ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun...

122

Transcript of ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun...

Page 1: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan
Page 2: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

i

PROFIL KESEHATAN

KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

DINAS KESEHATAN KABUPATEN TEGAL 2014

Page 3: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

ii

Buku ini diterbitkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal Jalan dr. Sutomo No. 1 C, Slawi Telepon no: 0283-491644 Fax no: 0283-491674 e-mail: dinkes@tegalkab .go.id web site: http://www.dinkes.tegalkab.go.id

Page 4: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

iii

TIM PENYUSUN

Pengarah

dr. Hendadi Setiaji. M.Kes

Kepala DInas Kesehatan Kabupaten Tegal

Penanggung Jawab Suharinto, S.Sos, M.Si

Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal

Ketua Edy Sucipto, SKM.M.Si

Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan

Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM

Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

Bidang Pemberantasan dan Pengendalian Penyakit, Bidang Promosi Kesehatan dan Penyehatan Lingkungan

Subag Perencanaan dan Keungan; Subag Kepegawaian; Subag Umum; Seksi Pemberantasan Penyakit; Seksi Pencegahan Penyakit; Seksi Imunisasi; Seksi

Penyehatan Lingkungan, Seksi Pemberdayaan Masyarakat,

Seksi Promosi Kesehatan; Seksi Upaya Kesehatan Masyarakat; Seksi Upaya Kesehatan Perorangan;

Seksi Farmasi dan Perbekalan Kesehatan; Seksi Kesehatan Ibu dan Lansia, Seksi Kesehatan anak dan Remaja

Seksi Gizi Masyarakat, UPTD Puskesmas, UPTD Gudang Farmasi; UPTD Laboratorium

Page 5: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

iv

Ucapan Terima Kasih

Kami sampaikan kepada :

Lina Rahmawati, S.Kep, Ners.

Toto Rahardjo, SKM, dr. Titis Cahyaningsih, MMR, dr. Isriyati, Muchtar Mawardi, SKM.MKes

Istichomah, S.SiT. M.Kes, Henifah, SKM, Slamet Sukamto, S.Gz Siti Aminah, S.ST, Indah Arumsari, AMd.Keb

Moh. Insanudin, SKM, Toto Sugiarto, S.ST, Apt, Dra. Endang Puji H, MMR Dedi Sutanto, SKM. M.Kes, Inayah, S.Kep, Moh. Farhamul Atfal

Ari Dwi Cahyani, SKM. M.Kes, Kliwon Sutrisno, SKM, Yulia Prihastuti, SKM Susliastuti, SKM, Bagus Johan Maulana, Eko Budi P. Prabowo P, SKM,

Patriawati Narendra, SKM, Drs. Aris Wimbargo, Apt. Edi Ismanto, SKM, Abdurachman, SKM, Nining Listyani, SKM

Slamet, SKM, Siti Nur’aeny, SKM, Paramitha, SKM Aripin, SIP, MM, Dwi Risdiyanto, AMKL,

Dhimas Adiyasa Pramudya SE, Ratna Ika Kumala H, Chabibaeni

Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Buku Profil Kesehatan Kabupaten Tegal 2013

Copyrigh@2014

design by subag perencanaan dan keuangan email: [email protected]

Page 6: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

v

KATA PENGANTAR

KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TEGAL

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Tegal 2013 ini

dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal merupakan salah satu

media publikasi data dan informasi yang terkait dengan situasi dan

kondisi kesehatan yang relatif komprehensif.

Sumber data Profil Kesehatan Kabupaten Tegal berasal dari Bidang,

Seksi dan Pelaksana Program di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, UPTD

Puskesmas, UPTD Gudang Farmasi, UPTD Labaoratorium serta institusi lain yang memiliki

data terkait bidang kesehatan seperti Rumah Sakit, Badan Pusat Statistik (BPS), Badan

Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (PP dan KB), Dinas Pendidikan, Pemuda

dan Olahrarag (DIKPORA).

Data yang ditampilkan pada Profil Kesehatan Kabupaten Tegal dapat membantu

kita dalam membandingkan capaian pembangunan kesehatan antara satu Puskesmas dengan

Puskesmas lainnya, mengukur capaian pembangunan kesehatan di Kabupaten Tegal, serta

sebagai dasar untuk perencanaan program pembangunan kesehatan selanjutnya.

Terdapat perbedaan Profil Kesehatan Kabupaten Tegal tahun 2013

dibandingkan dengan Profil Kesehatan Kabupaten Tegal yang diterbitkan pada tahun-tahun

sebelumnya, yaitu perubahan sistematika bab. Pada Profil Kesehatan Kabupaten Tegal

terdahulu, sistematika bab secara berurutan terdiri dari ; Pendahuluan, Gambaran Umum,

Situasi Derajat Kesehatan, Upaya Kesehatan, Sumber Daya Kesehatan, dan Perbandingan

antara negara. Sedangkan pada Profil Kesehatan Kabupaten Tegal 2013 urutan bab terdiri

dari Demografi, Sarana Kesehatan, Tenaga Kesehatan, Pembiayaan Kesehatan, Kesehatan

Keluarga (Kesehatan Ibu & Kesehatan Anak), serta Pengendalian Penyakit dan Kesehatan

Lingkungan.

Buku Profil Kesehatan Indonesia 2013 ini disajikan dalam bentuk cetakan dan

soft copy (CD) serta dapat diunduh di website www.dinkes.tegalkab.go.id. Semoga publikasi ini

dapat berguna bagi semua pihak, baik pemerintah, organisasi profesi, akademisi, sektor

swasta dan masyarakat serta berkontribusi secara positif bagi pembangunan kesehatan di

Kabupaten Tegal. Kritik dan saran kami harapkan sebagai penyempurnaan profil yang akan

datang.

Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan Profil

Kesehatan Kabupaten Tegal 2013 ini, kami mengucapkan terima kasih.

Slawi, Juli 2014 Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten Tegal

Dr. Hendadi Setiaji, M.Kes Pembina Utama Muda

NIP. 19630530 198911 1001

Page 7: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

vi

Daftar Isi

halaman

Halaman Judul .......................................................................................................... i

Kata Pengantar .................................................................................................................. ii

Daftar Isi ............................................................................................................................. iii

Daftar Gambar .................................................................................................................. v

Daftar Tabel ....................................................................................................................... vi

BAB I DEMOGRAFI ................................................................................................. 1

A. Keadaan Penduduk ........................................................................... 2

B. Keadaan Ekonomi .............................................................................. 5

C. Keadaan Pendidikan ......................................................................... 9

D. Indeks Pembangunan Manusia .................................................... 10

BAB II SARANA KESEHATAN ............................................................................ 12

A. Pusat Kesehatan Masyarakat ...................................................... 12

B. Rumah Sakit ....................................................................................... 15

C. Sarana Kefarmasian dan Alat Kesehatan ................................ 17

D. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat ................... 19

E. Institusi Pendidikan Kesehatan Poltekkes ............................. 23

BAB III TENAGA KESEHATAN ............................................................................. 25

A. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan ........................................ 25

B. Registrasi Tenaga Kesehatan ........................................................ 37

BAB IV PEMBIAYAAN KESEHATAN .................................................................. 38

A. Anggaran Dinas Kesehatan ........................................................... 38

B. Jaminan Kesehatan Masyarakat .................................................. 38

C. Bantuan Operasional Kesehatan ................................................. 38

Page 8: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

vii

BAB V SITUASI DERAJAT KESEHATAN ......................................................... 42

A. Usia Harapan Hidup (UHH) ........................................................... 42

B. Angka Kematian (Mortalitas) ....................................................... 42

1. AngkaKematianBayi (AKB) ...................................................... 42

2. AngkaKematianBalita (AKABA) .............................................. 44

3. AngkaKematian Ibu (AKI) ......................................................... 45

BAB VI KESEHATAN KELUARGA ....................................................................... 49

A. Kesehatan Ibu ..................................................................................... 49

1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil ............................................ 50

2. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin ........................................ 54

3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas ............................................... 52

4. Pelayanan/Penanganan Komplikasi Kebidanan .............. 59

5. Pelayanan Keluarga Berencana............................................... 62

B. Kesehatan Anak .................................................................................. 63

1. Berat Badan Bayi Lahir............................................................... 64

2. Penanganan Komplikasi Neonatal ........................................ 65

3. Pelayanan Kesehatan Neonatus ............................................. 68

4. Pelayanan Kesehatan pada Bayi ............................................. 71

5. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif ......................................... 73

6. Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A pada Balita ........ 75

7. Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu (D/S) .......... 77

8. Imunisasi ......................................................................................... 79

9. Pelayanan Kesehatan pada Balita .......................................... 80

10. Pelayanan Kesehatan pada siswa SD dan setingkat ........ 86

C. Gizi Keluarga .......................................................................................... 88

BAB VII PENGENDALIAN PENYAKIT DAN KESEHATAN LINGKUNGAN...

A. Pengendalian Penyakit ..................................................................... 90

1. Penyakit Menular ........................................................................ 90

2. Penyakit Tidak Menular ............................................................ 103

Page 9: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

viii

B. Kesehatan Lingkungan ...................................................................... 107

1. Air Minum ....................................................................................... 107

2. Sanitasi Layak ............................................................................... 110

3. Pengawasan Tempat Tempat Umum .................................... 111

4. Institusi dibina Kesehatannya ................................................. 112

LAMPIRAN

Page 10: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

1

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

DEMOGRAFI

Kabupaten Tegal secara geografis terletak pada koordinat 108o57’6”-

109o21’30” BT dan 6o50’41” – 7o15’30” LS. Panjang garis pantai 30 km dan panjang

perbatasan darat dengan daerah lain adalah 27 Km. Wilayah Kabupaten Tegal terdiri

dari daratan seluas 87.878,56 ha dan lautan seluas 121,50 km2.

Wilayah daratan mempunyai kemiringan bervariasi, mulai dari yang

datar hingga yang sangat curam. Kemiringan lahan tipe datar/pesisir (0-20) seluas

24.547,52 ha (Kecamatan Kramat, Suradadi dan Warureja), tipe

bergelombang/dataran (2-150) seluas 35.847,22 ha (Kecamatan Adiwerna,

Dukuhturi, Talang, Tarub, Pagerbarang, Dukuhwaru, Slawi, Lebaksiu, sebagian

wilayah Suradadi, Warureja, Kedungbanteng dan Pangkah), tipe curam/berbukit-

bukit (15-400) seluas 20.383,84 ha dan tipe sangat curam/pegunungan (>400) seluas

7.099,97 ha (Kecamatan Jatinegara, Margasari, Balapulang, Bumijawa, Bojong,

sebagian Pangkah dan Kedungbanteng).

Kondisi dataran tersebut, di antaranya berupa wilayah hutan,

persawahan dan ladang yang cukup luas. Upaya menjaga kelestarian lingkungan

hidup terhadap lahan hutan sebagai daerah penyangga dalam kurun waktu 5 (lima)

tahun terakhir memperlihatkan perkembangan yang mengkhawatirkan. Tercatat

pada tahun 2009 luas lahan hutan di Kabupaten Tegal seluas 21.258,41 ha dan pada

tahun 2013 turun menjadi 20.963,20 ha.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1986 tentang

Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Tingkat II Tegal dan Kabupaten Daerah Tingkat

II Tegal, secara administratif pada tahun 2013 wilayah Kabupaten Tegal terbagi

menjadi 18 kecamatan, yaitu Kecamatan Margasari, Bumijawa, Bojong, Balapulang,

Pagerbarang, Lebaksiu, Jatinegara, Kedungbanteng, Pangkah, Slawi, Dukuhwaru,

Adiwerna, Dukuhturi, Talang, Tarub, Kramat, Suradadi dan Warureja), 281 desa, 6

kelurahan, 1.404 RW dan 6.746 RT, sedangkan batas batas wilayah Kabupaten Tegal

adalah sebagai berikut:

Sebelah utara : Kota Tegal dan Laut Jawa

Sebelah selatan : Kabupaten Brebes dan Kabupaten Banyumas

Sebelah timur : Kabupaten Pemalang

Sebelah barat : Kabupaten Brebes

Page 11: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

2

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

A. KEADAAN PENDUDUK

Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal berdasarkan data dari Badan Pusat

Statistik Kabupaten Tegal menghitung estimasi penduduk dengan metode geometrik.

Metode ini menggunakan prinsip bahwa parameter dasar demografi yaitu parameter

fertilitas, mortalitas, dan migrasi per tahun tumbuh konstan. Metode ini lebih mudah

dilakukan dengan mengkaji pertumbuhan penduduk di dua atau lebih titik waktu

yang berbeda.

Hasil estimasi jumlah penduduk pada tahun 2013 sebesar 1.575.634 jiwa,

yang terdiri atas jumlah penduduk laki-laki sebesar 779.143 jiwa dan jumlah

penduduk perempuan 796.491 jiwa. Jumlah penduduk di Kabupaten Tegal meningkat

dengan relatif cepat. Diperlukan kebijakan untuk mengatur atau membatasi jumlah

kelahiran agar kelahiran dapat dikendalikan dan kesejahteraan penduduk makin

meningkat. Rasio jenis kelamin pada tahun 2013 sebesar 97,82. Angka ini berarti

bahwa terdapat 98 laki-laki diantara 100 perempuan. Rincian jumlah penduduk

menurut jenis kelamin dan kecamatani dapat dilihat pada lampiran tabel 2.

Pada Tabel 2, berdasarkan hasil estimasi, jumlah penduduk tertinggi di

Kabupaten Tegal terdapat di Kecamatan Adiwerna dengan jumlah penduduk sebesar

126.134, Margasari sebesar 115.954 dan Pangkah sebesar 109.214. Sedangkan

jumlah penduduk terendah terdapat di Kecamatan Kedungbanteng dengan jumlah

penduduk sebesar 41.858, Warurejo sebesar 60.200 dan Dukuhwaru sebesar 63.252

jiwa.

GAMBAR 1.1.

PETA WILAYAH ADMINISTRATIVE KABUPATEN TEGAL

Page 12: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

3

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

Struktur penduduk di Kabupaten Tegal termasuk struktur penduduk muda.

Hal ini dapat diketahui dari banyaknya jumlah penduduk usia muda yang masih

tinggi. Badan piramida besar, ini menunjukkan banyaknya penduduk usia produktif

terutama pada kelompok umur 25-29 tahun dan 30-34 tahun, baik laki-laki maupun

perempuan. Jumlah golongan penduduk usia tua juga cukup besar, terutama

perempuan. Hal ini dapat dimaknai dengan semakin tingginya usia harapan hidup,

terutama perempuan. Kondisi ini menuntut kebijakan terhadap penduduk usia tua.

Bertambahnya jumlah penduduk tua dapat dimaknai sebagai meningkatnya tingkat

kesejahteraan, meningkatnya kondisi kesehatan tetapi juga dapat dimaknai sebagai

beban karena kelompok usia tua ini sudah tidak produktif lagi. Rincian jumlah

penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur di Kabupaten Tegal tahun 2013

dapat dilihat pada Lampiran Tabel 2.

Konsentrasi penduduk disuatu wilayah dapat di pelajari dengan

menggunakan kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk menunjukkan rata-rata

jumlah penduduk per 1 kilometer persegi. Semakin besar angka kepadatan penduduk

menunjukkan bahwa semakin padat penduduk yang mendiami wilayah tersebut.

Kepadatan rata-rata penduduk di Kabupaten Tegal berdasarkan hasil estimasi

sebesar 1.763 penduduk per km2. Kepadatan penduduk berguna sebagai acuan dalam

rangka mewujudkan pemerataan dan persebaran penduduk. Kepadatan penduduk

menurut Kecamatan dapat dilihat pada Lampiran Tabel 1.

Gambar 1.2. Grafik Kepadatan Penduduk Berdasarkan Kecamatan

Di Kabupaten Tegal Tahun 2013

870,0

477,7

5286,4

5768,5

5375,9

966,1

0,0 1000,0 2000,0 3000,0 4000,0 5000,0 6000,0 7000,0

Margasari

Bumijawa

Bojong

Balapulang

Pagerbarang

Lebaksiu

Jatinegara

Kedungbanteng

Pangkah

Slawi

Dukuhwaru

Adiwerna

Dukuhturi

Talang

Tarub

Kramat

Suradadi

Warureja

Page 13: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

4

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

Berdsasarkan gambar 1.2 dapat diketahui bahwa kepadatan penduduk di

Kabupaten Tegal belum merata. Kepadatan penduduk tertinggi tertinggi terdapat di

Kecamatan Dukuhturi. Kepadatan penduduk terendah terdapat di Kecamatan

Kedungbanteng dan Jatinegara Kepadatan penduduk tertinggi di Kabupaten Tegal

terdapat di Kecamatan Dukuhturi sebesar 5.768 penduduk per km2, Talang sebesar

5.376 penduduk per km2, dan Adiwerna sebesar 5.286 penduduk per km2. Kepadatan

penduduk terendah di Kabupaten Tegal terdapat di Kecamatan Kedungbanteng

sebesar 477,7 penduduk per km2, Jatinegara sebesar 870 penduduk per km2 dan

Warurejo sebesar 966,1 penduduk per km2.

Untuk pemerataan penduduk di Kabupaten Tegal dapat digunakan cara,

antara lain : transmigrasi atau program memindahkan penduduk dari tempat yang

padat ke tempat yang jarang penduduknya baik dilakukan atas bantuan pemerintah

maupun keinginan diri sendiri; pemerataan lapangan kerja dengan mengembangkan

industri, terutama untuk provinsi yang berada di luar Pulau Jawa; pengendalian

jumlah penduduk dengan menurunkan jumlah kelahiran melalui program keluarga

berencana atau penundaan umur nikah pertama.

Indikator penting terkait distribusi penduduk menurut umur yang sering

digunakan untuk mengetahui produktivitas penduduk adalah Angka Beban

Tanggungan atau Dependency Ratio. Angka Beban Tanggungan adalah angka yang

menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif (umur di

bawah 15 tahun dan umur 65 tahun ke atas) dengan banyaknya orang yang termasuk

umur produktif (umur 15–64 tahun). Secara kasar perbandingan angka beban

tanggungan menunjukkan dinamika beban tanggungan umur produktif terhadap

umur nonproduktif. Angka ini dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar

dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi persentase

dependency ratio menunjukkan semakin tinggi beban yang harus ditanggung

penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif

dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin

rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang

produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.

Angka Beban Tanggungan penduduk Kabupaten Tegal pada tahun 2013

sebesar 50,27. Hal ini berarti bahwa 100 penduduk Kabupaten Tegal yang produktif,

di samping menanggung dirinya sendiri, juga menanggung 50,27 orang yang

belum/sudah tidak produktif lagi. Apabila dibandingkan antar jenis kelamin, maka

Angka Beban Tanggungan laki-laki sedikit lebih besar jika dibandingkan dengan

perempuan. Pada tahun 2013, angka beban tanggungan laki-laki sebesar 48,41, yang

Page 14: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

5

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

berarti bahwa 100 orang penduduk laki-laki yang produktif, di samping menanggung

dirinya sendiri, akan menanggung beban 48,41 penduduk laki-laki yang belum/sudah

tidak produktif. Angka Beban tanggungan penduduk Kabupaten Tegal dapat dilihat

pada tabel berikut table 1.1:

TABEL 1.1 JUMLAH PENDUDUK DAN ANGKA BEBAN TANGGUNGAN

MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK USIA PRODUKTIF DAN NON PRODUKTIF DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

No Umur Jenis Kelamin Laki laki

dan Perempuan Laki-laki Perempuan

1 0-14 121.879 231.625 353.503

2 15-64 524.997 523.507 1.048.504

3 Diatas 65 132.268 41.359 173.627

Jumlah 779.143 796.491 1.575.634

Angka Beban Tanggungan 48,41 52,15 50,27

Sumber: Dinkes Kabupaten Tegal, 2013, Hasil Estimasi

Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat

perhatian yang serius. Program pembangunan, termasuk pembangunan dibidang

kesehatan, harus didasarkan pada dinamika kependudukan. Upaya pembangunan di

bidang kesehatan tercermin dalam program kesehatan melalui upaya promotif,

preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Pembangunan kesehatan merupakan salah

satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pencapaian derajat

kesehatan yang optimal bukan hanya menjadi tanggung jawab dari sektor kesehatan

saja, namun sektor terkait lainnya seperti sektor penididikan, sektor ekonomi, sektor

sosial dan pemerintahan juga memiliki peranan yang cukup besar. Untuk mendukung

upaya tersebut diperlukan ketersediaan data mengenai penduduk sebagai sasaran

program pembangunan kesehatan.

B. KEADAAN EKONOMI

Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam

menentukan keberhasilan pembangunan suatu negara. Produk Domestik Bruto per

kapita merupakan Produk Domestik Bruto atas dasar harga berlaku dibagi dengan

jumlah penduduk pertengahan tahun. Berdasarkan data BPS Kabupaten Tegal dalam

kurun waktu 2009–2013, Produk Domestik Bruto per kapita atas dasar harga berlaku

terus mengalami peningkatan, tahun 2009 sebesar Rp 23,9 juta, tahun 2010 sebesar

Rp 27,0 juta, tahun 2011 sebesar Rp 30,7 juta, tahun 2012 sebesar Rp 33,5 juta, dan

tahun 2013 sebesar Rp 36,5 juta.

Page 15: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

6

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tegal pada tahun

2012 (data 2013 masih dalam proses perhitungan) telah mencapai sebesar Rp.

9.802.454,69 juta.

Selama kurun waktu dua belas tahun, dari tahun 2000–2012 terjadi

kenaikan menurut harga berlaku sebesar 4,42 kali lipat (tahun 2000 sebesar

2.214,45 miliyar). Sedangkan pertumbuhan ekonomi ditunjukkan oleh indeks

perkembangan atas dasar harga konstan tahun 2012 sebesar 1,80 kali lipat (tahun

2000 sebesar Rp 2.214,45 milyar meningkat menjadi Rp. 4.001,20 milyar pada tahun

2012). Laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Brutto (PDRB) selama tahun

2012 terjadi pertumbuhan menurut harga berlaku sebesar 11,41 persen dengan

inflasi harga produsen sebesar 5,86 persen. Untuk pertumbuhan menurut harga

konstan yang terjadi selama tahun 2012 sebesar 5,25 persen.

Pertumbuhan ekonomi menurut harga konstan pada tahun 2012 sebesar

(5,25 persen) tingkat percepatan pertumbuhannya lebih tajam dibandingkan dengan

pertumbuhan tahun 2011 sebelumnya (4,81 persen). Percepatan laju pertumbuhan

ini didominasi sektor Pertambangan dan Penggalian serta sektor Keuangan,

Persewaan, dan jasa perusahaan yang menanjak tajam 7,78 persen seiring

menggeliatnya perekonomian yang ditandai dengan perputaran uang yang lebih

cepat. Sektor Pengangkutan dan komunikasi juga mengalami percepatan

pertumbuhan yakni 7,45 persen.

Sektor Pertanian terutama produksi padi pada tahun 2012 kembali

mengalami percepatan pertumbuhan seiring membaiknya curah hujan yaitu sebesar

2,41 persen dibanding tahun 2011 yang 1,02 persen. Sektor industri pada tahun 2011

membukukan laju pertumbuhan sebesar positif 5,20 persen melaju pelan pada tahun

2012 sebesar positif 5,28 persen. Sektor jasa-jasa membukukan pertumbuhan positif

5,65 persen, naik jika dibandingkan tahun 2011 sebesar 4,65 persen. Pertumbuhan

ekonomi Kabupaten Tegal ditopang dari pertumbuhan ekonomi 18 kecamatan yang

ada di wilayah pemerintahan Kabupaten Tegal, Kecamatan yang memberikan

konstribusi pertumbuhan pada tahun 2012 memiliki rentang pertumbuhan 3,38

persen (Kecamatan Pagerbarang) sampai 8,88 persen (Kecamatan Adiwerna).

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tegal atas dasar harga konstan sebesar 5,25

persen ini masih berada di bawah target rata-rata yaitu 5,72 persen dalam rangka

mendukung perekonomian Jawa Tengah. Berikut disajikan indikator ekonomi,

khususnya mengenai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tegal

tahun 2010-2012 yang mencakup pertumbuhan sektoral, struktur ekonomi,

pendapatan perkapita, perkembangan dan indeks implisitnya.

Page 16: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

7

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

Di bidang ketenagakerjaan, jumlah angkatan kerja Kabupaten Tegal terus

mengalami kenaikan. Tercatat pada tahun 2009 berjumlah 725.461 orang, tahun

2010: 739.994 orang, tahun 2011: 988.871 orang, tahun 2012 1.008.845 orang, dan di

tahun 2013 terdapat 1.008.971 orang. Mayoritas penduduk Kabupaten Tegal masih

bekerja di sektor pertanian dalam arti luas. Berdasarkan data yang ada pada tahun

2012 sebanyak 140.420 orang (7,78%) yang menggeluti lapangan kerja di sektor

pertanian. Jumlah penduduk yang memilih sektor pertanian sebagai lapangan

kerjanya, selama 4 tahun terakhir ini cenderung mengalami penurunan seiring

dengan semakin berkurangnya lahan pertanian karena beralih fungsi. Disinyalir

mereka beralih profesi ke sektor perdagangan, industri dan sektor lainnya. Terbukti

jumlah penduduk yang berprofesi di sektor perdagangan pada tahun 2012 sebanyak

160.441 orang (8,89%). Sektor lainnya yang cukup diminati masyarakat adalah sektor

industri pengolahan, dan sektor jasa kemasyarakatan yang masing-masing ditekuni

oleh 112.244 orang (6,22 %) dan 74.532 orang (4,13 %).

Disadari bahwa bidang ketenagakerjaan di Kabupaten Tegal masih

menyisakan berbagai persoalan, diantaranya masalah pengangguran. Jumlah

pengangguran selama kurun waktu tiga tahun terakhir mengalami fluktuasi. Tercatat

pada tahun 2009 terdapat 187.682 pengangguran, dan di tahun 2010 jumlahnya

mengalami peningkatan menjadi 302.990 orang, sedangkan di tahun 2011 turun

menjadi 187.686 orang. Dengan semakin meningkatnya jumlah angkatan kerja,

Pemerintah Kabupaten Tegal terus mendorong terbukanya lapangan kerja dan

investasi yang selama ini belum menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Upaya

penempatan TKI di luar negeri pun dilakukan. Jumlah TKI selalu meningkat dari

tahun ke tahun. Pada tahun 2009 terdapat 330 orang TKI. Di tahun 2010 naik menjadi

461, dan di tahun 2011 naik menjadi 490 orang, sementara di tahun 2012 turun

menjadi 472 orang. Hal penting lainnya terkait dengan ketenagakerjaan adalah Upah

Minimum Regional (UMR). Dari tahun ke tahun UMR di Kabupaten Tegal terus

mengalami peningkatan (rata-rata per tahun sebesar 9%). Pada tahun 2009 UMR

sebesar Rp. 640.000,- dan pada tahun 2010, 2011, 2012 naik menjadi Rp. 685.000,-;

Rp 725.000,- dan Rp. 780.000,-.

Persoalan besar bagi semua daerah adalah menurunkan angka kemiskinan.

Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Tegal dalam kurun waktu 4 tahun (2009-2012)

menunjukkan tren positif/menurun, tercatat pada tahun 2010 sebanyak 189.687 jiwa

((13,98 %), tahun 2011 kembali turun hingga angka 182.542 jiwa (13,11%),

kemudian tahun 2012 turun lagi menjadi 161.116 jiwa (7,31%). Batasan/garis

keluarga/seseorang (garis kemiskinan) disebut miskin di wilayah Pedesaan pada

Page 17: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

8

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

tahun 2009 adalah Rp. 187.048,- tahun 2011 naik menjadi Rp. 204.093,- dan pada

tahun 2012 kembali naik menjadi Rp. 222.700,-.

Besarnya pendapatan yang diterima rumah tangga dapat menggambarkan

kesejahteraan suatu masyarakat. Namun data pendapatan yang akurat sulit diperoleh,

sehingga dilakukan pendekatan melalui data pengeluaran rumah tangga. Pengeluaran

rumah tangga yang terdiri dari pengeluaran makanan dan bukan makanan dapat

menggambarkan bagaimana penduduk mengalokasikan kebutuhan rumah tangganya.

Walaupun harga antar daerah berbeda, namun nilai pengeluaran rumah tangga masih

dapat menunjukkan perbedaan tingkat kesejahteraan penduduk antar kecamatan

khususnya dilihat dari segi ekonomi.

Pengukuran kemiskinan dari BPS menggunakan konsep memenuhi

kebutuhan dasar (basic need approach). Kemiskinan didefinisikan sebagai kondisi

dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak hak dasarnya

untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.

Distribusi pendapatan merupakan salah satu aspek kemiskinan yang perlu dilihat

karena pada dasarnya merupakan ukuran kemiskinan relatif. Karena data pendapatan

sulit diperoleh, pengukuran distribusi pendapatan selama ini didekati dengan

menggunakan data pengeluaran.

