ROM

download ROM

of 13

Transcript of ROM

Range of Movement (ROM) Pada SendiPosted on12 March 2010. Tags: abduksi shoulder, adduksi shoulder, inner-range, kontraksi otot, Middle range, motor unit, Outer range, range

Range of Movement Range (jarak) Kata range (jarak) dapat digunakan dalam 2 pandangan. Pertama, range merupakan besarnya gerakan yang terjadi pada suatu sendi. Kedua, range merupakan besarnya otot memendek atau memanjang pada saat otot menghasilkan gerakan atau mengontrol gerakan. ROM merupakan kuantitas jarak gerakan ketika sendi digerakkan sampai penuh. Nama-nama gerakan merupakan nama-nama gerakan anatomical yang secara normal diaplikasikan dan metode pengukuran ROM dipublikasikan oleh American Orthopaedic Association. Salah satu contoh pengukuran ROM adalah ROM abduksi shoulder adalah 90 derajat dan ROM adduksi shoulder 90 derajat. Ketika otot berkontraksi dan menghasilkan gerakan maka kerja otot tersebut melalui ROM tertentu. Ketika suatu otot berkontraksi akan menghasilkan gerakan dengan full ROM. Gambaran full ROM dapat dipecah ke dalam 3 bagian yaitu outer range, middle range dan inner range. Outer range dari kontraksi otot adalah kontraksi dari terulur penuh otot ke titik tengah dari full ROM. Inner range dari kontraksi otot adalah kontraksi dari titik tengah ROM ke kontraksi penuh (memendek penuh). Middle range dari kontraksi otot adalah kontraksi yang menghasilkan suatu jarak antara titik tengah dari outer range dan titik tengah dari inner range. Middle range kontraksi merupakan kerja dari beberapa otot yang paling sering terjadi dalam menghasilkan gerakan.

Inner range yang penuh lebih sulit dilakukan karena memerlukan kontraksi dengan sejumlah motor unit yang lebih banyak dan biasanya juga tarikan otot memiliki sudut tarikan yang kurang baik tetapi terhindar dari usaha memisahkan kedua permukaan sendi. Outer range yang penuh juga sulit karena biasanya sudut tarikannya kurang baik dan terhindar dari usaha menekan kedua permukaan sendi, ditambah pula otot mungkin mengalami inersia dan bekerja melawan berat lengan yang panjang atau berat. Hal ini memungkinkan terjadi ketika beberapa otot bergerak dari full outer range ke full inner range, dengan posisi-posisi tibuh tertentu dimana gaya gravitasi dapat menahan gerakan ketika outer range dilakukan dan membantu gerakan ketika inner range dilakukan. Ketika hal ini terjadi pada otot yang sama maka otot tersebut tidak akan bekerja pada seluruh ROM. Pada bagian akhir ROM (dibantu oleh gravitasi) akan dikontrol oleh otot antagonis pada outer rangenya tetapi kerja otot terjadi secara isotonik memanjang.

PEMERIKSAAN ROM

OLEH ; MUHAMMAD AKRAF RANGE OF MOTION (ROM) LUAS GERAK SENDI (LGS) Definisi : Kemampuan gerak sendi

Kriteria : ~ ROM yang cukup/Normal : kemampuan gerak yang ditempuh oleh sendi bisa mencapai batas tertentu, sifatnya fungsional & dapat melaksanakan AKS. ~ ROM yang terbatas : Kemampuan yang ditempuh sendi mengalami keterbatasan gerak .

Pembatasan Gerak bisa terjadi karena : Keadaan sendi/tulang (radang, infeksi, dll). Akibat Post OP dak fiksasi (gipsona, internal fiksasi, dll). Alat yang dapat digunakan dalam mengukur ROM ~Goniometer.

~Dinamoter ~Meteran ~Scoliometer.

Tujuan Pengukuran ROM : Mengetahui besarnya ROM suatu sendi kemudian membandingkan dengan yang normal. Membantu menegakkan diagnosis. Menentukan fungsi sendi. Menentukan tujuan & rencana terapi. Menentukan jenis terapi yang digunakan.

