rosidaadamunpadbab42

download rosidaadamunpadbab42

of 90

Transcript of rosidaadamunpadbab42

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    1/90

    167

    bukan hanya mengenai standar mutu, tatapi produk juga harus

    dikembangkan terus menerus (product differentiation) pada pasar yang

    berbeda Misalnya, PT. Nutrifood Indonesia mengembangkan instant powder

    tea drink dengan merek Nutri Tea rasa jeruk, dengan target pasarnya adalah

    anak-anak dan remaja.

    Selain itu, pendapat Nana Subarna dan Dadang Surjadi (1999:2),

    menyatakan bahwa salah satu kelemahan penyajian teh di pasar konsumen

    akhir, disebabkan karena teh yang beredar di pasar dalam negeri mutu core

    product (kualitas air seduhan) masih tergolong rendah dan sedang. Selain itu,

    menurut Spillane (1992:128-129) kualitas teh (rasa, aroma, warna air

    seduhan) yang diproduksi oleh suatu pabrik tertentu dipengaruhi oleh faktor

    eksogen dan endogen.

    Faktor eksogen yang di luar control produsen misalnya iklim,

    kesuburan tanah, kemiringan dan ketinggian tanah di atas permukaan laut,

    sedangkan faktor endogen meliputi pilihan awal jenis biji teh atau bibit (clone)

    jenis pupuk, pengawasan terhadap penyakit, prosedur pemetikan, cara

    pengangkutan, dan pengolahannya.

    Selanjutnya, Suryatmo (2003:2), menjelaskan mutu teh juga

    dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendukungnya seperti kandungan

    kimia dalam teh dan hasil uji organoleptik teh keringnya. Di antara senyawa

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    2/90

    168

    kimia yang paling besar peranannya dalam pembentukan cita rasa dan

    berbagai khasiat istimewa teh adalah katekin dari golongan polifenol.

    Semakin tinggi kandungan katekin dalam produk teh yang

    dikonsumsi, semakain maksimal cita rasa, penampilan dan sifat-sifat serta

    khasiat khususnya dari segi kesehatan, pengobatan, anti kuman, dan

    sebagainya.

    Syarat-syarat mutu teh ditetapkan dengan mengutamakan

    ketampakan warna teh, aroma, rasa, warna dan aroma ampas teh, sebagai

    berikut:

    a). Mutu Khusus

    Ketampakan teh dengan bentuk besar, kurang besar atau kecil menurut

    jenisnya dan mengandung tip (pucuk daun), warna kehitam-hitaman, air

    seduhan berwarna merah kekuning-kuningan, aroma harum dan rasa

    kuat, serta ampas seduhan berwarna tembaga kehijauan dengan aroma

    harum

    b). Mutu I

    Ketampakan dengan bentuk besar, kurang besar, atau kecil menurut

    jenisnya dan persentase daun lebih banyak, warna teh kehitaman dan

    rata, air seduhan berwarna merah kekuning-kuningan, aroma harum dan

    rasa kuat, ampas seduhan berwarna merah tembaga, kekuningan dan

    kehijauan dengan aroma harum

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    3/90

    169

    c). Mutu II

    Ketampakan dengan bentuk besar, kurang besar, kecil menurut jenis

    dengan persentase daun lebih sedikit, warna teh kemerah-merahan dan

    kurang rata, air seduhan berwarna kurang merah, aroma kurang harum,

    rasa kurang kuat, dan ampas kehitaman serta aromanya kurang harum

    (Spillane (1992:75)

    Untuk melihat pilihan kualitas berdasarkan warna air seduhan, aroma,

    dan kekuatan rasa di enam wilayah penelitian dapat disajikan pada Tabel

    4.25.

    Tabel 4.25. Pilihan Responden Tentang Kualitas Teh Berdasarkan Warna AirSeduhan, Aroma, dan Kekuatan Rasa.

    No Kriteria KotaBandung(persen)

    KotaDepok

    (%)

    KotaCirebon

    (%)

    KabupatenBekasi

    (%)

    KabupatenCirebon

    (%)

    KabupatenPurwakarta

    (%)1 Warna Air Seduhan:

    Merah Kehitaman

    Merah Kekuningan Merah Kemerahan

    Hijau Kekuningan

    Suram

    10,34

    55,1725,868,620,00

    6,90

    31,0351,7210,340,00

    14,29

    28,5757,1414,29

    0,00

    9,09

    34,0947,739,090,00

    4,17

    47,928,3335,42

    4,17

    5,26

    42,1131,5821,05

    0,00

    Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,002 Aroma :

    Sangat Wangi

    Wangi

    Sedang

    Biasa

    Tidak Wangi

    12,0722,4158,626,90

    0

    10,3431,0351,726,900,00

    28,5742,8614,2914,29

    0,00

    4,5525,0056,8213,640,00

    29,1756,2510,42

    4,170,00

    15,7947,3736,84

    0,000,00

    Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

    3 Kekuatan Rasa: Sangat Sepet

    Sepet

    Sedang

    Biasa Tidak Pahit

    8,6227,5951,72

    12,070,00

    13,7917,2448,28

    20,680,00

    14,2942,8628,57

    14,290,00

    6,8222,7361,35

    9,090,00

    27,0854,1712,50

    6,250,00

    10,5342,1147,37

    0,000,00

    Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

    Tabel 4.25 menunjukkan, preferensi responden yang berbeda antar

    wilayah penelitian. Di Kota Bandung, responden lebih dominan pada pilihan

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    4/90

    170

    warna air seduhan merah kekuningan dan merah kemerah-merahan,

    sedangkan pilihan warna air seduhan lainnya relatif kecil.

    Responden di Kota Depok, Kota Cirebon, dan Kabupaten Bekasi

    memiliki preferensi yang relatif sama yaitu lebih dominan pada pilihan warna

    air seduhan merah kemerah-merahan dan merah kekuning-kuningan,

    sedangkan lainya relatif kecil.

    Responden di Kabupaten Purwakarta, pilihan warna air seduhannya

    lebih berimbang pada tiga pilihan, yang menonjol merah kemerah-merahan,

    merah kekuning-kuningan. Namun, di daerah Kabupaten Cirebon sedikit

    berbeda, di mana responden lebih dominan pada pilihan rasa air seduhan

    merah kekuning-kuningan dan hijau kekuning-kuningan.

    Pilihan responden pada aroma teh di Kota (Bandung dan Depok) serta

    Kabupaten Bekasi lebih dominan pada pilihan yang beraroma sedang dan

    beraroma wangi. Namun, di Kota Cirebon dan Kabupaten Cirebon

    mempunyai karakteristik yang sama yaitu lebih memilih teh beraroma wangi

    dan sangat wangi, sedangkan di Kabupaten Purwakarta pilihannya lebih

    berimbang antara beraroma sedang, wangi, dan sangat wangi.

    Selain pilihan rasa air seduhan dan aroma, tidak kalah pentingnya

    preferensi responden pada kekuatan rasa air seduhannya. Pilihan pada

    kekuatan rasa, di Kota Bandung, Kabupaten Bekasi, dan Kabupaten

    Purwakarta mempunyai karakteristik yang relatif sama, yaitu lebih banyak

    memilih rasa sedang dan sepet.

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    5/90

    171

    Kota Depok dan Kota Cirebon, pilihannya lebih merata pada empat

    pilihan, yaitu rasa sedang, biasa, sepet, dan sangat sepet, sedangkan, di

    Kabupaten Cirebon agak berbeda dengan responden di kota lainnya, di mana

    lebih dominan pada pilihan rasa sepet dan sangat sepet.

    Kebutuhan dan keinginan pembeli yang bervariasi menjadi pedoman

    bagi rancangan strategi pemasaran. Pembeli biasanya memperlihatkan

    preferensi dan prioritas produk yang berbeda-beda. Konsumen pada

    umumnya menginginkan produk atau jasa yang dapat memuaskan

    kebutuhan dengan harga yang bersaing. Perbedaan-perbedaan inilah yang

    menciptakan segmentasi pasar (membagi-bagi pasar).

    Lamb et al., (2001:281) mengemukakan bahwa segmentasi pasar

    adalah proses menempatkan konsumen dalam sub-kelompok di pasar

    produk, sehingga para pembeli memiliki tanggapan yang hampir sama

    dengan strategi pemasaran dalam penentuan posisi perusahaan.

    Segmentasi memberikan peluang bagi perusahaan teh untuk

    menyesuaikan produk atau jasanya dengan permintaan yang efektif.

    Selanjutnya Cravens (2000:128), menjelaskan bahwa variabel segmentasi

    pasar dilihat dari karakteristik pasar konsumen terbagi atas dua kategori: (1)

    geografis (jarak, iklim) dan demografis (usia, pendapatan, pendidikan,

    pekerjaan), serta (2) psikografi yaitu, gaya hidup dan kepribadian.

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    6/90

    172

    Selain pertimbangan kualitas, responden juga mempertimbangkan

    merek teh pada saat melakukan pembelian. Hal ini mencerminkan bahwa

    merek produk teh merupakan faktor yang sangat penting bagi konsumen

    dalam pengambilan keputusan pembelian.

    Stanton et al., (1993:269), menjelaskan bahwa pemberian merek

    pada suatu produk sangatlah penting untuk mempermudah konsumen

    mengidentifikasikan produk atau jasa. Di samping itu, merek merupakan alat

    utama yang digunakan oleh pemasar untuk membedakan produk mereka dari

    produk pesaing.

    Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa indentitas

    merek bukan hanya berupa logo atau nama produk, tetapi merupakan suatu

    campuran yang terpadu dari informasi verbal dan visual. Identitas ini pada

    umumnya harus mempunyai cakupan rasa, nilai-nilai, dan gaya hidup sesuai

    dengan konsumen sasaran agar memperoleh kredibilitas dan kepercayaan

    konsumen. Artinya sebagai suatu tugas yang memerlukan suatu pemaha-

    haman tentang apa yang khas dari produk yang relevan dengan selera

    konsumen.

    Strategi merek akan berpengaruh terhadap citra merek (brand image)

    dari perusahaan yang bersangkutan. Sebagai contoh, beberapa merek yang

    paling berhasil di Amerika sudah menjadi sinonim dengan kategori produk.

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    7/90

    173

    Konsumen sering menanyakan ketersediaan Coke dan bukan Cola; serta

    menanyakan Kleenex bukan tisu. Di dalam negeri, beberapa merek teh yang

    telah terkenal seperti Sariwangi dan Teh Sosro. Di mana, brand image

    kedua merek tersebut telah sinonim dengan minuman keluarga.

    Citra merek yang diciptakan oleh produsen melalui ekuitas merek

    sangatlah penting. Sesuai dengan pendapat Gregorius Chandra (2002:137)

    menyatakan akseptansi konsumen terhadap produk baru dipengaruhi oleh

    citra merek. Apabila perusahaan memiliki ekuitas merek yang tinggi biaya

    peluncuran produk barunya cenderung lebih rendah.

    Citra merek dapat menekan persepsi konsumen terhadap risiko

    mencoba produk. Sebagai contoh, teh Sosro mempunyai strategi line

    extension, artinya menggunakan nama merek yang sudah mapan untuk

    diversifikasi produk barunya dalam kategori atau lini produk yang sama (teh

    botol Sosro, teh kotak Sosro).

    Merek yang baik memiliki karakteristik-karakteristik antara lain:(1)

    mengingatkan pada kegunaannya, (2) mudah dieja, dibaca, diingat,

    sederhana/pendek, dan memiliki ciri khas tersendiri (Stanton, 1993: 271;

    Lamb et al., 2001:421). Merek yang biasanya dibeli konsumen rumah tangga

    di enam daerah penelitian dapat disajikan pada Tabel 4.26.