Kemiskinan dipahami sebagai ketidakmampuan ekonomi penduduk untuk

memenuhi kebutuhan dasar makanan maupun non makanan yang diukur dari

pengeluaran. Pengukuran kemiskinan dilakukan dengan cara menetapkan nilai

standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan maupun untuk non makanan yang

harus dipenuhi seseorang untuk hidup secara layak. Nilai standar kebutuhan

minimum tersebut digunakan sebagai garis pembatas untuk memisahkan antara

penduduk miskin dan tidak miskin. Garis pembatas tersebut yang sering disebut

dengan garis kemiskinan. Kategori penduduk miskin adalah penduduk dengan tingkat

pengeluaran per kapita per bulan kurang dari garis kemiskinan.

Masalah kemiskinan bukan hanya sekedar jumlah dan persentase penduduk

miskin saja, ada dimensi lain yang perlu diperhatikan yaitu tingkat kedalaman dan

keparahan kemiskinan. Indeks Kedalaman Kemiskinan, merupakan ukuran rata-rata

kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis

kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran

penduduk dari garis kemiskinan. Indeks Keparahan Kemiskinan memberikan

gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin

tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk

miskin.

Page 18: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

9

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

C. KEADAAN PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah dalam

mengukur tingkat pembangunan manusia suatu negara. Pendidikan berkontribusi

terhadap perubahan perilaku masyarakat. Pendidikan menjadi pelopor utama dalam

rangka penyiapan sumber daya manusia dan merupakan salah satu aspek

pembangunan yang merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan tujuan

pembangunan nasional. Untuk peningkatan peran pendidikan dalam pembangunan,

maka kualitas pendidikan harus ditingkatkan salah satunya dengan meningkatkan

rata-rata lama sekolah.

Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan

dan keterampilan manusia. Peningkatan mutu pendidikan harus terus diupayakan,

dimulai dengan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada penduduk untuk

mengenyam pendidikan, hingga pada peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan

prasarana pendidikan. Ijazah/STTB tertinggi yang dimiliki seseorang merupakan

indikator pokok kualitas pendidikan formal. Semakin tinggi ijazah/STTB yang dimiliki

oleh rata-rata penduduk suatu negara semakin tinggi taraf intelektualitas negara

tersebut.

Analisis tentang kondisi pendidikan di Kabupaten Tegal dapat menggunakan

dua indikator partisipasi sekolah, yaitu Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka

Partisipasi Murni (APM). Kedua ukuran tersebut mengukur partisipasi penduduk usia

sekolah oleh sektor pendidikan. Perbedaan di antara keduanya adalah penggunaan

kelompok usia "standar" di setiap jenjang pendidikan. Usia standar yang dimaksud

adalah rentang usia yang dianjurkan pemerintah dan umum dipakai untuk setiap

jenjang pendidikan.

APK adalah rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di

tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan

dengan jenjang pendidikan tertentu. APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk

secara umum di suatu jenjang pendidikan. Angka ini merupakan indikator yang paling

sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing

jenjang pendidikan. Hasil perhitungan APK ini digunakan untuk mengetahui

banyaknya anak yang bersekolah di suatu jenjang pendidikan tertentu pada wilayah

tertentu. Semakin tinggi APK menunjukkan semakin banyak anak usia sekolah yang

bersekolah di suatu jenjang pendidikan pada suatu wilayah.

APK membagi jumlah siswa dengan tingkat pendidikan tanpa menggunakan

batasan kelompok umur. Hal ini memungkinkan nilai APK yang melebihi 100%.

Kondisi ini sering terjadi pada jenjang pendidikan SD/MI. Nilai diatas 100% ini terjadi

Page 19: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

10

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

karena terdapat penduduk dengan umur dibawah 7 tahun yang sudah bersekolah

ditingkat sekolah dasar, atau penduduk yang berusia lebih dari 12 tahun yang masih

bersekolah pada tingkat SD/MI.

Angka Partisipasi Sekolah pada tingkat Pendidikan Dasar di Kabupaten Tegal

dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir (2009-2013) adalah sebagai berikut:

109%, 109,20%, 110,30%, 113,80%, dan 93,80%; sedangkan pada tingkat Pendidikan

Menengah masih relatif rendah, sebagaimana tercatat dalam data tahun 2009-2013

yaitu 48,20%, 47,10%, 52,40%, 78,50% dan 56,7%. Berdasarkan data tersebut

diketahui nilai APK untuk SD/MI melebihi 100%, sedangkan untuk pendidikan

SMP/MTs dan SMA/ SMK/MA lebih rendah dari nilai APK SD.

Nilai APK ini kurang bagus untuk mencerminkan kondisi pendidikan, karena

memasukkan semua penduduk dalam jenjang pendidikan tanpa dibatasi dengan

kelompok umur yang sesuai dengan tingkat pendidikannya. Sehingga diperlukan

indikator yang lebih mencerminkan partisipasi sekolah, yaitu APM.

APM didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah siswa kelompok usia

sekolah pada jenjang pendidikan tertentu dengan penduduk usia sekolah yang sesuai

dengan usianya. Indikator APM ini digunakan untuk mengetahui banyaknya anak usia

sekolah yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya.

Semakin tinggi APM menandakan semakin banyak anak usia sekolah yang bersekolah

di suatu daerah. Jika dibandingkan APK, APM merupakan indikator pendidikan yang

lebih baik karena memperhitungjkan juga partisipasi penduduk kelompok usia

standar di jenjang pendidikan yang sesuai dengan standar tersebut.

APM membagi jumlah siswa dengan jenjang pendidikan dengan

menggunakan batasan kelompok umur. Kondisi ini tidak memungkinkan nilai APM

yang melebihi 100%, sehingga nilai APM lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai

APK. APM pada jenjang SD/MI dari data 2009-2013 menunjukkan tren yang positif,

berturut-turut yaitu: 96,72%; 97,38%; 97,11%; 96,64% dan 94,64%. APM pada

jenjang SMP/MTs berturut-turut fluktuatif, yaitu sebesar: 89,31%; 89,45%; 89,48%;

88,95 dan 88,95%.

D. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menetapkan suatu ukuran

standar pembangunan manusia yaitu indeks pembangunan manusia (IPM) atau

Human Development Index (HDI). Indeks ini dibentuk berdasarkan empat indikator,

yaitu angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan

kemampuan daya beli. Indikator angka harapan hidup merepresentasikan dimensi

umur panjang dan sehat. Selanjutnya, angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah

Page 20: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

11

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

mencerminkan capaian pembangunan di bidang pendidikan. Sedangkan indikator

kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat

dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan yang mewakili

capaian pembangunan untuk hidup lebih layak.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Tegal menunjukkan

perkembangan yang positif dalam kurun waktu 3 tahun (2009-2012), tercatat pada

tahun 2009 adalah 69,54 dan pada tahun 2009 terjadi peningkatan kembali hingga

angka 70,08 dan IPM tahun 2011 adalah 70,59 serta tahun 2012 sebesar 71,09

dengan indikator penentu IPM yaitu angka melek huruf dari tahun 2009-2013

berturut-turut yaitu (89,09% ; 89,21% ; 89,26% ; 89,47% dan 95,68%). Keseriusan

Pemerintah dalam meningkatkan pendidikan dasar dapat dilihat dari Angka Rata-rata

Lama Sekolah dari tahun 2009-2013 menunjukkan tren yang positif, berturut-turut

adalah (6,24 ; 6,42 ; 6,56 ; 6,60 ; dan 6,84 tahun). Sedangkan Angka Harapan Hidup

juga menunjukkan tren positif tahun 2009 yaitu 68,49 tahun, di tahun 2011-2012

yaitu 68,79 tahun dan tahun 2013 naik menjadi 69,12 tahun. Sementara Indeks Daya

Beli pada tahun 2009-2013 berturut-turut terdapat peningkatan yaitu : Rp. 634.240,-;

Rp. 637.090,- dan Rp 639.950,- (data 2012 dan 2013 belum ada).

Page 21: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

12

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

SARANA KESEHATAN

Derajat kesehatan masyarakat suatu negara dipengaruhi oleh keberadaan sarana

kesehatan. Sarana kesehatan yang diulas pada pada bagian ini terdiri dari fasilitas

pelayanan kesehatan dan institusi pendidikan kesehatan milik pemerintah yang

menghasilkan tenaga kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan yang dibahas pada bagian

ini terdiri dari : puskesmas, Rumah Sakit, dan Upaya Kesehatan Bersumberdaya

Masyarakat (UKBM).

Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa

fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk

menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun

rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

A. PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128 Tahun 2004 tentang Kebijakan

Dasar Puskesmas mendefinisikan puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT)

dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Pembangunan kesehatan adalah

penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Dalam menjalankan fungsinya sebagai pusat pembangunan berwawasan

kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan masyarakat

primer, dan pusat pelayanan kesehatan perorangan primer, puskesmas berkewajiban

memberikan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan.

Upaya kesehatan wajib terdiri dari

1. Upaya promosi kesehatan

2. Upaya kesehatan lingkungan

3. Upaya kesehatan ibu dan anak serta Keluarga Berencana

4. Upaya perbaikan gizi

5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

6. Upaya pengobatan

Jumlah puskesmas di Kabupaten Tegal sampai dengan Desember 2013

sebanyak 29 unit. Jumlah tersebut terdiri dari 21 unit puskesmas non rawat inap dan

Page 22: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

13

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

8 unit puskesmas rawat inap. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2012 yaitu

sebanyak 6 unit. Peningkatan jumlah puskesmas tidak mengindikasikan secara

langsung seberapa baik keberadaan puskesmas mampu memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan primer di masyarakat. Indikator yang mampu menggambarkan

secara kasar tercukupinya kebutuhan pelayanan kesehatan primer oleh puskesmas

adalah rasio puskesmas terhadap 30.000 penduduk. Rasio puskesmas terhadap

30.000 penduduk pada tahun 2013 sebesar 0,55 puskesmas per 30.000 penduduk.

Bila dibandingkan dengan konsep wilayah kerja Puskesmas, dengan sasaran

penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk per

Puskesmas, maka rasio jumlah Puskesmas per 30.000 penduduk di Kabupaten Tegal

pada tahun 2013 sebesar 0,55 menurun jika dibandingkan dengan rasio pada tahun

2011 yaitu sebesar 0,58. Rasio puskesmas per 30.000 penduduk menurut kecamatan

menunjukkan bahwa rasio tertinggi pada tahun 2013 adalah di Puskesmas

Kecamatan Jatinegara yaitu sebesar 0,87 sedangkan rasio terendah adalah Kecamatan

Bumijawa yaitu sebesar 0,30. Gambaran rasio puskesmas menurut Kecamatan pada

tahun 2013 terdapat pada Gambar 2.1.

GAMBAR 2.1. GRAFIK RASIO PUSKESMAS PER 30.000 PENDUDUK

MENURUT KECAMATAN DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

Sumber: Sekretariat, Dinkes Kab.Tegal, 2013

Seluruh kecamatan memiliki rasio puskesmas yang rendah. Hal ini disebabkan

karena jumlah dan kepadatan populasi yang tinggi. Jika dilihat dari rasio terhadap

jumlah penduduk, memang seluruh provinsi di Jawa memiliki angka yang rendah,

namun demikian dalam hal keberadaan pelayanan kesehatan dasar, Kabupaten Tegal

0,30

0,87

0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00

Bumijawa

Slawi

Pagerbarang

Dukuhwaru

Adiwerna

Warureja

Margasari

Pangkah

Kramat

Dukuhturi

Talang

Lebaksiu

Suradadi

Balapulang

Tarub

Kedungbanteng

Bojong

Jatinegara

Page 23: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

14

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

2009 2010 2011 2012 2013

Non Rawat Inap 23 23 23 22 21

Rawat Inap 6 6 6 7 8

0

5

10

15

20

25

30

35

Jum

lah

Pu

ske

smas

memiliki kondisi baik yang berasal dari penyedia sektor swasta. Kondisi seperti ini

sebetulnya tetap harus diperhatikan, karena meskipun kebutuhan pelayanan

kesehatan dasar dapat dipenuhi oleh sektor swasta, suatu wilayah tetap

membutuhkan entitas yang berperan sebagai penanggungjawab upaya kesehatan

masyarakat.

Dalam menjalankan fungsinya sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan

dasar, puskesmas melaksanakan pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan

kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan perorangan yang diberikan terdiri dari

pelayanan rawat jalan dan rawat inap untuk puskesmas tertentu jika dianggap

diperlukan. Meskipun pelayanan kesehatan masyarakat merupakan inti dari

puskesmas, pelayanan kesehatan perorangan juga menjadi perhatian dari

Pemerintah.

GAMBAR 2.2. GRAFIK PERKEMBANGAN PUSKEMAS RAWAT INAP DAN NON RAWAT INAP

DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

Sumber: Bidang Pelayanan Kesehatan, Dinkes, 2013

Pada gambar di atas diketahui bahwa jumlah puskesmas non rawat inap

menurun dari 23 unit pada tahun 2009 menjadi 21 unit pada tahun 2013. Hal ini

dapat disebabkan karena adanya perubahan status dari puskesmas non rawat inap

menjadi puskesmas rawat inap. Peningkatan jumlah juga terjadi pada puskesmas

rawat inap yaitu dari 6 unit pada tahun 2009 menjadi 8 unit pada tahun 2013.

Selain enam upaya kesehatan wajib yang harus diberikan, puskesmas juga

menyelenggarakan upaya kesehatan pengembangan. Salah satu upaya kesehatan

pengembangan puskesmas di Kabupaten Tegal berupa pelayanan obstetrik dan

neonatal emergensi dasar (PONED) dan pengembangan puskesmas mampu

persalinan. Upaya kesehatan ini dilakukan untuk mendekatkan akses masyarakat

kepada pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar. Akses masyarakat

Page 24: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

15

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

yang semakin mudah terhadap pelayanan kegawatdaruratan diharapkan dapat

berkontribusi kepada penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian

Bayi (AKB).

Badan kesehatan dunia (WHO) menargetkan agar minimal terdapat 4

Puskesmas PONED di tiap kabupaten/kota. Sampai dengan tahun 2013 jumlah

kumulatif Puskesmas PONED sebanyak 4 unit dan Puskesmas mampu pertolongan

persalinan sebanyak 4 unit. Terdapat 8 puskesmas yang telah memenuhi syarat

minimial tersebut. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2012 sebesar 4

puskesmas.

Konsep rawat inap yang digunakan dalam Puskesmas PONED berbeda dengan

konsep yang digunakan puskesmas rawat inap. Konsep rawat inap pada Puskesmas

PONED adalah perawatan inap kepada pasien pasca tindakan emergensi (one day

care). Dengan demikian, puskesmas non rawat inap yang memiliki tempat tidur dan

mampu melakukan tindakan emergensi obstetri dan neonatal dasar, dapat

menyelenggarakan PONED.

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal menetapkan indikator

persentase puskesmas rawat inap yang mampu PONED pada tahun 2013 dengan

target sebesar 90%. Jumlah puskesmas rawat inap yang telah mampu PONED pada

tahun 2013 sebanyak 7 puskesmas dengan persentase sebesar 95,86%. Angka ini

telah memenuhi target 90% pada tahun 2013.

B. RUMAH SAKIT

Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat juga diperlukan

upaya kuratif dan rehabilitatif selain upaya promotif dan preventif. Upaya kesehatan

yang bersifat kuratif dan rehabilitatif dapat diperoleh melalui rumah sakit yang juga

berfungsi sebagai penyedia pelayanan kesehatan rujukan.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147/Menkes/PER/I/2010 tentang

Perizinan Rumah Sakit mengelompokkan rumah sakit berdasarkan kepemilikan, yaitu

rumah sakit public dan rumah sakit privat. Rumah sakit publik adalah rumah sakit

yang dikelola Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Badan Hukum yang bersifat

nirlaba. Sedangkan rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh bahan

hukum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero.

1. Jumlah dan Jenis Rumah Sakit

Rumah sakit publik di Kabupaten Tegal dikelola oleh Pemerintah

Kabupaten Tegal, TNI/Polri, serta swasta non profit (organisasi keagamaan dan

organisasi sosial). Jumlah rumah sakit publik di Kabupaten Tegal sampai dengan

Page 25: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

16

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

tahun 2013 sebanyak 7 unit, yang terdiri atas Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

berjumlah 2 unit dan Rumah Sakit Tentara (RSK) berjumlah 1 unit.. Berbeda

dengan rumah sakit publik, rumah sakit privat dikelola oleh swasta (perorangan,

perusahaan dan swasta lainnya). Pada tahun 2013 terdapat 4 unit rumah sakit

swasta di Kabupaten Tegal yang terdiri dari 3 unit RSU dan 1 unit RS Khusus KIA.

Jumlah rumah sakit publik maupun privat relative tidak berubah pada kurun

waktu 2011 sampai dengan 2013 seperti yang disajikan pada tabel berikut:

TABEL 2.1 PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT MENURUT KEPEMILIKAN

DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2011- 2013

No Pengelola/Kepemilikan 2011 2012 2013

1 Pemerintah Kabupaten Tegal 2 2 2

2 TNI/ Polri 1 1 1

3 Swasta 3 4 4

Jumlah 6 7 7

Sumber: Bidang Yankes, Dinkes 2013

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

mengelompokkan rumah sakit berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan

menjadi rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum adalah

rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis

penyakit. Adapun rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan

pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan

disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.

Jumlah rumah sakit umum dan rumah sakit khusus pada tahun 2013 adalah 6 unit

dan 1 unit. Jumlah tersebut sama dengan tahun 2012.

Terpenuhi atau tidaknya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan

kesehatan rujukan dan perorangan di suatu wilayah dapat dilihat dari rasio tempat

tidur terhadap 1.000 penduduk. Rasio tempat tidur di rumah sakit di Kabupaten

Tegal pada tahun 2013 adalah 0,41 per 1.000 penduduk. Rasio ini lebih rendah

dibandingkan tahun 2012 sebesar 0,46 per 1.000 penduduk. Rasio tempat tidur di

rumah sakit di Indonesia sejak tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 ditampilkan

pada gambar berikut.

Page 26: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

17

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

GAMBAR 2.3. GRAFIK RASIO TEMPAT TIDUR DI RUMAH SAKIT PER 1.000 PENDUDUK

DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2010-2013

Berdasarkan gambar 2.2, dapat dilihat secara keseluruhan di Kabupaten

Tegal pada tahun 2013 maka jumlah tempat tidur belum mencukupi, karena rasio

kurang dari 1 tempat tidur per 1.000 penduduk.

2. Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emegensi Komprehensif (PONEK)

Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif adalah upaya

yang dilakukan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka kematian Anak.

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa kematian ibu dan kematian anak

banyak terjadi di Rumah Sakit. Rumah Sakit berkontribusi terhadap 40-70% Angka

Kematian Ibu, persalinan di rumah berkontribusi sebesar 20-35%, dan persalinan

yang terjadi di perjalanan sebesar 10-18% (Lancet, 2005). Dengan melihat fakta

tersebut maka dapat dikatakan bahwa dibutuhkan adanya upaya penurunan AKI

yang difokuskan di rumah sakit.

Salah satu program kesehatan yang dilaksanakan untuk menurunkan

kematian ibu adalah implementasi Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi

Komprehensif (PONEK). Jumlah Rumah Sakit PONEK sampai dengan tahun 2013

sebanyak 5 unit. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 4

unit rumah sakit melaksanakan PONEK

C. SARANA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

1. Sarana Produksi dan Distribus Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

Ketersediaan farmasi dan alat kesehatan memiliki peran yang signifikan

dalam pelayanan kesehatan. Akses masyarakat terhadap obat khususnya obat

esensial merupakan salah satu hak asasi manusia. Dengan demikian penyediaan

obat esensial merupakan kewajiban bagi pemerintah dan institusi pelayanan

0,44

0,44

0,46

0,41

0,38

0,39

0,40

0,41

0,42

0,43

0,44

0,45

0,46

0,47

2010 2011 2012 2013

Page 27: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

18

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

kesehatan baik publik maupun privat. Sebagai komoditi khusus, semua obat yang

beredar harus terjamin keamanan, khasiat dan mutunya agar dapat memberikan

manfaat bagi kesehatan. Oleh karena itu salah satu upaya yang dilakukan untuk

menjamin mutu obat hingga diterima konsumen adalah menyediakan sarana

penyimpanan obat dan alat kesehatan yang dapat menjaga keamanan secara fisik

serta dapat mempertahankan kualitas obat di samping tenaga pengelola yang

terlatih.

Salah satu kebijakan pelaksanaan dalam Program Obat dan Perbekalan

Kesehatan adalah pengendalian obat dan perbekalan kesehatan diarahkan untuk

menjamin keamanan, khasiat dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan. Hal ini

bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh

penyalahgunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan atau penggunaan yang

salah/tidak tepat serta tidak memenuhi mutu keamanan dan pemanfaatan yang

dilakukan sejak proses produksi, distribusi hingga penggunaannya di masyarakat.

Cakupan sarana produksi bidang kefarmasian dan alat kesehatan menggambarkan

tingkat ketersediaan sarana pelayanan kesehatan yang melakukan upaya produksi

di bidang kefarmasian dan alat kesehatan. Yang termasuk sarana produksi di

bidang kefarmasian dan alat kesehatan antara lain Industri Farmasi, Industri Obat

Tradisional (IOT), Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA), Industri Kosmetika, Usaha

Kecil Obat Tradisional (UKOT), Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), Produksi

Alat Kesehatan Produksi Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT), dan

Industri Kosmetika.

Sarana produksi dan distribusi di Kabupaten Tegal masih menunjukkan

adanya ketimpangan dalam hal persebaran jumlah. Ketersediaan ini terkait dengan

sumberdaya yang dimiliki dan kebutuhan pada wilayah setempat. Kondisi ini

dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam kebijakan untuk mengembangkan

jumlah sarana produksi dan distribusi kefarmasian dan alat kesehatan di

Kabupaten Tegal, sehingga terjadi pemerataan jumlah sarana tersebut di seluruh

Kabupaten Tegal. Selain itu, hal ini bertujuan untuk membuka akses terhadap

keterjangkauan masyarakat terhadap sarana kesehatan di bidang kefarmasian dan

alat kesehatan. Jumlah sarana produksi pada tahun 2013 sebesar 118 sarana.

2. Ketersediaan Vaksin

Dalam upaya pelayanan kesehatan, ketersediaan obat dalam jenis yang

lengkap, jumlah yang cukup, terjamin khasiatnya, aman, efektif dan bermutu

dengan harga terjangkau serta mudah diakses adalah sasaran yang harus dicapai.

Kementerian Kesehatan telah menetapkan indikator rencana strategis tahun 2010-

Page 28: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

19

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

2014 terkait program kefarmasian dan alat kesehatan, yaitu meningkatnya sediaan

farmasi dan alat kesehatan yang memenuhi standar dan terjangkau oleh

masyarakat. Indikator tercapainya sasaran hasil tersebut pada tahun 2014 yaitu

persentase ketersediaan obat dan vaksin sebesar 100%. Dalam rangka mencapai

target tersebut, salah satu kegiatan yang dilakukan adalah peningkatan

ketersediaan obat esensial generik di sarana pelayanan kesehatan dasar.

Pemantauan ketersediaan obat digunakan untuk mengetahui kondisi

tingkat ketersediaan obat di berbagai unit sarana kesehatan seperti Instalasi

Farmasi Kabupaten/Kota (IFK) dan puskesmas. Kegiatan ini dilakukan untuk

mendukung pemerintah pusat dan daerah dalam rangka menentukan langkah-

langkah kebijakan yang akan diambil di masa yang akan datang. Di era otonomi

daerah, pengelolaan obat merupakan salah satu kewenangan yang diserahkan ke

kabupaten/kota, akibatnya sulit bagi pemerintah pusat untuk mengetahui kondisi

ketersediaan obat di seluruh Indonesia. Dengan tidak adanya laporan secara

periodik yang dikirim oleh provinsi, maka relatif sulit bagi pemerintah pusat untuk

menentukan langkah langkah yang harus dilakukan. Adanya data ketersediaan

obat di provinsi atau kabupaten/kota akan mempermudah penyusunan prioritas

bantuan maupun intervensi program di masa yang akan datang.

Untuk mendapatkan gambaran ketersediaan obat dan vaksin di Indonesia,

dilakukan pemantauan ketersediaan obat dan vaksin. Obat yang dipantau

ketersediaannya merupakan obat indikator yang digunakan untuk pelayanan

kesehatan dasar dan obat yang mendukung pelaksanaan program kesehatan.

Jumlah item obat yang dipantau adalah 144 item obat dan vaksin yang terdiri dari

135 item obat untuk pelayanan kesehatan dasar dan 9 jenis vaksin untuk imunisasi

dasar.

Indikator persentase ketersediaan obat dan vaksin tahun 2013 memiliki

target sebesar 95%, dari data dan perhitungan yang dilakukan oleh Ditjen Binfar

dan Alkes didapatkan persentase ketersediaan rata-rata nasional pada tahun 2013

sebesar 96,93%. Dengan demikian apabila dibandingkan dengan target tahun

2013, maka capaian kinerja indikator persentase ketersediaan obat dan vaksin

tersebut adalah sebesar 102,03%. Data dan informasi lebih rinci mengenai

ketersediaan obat dan vaksin 144 item terdapat pada Lampiran 2.20 dan 2.21.

D. UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT

Pembangunan kesehatan untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

yang setinggi-tingginya juga memerlukan peran masyarakat. Melalui konsep Upaya

Page 29: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

20

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

KesehatanBersumberdaya Masyarakat (UKBM), masyarakat berperan serta aktif

dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Bentuk UKBM antara lain Pos Pelayanan

Terpadu (Posyandu), Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), dan desa/kelurahan siaga

aktif.

Desa/kelurahan Siaga Aktif adalah desa yang mempunyai Pos Kesehatan

Desa (Poskesdes) atau UKBM lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi sebagai

pemberi pelayanan kesehatan dasar, penanggulangan bencana dan kegawat

daruratan, surveilans berbasis masyarakat yang meliputi pemantauan pertumbuhan

(gizi), penyakit, lingkungan dan perilaku sehingga masyarakatnya menerapkan

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Terdapat 287 Desa/kelurahan Siaga Aktif dengan persentase sebesar 100%.

Dalam memberikan pelayanan kesehatan, Desa/kelurahan Siaga Aktif terbagi menjadi

empat strata, yaitu pratama, madya, purnama, dan mandiri. Secara persentase jumlah

desa/kelurahan siaga aktif di Kabupaten Tegal pada tahun 2013 sebagai berikut:

GAMBAR 2.4. GRAFIK PERSENTASE DESA SIAGA AKTIF BERDASARKAN STRATA

DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

\\\

Jenis UKBM lainnya adalah Poskesdes, yaitu UKBM yang dibentuk di desa

untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa sehingga

mempermudah akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan

utama poskesdes yaitu pelayanan kesehatan bagi masyarakat desa berupa pelayanan

kesehatan ibu hamil, pelayanan kesehatan ibu menyusui, pelayanan kesehatan anak,

pengamatan dan kewaspadaan dini (surveilans penyakit, surveilans gizi, surveilans

perilaku berisiko, surveilans lingkungan dan masalah kesehatan lainnya), penanganan

kegawatdaruratan kesehatan serta kesiapsiagaan terhadap bencana. Jumlah

poskesdes yang beroperasi pada tahun 2013 sebanyak 201 unit.

Pada gambar 2.5 dapat diketahui bahwa wilayah Puskesmas di Kabupaten

Tegal dengan jumlah poskesedes terbanyak adalah Puskesmas Bumijawa dengan

jumlah sebanyak 15 unit Puskesmas Pangkah 14 unit, sedangkan Puskesmas dengan

9,06

62,02

28,22

0,70

PRATAMA

MADYA

PURNAMA

MANDIRI

Page 30: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

21

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

jumlah Poskesdes paling sedikit adalah Puskesmas Pagerbarang dan Puskesmas

Jatibogor yaitu masing masing sebanyak 2 unit. Distribusi Poskesdes di Kabupaten

Tegal pada tahun 2013 adalah sebagai berikut:

GAMBAR 2.5. GRAFIK JUMLAH DESA SIAGA BERDASARKAN WILAYAH PUSKESMAS

DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

Sumber: Seksi Pemberdayaan, Dinkes Kab.Tegal, 2013

UKBM lainnya yang memiliki peran signifikan dalam pemberdayaan

masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat adalah posyandu.