Prosedur Pengukuran ROM : Posisi anatomis (tubuh tegak, lengan lurus disamping tubuh, lengan bawah dan tangan menghadap ke depan). Sendi yang diukur terbebas dari pakaian. Beri penjelasan & contoh gerakan yang akan dilakukan. Berikan gerakan pasif untuk menghilangkan gerakan subtitusi dan ketegangan. Berikan stabilisasi pada segmen bagian proksimal. Tentukan axis gerak dengan cara melakukan palpasi pada bagian tulang sebelah lateral sendi. Letakkan tangkai goniometer yang statis paralel dengan aksis longitudinal segmen tubuh yang bergerak. Pastikan axis goniometer tepat pada axis gerakan sendi.

Baca dab catat hasil pemeriksaan ROM.

Penulisan ISOM Elbow Joint sinistra : S. 5. 0. 135 S. 30. 45 S. 45 S. 5. 0. 90 Fleksi : 135

Ekstensi : 0 Hyperekstensi : -5

Transportasi Pasien KritisPendahuluan Transportasi pasien kritis merupakan salah satu bidang penting di ilmu kedokteran kegawatdaruratan (emergency medicine). Banyak masalah potensial dapat dicegah dengan mengoptimalkan kondisi pasien sebelum transport dilakukan. Walaupun berbagai usaha meminimalisasi komplikasi sudah dilakukan, jalan menuju penanganan yang sempurna masih panjang. Tempat yang paling aman untuk pasien kritis adalah intensive care unit (ICU), yang terhubung oleh ventilator canggih dengan berbagai pompa infus yang berjalan perlahan, dimonitoring peralatan yang sudah dipasang dan ada perawat untuk merawat pasien. Pasien berada dalam lingkungan yang terkontrol. Namun, akan ada beberapa situasi di mana pasien harus dipindahkan ke ruang pemeriksaan radiologi, ruang operasi, bahkan ke rumah sakit lain. Pemindahan mungkin dapat meningkatkan risiko yang tidak diduga dan efek samping dengan terputusnya hubungan dengan perlengkapan selama di ICU, pergerakan ke lain bed dan berkurangnya perhatian dari orang sekitar. Pemindahan pasien dapat berefek pada beberapa sistem organ, yang mungkin berhubungan dengan pergerakan pasien seperti dislokasi peralatan, drips, atau yang disebabkan oleh malfungsi peralatan lain. Efek pada sistem organ tersebut antara lain aritmia (84%) pada pasien dengan gangguan jantung, di mana memerlukan terapi emergensi pada 44% kasus. Hipotensi dan aritmia sering terjadi pada pasien yang menggunakan ventilator. Komplikasi pada sistem respirasi adalah perubahan frekuensi napas, penurunan PaO2. Pasien dengan cedera kepala dapat mengalami hipotensi, hipoksia, dan peningkatan tekanan intrakranial.

Peralatan yang berhubungan dengan komplikasi yaitu diskoneksi lead EKG, monitor mati, diskoneksi jalur intravena/intraarteri atau dari ventilator. Untuk mencegah komplikasikomplikasi tersebut, beberapa guideline transportasi pasien kritis telah dibuat oleh beberapa perkumpulan critical care. Berikut akan dipaparkan guideline yang hanya memerlukan cara sederhana untuk menangani transportasi pasien kritis. Prinsip Umum Definisi: pasien kritis adalah pasien dengan disfungsi atau gagal pada satu atau lebih sistem tubuh, tergantung pada penggunaan peralatan monitoring dan terapi. Langkah-langkah yang harus diperhatikan : 1. Decision Keputusan untuk mentransportasi pasien pada kondisi serius adalah sebuah tindakan medis. Karena itu, tanggung jawab dimiliki oleh dokter yang mengirim pasien, dan kepala tim. 2. Planning Perencanaan meliputi pemilihan tujuan, mengevaluasi jarak dan waktu, pemilihan jalur transport melalui darat atau udara. Jika jarak melebihi 150 km, transport udara lebih baik. Selain itu, yang perlu diperhatikan adalah pemilihan metode monitoring dan alat monitoring, prediksi ikemungkinan komplikasi, pemilihan instrumen terapi umum dan khusus, pemilihan tim transport (sesuai dengan ketersediaan tenaga dan karakteristik pasien) 3. Implementasi Tahap implementasi adalah bertugasnya tim transport yang dipilih dan tanggung jawab tekhnik dan legal baru selesai ketika pasien sudah sampai kepada tim medik tempat tujuan atau pada kedatangan ke tempat semula (ketika transport bertujuan untuk memenuhi prosedur diagnostik/teraputik)Transport intrahospital pasien kritis Transport intra hospital pasien kritis harus mengikuti beberapa aturan, yaitu: 1. Koordinasi sebelum transport a. Informasi bahwa area tempat pasien akan dipindahkan telah siap untuk menerima pasien tersebut serta membuat rencana terapi b. Dokter yang bertugas harus menemani pasien dan komunikasi antar dokter dan perawat juga harus terjalin mengenai situasi medis pasien c. Tuliskan dalam rekam medis kejadian yang berlangsung selama transport dan evaluasi kondisi pasien 2. Profesional beserta dengan pasien: 2 profesional (dokter atau perawat) harus menemani pasien dalam kondisi serius. a. Salah satu profesional adalah perawat yang bertugas, dengan pengalaman CPR