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    8/90

    174

    Tabel 4.26. Pilihan Merek Teh oleh Responden Rumah Tangga

    No Merek KotaBandung

    (%)

    KotaDepok

    (%)

    KotaCirebon

    (%)

    KabupatenBekasi

    (%)

    KabupatenCirebon

    (%)

    KabupatenPurwakarta

    (%)

    1 Sariwangi 20,69 24,14 28,57 25,00 6,25 26,32

    2 Sosro 18,97 34,48 14,29 11,36 8,33 15,79

    3 2 Tang 15,52 13,79 14,29 13,64 6,25 10,534 Cap Poci 13,79 10,34 - 11,36 6,25 5,26

    5 Upet 8,62 3,45 42,86 6,82 31,25 15,79

    6 Tongji 6,90 3,45 - 4,55 4,17 10,537 Botol 1,72 - - 4,55 12,50 5,26

    8 Kerbau - - - 2,27 6,25 -9 Kepala

    Jenggot- - - 4,55 4,17 -

    10 Bendera - - - 2,27 4,17 -11 Sayang Anak - - - - 4,17 -

    12 Nutr tea 3,45 6,90 - 4,55 - -13 Gopek - - - 2,27 6,25 -

    14 Walini 10,34 3,45 - 6,82 - 10,53

    Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

    Tabel 4.26 menunjukkan, preferensi responden di Kota Bandung, Kota

    Depok, Kota Cirebon, dan Kabupaten Bekasi lebih banyak memilih merek teh

    Sariwangi, Sosro, 2 Tang, Cap Poci, Upet dan Walini. Namun, di Kabupaten

    Cirebon lebih banyak memilih merek Upet dan cap Botol, sedangkan di

    Kabupaten Purwakarta ada tiga merek yang paling disukai yaitu Sariwangi,

    Sosro, dan Upet

    Beberapa alasan utama mengapa responden memilih merek tersebut

    antara lain, kemasannya, harga, mudah diperoleh, dan promosi.

    Pertimbangan lainnya dari responden adalah daya tarik kemasan.

    Pendapat responden tersebut, mencerminkan pada umumnya

    kemasan yang dibuat oleh produsen sudah baik dan menarik, khususnya

    pada teh celup dilihat dari segi desain warna kemasannya, misalnya teh

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    9/90

    175

    merek Sosro memiliki keunikan dari segi budaya dengan desain kemasan

    bermotif batik Di samping itu setiap isi di dalamnya diberikan kemasan

    khusus, Merek Tong Tji lebih memilih desain warna merah yang

    menggambarkan warna air teh (black tea), di sisi depan terdapat gambar

    cangkir dan poci.

    Merek Sariwangi lebih menonjolkan warna biru merah, di sisi depan

    terdapat gambar cangkir dan poci dengan latar belakang perkebunan teh,

    Cap Poci lebih memilih warna kombinasi desain warna orange-merah-

    kuning, dengan gambar sebuah poci, cangkir dan pisau.

    Merek Walini sebagai pendatang baru (produk baru) di pasar memiliki

    keunikan yang didominasi desain warna merah, kuning dan hijau sebagai

    daun teh serta di dalam kemasan dilapisi oleh almunium foil. Namun, pada

    teh curah masih banyak produk yang dipasarkan belum mempertimbangkan

    daya tarik kemasan, misalnya teh Cap Botol dan teh Upet dalam bentuk

    curah, produsen belum mempertimbangkan daya tarik kemasannya sebagai

    suatu daya tarik bagi konsumen.

    Fungsi pengemasan yang paling penting adalah untuk memuat dan

    melindungi produk, mempromosikan produk, memudahkan penyimpanan dan

    kemudahan penggunaan produk. Sejalan dengan pendapat Stanton (1993:

    278), peranan kemasan dalam pemasaran semakin meningkat dan mulai

    diakui sebagai satu kekuatan utama dalam persaingan pasar.

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    10/90

    176

    Fungsi kemasan dalam pemasaran dipengaruhi oleh beberapa faktor

    antara lain, makin meningkatnya standar kesehatan dan sanitasi yang

    dituntut oleh masyarakat. Oleh karena itu, memaksa pihak manajemen untuk

    terus memperhatikan pembaharuan dalam desain kemasan.

    Menurut Portland, dikutip oleh Martini Pambayun (2003:32) dari Anstey

    Healy Design, yang bermarkas di Oregon, para pabrikan teh sedang

    mengubah pendekatan dalam hal kemasan. Kemasan teh dibuat dari hiasan

    dengan tujuan untuk keindahan yang dapat mengungkapkan kepribadian

    tertentu yang berbeda beda untuk masing-masing produk.

    Pesan melalui kata-kata, gambar, dan warna, bercerita banyak kepada

    konsumen tentang nilai-nilai inti yang terkandung di balik produk dan

    manifestasi para pembeli untuk membuat suatu hubungan emosional.

    Harapan konsumen terhadap tampilan kemasan adalah apa yang kami lihat

    adalah apa yang kamu dapatkan , citra kemasan harus mencerminkan apa

    yang ada di dalamnya, sedangkan pertimbangan lainnya adalah label produk.

    Setiap label produk makanan dan minuman sangat penting menekankan

    pada etiket dalam memberikan informasi (informational labeling).

    Selanjutnya, Lamb et al., (2001:434) mengemukakan informasi dalam

    kemasan perlu mempertimbangkan, pertama; etiket yang membujuk

    (persuasive labeling) yakni memfokuskan pada tema promosi atau logo, ke

    dua : etiket yang memberi informasi (informational labeling) yangdidesain

    untuk membantu konsumen membuat pilihan atas suatu produk yang tepat

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    11/90

    177

    dan mengurangi ketidaksesuaian terhadap harapan konsumen setelah

    membeli.

    Stanton (1993: 284), memberikan contoh di Amerika Badan

    Pengawasan Obat dan Makanan yang dipasarkan (Food and Drug

    Administration) mengeluarkan standar label untuk makanan dan minuman

    yang diproses pabrik yaitu label produk harus mencantumkan secara lengkap

    kandungan nutrisi di dalamnya. Namun, di Indonesia pada umumnya

    perusahaan teh hanya mencantumkan cara penyajian, batas akhir

    penggunaan, nama perusahaan, tetapi belum mencantumkan jenis teh atau

    kualitas teh yang digunakan dan manfaat yang dikandungnya.

    Konsumen seringkali berpikir mengenai manfaat yang ia akan

    rasakan jika mengkonsumsi atau membeli suatui produk, bukan mengenai

    atributnya. Konsumen mungkin tidak tertarik untuk mengetahui berbagai

    kandungan zat gizi (atribut) dari buah mengkudu, tetapi konsumen lebih

    tertarik untuk mengetahui apa manfaat buah mengkudu tersebut dan

    untuk mengobati penyakit apa.

    Konsumen akan merasakan dua jenis manfaat setelah mengkonsumsi

    suatu produk, yaitu manfaat fungsional (functional consequences) dan

    manfaat psikososial (psycosocial consequences). Manfaat fungsional

    (functional consequence)adalah manfaat yang dirasakan konsumen secara

    fisiologis, misalnya salah satu iklan teh Sosro berbunyi minum teh Sosro

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    12/90

    178

    akan menghilangkan rasa letih dan dahaga, atau iklan susu Tropicana Slim

    yang berusaha mempengaruhi pengetahuan konsumen dengan

    menginformasikan manfaat fungsional dengan ungkapannya untuk terus

    mendapatkan manfaat susu, nggak perlu jadi gemuk, kan ?.

    Iklan ini menekankan informasi bahwa konsumen akan memperoleh

    manfaat dari minum susu Tropicana Slim tanpa harus gemuk. Manfaat

    psikososial adalah aspek psikologis (perasaan, emosi, mood) dan aspek

    sosial (persepsi konsumen terhadap bagaimana pandangan orang lain

    terhadap dirinya) yang dirasakan konsumen setelah mengkonsumsi suatu

    produk. Contoh Slimming Tea Mustika Ratu tubuh langsing menjadikan

    penampilan lebih percaya diri .

    4.3.2 Harga

    Penetapan harga yang tepat menunjang keberhasilan perusahaan,

    karena harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang

    memberikan pendapatan bagi perusahaan, akan tetapi, keputusan mengenai

    harga sangat sulit ditetapkan.

    Harga yang terlalu mahal dapat meningkatkan laba jangka pendek,

    tetapi di sisi lain akan sulit dijangkau oleh konsumen dan dalam jangka

    panjang harga yang tinggi dapat menjadikan konsumen berpindah pada

    produk pesaing yang menetapkan harga yang lebih murah. Untuk

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    13/90

    179

    mengetahui tingkat persepsi responden terhadap harga komoditi teh dapat

    disajikan pada Tabel 4.27.

    Tabel 4.27 Persepsi Responden Rumah TanggaTerhadap Harga Teh

    PersepsiKota

    Bandung Kota DepokKota

    Cirebon Kab. Bekasi Kab. CirebonKab.

    Purwakarta TotalF % F % F % F % F % F % F %

    Murah 34 58.62 12 41.38 2 28.57 18 40.91 7 14.58 5 26.32 78 38.05

    Sedang 22 37.93 14 48.28 4 57.14 22 50.00 23 47.92 9 47.37 94 45.85

    Mahal 2 3.45 3 10.34 1 14.29 4 9.09 18 37.50 5 26.32 33 16.10

    Jumlah 58 100.00 29 100.00 7 100.00 44 100.00 48 100.00 19 100.00 205 100.00

    Tabel 4.27 menunjukkan, pada umumnya responden menyatakan teh

    yang dijual di pasar harganya relatif tidak terlalu mahal (sedang) dan murah.

    Namun, yang menyatakan harga teh mahal relatif kecil Hal ini mencerminkan

    bahwa produsen teh memperhatikan harga sebagai indikator daya tarik bagi

    konsumen. Menurut Cravens (2000:344), beberapa faktor mempengaruhi

    keputusan manajemen mengenai bagaimana strategi harga dalam

    pemasaran.

    Salah satu hal yang penting adalah mengestimasi bagaimana para

    pembeli akan menanggapi harga-harga alternatif untuk suatu produk atau

    jasa. Banyaknya permintaan, biaya produksi, dan distribusi dapat

    mempengaruhi keputusan penetapan harga.

    Konsumen sangat tergantung pada harga sebagai indikator kualitas

    sebuah produk, terutama jika konsumen harus membuat keputusan untuk

    membeli, sedangkan informasi yang diperoleh tidak lengkap.

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    14/90

    180

    Beberapa studi telah menunjukkan bahwa persepsi konsumen

    terhadap kualitas produk berubah-ubah seiring dengan perubahan yang

    terjadi pada harga. Jadi, semakin tinggi harga suatu produk makin tinggi pula

    kualitas produk yang dipersepsi oleh konsumen. Konsumen mempunyai

    persepsi seperti ini pada waktu mereka tidak memiliki petunjuk lain dari

    kualitas produk selain harga. Padahal persepsi kualitas dapat dipengaruhi

    pula oleh reputasi perusahaan, toko, periklanan, dan variabel lainnya.

    Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa harga adalah

    atribut yang paling sering digunakan oleh sebagian besar konsumen untuk

    mengevaluasi produk, terutama masyarakat yang berpendapatan rendah.

    Diskon harga atau potongan harga dapat dijadikan suatu strategi

    untuk mempengaruhi konsumen dengan tujuan untuk memperbesar volume

    penjualan. Menurut Fandy Tjiptono (1999:166), potongan harga diberikan

    oleh penjual kepada pembeli sebagai penghargaan atas aktivitas tertentu dari

    pembeli yang menyenangkan bagi penjual. Senada dengan pendapat

    Stanton et al., (1993:366), setiap perusahaan pada dasarnya harus selalu

    waspada terhadap perubahan harga yang mungkin dilakukan oleh pesaing.

    Beberapa harga komoditi teh yang beredar di pasar dapat disajikan

    pada Tabel 4.28.

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    15/90

    181

    Tabel 4.28. Harga Beberapa Jenis Teh

    No Merek Isi Kemasaan Harga

    (Rp)

    1. Sariwangi (hitam) 25 kantong = 50 gram

    50 kantong = 100 gram

    3.250

    5.750

    2. Teh Sosro (wangi) 25 kantong = 50 gram 4.450

    3 2 Tang (hitam) 30 kantong 2.900

    4. Teh Poci (hitam) 25 kantong = 50 gram 2.250

    5 Walini (hitam) 25 kantong = 50 gram 2.750

    6 Tong Tji (hitam) 25 kantong = 50 gram 3.250

    7 Teh Upet (wangi) 25 kantong = 50 gram 2.750

    8 Teh Upet Curah (wangi) 100 gram 3.000

    9 Cap Botol Curah (wangi) 100 gram 3.250

    Setiap perusahaan harus selalu siap dengan pedoman kebijakan

    tentang bagaimana reaksi perusahaan apabila pesaing memulai menurunkan

    harga dan memberikan diskon. Seiring dengan semakin ketatnya persaingan

    di antara produsen teh, beberapa perusahaan telah menerapkan strategi

    penjualan.