Posyandu dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat,

untuk memberdayakan danmemberikan kemudahan kepada masyarakat dalam

memperoleh pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat terutama ibu, bayi dan anak

balita. Posyandu memiliki 5 program prioritas yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga

berencana, imunisasi, gizi serta pencegahan dan penanggulangan diare. Jumlah

2

2

3

3

3

4

4

5

5

5

5

6

6

6

6

7

7

8

8

9

9

9

10

10

10

10

10

14

15

- 2 4 6 8 10 12 14 16

Pagerbarang

Jatibogor

Bojong

Kambangan

Suradadi

Balapulang

Slawi

Kesambi

Danasari

Kaladawa

Bangun Galih

Kalibakung

Lebaksiu

Dukuhturi

Kesamiran

Kedungbanteng

Pagiyanten

Margasari

Warureja

Penusupan

Kupu

Kramat

Jatinegara

Dukuhwaru

Adiwerna

Talang

Tarub

Pangkah

Bumijawa

Page 31: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

22

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

3,36

14,10

62,25

20,29

PRATAMA

MADYA

PURNAMA

MANDIRI

Posyandu yang tercatat 1.518 posyandu di Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal pada

tahun 2013 di Kabupaten Tegal. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.253 posyandu yang

aktif melaksanakan kegiatan secara rutin. Persentase jumlah posyandu berdasarkan

strata makan jumlah posyandu pratama sebanyak 32,7%, madya sebanyak 29,1%,

purnama sebanyak 29,9%, dan mandiri sebanyak 8,3%.

GAMBAR 2.6. GRAFIK PERSENTASE JUMLAH POSYANDU BERDASARKAN STRATA POSYANDU

DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

Sumber: Seksi Pemberdayaan, Dinkes Kab.Tegal, 2013

Pada gambar di atas dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi adalah

posyandu mandiri dan proporsi terendah adalah posyandu pratama. Dengan

demikian diperlukan upaya intensif untuk meningkatkan jumlah posyandu mandiri.

Dalam menjalankan fungsinya, perlu diketahui rasio kecukupan posyandu terhadap

masyarakat yang ada. Pada tahun 2013, rasio posyandu terhadap jumlah

desa/kelurahan adalah 5,29. Pada tingkat kabupaten, rasio posyandu terhadap jumlah

desa/keluarahan telah mencukupi yaitu lebih dari satu. Gambaran rasio posyandu

terhadap jumlah desa/kelurahan berdasarkan wilayah Puskesmas di Kabupaten Tegal

adalah sebagai berikut:

Page 32: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

23

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

2,33

8,60

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00

Bangun Galih

Warureja

Talang

Pagerbarang

Pangkah

Kesamiran

Danasari

Kalibakung

Penusupan

Kaladawa

Tarub

Kupu

Kesambi

Kambangan

Jatinegara

Pagiyanten

Kedungbanteng

Dukuhturi

Bumijawa

Bojong

Adiwerna

Kramat

Balapulang

Jatibogor

Dukuhwaru

Lebaksiu

Slawi

Margasari

Suradadi

GAMBAR 2.6. GRAFIK RASIO POSYANDU BERDASARKAN WILAYAH PUSKESMAS

DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

Sumber: Seksi Pemberdayaan, Dinkes Kab.Tegal, 2013

Gambar di atas menunjukkan bahwa Puskesmas Suradadi memiliki rasio

tertinggi sebesar 8,60. sedangkan Puskesmas Bangun Galih memiliki rasio posyandu

terendah yaitu sebesar 2,33. Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan juga

memerlukan peran serta kader dan tokoh masyarakat/agama.

E. INSTITUSI PENDIDIKAN TENAGA KESEHATAN POLTEKES

1. Jumlah Poltekes

Pembangunan kesehatan berkelanjutan membutuhkan tenaga kesehatan

yang memadai baik dari segi jenis, jumlah maupun kualitas. Untuk menghasilkan

tenaga kesehatan yang berkualitas tentu saja dibutuhkan proses pendidikan yang

Page 33: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

24

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

berkualitas pula. Dinas Kesehatan Republik Indonesia merupakan institusi dari

sektor pemerintah yang berperan di dalam penyediaan tenaga kesehatan yang

berkualitas tersebut. Institusi pendidikan tenaga kesehatan selain tenaga medis

terdiri dari Politeknik Kesehatan (Poltekkes) dan Non Politeknik Kesehatan (Non

Poltekkes). Dinas Kesehatan melakukan pembinaan terhadap institusi Poltekkes.

Sampai dengan Desember 2013, terdapat 3 Poltekkes di Kabupaten Tegal yang

terdiri dari program studi strata S1 sebanyak 2 jurusan/program studi, dan strata

Diploma III terdiri dari 3 jurusan/program studi.

Jurusan/program studi terbanyak adalah keperawatan dengan jumlah 2

pada Diploma III dan 1 pada S1 . Jurusan/program studi keperawatan terdiri dari

S1 keperawatan, kebidanan, dan profesi keperawatan. Jurusan/program studi

farmasi terdiri S1 Kefarmasian memilki jumlah terendah yaitu 1 program studi

pada S1 Kefarmasian.

2. Lulusan

Peserta didik yang telah selesai menempuh pendidikan akan menjadi lulusan

Poltekkes. Jumlah lulusan pada tahun 2013 adalah sebanyak 22.797 orang. Jumlah

ini meningkat dibandingkan tahun 2012 yaitu sebanyak 21.630 orang. Sesuai

dengan jumlah peserta didik yang memiliki jumlah terbesar dari program studi

keperawatan, hal serupa juga terjadi pada jumlah lulusan dengan jumlah lulusan

terbanyak adalah program studi keperawatan sebanyak 15.781 orang atau 69,22%

dari total lulusan.

Page 34: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

25

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

TENAGA KESEHATAN

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 21

menyebutkan bahwa pemerintah mengatur perencanaan, pengadaan, pendayagunaan,

pembinaan, dan pengawasan mutu tenaga kesehatan dalam rangka penyelenggaraan

pelayanan kesehatan. Dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem

Kesehatan Nasional dijelaskan bahwa untuk melaksanakan upaya kesehatan dalam rangka

pembangunan kesehatan diperlukan sumber daya manusia kesehatan yang mencukupi

dalam jumlah, jenis dan kualitasnya serta terdistribusi secara adil dan merata.

Sumber daya manusia kesehatan yang disajikan pada bab ini lebih diutamakan

pada kelompok tenaga kesehatan. Dalam Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 1996

tentang Tenaga Kesehatan memutuskan bahwa tenaga kesehatan terdiri dari tenaga

medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga

gizi, tenaga keterapian fisik dan tenaga keteknisian medis.

Gambaran mengenai jumlah, jenis, dan kualitas, serta penyebaran tenaga

kesehatan di seluruh wilayah Indonesia dilakukan dengan cara pengumpulan data pada

sarana pelayanan kesehatan baik di wilayah dinas kesehatan kabupaten/kota maupun

dinas kesehatan provinsi. Pengumpulan data tenaga kesehatan meliputi tenaga kesehatan

yang berstatus PNS pusat, PNS daerah, Pegawai Tidak Tetap (PTT), TNI/POLRI, dan

swasta. Metode pengumpulan data yang digunakan melalui mekanisme pemutakhiran

data secara berjenjang mulai dari dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan

provinsi dan secara nasional dikelola oleh Badan Pengembangan dan Pemberdayaan

Sumber Daya Manusia Kesehatan (Badan PPSDMK) Kementerian Kesehatan RI melalui

Sistem Informasi SDMK.

A. JUMLAH DAN RASIO TENAGA KESEHATAN

Salah satu unsur yang berperan dalam percepatan pembangunan kesehatan

adalah tenaga kesehatan yang bertugas di fasilitas pelayanan kesehatan di masyarakat.

tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan

serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang

kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya

kesehatan.

Pendataan tenaga kesehatan yang dilakukan oleh Bagian Kepegawain

Sekretariat Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal dan Bagian Perijinan Dinas Kesehatan

menggunakan pendekatan tenaga kesehatan yang melaksanakan tugas sesuai dengan

Page 35: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

26

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

fungsinya. Berdasarkan pendekatan tersebut, pada tahun 2013 jumlah SDM Kesehatan

yang tercatat sebanyak 3.095 orang yang terdiri atas 2.159 tenaga kesehatan dan 939

tenaga non kesehatan. Tenaga kesehatan terdiri atas 176 tenaga medis (dokter

spesialis, dokter umum dan dokter gigi), 798 perawat, 689 bidan, 284 tenaga farmasi,

dan 493 tenaga kesehatan lainnya.

Pendataan tenaga kesehatan yang dilakukan oleh Bidang Pelayanan Kesehatan

dan Subag Kepegawaian Dinas Kesehatan menggunakan pendekatan jumlah dokter/

dokter spesialis, dokter gigi/ gigi/dokter gigi spesialis yang mempunyai Surat Tanda

Registrasi (STR). Rincian lengkap mengenai rekapitulasi sumber daya manusia

kesehatan menurut jenis tenaga dapat dilihat pada Lampiran 3.1.

Menurut Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004, yang dimaksud dengan

dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter gigi

spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun di

luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

1. Dokter Spesialis

Jumlah Dokter Spesialis di Kabupaten Tegal pada tahun 2013 sebanyak

35 orang. Rasio Dokter Ahli per 100.000 penduduk sebesar 2,46 dimana masih

jauh dari target Indonesia Sehat dan standar dari WHO sebesar 6 per 100.000

penduduk.

Berdasarkan hitungan rasio jumlah penduduk dan memperhatikan

kondisi geografis Kabupaten Tegal maka dengan jumlah spesialis sebanyak 35

orang belum mencukupi kebutuhan, disamping itu masih ada Rumah Sakit Umum

Daerah yang membutuhkan 4 (empat) pelayanan spesialis dasar karena sampai

saat ini hanya ada 1 tenaga dokter spesialis/ahli dasar yang memberikan

pelayanan di RSUD Suradadi Kabupaten Tegal itupun masih sebagai tenaga harian

lepas.

2. Dokter Umum

Jumlah dokter umum di Kabupaten Tegal pada tahun 2013 tercatat

sebanyak 123 orang, dari jumlah tersebut sebanyak 41 orang berada di Puskesmas

dan 82 orang berada di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan lainnya. Rasio dokter

umum per 10.000 penduduk di Kabupaten Tegal pada tahun 2013 sebesar 7,78.

Rasio tersebut masih di bawah target Indonesia Sehat dan standar dari WHO

sebesar 40 per 100.000 penduduk.

Rasio Dokter Umum terhadap jumlah penduduk di Kabupaten Tegal

tahun 2013 menurut wilayah Puskesmas dapat dilihat pada gambar 3.6.

Page 36: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

27

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

1,00

1,44

1,56

1,66

1,73

1,91

2,05

2,09

2,11

2,14

2,22

2,27

2,39

2,66

2,88

3,01

3,02

3,03

3,16

3,37

3,45

3,52

3,79

3,79

4,31

4,66

4,70

4,91

6,28

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00

Bumijawa

Jatinegara

Pangkah

Warureja

Dukuhturi

Kaladawa

Suradadi

Jatibogor

Bojong

Kalibakung

Penusupan

Kambangan

Kedungbanteng

Margasari

Adiwerna

Slawi

Pagerbarang

Kramat

Dukuhwaru

Kesamiran

Tarub

Pagiyanten

Danasari

Lebaksiu

Talang

Kupu

Bangun Galih

Kesambi

Balapulang

GAMBAR 3.6. GRAFIK RASIO DOKTER UMUM TERHADAP JUMAH PENDUDUK

BERDASARKAN PUSKESMAS DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2014

Puskesmas dengan rasio dokter umum terhadap 100.000 penduduk tertinggi

terdapat di Puskesmas Balapulang sebesar 6,28, sedangkan rasio dokter umum per

100.000 penduduk terendah terdapat di Puskemas Bumijawa sebesar 1,0.

3. Dokter Gigi

Jumlah dokter gigi di Kabupaten Tegal pada tahun 2013 tercatat sebanyak

38 dan jumlah dokter gigi spesialis sebesar 1 orang. Rasio dokter gigi per 100.000

penduduk sebesar 2,1 dokter gigi per 100.000 penduduk. Rasio tersebut masih di

bawah target Indonesia Sehat dan standar dari WHO sebesar 11 per 100.000.

Jumlah dokter gigi di Puskesmas Kabupaten Tegal tahun 2013 sebanyak 21 orang,

Persebaran dan kebutuhan dokter Gigi di Puskesmas Kabupaten Tegal dapat

dilihat pada Tabel 3.3. Rincian lengkap mengenai jumlah tenaga dokter, dokter

Page 37: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

28

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

spesialis, dokter gigi, dan dokter gigi spesialis yang mempunyai STR dapat dilihat

pada Lampiran 3.5.

4. Tenaga Keperawatan

a. Perawat

Perawat dapat menyelenggarakan praktik di fasilitas pelayanan kesehatan

di luar praktik mandiri dan atau praktik mandiri. Perawat yang dapat

menyelenggarakan praktik mandiri harus berpendidikan minimal Diploma III

Keperawatan dan wajib memiliki Surat Ijin Praktek Perawat adalah (SIPP) yang

hanya diberikan pada satu tempat praktek. SIPP berlaku selama Surat Tanda

Registrasi (STR) masih berlaku. STR adalah bukti tertulis yang diberikan oleh

pemerintah kepada tenaga kesehatan yang memiliki sertifikat kompetensi sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Jumlah Tenaga Perawat di Kabupaten Tegal yang tercatat pada tahun 2013

sebanyak 762 orang. Tenaga keperawatan yang bekerja di Puskesmas sebanyak

234 orang (baik tenga PNS maupun PTT/THL ), jika dibandingkan dengan jumlah

Puskesmas sebanyak 29 Puskesmas maka rata-rata per Puskesmas sebesar 8,1

yang berarti belum sesuai standar yang ada dalam Keputusan Menteri Kesehatan

Nomor 81/MENKES/SK /I/2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM

Kesehatan di Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit bahwa untuk

kategori Puskesmas Perkotaan maka harus memiliki minimal 12 orang tenaga

perawat sedangkan Puskesmas pedesaan minimal 8 orang tenaga perawat,

Rasio Tenaga Keperawatan per 100.000 penduduk di Kabupaten Tegal

sebesar 53,62, masih di bawah target Indonesia Sehat dan standar dari WHO

sebesar 117,5per 100.000 penduduk. Rasio perawat terhadap jumlah penduduk

menurut wilayah Puskesmas pada tahun 2013 terlihat pada Gambar 3.7 berikut:

Page 38: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

29

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

5,76

6,04

6,80

6,90

7,22

7,36

7,58

7,63

9,40

11,37

11,63

11,65

12,09

12,31

12,55

12,83

12,93

13,53

14,62

15,81

17,13

17,78

18,97

19,11

21,07

23,57

31,15

35,25

60,75

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00

Adiwerna

Pagerbarang

Kambangan

Dukuhturi

Jatinegara

Kesambi

Kramat

Kaladawa

Bangun Galih

Danasari

Warureja

Kupu

Tarub

Suradadi

Jatibogor

Kalibakung

Talang

Slawi

Margasari

Dukuhwaru

Pangkah

Penusupan

Lebaksiu

Kedungbanteng

Bojong

Kesamiran

Bumijawa

Pagiyanten

Balapulang

Gambar 3.6. RASIO PERAWAT TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MENURUT WILAYAH

PUSKESMAS DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

Puskesmas dengan rasio perawat tertinggi terdapat di Puskesmas

Balapulang sebesar 60,75 perawat per 100.000 penduduk, Pagiyanten sebesar

31,2 perawat per 100.000 penduduk dan Bumijawa sebesar 31,1 perawat per

100.000 penduduk. Puskesmas dengan rasio perawat terendah terdapat di

Puskesmas Adiwerna sebesar 5,76 perawat per 100.000 penduduk, Pagerarang

sebesar 6,04 perawat per 100.000 penduduk dan Puskesmas Kambangan sebesar

6,80 perawat per 100.000 penduduk.

Persebaran tenaga perawat tidak merata di fasilitas kesehatan khususnya

di Puskesmas. Gambaran distribusi tenaga perawat di Kabupaten Tegal menurut

fasilitas pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut:

Page 39: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

30

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

82,4%

11,8% 5,8%

PUSKESMAS

RUMAH SAKIT

SARKES LAIN

63%

31% 6% Ruma Sakit

Puskemas

Sarkes lain

GAMBAR 3.7. PERSEBARAN TENAGA PERAWAT MENURUT FASILITAS PELAYANAN

KESEHATAN DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

b. Bidan

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 369/MENKES/

SK/III/ tahun 2007 tentang Standar Profesi Bidan, bidan adalah seorang

perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui oleh pemerintah dan

organisasi profesi di wilayah negara Republik Indonesia serta memiliki

kompetensi dan kualifikasi untuk di register, sertifikasi dan atau secara sah

mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.

Bidan diakui sebagai tenaga profesional yang bertanggung jawab dan

akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan,

asuhan dan nasihat selama hamil, masa kehamilan dan masa nifas, memimpin

persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru

lahir dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan

normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, akses bantuan medis atau bantuan

lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawatdaruratan.

Jumlah bidan di Kabupaten Tegal pada tahun 2013 tercatat sebanyak 689

orang, yang meliputi tenaga kebidanan yang bekerja di Puskesmas sebanyak 568

orang (82,4%), Rumah Sakit sebanyak 81 orang (11,8%) dan di fasilitas sarana

kesehatan lainnya sebanyak 40 orang (5,8%),

DIAGRAM 3.8 PERSEBARAN TENAGA BIDAN BERDASARKAN SARANA KESEHATAN

DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

Page 40: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

31

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

22,57

24,55

26,59

27,38

30,35

31,60

32,32

32,41

33,08

33,22

33,24

33,47

34,65

34,85

36,29

37,91

37,98

38,18

38,77

38,92

39,52

39,63

40,63

41,44

42,24

43,78

51,71

52,56

56,56

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00

Suradadi

Kesambi

Margasari

Adiwerna

Lebaksiu

Bojong

Talang

Kaladawa

Slawi

Warureja

Pagerbarang

Jatibogor

Jatinegara

Kramat

Kambangan

Danasari

Dukuhturi

Bumijawa

Pagiyanten

Pangkah

Dukuhwaru

Kupu

Kalibakung

Tarub

Penusupan

Kesamiran

Bangun Galih

Kedungbanteng

Balapulang

Rasio bidan terhadap 100.000 penduduk pada tahun 2013 sebesar 43,73.

Puskesmas dengan rasio bidan terhadap penduduk tertinggi tertinggi terdapat di

Puskesmas Balapulang sebesar 56,56 bidan per 100.000 penduduk,

Kedungbanteng sebesar 52,56 bidan per 100.000 penduduk dan Bangungalih

sebesar 51,71 bidan per 100.000 penduduk. Rasio bidan terhadap penduduk

terendah terdapat di Puskesmas Suradadi sebesar 22,57 bidan per 100.000

penduduk, Kesambi sebesar 24,55 bidan per 100.000 penduduk dan Margasari

sebesar 26,59 bidan per 100.000 penduduk. Gambaran rasio bidan terhadap

jumlah penduduk menurut Kabupaten Tegal pada tahun 2013 terlihat pada

Gambar 3.8.

DIAGRAM 3.7 RASIO BIDAN TERHADAP JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN WILAYAH

PUSKESMAS DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

Page 41: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

32

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

7,0% 13,4%

79,6%

PUSKESMAS

RUMAH SAKIT

SARKES LAIN

5. Tenaga Kefarmasian

Tenaga Kefarmasian terdiri dari Apoteker, S-1 Farmasi, D-III Farmasi, dan

Asisten Apoteker. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009

tentang Pekerjaan Kefarmasian, yang dimaksud dengan tenaga kefarmasian adalah

tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian yang terdiri dari Apoteker dan

tenaga teknis kefarmasian. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus

sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Tenaga teknis

kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani pekerjaan

kefarmasian yang terdiri dari sarjana farmasi, ahli madya farmasi, analis farmasi

dan tenaga menengah farmasi/asisten apoteker.

Jumlah tenaga kefarmasian di Kabupaten Tegal yang tercatat pada tahun

2013 adalah 284 orang, yang tersebar di rumah sakit sebanyak 38 orang (13,4 %), ,

Puskesmas 20 orang (7,0%), sarana kesehatan lain 226 orang (79,6%). Persebaran

tenaga kefarmasian di Kabupaten Tegal dapat dilihat pada gambar grafik berikut:

DIAGRAM 3.7 DISTRIBUSI TENAGA KEFARMASIAN BERDASARKAN SARANA KESEHATAN

DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

6. Tenaga Kesehatan Masyarakat

Tenaga kesehatan masyarakat merupakan bagian dari sumberdaya

manusia yang sangat penting perannya dalam pembangunan kesehatan. Dalam

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) Pembangunan kesehatan dengan paradigma

sehat merupakan upaya meningkatkan kemandirian masyarakat dalam menjaga

kesehatan melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan

kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.

Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 1996 yang dimaksud

dengan tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiologi kesehatan, entomolog

kesehatan, mikrobiologi kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan

dan sanitarian.

Page 42: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

33

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat di Kabupaten Tegal pada tahun 2013

adalah 47 orang. Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat per 100.000 penduduk

sebesar 3.30,. Rasio tersebut masih di bawah target Indonesia Sehat 2013 dan

standar dari WHO sebesar 40 per 100.000 penduduk.

Distribusi 47 orang tenaga Kesehatan Masyarakat di Kabupaten Tegal

berdasarkan sarana kesehatan atau tempat bekerja adalah, Puskesmas sebanyak

40 orang (85,1%), Rumah Sakit sebanyak 6 orang (12,8%), dan sarana kesehatan

lainnya sebanyak 1 orang (2,1 % ).

DIAGRAM 3.5 PERSEBARAN TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT

BERDASARKAN SARANA KESEHATAN DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

Dari jumlah tenaga Kesehatan Masyarakat yang bekerja di Puskesmas

sebanyak 40 orang, dibandingkan dengan jumlah Puskesmas sebanyak 29

Puskesmas maka rata-rata per Puskesmas adalah 1,38 yang berarti semua

Puskemas belum memenuhi standar dari Kepmenkes nomor

81/Menkes/SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM

Kesehatan di Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit yaitu masing-

masing Puskemas harus memiliki tenaga kesehatan masyarakat minimal 2 orang..

7. Nutrisionis

Tenaga Nutrisionis terdiri dari lulusan D-IV/S-1 Gizi, D-III Gizi, dan D-1

Gizi. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 374/Menkes/SK/III/2007

tentang Standar Profesi Gizi yang dimaksud dengan profesi Nutrisionisi adalah

suatu pekerjaan di bidang gizi yang dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan,

memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang,

mempunyai kode etik dan bersifat melayani. Ahli Gizi adalah profesi khusus, orang

yang mengabdikan diri dibidang gizi serta memiliki pengetahuan dan atau

keterampilan melalui suatu pendidikan khususnya dibidang gizi. Pendidikan Gizi

dapat ditempuh melalui jalur akademi strata I dan diploma.

85,1%

12,8% 2,1%

PUSKESMAS

RUMAH SAKIT

SARKES LAIN

Page 43: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

34

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

Persebaran tenaga Nutrisionisi menurut sarana kesehatan sebagaian besar

di Puskesmas yaitu 32 orang ( 78,0 %),dan Rumah Sakit sebanyak 9 orang

(22,0%). Berdasarkan sarana kesehatan maka distribusi tenaga gizi dapat dirinci

sebagai berikut :

DIAGRAM 3.6 PERSEBARAN TENAGA GIZI BERDASARKAN SARANA KESEHATAN

DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

Jumlah Tenaga Gizi yang dimiliki Puskesmas di Kabupaten Tegal sebanyak

32 orang, jika dibandingkan dengan jumlah Puskesmas maka rata-rata Puskesmas

mempunyai 1 orang tenaga gizi. Rasio Tenaga Gizi per 100.000 penduduk di

Kabupaten Tegal sebesar 2,88, rasio tersebut masih di bawah target Indonesia

Sehat dan standar dari WHO sebesar 22 per 100.000 penduduk.

8. Tenaga Keterapian Fisik

Tenaga keterapian fisik terdiri dari tenaga fisioterapi, terapi okupasi, terapi

wicara dan akupunturis. Jumlah tenaga keterapian fisik di Kabupaten Tegal pada

tahun 2013 sebanyak 15 orang, yang terdiri dari Diploma III Fisioterapi 14 orang

(93,3%) dan DipIoma III Terapi Wicara1 orang (6,7%). Sebagian besar tenaga

keterapian fisik bekerja di Rumah Sakit, sedangkan semua Puskesmas di

Kabupaten Tegal tidak ada yang memiliki tenaga ketarapian fisik.

a. Fisioterapis

Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada

individu atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan

gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dan menggunakan

penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektro

terapetis dan mekanis), pelatihan dan komunikasi.

78,0%

22,0%

PUSKEMAS

RUMAH SAKIT

Page 44: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

35

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

15,6% 2,8%

64,2%

0,9%

16,5% Radiografer

Teknisi Elektromedis

Analis Kesehatan

Refraksionis optisien

Rekam Medis

Menurut Kepmenkes RI nomor: 376/Menkes/SK/III/2007 tentang

Standar Profesi Fisioterapi yang dimaksud Fisioterapis adalah seseorang yang

telah lulus pendidikan formal fisioterapi dan kepadanya diberikan kewenangan

tertulis untuk melakukan tindakan fisioterapi atas keilmuan dan kompetensi

yang dimilikinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Jumlah tenaga fisioterapi di Kabupaten Tegal pada tahun 2013 sebanyak

15 orang dan semuanya berada di Rumah Sakit, sedangkan dari 29 Puskesmas

yang ada di Kabupaten Tegal semuanya tidak memiliki tenaga fisioterapi.

b. Terapi Wicara

Menurut Kepmenkes RI nomor: 867/Menkes/SK/III/2004 tentang

Registrasi dan Praktek Terapis Wicara yang dimaksud Terapis wicara adalah

seseorang yang telah lulus pendidikan terapis wicara baik di dalam maupun

luar negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Jumlah tenaga fisioterapi di Kabupaten Tegal pada tahun 2013 sebanyak

1 orang dan semuanya berada di Rumah Sakit, sedangkan dari 29 Puskesmas

yang ada di Kabupaten Tegal semuanya tidak memiliki tenaga fisioterapi.

c. Tenaga Keteknisan Medis

Menurut Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 1996 yang dimaksu

tenaga keteknisianmedis terdiri radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi

elektromedik, analis kesehatan, refraksionis optisien, ortotik prostetik, teknisi

transfusi dan perekam medis.

Jumlah Tenaga Keteknisian Medis di Kabupaten Tegal pada tahun 2013

adalah 110 orang. Yang terdiri dari Radiografer sebanyak 17 orang ( 15,6,2% ),

Teknisi Elektromedis 3 orang ( 2,8 % ), Analis Kesehatan 70 orang ( 64,2 %),

Refraksionis optisien 1 orang ( 0,9 %) dan Rekam Medis 18 orang ( 16,5 %).

DIAGRAM 3,7 PERSEBARAN TENAGA KETEKNISIAN MEDIS BERDASARKAN

JENIS TENAGA KETEKNISIAN MEDIS DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

Page 45: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

36

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

Persebaran tenaga keteknisian medis menurut sarana kesehatan diketahui

bahwa tenaga keteknisian medis sebagian besar bekerja di Rumah Sakit sebanyak

57 orang (51,8%), kemudian Puskesmas 43 orang ( 39,1 %), UPTD Laboratorium 5

orang ( 4,5 % ) dan Sarkes lain 5 orang ( 4,5 %).

Berdasarkan sarana kesehatan maka distribusi tenaga keteknisian medis

dapat dirinci sebagai berikut:

DIAGRAM 3.8 PERSEBARAN TENAGA KETEKNISIAN MEDIS BERDASARKAN SARANA KESEHATAN

DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

Rasio Tenaga Teknisi Medis per 100.000 penduduk sebesar 7,74. Kebutuhan

tenaga tersebut diatas masih kurang dilihat dari kuantitas, setiap puskesmas

khususnya puskesmas rawat inap harus memiliki minimal 1 orang tenaga

keteknisian medis sesuai dengan jenis tenaga radiografer, analis kesehatan, teknisi

elektromedis, ahli radiovaskuler, ahli transfusi darah, analis kesehatan, teknisi

laboartorium, refraksi optisi, ortotik prostetik dan perekam medis.

Secara umum jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Tegal masih belum

tercukupi sesuai dengan indikator Indonesia Sehat maupun Indikator dari WHO.

Namun Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota) telah berusaha mencukupi

kebutuhan tenaganya. Usaha yang dilakukan berupa pengangkatan tenaga baru

seperti CPNS, PHL maupun PTT.

9. Tenaga Non Kesehatan di Pelayanan Kesehatan

Tenaga non kesehatan merupakan tenaga non teknis pendukung

administrasi pelayanan kesehatan, di Puskesmas, Rumah Sakit, UPTD Kesehatan,

Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan dan Dinas Kesehatan.Jumlahtenaga non

kesehatan di Kabupaten Tegal pada tahun 2013 sebanyak 939 orang baik PNS

maupun Non PNS, yang terdistribusi ke Dinas Kesehatan ( Dinkes, UPTD Labkes dan

UPTD Gudang Farmasi ) sebanyak 106 orang ( 11,3 %), Puskesmas sebanyak 218

orang ( 23,2 %), Rumah Sakit sebanyak 361 orang (38,4 %),Sarkes lain 144 orang (

51,8% 39,1%

4,5% 4,5% RUMAH SAKIT

PUSKESMAS

SARKES LAIN

UPTD LABKES

Page 46: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

37

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

15,3% ) dan Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan sebanyak 110 orang ( 11,7 %).

