Roket Beterbangan Di Kota Baru Parahyangan

3
Roket Beterbangan di Kota Baru Parahyangan PULUHAN anak dengan gagah menenteng roket menuju medan tempur. Satu per satu, mereka membidik sasaran dan mulai menembakkan roket yang mereka rancang sendiri. Sebanyak 45 roket kemudian meluncur mulus dari lapangan rumput di Kota Baru Parahyangan. Setiap luncuran roket diikuti tepuk tangan meriah para penonton. Deskripsi di atas bukanlah -gambaran di medan perang roket yang sebenarnya. Anak-anak berusia 12 sampai 15 tahun itu "berperang" menjadi yang terbaik dalam pembuatan roket pada Kompetisi Ro-ket Air Tingkat SMP se-Jawa Barat, Sabtu (31/7), yang digelar The Biggest Sundial Kota Baru Parahyangan bekerja sama dengan Kementerian Riset dan Teknologi Indonesia dan Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Jakarta. Kompetisi ini diikuti 45 siswa SMP negeri dan swasta dari beberapa daerah di Jawa Barat seperti Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten- Subang, dan Kota Depok. Koordinator Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspa Iptek) Kota Baru Parahyangan sebagai penyelenggara kegiatan, Joko Santoso mengatakan, tujuan utama kompetisi ini adalah menggiring minat anak untuk lebih mencintai ilmu pengetahuan dan merangsang kreativitas mereka untuk berinovasi. Selain itu, pemenang akan mewakili Jawa Barat ke kompetisi tingkat nasional di Palembang, Oktober nanti. Sebelum kompetisi digelar, mereka mendapatkan pelatihan membuat roket pada Kamis (29/7). Dan saat kompetisi kemarin, mereka ditantang menerjemahkan hasil pelatihan itu dalam tes tertulis dan kompetisi roket sebenarnya. Para peserta tampak antusias menjalani kompetisi. Mulai da- rimenjawab tes teoretis sampai menguji ketelitian dalam pembuatan roket yang membutuhkan perhitungan cermat untuk menentukan berat dan daya luncur roket. "Pengalaman baru yang menyenangkan. Saya lebih sukabelajar fisika dengan cara

description

Inovasi Maha Karya Anak Bangsa

Transcript of Roket Beterbangan Di Kota Baru Parahyangan

Page 1: Roket Beterbangan Di Kota Baru Parahyangan

Roket Beterbangan di Kota Baru Parahyangan

PULUHAN anak dengan gagah menenteng roket menuju medan tempur. Satu per satu, mereka membidik sasaran dan mulai

menembakkan roket yang mereka rancang sendiri. Sebanyak 45 roket kemudian meluncur mulus dari lapangan rumput di Kota Baru

Parahyangan. Setiap luncuran roket diikuti tepuk tangan meriah para penonton.

Deskripsi di atas bukanlah -gambaran di medan perang roket yang sebenarnya. Anak-anak berusia 12 sampai 15 tahun itu "berperang" menjadi yang terbaik dalam pembuatan roket pada Kompetisi Ro-ket Air Tingkat SMP se-Jawa Barat, Sabtu (31/7), yang digelar The Biggest Sundial Kota Baru Parahyangan bekerja sama dengan Kementerian

Riset dan Teknologi Indonesia dan Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Jakarta.

Kompetisi ini diikuti 45 siswa SMP negeri dan swasta dari beberapa daerah di Jawa Barat seperti Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten- Subang, dan Kota Depok.

Koordinator Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspa Iptek) Kota Baru Parahyangan sebagai penyelenggara kegiatan, Joko Santoso mengatakan, tujuan utama kompetisi ini adalah menggiring

minat anak untuk lebih mencintai ilmu pengetahuan

dan merangsang kreativitas mereka untuk berinovasi. Selain itu, pemenang akan mewakili Jawa Barat ke kompetisi tingkat nasional di

Palembang, Oktober nanti. Sebelum kompetisi digelar, mereka mendapatkan pelatihan membuat roket pada Kamis (29/7). Dan saat kompetisi kemarin, mereka ditantang menerjemahkan hasil pelatihan

itu dalam tes tertulis dan kompetisi roket sebenarnya.

Para peserta tampak antusias menjalani kompetisi. Mulai da-rimenjawab tes teoretis sampai menguji ketelitian dalam pembuatan

roket yang membutuhkan perhitungan cermat untuk menentukan berat dan daya luncur roket. "Pengalaman baru yang menyenangkan. Saya lebih sukabelajar fisika dengan cara seperti ini (praktik) daripada

hanya teori di dalam kelas," kata Gregorio Eben, siswa SMP Taruna Bakti. Roket sederhana dibuat dari botol minuman soda 1,5 liter, malam untuk pemberat, dan infrabot (bahan sayap). Para peserta

diminta merangkai bahan itu untuk membuat roket yang terdiri atas moncong, badan, dan sayap, hampir sama seperti roket asli.

Page 2: Roket Beterbangan Di Kota Baru Parahyangan

Peluncuran

Satu unit roket bisa rampung dibuat dalam waktu kurang dari satu jam, dan kompetisi pun dimulai. Secara bergiliran, para peserta

meluncurkan roket yang diisi air yang dikompresi melalui tiga unit peluncur. Roket-roket pun meluncur parabolik me-nuju sasaran. Ada yang terbang stabil tepat sasaran, ada pula yang melenceng. Semua

peserta tampak puas dengan hasil kerja mereka dan tampak rona penasaran untuk kembali mencoba.

"Kompetisi semacam ini ha-rus diperbanyak karena dapat menjadi pemacu kreativitas anak level SMP. Mereka diharapkan bisa

menerapkan apa yang dipelajari dari pembuatan roket ini dan menyebarkannya ke teman-teman mereka saat kembali ke sekolah

sehingga lebih mencintai ilmu pengetahuan dan bersemangat dalam belajar," kata Abur Mustikawanto, Asisten Kepala Dinas Pendidikan

Provinsi Jawa Barat yang meresmikan kompetisi tersebut.

Setelah sejak pagi bergulat dengan pembuatan dan peluncuran roket, kompetisi diakhiri dengan pengumuman pemenang. Gregori Eben dari

SMP Taruna Bakti Bandung tampil sebagai juara dan peringkat dua diraih oleh Kristianto Joshua dari SMPK Yahya Bandung. Mereka,meraih

poin tinggi dalam tes tertulis dan roket buatan mereka mendarat paling mendekati sasaran.

Selain berhak atas hadiah uang dan piala, mereka berdua juga akan menjadi wakil Jawa Barat untuk kompetisi roket tingkat nasional di

Palembang pada 4 Oktober dengan biaya akomodasi dan perjalanan ditanggung Yayasan Parahyangan Satya. Juara kompetisi sudah

terpilih, tetapi sebenarnya semua peserta adalah pemenang. Bo-cah-bocah ini bisa mengalahkan hasrat bermain pada akhir pekan dan memilih memacu kreativitas dalam penerapan ilmu pengetahuan

melalui "perang" roket. (Arif Budi K-/"PR")