    Produsen teh merek Sariwangi melakukan strategi diskon kuantitas

    (quantity discounts), jika membeli dua kemasan yang berukuran 50 kantong

    atau 50 gram dengan harga Rp.5.750.- ditambah bonus sebuah buku resep

    Sariwangi yang memuat hasil kreasi para pemenang lomba racik teh

    Sariwangi, seperti teh lidah buaya shake, berinas (stroberi dan nanas) di

    lautan Sariwangi, es teh buah bersoda, es campur Sariwangi, dan teh

    tiramisu berlapis biskuit coklat. Di samping itu, produsen Sariwangi juga

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    16/90

    182

    memberikan bonus sebuah cangkir cantik untuk pembelian kemasan 100

    gram.

    4.3.3 Saluran Distribusi

    Strategi distribusi berkenaan dengan penentuan dan manajemen

    saluran distribusi yang dipergunakan oleh perusahaan untuk memasarkan

    barang dan jasanya sehingga produk tersebut dengan mudah sampai di

    tangan konsumen sasaran dalam jumlah dan jenis yang dibutuhkan. Untuk

    mengetahui lebih jelas tempat responden melakukan pembelian teh, dapat

    dilihat pada Tabel 4.29.

    Tabel 4.29. Pilihan Tempat Pembelian Komoditas Teh oleh Responden

    KotaBandung

    KotaDepok

    KotaCirebon

    Kab.Bekasi

    Kab.Cirebon

    Kab.Purwakarta Total

    Pilihan F % F % F % F % F % F % F %

    Pasar .Modern 53 91.38 18 62.07 6 85.71 30 68.18 0 0.00 3 15.79 110 53.66

    P.Tradisional 5 8.62 1 3.45 1 14.29 4 9.09 30 62.50 3 15.79 44 21.46

    Toko 0 0.00 1 3.45 0 0.00 10 22.73 9 18.75 4 21.05 24 11.71

    Warung/Kios 0 0.00 9 31.03 0 0.00 0 0.00 9 18.75 7 36.84 25 12.20

    Teman/Kerabat 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 2 10.53 2 0.98

    Jumlah 58 100.00 29 100.00 7 100.00 44 100.00 48 100.00 19 100.00 205 100.00

    Tabel 4.29 menunjukkan, responden pada masing-masing daerah

    penelitian membeli teh di tempat yang berbeda, seperti di Kota Bandung,

    Kota Cirebon, Kota Depok, dan Kabupaten Bekasi, lebih dari separuh

    responden membeli teh di pasar modern serta sebagian kecil saja yang

    melakukan pembelian di pasar tradisional.

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    17/90

    183

    Kabupaten Cirebon, lebih dari separuh responden memilih pasar

    tradisonal dan sebagian kecil yang membeli di toko atau warung. Akan tetapi

    di Kabupaten Purwakarta, responden lebih banyak membeli di warung atau

    kios yang terdekat, sebagiannya lagi membeli di toko, dan responden yang

    membeli di pasar modern serta pasar tradisional sama banyaknya. Di

    samping itu, ada juga responden yang membeli teh dari teman/keluarga,

    misalnya teh merek Arganaga.

    Kondisi ini mencerminkan bahwa ketersediaan produk teh di berbagai

    tempat bukan lagi suatu kendala bagi konsumen untuk memperoleh sesuai

    dengan keinginan atau sesuai dengan merek yang diinginkan. Namun

    demikian, tidak semua merek teh mempunyai saluran distribusi yang sama,

    seperti pada pasar modern beberapa merek yang dijual tidak terdapat pada

    pasar tradisional atau toko. Demikian sebaliknya, merek yang beredar di

    pasar tradisional tidak terdapat pada pasar moderen

    Cravens (2000:317), mengemukakan strategi distribusi yang baik

    mensyaratkan analisis penetrasi dari alternatif yang ada untuk memilih

    jaringan saluran yang paling sesuai dengan karakteristik produk, sedangkan

    Gregorius Chandra (2002:225), menjelaskan pilihan saluran distribusi

    berkaitan dengan tujuan penjualan. Oleh karena itu, tujuan penjualan dan

    distribusi dapat dikelompokkan menjadi empat macam yaitu :

    (1) Account development, yaitu tujuan yang dirancang untuk menekankan

    penambahan distributor atau pelanggan baru.

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    18/90

    184

    (2) Distributor support, yaitu tujuan yang mengarah pada upaya menjalin

    kerjasama dengan para distributor grosir maupun eceran dalam rangka

    menerapkan strategi pemasaran.

    (3) Account maintenance, yaitu tujuan yang dirancang untuk

    mempertahankan posisi penjualan yang efektif melalui kunjungan

    penjualan reguler dalam rangka menyediakan informasi mengenai

    produk baru, mendapatkan informasi mengenai perubahan kebutuhan

    pelanggan atau distributor, dan melaksanakan aktivitas-aktivitas layanan

    pelanggan.

    (4) Acount penetration, yaitu dirancang untuk meningkatkan volume

    penjualan total atau meningkatkan penjualan produk yang lebih

    menguntungkan dan produk komplementer lainnya kepada distributor

    atau pembeli saat ini.

    Pertimbangan konsumen rumah tangga untuk melakukan pembelian

    pada suatu tempat sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya;

    ketersediaan banyaknya pilihan merek dan rasa, belanja bulanan,

    kenyamanan dan keamanan, rekreasi, kebersihan, dekat dengan lokasi

    rumah, harga relatif murah, mutu yang terjamin, serta alasan karena di

    pasar tersebut tempat responden berdagang. Alasan responden rumah

    tangga dalam memilih tempat pembelian teh dapat disajikan pada Tabel

    4.30.

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    19/90

    185

    Tabel 4.30. Alasan Responden Rumah Tangga dalam Memilih TempatPembelian

    KotaBandung

    KotaDepok

    KotaCirebon

    Kab.Bekasi

    Kab.Cirebon

    Kab.Purwakarta Total

    Alasan F % F % F % F % F % F % F %Kenyaman/keamanan 12 20.69 4 13.79 3 42.86 2 4.55 0 0.00 2 10.53 23 11.22

    Rekreasi 10 17.24 3 10.34 2 28.57 2 4.55 0 0.00 2 10.53 19 9.27

    Kebersihan 2 3.45 4 13.79 2 28.57 2 4.55 2 4.17 6 31.58 18 8.78

    B.Pilihan 15 25.86 12 41.38 0 0.00 13 29.55 6 12.50 0 0.00 46 22.44

    B.Bulanan 9 15.52 3 10.34 0 0.00 19 43.18 9 18.75 5 26.32 45 21.95

    Dekat 0 0.00 0 0.00 0 0.00 3 6.82 14 29.17 4 21.05 21 10.24

    Harga 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 15 31.25 0 0.00 15 7.32

    Mutu 10 17.24 3 10.34 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 13 6.34

    Berdagang 0 0.00 0 0.00 0 0.00 3 6.82 2 4.17 0 0.00 5 2.44

    Jumlah 58 100.00 29 100.00 7 100.00 44 100.00 48 100.00 19 100.00 205 100.00

    Tabel 4.30 menunjukkan, pada umumnya responden di wilayah Kota

    (Bandung, Depok, Cirebon) mengungkapkan alasan mereka membeli di

    pasar moderen, karena kenyamanan / kenyamanan, banyak pilihan

    merek/rasa/mutu terjamin, kebersihan, dan di samping membeli teh juga

    belanja bulanan atau sambil rekreasi.

    Responden di tiga wilayah Kabupaten (Bekasi, Purwakarta, Cirebon),

    pada umunya memberikan alasan karena kedekatan dengan tempat tinggal,

    harga yang relatif murah, dan banyak pilihan. Akan tetapi, ada lima

    responden di wilayah Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Cirebon,

    memberikan alasan membeli teh di tempat tersebut (pasar tertentu) karena

    memang kesehariannya berdagang di tempat itu.

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    20/90

    186

    Seiring tumbuhnya perekonomian ke arah yang lebih baik, maka

    munculnya pasar swalayan di kota-kota besar maupun di daerah-daerah

    tidak dapat dielakkan lagi akibat kecenderungan masyarakat pada umumnya

    lebih senang berbelanja di pasar swalayan tersebut. Besarnya minat

    konsumen memilih pasar swalayan sebagai tujuan berbelanja, karena cukup

    tersedia jaminan kualitas barang yang dibeli, ruangan nyaman ber AC serta

    barang yang akan dibeli lebih lengkap.

    Penelitian Taufiq Amir (2004:16), di PD Pasar Jaya Jakarta alasan

    konsumen berbelanja di pasar swalayan tersebut, disebabkan adanya mutu

    barang yang terjamin, kepastian harga, dapat berbelanja sambil rekreasi,

    menghemat waktu, dapat memakai kartu kredit, lebih nyaman, dan penataan

    barang yang menarik.

    Hasil penelitiannya di AC Neelson Indonesia mencatat berbagai trend

    menarik tentang industri ritel, menyatakan bahwa jumlah konsumen yang

    berbelanja di pasar swalayan cenderung meningkat terutama untuk

    konsumen yang hidup di perkotaan.

    Cakupan luas wilayah pemasaran menjadi strategi yang penting untuk

    memperkenalkan produk dan meningkatkan penjualan. Senada dengan

    pendapat Fandy Tjiptono (1999:208), menjelaskan bahwa ada tiga strategi

    yang dapat dilakukan:

    (1) Distribusi eksklusif, yaitu produsen hanya menunjuk satu orang perantara

    khusus untuk menyalurkan barang ke daerah atau wilayah tertentu,

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    21/90

    187

    dengan syarat perantara tersebut tidak boleh menjual produk produsen

    lain.

    Strategi ini membutuhkan adanya kemitraan yang kuat antara produsen

    dan perantara, keuntungan strategi ini loyalitas perantara yang tinggi,

    meningkatkan citra produk, dan tingkat pengendalian yang tinggi atas

    harga yang diberikan perantara, sedangkan kelemahannya antara lain

    volume penjualan rendah dan opportunity costprodusen di suatu daerah

    menjadi besar.

    Strategi distribusi eksklusif digunakan oleh produsen teh merek Arganaga,

    yang hanya ada satu distributor di Kota Bandung yaitu: di perumahan

    Arcamanik yang langsung menjual ke konsumen akhir

    (2) Distribusi intensif, yaitu produsen berusaha menyediakan produknya di

    semua retail outlet yang mungkin memasarkannya. Keuntungan strategi

    ini adalah produk perusahaan tersedia secara luas.

    Kelemahan strategi ini adalah sulit mengendalikan outlet yang terlalu

    banyak dan komitmen retailer untuk melakukan promosi produk rendah.

    Strategi distribusi intensif digunakan anatara lain oleh produsen teh merek

    Sariwangi.

    (3) Distribusi selektif, yaitu strategi yang menempatkan produk perusahaan

    di beberapa retail outlet saja dalam satu daerah tertentu. Keuntungan

    dari strategi ini adalah mampu mendapatkan cakupan pasar yang cukup

    luas dengan tingkat pengendalian yang besar tanpa biaya tinggi, dan

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    22/90

    188

    memberikan laba yang cukup besar bagi produsen serta perantara,

    sedangkan kelemahannya adalah risiko kegagalan cukup tinggi, jika

    gagal memperoleh cakupan pasar bagi produk tersebut.

    Strategi distribusi selektif digunakan oleh produsen teh merek Walini,

    yang hanya memilih beberapa supermarket misalnya Supermarket Yogya

    dan Supermarket Griya.

    Di samping strategi cakupan distribusi di atas, perusahaan hendaknya

    melakukan saluran distribusi berganda (multiple channel strategy) dengan

    tujuan untuk mencapai segmen pasar yang berbeda dalam pasar yang luas

    dan untuk memperoleh akses yang optimal pada setiap segmen.

    Penggunaan saluran distribusi ganda ini ada dua jenis yaitu:

    (1) Saluran komplementer, yaitu jika masing-masing saluran menjual produk

    yang tidak saling berhubungan atau melayani segmen pasar yang tidak

    saling berhubungan.

    Tujuan dari penggunaan saluran komplementer adalah untuk mencapai

    segmen pasar yang tidak dapat dicapai oleh saluran distribusi perusahaan

    yang ada sekarang

    (2) Saluran kompetitif, yaitu jika produk yang sama dijual melalui dua saluran

    yang berbeda tapi bersaing satu sama lain. Tujuan strategi ini untuk

    meningkatkan penjualan.

    Hal ini didasarkan atas pandangan bahwa jika para distributor harus

    saling bersaing, baik dalam menjual produk perusahaan maupun produk

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    23/90

    189

    perusahaan lainnya, maka masing-masing distributor akan bekerja dan

    berusaha secara gigih.