Distribusi tenaga non kesehatan di sarana kesehatan Kabupaten Tegal yang tercatat

pada tahun 2013 secara rinci disajikan pada diagram sebagai berikut:

GAMBAR 3.9 PERSEBARAN TENAGA NON KESEHATAN BERDASARKAN

SARANA KESEHATAN DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

11,3%

23,2%

38,4%

15,3%

11,7%

DINAS KESEHATAN

PUSKESMAS

RUMAH SAKIT

SARKES LAIN

INSTITUSI DIKNAKES

Page 47: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

38

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

PEMBIAYAAN KESEHATAN

Penyelenggaraan pembangunan kesehatan memerlukan komponen

pembiyaan. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan

bahwa pembiayaan kesehatan bertujuan untuk penyediaan pembiayaan kesehatan

yang berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan

termanfaatkan. Pembiayaan kesehatan terdiri dari pembiayaan bersumber pemerintah

dan pembiayaan bersumber masyarakat.

A. ANGGARAN DINAS KESEHATAN

Alokasi anggaran kesehatan yang dikelola oleh Dinas Kesehatan Kabupaten

Tegal pada tahun 2013 sebesar Rp. 82.909.912.000,- yang terdiri dari dana Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah sebanyak Rp 73.110.062.000,- (termasuk belanja gaji

pegawai) dan APBN untuk kegiatan yang dibiayai dari Dana Alokasi Khusus Bidang

Kesehatan Murni sebanyak Rp 9.799.850.000,- diluar dana pendampingan namun

dalam realisasinya anggaran tersebut terserap sebanyak Rp 77.633.164.401 atau

sebesar 93,64 %.

Sesuai Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang telah disusun untuk tahun 2013

terdapat 3 sasaran strategis, yang dilaksanakan dalam 15 progam 93 kegiatan yang

harus dicapai dan atau dilaksanakan, dengan dukungan anggaran DPA-SKPD Tahun

2013 yang tersedia sebesar Rp. 82.909.912.000,- termasuk belanja pegawai/gaji

pegawai.

Pencapaian kinerja input atau realisasi anggaran program/kegiatan Dinas

Kesehatan Kabupaten Tegal diluar belanja gaji pegawai pada tahun 2013 adalah

sebesar 91.21 persen dari total pagu anggaran Dinas Kesehatan Rp 36.302.300.000

atau sebesar Rp 33.436.686.221 (Tiga puluh tiga miliar empat ratus tiga puluh enam

juta enam ratus delapan puluh enam ribu duaratus dua puluh satu rupiah). Capaian

tersebut meningkat (7,14%) jika dibandingkan dengan capaian kinerja input 2012 yang

mencapai 84,07%. Capaian kinerja input tertinggi adalah pada Sekretariat yaitu

sebesar 90.33%, sedangkan capaian kinerja input terendah pada Bidang Kesehatan

Keluarga dan Gizi yaitu sebesar 86.19%

B. ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH BIDANG KESEHATAN

Pembiayaan kesehatan harus mampu menjamin kesinambungan jumlah yang

mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya

guna sehingga pembangunan kesehatan demi meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat setinggitingginya dapat terlaksana. Sumber pembiayaan kesehatan berasal

Page 48: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

39

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

dari pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, swasta dan sumber lain.

Sesuai Undang-Undang Kesehatan No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan,

anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota memiliki alokasi

minimal sepuluh persen dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di

luar gaji (belanja pegawai). Persentase anggaran kesehatan Pemerintah Daerah

terhadap total APBD di Kabupaten Tegal sebesar 11,52% atau Rp 206.647.884.000 dari

total APBD sebesar Rp 1.651.541.347.000,- (angka tersebut merupakan anggaran

kesehatan yang ada di Dinas Kesehatan, RSUD dr. Soeselo dan RSUD Suradadi).

Persentase anggaran kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten Tegal terhadap total

APBD di atas termasuk dengan gaji pegawai. Data dan informasi lebih rinci mengenai

APBD provinsi pada tahun 2013 terdapat pada Lampiran Tabel 79.

C. JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT

Sampai dengan Desember 2013 terdapat 660.939 orang yang tercatat

memiliki jaminan kesehatan dengan persentase terhadap jumlah penduduk sebesar

41,9%. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2012 ketika terdapat 374.562 orang

yang memiliki jaminan kesehatan atau sebesar 25,1% terhadap jumlah penduduk.

Salah satu program jaminan kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah adalah

Jamkesmas. Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) diselenggarakan untuk

meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat

miskin dan hampir miskin agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal

secara efektif dan efisien. Jamkesmas diharapkan dapat menurunkan angka kematian

ibu, menurunkan angka kematian bayi dan balita serta menurunkan angka kelahiran di

samping dapat terlayaninya kasus-kasus kesehatan bagi masyarakat miskin.

Program ini telah memberikan banyak manfaat bagi peningkatan

aksespelayanan kesehatan masyarakat miskin dan hampir miskin di puskesmas dan

jaringannya, pelayanan kesehatan di rumah sakit serta memberikan perlindungan

finansial dari pengeluaran kesehatan akibat sakit.

Penduduk yang menjadi sasaran program Jamkesmas adalah tetap sejak tahun

2008, yaitu sebanyak 76,4 juta jiwa yang terdiri dari masyarakat sangat miskin, miskin

dan tidak mampu. Jumlah tersebut terdiri atas 660.939 jiwa kepesertaan berdasarkan

Surat Keputusan (SK) Bupati Tegal dan selebihnya adalah peserta di luar SK Bupati

Tegal yang berjumlah 36.639 jiwa. Kepesertaan di luar SK Bupati Tegal terdiri dari

gelandangan, pengemis, anak terlantar, panti sosial, penghuni rutan/lapas, korban

bencana pasca tanggap darurat, peserta program keluarga harapan (PKH), dan

penderita thalasemia mayor yang dijamin dengan pembiayaan kesehatan Jaminan

Page 49: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

40

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

Kesehatan Daerah (Jamkesda).

Cakupan program Jamkesmas terdiri dari pelayanan kesehatan dasar di

puskesmas dan pelayanan kesehatan rujukan di rumah sakit. Kunjungan di pelayanan

kesehatan di Puskesmas terdiri dari Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) dan Rawat

Inap Tingkat Pertama (RITP).

Sedangkan kunjungan di pelayanan kesehatan di Rumah Sakit terdiri dari

Rawat Jalan Tingkat Lanjut (RJTL) dan Rawat Inap Tingkat Lanjut (RITL). Gambar

berikut ini menyajikan jumlah kunjungan peserta Jamkesmas di puskesmas dan rumah

sakit.

Pada tahun 2013, terdapat 292.356 kunjungan peserta jamkesmas ke

pelayanan kesehatan rawat jalan, yang terdiri dari 289.842 kunjungan rawat jalan

tingkat pertama dan 15 kunjungan rawat jalan tingkat lanjut. Sedangkan gambaran

pada pelayanan kesehatan rawat inap adalah sebanyak 2,543 yang terdiri dari 2.499

kunjungan rawat inap tingkat pertama dan 24 juta kunjungan rawat inap tingkat lanjut.

Jumlah kunjungan di pelayanan kesehatan tingkat pertama dan tingkat lanjut pada

tahun 2013 lebih tinggi dibandingkan jumlah kunjungan pada tahun 2012.

Sejak tahun 2011 telah dilakukan perluasan program Jamkesmas dengan

diluncurkannya Jaminan Persalinan (Jampersal) sesuai dengan surat edaran Menkes RI

Nomor TU/Menkes/E/391/II/2011 tentang Jaminan Persalinan. Jampersal adalah

pembiayaan pelayanan persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan

persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan

bayi baru lahir. Jampersal melingkupi seluruh ibu yang belum memiliki jaminan

kesehatan. Jumlah kunjungan Jampersal tertinggi terdapat pada pelayanan pasca

persalinan sebanyak 6.518 kunjungan, pelayanan pada Ante Natal Care (K1 dan K4)

sebanyak 6.518 kunjungan, dan persalinan normal sebanyak 6.518 kunjungan.

Kunjungan pada ANC yang tinggi diharapkan dapat membantu menurunkan komplikasi

maternal dan neonatal serta kematian ibu dan anak melalui pendeteksian dini

kehamilan berisiko tinggi. Data dan informasi lebih rinci menurut Puskesmas mengenai

cakupan pelayanan Jamkesmas dan Jampersal terdapat pada Lampiran 4.4,

D. BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) merupakan bantuan dana dari

Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan RI dalam membantu pemerintahan

kabupaten/kota untuk meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan kesehatan

masyarakat melalui kegiatan Puskesmas untuk mendukung tercapainya target

Millennium Development Goals (MDGs) bidang kesehatan tahun 2015. Selain itu

Page 50: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

41

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

diharapkan dengan bantuan ini dapat meningkatkan kualitas manajemen Puskesmas,

terutama dalam perencanaan tingkat Puskesmas dan lokakarya mini Puskesmas,

meningkatkan upaya untuk menggerakkan potensi masyarakat dalam meningkatkan

derajat kesehatannya, dan meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan yang bersifat

promotif dan preventif yang dilakukan oleh Puskesmas dan jaringannya serta

Poskesdes dan Posyandu.

Pemanfaatan dana BOK difokuskan pada beberapa upaya kesehatan promotif

dan preventif meliputi KIA, KB, imunisasi, perbaikan gizi masyarakat, promosi

kesehatan, kesehatan lingkungan dan pengendalian penyakit, dan upaya kesehatan lain

sesuai risiko dan masalah utama kesehatan di wilayah setempat dengan tetap mengacu

pada pencapaian target Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan serta target MDGs

Bidang Kesehatan tahun 2015.

Pada proses pelaksanaan, penyaluran dana BOK melalui Tugas Pembantuan

telah dilakukan berbagai upaya penyempurnaan. Realisasi pemanfaatan dana BOK pada

tahun 2013 sebesar Rp 3.462.500.000 dari alokasi sebesar Rp 3.506.350.000 dengan

persentase realisasi 98,75%. Realisasi tersebut lebih rendah dibandingkan tahun 2012

yang sebesar 99,81%.

BOK merupakan salah satu program strategis Kementerian Kesehatan RI

disamping Jamkesmas/Jampersal sehingga terus diupayakan perbaikan agar BOK

dimanfaatkan dengan optimal oleh Puskesmas. Dinas kesehatan provinsi sebagai

perpanjangan tangan Kementerian Kesehatan juga memiliki peran serta yaitu

melakukan pembinaan dan evaluasi pelaksanaan BOK di kabupaten/kota. Dengan

kehadiran BOK diharapkan petugas kesehatan/kader kesehatan tidak lagi mengalami

kendala dalam melakukan kegiatan untuk mendekatkan akses pada masyarakat. Hal

penting yang perlu dipahami, BOK bukan merupakan dana utama penyelenggaraan

upaya kesehatan di kabupaten/kota, namun hanya dana tambahan yang bersifat

bantuan sehingga tidak dapat menjawab semua permasalahan kesehatan. Sumber

pembiayaan kesehatan yang utama tetap harus disediakan oleh pemerintah daerah

kabupaten/kota.

Page 51: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

42

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Menurut Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,

yang dimaksud dengan Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual

maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

ekonomis. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan

keadaan kesehatan yang lebih baik dari sebelumnya.

Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor

tersebut tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan

ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktor

ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan, dan faktor lainnya.

Situasi derajat kesehatan masyarakat dapat tercermin melalui angka morbiditas,

mortalitas dan status gizi. Pada bab berikut ini situasi derajat kesehatan di Indonesia

digambarkan melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka

Kematian Ibu (AKI), dan angka morbiditas beberapa penyakit serta status Gizi Masyarakat.

A. USIA HARAPAN HIDUP

Target pencapaian Umur Harapan Hidup (UHH) Waktu Lahir di Kabupaten

Tegal pada Tahun 2012 adalah 71 tahun. Umur harapan hidup di Kabupaten Tegal

cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Usia Harapan Hidup pada Tahun pada tahun

2010 adalah 68,79 tahun, sedangkan UHH pada tahun 2011 adalah 69,08 tahun dan

pada tahun 2012 adalah 69,38 tahun. Peningkatan UHH ini dipengaruhi oleh

multifaktor, antara lain faktor kesehatan menjadi salah satu yang berperan penting

didalamnya. Peran faktor kesehatan ditunjukkan dari semakin menurunnya angka

kematian, perbaikan sistem pelayanan kesehatan dan perbaikan gizi di masyarakat.

B. MORTALITAS

Mortalitas merupakan angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan

tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit

maupun sebab lainnya. Angka kematian yang disajikan pada bab ini yaitu AKB, AKABA,

AKI, dan Angka Kematian Kasar.

1. ANGKA KEMATIAN BAYI (AKB)

Angka Kematian Bayi (AKB) dapat didefinisikan sebagai banyaknya bayi yang

meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran

hidup pada tahun yang sama.

Page 52: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

43

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

0

2

4

6

8

10

2009 2010 2011 2012 2013

4,8 4,8 7,3 8,16 8,9

AKB merupakan indikator yang biasanya digunakan untuk menentukan

derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu banyak upaya kesehatan yang

dilakukan dalam rangka menurunkan AKB.

Angka Kematian Bayi di Kabupaten Tegal dalam kurun lima tahun terakhir

cenderung meningkat. Pada tahun 2013 jumlah kematian bayi yang tercatat

sebanyak 255 bayi dari 28.643 kelahiran hidup. Sehingga AKB di Kabupaten Tegal

sebesar 8,9 per 1000 kelahiran hidup. Angka tersebut lebih tinggi di bandingkan AKI

pada tahun 2012 sebesar 8,1 per 1000 kelahiran hidup (221 kematian bayi dari

27.252 kelahiran hidup). Lebih tinggi jika dibandingkan dengan AKB tahun 2011

yaitu sebesar 5,8 per 1000 kelahiran hidup (188 kematian bayi dari 25.955

kelahiran hidup). Bila dibandingkan dengan AKB dua tahun sebelumnya juga

mengalami kenaikan, dengan AKB tahun 2010 yaitu sebesar 7,5 per 1000 kelahiran

hidup (209 kematian bayi dari 27.645 kelahiran hidup) dan tahun 2009 yaitu

sebesar 6,6 per 1000 kelahiran hidup (178 kematian bayi dari 27.154 kelahiran

hidup).

TAHUN 2008 – 2013

Selama kurun lima tahun AKB mengalami kenaikan, upaya untuk

meminimalkan kejadian kematian bayi perlu terus ditingkatkan sehingga AKB bisa

semakin menurun pada tahun-tahun mendatang. Gambaran Secara rinci jumlah

kematian di Kabupaten Tegal pada tahun 2013 sebagai berikut:

Page 53: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

44

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

18 17 14 14 14 14 13 13 12

10 10 10 10 9 8 8 8 7 6 6 6 6 5 5 5 5 2 1 0

Bu

mij

awa

War

ure

jaP

angk

ahM

arga

sari

Pag

erb

aran

gB

ojo

ng

Ad

iwer

na

Slaw

iP

enu

sup

anJa

tin

egar

aK

alad

awa

Ked

un

gban

ten

gK

esam

bi

Du

ku

hw

aru

Kra

mat

Sura

dad

iB

alap

ula

ng

Kal

ibak

un

gD

uk

uh

turi

Leb

aksi

uja

tin

egar

aD

anas

ari

Pag

ian

ten

Ku

pu

Tal

ang

Kam

ban

gan

Kes

amir

anT

aru

bB

angu

nga

lih

Jum

lah

GAMBAR 5.2. JUMLAH KEMATIAN BAYI MENURUT PUSKESMAS

DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2008 – 2013

Kasus kematian bayi terjadi hampir di semua wilayah Puskesmas di

Kabupaten Tegal. Puskesmas dengan kasus kematian bayi tertinggi yaitu di wilayah

Puskesmas Bumijawa, (18 kasus), Warureja (17 kasus) dan Puskesmas Pangkah,

Margasari, Pagerbarang masing masing sebanyak 14 kasus. Berbagai faktor dapat

menyebabkan peningkatan kematian bayi, diantaranya pemerataan pelayanan

kesehatan berikut fasilitasnya. Hal ini disebabkan kematian bayi sangat dipengaruhi

oleh pelayanan kesehatan. Selain itu, perbaikan kondisi ekonomi yang tercermin

dengan pendapatan masyarakat yang meningkat juga dapat berkontribusi melalui

perbaikan gizi yang berdampak pada daya tahan terhadap infeksi penyakit.

2. ANGKA KEMATIAN BALITA (AKABA)

Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan jumlah anak yang meninggal

sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran

hidup. AKABA merepresentasikan peluang terjadinya kematian pada fase antara

kelahiran dan sebelum umur 5 tahun. AKABA dapat pula menggambarkan tingkat

permasalahan kesehatan anak balita, tingkat pelayanan KIA/Posyandu, tingkat

keberhasilan program KIA/Posyandu, dan kondisi sanitasi lingkungan.

Angka kematian balita di Kabupaten Tegal cenderung meningkat dalam lima

tahun terakhir. Angka kematian balita yang terlaporkan pada tahun 2013 sebesar

9,5 per 1000 kelahiran hidup (274 kematian balita dari 28.675 kelahiran hidup)

meningkat dibandingkan AKABA pada tahun 2012 sebesar 8,9 per 1000 kelahiran

hidup (243 kematian balita dari 27.252 kelahiran hidup).

Page 54: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

45

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

2,13

6,29

8,36 8,91

9,5

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

2009 2010 2011 2012 2013

Pencapain AKABA Tahun 2013 sebenarnya belum memenuhi target renstra

Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal tahun 2009-2014. Namun demikian apabila

dibandingkan dengan indikator nilai normatif AKABA Millenium Development Goals

(MDGs) yang menetapkan yaitu sangat tinggi dengan nilai >140, tinggi dengan nilai

71-140, sedang dengan nilai 20-70 dan rendah dengan nilai < 20, maka AKABA di

Kabupaten Tegal termasuk dalam kategori rendah yaitu 8,9.

Kecenderungan AKABA di Kabupaten Tegal dalam waktu lima tahun terakhir

dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

GRAFIK 5.2.

ANGKA KEMATIAN BALITA (AKABA) DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2009 – 2013

Indikator kinerja angka kematian balita pada tahun 2013 belum memenuhi

target Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan tahun yang sama, yakni sebesar

kurang dari 9 per 1000 kelahiran hidup. Meski demikian, terdapat Puskesmas dengan

angka kematian balita dibawah 9 per 1000 kelahiran hidup. Puskesmas tersebut

adalah Puskesmas Bangun Galih (tidak ada kasus kematian), Kesamiran (2 kasus) dan

Puskesmas Talang (5 kasus kamtian balita),, sedangkan Puskesmas dengan jumlah

kasus kematian balita tertinggi adalah Puskesmas Bumijawa (19 kasus), Warureja dan

Adiwerna masing masing 17 kasus kematian dan puskesmas Margasari sebanyak 16

kasus kematian balita. Gambaran jumlah kasus kematian balita di Puskesmas

Kabupaten Tegal pada tahun 2013 dapat dilihat pada lampiran table 7.

3. ANGKA KEMATIAN IBU (AKI)

Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dalam

menentukan derajat kesehatan masyarakat. AKI dapat menggambarkan jumlah

wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan

Page 55: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

46

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

91,38

51,56

99,3

196,5

145,4 156,6

0

50

100

150

200

250

2008 2009 2010 2011 2012 2013

kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil)

selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan)

tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup.

AKI juga dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan

kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan

dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitifitas AKI terhadap

perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan

pembangunan sektor kesehatan. AKI mengacu pada jumlah kematian ibu yang

terkait dengan masa kehamilan, persalinan, dan nifas.

AKI di Kabupaten Tegal dalam dua tahun terakhir cenderung meningkat.

Pada tahun 2013, angka kematian ibu mengalami perubahan dari angka sebesar

145,4 per 100.000 kelahiran hidup (39 kematian ibu maternal dari 27.912 kelahiran

hidup) pada tahun 2012 menjadi 146,6 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun

2013. Kecenderungan AKI dalam lima tahun terakhir dapat dilihat pada grafik

berikut:.

GRAFIK 5.3.

ANGKA KEMATIAN IBU (AKI) DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2008 - 2012

Jika dibandingkan dengan target MDGs maka angka tersebut jauh dari target

yaitu 132 pada tahun 2015 sehingga memerlukan kerja keras semua lintas sektor

dan stake holder pembangunan bidang kesehatan, AKI tersebut juga masih lebih

tinggi atau belum memenuhi target Indikator Indonesia Sehat 2010 sebesar 150 per

100.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan Restra Dinas Kesehatan

Kabupaten Tegal 2009-2014 masih perlu ekstra kerja keras karena masih jauh dari

target yang diharapkan yaitu 23 kematian ibu pada tahun 2012.

Page 56: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

47

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

4 4 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Kra

mat

Kal

adaw

aA

diw

ern

aT

aru

bP

angk

ahB

angu

nga

lih

Sura

dad

iW

aru

reja

Du

ku

htu

riSl

awi

Du

ku

hw

aru

Leb

aksi

uM

arga

sari

Pag

erb

aran

gK

alib

aku

ng

Pag

ian

ten

Tal

ang

Kes

amir

anK

edu

ngb

ante

ng

Bal

apu

lan

gJa

tib

ogo

rK

up

uK

amb

anga

nP

enu

sup

anJa

tin

egar

aK

esam

bi

Bu

mij

awa

Bo

jon

gD

anas

ari

Jum

lah

Hasil Audit Maternal Perinatal (AMP) menyimpulkan bahwa penyebab

kematian ibu pada Tahun 2012 adalah Pre Eklampsia Berat (PEB) sebanyak 29,7%,

kasus decomcordis sebanyak 25,6%, kasus pendarahan sebanyak 17,6% dan sepsis

sebanyak 5,9% sedangkan sisanya 21,6% kasus disebabkan karena penyebab tidak

langsung seperti DM, gangguan jiwa, stroke, kelainan jantung, dan lain-lain. Secara

rinci penyebab kematian ibu di Kabupaten Tegal dapat dilihat pada grafik sebagai

berikut ini.

GRAFIK PENYEBAB KEMATIAN IBU DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

Penyebaran kasus kematian ibu di Kabupaten Tegal pada tahun 2013

terjadi pada beberapa wilayah kerja Puskesmas, dengan jumlah kasus terbanyak

dilaporkan terjadi di Puskesmas Waureja dan Puskesmas Suradadi masing-masing 5

kasus dan 4 kasus. Penyebaran kematian ibu dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

DISTRIBUSI KEMATIAN IBU DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

Decomp; 7

DHF; 2

TB; 2 Asma; 1

Thypoid; 1

Emboli; 1

Aspirasi; 1

Hypermesis; 1 Edema pulmo; 1

Kejang; 1 Perut Sakit; 1

Meningitis; 1 Lupus; 1 Encepatitis; 1

Hepatitis; 1

PE / Eklampsia; 15

perdarahan; 3 infeksi; 1

Page 57: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

48

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

Berbagai upaya memang telah dilakukan untuk menurunkan kematian ibu,

bayi baru lahir, bayi dan balita. Antara lain melalui penempatan bidan di desa,

pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan menggunakan Buku Kesehatan Ibu

dan Anak (Buku KIA) dan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi (P4K), serta penyediaan fasilitas kesehatan Pelayanan Obstetri Neonatal

Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas perawatan dan Pelayanan Obstetri

Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di rumah sakit.

Upaya terobosan yang paling mutakhir adalah program Jampersal (Jaminan

Persalinan) yang digulirkan sejak 2011. Program Jampersal ini diperuntukan bagi

seluruh ibu hamil, bersalin dan nifas serta bayi baru lahir yang belum memiliki

jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan. Keberhasilan Jampersal tidak hanya

ditentukan oleh ketersediaan pelayanan kesehatan namun juga kemudahan

masyarakat menjangkau pelayanan kesehatan disamping pola pencarian

pertolongan kesehatan dari masyarakat, sehingga dukungan dari lintas sektor dalam

hal kemudahan transportasi serta pemberdayaan masyarakat menjadi sangat

penting.

Page 58: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

49

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

KESEHATAN KELUARGA

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari

sekelompok orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dan

biasanya memiliki hubungan darah atau perkawinan, dalam keadaan saling

ketergantungan. Keluarga memiliki fungsi yang sangat strategis dalam mempengaruhi

status kesehatan diantara anggotanya.

Diantara fungsi keluarga dalam tatanan masyarakat yaitu memenuhi kebutuhan

gizi dan merawat serta melindungi kesehatan para anggotanya. Anak dan ibu merupakan

dua anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas dalam penyelenggaraan upaya

kesehatan. Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu dan anak

penting untuk dilakukan. Hal tersebut disebabkan Angka Kematian Ibu dan Anak

merupakan dua indikator yang peka terhadap kualitas fasilitas pelayanan kesehatan.

Kualitas fasilitas pelayanan kesehatan yang dimaksud termasuk aksesibilitas terhadap

fasilitas pelayanan kesehatan itu sendiri.

A. KESEHATAN IBU

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2012, angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas)

sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup tinggi apalagi jika

dibandingkan dengan negara–negara tetangga.

Sejak tahun 1990 upaya strategis yang dilakukan dalam upaya menekan

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah dengan pendekatan safe motherhood, dengan

menganggap bahwa setiap kehamilan mengandung risiko, walaupun kondisi

kesehatan ibu sebelum dan selama kehamilan dalam keadaan baik. Di Indonesia Safe

Motherhood initiative ditindaklanjuti dengan peluncuran Gerakan Sayang Ibu di tahun

1996 oleh Presiden yang melibatkan berbagi sector pemerintahan di samping sektor

kesehatan. Salah satu program utama yang ditujukan untuk mengatasi masalah

kematian ibu adalah penempatan bidan di tingkat desa secara besarbesaran yang

bertujuan untuk mendekatkan akses pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir ke

masyarakat. Di tahun 2000, Kementerian Kesehatan RI memperkuat strategi

intervensi sektor kesehatan untuk mengatasi kematian ibu dengan mencanangkan

strategi Making Pregnancy Safer. Pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan

meluncurkan program Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) dalam

rangka menurunkan angka kematian ibu dan neonatal sebesar 25%.

Page 59: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

50

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

Program ini dilaksanakan di provinsi dan kabupaten dengan jumlah

kematian ibu dan neonatal yang besar, yaitu Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa

Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Dasar pemilihan provinsi-provinsi

tersebut dikarenakan 52,6% dari jumlah total kejadian kematian ibu di Indonesia

berasal dari enam provinsi tersebut. Sehingga dengan menurunkan angka kematian

ibu di enam provinsi tersebut diharapkan akan dapat menurunkan angka kematian

ibu di Indonesia secara signifikan.

Khusus di Provinsi Jawa Tengah Program EMAS dilaksanakan di dua

Kabupaten, yaitu Kabupaten Tegal dan Kabupaten Banyumas. Upaya penurunan

angka kematian ibu dan angka kematian neonatal melalui program EMAS dilakukan

dengan cara:

1) Meningkatkan kualitas pelayanan emergensi obstetri dan bayi baru lahir minimal

di rumah sakit (PONEK) dan Puskesmas mampu PONED.

2) Memperkuat sistem rujukan yang efisien dan efektif antar Puskesmas dan Rumah

Sakit.

Selain itu, pemerintah bersama masyarakat juga bertanggung jawab untuk

menjamin bahwa setiap ibu memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan ibu yang

berkualitas, mulai dari saat hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

terlatih, dan perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan

rujukan jika terjadi komplikasi, dan memperoleh cuti hamil dan melahirkan serta

akses terhadap keluarga berencana. Di samping itu, pentingnya melakukan intervensi

lebih ke hulu yakni kepada kelompok remaja dan dewasa muda dalam upaya

percepatan penurunan AKI.

1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil

Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui pemberian pelayanan

antenatal sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan, dengan distribusi

waktu minimal 1 kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), minimal

1 kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan minimal 2 kali pada

trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu - lahir). Standar waktu pelayanan

tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan atau janin,

berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan dini komplikasi

kehamilan.

Pelayanan antenatal diupayakan agar memenuhi standar kualitas, yaitu :

a. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan;

b. Pengukuran tekanan darah;

c. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA);

Page 60: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

51

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

96,51 97,65 99,75 99,98 99,17

96,54 97,12

85,67 85,58

89,73

84,69

92,2

89,2

86,58

75

80

85

90

95

100

105

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

K1

K4

d. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri);

e. Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid

sesuai status imunisasi;

f. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan;

g. Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ);

h. Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling,

termasuk keluarga berencana);

i. Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb),

pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah

dilakukan sebelumnya); dan

j. Tatalaksana kasus.

Capaian pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan

indicator Cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah

memperoleh pelayanan antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatan, dibandingkan

jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun.

Sedangkan Cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan

antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali sesuai jadwal yang dianjurkan,

dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu

tahun. Indikator tersebut memperlihatkan akses pelayanan kesehatan terhadap ibu

hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ketenaga

kesehatan.