atau khusus terlatih pada transport pasien kondisi kritis b. Profesioanl kedua dapat dokter atau perawat. Seorang dokter harus menemani pasien dengan instabilitas fisiologik dan pasien yang membutuhkan urgent action 3. Peralatan untuk menunjang pasien a. Transport monitor b. Blood presure reader c. Kit intubasi endotrakeal dan resusitator manual d. Sumber oksigen dengan kapasitas prediksi transport, dengan tambahan cadangan 30 menit e. Ventilator portable, dengan kemampuan untuk menentukan volume/menit, pressure FiO2 of 100% and PEEP with disconnection alarm and high airway pressure alarm. f. Mesin suction dengan kateter suction g. Obat untuk resusitasi: adrenalin, lignocaine, atropine dan sodium bicarbonat h. Cairan intravena dan infus obat dengan syringe atau pompa infus dengan baterai i. Pengobatan tambahan sesuai dengan resep obat pasien tersebut 4. Monitoring selama transport. Tingkat monitoring dibagi sebagai berikut: Level 1=wajib,level 2=Rekomendasi kuat, level 3=ideal a. Monitoring kontinu: EKG, pulse oximetry (level 1) b. Monitoring intermiten: Tekanan darah, nadi , respiratory rate (level 1 pada pasien pediatri, Level 2 pada pasien lain) Pada pasien-pasien tertentu Kapnografy level 2 Pengukuran tekanan darah secara kontiniu (Level 3) Pengukuran tekanan arteri pulmonalis (Level 3) Pengukuran tekanan intracranial (Level 3) Pengukuran tekanan vena sentral (Level 3) Pengukuran tekanan saluran jalan nafas pada pasien dengan alat bantu nafas mekanis Level 3) Pemindahan pasien ke rumah sakit pada pasein sakit kritis 1. Alasan utama untuk memindahkan pasien dengan kondisi serius ke rumah sakit atau ke tempat lain adalah karena ketidakmampuan mendiagnosis dan sumber terapi (manusia dan tehnik) di rumah sakit asal. 2. Keputusan untuk memindahkan pasien pada keadaan kritis dilaksanakan setelah mengevaluasi untung dan rugi pemindahan pasien. 3. Risiko untuk memindahkan pasien terdiri dari dua jenis, yaitu: Risiko medis : risiko medis yang dimiliki pasien; efek getaran; akselerasi dan deselerasi; dan perubahan suhu. Risiko perjalanan : risiko getaran.