    Meskipun demikian strategi ini memerlukan penanganan yang cermat,

    karena mengandung risiko yang cukup besar berupa beralihnya

    distributor sehingga lebih suka menjual produk perusahaan lain. Strategi

    ini digunakan untuk merespons perubahan lingkungan (Fandy Tjiptono,

    1999:210).

    4.3.4 Promosi

    Komunikasi pemasaran merupakan usaha untuk menyampaikan

    pesan kepada publik terutama konsumen sasaran atas keberadaan suatu

    produk. Untuk menyampaikan komunikasi pemasaran tersebut pilihan

    medianya harus tepat, isi pesan promosi hendaknya menarik, informasi

    yang disampaikan jelas, dan personalitynya punya daya tarik.

    (a) Media Promosi

    Media penyampaian pesan memegang peranan yang sangat penting

    dalam proses komunikasi. Tanpa media, pesan tidak akan sampai

    kepada kelompok audiens yang diinginkan.

    Memilih media yang tepat akan sangat menentukan apakah pesan yang

    ingin disampaikan kepada kelompok sasaran sampai atau tidak. Konsumen

    rumah tangga memperoleh informasi tentang produk atau merek teh

    melalui beberapa media, seperti tampak pada Tabel 4.31.

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    24/90

    190

    Tabel 4.31. Sumber Informasi Responden tentang Merek Produk Teh

    Kota

    Bandung

    Kota

    Depok

    Kota

    Cirebon

    Kab.

    Bekasi

    Kab.

    Cirebon

    Kab.

    Purwakarta Total

    Sumber F % F % F % F % F % F % F %

    TV 40 68.97 17 58.62 4 57.14 23 52.27 21 43.75 7 36.84 112 54.63

    Radio 7 12.07 3 10.34 3 42.86 15 34.09 21 43.75 5 26.32 54 26.34

    Koran 6 10.34 4 13.79 0 0.00 2 4.55 2 4.17 2 10.53 16 7.80Majalah/Bilboard 4 6.90 3 10.34 0 0.00 2 4.55 2 4.17 2 10.53 13 6.34Teman/Keluarga

    1 1.72 2 6.90 0 0.00 2 4.55 2 4.17 3 15.79 10 4.88

    Jumlah 58 100.00 29 100.00 7 100.00 44 100.00 48 100.00 19 100.00 205 100.00

    Tabel 4.31 menunjukkan, di tiga kota (Bandung, Depok, Cirebon) dan

    Kabupaten Bekasi lebih dari lima puluh persen responden mengetahui merek

    teh dari media televisi, sedangkan di Kabupaten Cirebon dan Kabupaten

    Purwakarta, responden mengetahui merek teh melalui media televisi dan

    radio hampir sama banyaknya, namun sebagian kecil responden

    mengetahuinya dari koran atau majalah/bilboard. Hal ini mencerminkan,

    bahwa iklan atau informasi melalui media televisi dianggap cukup efektif

    menggugah konsumen untuk melakukan pembelian.

    Temuan ini memperkuat hasil penelitian Dadang Suryadi

    dkk.,(2002:105), yang menyimpulkan bahwa televisi merupakan media yang

    efektif sebagai alat promosi iklan untuk menyampaikan informasi teh.

    Seiring dengan perkembangan pembangunan sarana dan prasarana

    sampai di pedasaan, yang berdampak pada perkembangan teknologi

    informasi hampir di seluruh wilayah Indonesia dapat menangkap stasiun

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    25/90

    191

    televisi swasta dan hampir seluruhnya responden memiliki televisi, sehingga

    mereka dapat menangkap iklan teh melalui media tersebut.

    Lebih lanjut, Peter dan Olson (2000:101), menjelaskan hasil penelitian

    di Amerika dalam kurun waktu tahun 1967, 1982, dan 1997, total jumlah

    iklan meningkat dua kali lipat dengan menggunakan media iklan produk

    terutama televisi, majalah, koran, radio, dinding-dinding bus atau halte, dan

    papan Bilboard ditemukan hampir di semua jalan besar.

    Beberapa merek teh yang terkenal seperti Sariwangi, Sosro, dan teh

    cap Botol telah melakukan periklanan melalui media televisi, radio, juga

    dapat dilihat hampir di setiap persimpangan jalan utama mencantumkan

    papan Bilboard.

    (a) Daya Tarik Promosi Teh

    Promosi yang disampaikan melalui media yang telah diuraikan di atas,

    memunculkan berbagai tanggapan dari responden, seperti tampak pada

    Tabel 4.32.

    Tabel 4.32 Tanggapan Responden tentang Daya Tarik Promosi Teh

    Kota

    Bandung

    Kota

    Depok

    Kota

    Cirebon

    Kab.

    Bekasi

    Kab.

    Cirebon

    Kab.

    Purwakarta Total

    Tanggapan F % F % F % F % F % F % F %

    Tidak

    Menarik 23 39.66 11 37.93 3 42.86 15 34.09 20 41.67 7 36.84 79 38.54

    Jelas 10 17.24 5 17.24 2 28.57 7 15.91 8 16.67 4 21.05 36 17.56

    Mdh di

    ingat 19 32.76 9 31.03 2 28.57 19 43.18 18 37.50 7 36.84 74 36.10

    Personalty 6 10.34 4 13.79 0 0.00 3 6.82 2 4.17 1 5.26 16 7.80

    Jumlah 58 100.00 29 100.00 7 100.00 44 100.00 48 100.00 19 100.00 205 100.00

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    26/90

    192

    Tabel 4.32 menunjukkan, hasil penelitian di enam wilayah penelitian,

    mengungkapkan sebagian besar responden menyatakan daya tarik promosi

    melalui iklan teh di media televisi tidak menarik, dibandingkan dengan iklan

    non-teh (susu, soft drink) yang menurut responden lebih menarik serta

    bervariasi. Namun demikian, sebagian besar responden menyatakan iklan

    teh mudah diingat. Walaupun, sebagian kecil responden menyatakan iklan

    teh jelas dan daya tarik personality cukup menarik.

    Kondisi ini mengindikasikan bahwa pesan yang disampaikan oleh

    produsen melalui berbagai media terutama televisi perlu dievaluasi kembali

    agar pemirsa menjadi lebih tertarik. Sejalan dengan meningkatnya jumlah

    informasi pemasaran dalam lingkungan konsumen, maka konsumen menjadi

    semakin selektif terhadap informasi pemasaran.

    Meningkatnya teknologi, memungkinkan konsumen memilih iklan televisi

    yang ingin mereka tonton dengan lebih mudah, berkat remote control,

    pemirsa dapat berpindah dari satu stasiun ke stasiun lain selama jeda iklan.

    Salah satu strategi untuk menghindari pemirsa memindahkan saluran

    TV, maka produsen perlu mengembangkan iklan yang sangat menarik

    dengan mendemonstrasikan tata cara penyeduhan dan manfaat yang

    dikandung dalam produk teh, yang baik agar mendapatkan khasiat teh yang

    optimal, sehingga mereka tidak tertarik pindah ke saluran TV yang lain (Peter

    dan Olson; 2000:101).

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    27/90

    193

    Produsen dalam kegiatan promosi hendaknya memperhatikan dari

    aspek isi pesan yang menyangkut product advertisingyaitu iklan yang berisi

    informasi produk suatu perusahaan dan institutional advertiising yaitu iklan

    didesain untuk memberikan informasi tentang usaha bisnis pemilik iklan dan

    membangun goodwill serta image positif bagi perusahaan. Seperti yang

    dikemukakan oleh Gregorius Chandra (2002:170) dalam perancang pesan

    berkaitan erat dengan empat isu utama, yaitu:

    (1). Apa yang ingin disampaikan (isi pesan atau message content), yaitu

    menyangkut tiga macam daya tarik (a) daya tarik rasional (rational

    appeals) yaitu menekankan manfaat produk, kualitas produk, dan harga;

    (b) daya tarik emosional (emotional appeals) yaitu berusaha

    memanfaatkan emosi positif seperti, humor, cinta, rasa bangga, rasa

    senang atau emosi negatif seperti, rasa takut, rasa bersalah, malu; dan

    (c) daya tarik moral (moral appeals) yaitu berfokus pada upaya

    mendorong konsumen agar mendukung dan berpartisipasi dalam

    berbagai aktivitas sosial.

    Strategi isi pesan yang pada umumnya dilakukan oleh produsen teh,

    mengacu pada daya tarik rasional dengan menawarkan harga yang relatif

    sama antar merek produk teh dan daya tarik emosional yang positif

    seperti salah satu iklan yang berbunyi kebersamaan dalam keluarga

    tidaklah lengkap tanpa secangkir teh.

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    28/90

    194

    (2) Bagaimana menyampaikan secara logis struktur pesan (message

    structure), yaitu berkaitan dengan penarikan kesimpulan (conclusion

    drawing one sided arguments) artinya bentuk presentasi pesan yang

    semata-mata hanya menegaskan keunggulan produk, sedangkan two

    sided arguments artinyadi samping menyebutkan keunggulan produk

    sekaligus kelemahan produk.

    (3). Bagaimana cara menyampaikan secara simbolis tentang format pesan

    (message format) yaitu menyangkut ilustrasi dan warna yang biasanya

    digunakan dalam periklanan di media cetak. Kualitas suara dan

    vokalisasi yang biasanya untuk iklan di radio. Kata-kata, warna, ilustrasi,

    kualitas suara, dan body language yang biasanya untuk iklan di televisi

    (TV), serta pertimbangan warna, tekstur, ukuran, bentuk, dan aroma

    untuk strategi kemasan produk.

    (4). Siapa yang harus menyampaikan atau sumber pesan (message

    source) terutama menyangkut kredibilitas penyampaian pesan. Sumber

    pesan yang atraktif atau populer cenderung dapat meraih perhatian dan

    ingatan yang lebih besar dibandingkan dengan orang awam. Itulah

    sebabnya kalangan selebriti banyak dimanfaatkan dalam iklan.

    Ketidakjelasan informasi yang disampaikan melalui promosi akan

    berakibat pada ketidaktahuan konsumen betapa besar manfaat yang

    dikandung oleh produk teh. Jika diamati pada setiap kemasan teh hanya

    mencantumkan cara penyeduhan saja belum mencantumkan komponen

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    29/90

    195

    komponen yang dikandungnya, seperti produk susu pada kemasannya telah

    mencantumkan semua nutrisi yang dikandung, atau produk minuman

    kesehatan merek Lemon, pada kemasannya telah mencantumkan komponen

    dan komposisi kandungan vitamin, energi, protein, lemak, serta karbohidrat

    yang dipromosikan mempunyai kegunaan sebagai antioksidan.

    Strategi ini dilakukan dilakukan agar konsumen dapat mengetahui

    dan menjadi pertimbangan dalam pembelian. Menurut Anthor Junzhi (1993),

    menjelaskan bahwa setiap 100 gram teh kering jumlah kadar vitamin utama

    seperti pada Tabel 4.33.

    Tabel 4.33. Jumlah Kadar Vitamin Utama pada 100 Gram Teh Kering

    Jenis Vitamin Kandungan Setiap 100 Gram Teh Kering (mg)

    Vitamin C

    Vitamin P

    Vitamin B1

    Vitamin B2

    Vitamin B5

    Vitamin B6

    Vitamin B3

    Vitamin H

    Vitamin E

    Vitamin K

    Vitamin B12

    Inositol

    100 150

    340

    150 600

    1,3 1,7

    5,0 7,5

    50 76

    1,0 2,0

    50 80

    30 80

    40 80

    15 25

    1,0

    Sumber : Anthor Junzhi, Tahun 1993.

    Di samping menjelaskan informasi pada Tabel 4.33, juga sangat

    penting dicantumkan kandungan kimia dalam teh, seperti dijelaskan oleh

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    30/90

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    31/90

    197

    pelanggan, melainkan juga bagaimana pelanggan bisa mencapai

    perusahaan. Adanya terobosan teknologi, konsumen dapat

    berkomunikasi melalui media tradisional ( surat kabar, radio, TV) dan juga

    melalui media komunikasi yang lebih canggih (komputer, faks, ponsel,

    internet).

    Daya tarik personality sangat penting untuk menyampaikan pesan

    dalam promosi. Menurut Gregorius Chandra (2002:170), penggunaan

    sumber pesan yang kredibel biasanya akan memiliki daya persuasif yang

    besar.

    Kredibilitas sumber pesan dipengaruhi oleh tiga faktor (1) expertise,

    yaitu pengetahuan khusus yang dimiliki oleh komunikator. Contoh dokter

    memiliki kredibilitas tinggi dalam memberikan resep obat bagi para

    pasiennya, sehingga jarang ditemukan pasien memprotes obat yang

    diresepkan, (2) trustworthiness, berkenaan dengan persepsi audiens

    terhadap objektivitas dan kejujuran sumber pesan, dan (3) likeability yaitu

    daya tarik sumber pesan, misalnya populer, cantik, ganteng, dan humoris.