Gambaran capaian pelayanan K1 dan K4 di Kabupaten Tegal pada tahun

2007 – 2013 secara dapat dilihat sebagai berikut:

GAMBAR 6.1. CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN IBU K1 DAN K4

DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2007-2013

Page 61: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

52

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

Sumber: Seksi Kesehatan Ibu, Bidang Kesga 2013

Pada gambar 5.1 di atas terlihat bahwa secara umum cakupan pelayanan

kesehatan ibu hamil K1 dan K4 mengalami kenaikan. Cakupan K1 dan K4 yang secara

umum mengalami kenaikan tersebut menunjukkan semakin baiknya akses

masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ibu hamil yang diberikan oleh tenaga

kesehatan. Dari gambar tersebut juga dapat dilihat bahwa kenaikan cakupan K1 dari

tahun ke tahun relatif lebih stabil jika dibandingkan dengan cakupan K4. Cakupan K1

selalu mengalami peningkatan, kecuali di tahun 2012 dimana angkanya mengalami

penurunan dari 96,54% pada tahun 2012 kemudian meningkat lagi menjadi 97,12%

pada tahun 2013. Hal itu sedikit berbeda dengan cakupan K4 yang pernah mengalami

kenaikan dari 85,67% pada 2007 menjadi 85,04% pada 2008, kemudian setelah itu

mengalami peningkatan yang cukup signifikan menjadi 89,73% di tahun 2009

kemudian di tahun berikutnya mengalami penurunan menjadi 84,69%. Kemudian

setelah terus mengalami kenaikan, cakupan K4 kembali menurun pada 2012 dan

tahun 2013 menjadi 89,2% dari 92,2% pada tahun sebelumnya.

Indikator kinerja cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K4 pada tahun

2013 belum dapat mencapai target Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan

tahun yang sama, yakni sebesar 93%. Meski demikian, terdapat 4 Puskesmas telah

mencapai target cakupan K4 sebesar 93%. Keempat Puskesmas tersebut adalah

Puskesmas Margasari (100,13%), Balapulang (96,24%), Adiwerna (93,94%) dan

Adiwerna (93,21%). Sementara Puskesmas yang lainnya dengan cakupan K4 lebih

dari 80% dan kurang dari 93% sebanyak 22 puskesmas. Gambaran cakupan

pelayanan K4 ibu hamil di Puskesmas Kabupaten Tegal pada tahun 2013 dapat dilihat

pada gambar 5.2.

Page 62: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

53

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

63,08 76,52

77,01

80,41

80,70

81,82

82,41

82,64

83,33

84,93

85,44

85,53

86,41

86,47

86,62

86,72

87,20

88,15

88,74

89,47

89,62

90,15

92,22

92,84

92,85

93,21

93,94

96,24

100,13

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00

Jatinegara

Talang

Kramat

Kedungbanteng

Kalibakung

Kesamiran

Kaladawa

Slawi

Pagiyanten

Bumijawa

Kambangan

Tarub

Penusupan

Dukuhwaru

Kesambi

Jatibogor

Dukuhturi

Danasari

Bangun Galih

Pagerbarang

Bojong

Kupu

Lebaksiu

Suradadi

Pangkah

Warureja

Adiwerna

Balapulang

Margasari

GAMBAR 6.2. CAKUPAN PELAYANAN IBU HAMIL K4 MENURUT WILAYAH PUSKESMAS

DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

Sumber: Bidang Kesga dan Gizi, Dinkes 2013

Pada gambar 5.2 dapat diketahui bahwa terdapat 3 (tiga) Puskesmas yang

memiliki cakupan pelayanan ibu hamil K4 relatif rendah, yakni Puskesmas Jatinegara

(63,08%), Talang (76,52%), dan Kramat (77,01%).

Berbagai program dan kegiatan telah dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan

untuk semakin mendekatkan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada

masyarakat hingga ke pelosok desa, termasuk untuk meningkatkan cakupan

pelayanan antenatal. Dari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan

Desember 2013, tercatat terdapat 29 Puskesmas di Kabupaten Tegal. Dengan

demikian rasio Puskesmas terhadap 30.000 penduduk 0,55 belum melampaui rasio

ideal 1:30.000 penduduk. Demikian pula dengan Upaya Kesehatan Bersumberdaya

Page 63: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

54

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

Masyarakat (UKBM) seperti Poskesdes dan Posyandu. Sampai dengan tahun 2013,

tercatat terdapat 201 Poskesdes yang beroperasi dan 1.518 Posyandu di Kabupaten

Tegal.

Upaya meningkatkan cakupan pelayanan antenatal juga makin diperkuat

dengan adanya Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) sejak tahun 2010 dan

diluncurkannya Jaminan Persalinan (Jampersal) sejak tahun 2011, dimana keduanya

saling bersinergi. BOK dapat dimanfaatkan untuk kegiatan luar gedung, seperti

pendataan, pelayanan di Posyandu, kunjungan rumah, sweeping kasus drop out,

pelaksanaan kelas ibu hamil serta penguatan kemitraan bidan dan dukun. Sementara

itu Jampersal mendukung paket pelayanan antenatal, termasuk yang dilakukan pada

saat kunjungan rumah atau sweeping, baik pada kehamilan normal maupun

kehamilan dengan risiko tinggi.

Semakin kuatnya kerja sama dan sinergi berbagai program yang dilakukan

oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat termasuk sektor swasta

diharapkan dapat mendorong tercapainya target cakupan pelayanan antenatal.

2. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin

Upaya kesehatan ibu bersalin dilaksanakan dalam rangka mendorong agar

setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih yaitu dokter spesialis

kebidanan dan kandungan (SpOG), dokter umum, dan bidan, serta diupayakan

dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan.

Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan persalinan yang dimulai

pada kala I sampai dengan kala IV persalinan. Pencapaian upaya kesehatan ibu

bersalin diukur melalui indikator persentase persalinan ditolong tenaga kesehatan

terlatih (Cakupan Pn). Indikator ini memperlihatkan diantaranya tingkat kemampuan

pemerintah dalam menyediakan pelayanan persalinan berkualitas yang ditolong oleh

tenaga kesehatan terlatih.

Dari gambar 5.3 dapat diketahui bahwa secara umum cakupan pertolongan

persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Tegal mengalami kenaikan setiap

tahunnya. Cakupan Pelayanan Persalinan oleh tenaga kesehatan selalu mengalami

peningkatan, kecuali di tahun 2009 dimana angkanya mengalami penurunan dari

86,98% pada tahun 2008 menurun menjadi 84,91% pada tahun 2009, kemudian

setelah itu mengalami peningkatan yang cukup signifikan menjadi 91,28% di tahun

2010 kemudian di tahun berikutnya terus mengalami peningkatan menjadi 92,77%.

Cakupan pelayanan ibu bersalin kembali menurun pada 2012 menjadi 89,93% dari

92,77% pada tahun sebelumnya.. Cakupan secara pelayanan ibu bersalin oleh tenaga

kesehatan pada tahun 2013 adalah sebesar 95,77%, dimana angka ini telah dapat

Page 64: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

55

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

82,3

86,98

84,91

91,28 92,77

89,93

95,77

75

80

85

90

95

100

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

memenuhi target Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal tahun 2013 yakni

sebesar 90%.

GAMBAR 6.3. CAKUPAN PELAYANAN IBU BERSALIN DI KABUPATEN TEGAL

TAHUN 2007-2013

Sumber: Bidang Kesga dan Gizi, Dinkes 2013

Sebagian besar Puskesmas (21 puskesmas) telah dapat mencapai target

renstra tersebut, dan selebihnya yakni sebanyak 8 puskesmas belum dapat mencapai

target. Tiga Puskesmas dengan cakupan tertinggi adalah Balapulang (146,84%),

Danasari (144,42%), dan Lebaksiu (113,74%). Sedangkan tiga Puskesmas dengan

cakupan terendah adalah Puskesmas Kramat (76,83%), Kupu (80,60%), dan Suradadi

(83,26%). Pada ketiga puskesmas dengan cakupan terendah tersebut, cakupannya

mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Selengkapnya tentang cakupan

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Tegal menurut

Puskesmas tahun 2013 disajikan pada gambar 6.4.

Page 65: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

56

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

76,83 80,60

83,26 85,89 86,52 87,71 88,74 89,17 90,06 90,46 91,47 92,07 92,37 93,19 93,99 94,22 94,58 96,15 96,45 96,76 96,76 97,41 98,67 100,14

106,36 108,89

113,74 144,42 146,84

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 140,00 160,00

KramatKupu

SuradadiKalibakung

BumijawaBojongTalang

SlawiKesamiranKaladawaJatibogor

PenusupanDukuhturiWarureja

TarubAdiwernaJatinegara

KambanganPagiyanten

KedungbantengKesambi

Bangun GalihPagerbarang

MargasariDukuhwaru

PangkahLebaksiuDanasari

Balapulang

GAMBAR 6.4. CAKUPAN PELAYANAN IBU BERSALIN MENURUT PUSKESMAS

DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2007-2013

Sumber: Bidang Kesga dan Gizi, Dinkes 2013

Analisis kematian ibu yang dilakukan Bidang Kesehatan Keluarga Dinas

Kesehatan Kabupaten Tegal pada tahun 2013 membuktikan bahwa kematian ibu

terkait erat dengan penolong persalinan dan tempat/fasilitas persalinan. Persalinan

yang ditolong tenaga kesehatan terbukti berkontribusi terhadap turunnya risiko

kematian ibu. Demikian pula dengan tempat/fasilitas, jika persalinan dilakukan di

fasilitas pelayanan kesehatan, juga akan semakin menekan risiko kematian ibu.

Oleh karena itu, Dinas Kesehatan tetap konsisten dalam menerapkan

kebijakan bahwa seluruh persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan dan

didorong untuk dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Kebijakan Pemanfaatan

Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Kesehatan menggariskan bahwa pembangunan

Puskesmas harus satu paket dengan rumah dinas tenaga kesehatan. Demikian pula

dengan pembangunan Poskesdes yang harus bisa sekaligus menjadi rumah tinggal

Page 66: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

57

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

82,3

86,98

84,91

91,28 92,77

89,93

95,77

85,67

85,58

89,73

84,69

92,2

89,2

86,58

75

80

85

90

95

100

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Nakes

K4

bagi bidan di desa. Dengan disediakan rumah tinggal, maka tenaga kesehatan

termasuk bidan akan siaga di tempat tugasnya dan dapat memberikan pertolongan

persalinan setiap saat.

Untuk daerah dengan akses sulit, kebijakan Kementerian Kesehatan adalah

dengan mengembangkan program Kemitraan Bidan dan Dukun serta Rumah Tunggu

Kelahiran. Para dukun diupayakan bermitra dengan bidan dengan hak dan kewajiban

yang jelas. Pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan tidak lagi dikerjakan

oleh dukun, namun dirujuk ke bidan.

Bagi ibu hamil yang di daerah tempat tinggalnya tidak ada bidan atau jauh

dari fasilitas pelayanan kesehatan, maka menjelang hari taksiran persalinan

diupayakan sudah berada di dekat fasilitas pelayanan kesehatan, yaitu di Rumah

Tunggu Kelahiran. Rumah Tunggu Kelahiran tersebut dapat berupa rumah tunggu

khusus maupun di rumah sanak saudara yang dekat dengan fasilitas pelayanan

kesehatan.

Selain itu, Kementerian Kesehatan sejak tahun 2011 hingga tahun 2013

juga telah meluncurkan Jaminan Persalinan (Jampersal) yang merupakan jaminan

paket pembiayaan sejak pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, hingga

pelayanan nifas termasuk pelayanan bayi baru lahir dan KB pasca persalinan.

Penyediaan Jampersal diyakini turut meningkatkan cakupan Pn di seluruh wilayah

Indonesia. Keberhasilan pencapaian target indikator Pn merupakan hasil dari kerja

keras dan pelaksanaan berbagai program yang dilakukan oleh Pemerintah,

pemerintah daerah, dan masyarakat termasuk sektor swasta.

GAMBAR 6.7. CAKUPAN PELAYANAN IBU HAMIL K4 DAN CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN

OLEH TENAGA KESEHATANDI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2007-2013

Sumber: Bidang Kesga, Dinkes 2013

Page 67: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

58

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

Dari gambar 5.7 dapat dilihat bahwa meski cakupan pelayanan ibu hamil

K4 mengalami penurunan, namun cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan mengalami kenaikan. Persentasenya bahkan melebihi cakupan K4. Hal ini

menjadi tantangan tersendiri bagi Pemerintah. Pelayanan antenatal memiliki peranan

yang sangat penting, di antaranya agar dapat dilakukan deteksi dan tata laksana dini

komplikasi yang dapat timbul pada saat persalinan. Apabila seorang ibu datang

langsung untuk bersalin di tenaga kesehatan tanpa adanya riwayat pelayanan

antenatal sebelumnya, maka faktor risiko dan kemungkinan komplikasi saat

persalinan akan lebih sulit diantisipasi.

3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas

Nifas adalah periode mulai dari 6 jam sampai dengan 42 hari pasca

persalinan. Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas

sesuai standar, yang dilakukan sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali sesuai jadwal yang

dianjurkan, yaitu pada 6 jam sampai dengan 3 hari pasca persalinan, pada hari ke-4

sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari

ke-42 pasca persalinan. Jenis pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan meliputi :

a. Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu);

b. Pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri);

c. Pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam lain;

d. Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif;

e. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin

f. Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan ibu nifas dan bayi

baru lahir, termasuk keluarga berencana;

g. Pelayanan keluarga berencana pasca persalinan.

Keberhasilan upaya kesehatan ibu nifas diukur melalui indikator cakupan

pelayanan kesehatan ibu nifas (Cakupan KF3). Indikator ini menilai kemampuan

negara dalam menyediakan pelayanan kesehatan ibu nifas yang berkualitas sesuai

standar.

Page 68: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

59

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

76,72

94,21

78,35

96,38 93,3 92,2 93,6

0

20

40

60

80

100

120

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

GAMBAR 6.8. CAKUPAN KUNJUNGAN NIFAS (KF3)

DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2007-2013

Sumber: Bidang Kesga, Dinkes 2013

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa capaian cakupan kunjungan nifas

(KF3) di Kabupaten Tegal dalam kurun waktu 7 tahun terakhir mengalami kenaikan.

Capaian indikator KF lengkap yang meningkat dalam 6 tahun terakhir merupakan

hasil dari berbagai upaya yang dilakukan oleh Pemerintah dan masyarakat termasuk

sektor swasta. Program penempatan Pegawai Tidak Tetap (PTT) untuk bidan terus

dilaksanakan. Selain itu, dengan diluncurkannya Bantuan Operasional Kesehatan

(BOK) sejak tahun 2010, Puskesmas, Poskesdes, dan Posyandu lebih terbantu dalam

mengintensifkan implementasi upaya kesehatan termasuk di dalamnya pelayanan

kesehatan ibu nifas, di antaranya kegiatan sweeping atau kunjungan rumah bagi yang

tidak datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. Dukungan Pemerintah makin

meningkat sejak diluncurkannya Jampersal pada tahun 2011, dimana pelayanan nifas

termasuk paket manfaat yang dijamin oleh Jampersal. Data dan informasi terkait

pelayanan kesehatan ibu nifas disajikan pada lampiran tabel 28.

4. Pelayanan/Penanganan Komplikasi Kebidanan

Komplikasi kebidanan adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu

nifas dan atau janin dalam kandungan, baik langsung maupun tidak langsung,

termasuk penyakit menular dan tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu dan

atau janin, yang tidak disebabkan oleh trauma/kecelakaan. Pencegahan dan

penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu dengan komplikasi

kebidanan untuk mendapatkan perlindungan/pencegahan dan penanganan definitif

sesuai standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan

rujukan.

Indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pencegahan dan

Page 69: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

60

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

100 100 100 100

66,7

38,7

104,9

0

20

40

60

80

100

120

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

penanganan komplikasi kebidanan adalah cakupan penanganan komplikasi

kebidanan (Cakupan PK). Indikator ini mengukur kemampuan negara dalam

menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara profesional kepada ibu (hamil,

bersalin, nifas) dengan komplikasi. Capaian indikator penanganan komplikasi

kebidanan di Indonesia dari tahun 2007 hingga tahun 2013 disajikan pada gambar

berikut.

GAMBAR 6.9. CAKUPAN PELAYANAN/PENANGANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN

DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2007-2013

Sumber: Bidang Kesga, Dinkes 2013

Pada gambar 6.9 di atas dapat diketahui bahwa secara umum, cakupan

penanganan komplikasi kebidanan di Kabupaten Tegal selama kurun waktu 6 tahun

terakhir cukup stabil, meski pada tahun 2011 dan 2012 sempat mengalami

penurunan. Cakupan penanganan komplikasi kebidanan pada tahun 2013 ialah

104,9%.

Gambaran mengenai cakupan penanganan komplikasi kebidanan pada

tahun 2013 yang disajikan pada gambar 5.7 menunjukkan bahwa angka cakupan

penanganan komplikasi kebidanan melebihi 100%, hal ini dimungkinkan karena

jumlah sasaran yang digunakan adalah perkiraan, yakni diperkirakan pada kurun

waktu 1 tahun sebanyak 20% dari jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja

akan mengalami komplikasi kebidanan.

Sebagian komplikasi ini dapat mengancam jiwa, tetapi sebagian besar

komplikasi dapat dicegah dan ditangani bila : 1) ibu segera mencari pertolongan ke

tenaga kesehatan; 2) tenaga kesehatan melakukan prosedur penanganan yang sesuai,

antara lain penggunaan partograf untuk memantau perkembangan persalinan, dan

pelaksanaan manajemen aktif kala III (MAK III) untuk mencegah perdarahan pasca-

salin; 3) tenaga kesehatan mampu melakukan identifikasi dini komplikasi; 4) apabila

Page 70: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

61

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

komplikasi terjadi, tenaga kesehatan dapat memberikan pertolongan pertama dan

melakukan tindakan stabilisasi pasien sebelum melakukan rujukan; 5) proses rujukan

efektif; 6) pelayanan di RS yang cepat dan tepat guna.

Terdapat tiga jenis area intervensi yang dilakukan untuk menurunkan

angka kematian dan kesakitan ibu dan neonatal yaitu melalui : 1) peningkatan

pelayanan antenatal yang mampu mendeteksi dan menangani kasus risiko tinggi

secara memadai; 2) pertolongan persalinan yang bersih dan aman oleh tenaga

kesehatan terampil, pelayanan pasca persalinan dan kelahiran; serta 3) pelayanan

emergensi obstetrik dan neonatal dasar (PONED) dan komprehensif (PONEK) yang

dapat dijangkau.

Upaya terobosan dalam penurunan AKI dan AKB di Indonesia salah

satunya melalui Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)

yang menitikberatkan fokus totalitas monitoring yang menjadi salah satu upaya

deteksi dini, menghindari risiko kesehatan pada ibu hamil serta menyediakan akses

dan pelayanan kegawatdaruratan obstetric dan neonatal dasar di tingkat Puskesmas

(PONED) dan pelayanan kegawatdaruratan obstetric dan neonatal komprehensif di

Rumah Sakit (PONEK). Dalam implementasinya, P4K merupakan salah satu unsur dari

Desa Siaga. P4K mulai diperkenalkan pada tahun 2007. Sampai dengan tahun 2013,

tercatat 66.629 (86%) desa/kelurahan telah melaksanakannya. . Pelaksanaan P4K di

desa-desa tersebut perlu dipastikan agar mampu membantu keluarga dalam

membuat perencanaan persalinan yang baik dan meningkatkan kesiap-siagaan

keluarga dalam menghadapi tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas agar dapat

mengambil tindakan yang tepat.

Sesuai Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014,

ditargetkan pada akhir tahun 2014 di setiap kabupaten/kota terdapat minimal 4

(empat) Puskesmas rawat inap mampu PONED dan 1 (satu) Rumah Sakit

Kabupaten/Kota yang mampu melaksanakan PONEK. Melalui pengelolaan pelayanan

PONED dan PONEK, Puskesmas dan Rumah Sakit diharapkan bisa menjadi institusi

terdepan dimana kasus komplikasi dan rujukan dapat diatasi dengan cepat dan tepat.

Selain itu dilakukan pula kegiatan Audit Maternal Perinatal (AMP), yang

merupakan upaya dalam penilaian pelaksanaan serta peningkatan mutu pelayanan

kesehatan ibu dan bayi baru lahir melalui pembahasan kasus kematian ibu atau bayi

baru lahir sejak di level masyarakat sampai di level fasilitas pelayanan kesehatan.

Kendala yang timbul dalam upaya penyelamatan ibu pada saat terjadi

kegawatdaruratan maternal dan bayi baru lahir akan dapat menghasilkan suatu

rekomendasi intervensi dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan ibu dan

Page 71: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

62

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

IUD; 6,2 MOP/MOW;

7,4

IMPLAN; 11,7

SUNTIK; 64,2

PIL; 9,5

KONDOM; 1

bayi di masa mendatang. Data dan informasi terkait pelayanan/penanganan

komplikasi maternal disajikan pada lampiran Tabel 31.

5. Pelayanan Keluarga Berencana

Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu strategi untuk

mengurangi kematian ibu khususnya ibu dengan kondisi 4T; terlalu muda melahirkan

(di bawah usia 20 tahun), terlalu sering melahirkan, terlalu dekat jarak melahirkan,

dan terlalu tua melahirkan (di atas usia 35 tahun). Keluarga berencana (KB)

merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan ketahanan

keluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu, anak, serta perempuan. Pelayanan KB

menyediakan informasi, pendidikan, dan cara-cara bagi laki-laki dan perempuan

untuk dapat merencanakan kapan akan mempunyai anak, berapa jumlah anak, berapa

tahun jarak usia antara anak, serta kapan akan berhenti mempunyai anak.

Baik suami maupun istri memiliki hak yang sama untuk menetapkan

berapa jumlah anak yang akan dimiliki dan kapan akan memiliki anak. Melalui

tahapan konseling pelayanan KB, pasangan usia subur (PUS) dapat menentukan

pilihan kontrasepsi sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya berdasarkan informasi

yang telah mereka pahami, termasuk keuntungan dan kerugian, risiko metode

kontrasepsi dari petugas kesehatan.

Program Keluarga Berencana (KB) dilakukan dalam rangka mengatur

jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran. Sasaran program KB adalah Pasangan

Usia Subur (PUS) yang lebih dititikberatkan pada kelompok Wanita Usia Subur (WUS)

yang berada pada kisaran usia 15-49 tahun.

GAMBAR 6.10. PRESENTASE PESERTA KB AKTIF MENURUT METODE KONTRASEPSI

DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

Sumber: Dinas PP & KB, 2013

Page 72: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

63

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

IUD; 7,2 MOP; 0,1 MOW; 2,4

IMPLAN; 13,1

SUNTIK; 68,1

PIL; 7,4

KONDOM; 1,7

Dari gambar 6.10 dapat dilihat bahwa metode kontrasepsi yang paling

banyak digunakan oleh peserta KB aktif adalah suntikan (64,2%) dan terbanyak ke

dua adalah Pil (11,7%). Sedangkan metode kontrasepsi yang paling sedikit dipilih

oleh peserta KB aktif adalah Metoda Operasi Pria (MOP), yakni sebanyak 1,6%,

kemudian kondom sebanyak 0,9%.

Sedangkan pada peserta KB baru, persentase metode kontrasepsi yang

terbanyak digunakan adalah suntikan, yakni sebesar 48,56%. Metode terbanyak ke

dua adalah pil, sebesar 26,60%. Metode yang paling sedikit dipilih oleh para peserta

KB baru adalah metode operasi pria (MOP) sebanyak 0,25%, kemudian metode

operasi wanita (MOW) sebanyak 1,52%, dan kondom (6,09%). Gambaran mengenai

persentase peserta KB baru menurut metode kontrasepsi tahun 2013 selengkapnya

dapat dilihat pada gambar 5.17.

GAMBAR 6.11. PRESENTASE PESERTA KB BARU MENURUT METODE KONTRASEPSI

DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

Sumber: Dinas PP & KB, 2013

B. KESEHATAN ANAK

Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk

mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta

untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak. Upaya pemeliharaan kesehatan

anak dilakukan sejak janin masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan,

dan sampai berusia 18 (delapan belas) tahun. Upaya kesehatan anak antara lain

diharapkan untuk mampu menurunkan angka kematian anak. Indikator angka

kematian yang berhubungan anak adalah Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka

Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA).

Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2012, angka Kematian Neonatus (AKN) pada tahun 2012 sebesar 19 per 1000

kelahiran hidup menurun dari 20 per 1000 kelahiran hidup di tahun 2007 dan 23 per

Page 73: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

64

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

1000 kelahiran hidup berdasarkan hasil SDKI 2012.

Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal (0-28 hari)

menjadi penting karena kematian neonatal memberi kontribusi terhadap 56%

kematian bayi. Untuk mencapai target penurunan AKB pada MDG 2015 yaitu sebesar

23 per 1000 kelahiran hidup maka peningkatan akses dan kualitas pelayanan bagi

bayi baru lahir (neonatal) menjadi prioritas utama. Komitmen global dalam MDGs

menetapkan target terkait kematian anak yaitu menurunkan angka kematian anak

hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1990-2015.

Data dan informasi yang akan disajikan berikut ini menerangkan berbagai

indicator kesehatan anak yang meliputi prevalensi berat badan lahir rendah (BBLR),

penanganan komplikasi neonatal, kunjungan neonatal, pelayanan kesehatan bayi,

inisiasi menyusu dini, pemberian ASI eksklusif, pemberian vitamin A, penimbangan

balita di Posyandu, imunisasi dasar, pelayanan kesehatan balita, pelayanan kesehatan

pada siswa SD/setingkat, pelayanan kesehatan peduli remaja, pelayanan kesehatan

pada kasus kekerasan anak, dan pelayanan kesehatan anak terlantar dan anak jalanan

di panti.

1. Berat Badan Bayi Lahir

Berat bayi lahir adalah berat badan bayi yang di timbang dalam waktu satu

jam pertama setelah lahir. Hubungan antara waktu kelahiran dengan umur

kehamilan, kelahiran bayi dapat dikelompokan : bayi kurang bulan (prematur), yaitu

bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi (kehamilan) < 37 minggu (<259 hari). Bayi

cukup bulan, bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi antara 37-42 minggu (259 -

293 hari); dan bayi lebih bulan, bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi > 42

minggu (>294 hari).

Berkaitan dengan berat badan bayi lahir, bayi dapat dikelompokkan

berdasarkan berat lahirnya:, yaitu bayi berat lahir rendah (BBLR), yaitu berat lahir

<2500 gram, bayi berat lahir sedang, yaitu berat lahir antara 2500-3999 gram, dan

berat badan lebih, yaitu berat lahir ≥4000 gram.

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya

saat lahir kurang dari 2500 gram. Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah

prematuritas dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Hal ini dilakukan karena tidak

semua bayi yang berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bayi prematur.

Persentase balita (0-59 bulan) menurut berat badan lahir rendah menurut Puskesmas

tahun 2013 disajikan pada lampiran 6.12.

Page 74: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

65

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

0,80

1,15

1,70

1,75

1,95

1,95

2,28

2,57

3,36

3,47

3,61

3,96

4,13

4,51

4,65

4,66

4,77

5,19

5,33

5,62

6,07

6,14

6,58

6,68

7,91

9,15

9,50

9,72

9,77

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00

Bangun GalihTalang

KaladawaKalibakung

KupuBalapulang

LebaksiuAdiwerna

TarubBojongKramat

PagerbarangSuradadi

SlawiKambangan

JatibogorKesamiranPagiyantenJatinegaraBumijawaDukuhturiWarurejaPangkah

MargasariKesambi

DukuhwaruKedungbanteng

PenusupanDanasari

GAMBAR 6.12. PERSEBARAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH

MENURUT PUSKESMAS DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

Sumber: Bidang Kesga, Dinkes Kab.Tegal, 2013

Berdasarkan gambar di atas, diketahui bahwa persentase balita (0-59 bulan)

dengan BBLR tertinggi terdapat di Puskesmas Danasari (9,77%) dan terendah di

Puskesmas Bangun Galih (0,80%).

Masalah pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) terutama pada

prematur terjadi karena ketidakmatangan sistem organ pada bayi tersebut. Bayi berat

lahir rendah mempunyai kecenderungan ke arah peningkatan terjadinya infeksi dan

mudah terserang komplikasi. Masalah pada BBLR yang sering terjadi adalah gangguan

pada sistem pernafasan, susunan saraf pusat, kardiovaskular, hematologi, gastro

intestinal, ginjal, termoregulasi.

2. Penanganan Komplikasi Neonatal

Neonatal dengan komplikasi adalah neonatal dengan penyakit dan atau

kelainan yang dapat menyebabkan kecacatan dan atau kematian, seperti asfiksia,

Page 75: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

66

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR (berat

lahir < 2.500 gram), sindroma gangguan pernafasan, dan kelainan kongenital maupun

yang termasuk klasifikasi kuning dan merah pada pemeriksaan dengan Manajemen

Terpadu Bayi Muda (MTBM).