4. Sehingga untuk meminimalkan risiko pemindahan pasien sangat penting untuk menstabilkan pasien I rumah sakit asal dan mempersiapkan diagnosis dan terapi selama perjalanan pemindahan (akses vena, intubasi, dll). Dan penting untuk menginformasikan kepada pasien ataupun perwakilannya yang resmi tentang fakta dan dijelaskan tentang situasi, alas an pemindahan, nama rumah sakit rujukan juga harus diberikan dan persetujuan dari pasien ataupun perwakilannya yang sah. Koordinasi sebelum pemindahan pasien 1. Pemindahan pasien harus dilakukan dnegan secepatnya. 2. Dokter bertanggungjawab untuk menyediakan semua hal yang diperlukan untuk pemindahan pasien. Rumah sakit yang dirujuk harus diinformasikan tentang situasi medis dan prosedur terapi yang diberikan. 3. Pemberitahuan kepada rumah sakit rujukan harus dilakukan bahkan sebelum pemindahan dilakukan. Informasi yang diberikan harus secara mendetail tentang individu. Penting juga untuk menyimpan nomor telepon orang yang terlibat dalam pemindahan pasien. 4. Rekam medis, rekam perawatan, dan diagnosis pasien akan dikirimkan bersama dengan pasien. Pertimbangan jenis transportasi yang akan digunakan 1. Situasi medis pasien yang akan dipindahkan (gawat, darurat, selektif). 2. Jauhnya jarak pemindahan, waktu pemindahan yang diperlukan. 3. Prosedur medis yang diperlukan selama pemindahan. 4. Ketersediaan staf dan sumber daya. 5. Ramalan cuaca. 6. Dalam keadaan tertentu transportasi udara juga penting untuk diwaspadai terhadap kemingkinan perubahan fisiologis selama penerbangan. Penjagaan pasien selama pemindahan 1. Anggota ambulans. 2. Dokter beserta suster yang sama-sama mampu melakukan CPR dan peralatan CPR. Perlengkapan untuk merawat pasien 1. Alat resusitasi manual dan jenis mask yang sesuai. 2. Mayotube, laringoskop, ETT, dan guide strings. 3. Sumber oksigen sesuai dengan kapasitas yang diperlukan (O2 = (20+Volume minimum) x FiO2 x waktu pemindahan) + 50%) 4. Aspirator dan probes 5. Drainase torakal, alat introduksi. 6. Monitor dan defibrillator. 7. Pemngukur tekanan darah otomatis dan manset yang sesuai. 8. alat-alat untuk pungsi dan alat-alat untuk mempertahankan dehidrasi tubuh (syringe, kateter dan infus).

9. Cairan untuk infus (kristaloid dan koloid). 10. Obat-obatan untuk advanced life support. 11. Ventilator selama pemindahan dengan volume/minute, pressure, PEEP dan FiO2 dengan pengaturan yang mudah. 12. Alat komunikasi. 13. Bebrapa obat yang harus tersedia bersamaan dengan tim yang mengadakan pemindahan pasien, yaitu: 1. Adenosin 2. Adrenalin 3. Alfentanil 4. Aminophylin 5. Amiodaron 6. Atropin 7. Sodium Bicarbonat 8. Captopril 9. Cefotaxim 10. Dexamethason 11. Diazepam 12. Digoxin 13. Isosorbide Dinitrat 14. Dobutamin 15. Dopamin 16. Etomidat 17. Phenobarbital 18. Flumazenil 19. Furosemide 20. Calcium Gluconate 21. Heparin 22. Hydralazine 23. Hydrate Chloral 24. Actrapid Insulin 25. Isoprenalin 26. Mannitol 27. Methylprednisolone 28. Midazolam 29. Morphine 30. Naloxone 31. Noradrenaline 32. Paracetamol 33. Propofol 34. Salbutamol 35. Succinylcholine 36. Nifedipine 37. Magnesium Sulphate 38. Thiopental Sodium 39. Vecuronium Bromide 40. Verapamil. 41. Labetalol hydrochloride 42. 2% Lignocaine (+gel and spray)