    Fandy Tjiptono (1999:227), menjelaskan tujuan periklanan dapat

    dibagi atas tiga aspek: (1) pioneering advertising yaitu iklan yang

    berupaya menciptakan permintaan awal, (2) competitive advertising yaitu

    iklan yang berupaya mengembangkan pilihan pada merek tertentu, dan (3)

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    32/90

    198

    reminder advertisingyaitu iklan yang berupaya melekatkan nama atau merek

    produk tertentu di benak khalayak.

    Selain itu, Gregorius Chandra (2002:170), menjelaskan tujuan

    komunikasi dapat diarahkan pada pengembangan respons yang diharapkan

    pada tiga tahap yaitu: tahap kognitif, afektifdantahap konatif. Ketiga tahapan

    ini dikenal dengan Learn-Fee-Do, yang dijadikan dasar dalam

    pengembangan model hirarki respons dengan model AIDA (attention,

    interest, desire, action).

    4.4 Keputusan Pembelian Komoditas Teh oleh Konsumen RumahTangga

    Keputusan merupakan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan

    alternatif. Menurut Ujang Sumarwan (2004:307), menjelaskan apabila

    seorang konsumen hendak melakukan pilihan, maka ia harus memiliki

    alternatif.

    Ada empat macam perspektif dari model tingkah laku keputusan dari

    individu, yaitu: (1) manusia ekonomi (economic man) adalah manusia

    dipandang sebagai individu yang melakukan keputusan secara rasional, (2)

    manusia pasif (passive man) adalah manusia sebagai individu yang

    digambarkan sebagai pembeli yang irasional, (3) manusia kognitif (cognitive

    man) adalah manusia sebagai individu yang berpikir untuk memecahkan

    masalah dalam mencari alternatif produk yang dapat memenuhi kebutuhan

    dan kepuasannya, dan (4) manusia emosional (emotional man) adalah

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    33/90

    199

    manusia sebagai individu yang memiliki perasaan mendalam dan emosi yang

    mempengaruhi pembelian.

    Keputusan pembelian komoditas teh yang dilakukan oleh konsumen

    rumah tangga mengenai jumlah (gram), jenis yang disukai, kepuasan atau

    ketidakpuasan yang dirasakan, dan loyalitas mereka terhadap merek tertentu

    akan diukur secara empirik sebagai berikut.

    (a) Jumlah Pembelian Per Bulan (gram)

    Jumlah anggota keluarga pada masing-masing rumah tangga

    responden, akan mempengaruhi jumlah konsumsi teh per bulan. Diperoleh

    informasi bahwa tingkat konsumsi teh responden rumah tangga

    sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 4.35.

    Tabel 4.35. Jumlah Teh yang Dibeli Per Bulan (gram)

    Jumlah

    KotaBandung

    KotaDepok

    KotaCirebon Kab. Bekasi

    Kab.Cirebon

    Kab.Purwakarta Total

    (Gram) F % F % F % F % F % F % F %

    50-100 33 56.90 13 44.83 3 42.86 27 61.36 28 58.33 12 63.16 116 56.59

    150-200 22 37.93 12 41.38 4 57.14 15 34.09 20 41.67 6 31.58 79 38.54

    250-300 3 5.17 4 13.79 0 0.00 2 4.55 0 0.00 1 5.26 10 4.88

    350-400 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00

    Jumlah 58 100.00 29 100.00 7 100.00 44 100.00 48 100.00 19 100.00 205 100.00

    Tabel 4.35 memperlihatkan, di Kota Bandung lebih dari separuh

    (56,90 persen) responden mengkonsumsi antara 50 100 gram per bulan

    per rumah tangga, kemudian 37,93 persen mengkonsumsi rata-rata antara

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    34/90

    200

    150-200 gram, dan hanya 5,17 persen yang mengkonsumsi 250-300 gram

    per bulan per rumah tangga.

    Kota Depok hampir sama banyaknya yang mengkonsumsi antara 50-

    100 gram dan 150-200 gram masing-masing 44,83 persen dan 41,38 persen,

    sisanya 13,79 persen mengkonsumsi rata-rata antara 250-300 gram dan

    hanya 5,17 persen yang mengkonsumsi 250-300 gram per bulan per rumah

    tangga.

    Kota Cirebon lebih dari separuhnya (57,14 persen) mengkonsumsi

    antara 150-200 gram dan sisanya 42,86 persen mengkonsumsi rata-rata

    antara 50-100 gram, sedangkan di tiga Kabupaten (Bekasi, Cirebon, dan

    Purwakarta) lebih dari separuh mengkonsumsi antara 50 100 gram per

    bulan per rumah tangga, dan sisanya mengkonsumsi di atas 150 200 gram.

    Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa jumlah

    konsumsi per kapita adalah 295,928 gram (dengan asumsi jumlah keluarga

    rata-rata 5 orang), hampir sama banyaknya dengan konsumsi rata-rata

    nasional yang mencapai 350 gram per kapita per tahun. Akan tetapi,

    perbedaannya cukup besar jika dibandingkan dengan konsumsi teh rata-rata

    dunia yang mencapai 933 gram per kapita, seperti tampak pada Gambar

    4.10.

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    35/90

    201

    295.92 350

    933

    0.00

    200.00

    400.00

    600.00

    800.00

    1,000.00

    Jawa Barat Nasional DuniaKonsumsitehperkapita

    Gambar 4.10. Grafik Jumlah Konsumsi Teh Rata-rata Per Kapita/Tahun,Jawa Barat, Nasional, dan Dunia.

    Rendahnya tingkat konsumsi tersebut berkaitan erat dengan

    rendahnya penghargaan konsumen terhadap teh dan masih beranggapan

    bahwa minuman teh adalah hanya sekedar penawar rasa haus. Selain itu,

    rendahnya tingkat konsumsi teh disebabkan cara penyeduhan yang

    dilakukan belum sesuai yang diajurkan pada label kemasan (tepat jumlah)

    artinya setiap satu kantung teh celup disarankan hanya untuk satu cangkir,

    tetapi konsumen rumah tangga memanfaatkan untuk beberapa cangkir.

    Pada takaran teh curah, disarankan setiap satu sendok teh gula hanya

    untuk satu cangkir dan kemudian ampas teh tidak dimanfaatkan lagi agar

    memperoleh khasiatnya. Walaupun, terungkap bahwa konsumen rumah

    tangga memiliki persepsi bahwa dengan minum teh akan memperoleh

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    36/90

    202

    manfaat kesehatan, namun hal ini masih bersifat kognitif (pengetahuan),

    affektif(kepercayaan) konsumen belum pada tingkatan tindakan (konatif).

    Nana Subarna12)menjelaskan masih rendahnya apresiasimasyarakat

    terhadap teh, karena sebagian besar orang Indonesia belum mengetahui

    setiap teh yang dihasilkan dari berbagai perkebunan, memiliki aroma dan cita

    rasa yang berbeda-beda.

    Apresiasi yang rendah tersebut menyebabkan konsumsi teh Indonesia

    hanya mencapai 350 gram per kapita per tahun. Padahal konsumsi

    dikatakan tinggi jika angkanya mencapai 500 gram per kapita per tahun.

    Keberdaan tanaman teh di Indonesia khususnya Jawa Barat telah lebih dari

    tiga abad. Namun, konsumsi masyarakat Jawa Barat masih relatif rendah

    dibandingkan dengan negara-negara lain yang bukan penghasil teh.

    (b) Jenis Teh yang dibeli

    Di pasar domestik dikenal tiga jenis teh yaitu teh hitam, hijau, dan teh

    wangi. Ke tiga jenis teh tersebut dibedakan dari cara pengolahannya. Teh

    hitam dalam proses pengolahannya terjadi fermentasi yang merupakan

    proses oksidasi ereinatis.

    Proses pengolahan teh hijau fermentasi enzim dalam daun teh

    dihilangkan dengan cara pengeringan, sedangkan teh wangi adalah teh yang

    berasal dari teh hijau yang dicampur dengan bunga melati sebagai

    12). Kompas, 2004.Minum Teh Belum Dianggap Bergengsi., 20 Desember: Jakarta.

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    37/90

    203

    penambah aroma. Untuk mengetahui jenis teh yang dibeli oleh responden

    rumah tangga di enam wilayah penelitian dapat disajikan pada Tabel 4.36.

    Tabel 4.36. Jenis Teh yang Dibeli oleh Konsumen Rumah Tangga

    KotaBandung

    KotaDepok

    KotaCirebon

    Kab.Bekasi

    Kab.Cirebon

    Kab.Purwakarta Total

    Jenis TehF % F % F % F % F % F % F %

    HitamCurah

    5 8.62 5 17.24 2 28.57 4 9.09 3 6.25 4 21.05 23 11.22

    HitamCelup

    17 29.31 12 41.38 3 42.86 4 9.09 4 8.33 4 21.05 44 21.46

    Hijau Curah 14 24.14 4 13.79 0 0.00 14 31.82 10 20.83 4 21.05 46 22.44

    Hijau Celup 8 13.79 5 17.24 0 0.00 15 34.09 7 14.58 3 15.79 38 18.54

    WangiCurah

    9 15.52 3 10.34 2 28.57 0 0.00 19 39.58 0 0.00 33 16.10

    WangiCelup

    5 8.62 0 0.00 0 0.00 7 15.91 5 10.42 4 21.05 21 10.24

    Jumlah 58 100.00 29 100.00 7 100.00 44 100.00 48 100.00 19 100.00 205 100.00

    Tabel 4.36 menunjukkan, jenis teh yang dibeli oleh konsumen rumah

    tangga di tiga Kota (Bandung, Depok, dan Cirebon) relatif sama dan merata

    pada beberapa jenis teh, sedangkan di tiga Kabupaten (Bekasi, Cirebon, dan

    Purwakarta) lebih menyukai teh hijau curah dan celup, serta teh wangi

    celup, terutama di daerah Kabupaten Cirebon lebih banyak menyukai teh

    wangi curah, karena salah salah satu pabrik teh wangi merek Upet berlokasi

    di Kabupaten Cirebon yang menguasai pasar setempat.

    Pilihan tersebut mencerminkan konsumen rumah tangga memilih jenis

    teh, terutama teh hitam untuk memperoleh warna dan mutu rasa air seduhan

    yang lebih sepet, sedangkan alasan memilih kemasan celup hanya semata-

    mata karena kepraktisan dalam penyajian. Konsumen mengkonsumsi teh

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    38/90

    204

    hijau mempunyai alasan untuk memperoleh manfaat kesehatan. Namun,

    yang mengkonsumsi teh wangi melati hanya untuk memperoleh aroma yang

    wangi dan memiliki rasa khas.

    Hasil temuan ini melengkapi hasil penelitian Nana Subarna et al.,

    (1997:93), menyatakan mutu rasa air seduhan (core product quality)menjadi

    tolok ukur konsumen dalam memilih teh di pasaran dibanding unsur lainya,

    seperti warna air seduhan dan bentuk partikelnya. Dalam temuan penelitian

    ini, ternyata konsumen rumah tangga tidak hanya berpatokan pada mutu

    rasa air seduhan, tetapi juga mempertimbangkan aroma dan warna air.

    (c) Kepuasan dan ketidakpuasan

    Teori yang menjelaskan bagaimana kepuasan atau ketidakpuasan

    konsumen terbentuk adalah the expectancy disconfirmation model, yang

    mengemukakan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan konsumen merupakan

    dampak dari perbandingan antara harapan konsumen sebelum pembelian

    dengan sesungguhnya diperoleh konsumen dari produk teh yang dibeli

    tersebut. Tingkat kepuasan dan ketidakpuasan konsumen dapat disajikan

    pada Tabel 4.37.

    Tabel 4.37 menunjukkan, responden di enam wilayah penelitian

    relatif sama yaitu sebagian besar responden menjawab puas dan sangat

    puas. Sebagian lagi menjawab cukup puas dan hanya sebagian kecil

    menjawab tidak puas. Hal ini mengcerminkan bahwa faktor kepuasan atau

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    39/90

    205

    ketidakpuasan konsumen sangat penting, karena konsumen tidak akan

    berhenti hanya sampai pada proses konsumsi.