Komplikasi yang menjadi penyebab kematian terbanyak adalah asfiksia, bayi

berat lahir rendah dan infeksi (Riskesdas, 2007). Komplikasi ini sebetulnya dapat

dicegah dan ditangani. Namun terkendala oleh akses ke pelayanan kesehatan,

kemampuan tenaga kesehatan, keadaan sosial ekonomi, sistem rujukan yang belum

berjalan dengan baik, terlambatnya deteksi dini dan kesadaran orang tua untuk

mencari pertolongan kesehatan.

Penanganan neonatal dengan komplikasi adalah penanganan terhadap

neonatal sakit dan atau neonatal dengan kelainan atau komplikasi/ kegawat

daruratan yang mendapat pelayanan sesuai standar oleh tenaga kesehatan (dokter,

bidan atau perawat) terlatih baik di rumah, sarana pelayanan kesehatan dasar

maupun sarana pelayanan kesehatan rujukan.

Pelayanan sesuai standar antara lain sesuai dengan standar MTBM,

manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir, manajemen Bayi Berat Lahir Rendah, pedoman

pelayanan neonatal essensial di tingkat pelayanan kesehatan dasar, PONED, PONEK

atau standar operasional pelayanan lainnya.

Pada gambar 6.13 berikut disajikan gambaran cakupan penanganan

neonatal dengan komplikasi menurut Puskesmas di Kabupaten Tegal pada tahun

2013.

Page 76: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

67

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

9,82

20,71

27,87

32,44

35,95

38,19

43,81

51,49

61,82

68,52

73,33

73,79

81,74

83,73

85,53

85,75

86,14

91,51

115,20

116,03

123,88

126,17

127,54

127,64

131,85

132,77

141,61

142,62

164,74

203,90

0,00 50,00 100,00 150,00 200,00 250,00

Lebaksiu

Kalibakung

Warureja

Kramat

Kaladawa

Bojong

Bangun Galih

Jatibogor

Kesambi

Suradadi

Penusupan

Slawi

Kambangan

Pangkah

Pagerbarang

Dinkes Kab. Tegal

Kupu

Kedungbanteng

Margasari

Dukuhturi

Tarub

Bumijawa

Jatinegara

Talang

Dukuhwaru

Balapulang

Adiwerna

Danasari

Pagiyanten

Kesamiran

GAMBAR 6.13. CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI NEONATAL

MENURUT PUSKESMAS DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Kab. Tegal, 2013

Capaian penanganan neonatal dengan komplikasi mengalami peningkatan

dari tahun 2012 yang sebesar 66,48% menjadi 85,75% pada tahun 2013. Meskipun

terjadi peningkatan capaian, namun masih terdapat disparitas yang cukup besar antar

Puskesmas. Capaian tertinggi diperoleh Puskesmas Kesamiran yang mencapai

203,9% diikuti oleh Pagiyanten sebesar 164,74%, dan Danasari sebesar 142,62%.

Capaian terendah terdapat di Puskesmas Lebaksiu sebesar 9,82%, diikuti oleh

Kalibakung sebesar 20,71%, dan Warureja sebesar 27,87%.

Page 77: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

68

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

3. Pelayanan Kesehatan Neonatus

Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia sampai dengan 28 hari,

dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim menjadi

di luar rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem.

Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko

gangguan kesehatan paling tinggi. Pada usia yang rentan ini, berbagai masalah

kesehatan bisa muncul. Tanpa penanganan yang tepat, bisa berakibat fatal. Beberapa

upaya kesehatan dilakukan untuk mengendalikan risiko pada kelompok ini

diantaranya dengan mengupayakan agar persalinan dapat dilakukan oleh tenaga

kesehatan di fasilitas kesehatan serta menjamin tersedianya pelayanan kesehatan

sesuai standar pada kunjungan bayi baru lahir.

Masalah utama penyebab kematian pada bayi dan balita adalah pada masa

neonates (bayi baru lahir umur 0-28 hari). Menurut hasil Riskesdas 2007

menunjukkan bahwa 78,5% dari kematian neonatal terjadi pada umur 0-6 hari.

Komplikasi yang menjadi penyebab kematian terbanyak adalah asfiksia, bayi berat

lahir rendah dan infeksi.

Dengan melihat adanya risiko kematian yang tinggi dan berbagai serangan

komplikasi pada minggu pertama, maka setiap bayi baru lahir harus mendapatkan

pemeriksaan sesuai standar lebih sering (minimal 2 kali) dalam minggu pertama.

Langkah ini dilakukan untuk menemukan secara dini jika terdapat penyakit atau

tanda bahaya pada neonatus sehingga pertolongan dapat segera diberikan untuk

mencegah penyakit bertambah berat yang dapat menyebabkan kematian. Kunjungan

neonatus merupakan salah satu intervensi untuk menurunkan kematian bayi baru

lahir.

Terkait hal tersebut, pada tahun 2008 ditetapkan perubahan kebijakan

dalam pelaksanaan kunjungan neonatal, dari 2 kali yaitu satu kali pada minggu

pertama dan satu kali pada 8-28 hari, menjadi 3 kali yaitu dua kali pada minggu

pertama dan satu kali pada 8 – 28 hari. Dengan demikian, jadwal kunjungan neonatal

yang dilaksanakan saat ini adalah pada umur 6-48 jam, umur 3-7 hari dan umur 8-28

hari. Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program Kesehatan Ibu Anak

(KIA) dalam menyelenggarakan pelayanan neonatal yang komprehensif.

Kunjungan neonatal pertama (KN1) adalah cakupan pelayanan kesehatan

bayi baru lahir (umur 6 jam - 48 jam) di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

yang ditangani sesuai standar oleh tenaga kesehatan terlatih di seluruh sarana

pelayanan kesehatan. Pelayanan yang diberikan saat kunjungan neonatal adalah

pemeriksaan sesuai standar Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) dan konseling

Page 78: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

69

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

169,80

154,39

115,50

114,21

111,64

111,28

107,28

105,02

104,52

103,36

102,22

101,63

101,56

101,25

100,91

100,67

99,28

98,61

98,43

97,99

97,01

93,73

93,23

92,73

92,05

92,02

85,55

85,09

79,84

52,81

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 140,00 160,00 180,00

Danasari

Balapulang

Margasari

Pangkah

Dukuhwaru

Suradadi

Bangun Galih

Adiwerna

Pagerbarang

Tarub

Pagiyanten

Kesambi

Kedungbanteng

Penusupan

Kambangan

Jatibogor

Jatinegara

Warureja

Kaladawa

Dinkes Kab. Tegal

Dukuhturi

Slawi

Talang

Bojong

Kramat

Kesamiran

Kalibakung

Kupu

Bumijawa

Lebaksiu

perawatan bayi baru lahir termasuk ASI eksklusif dan perawatan tali pusat. Pada

kunjungan neonatal pertama (KN1), bayi baru lahir mendapatkan vitamin K1 injeksi

dan imunisasi hepatitis B0 bila belum diberikan pada saat lahir. Cakupan indikator

kunjungan neonatal pertama menurut puskesmas digambarkan pada gambar 6.14.

GAMBAR 6.14. CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL PERTAMA (KN1)

MENURUT PUSKESMAS DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

Selain KN1, indikator yang menggambarkan pelayanan kesehatan bagi

neonatal adalah KN lengkap yang mengharuskan agar setiap bayi baru lahir

memperoleh pelayanan Kunjungan Neonatal minimal 3 kali, yaitu 1 kali pada 6-48

jam, 1 kali pada 3-7 hari, 1 kali pada 8-28 hari sesuai standar di satu wilayah kerja

pada satu tahun.

Capaian Kunjungan Neonatal Lengkap di Kabupaten Tegal pada tahun 2013

sebesar 95,72%. Capaian ini telah memenuhi target program tahun 2013 sebesar

Page 79: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

70

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

160,15 146,99

113,12 112,05 110,78

107,80 107,28

103,90 103,20

101,16 100,14 100,13 99,60

97,53 97,14 97,01 95,97 95,72 95,64

93,00 92,02 91,18 90,97 90,39 90,34 89,24

85,55 84,49

79,59 52,59

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 140,00 160,00 180,00

Danasari

Balapulang

Pangkah

Margasari

Dukuhwaru

Suradadi

Bangun Galih

Adiwerna

Pagerbarang

Pagiyanten

Kedungbanteng

Kambangan

Jatibogor

Tarub

Warureja

Dukuhturi

Kaladawa

Kabupaten Tegal

Penusupan

Slawi

Kesamiran

Talang

Kramat

Jatinegara

Bojong

Kesambi

Kalibakung

Kupu

Bumijawa

Lebaksiu

90%. Terdapat 5 puskesmas yang masih dibawah target tersebut. Gambaran cakupan

kunjungan KN lengkap menurut provinsi di Indonesia terdapat pada gambar 5.13

berikut ini.

GAMBAR 6.15. CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL LENGKAP (KN LENGKAP) MENURUT PUSKESMAS DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

Sumber: Bidang Kesga, Dinkes Kab. Tegal, 2013

Pada gambar di atas terlihat bahwa pencapaian indikator KN lengkap

cukup baik di Indonesia yang dapat dilihat dari capaian yang cukup tinggi di sebagian

besar Puskesmas. Terdapat 24 Puskesmas telah mencapai target Renstra Dinas

Kesehatan tahun 2013, yaitu 90%, dimana capaian tertinggi terdapat di Puskesmas

Danasari sebesar 160,15%, diikuti oleh Balapulang sebesar 146,99%, dan Pangkah

sebesar 113,12%. Sedangkan Puskesmas dengan capaian terendah adalah Lebaksiu

sebesar 52,59%, diikuti oleh Bumijawa sebesar 79,59%, dan Kupu sebesar 84,49%.

Page 80: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

71

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

82,16 90,02

99,09 92,2 95,75

0

20

40

60

80

100

120

2009 2010 2011 2012 2013

Capaian KN lengkap secara kumulatif di tingkat Kabupaten mengalami

peningkatan dibandingkan tahun 2012, yaitu dari 92,20% meningkat menjadi 95,72%

pada tahun 2013.. Gambar berikut menampilkan cakupan KN lengkap dari tahun

2009 sampai dengan tahun 2013.

GAMBAR 6.16. CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL LENGKAP (KN LENGKAP)

DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2009 - 2013

Sumber: Bidang Kesga, Dinkes Kab. Tegal, 2013

Cakupan KN lengkap cenderung meningkat jika dibandingkan dengan

tahun sebelumnya yaitu 82,16% pada tahun 2009 menjadi 90,02% pada tahun 2010.

Namun demikian Cakupan KN Lengkap ini mengalami penurunan dari 99,09 pada

tahun 2011 menjadi 92,20% pada tahun 2012. Kemudian cakupan KN lengkap

menunjukkan kecenderungan peningkatan seiring dengan pemberlakuannya

kebijakan KN lengkap tahun 2008 yang mensyaratkan 3 kali kunjungan

diimplementasikan.

4. Pelayanan Kesehatan pada Bayi

Bayi juga merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap gangguan

kesehatan maupun serangan penyakit. Kesehatan bayi dan balita harus dipantau

untuk memastikan kesehatan mereka selalu dalam kondisi optimal. Pelayanan

kesehatan bayi termasuk salah satu dari beberapa indikator yang bisa menjadi

ukuran keberhasilan upaya peningkatan kesehatan bayi dan balita. Pelayanan

kesehatan pada bayi ditujukan pada bayi usia 29 hari sampai dengan 11 bulan dengan

memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang

memiliki kompetensi klinis kesehatan (dokter, bidan, dan perawat) minimal 4 kali,

yaitu pada 29 hari – 2 bulan, 3 – 5 bulan, 6 – 8 bulan dan 9 – 12 bulan sesuai standar

Page 81: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

72

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

36,59

65,42

68,65

71,95

81,89

83,12

84,44

86,35

87,65

90,80

94,34

95,68

96,47

97,59

98,93

101,10

104,22

106,80

111,58

114,12

118,24

120,00

122,79

125,47

127,15

129,01

137,14

139,97

146,34

147,14

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 140,00 160,00

TarubPagiyanten

BumijawaPenusupan

KedungbantengSuradadi

Bangun GalihKesambi

BojongKesamiranAdiwerna

SlawiJatinegara

KambanganMargasari

Kabupaten TegalTalang

KalibakungPagerbarang

KupuDanasariPangkah

JatibogorBalapulang

WarurejaDukuhwaru

DukuhturiKaladawaLebaksiu

Kramat

di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Pelayanan ini terdiri dari penimbangan berat badan, pemberian imunisasi

dasar (BCG, DPT/ HB1-3, Polio 1-4, dan Campak), Stimulasi Deteksi Intervensi Dini

Tumbuh Kembang (SDIDTK) bayi, pemberian vitamin A pada bayi, dan penyuluhan

perawatan kesehatan bayi serta penyuluhan ASI Eksklusif, pemberian makanan

pendamping ASI (MP ASI) dan lain-lain.

Gambaran capaian indikator ini di 29 Puskesmas menunjukkan bahwa

sebagian besar Puskesmas telah memenuhi target Renstra tahun 2013 seperti yang

disajikan pada gambar berikut ini:

GAMBAR 6.17. CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI MENURUT PUSKESMAS

DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

Sumber: Bidang Kesga, DInkes Kab. Tegal, 2013

Page 82: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

73

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

0,00 0,00

11,84 22,47

30,93 32,38

35,92 36,24 36,38 36,91

43,22 45,31 46,77 46,99

52,01 53,17

57,50 59,48

61,14 62,30

64,76 67,68 68,46 68,63 68,92 69,09

78,19 79,16

86,57 88,30

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00

Adiwerna

Kaladawa

Kramat

Pangkah

Pagiyanten

Kesamiran

Kesambi

Dukuhwaru

Bumijawa

Lebaksiu

Margasari

Dukuhturi

Jatibogor

Bangungalih

Kabupaten Tegal

Penusupan

Jatinegara

Kambangan

Balapulang

Pagerbarang

Talang

Bojong

Kedung Banteng

Tarub

Slawi

Danasari

Suradadi

Kalibakung

Warureja

Kupu

Pada gambar 5.14 di atas dapat dilihat bahwa terdapat 19 Puskesmas

(65,52%) dengan capaian melebihi 90%. Puskesmas Kramat memiliki capaian

tertinggi sebesar 147,14% diikuti oleh Lebaksiu sebesar 146,43% dan Kaladawa

sebesar 139,97%. Puskesmas Tarub memiliki capaian terendah sebesar 36,59%

diikuti oleh Pagiyanten sebesar 65,42%, dan Bumijawa sebesar 68,65%.

5. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif

Cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah

menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan dan

meneruskan menyusui anak sampai umur 24 bulan. Mulai umur 6 bulan, bayi

mendapat makanan pendamping ASI yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh

kembangnya.

ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi yang mengandung sel darah

putih, protein dan zat kekebalan yang cocok untuk bayi. ASI membantu pertumbuhan

dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi terhadap penyakit.

Gambaran pemberian ASI eksklusif menurut puskesmas disajikan pada gambar

berikut ini.

GAMBAR 6.17. CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN

MENURUT PUSKESMAS DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

Page 83: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

74

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

Permasalahan terkait pencapaian cakupan ASI Eksklusif antara lain:

a. Pemasaran susu formula masih gencar dilakukan untuk bayi 0-6 bulan yg tidak

ada masalah medis

b. Masih banyaknya perusahaan yang mempekerjakan perempuan tidak memberi

kesempatan bagi ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan untuk melaksanakan

pemberian ASI secara eksklusif. Hal ini terbukti dengan belum tersedianya ruang

laktasi dan perangkat pendukungnya

c. Masih banyak tenaga kesehatan ditingkat layanan yang belum peduli atau belum

berpihak pada pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif, yaitu

masih mendorong untuk memberi susu formula pada bayi 0-6 bulan.

d. Masih sangat terbatasnya tenaga konselor ASI

e. Belum maksimalnya kegiatan edukasi, sosialisasi, advokasi, dan kampanye

terkait pemberian ASI, dan belum semua rumah sakit melaksanakan 10 Langkah

MenujuKeberhasilan Menyusui (LMKM).

Upaya yang dilakukan dalam memecahkan masalah tersebut yaitu:

a. Pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian

ASI Eksklusif

b. Melakukan pelatihan konseling menyusui dan konseling Makanan Pendamping

ASI (MP-ASI). Sampai tahun 2012 telah dilakukan pelatihan konseling menyusui

kepada 3.929 orang dan MP-ASI sebanyak 416 orang.

c. Melaksanakan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM), yaitu:

1) Membuat kebijakan tertulis tentang menyusui dan dikomunikasikan kepada

semua staf pelayanan kesehatan ;

2) Melatih semua staf pelayanan dalam keterampilan menerapkan kebijakan

menyusui tersebut;

3) Menginformasikan kepada semua ibu hamil tentang manfaat dan manajemen

menyusui;

4) Membantu ibu menyusui dini dalam 30 menit pertama persalinan;

5) Membantu ibu cara menyusui dan mempertahankan menyusui meskipun ibu

dipisah dari bayinya;

6) Memberikan ASI saja kepada bayi baru lahir kecuali ada indikasi medis;

7) Menerapkan rawat gabung ibu dengan bayinya sepanjang waktu (24 jam);

8) Menganjurkan menyusui sesuai permintaan bayi;

9) Tidak memberi dot kepada bayi

10) Mendorong pembentukan kelompok pendukung menyusui dan merujuk ibu

kepada kelompok tersebut setelah keluar dari sarana pelayanan;

Page 84: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

75

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

d. Sosialisasi dan kampanye ASI Eksklusif

e. KIE melalui media cetak dan elektronik

f. Mengembangkan Strategi Peningkatan Pemberian ASI Eksklusif

g. Menciptakan lingkungan yang kondusif terhadap perilaku menyusui melalui

peraturan perundang-undangan dan kebijakan atau PP

h. Penguatan sarana pelayanan kesehatan (RS/RSIA, Puskesmas perawatan, klinik

bersalin) dalam menerapkan 10 LMKM

i. Peningkatan komitmen dan kapasitas stakeholder dalam meningkatan,

melindungi, dan mendukung pemberian ASI

j. Pemberdayaan ibu, keluarga, dan masyarakat dalam praktek pemberian ASI

k. Menjamin terlaksananya strategi pemberian ASI

l. Pengembangan peraturan perundangan-undangan dan kebijakan atau PP

m. Pelaksanaan revitalisasi RS dan sarana pelayanan kesehatan sayang bayi

n. Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan

o. Pemberdayaan ibu, bapak, dan keluarga, serta masyarakat

p. Perlindungan pekerja perempuan

q. Bekerjasama dengan lintas sektor terkait dalam pengawasan pemasaran susu

formula dan produk makanan bayi sesuai standar produk makanan (codex

alimentarius)

r. Advokasi dan promosi peningkatan pemberian ASI

6. Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A Balita Usia 6-59 Bulan

Sampai dengan usia enam bulan, ASI merupakan sumber utama vitamin A

jika ibu memiliki vitamin A yang cukup berasal dari makanan atau suplemen. Anak

yang berusia enam bulan sampai lima tahun dapat memperoleh vitamin A dari

berbagai makanan seperti hati, telur, ikan, minyak sawit merah, mangga dan papaya,

jeruk, ubi, sayur daun berwarna hijau dan wortel.

Anak memerlukan vitamin A untuk membantu melawan penyakit,

melindungi penglihatan mereka, serta mengurangi risiko meninggal. Anak yang

kekurangan vitamin A kurang mampu melawan berbagai potensi penyakit yang fatal

dan berisiko rabun senja. Oleh karena itu dilakukan pemberian kapsul vitamin A

dalam rangka mencegah dan menurunkan prevalensi kekurangan vitamin A (KVA)

pada balita. Cakupan yang tinggi dari pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi

terbukti efektif untuk mengatasi masalah KVA pada masyarakat.

Di beberapa negara dimana kekurangan vitamin A telah terjadi secara

luas, dan anak sering meninggal karena diare, dan campak, vitamin A dalam bentuk

kapsul dosis tinggi dibagikan dua kali dalam setahun kepada anak usia enam bulan

Page 85: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

76

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

hingga lima tahun. Diare dan campak dapat menguras vitamin A dari tubuh anak.

Anak yang menderita diare atau campak, atau menderita kurang gizi harus diobati

dengan suplemen vitamin A dosis tinggi yang bisa diperoleh dari petugas kesehatan

terlatih.

Masalah vitamin A pada balita secara klinis bukan lagi masalah kesehatan

masyarakat (prevalensi xeropthalmia < 0,5%). Hasil studi masalah gizi mikro di 10

kota pada 10 provinsi tahun 2006, diperoleh prevalensi xeropthalmia pada balita

0,13%, sedangkan hasil survey vitamin A pada tahun 1992 menunjukkan prevalensi

xeropthalmia sebesar 0,33%.

Namun demikian KVA subklinis, yaitu tingkat yang belum menampakkan

gejala nyata, masih ada pada kelompok balita. KVA tingkat subklinis ini hanya dapat

diketahui dengan memeriksa kadar vitamin A dalam darah di laboratorium. Selain itu,

sebaran cakupan pemberian vitamin A pada balita menurut puskesmas sudah

mencapai 97,76%. Namun demikian kegiatan pemberian vitamin A pada balita masih

perlu dilanjutkan, karena bukan hanya untuk kesehatan mata dan mencegah

kebutaan, namun lebih penting lagi, vitamin A meningkatkan kelangsungan hidup,

kesehatan dan pertumbuhan anak. Pemberian kapsul vitamin A dilakukan terhadap

bayi (6-11 bulan) dengan dosis 100.000 SI, anak balita (12-59 bulan) dengan dosis

200.000 SI, dan ibu nifas diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI, sehingga bayinya

akan memperoleh vitamin A yang cukup melalui ASI. Pemberian Kapsul Vitamin A

diberikan secara serentak setiap bulan Februari dan Agustus pada balita usia 6-59

bulan.

Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada balita usia 6-59 bulan di

Kabupaten Tegal tahun 2013 mencapai 97,76%. Capaian ini lebih rendah

dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 98,32%. Oleh karena itu, masih diperlukan

upaya untuk meningkatkan cakupan pemberian kapsul vitamin A. Upaya tersebut

antara lain melalui peningkatan integrasi pelayanan kesehatan anak, sweeping pada

daerah yang cakupannya masih rendah dan kampanye pemberian kapsul vitamin A.

Cakupan pemberian kapsul vitamin A menurut puskesmas ditampilkan pada gambar

6.18.

Page 86: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

77

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

92,74 93,48

94,47 94,65 94,73

95,24 96,04 96,31

97,14 97,15 97,32 97,50 97,51 97,70 97,76 97,81

98,31 98,61 98,62 98,68

99,15 99,23 99,47 99,61 99,74 99,92 99,94 100,00

100,57 107,88

85,00 90,00 95,00 100,00 105,00 110,00

DanasariBangun Galih

KesamiranBumijawa

SlawiAdiwerna

BojongPagerbarang

LebaksiuBalapulangKalibakungPenusupan

KupuPagiyantenKab. Tegal

DukuhwaruJatibogor

KedungbantengPangkahKesambi

JatinegaraWarureja

KambanganTalang

SuradadiKaladawaMargasariDukuhturi

TarubKramat

GAMBAR 6.18. CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA 6-59 BULAN MENURUT PUSKESMAS DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

Puskesmas dengan cakupan pemberian vitamin A tertinggi pada tahun

2013 adalah Puskesmas Kramat sebesar 107,88%, diikuti oleh Tarub sebesar

100,57% dan Dukuhturi sebesar 100,00%. Sedangkan cakupan terendah terdapat di

Puskesmas Danasari sebesar 92,74%, diikuti oleh Bangun Galiht sebesar 93,48% dan

Kesamiran sebesar 94,47%.

7. Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu (D/S)

Sejak lahir sampai dengan usia lima tahun, anak seharusnya ditimbang

secara teratur mengetahui pertumbuhannya. Cara ini dapat membantu untuk

mengetahui lebih awal tentang gangguan pertumbuhan, sehingga segera dapat

diambil tindakan tepat secepat mungkin.

Hasil penimbangan, dapat mengetahui apakah seorang anak terlalu cepat

bertambah berat badannya dibandingkan usianya atau tidak bertambah berat

Page 87: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

78

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

46,6 62,7

69,8 71,9 72,0 72,3 73,7

76,1 76,4

80,0 80,4 81,4 81,5 82,1 83,0 83,7 84,1 84,4 85,4 86,1 86,8 87,2 87,9 88,4 88,5 89,0 89,3

91,6 93,0

95,9

0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0

SuradadiKramat

MargasariKaladawaAdiwerna

SlawiKupu

KesamiranWarureja

DukuhturiKab. Tegal

DanasariBumijawa

PagerbarangKesambi

KalibakungKambangan

JatibogorBalapulangPagiyanten

TalangBangungalih

PenusupanBojongTarub

LebaksiuDukuhwaru

Kedung BantengPangkah

Jatinegara

badannya. Untuk itu memerlukan pemeriksaan berat badan anak lebih lanjut terkait

dengan tinggi badannya, yang dapat menentukan apakah seorang anak mempunyai

berat badan berlebih/kurang.

Kegiatan penimbangan balita di Posyandu (D/S) menjadi salah satu

indikator yang ditetapkan pada Renstra Dinas Kesehatan Tahun 2010-2014. Indikator

ini berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi pada balita, cakupan pelayanan

kesehatan dasar khususnya imunisasi serta penanganan prevalensi gizi kurang pada

balita. Dengan cakupan D/S yang tinggi, diharapkan semakin tinggi pula cakupan

vitamin A, cakupan imunisasi dan semakin rendah prevalensi gizi kurang.

Gambaran cakupan penimbangan balita di posyandu masing masing

Puskesma ditampilkan pada gambar 6.19 berikut.

GAMBAR 6.19. CAKUPAN PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU (D/S)

MENURUT PUSKESMAS DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

Sumber; Bidang Kesga dan Gizi, Dinkes Kab. Tegal, 2013

Page 88: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

79

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

Cakupan penimbangan balita di posyandu (D/S) di Kabupaten Tegal pada

tahun 2013 sebesar 80,4%. Cakupan ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2012 yang

sebesar 77,9%. Capaian pada tahun 2013 telah memenuhi target Renstra 2013

sebesar 80%. Pada tingkat Puskesmas terdapat 20 puskesmas dengan capaian

melebihi target 80%.

Puskesmas yang memiliki capaian tertinggi adalah Puskesmas Jatinegara

sebesar 95,9%, diikuti oleh Pangkah sebesar 93,0%, dan Puskesmas Kedungbanteng

sebesar 91,6%. Sedangkan capaian terendah terdapat di Puskesmas Suradadi sebesar

46,6%, diikuti oleh Kramat sebesar 62,7% dan Puskesmas Margasari sebesar 69,8%.

Setiap anak harus memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS) yang terdapat

dalam buku KIA agar dapat dipantau pertumbuhannya. Dengan KMS terlihat apakah

anak tumbuh dengan baik sesuai usianya. KMS diberikan pada orang tua pada saat

kunjungan balita ke Posyandu. Maka kunjungan balita ke Posyandu sangat berkaitan

dengan indikator D/S.

Namun demikian terdapat beberapa kendala yang dihadapi terkait

dengan kunjungan balita ke posyandu. Permasalahan tersebut antara lain : dana

operasional dan sarana prasarana untuk menggerakkan kegiatan Posyandu, tingkat

pengetahuan kader dan kemampuan petugas dalam pemantauan pertumbuhan dan

konseling, tingkat pemahaman keluarga dan masyarakat terhadap manfaat Posyandu,

serta pelaksanaan pembinaan kader. Data dan informasi tentang penimbangan balita

di posyandu pada tahun 2013 terdapat pada lampiran table 44.

8. Imunisasi

Setiap tahun lebih 1,4 juta anak di dunia meninggal karena berbagai

penyakit yang sesungguhnya dapat dicegah dengan imunisasi. Beberapa penyakit

menular yang termasuk ke dalam Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi

(PD3I) antara lain : Difteri, Tetanus, Hepatitis B, radang selaput otak, radang paru-

paru, pertusis, dan polio. Anak yang telah diberi imunisasi akan terlindungi dari

berbagai penyakit berbahaya tersebut, yang dapat menimbulkan kecacatan atau

kematian.

Proses perjalanan penyakit diawali ketika virus/ bakteri/ protozoa/ jamur,

masuk ke dalam tubuh. Setiap makhluk hidup yang masuk ke dalam tubuh manusia

akan dianggap benda asing oleh tubuh atau yang disebut dengan antigen. Secara

alamiah sistem kekebalan tubuh akan membentuk zat anti yang disebut antibodi

untuk melumpuhkan antigen. Pada saat pertama kali antibodi “berinteraksi” dengan

antigen, respon yang diberikan tidak terlalu kuat. Hal ini disebabkan antibodi belum

“mengenali” antigen. Pada interaksi antibodi-antigen yang ke-2 dan seterusnya,

Page 89: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

80

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

sistem kekebalan tubuh sudah memiliki “memori” untuk mengenali antigen yang

masuk ke dalam tubuh, sehingga antibodi yang terbentuk lebih banyak dan dalam

waktu yang lebih cepat.