43. Nitroglycerine atau Glyceryl Trinitrate Pengawasan Pengawasan keadaan pasien selama masa pemindahan dengan pencatatan yang periodik 1. EKG (Level 1) 2. Pulse oxymetry (Level 1) Pengawasan keadaan pasien selama masa pemindahan dengan pencatatan yang intermiten 1. Pengukuran tekanan darah no ninvasif (Level 1) 2. Pengukuran frekuensi nadi (Level 1) 3. Pengukuran frekuaensi nafas (Level 1 pada kasus anak, dan l;evel 2 pada kasus dewasa) Pada pasien-pasien tertentu 1. Kapnografi (Level 2) 2. Pengukuran tekanan darah berkelanjutan 3. Pengukuran tekanan arteri pulmonari 4. Penjgukuran tekanan interakranial 5. Pengukuran tekanan intravena secara intermiten 6. Pengukuran tekanan saluran nafas pada pasien yang diintubasi dan mendapat bantuan pernafasan mekanik. Kesimpulan Dampak buruk dari pemindahan pasien dapat terjadi selama dan setelah pemindahan sering terjadi. Sebaliknya, perubahan pada hasil penanganan pasien dari 50% prosedur yang memerlukan pemindahan mengindikasikan hasil yang baik. Walaupun beberapa faktor risiko yang dimiliki pasien telah dikathui namun dampak buruk juga dapat terjadi selama pemindahan. Hal ini memerlukan perhatian khusus untuk diberikan kepada personel yang terlibat pemindahan pasien, pengawasan, dan perlengkapan. Pada beberapa kasus untuk melakukan intervensi terhadap dampak negatif dapat dicegah dengan melakukan diagnosis/ prosedur terapi di dalam ICU. Contoh intervensi yang dapat digunakan untuk menurunkan efek buruk pemindahan pasien adalah: 1. USG dada untuk memeriksa adanya kelainan pada dada. 2. Penggunaan CT Scan mobile. 3. fasilitas untuk dialisis di ICU. 4. Filter IVC. Kelemahan yang berpotensi untuk terjadi terdapat pada jenis ventilasi yang digunakan dan mesin ventilator maupun pengawasan selama transport. Dan penting untuk melakukan diagnosis dan tatalaksana yang diperlukan pasien di ICU untuk menurunkan angka mortalitas selama transportasi. Namun, merawat pasien di rumah sakit asala adalah lebih baik daripada harus merujuknya.

DAFTAR PUSTAKA 1. Taylor JO, Landers CF, Chulay JD, Hood WBJ, Abelmann WH. Monitoring high-risk cardiac patients during transportation in hospital. Lancet1970; 2:1205-08. 2. Waddell G. Movement of critically ill patients within hospital. BMJ 1975; 2(4): 419. 3. Weg JG, Haas CF. Safe intrahospital transport of critically ill ventilator dependant patients. Chest 1989; 96:631-35. 4. Wallen E, Venkataraman ST, Grosso MJ, Kiene K, Orr RA. Intrahospital transport of critically ill pediatric patients. Crit Care Med 1995; 23:1588-89. 5. Waydhays C. Equipment review. Intrahospital transport of critically ill patients. Crit Care Med 1999; 5: 83-89. 6. Guidelines for the transfer of critically ill patients. Crit Care Med 1993; 21: 931-37. 7. Kondo K, Herman SD, O'Reilly LP, Simeonidis S. Transport system for critically ill patients. Crit Care Med 1985; 13:1081-82. 8. Link J, Krause H, Wagner W Papadopoulos G. Intrahospital transport of critically ill patients. Crit Care Med 1990; 18: 1427-29.

POSTUR (BODY ALIGNMENT)POSTUR (BODY ALIGNMENT) Postur tubuh merupakan susunan geometris dari bagian-bagian tubuh yang berhubungan dengan bagian tubuh lain. F3agian yang dipelajari dari postur tubuh adalah persendian, tendon, ligamen, dan otot. Apabila keempat bagian tersc:but digunakan dengan benar dan terjadi keseimbangan, maka dapat menjadikan fungsi tubuh maksimal, scperti dalam posisi duduk, berdiri dan berbaring yang benar. Postur tubuh yang baik dapat meningkatkan fungsi tangan dengan baik, mengurangi jumlah energi yang digunakan, mempertahankan keseimbangan, mengurangi kecelakaan, memperluas ekspansi paru, dan memingkatkan sirkulasi renal dan gastrointestinal. Untuk mendapatkan postiur tubuh yang benar, terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, di antaranya: 1. Keseimbangan dapat dipertahankan jika garis gravitasi (line of gravity -garis imaginer vertikal) mclewati pusat gravitasi (center of gravity-titik yang berada di pertengahan garis tubuh) dan dasar tumpuan (base of support-posisi menyangga atau menopang tubuh). 2. Jika dasar tumpuan lebih luas dan pusat gravitasi lebih rendah, kestabilan dan keseimbangan akan lebih besar. 3. Jika gravitasi bc:rada di luar pusat dasar tumpuan, enc:rgi akan lebih banyak digunakan untuk mempertahankan keseimbangan. 4. Dasar tumpuan yang luas dan bagian-bagian dari postur tubuh yang baik akan menghemat energi dan mencegah kelelahan otot. 5. Perubahan dalam posisi tubuh membantu mcncegah ketidaknyamanan otot. 6. Memperkuat otot yang lemah dapat membantu menc;egah kekakuan otot dan ligamen. 7. Posisi dan aktivitas yang bervariasi dapat membantu mempertahankan otot dan mencegah kelelahan. 8. Pergantian antara masa aktivitas dan istirahat dapat mencegah kelelahan.