    Tabel 4.37. Tingkat Kepuasan dan Ketidakpuasan

    KotaBandung

    KotaDepok

    KotaCirebon

    Kab.Bekasi

    Kab.Cirebon

    Kab.Purwakarta Total

    Pilihan F % F % F % F % F % F % F %Sangat Puas 8 13.79 9 31.03 3 42.86 17 38.64 17 35.42 5 26.32 59 28.78

    Puas 25 43.10 12 41.38 2 28.57 19 43.18 14 29.17 9 47.37 81 39.51

    Cukup Puas 20 34.48 8 27.59 2 28.57 1 2.27 17 35.42 2 10.53 50 24.39

    Tidak Puas 3 5.17 0 0.00 0 0.00 7 15.91 0 0.00 3 15.79 13 6.34

    S.TidakPuas

    2 3.45 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 2 0.98

    Jumlah 58 100.00 29 100.00 7 100.00 44 100.00 48 100.00 19 100.00 205 100.00

    Konsumen akan melakukan proses evaluasi terhadap produk teh

    yang telah di konsumsinya. Hasil dari proses evaluasi pasca konsumsi

    adalah konsumen puas atau tidak puas terhadap merek produk teh

    tersebut. Ketika konsumen membeli suatu produk teh, maka ia memiliki

    harapan tentang bagaimana produk tersebut berfungsi (product

    performance):

    (1) Produk berfungsi lebih baik dari yang diharapkan, iniah yang disebut

    sebagai diskonfirmasi positif (positive discorfirmation). Jika ini terjadi,

    maka konsumen akan merasa puas.

    (2) Produk berfungsi seperti yang diharapkan, inilah yang disebut sebagai

    konfirmasi sederhana (simple confirmation). Produk tersebut tidak

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    40/90

    206

    memberikan rasa puas, dan produk tersebut tidak mengecewakan

    konsumen. Konsumen akan memiliki perasaan netral.

    (3) Produk berfungsi lebih buruk dari yang diharapkan, maka inilah yang

    disebut sebagai diskonfirmasi negatif (negative discorfirmation). Produk

    yang berfungsi buruk, tidak sesuai dengan harapan konsumen akan

    menyebabkan kekecewaan, sehingga konsumen tidak puas (Arnould et

    al.,2003;625-626).

    (d) Loyalitas

    Kunci sukses suatu perusahaan agar tetap eksis terletak pada

    kemampuannya untuk mempertahankan pelanggannya (retensi),oleh karena

    itu perusahaan perlu mendeteksi sikap pelanggan terhadap perusahaan yang

    dibentuk melalui kontak langsung dengan obyek sikap yang mampu

    memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan, sehingga terjalin hubungan

    pelanggan dengan perusahaan menjadi kuat.

    Kondisi ini tercermin dari perilaku pelanggan seperti, menceritakan hal-

    hal yang positif tentang produk perusahaan, merekomendasikan produk

    perusahaan kepada orang lain, loyal, atau tidak keberatan untuk membayar

    produk yang dihasilkan dengan harga yang lebih mahal (pay more).

    Sebaliknya, produk yang gagal memenuhi fungsinya akan menimbulkan

    sikap negatif yang menyebabkan pelanggan akan pindah ke produk lain yang

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    41/90

    207

    merupakan pesaing. Untuk melihat loyalitas konsumen rumah tangga

    terhadap merek produk teh disajikan pada Tabel 4.38.

    Tabel 4.38 Loyalitas Terhadap Merek Produk Teh

    KotaBandung Kota Depok

    KotaCirebon Kab. Bekasi

    Kab.Cirebon

    Kab.Purwakarta Total

    Bila merek yangdikonsumsi tidakada, maka : F % F % F % F % F % F % F %Menunda pembelian 4 6.90 3 10.34 1 14.29 3 6.82 8 16.67 2 10.53 21 10.24

    Beli merek lain 49 84.48 18 62.07 4 57.14 18 40.91 17 35.42 10 52.63 116 56.59

    Mencari di tempat lain 5 8.62 8 27.59 2 28.57 23 52.27 23 47.92 7 36.84 68 33.17

    Jumlah 58 100.00 29 100.00 7 100.00 44 100.00 48 100.00 19 100.00 205 100.00

    Tabel 4.38 menunjukkan, responden di enam wilayah penelitian, lebih

    dari separuh responden menyatakan bila merek yang biasanya dikonsumsi

    tidak ada maka mereka mengambil keputusan untuk membeli merek lain,

    dengan jenis yang sama dengan yang biasanya dikonsumsi sehari-hari.

    Kondisi ini terjadi terutama di tiga wilayah kota, persentasenya rata-

    rata di atas 57 %, bahkan di wilayah Kota Bandung mencapai 84,48 %. Hal

    ini karena responden pada wilayah kota, umumnya berbelanja di

    Supermarket yang banyak menawarkan berbagai merek teh dan juga mereka

    tidak mempunyai waktu yang cukup untuk mencari lagi di tempat yang lain.

    Kelompok responden tersebut dapat dikategorikan belum loyal

    terhadap satu merek teh, karena masih mau berpindah merek hanya karena

    alasan merek yang biasanya dikonsumsi tidak tersedia.

    Responden yang menyatakan menunda pembelian relatif kecil rata-

    rata hanya 10,24 %. Namun, di wilayah Kabupaten Cirebon masih relatif

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    42/90

    208

    tinggi yaitu 16,67 %, sedangkan responden yang menyatakan mau mencari

    di tempat lain persentasenya cukup tinggi yaitu 36 47,92 %, terutama di tiga

    wilayah Kabupaten (Bekasi, Cirebon, Purwakarta). Kelompok responden

    tersebut dapat dikatakan sebagai konsumen yang loyal terhadap merek

    yang dikonsumsinya.

    Hasil penelitian di atas, berbeda dengan hasil penelitian produk

    makanan sereal sarapan oleh Nurjanah (2000:30) terhadap 100 responden di

    wilayah Kota Bogor, mengatakan bahwa sebanyak 26 persen responden

    membeli merek lain, 42 persen menunda pembelian, dan 30 persen mencari

    di tempat lain. Ini mengindikasikan bahwa konsumen makanan sereal lebih

    loyal terhadap satu merek dibandingkan dengan konsumen teh.

    Penelitian Hamdi (1999:60), mengukur loyalitas konsumen

    terhadap merek susu Ultra di Kota Bandung, dalam kesimpulannya

    mengungkapkan bahwa ternyata 53,52 persen konsumen tidak loyal

    terhadap satu merek Namun, penelitian Murti (2001:33), yang mengukur

    loyalitas konsumen terhadap merek produk rokok, dalam kesimpulannya

    mengungkapkan bahwa 71,17 persen responden sangat loyal terhadap satu

    merek.

    Lovelock dan Wright (2005:103) dan Engel et al., (1994:37),

    menyatakan pelanggan yang sedikit puas atau netral dapat direbut oleh

    pesaing, sedangkan pelanggan yang benar-benar puas hampir 42 persen

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    43/90

    209

    lebih loyal walaupun ada tawaran yang menarik dari pesaing dibandingkan

    dengan pelanggan yang sekedar puas.

    Sejalan dengan pendapat Dyah Hasto Palupi (2005:33-34), konsumen

    semakin lama semakin rasional, karena pendorong utama konsumen

    membeli produk adalah karena kualitas riil barang dan harga. Akibatnya

    mudah bagi konsumen beralih ke merek lain atau loyalitas merek cenderung

    lemah.

    Kepuasan pelanggan memberikan banyak manfaat bagi perusahaan

    dan tingkat kepuasan pelanggan yang makin tinggi akan menghasilkan

    loyalitas pelanggan yang lebih besar. Dalam jangka panjang, akan lebih

    menguntungkan mempertahankan pelanggan yang baik daripada terus

    menerus menarik dan membina pelanggan baru untuk menggantikan

    pelanggan yang pergi. Pelanggan yang sangat puas akan menyebabkan

    cerita positif dari mulut ke mulut dan malah akan menjadi iklan berjalan yang

    efektif.

    Lovelock dan Wright (2005:104), menjelaskan hanya pelanggan yang

    benar-benar puas atau benar-benar senang (delight) yang akan loyal kepada

    satu merek atau perusahaan. Demikian halnya, pendapat Sudarmadi

    (2005:50), bahwa kepuasan dan loyalitas itu berbeda, kepuasan lebih pada

    functional performance dari produk atau berbicara tentang pertimbangan

    rasional (rational appeal), sedangkan loyalitaspada beyond emotional atau

    lebih banyak berbicara tentang pertimbangan emosional (emotional appeal).

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    44/90

    210

    Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa persaingan

    merek teh yang semakin terbuka, menyebabkan konsumen semakin banyak

    mendapatkan pilihan. Dengan demikian, otomatis mereka semakin mudah

    berpindah apalagi didukung oleh tingkat pendidikan yang lebih baik, sebagai

    contoh perusahaan teh Sariwangi begitu gencar melakukan pendekatan

    dengan konsumen dan mengumpulkan masayarakat di berbagai kota

    dengan acara-acara yang menarik perhatian pelanggan, menawarkan

    program pemberian penghargaan bagi kesetiaan mereka dengan membagi-

    bagi hadiah serta mengadakan lomba yang diberi tema Lomba Racik Teh

    Sariwangi.

    4.5 Pengukuran Kuat/Lemah Faktor Internal dan Kinerja BauranPemasaran Terhadap Keputusan Pembelian Komoditas Teh olehKonsumen Rumah Tangga di Provinsi Jawa Barat

    Untuk mengukur kuat/lemah faktor internal konsumen dan kinerja

    bauran pemasaran perlu dilakukan dengan analisis variabel, secara

    kualitatif dengan menggunakan interval score, di mana jumlah skor :

    1. Pernyataan responden berada di antara minimum dengan kuartil 1,

    berarti faktor internal dan kinerja bauran pemasaran tersebut sangat

    lemah

    2. Berada di antara kuartil 1 dengan kuartil 2 (median) berarti faktor

    internal dan kinerja bauran pemasaran tersebut lemah

    3. Berada di antara kuartil 2 (median) dengan kuartil 3 berarti faktor internal

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    45/90

    211

    dan kinerja bauran pemasaran tersebut kuat

    4. Berada di antara kuartil 3 dengan maksimum berarti faktor internal dan

    kinerja bauran pemasaran tersebut sangat kuat

    Faktor internal konsumen dan kinerja bauran pemasaran telah diukur

    dengan memperhatikan indikator hasil tabulasi data. Berdasarkan hal

    tersebut, diperoleh rekapitulasi hasil pengukuran, seperti disajikan pada

    Tabel 4.39.

    Tabel 4.39. Rekapitulasi Hasil Pengukuran Faktor Internal dan KinerjaBauran Pemasaran menggunakan Interval Score denganPembagian Median.

    Variabel Minimal Kuartil 1 Kuartil 2(Median)

    Kuartil 3 Maksimal Skoryang

    dicapai

    Kesim-pulan

    Faktor InternalKonsumen :

    Budaya konsumen 615 1.230 1.845 2.460 3.075 2.480 Sangat

    kuat

    Kelas Sosial 1.025 2.050 3.075 4.100 5.125 2.533 Lemah

    Karakteristik Individu 820 1.640 2.460 3.280 4.100 2.977 Kuat

    Faktor Psikologis 1.845 3.690 5.535 7.380 9.225 7.488 Sangatkuat

    Kinerja BauranPemasaran :

    Produk 1.845 3.690 5.535 7.380 9.225 7.009 Kuat

    Harga 410 820 1.230 1.640 2.050 1.392 Kuat

    Sal.Distribusi 615 1.230 1.845 2.460 3.075 2.341 Kuat

    Promosi 820 1.640 2.460 3.280 4.100 2.871 Kuat

    Tabel 4.39 menunjukkan, jumlah skor yang dicapai responden untuk

    budaya konsumen 2.480. Skor terebut berada di antara kuartil 3 dan mak-

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    46/90

    212

    simum, yang berarti bahwa budaya konsumen sangat kuat pengaruhnya

    terhadap keputusan pembelian komoditas teh, yang mencakup kebiasaan-

    kebiasaan, jumlah yang diminum, dan waktu minum teh.

    Menurut Ujang Sumarwan (2004:173), bahwa kebiasaan adalah

    berbagai bentuk perilaku dan tindakan yang diterima secara budaya, seperti

    halnya minum teh pekat pada saat sakit diare diturunkan dari generasi ke

    generasi secara turun temurun.

    Jumlah skor yang dicapai responden untuk kelas sosial 2.533. Skor

    tersebut berada di antara kuartil 1 dan kuartil 2 (median), yang berarti bahwa

    faktor kelas sosial lemah pengaruhnya terhadap keputusan pembelian

    komoditas teh, yang mencakup pendapatan keluarga, pendidikan,

    pekerjaan dan lokasi tempat tinggal.