Proses pembentukan antibodi untuk melawan antigen secara alamiah

disebut imunisasi alamiah. Sedangkan program imunisasi melalui pemberian vaksin

adalah upaya stimulasi terhadap sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan

antibodi dalam upaya melawan penyakit dengan melumpuhkan “antigen” yang telah

dilemahkan yang berasal dari vaksin. Imunisasi adalah suatu cara untuk

menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu

penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit

atau hanya sakit ringan.

Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk melindungi

penduduk terhadap penyakit tertentu. Program imunisasi diberikan kepada populasi

yang dianggap rentan terjangkit penyakit menular, yaitu bayi, anak usia sekolah,

wanita usia subur, dan ibu hamil.

a. Imunisasi Dasar pada Bayi

Imunisasi melindungi anak terhadap beberapa Penyakit yang Dapat

Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Seorang anak diimunisasi dengan vaksin yang

disuntikkan atau diteteskan melalui mulut. Pada beberapa negara hepatitis masih

menjadi masalah. Sepuluh dari 100 orang akan menderita hepatitis sepanjang

hidupnya jika tidak diberi vaksin hepatitis B. Sampai dengan seperempat dari

jumlah anak yang menderita hepatitis B dapat berkembang menjadi kondisi

penyakit hati yang serius, seperti kanker hati. Disamping itu wajib diberikan

imunisasi hepatitis B segera setelah bayi lahir untuk mencegah penularan virus

hepatitis dari ibu kepada anaknya.

Imunisasi BCG dapat melindungi anak dari penyakit tuberculosis.

Imunisasi DPT dapat mencegah penyakit diptheri, pertusis dan tetanus. Diptheri

menyebabkan infeksi saluran pernafasan atas, yang dalam beberapa kasus dapat

menyebabkan kesulitan bernafas bahkan kematian. Tetanus menyebabkan

kekakuan otot dan kekejangan otot yang menyakitkan dan dapat mengakibatkan

kematian. Pertusis atau batuk rejan mempengaruhi saluran pernafasan dana dapat

menyebabkan batuk hingga delapan minggu.

Semua anak perlu mendapatkan imunisasi polio. Tanda-tanda polio

adalah tungkai tiba tiba lumpuh dan sulit untuk bergerak. Dari 200 anak yang

terinfeksi polio, maka satu orang akan menjadi cacat sepanjang hidupnya.

Page 90: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

81

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

87,8

92,3

94,4

94,9

95,0

95,2

95,6

96,3

97,3

97,4

97,5

97,7

97,8

98,8

99,2

99,2

99,6

99,9

100,0

100,4

101,2

101,6

101,9

102,2

102,6

102,7

104,3

105,2

105,7

110,3

0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0

Suradadi

Kalibakung

Jatibogor

Pagiyanten

Lebaksiu

Balapulang

Bojong

Jatinegara

Pagerbarang

Talang

Kambangan

Kesambi

Penusupan

Slawi

Kab. Tegal

Bumijawa

Kesamiran

Warureja

Kupu

Dukuhturi

Kramat

Tarub

Pangkah

Margasari

Kedungbanteng

Adiwerna

Danasari

Kaladawa

Bangun Galih

Dukuhwaru

Sebagai salah satu kelompok yang menjadi sasaran program imunisasi,

setiap bayi wajib mendapatkan lima imunisasi dasar lengkap (LIL) yang terdiri

dari : 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis polio, 3 dosis hepatitis B, dan 1 dosis

campak. Dari kelima imunisasi dasar lengkap yang diwajibkan tersebut, campak

merupakan imunisasi yang mendapat perhatian lebih yang dibuktikan dengan

komitmen Indonesia pada lingkup ASEAN dan SEARO untuk mempertahankan

cakupan imunisasi campak sebesar 90%. Hal ini terkait dengan realita bahwa

campak adalah salah satu penyebab utama kematian pada balita. Dengan demikian

pencegahancampak memiliki peran signifikan dalam penurunan angka kematian

balita.

GAMBAR 6.20. CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK MENURUT PUSKESMAS

DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

Sumber: Seksi Imunisasi, Bidang P2P Dinkes Kab. Tegal, 2013

Page 91: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

82

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

Kabupaten Tegal memiliki cakupan imunisasi campak pada tahun 2013

sebesar 99,2%. Capaian tersebut telah memenuhi target 95% yang menjadi komitmen

target pada rencana strategis Dinas Kesehatan. Cakupan pada tahun 2013 mengalami

penurunan dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 100,7%. Pada tingkat Puskesmas,

terdapat 25 puskesmas yang telah berhasil mencapai target 95% seperti yang

disajikan pada gambar 5.18 berikut.

Kabupaten Tegal memiliki cakupan imunisasi campak pada tahun 2013

sebesar 99,2%. Capaian tersebut telah memenuhi target 95% yang menjadi komitmen

target pada rencana strategis Dinas Kesehatan. Cakupan pada tahun 2013 mengalami

penurunan dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 100,7%. Pada tingkat Puskesmas,

terdapat 25 puskesmas yang telah berhasil mencapai target 95% seperti yang

disajikan pada gambar 5.18 berikut.

Pada gambar 6.20 di atas dapat diketahui bahwa Puskesmas Dukuhwaru

memiliki capaian tertinggi sebesar 110,3% diikuti oleh Bangun Galih sebesar 105,7%

dan Kaladawa sebesar 105,2%. Sedangkan Puskesmas dengan cakupan terendah

adalah Puskesmas Suradadi sebesar 87,8%, diikuti oleh Kalibakung sebesar 92,3%

dan Jatibogor sebesar 94,4%.

Program imunisasi pada bayi mengharapkan agar setiap bayi

mendapatkan kelima jenis imunisasi dasar lengkap. Keberhasilan seorang bayi dalam

mendapatkan 5 jenis imunisasi dasar tersebut diukur melalui indikator imunisasi

dasar lengkap. Capaian indikator ini di Kabupaten Tegal pada tahun 2013 sebesar

90,00%. Angka ini telah memenuhi target Renstra pada tahun 2013 yang sebesar

88%. Dengan demikian terdapat 15 provinsi (45,45%) yang telah memenuhi target

Renstra tahun 2013.

Tiga puskesmas dengan capaian imunisasi dasar lengkap pada bayi yang

tertinggi pada tahun 2013 adalah di Puskesmas Dukuhwaru sebesar 108,9% diikuti

oleh Bangun Galih sebesar 105,7%, dan Kedungbanteng sebesar 102,6%. Sedangkan

tiga puskesmas dengan capaian terendah adalah Suradadi sebesar 87,8%, diikuti oleh

Warureja sebesar 88,4%, dan Kaladawa sebesar 91,3%. Data dan informasi terkait

imunisasi dasar pada bayi yang dirinci menurut puskesmas tahun 2013 terdapat pada

lampiran table 44.

Page 92: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

83

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

87,8

88,4

91,3

92,3

93,6

94,5

94,8

95,0

95,2

96,4

97,3

97,3

97,5

97,6

97,7

97,7

97,8

98,7

98,8

99,3

99,6

99,6

100,1

100,6

101,0

101,6

102,2

102,6

105,7

108,9

0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0

Suradadi

Warureja

Kaladawa

Kalibakung

Jatibogor

Pagiyanten

Lebaksiu

Bojong

Balapulang

Jatinegara

Pagerbarang

Talang

Kambangan

Kupu

Kesambi

Kab. Tegal

Penusupan

Bumijawa

Slawi

Pangkah

Kesamiran

Kramat

Dukuhturi

Danasari

Adiwerna

Tarub

Margasari

Kedungbanteng

Bangun Galih

Dukuhwaru

GAMBAR 6.21. CAKUPAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

MENURUT PUSKESMAS DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

b. Universal Child Immunization (UCI)

Indikator lain yang diukur untuk menilai keberhasilan pelaksanaan

imunisasi adalah Universal Child Immunization atau yang biasa disingkat UCI. UCI

adalah gambaran suatu desa/kelurahan dimana ≥ 80% dari jumlah bayi (0-11 bulan)

yang ada di desa/kelurahan tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap.

Target UCI pada Renstra Dinas Kesehatan tahun 2013 adalah sebesar 95%. Pada

tahun 2013 terdapat 29 puskesmas yang telah mencapai persentase desa UCI sebesar

100% atau 287 desa/kelurahan telah mencapai presentase UCI.

Imunisasi dasar pada bayi seharusnya diberikan pada anak sesuai dengan

umurnya. Pada kondisi ini, diharapkan sistem kekebalan tubuh dapat bekerja secara

optimal. Namun demikian, pada kondisi tertentu beberapa bayi tidak mendapatkan

Page 93: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

84

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

imunisasi dasar secara lengkap. Kelompok inilah yang disebut dengan drop out (DO)

imunisasi. Bayi yang mendapatkan imunisasi DPT/HB1 pada awal pemberian

imunisasi, namun tidak mendapatkan imunisasi campak, disebut Drop Out Rate

DPT/HB1- Campak. Indikator ini diperoleh dengan menghitung selisih penurunan

cakupan imunisasi campak terhadap cakupan imunisasi DPT/HB1.

Drop Out Rate imunisasi DPT/HB1-Campak pada tahun 2013 sebesar

0,55%. Angka ini lebih rendah dibandingkan tahun 2012 sebesar 3,6%. DO rate

DPT/HB1-campak diharapkan agar tidak melebihi 5%. Batas maksimal tersebut telah

berhasil dipenuhi sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2013. Pada tahun 2013

terdapat 19 puskesmas dengan DO rate ≤ 5%. Data dan informasi lebih rinci

mengenai drop out rate cakupan imunisasi pada tahun 2013 DPT/HB1-campak tahun

2013 terdapat pada lampiran table 39.

9. Pelayanan Kesehatan Anak Balita

Kehidupan anak, usia dibawah lima tahun merupakan bagian yang sangat

penting. Usia tersebut merupakan landasan yang membentuk masa depan kesehatan,

kebahagiaan, pertumbuhan, perkembangan, dan hasil pembelajaran anak di sekolah,

keluarga, masyarakat dan kehidupan secara umum.

Kesehatan bayi dan balita harus dipantau untuk memastikan kesehatan

mereka selalu dalam kondisi optimal. Untuk itu dipakai indikator-indikator yang bisa

menjadi ukuran keberhasilan upaya peningkatan kesehatan bayi dan balita, salah satu

diantaranya adalah pelayanan kesehatan anak balita. Adapun batasan anak balita

adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur 12 sampai dengan 59 bulan.

Pelayanan kesehatan pada anak balita dilakukan oleh tenaga kesehatan dan

memperoleh :

a. Pelayanan Pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun (Penimbangan berat

badan dan pengukuran tinggi badan minimal 8 kali dalam setahun).

b. Pemberian vitamin A dua kali dalam setahun yakni setiap bulan Februari dan

Agustus

c. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang balita minimal 2 kali

dalam setahun.

d. Pelayanan Anak Balita Sakit sesuai standar menggunakan Manajemen Terpadu

Balita Sakit (MTBS).

Capaian Indikator pelayanan kesehatan anak balita pada tahun 2013

sebesar 101,1%, yang berarti telah memenuhi target Renstra pada tahun 2013 yang

sebesar 90%. Capaian indikator ini juga mengalami peningkatan dibandingkan tahun

Page 94: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

85

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

36,59

65,42

68,65

71,95

81,89

83,12

84,44

86,35

87,65

90,80

94,34

95,68

96,47

97,59

98,93

101,1

104,22

106,80

111,58

114,12

118,24

120,00

122,79

125,47

127,15

129,01

137,14

139,97

146,34

147,14

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 140,00 160,00

Tarub

Pagiyanten

Bumijawa

Penusupan

Kedungbanteng

Suradadi

Bangun Galih

Kesambi

Bojong

Kesamiran

Adiwerna

Slawi

Jatinegara

Kambangan

Margasari

Kab.Tegal

Talang

Kalibakung

Pagerbarang

Kupu

Danasari

Pangkah

Jatibogor

Balapulang

Warureja

Dukuhwaru

Dukuhturi

Kaladawa

Lebaksiu

Kramat

2012 yang sebesar 87,6%. Capaian indikator menurut puskesmas juga menunjukkan

bahwa ada 20 puskesmas di Kabupaten Tegal memiliki capaian di atas 90% seperti

yang terlihat pada gambar berikut.

GAMBAR 6.21. CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN ANAK BALITA

MENURUT PUSKESMAS DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

Sumber: Seksi Anak, Bidang Kesga Dinkes Kab. Tegal, 2013

Pada indikator ini terdapat 9 puskesmas yang memiliki capaian kurang

dari target 90%, pada tahun 2013 sedangkan 20 puskesmas lainnya memiliki capaian

melebihi target 90%. Capaian tertinggi di Puskesmas Kramat sebesar 147,14%

disusul oleh Lebaksiu sebesar 146,34% dan Puskesmas Kaladawa sebesar 139,34%.

Sedangkan puskesmas dengan capaian terendah adalah Tarub sebesar 36,59%, diikuti

oleh Pagiyanten sebesar 65,48%, dan Bumijawa sebesar 68,65%. Data dan informasi

Page 95: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

86

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

menurut provinsi terkait upaya pelayanan kesehatan anak balita disajikan pada

lampiran table 43.

10. Pelayanan Kesehatan pada Siswa SD dan setingkat

Mulai masuk sekolah merupakan hal penting bagi tahap perkembangan

anak. Banyak masalah kesehatan terjadi pada anak usia sekolah, seperti misalnya

pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti menggosok gigi dengan

baik dan benar, mencuci tangan menggunakan sabun, karies gigi, kecacingan, kelainan

refraksi/ketajaman penglihatan dan masalah gizi. Pelayanan kesehatan pada anak

termasuk pula intervensi pada anak usia sekolah.

Anak usia sekolah merupakan sasaran yang strategis untuk pelaksanaan

program kesehatan, karena selain jumlahnya yang besar, mereka juga merupakan

sasaran yang mudah dijangkau karena terorganisir dengan baik. Sasaran dari

pelaksanaan kegiatan ini diutamakan untuk siswa SD/ sederajat kelas 1. Pemeriksaan

kesehatan dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama tenaga lainnya yang terlatih

(guru UKS/UKSG dan dokter kecil). Tenaga kesehatan disini adalah tenaga medis,

tenaga keperawatan atau petugas puskesmas lainnya yang telah dilatih sebagai

tenaga pelaksana UKS/ UKGS. Guru UKS/UKGS adalah guru kelas atau guru yang

ditunjuk sebagai pembina UKS/UKGS di sekolah dan telah dilatih tentang UKS/UKGS.

Dokter kecil adalah kader kesehatan sekolah yang biasanya berasal dari murid kelas 4

dan 5 SD dan setingkat yang telah mendapatkan pelatihan dokter kecil.

Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran tentang kebersihan dan

kesehatan gigi bisa dilaksanakan sedini mungkin. Kegiatan ini dilakukan untuk

meningkatkan pengetahuan siswa tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan

mulut pada khususnya dan kesehatan tubuh serta lingkungan pada umumnya.

Upaya kesehatan pada kelompok ini yang dilakukan melalui penjaringan

kesehatan terhadap murid SD/MI kelas 1 juga menjadi salah satu indikator yang

dievaluasi keberhasilannya melalui Renstra Kementerian Kesehatan. Kegiatan

penjaringan kesehatan selain untuk mengetahui secara dini masalah-masalah

kesehatan anak sekolah sehingga dapat dilakukan tindakan secepatnya untuk

mencegah keadaan yang lebih buruk, juga untuk memperoleh data atau informasi

dalam menilai perkembangan kesehatan anak sekolah, maupun untuk dijadikan

pertimbangan dalam menyusun perencanaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Kegiatan penjaringan kesehatan ini terdiri dari :

a. Pemeriksaan kebersihan perorangan (rambut, kulit dan kuku)

b. Pemeriksaan status gizi melalui pengukuran antropometri

c. Pemeriksaan ketajaman indera (penglihatan dan pendengaran)

Page 96: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

87

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

d. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut

e. Pemeriksaan laboratorium untuk anemia dan kecacingan

f. Pengukuran kebugaran jasmani dan deteksi dini masalah mental emosional.

Penjaringan kesehatan dinilai dengan menghitung persentase SD/MI yang

melakukan penjaringan kesehatan terhadap seluruh SD/MI yang menjadi sasaran

penjaringan. Cakupan SD atau sederajat yang melaksanakan penjaringan kesehatan

untuk siswa kelas 1 pada tahun 2013 di Kabupaten Tegal yang sebesar 95,9%

mengalami penurunan dibandingkan tahun 2012 dengan cakupan sebesar 96,2%.

Walaupun terjadi penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, capaian tersebut juga

telah memenuhi target Renstra 2013 yang sebesar 95%.

Berdasarkan gambar 5.20 diketahui bahwa ada 11 puskesmas belum

memenuhi target 95% dan 18 puskesmas yang telah mencapai target Renstra 2013.

Ada empat puskesmas dengan capaian 100%, yakni puskesmas Dukuhturi,

Kedungbanteng, Kalibakung dan Margasari. Kemudian diikuti oleh Puskesmas Talang

sebesar 99,7%, Lebaksiu sebesar 99,2%, dan Dukuhwaru sebesar 99,1%. Sedangkan

capaian terendah terdapat di Puskesmas Danasari sebesar 86,1%, diikuti oleh

Kaladawa sebesar 87,9%, dan Jatibogor dengan cakupan sebesar 91,2%.

Masih adanya puskesmas yang belum memenuhi target Renstra Dinas

Kesehatan dapat disebabkan oleh beberapa masalah. Masalah utama yang sering

ditemukan di daerah adalah kurangnya tenaga di Puskesmas sedangkan jumlah

SD/MI cukup banyak, sehingga untuk melaksanakan penjaringan kesehatan

membutuhkan waktu lebih lama. Selain itu juga manajemen pelaporan belum

terintegrasi dengan baik. Walaupun kegiatan penjaringan kesehatan telah

dilaksanakan di Puskesmas namun pengelola program UKS di Puskesmas berada pada

struktur organisasi yang berbeda sehingga menjadi penyebab koordinasi pencatatan

dan pelaporan tidak berjalan dengan baik . Data dan informasi tentang cakupan

penjaringan siswa SD/sederajat kelas 1 menurut puskesmas terdapat pada lampiran

46.

Page 97: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

88

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

86,1

87,9

91,2

91,4

92,2

92,7

93,3

93,4

94,0

94,1

94,4

95,0

95,2

95,3

95,6

95,9

96,5

97,1

97,4

98,0

98,5

98,5

98,6

99,1

99,2

99,7

100,0

100,0

100,0

100,0

75,0 80,0 85,0 90,0 95,0 100,0 105,0

DanasariKaladawaJatibogor

BalapulangJatinegara

PagerbarangKesamiran

SuradadiSlawi

PagiyantenBumijawa

BojongTarub

WarurejaKambangan

Kab. TegalPangkahKesambi

KupuPenusupan

Bangun GalihKramat

AdiwernaDukuhwaru

LebaksiuTalang

MargasariKalibakung

KedungbantengDukuhturi

GAMBAR 5.19. CAKUPAN PENJARINGAN SISWA SD/MI SETINGKATMENURUT PUSKESMAS

DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

Sumber: Seksi Pemberdayaan Masyarakat, Bidang PKPL, Dinkes 2013

C. GIZI KELURAGA

Setiap tahun lebih dari sepertiga kematian anak di dunia berkaitan dengan

masalah kurang gizi, yang dapat melemahkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.

Ibu yang mengalami kekurangan gizi pada saat hamil, atau anaknya mengalami

kekurangan gizi pada usia 2 tahun pertama, pertumbuhan serta perkembangan fisik

dan mentalnya akan lambat.

Salah satu indikator kesehatan yang dinilai pencapaiannya dalam MDGs

adalah status gizi balita. Status gizi anak balita diukur berdasarkan umur, berat badan

(BB) dan tinggi badan (TB). Variabel umur, BB dan TB ini disajikan dalam bentuk tiga

indikator antropometri, yaitu : berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan

Page 98: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

89

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Indikator

status gizi berdasarkan indeks BB/U memberikan indikasi masalah gizi secara umum.

Indikator ini tidak memberikan indikasi tentang masalah gizi yang sifatnya kronis

ataupun akut karena berat badan berkorelasi positif dengan umur dan tinggi badan.

Dengan kata lain, berat badan yang rendah dapat disebabkan karena pendek (masalah

gizi kronis) atau sedang menderita diare atau penyakit infeksi lain (masalah gizi

akut).

Menurut Laporan Bidang Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat, pada

tahun 2013, terdapat 6,66% balita kekurangan gizi yang terdiri dari 5,6% balita

berstatus gizi kurang dan 1,04% berstatus gizi buruk. Sebesar 1,20% balita dengan

gizi lebih. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007 (18,4 %)

dan tahun 2010 (17,9 %), prevalensi kekurangan gizi pada balita tahun 2013 terlihat

lebih baik dengan capaian nasional. Untuk mencapai sasaran MDGs tahun 2015 yaitu

15,5% maka prevalensi gizi buruk-kurang secara nasional harus diturunkan sebesar

4.1 % dalam periode 2013 sampai 2015.

Indikator gizi yang lain yaitu tinggi badan menurut umur (TB/U)

memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan

yang berlangsung lama. Misalnya: kemiskinan, perilaku hidup tidak sehat, dan pola

asuh/pemberian makan yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan yang

mengakibatkan anak menjadi pendek. Indikator status gizi berdasarkan indeks BB/TB

memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari peristiwa

yang terjadi dalam waktu yang tidak lama (singkat). Misalnya: terjadi wabah penyakit

dan kekurangan makan (kelaparan) yang mengakibatkan anak menjadi kurus.

Indikator BB/TB dan IMT/U dapat digunakan untuk identifikasi kurus dan

gemuk. Masalah kurus dan gemuk pada umur dini dapat berakibat pada risiko

berbagai penyakit degenerative pada saat dewasa.

Page 99: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

90

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

PENGENDALIAN PENYAKIT DAN KESEHATAN LINGKUNGAN Bab 7 berisi pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan. Data

mengenai pengendalian penyakit terdiri atas penyakit menular dan penyakit tidak

menular. Penyakit menular meliputi penyakit menular langsung dan penyakit yang

ditularkan melalui binatang. Situasi penyakit, baik kesakitan maupun kematian,

merupakan indikator dalam menilai derajat kesehatan suatu masyarakat.

A. PENGENDALIAN PENYAKIT

Selain membahas pengendalian penyakit yang menjadi prioritas

pembangunan kesehatan nasional, pada subbab ini juga dibahas pengendalian penyakit

di daerah tropis yang salah satunya disebabkan oleh nyamuk, juga neglected disease

seperti filariasis.

1. Penyakit Menular

a. Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi

bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyebar melalui droplet orang

yang telah terinfeksi basil tuberkulosis.

Beban penyakit yang disebabkan oleh tuberkulosis dapat diukur dengan

case notification rate (CNR) dan prevalensi (didefinisikan sebagai jumlah kasus

tuberkulosis pada suatu titik waktu tertentu) dan mortalitas/kematian

(didefinisikan sebagai jumlah kematian akibat tuberkulosis dalam jangka waktu

tertentu).

1) Kasus Baru BTA Positif

Pada tahun 2013 ditemukan jumlah kasus baru BTA positif (BTA+)

sebanyak 1.135 kasus, menurun bila dibandingkan kasus baru BTA+ yang

ditemukan tahun 2012 yang sebesar 202.301 kasus. Jumlah kasus tertinggi yang

dilaporkan terdapat di Puskesmas dengan jumlah penduduk yang besar yaitu

Adiwerna, Kalibakung, dan Bumijawa. Menurut jenis kelamin, kasus BTA+ pada

laki-laki lebih tinggi daripada perempuan yaitu hampir 1,5 kali dibandingkan

kasus BTA+ pada perempuan. Pada masing-masing puskesmas di Kabupaten Tegal

kasus BTA+ lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Kecuali

di puskesmas Penusupan, Dukuhwaru, Kramat dan Puskesmas Bangungalih.

Disparitas paling tinggi antara laki-laki dan perempuan terjadi di Puskesmas

Pagiyanten, kasus pada laki-laki dua kali lipat dari kasus pada perempuan.

Page 100: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

91

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

66,16

76,79 74,2

65,68

68,62

61,13 59,86

75,6 75,9

75,6

65

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Proporsi pasien baru BTA positif di antara semua kasus Tb

menggambarkan prioritas penemuan pasien Tb yang menular di antara seluruh

pasien Tb paru yang diobati. Angka ini diharapkan tidak lebih rendah dari 65%.

Apabila proporsi pasien baru BTA+ di bawah 65% maka hal itu menunjukkan

mutu diagnosis yang rendah dan kurang memberikan prioritas untuk menemukan

pasien yang menular (pasien BTA+).

GAMBAR 7.1. PROPORSI BTA + DIANTARA KASUS TB PARU

DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

Sumber: Seksi P2 Pemberantasan, Dinkes Kab.Tegal, 2013

Gambar 6.1 memperlihatkan bahwa sampai dengan tahun 2013 proporsi

pasien baru BTA+ di antara seluruh kasus sudah mencapai target yang diharapkan

meskipun tidak terlalu jauh berada di atas target minimal yang sebesar 65%.

Perkiraan jumlah penderita baru TB Paru BTA (+) di Kabupaten Tegal,

pada tahun 2013 sebesar 107 per 100.000 penduduk, artinya diperkirakan di

Kabupaten Tegal terdapat 1.192 penderita TB Paru baru BTA (+). Jumlah penderita

TB Paru baru BTA (+) yang ditemukan pada tahun 2013 sebanyak 1.135 orang

maka didapatkan angka cakupan penemuan penderita TB Paru baru (+) atau Case

Detection Rate (CDR) sebesar 75,8%. Angka pencapaian CDR di Kabupaten Tegal

tahun 2013 tidak mencapai target renstra Dinas Kesehaatn tahun 2013 sebesar

85%,

Hal itu mengindikasikan pentingnya prioritas dan kerja keras untuk

menemukan kasus BTA+. Namun, sebanyak 9 puskesmas (31,03%) puskesmas

telah mencapai target tersebut. Puskesmas Margasari, Danasari dan Puskesmas

Kesambi merupakan puskesmas dengan proporsi pasien penderita TB Paru baru

BTA+ di antara seluruh kasus yang terendah yaitu masih di bawah 50%.

Page 101: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

92

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

41,0

42,1

44,4

51,7

52,0

53,8

59,4

62,3

62,5

64,7

65,8

69,4

69,8

71,4

75,6

76,2

76,9

79,5

80,0

81,3

83,9

87,2

88,4

89,3

89,3

89,7

91,7

94,1

100,0

100,0

0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0

Margasari

Danasari

Kesambi

Kramat

Kambangan

Penusupan

Balapulang

Pangkah

Slawi

Bangun Galih

Lebaksiu

Kaladawa

Talang

Dukuhwaru

Kab. Tegal

Jatinegara

Kedungbanteng

Tarub

Bojong

Kesamiran

Bumijawa

Kalibakung

Warureja

Adiwerna

Kupu

Dukuhturi

Pagiyanten

Jatibogor

Pagerbarang

Suradadi

GAMBAR 7.2. PROPORSI BTA + DIANTARA KASUS TB PARU

DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

Angka penemuan TB Paru (CDR) merupakan salah satu indikator

keberhasilan program TB Paru di Puskesmas dan Dinas Kesehatan. Semakin

rendah angka penemuan ini berarti semakin banyak kasus TB Paru yang belum

terdeteksi dan belum terobati sehingga dapat menjadi sumber penularan bagi

lingkungan sekitar para penderita tersebut.Oleh karena itu perlu adanya

peningkatan upaya penemuan kasus secara aktif oleh petugas kesehatan. Selain itu

pengembangan PPM (public private mix) dalam penanggulangan TB dengan

melibatkan, dokter praktek swasta, LSM, dan masyarakat. Gambaran CDR menurut

Puskesmas adalah sebagai berikut:

Page 102: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

93

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

17

5,4

11

2,5

10

6,4

86

,2

75

,0

74

,9

70

,0

63

,6

63

,5

61

,1

59

,5

58

,5

58

,1

57

,4

55

,8

51

,7

49

,2

46

,1

42

,9

42

,2

40

,6

37

,9

34

,7

34

,2

32

,1

24

,1

23

,0

20

,3

11

,8

75

,6

0,020,040,060,080,0

100,0120,0140,0160,0180,0200,0

KA

LIB

AK

UN

GB

OJO

NG

AD

IWE

RN

AB

AL

AP

UL

AN

GT

AL

AN

GM

AR

GA

SA

RI

KE

DU

NG

BA

NT

EN

GD

UK

UH

TU

RI

KU

PU

TA

RU

BW

AR

UR

EJO

PA

GIY

AN

TE

NB

UM

IJA

WA

PA

GE

R B

AR

AN

GJA

TIN

EG

AR

AP

AN

GK

AH

LE

BA

KSI

UK

AL

AD

AW

AK

ES

AM

BI

KE

SA

MIR

AN

SUR

OD

AD

IJA

TIB

OG

OR

DA

NA

SAR

IK

AM

BA

NG

AN

DU

KU

HW

AR

UB

AN

GU

N G

AL

IHK

RA

MA

TSL

AW

IP

EN

USU

PA

N

KA

B.T

EG

AL

GAMBAR 7.3. CAKUPAN PENEMUAN TB PARU (CDR) MENURUT PUSKESMAS

DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

Sumber: Seksi Pemberantasan, Bidang P2P Dinkes, 2013

Gambar di atas menunjukan cakupan penemuan penderita TB Paru baru

(+) atau Case Detection Rate (CDR) di Kabupaten Tegal sebesar 75,8%. Puskesmas

dengan angka pencapaian CDR tertinggi adalah Puskesmas Kalibakung (175,4%),

Bojong (112,5%) dan Puskesmas Adiwerna (106,4%) sedangkan puskesmas

dengan pencapaian terendah adalah Puskesmas Penusupan (11,8%), Slawi

(20,3%) dan Puskesmas Kramat (23,0%).