9. Membagi keseimbangan antara aktivitas pada lengan dan kaki untuk mencegah beban belakang. 10. Postur yang buruk dalam waktu yang lama dapat menimbulkan rasa nyeri, kelelahan otot, dan kontraktur. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI POSTUR Pembentukan postur tubuh dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya: TUBUH

1. Status Kesehatan. Perubahan status keschatan dapat mc;nimbulkan keadaan yang tiidak optimal terdapat organ atau bagian tubuh yang mengalami kelelahan atau kelemahan sehingga dapat memengaruhi pembentukan postur tubuh. 2. Nutrisi. Nutrisi merupakan bahan untuk menghasilkan yang digunakan dalam membantu proses pengaturan keseimbangan organ, otot, tendon, ligamen dan persendian. Apabila status nutrisi kurang, kebutuhan energi pada organ tersebut akan kurang sehingga dapat proses keseimbangan. 3. Emosi. Emosi dapat menyebabkan kurangnya kendali dalam menjaga kescimbangan tubuh. Ilal tersebut dapat mcmcngaruhi proses koordinasi pada otot, ligamen, sendi dan tulang. 4. Gaya Hidup. Perilaku gaya hidup dapat membuat seseorang jadi lebih baik atau bahkan sebaliknya menjadi buruk. Seseorang yang memiliki gaya hidup yang tidak sehat misalnya selalu menggunakan alat bantu dalam melakukan kcgiatan sehari-hari, dapat mengalami ketergantungan sehingga postur tubuh tidak berkcmbang dengan baik. 5. Perilaku dan Nilai. Adanya perubahan perilaku dan nilai seseorang dapat memengaruhi pembentukan postur tubuh. Sebagai contoh, perilaku dalam membuang sampah di sembarang tempati dapat memengaruhi proses pembcntukan postur tubuh orang lain yang berupaya untuk selalu bersih dari sampah. Lebih lengkap disini: POSTUR (BODY ALIGNMENT) | kumpulan askep askeb | download KTI Skripsi | asuhan keperawatan kebidanan http://terselubung.cz.cc/

http://www.askep-askeb.cz.cc/2010/02/postur-body-alignment.html (3.56)

Transportasi PasienDasar Pemikiran

Kanker pada anak tidak memandang bulu, dapat menimpa setiap anak. Tiap 1.000.000 juta anak terdapat 120 anak menderita Kanker tiap tahun; Di JABODETABEK 12.000.000 penduduk, bila diasumsikan anak2 4.000.000 maka tiap tahun 480 anak menderita kanker Kanker pada anak dapat disembuhkan apabila di deteksi lebih dini; dan dilaksanakan pengobatan serta perawatan yang cukup lama antara 3 bulan s/d 2 tahun secara kontinyu Besarnya biaya pengobatan dan perawatan yang saat ini umumnya ditanggung Pemerintah melalui program ASKESKIN atau sejenisnya

Namun banyak pasien anak2 yang tidak melanjutkan pengobatannya dan/atau perawatan di sebabkan tidak memiliki biaya untuk datang/pulang dari rumah-rumah sakit; Wilayah Rumah tinggal pasien di bagi atas 5 daerah yaitu JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG dan BEKASI Banyak pula pasien yang tidak berhasil sembuh karena komplikasi penyakit2 lain mengingat kondisi kesehatannya dengan gizi buruk dan rentan sangat mudah terjangkit penyakit2 lainnya