    Menurut Kotler (2000:167), pekerjaan seseorang juga mempengaruhi

    pola konsumsinya, pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok profesi

    tertentu dan pilihan produk sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi

    seseorang dan besarnya penghasilan yang dapat dibelanjakan.

    Jumlah skor yang dicapai responden untuk karakteristik individu

    2.977. Skor tersebut berada di antara kuartil 2 (median) dan kuartil 3 yang

    berarti bahwa karakteristik individu kuat pengaruhnya terhadap keputusan

    pembelian komoditas teh, yang mencakup umur, jumlah anggota keluarga,

    keinginan dan selera keluarga, pergaulan, serta sikap.

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    47/90

    213

    Menurut Kotler (2000:199), setiap pembelii memiliki motivasi, persepsi,

    dan preferensi pribadi atau individu yang dipengaruhi oleh umur,

    penghasilan, jabatan, kepribadian, sikap terhadap risiko, dan budaya

    pembeli yang tidak mau ambil pusing, pembeli yang ahli, pembeli yang ingin

    terbaik, dan pembeli yang ingin semuanya beres.

    Jumlah skor yang dicapai responden untuk faktor psikologis 7.488.

    Skor tersebut berada di antara kuartil 3 dan maksimum, yang berarti bahwa

    faktor psikologis sangat kuat pengaruhnya terhadap keputusan pembelian

    komoditas teh, yang mencakup manfaat minum teh, minuman murah,

    memberikan kenikmatan, sebagai pelepas dahaga, minuman utama, mudah

    diperoleh, pergaulan, pengahargaan, dan memberikan rasa aman

    Nugroho J. Setiadi (2003:14 -15) menjelaskan, faktor psikologis sangat

    erat kaitannya dengan kebutuhan yang bersifat biogenik, kebutuhan ini timbul

    dari suatu keadaan fisiologis tertentu, seperti rasa lapar, haus, tidak nyaman.

    Kebutuhan lain yang bersifat psikogenik yaitu kebutuhan yang

    timbul dari keadaan fisiologis tertentu, seperti kebutuhan untuk diakui,

    dihargai, dan diterima oleh lingkungan. Lebih lanjut, dikatakan keputusan

    membeli merupakan hasil suatu hubungan yang saling mempengaruhi antara

    faktor budaya, kelas sosial, karakteristik pribadi, dan faktor psikologis.

    Jumlah skor yang dicapai responden untuk produk sebesar 7.009.

    Skor tersebut berada di antara kuartil 2 (median) dan kuartil 3, yang berarti

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    48/90

    214

    bahwa faktor produk kuat pengaruhnya terhadap keputusan pembelian

    komoditas teh, yang mencakup kualitas, merek, kemasan, label, citra merek,

    warna air seduhan, aroma, dan kekuatan rasa.

    Menurut Fandy Tjiptono (1999:103-105), atribut produk yang meliputi

    merek, kemasan, label, jaminan, dan pelayanan adalah unsur-unsur produk

    yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan

    keputusan. Di antara atribut tersebut mereklah yang sangat berperan dalam

    pemasaran, karena merek akan membentuk ekuitas merek (brand equity).

    Inti konsep ini adalah bahwa sebuah merek dapat memiliki posisi yang

    sangat kuat dan menjadi modal (ekuitas), apabila merek tersebut memenuhi

    empat faktor utama yaitu brand awareness (telah dikenal oleh konsumen),

    strong brand association (memiliki asosiasi merek yang baik), perceived

    quality (dipersepsikan konsumen sebagai produk berkualitas), dan brand

    loyalty (memiliki pelanggan yang setia), contoh merek teh yang memenuhi

    kriteria di atas, yaitu merek Sariwangi dan merek Teh Sosro.

    Jumlah skor yang dicapai responden untuk harga sebesar 1.392. Skor

    tersebut berada di antara kuartil 2 (median) dan kuartil 3, yang berarti bahwa

    faktor harga kuat pengaruhnya terhadap keputusan pembelian komoditas

    teh, yang mencakup harga produk dan potongan harga.

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    49/90

    215

    Hermawan Kartajaya (2000:210) menjelaskan, brand tetap punya

    pengaruh terhadap persepsi konsumen pada kualitas produk yang

    akhirnya juga berpengaruh pada besarnya pengorbanan yang mau dilakukan

    konsumen dalam bentuk harga yang lebih tinggi. Sebaliknya, kalau

    perusahaan memandang brand sebagai valueutama yang harus dipegang

    teguh, maka penerapan dan penyempurnaan kualitas produk sesuai dengan

    harga harus dipertimbangkan baik - baik, agar makin memperkuat brand

    equity yang sudah dimiliki.

    Jumlah skor yang dicapai responden untuk variabel saluran distribusi

    sebesar 2.341. Skor tersebut berada di antara kuartil 2 (median) dan kuartil 3,

    yang berarti bahwa faktor saluran distribusi kuat pengaruhnya

    terhadapkeputusan pembelian komoditas teh, yang mencakup jarak/tempat

    pembelian, cakupan distribusi, dan daya tarik tempat penjualan.

    Titik awal dalam memilih saluran distribusi yang efektif adalah

    menentukan sasaran pasar yang jelas untuk usaha pemasaran dan

    menentukan kebutuhan serta pilihan pasar sasaran, terutama menyangkut

    lokasi (tempat) dan biaya distribusi, menentukan siapa konsumennya,

    bagaimana preferensi konsumen, dan seberapa peka mereka terhadap

    perubahan harga. Menurut Keegan (1997:124), jika perusahaan ingin

    memasuki pasar yang kompetitif, pilihan yang mendasar adalah

    menyediakan insentif bagi agen independen yang akan merangsang

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    50/90

    216

    mereka untuk mempromosikan produk perusahaan

    Jumlah skor yang dicapai responden untuk promosi 2.871. Skor

    tersebut berada di antara kuartil 2 (median) dan kuartil 3, yang berarti bahwa

    faktor promosi kuat pengaruhnya terhadap keputusan pembelian komoditas

    teh, yang mencakup isi pesan dalam promosi, kejelasan informasi, daya tarik

    personality, dan media yang digunakan.

    Hasil penelitian Dadang Surjadi dkk.,( 2002:105) yang menyimpulkan,

    televisi merupakan media yang efektif sebagai alat promosi untuk

    menyampaikan informasi tentang teh dan proporsi jumlah konsumen

    yang menyatakan berminat sama atau tidak berbeda dengan jumlah

    konsumen yang merespon produk sesuai iklan.

    Pemasaran moderen memerlukan lebih dari sekedar mengembangkan

    produk yang berkualitas, harga yang menarik, dan mudah dijangkau. Namun,

    perusahaan harus mengkomunikasikannya dengan para stakeholder yang

    ada sekarang dan potensial, serta masyarakat umum. (Kotler, 2000:550;

    Best, 2000:216). Demikian halnya pendapat Hermawan Kartajaya

    (2000:260), iklan memang penting bagi suatu produk, dan iklan itu sendiri

    merupakan salah satu bentuk komunikasi pemasaran.

    Iklan dapat efektif asalkan pesan yang disampaikan tidak memberikan

    ekspektasi, atau menyesatkan dengan memberikan janji-janji yang muluk.

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    51/90

    217

    Brand yang akan diiklankan harus mempunyai dua tujuan: (1) cognitive

    objective artinya membentuk kesan di benak konsumen, dan (2) behavior

    objective artinya usaha untuk menggiring konsumen supaya bertindak

    untuk membeli.

    4.6 Pengaruh Faktor Internal Konsumen dan Kinerja BauranPemasaran Terhadap Keputusan Pembelian Komoditas Teh olehKonsumen Rumah Tangga

    4.6.1 Pengaruh Secara Simultan

    Berdasarkan uji keberartian koefisien jalur secara keseluruhan

    (simultan), disimpulkan bahwa variabel internal konsumen yang meliputi

    budaya konsumen (X1.1), kelas sosial (X1.2), karakteristik individu(X1.3), faktor

    psikologis (X1.4) dan kinerja bauran pemasaran yang meliputi produk (X2.1),

    harga (X2.2), saluran distribusi (X2.3), serta promosi (X2.4), secara simultan

    berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian komoditas teh oleh

    konsumen rumah tangga (Y), seperti tampak pada Tabel 4.40.

    Tabel 4.40. Uji Analisis Jalur Secara Simultan

    Hipotesis F hitung F tabel Kesimpulan

    Faktor internal konsumen dan kinerjabauran pemasaran berpengaruh

    terhadap keputusan pembeliankomoditas teh oleh konsumen rumahtangga di Provinsi Jawa Barat

    68,226 1,9859

    F- hitung > F-tabel, maka

    Ho ditolak(Signifikan)

    Tabel 4.40 menunjukkan, hasil pengujian tersebut mengindikasikan

    bahwa faktor internal konsumen dan kinerja bauran pemasaran hendaknya

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    52/90

    218

    dirancang secara terintegrasi dan sinergis dengan mempertimbangkan

    pengaruh antarvariabel dalam rangka mempengaruhi keputusan pembelian

    konsumen rumah tangga, seperti yang dikemukakan oleh Kotler (2000:176)

    dan Engel et al.,(1994:198), pemasar harus berhati-hati dalam menetapkan

    keputusan mengenai target pasar, karena peran pembelian selalu berubah.

    Ada lima peran yang dimainkan konsumen dalam keputusan

    pembelian: (1) initiator yaitu, seseorang yang pertama kali mengusulkan

    gagasan untuk membeli suatu produk atau jasa, (2) influencer yaitu,

    seseorang yang dipandang dapat mempengaruhi keputusan, (3) decider

    yaitu, seseorang yang mengambil keputusan untuk setiap komponen

    keputusan pembelian apakah membeli atau tidak membeli, bagaimana

    membeli, dan di mana akan membeli, (4) buyer yaitu, orang yang

    melakukan pembelian yang sesungguhnya, dan (5) user yaitu, seseorang

    yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa yang

    bersangkutan.

    Gregorius Chandra (2002:92) mengemukakan, program pemasaran

    (bauran pemasaran) meliputi tindakan-tindakan pemasaran yang dapat

    mempengaruhi permintaan terhadap produk, di antaranya mengubah harga,

    memodifikasi kampanye iklan, merancang promosi khusus, menentukan

    pilihan saluran distribusi, dan sebagainya. Dalam penerapannya, kerapkali

    berbagai program pemasaran dipadukan atau dilaksanakan secara bersama-

    sama (terintegrasi dan sinergistik) untuk mengoptimalkan penjualan.

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    53/90

    219

    4.6.2 Pengaruh Secara Individu (Parsial)

    Berdasarkan uji pengaruh secara individual (parsial) diperoleh hasil

    dari ke delapan variabel tersebut budaya (X1.1), kelas sosial (X1.2), karaktristik

    individu (X1.3), faktor psikologis (X1.4) produk (X2.1), harga (X2.2), saluran

    distribusi (X2.3), dan promosi (X2.4), kesemuanya berpengaruh signifikan

    terhadap keputusan pembelian komoditas teh oleh konsumen rumah tangga

    pada tingkat kepercayaan 95 persen. Lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel

    4.41.

    Tabel 4.41. Pengujian Hipotesis Secara Individu (Parsial)

    Koef Jalur T_hitung T_Tabel Kesimpulan

    PYX1.1 0.283 6.507 1.653 Signifikan

    PYX1.2 0.100 2.530 1.653 Signifikan

    PYX1.3 0.095 2.338 1.653 Signifikan

    PYX1.4 0.182 4.182 1.653 Signifikan

    PYX2.1 0.186 4.316 1.653 Signifikan

    PYX2.2 0.159 3.740 1.653 Signifikan

    PYX2.3 0.140 3.387 1.653 Signifikan

    PYX2.4 0.242 5.605 1.653 Signifikan

    Tabel 4.41 mengindikasikan, bahwa manajer pemasaran dapat

    menggunakan dua atau lebih variabel di atas, untuk merancang strategi

    yang dianggap lebih berpengaruh pada pengambilan keputusan konsumen

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    54/90

    220

    dalam rangka meningkatkan volume penjualan. Hal ini senada dengan

    pendapat Gregorius Chandra (2002:93), bahwa strategi pemasaran

    merupakan rencana yang menjabarkan ekspektasi perusahaan akan dampak

    dari berbagai aktivitas atau program pemasaran terhadap permintaan produk

    atau lini produk di pasar sasaran tertentu dengan mempertimbangkan

    berbagai faktor internal konsumen. Berdasarkan struktur diagram jalur dapat

    disajikan pada Gambar 4.11.

