurkan namun diambil oleh pegawai.

H. Pengangkutan karkas

1. Pengangkutan karkas hanya dilakukan dengan mobil box terbuka bahkan terkadang hanya dilakukan dengan menggunakan keranjang seadanya yang memungkinkan untuk terkontaminasi microrganisme, dan radikal bebas, serta substansi lain yang mungkin berbahaya bagi tubuh

Page 6: rph

vi

KESIMPULAN

Rumah Pemotongan hewan Kota Malang merupakan alat kelengkapan otonomi daerah yang diharapkan secara berkesinambungan mampu mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat luas dalam penyediaan daging higienis layak konsumsi meskipun tetap bertujuan untuk mencari laba ( profit oriented ). Namun kenyataan dilapangan mengatakan bahwa RPH Malan hnya mementingkan laba dan menghiraukan kualitas daging dan kehigienisan daging. RPH Malang kurang menerapkan prosedur RPH yang ada dan tidak bekerja secara professional yang tentunya akan berdampak pada kualitas daging dan konsumen, bahkan yang paling bahaya daging yang didistribusikan oleh RPH tersebut bisa terpapar agen penyakit yang menyebabkan Food Borne Disease.