Tujuan Pengadaan Transportasi

Mengingat biaya pengobatan dan/atau perawatan cukup banyak yang telah dikeluarkan baik oleh Pemerintah maupun oleh keluarga pasien langsung maka agar dicapai hasil yang optimal diperlukan sarana transportasi pergi dan pulang. Dapat memberikan kepastian bahwa pasien akan terus berobat dan/atau dirawat sesuai jadwal yang telah ditetapkan dokter. Mengurangi kemungkinan2 tertularnya penyakit pada pasien2 anak yang umumnya sedang rentan/imunitas rendah apabila menggunakan transportasi umum (masal)

Tujuan dan Lokasi Penentuan lokasi pool penjemputan serta pool pengantaran secara bersama-sama lokasi : JAKARTA, BINTARO, TANGERANG dan BEKASI Tujuan: Rumah Sakit Umum Pemerintah yang menangani penyakit kanker untuk wilayah tsb diatas adalah: RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo, RS Kanker Dharmais, RSU Fatmawati, RSU Harapan Kita dan RS Ibu & Anak Harapan Kita dan RSPAD Gatot Subroto. Pelaksanaan Pada tanggal 2 April 2009 telah dimulai pelayanan transportasi dengan dukungan penuh dari PT Express Transindo Utama (EXPRESS GROUP), perusahaan penyedia jasa layanan transportasi taksi, berkomitmen untuk membantu anak-anak penderita kanker melalui YKAKI. Kegiatan antar-jemput ini dari RUMAH KITA-1 ke RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo (p/p). Pada tgl 1 Maret 2010 telah dilaksanakan penanda-tanganan Kerjasama Lanjutan antara YKAKI dengan PT Express Transindo Utama (EXPRESS GROUP) dengan memperluas jaringan antar jemput, dalam hal ini akan memfasilitasi dengan kendaraan TAXI yang dimiliki untuk mengantar dan menjemput anak-anak penderita kanker:

Dari RUMAH KITA-1 ke RSUPN DR. Cipto Mangunkusumo Dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo ke RUMAH KITA-1

Saat ini sedang dalam pembahasan untuk melanjutkan pengembangan selain yang sudah berjalan seperti tsb diatas yaitu penambahan sbb.:

A. Dari Pool TAXI EXPRESS di Jakarta, Bintaro, Tangerang dan Bekasi ke RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, RS Kanker Dharmais, RSU Fatmawati, RS Ibu & Anak Harapan Kita dan RSPAD Gatot Subroto (pergi/pulang) o Berangkat dari Pool Taxi jam 05.30 06.30 pagi o Pulang dari Rumah Sakit jam 15.30 16.30 sore Disediakan untuk tahap awal tiap-tiap wilayah maksimum 2 taxi dengan isi 2 anak + 2 pendamping per hari. B. Dari RK-2 ke RS Kanker Dharmais dan/atau RSAB Harapan Kita (antar/jemput) Untuk memperoleh data yang lengkap dan jelas YKAKI telah menyiapkan formulir kepersertaan bagi pasien+pendamping guna penentuan pool taxi keberangkatan, bagi peserta akan diberikan kartu Kepesertaan TAXI-KU. Dalam pelaksanaannya YKAKI menyediakan insentif kepada pengemudi TAXI EXPRESS berupa pemberian kupon yang dapat ditukarkan dengan minyak goreng yang berasal dari donasi PT.SINAR MAS. Pengambilan minyak goreng dari PT SINAR MAS ini, terhitung sejak tanggal 5 Mei 2009 - 19 Maret 2010 telah 81 kali dilakukan pengambilan oleh pengemudi Taxi EXPRESS dengan jumlah keseluruhan 243 botol. Berikut terlampir data-data nama pengemudi dengan urutan terbanyak menyerahkan kupon dimana ditentukan bahwa setiap 5 kupon TAXI EXPRESS ditukar oleh 3 liter minyak goreng

Lampiran pengambilan minyak goreng Mei 2009 - Maret 2010 (PDF)