    X1.2

    X1.3

    X1.4

    X2.1

    X2.2

    X1.1

    X2.3

    X2.4

    Y

    0.2360.199

    0.3400.264

    0.395

    0.345

    0.281

    0.180

    0.153

    0.265

    0.197

    0.168

    0.270 0.368

    0.218

    0.020

    0.195

    0.130

    0.2900.188

    0.302

    0.362

    0.3470.317

    0.3810.186

    0.314

    0.299

    0.514

    0.283

    0.100

    0.095

    0.182

    0.186

    0.159

    0.140

    0.242

    Gambar 4.11. Struktur Diagram Jalur

    Perusahaan dapat menggunakan dua atau lebih program pemasaran,

    sebab setiap variabel program pemasaran (bauran pemasaran) memiliki

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    55/90

    221

    pengaruh yang berbeda-beda terhadap permintaan. Oleh sebab itu,

    dibutuhkan mekanisme yang dapat mengkoordinasi program-program

    pemasaran.

    Mengacu pada Gambar 4.11 dapat dijelaskan, kontribusi besarnya

    pengaruh masing-masing sub-variabel baik secara langsung maupun tidak

    langsung, disajikan pada Tabel 4.42.

    Tabel 4.42. Kontribusi Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung (X1.1)

    Terhadap (Y)

    Pengaruh Langsung dan tidak Langsung X1.1 terhadap Y Besarnya Kontribusi (%)

    X1.1 langsung PYX1.1.PYX1.1 8,03

    X1.1 melalui X1.2 PYX1.1 rX1.1X1.2 PYX1.2 0,67

    X1.1 melalui X1.3 PYX1.1 rX1.1X1.3 PYX1.3 0,54

    X1.1 melalui X1.4 PYX1.1 rX1.1X1.4 PYX1.4 1,76

    X1.1 melalui X2.1 PYX1.1 rX1.1X.2.1 PYX2.1 1,39

    X1.1 melalui X2.2 PYX1.1 rX1.1X2.2 PYX2.2 1,78

    X1.1 melalui X2.3 PYX1.1 rX1.1X2.3 PYX2.3 1,37

    X1.1 melalui X2.4 PYX1.1 rX1.1X2.4 PYX2.4 1,93

    Total Pengaruh X1.1 terhadap Y 17,46

    Tabel 4.42 memperlihatkan, hasil analisis koefisien jalur berdasarkan

    besarnya pengaruh langsung maupun tidak langsung budaya (X1.1) terhadap

    keputusan pembelian komoditas teh oleh konsumen rumah tangga di Jawa

    Barat (Y) 17,40 persen. Hal ini mengindikasikan, bahwa aspek budaya

    dalam rumah tangga merupakan penentu keinginan dan perilaku yang

    mendasar untuk mengkonsumsi teh. Kebiasaan minum teh yang dilakukan

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    56/90

    222

    anggota keluarga dalam rumah tangga mencerminkan suatu budaya yang

    turun temurun, sejak teh diperkenalkan di Indonesia pada zaman Belanda.

    Perubahan budaya dapat mempengharuhi berbagai makna budaya

    dalam masyarakat dalam suatu proses yang berkesinambungan. Perubahan

    dalam nilai-nilai yang dianut membawa pada kepercayaan dan sikap baru

    terhadap produk yang dapat mengkomunikasikan perbedaan sosial yang

    dimilkinya yang berakibat pada perubahan dalam perilaku pembelian (Wilkie,

    1994:311 dan Nugroho J. Setiadi, 2003: 331).

    Tabel 4.43. Kontribusi Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung(X1.2)Terhadap (Y)

    Pengaruh Langsung dan tidak Langsung X1.2 terhadap Y Besarnya Kontribusi (%)

    X1.2 langsung PYX1.2.PYX1.2 1,00

    X1.2 melalui X1.1 PYX1.2 rX1.2X1.1 PYX1.1 0,67

    X1.2 melalui X1.3 PYX1.2 rX1.2X1.3 PYX1.3 0,17

    X1.2 melalui X1.4 PYX1.2 rX1.2X1.4 PYX1.4 0,28

    X1.2 melalui X2.1 PYX1.2 rX1.2X.2.1 PYX2.1 0,49

    X1.2 melalui X2.2 PYX1.2 rX1.2X2.2 PYX2.2 0,31

    X1.2 melalui X2.3 PYX1.2 rX1.2X2.3 PYX2.3 0,23

    X1.2 melalui X2.4 PYX1.2 rX1.2X2.4 PYX2.4 0,65

    Total Pengaruh X1.2 terhadap Y 3,81

    Tabel 4.43 menunjukkan, bahwa hasil analisis koefisien jalur

    berdasarkan besarnya pengaruh langsung maupun tidak langsung kelas

    sosial (X1.2) terhadap keputusan pembelian komoditas teh oleh konsumen

    rumah tangga di Jawa Barat (Y) 3,81 persen. Hal ini mencerminkan kelas

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    57/90

    223

    sosial menunjukkan preferensi mereka terhadap produk dan merek, seperti

    yang dikemukakan Kotler (2000: 162), beberapa pemasar memusatkan

    perhatian kepada pelanggan kelas atas, sementara perusahaan lain

    memusatkan perhatian pada kelas bawah sebagai target pasarnya.

    Perbedaan target pasar tersebut mempunyai implikasi yang berbeda pula

    dalam strategi bauran pemasarnnya.

    Konsumen yang berada pada kelas yang sama akan menunjukkan

    persamaan dalam nilai-nilai yang dianut, gaya hidup dan perilaku yang sama.

    Kelas sosial mengelompokkan keluarga atau rumah tangga, karena semua

    anggota keluarga menggambarkan persamaan nilai-nilai yang dianut,

    penggunaan pendapatan dan daya beli yang sama.

    Pemasar sangat tertarik untuk mengetahui kelas-kelas sosial yang

    ada di dalam suatu masyarakat, karena kelas sosial akan mempengaruhi apa

    yang dibeli dan dikonsumsi oleh konsumen atau sebuah keluarga.

    Menurut Ujang Sumarwan, (2004:219) dan Nugroho J. Setiadi

    (2003:300), menjelaskan bahwa kelas sosial memiliki ciri, antara lain: (1)

    orang-orang dalam kelas sosial yang sama cenderung bertingkah laku lebih

    seragam daripada orang-orang dari dua kelas sosial yang berbeda; dan (2)

    orang-orang merasa menempati posisi yang inferior atau superior

    sehubungan dengan kelas sosial mereka.

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    58/90

    224

    Tabel 4.44. Kontribusi Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung(X1.3) Terhadap (Y)

    Pengaruh Langsung dan tidak Langsung X1.3terhadap Y

    Besarnya Kontribusi(%)

    X1.3langsung PYX1.3.PYX1.3 0,90

    X1.3 melaluiX1.1 PYX1.3rX1.3X1.1PYX1.1 0,54

    X1.3melaluiX1.2 PYX1.3rX1.3X1.2PYX1.2 0,17

    X1.3melaluiX1.4 PYX1.3rX1.3X1.4PYX1.4 0,64

    X1.3 melaluiX2.1 PYX1.3rX1.3X.2.1PYX2.1 0,38

    X1.3melaluiX2.2 PYX1.3rX1.3X2.2PYX2.2 0,03

    X1.3melaluiX2.3 PYX1.3rX1.3X2.3PYX2.3 0,26

    X1.3melaluiX2.4 PYX1.3rX1.3X2.4PYX2.4 0,30

    Total PengaruhX1.3terhadapY 3,21

    Tabel 4.44 memperlihatkan, hasil analisis koefisien jalur berdasarkan

    besarnya pengaruh langsung maupun tidak langsung karakteristik indivudu

    (X1.3) terhadap keputusan pembelian komoditas teh oleh konsumen rumah

    tangga di Jawa Barat (Y) 3,21 persen. Hal ini mengindikasikan, bahwa

    karakteristik individu mempunyai peranan yang sangat penting dalam

    pengambilan keputusan.

    Engel et al., (1994: 253) dan Nugroho J. Setadi (2003:129), untuk

    merencanakan program pemasaran, yaitu mulai dari merancang produk,

    mengkomunikasikannya kepada konsumen dan mendistribusikannya kepada

    pemakai akhir, pemasar dapat menggunakan faktor kepribadian dan gaya

    hidup (life style),karena sikap tertentu yang dimiliki konsumen terhadap

    suatu produk (misalnya hanya menyukai merek teh Sosro) mencerminkan

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    59/90

    225

    gaya hidupnya dan dapat juga dilihat dari pendapatnya tentang sesuatu objek

    tertentu.

    Tabel 4.45. Kontribusi Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung (X1.4)

    Terhadap (Y)

    Pengaruh Langsung dan tidak Langsung X1.4terhadap Y

    Besarnya Kontribusi(%)

    X1.4langsung PYX1.4.PYX1.4 3,32

    X1.4 melaluiX1.1 PYX1.4rX1.4X1.1PYX1.1 1,76

    X1.4melaluiX1.2 PYX1.4rX1.4X1.2PYX1.2 0,28

    X1.4melaluiX1.3 PYX1.4rX1.4X1.3PYX1.3 0,64

    X1.4 melaluiX2.1 PYX1.4rX1.4X.2.1PYX2.1 0.98

    X1.4melaluiX2.2 PYX1.4rX1.4X2.2PYX2.2 0,54

    X1.4melaluiX2.3 PYX1.4rX1.4X2.3PYX2.3 0,77

    X1.4melaluiX2.4 PYX1.4rX1.4X2.4PYX2.4 1,60

    Total PengaruhX1.4terhadapY 9,89

    Tabel 4.45 memperlihatkan, hasil analisis koefisien jalur berdasarkan

    besarnya pengaruh langsung maupun tidak langsung faktor psikologis

    (X1.4) terhadap keputusan pembelian komoditas teh oleh konsumen rumah

    tangga di Jawa Barat (Y) 9,89 persen. Hal ini mengindikasikan, bahwa faktor

    psikologis mempunyai peranan yang sangat penting yang mendorong

    konsumen dalam memutuskan apakah mengkonsumsi minuman teh atau

    tidak.

    Nugroho J Setiadi (2003:95), menjelaskan bahwa perilaku yang

    termotivasi diprakarsai oleh pengaktifan kebutuhan atau pengenalan

    kebutuhan. Kebutuhan atau motif diaktifkan ketika ada ketidakcocokkan

  • 7/24/2019 rosidaadamunpadbab42

    60/90

    226

    yang memadai antara keadaan aktual dengan keadaan yang diinginkan

    atau yang disukai. Semakin kuat dorongan tersebut, maka semakin besar

    pula urgensi respons yang dirasakan.

    Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan

    yang dirasakan konsumen (felt need) dapat dimunculkan oleh faktor diri

    konsumen sendiri. Kebutuhan yang dirasakan dibedakan kepada manfaat

    yang diharapkan dari pembelian dan penggunaan produk.

    Pertama, kebutuhan utilitarian (utilitarian needs), yang mendorong

    konsumen membeli produk karena manfaat fungsional dan karakteristik

    objektif dari produk tersebut. Ke dua, kebutuahan exspresive atau hedonik

    (hedonic needs) yaitu kebutuhan yang bersifat psikologis seperti rasa puas,

    gengsi, emosi, dan perasaan subjektif lainnya (Lamb et al., 2001:228 dan

    Ujang Sumarwan, 2004:36).

    Tabel 4.46. Kontribusi Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung (X2.1) Terhadap (Y)

    Pengaruh Langsung dan tidak Langsung X2.1 terhadap Y Besarnya Kontribusi (%)

    X2.1 langsung PYX2.1.PYX2.1 3,46

    X2.1 melalui X1.1 PYX2.1 rX2.1X1.1 PYX1.1 1,39

    X2.1 melalui X1.2 PYX2.1 rX2.1X1.2 PYX1.2 0,49

    X2.1 melalui X1.3 PYX2.1 rX2.1X1.3 PYX1.3 0,38

    X2.1 melalui X1.4 PYX2.1 rX2.1X.1.4 PYX2.1 0,98

    X2.1 melalui X2.2 PYX2.1 rX2.1X2.2PYX2.2 1,02

    X2.1 melalui X2.3 PYX2.1 rX2.1X2.3 PYX2.3 0,83

    X2.1 melalui X2.4 PYX2.1 rX2.1X2.4 PYX2.4 1,72

    Total Pe