2) Angka Keberhasilan Pengobatan (Succes Rate)

Salah satu upaya untuk mengendalikan TB yaitu dengan pengobatan.

Indikator yang digunakan sebagai evaluasi pengobatan yaitu angka keberhasilan

pengobatan (success rate). Angka keberhasilan pengobatan ini dibentuk dari angka

kesembuhan dan angka pengobatan lengkap.

Evaluasi pengobatan pada penderita TB pau BTA (+) dilakukan melalui

pemeriksaan dahak mikroskopis pada akhir fase intensif satu bulan sebelum akhir

pengobatan dan pada akhir pengobatan dengan hasil pemeriksaan negatif.

Dinyatakan sembuh bila hasil pemeriksaan dahak pada akhir pengobatan

ditambah minimal satu kali pemeriksaan sebelumnya (sesudah fase awal atau satu

bulan sebelum akhir pengobatan) hasilnya negatif. Target angka kesembuhan

(cure rate) yang harus dicapai minimal 85% dan angka keberhasilan pengobatan

(sukses rate) : 90%. Berikut ini digambarkan angka kesembuhan dan keberhasilan

pengobatan tahun 2004-2013.

Page 103: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

94

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Cure Rate 92,2 88,6 90,3 87,6 89,1 88,4 87,2 85,9 85,5 89,8

Succes Rate 92,5 92,4 92,4 90,7 92,9 93,1 92,7 89,9 89,8 91,6

80

82

84

86

88

90

92

94

GAMBAR 7.4. ANGKA KESEMBUHAN DAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TB PARU MENURUT

PUSKESMAS DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

Sumber: Seksi P2 Pemberantasan, Bidang P2P Dinkes Kab. Tegal, 2013

Pada Gambar 7.4 terlihat perkembangan angka keberhasilan pengobatan

tahun 2004-2013. Pada tahun 2013 angka keberhasilan pengobatan sebesar

91,6%. WHO menetapkan standar angka keberhasilan pengobatan sebesar 85%.

Dengan demikian pada tahun 2013, Kabupaten Tegak telah mencapai standar

tersebut. Sementara Dinas Kesehatan menetapkan target Renstra minimal 90%

untuk angka keberhasilan pengobatan pada tahun 2013. Berdasarkan hal tersebut,

capaian angka keberhasilan pengobatan tahun 2013 yang sebesar 91,6% juga telah

memenuhi target Renstra.

Angka kesembuhan tahun 2013 di Kabupaten Tegal sebesar : 89,8%

dengan perincian angka kesembuhan di puskesmas : 91,58% dan Rumah Sakit :

54%. Sedangkan angka keberhasilan pengobatan sebesar : 92.45% dengan

perincian puskesmas : 94% dan Rumah Sakit 81,65%. Masih rendahnya angka

kesembuhan di RS dikarenakan pasien default (menghentikan pengobatan

sebelum waktunya) yaitu sebesar 17%. Tingginya angka default dan belum

terlibatnya Dokter praktek swasta dalan penanggulangan TB dengan strategi DOTS

berpotensi timbulnya MDR (multidrug resisten).

b. HIV & AIDS

HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi

Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi

tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh

sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain.

Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai

HIV positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3

Page 104: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

95

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

8

19 23

53

5 8

20

32

0

10

20

30

40

50

60

2010 2011 2012 2013

HIV AIDS

metode, yaitu pada layanan Voluntary, Counseling, and Testing (VCT), sero survey,

dan Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP).

Perkembangan HIV positif sampai tahun 2013 disajikan pada Gambar 7.5

berikut ini.

GAMBAR 7.5. JUMLAH KASUS BARU HIV POSITIVE DAN AIDS

DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

Kasus HIV dan AIDS dalam empat tahun terakhir (2010-2013) cenderung

meningkat, perkembangan jumlah kasus baru HIV positif pada tahun 2013 kembali

mengalami peningkatan secara signifikan, dengan kenaikan mencapai 56,6%

dibanding tahun 2012. Kasus terbanyak pada kelompok risiko tinggi yaitu WPS

dan pasangan risiko tinggi, dengan usia antara 35-45 tahun.

c. Pneumonia

Pneumonia adalah penyakit yang disebabkan kuman pneumococcus,

staphylococcus, streptococcus, dan virus. Gejala penyakit pneumonia yaitu

menggigil, demam, sakit kepala, batuk, mengeluarkan dahak, dan sesak napas.

Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2

tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun dan orang yang memiliki masalah kesehatan

(malnutrisi, gangguan imunologi).

Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini yaitu

dengan meningkatkan penemuan pneumonia pada balita. Perkiraan kasus

pneumonia pada balita di suatu wilayah sebesar 10% dari jumlah balita di wilayah

tersebut. Berikut ini gambaran penemuan peneumonia pada balita tahun 2010-

2013.

Page 105: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

96

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

54,1 53,3

72,49

58,25

0

20

40

60

80

2010 2011 2012 2013

GAMBAR 7.6. CAKUPAN PENEMUAN DAN PENANGANAN PNEUMONIA PADA BALITA

DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2010-2013

Sumber : Bidang P2P, Dinkes Kab.Tegal 2013

Sampai dengan tahun 2013, angka cakupan penemuan dan penanganan

pneumonia pada balita tidak mengalami perkembangan berarti yaitu berkisar

antara 50%-58%. Selama beberapa tahun terakhir cakupan penemuan pneumonia

tidak pernah mencapai target nasional, termasuk target tahun 2013 yang sebesar

80%.

d. Kusta

Penyakit Kusta disebut juga sebagai penyakit Lepra atau penyakit Hansen

disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini mengalami proses

pembelahan cukup lama antara 2–3 minggu. Daya tahan hidup kuman kusta

mencapai 9 hari di luar tubuh manusia. Kuman kusta memiliki masa inkubasi 2–5

tahun bahkan juga dapat memakan waktu lebih dari 5 tahun. Penatalaksanaan

kasus yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi progresif, menyebabkan

kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak, dan mata.

Selama periode 2009-2013, angka penemuan kasus baru kusta pada

tahun 2013 meningkat menjadi sebesar 1,5 per 100.000 penduduk. Sedangkan

angka prevalensi kusta berkisar antara 1,4 hingga 1,56 per 10.000 penduduk dan

belum mencapai target renstra < 1 per 10.000 penduduk (< 10 per 100.000

penduduk).

Page 106: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

97

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

1,3

1,4 1,6

1,41

1,5 1,4

1,3

1,58

1,47 1,56

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1,4

1,6

1,8

2009 2010 2011 2012 2013

Prevalensi CDR

GAMBAR 7.7. ANGKA PREVALENSI DAN ANGKA PENEMUAN KASUS BARU KUSTA (NCDR) DI

KABUPATEN TEGAL TAHUN 2010-2013

Berdasarkan bebannya, kusta dibagi menjadi 2 kelompok yaitu beban

kusta tinggi (high burden) dan beban kusta rendah (low burden). Provinsi disebut

high burden jika NCDR (new case detection rate: angka penemuan kasus baru)> 10

per 100.000 penduduk dan atau jumlah kasus baru lebih dari 1.000, sedangkan

low burden jika NCDR < 10 per 100.000 penduduk dan atau jumlah kasus baru

kurang dari 1.000 kasus.

Kabupaten Tegal merupakan salah satu dari 9 kabupaten/kota di Propinsi

Jawa Tengah yang mempunyai kasus kusta tinggi (high endemic), karena

prevalence rate lebih dari 1/10.000 penduduk dan CDR lebih dari 5/100.000

penduduk. Kabupaten/kota di Jawa Tengah dengan high endemic lainnya adalah

Kabupaten Brebes, Pekalongan, Pemalang, Blora, Rembang, Kota Pekalongan,

Jepara, Grobogan, Pati, Kudus dan Demak.

Pada tahun 2013 dilaporkan 234 kasus baru kusta, lebih tinggi

dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 220 kasus. Sebesar 194 kasus di antaranya

merupakan tipe Multi Basiler, sedangkan 40 kasus merupakan penderita kusta tipe

Pausi basiler.

Persentase penderita kusta selesai berobat (RFT), kusta type PB (Pausi

Basiler) pada tahun 2013 tahun 2012 sebesar 100% meningkat dibandingkan

tahun 2012 sebesar 9%. Sedangkan RFT kusta type MB ( Multi Basiler) pada tahun

2013 sebesar 87.73%, meningkat dibandingkan dengan pada tahun 2012 sebesar

84,5%, angka ini belum mencapai target renstra 90%. Evaluasi RFT ini pada

penderita baru kusta yang diobati tahun 2011 untuk kusta PB dan tahun 2010

pada kusta type MB, karena pengobatan kusta memerlukan waktu 6 – 12 bulan.

Page 107: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

98

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

14,5

10,6

21,1

15,1

22

9,36

18,6

13

21,4

11,9

0

5

10

15

20

25

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Target angka RFT berdasarkan SPM 2010 adalah > 90% agar dapat memutuskan

rantai penularan penyakit kusta.

Upaya yang dilakukan untuk mencapai eliminasi kusta (prevalensi kurang

1 per 10.000 penduduk ) antara lain : 1) Penemuan penderita secara aktif melalui

kegiatan kampanye eliminasi kusta (LEC), 2) Peningkatan ketrampilan petugas

puskesmas dalam menemukan penderita kusta sedini mungkin, 3) Peningkatkan

kesadaran masyarakat dengan menghilangkan stigma yang ada di masyarakat.

Pengendalian kasus kusta antara lain dengan meningkatkan deteksi kasus

sejak dini. Indikator yang digunakan untuk menunjukkan keberhasilan dalam

mendeteksi kasus baru kusta yaitu angka cacat tingkat dua (II). Angka cacat tingkat

II pada tahun 2013 sebesar 11,97 per 10.000 penduduk, menurun dibanding tahun

sebelumnya yang sebesar 21,4 per 10.000 penduduk. Berikut grafik angka cacat

tingkat 2 selama sepuluh tahun terakhir.

GAMBAR 7.8. ANGKA CACAT TINGKAT II PENDERITA KUTA

DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2005-2013

Sumber: Bidang P2P Dinkes Kab. Tegal, 2013

Puskesmas dengan angka cacat tingkat II per 10.000 penduduk tertinggi

pada tahun 2013 yaitu Puskesmas Bojong sebesar 50%, Jatibogor, Suradadi dan

Kedungbanteng masing masing sebesar 40%, dan Puskesmas Kramat sebesar

37,5%. Hal itu menunjukkan kemampuan mendeteksi kasus baru kusta di ketiga

puskesmas tersebut masih rendah.

Page 108: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

99

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

6,3 7,7 7,7

9,1 10,5

11,97 15,8 16,7 16,7

20,0 25,0 25,0 25,0

37,5 40,0 40,0 40,0

50,0

0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0

BumijawaDanasari

Balapulang

Kalibakung

KambanganJatinegara

Penusupan

SlawiDukuhwaru

PagiyantenTalang

TarubAdiwernaMargasari

KaladawaKupu

Pangkah

Kab.TegalPagerbarang

KesambiDukuhturi

Lebaksiu

KesamiranBangun Galih

WarurejaKramat

Kedungbanteng

SuradadiJatibogor

Bojong

GAMBAR 7.9. ANGKA CACAT TINGKAT II PENDERITA KUSTA MENURUT PUSKESMAS

DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2005-2013

e. Diare

Penyakit Diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga

merupakan penyakit potensial KLB yang sering disertai dengan kematian. Menurut

hasil Riskesdas 2007, Diare merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi

(31,4%) dan pada balita (25,2%), sedangkan pada golongan semua umur

merupakanpenyebab kematianyang ke empat (13,2%).

Jumlah penderita pada KLB diare tahun 2013 menurun secara signifikan

dibandingkan tahun 2012 dari 1.654 kasus menjadi 646 kasus pada tahun 2013.

KLB diare pada tahun 2013 terjadi di 6 provinsi dengan penderita terbanyak

terjadi di Jawa Tengah yang mencapai 294 kasus.

Incidence Rate diare Kabupaten Tegal tahun 2012 sebesar 39,74% per

1000 penduduk, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2011

yaitu 38,0 per 1000 penduduk dan 2010 yaitu sebesar 35,4 per 1000 penduduk.

Sedangkan Case Fatality Rate diare pada tahun 2012 sebesar 0,004% meningkat

jika dibandingkan tahun 2011 sebesar 0,0% dan sama dengan tahun 2010 yaitu

sebesar 0,004%.

Page 109: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

100

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

Cakupan penanganan penderita diare di Kabupaten Tegal pada tahun

2012 yang dilaporkan sebesar 86,89% lebih rendah dibandingkan cakupan pada

tahun 212 sebesar 93.9%, tapi tjika dibandingkan dengan target SPM Inonesia

Sehat 2011 dan Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal berarti belum

memenuhi target yang ditetapkan yaitu 100%.

f. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)

PD3I adalah penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi,

seperti Difteri, Pertusis, Tetanus, Tetanus Neonatorum, Polio, Campak dan

Hepatitis B. Dalam upaya untuk membebaskan Indonesia dari penyakit tersebut,

diperlukan komitmen global untuk menekan turunnya angka kesakitan dan

kematian yang lebih banyak dikenal dengan Eradikasi Polio (ERAPO), Reduksi

Campak (Redcam) dan Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN). Dinas Kesehatan

saat ini telah melaksanakan Program Surveilans Integrasi PD3I, yaitu pengamatan

penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Difteri, Tetanus

Neonatorum, dan Campak).

Jumlah kasus PD3I yang dilaporkan selama 3 tahun terakhir

menunjukkan bahwa tidak ada kejadian kasus PD3I. Pada tahun 2013 penyakit

menular Difteri, Pertusis, Tetanus dan Polio dan Hepatitis B tidak ditemukan

kasus. Jumlah kasus Campak di Kabupaten Tegal tahun 2013 sebanyak 21 kasus,

menurun jika dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu sebanyak 39 kasus.

g. Demam Berdara Dengue (DBD)

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang

disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui

gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedis albopictus.

Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh

kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku

masyarakat.

Jumlah penderita DBD di Kabupaten Tegal yang dilaporkan pada tahun

2013 sebanyak 243 kasus dengan jumlah kematian 10 orang. Angka kesakitan

sebesar 17, 5 per 100.000 penduduk dan angka kematian sebesar 4,2%. Terjadi

peningkatan jumlah kasus pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2012 yang

sebesar 201 kasus dengan IR 13,9. Target Renstra Dinas Kesehatan untuk angka

kesakitan DBD pada tahun 2013 sebesar ≤ 20 per 100.000 penduduk, dengan

demikian sudah telah mencapai target Renstra Dinas Kesehatan Tahun 2013.

Berikut tren kasus DBD selama kurun waktu tahun 2004-2013.

Page 110: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

101

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

545

389

710

1068

951 930

214

99

201 243

0

200

400

600

800

1000

1200

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

GAMBAR 7.10. JUMLAH KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2005-2013

Gambaran angka kesakitan DBD menurut puskesmas tahun 2013 dapat

dilihat pada Gambar 7.11. Pada tahun 2013 terdapat sebanyak 20 puskesmas yang

telah mencapai target 2013. Puskesmas dengan IR DBD tertinggi tahun 2013 yaitu

Slawi sebesar 6,5, Dukuhwaru sebesar 3,6 dan Lebaksiu sebesar 2,9 per 100.000

penduduk.

Kematian akibat DBD dikategorikan tinggi jika CFR > 2%. Dengan

demikian pada tahun 2013 terdapat sebelas puskesmas yang memiliki CFR tinggi

yaitu Puskesmas Dukuhturi (25,0%), Pangkah (25,0%), Kramat (12,5%) dan

Puskesmas Talang (11,1%). Pada puskesmas tersebut masih perlu upaya

peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan peningkatan kualitas dan kuantitas

SDM kesehatan di rumah sakit dan puskesmas (dokter, perawat, dan lain-lain)

termasuk peningkatan sarana-sarana penunjang diagnostik dan penatalaksanaan

bagi penderita di sarana-sarana pelayanan kesehatan. Data dan informasi lengkap

terlampir pada table 16.

Salah satu indikator yang digunakan untuk upaya pengendalian penyakit

DBD yaitu angka bebas jentik. Sampai tahun 2013 angka bebas jentik di Kabupaten

Tegal belum mencapai target yang sebesar ≥ 95%.

Pada tahun 2013 angka bebas jentik yang terlaporkan di Kabupaten Tegal

sebesar 39,32%. Sampai tahun 2013 angka bebas jentik belum mencapai target

nasional yang sebesar 95%. Belum semua puskesmas melaporkan angka bebas

jentik. Informasi lebih rinci menurut puskesmas terkait dengan penyakit DBD

dapat dilihat pada Lampiran tabel 63.

Page 111: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

102

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

6,5

3,6

2,9

2

,7

2,6

2

,5

2,3

2

,2

2,0

1,7

1

,5

1,4

1

,3

1,3

1

,2

1,2

1

,2

1,2

1

,1

1,1

1

,0

1,0

0

,8

0,6

0

,5

0,3

0

,2

0,0

0

,0

1,7

0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0

SLAWI

DUKUHWARU

LEBAKSIU

TARUB

ADIWERNA

MARGASARI

PAGERBARANG

SURODADI

PENUSUPAN

TALANG

PAGIYANTEN

KALADAWA

PANGKAH

KRAMAT

KEDUNGBANTENG

BALAPULANG

BANGUNGGALIH

WARUREJA

KAMBANGAN

KUPU

JATIBOGOR

DUKUHTURI

BOJONG

JATINEGARA

KALIBAKUNG

KESAMBI

BUMIJAWA

DANASARI

KESAMIRAN

KAB.TEGAL

GAMBAR 7.11. ANGKA KESAKITAN DBD MENURUT PUSKESMAS

DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2005-2013

Sumber: Bidang P2P, DInkes Kab. Tegal, 2013

h. Filariasis

Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit berupa cacing

filaria, yang terdiri dari tiga spesies yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan

Brugia timori. Penyakit inimenginfeksi jaringan limfe (getah bening). Filariasis

menular melalui gigitan nyamuk yang mengandung cacing filaria dalam tubuhnya.

Dalam tubuh manusia, cacing tersebut tumbuh menjadi cacing dewasa dan

menetap di jaringan limfe sehingga menyebabkan pembengkakan di kaki, tungkai,

payudara, lengan dan organ genital.

Pada tahun 2013 dilaporkan sebanyak 7 kasus filariasis yang ada di

wilayah Puskesmas Balapulang, Pagerbarang, Jatinegara, Pangkah, Talang dan

Puskesmas Warurejo masing masing 1 kasus.

Page 112: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

103

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

Filariasis dapat dicegah dan diobati dengan melaksanakan Pemberian

Obat Massal Pencegahan (POMP) filariasis selama lima tahun berturut-turut

sehingga diperlukan komitmen pemerintah daerah dalam menyediakan biaya

operasional POMP selama minimal lima tahun berturut- turut yang menjadi

tanggung jawab pemerintah daerah. Sedangkan tanggung jawab pemerintah pusat

yaitu menyediakan obat.

i. Malaria

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium

yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan oleh

nyamuk malaria (Anopheles) betina, dapat menyerang semua orang baik laki-laki

ataupun perempuan pada semua golongan umur dari bayi, anak-anak dan orang

dewasa..

Jumlah kasus klinis malaria di Kabupaten Tegal tahun 2013 tercatat 7

kasus dan 7 penderita positif malaria, kasus tersebut merupakan kasus import.

Jika dibandingkan tahun 2012 kasus malaria impor ini menurun (kasus malaria

2012 : 8 kasus). Angka kesakitan malaria tahun 2012 sebesar 0,0057 per 1.000

penduduk, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar

0,002 per 1.000 penduduk dan hampir sama dengan tahun 2010 sebesar 0,006 per

1.000 penduduk, dengan demikian maka, sudah melampaui target Indonesia Sehat

2010 sebesar 5 per 1.000 penduduk.

Bentuk pelayanan yang diberikan terhadap penderita malaria adalah

pemeriksaan darah dan pengobatan. Pemeriksaan darah dilakukan terhadap

penderita klinis, sedangkan pengobatan dilakukan terhadap penderita klinis

maupun yang positif malaria. Pemeriksaan darah dilakukan untuk menegakkan

diagnosa. Seorang penderita klinis baru dinyatakan positif malaria apabila sediaan

darah yang diperiksa terdapat plasmodium. Selain dilakukan pemeriksaan darah,

semua penderita klinis memperoleh pengobatan klinis, sedangkan penderita

positif diberikan pengobatan radikal. Sehingga cakupan pengobatan malaria di

Kabupaten Tegal selalu mencapai 100% dan mencapai target SPM 2010.

2. Penyakit Tidak Menular

Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

diabetes melitus, cedera dan penyakit paru obstruktif kronik serta penyakit kronik

lainnya merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh

36 juta jiwa per tahun (WHO, 2010). Di Indonesia sendiri, penyakit menular masih

merupakan masalah kesehatan penting dan dalam waktu bersamaan morbiditas

Page 113: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

104

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

dan mortalitas PTM semakin meningkat. Hal tersebut menjadi beban ganda dalam

pelayanan kesehatan, sekaligus tantangan yang harus dihadapi dalam

pembangunan bidang kesehatan di Indonesia. Peningkatan PTM berdampak

negatif pada ekonomi dan produktivitas bangsa. Pengobatan PTM seringkali

memakan waktu lama dan memerlukan biaya besar. Beberapa jenis PTM

merupakan penyakit kronik dan/atau katastropik yang dapat mengganggu

ekonomi penderita dan keluarganya. Selain itu, salah satu dampak PTM adalah

terjadinya kecacatan termasuk kecacatan permanen. Secara global, regional, dan

nasional pada tahun 2030 diproyeksikan terjadi transisi epidemiologi dari

penyakit menular menjadi penyakit tidak menular.

Berbagai faktor risiko PTM antara lain ialah: merokok dan keterpaparan

terhadap asap rokok, minum minuman beralkohol, diet/pola makan, gaya hidup,

kegemukan, obat-obatan, dan riwayat keluarga (keturunan). Prinsip upaya

pencegahan tetap lebih baik dari pengobatan. Upaya pencegahan penyakit tidak

menular lebih ditujukan kepada faktor risiko yang telah diidentifikasi.

Kementerian Kesehatan telah mengembangkan program pengendalian PTM sejak

tahun 2005.

Upaya pengendalian faktor risiko PTM yang telah dilakukan berupa

promosi Perilaku Bersih dan Sehat serta pengendalian masalah tembakau.

Beberapa Pemerintah Daerah telah menerbitkan peraturan terkait Kawasan Tanpa

Rokok (KTR) dan membentuk Aliansi Walikota/Bupati dalam Pengendalian

Tembakau dan Penyakit Tidak Menular. Sedangkan untuk pengaturan makanan

berisiko, ke depan akan dibuat regulasi antara lain tentang gula, garam dan lemak

dalam makanan yang dijual bebas. Upaya pengendalian PTM tidak akan berhasil

jika hanya dilakukan oleh Kementerian Kesehatan tanpa dukungan seluruh jajaran

lintas sektor, baik pemerintah, swasta, organisasi profesi, organisasi

kemasyarakatan, bahkan seluruh lapisan masyarakat.

Beberapa kegiatan yang telah dikembangkan oleh Kementerian

Kesehatan dalam upayanya untuk mengendalikan penyakit tidak menular pada

tahun 2013 adalah sebagai berikut.

a. Posbindu PTM

Kegiatan yang mulai dikembangkan pada tahun 2011 ini merupakan

salah satu wujud peran serta masyarakat dalam kegiatan deteksi dini, monitoring

dan tindak lanjut dini terhadap faktor risiko PTM secara terpadu dan terintegrasi

dengan kegiatan rutin di masyarakat, seperti di lingkungan tempat tinggal dalam

wadah desa/kelurahan siaga aktif. Selain itu, kegiatan tersebut pada saat ini telah

Page 114: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

105

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

dikembangkan pada kelompok khusus seperti di Perusahaan Outobus (PO),

kelompok bimbingan ibadah haji (KBIH), sekolah, dan tempat kerja.

b. Meningkatkan Upaya Pengendalian PTM di Puskemas

Pada tahun 2013 setiap kabupaten/kota minimal memiliki satu

puskesmas dengan program unggulan pelayanan PTM yang dilengkapi dengan

sumber daya manusia yang terlatih PTM, fasilitas, dan peralatan untuk

penatalaksanaan kasus PTM. Upaya tersebut antara lain peningkatan promosi

kesehatan (health promotion) yang dilakukan melalui gaya hidup sehat,

melaksanakan deteksi dini dan monitoring faktor risiko PTM dan Pandu PTM, dan

atau layanan khusus PTM lainnya (jantung, stroke, Cedera, Tisan, skrining

Thalasemia, SLE, kanker anak, layanan upaya berhenti merokok, diet, aktivitas

fisik, stres, Tisan, PAL, IVA + CBE, rehabilitasi dan atau paliatif PTM).

c. Pengendalian Tembakau

Pengendalian tembakau di Indonesia merupakan salah satu upaya

pengendalian factor risiko PTM, guna menurunkan prevalensi penyakit tidak

menular. beberapa upaya yang telah dikembangkan adalah:

1) Pengembangan kawasan tanpa rokok

2) Upaya berhenti rokok di Fasyankes Primer

3) Kebijakan pengendalian rokok

4) Jajak pendapat masyarakat mengenai penerapan larangan total iklan, promosi

dan sponsorship rokok.

d. Upaya Pengendalian Kecelakaan Lalu Lintas pada Situasi Mudik

Pada musim mudik Hari Raya Idul Fitri tahun 2013, Kemenkes RI

menerbitkan Buku Monitoring Evaluasi Kesehatan Pengemudi yang digunakan

untuk mengamati perkembangan kesehatan para pengemudi angkutan umum.

Penyakit tidak menular mempunyai dampak negatif sangat besar karena

merupakan penyakit kronis. Apabila seseorang menderita penyakit tidak menular,

berbagai tingkatan produktivitas menjadi terganggu. Penderita ini menjadi serba

terbatas aktivitasnya, karena menyesuaikan diri dengan jenis dan gradasi dari

penyakit tidak menular yang dideritanya. Hal ini berlangsung dalam waktu yang

relatif lama dan tidak diketahui kapan sembuhnya karena memang secara medis

penyakit tidak menular tidak bisa disembuhkan tetapi hanya bisa dikendalikan.

Yang harus mendapatkan perhatian lebih adalah bahwa penyakit tidak menular

merupakan penyebab kematian tertinggi dibanding dengan penyakit menular.

Jumlah kasus penyakit tidak menular di Kabupaten Tegal yang dilaporkan

pada tahun tahun 2013 sebanyak 33.509 kasus cenderung mengalami meningkat

dibandingkan dengan jumlah kasus pada tahun 2012 yaitu sebanyak 29.252 kasus,

Page 115: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

106

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

Angina Pektoris; 3 Ca servik; 11

ID DM; 19 AMI; 34 Ca Mamae; 77 Stroke;

257 Dekomp Kordis; 457

PPOK; 480

ND DM; 2.726

Psikosis; 2.771

Asma; 6.068

Hipertensi Lainnya;

9.629

Hipertensi Essensial;

10.977

sedangkan jenis penyakit tidak menular di Kabupaten Tegal pada tahun 2013

adalah sebagai berikut :

GAMBAR 7.12. DISTRIBUSI PENYAKIT TIDAK MENULAR

DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

Selama 3 tahun terakhir jenis penyakit tidak menular yang paling banyak

terjadi di Kabupaten Tegal adalah hipertensi. Hanya pada tahun 2012 hipertensi

dibagi menjadi 2 jenis yaitu hipertensi esensiel dan hipertensi lainnya. Untuk

urutan ke 3 s/d 5 mengalami perubahan yaitu Asma Bronkial, Psikosis dan

Diabetes Mellitus. Sedangkan urutan nomor 1 dan 2 tetap sama yaitu hipertensi

essensial dan hipertensi lainnya.

Ruang lingkup pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah

(PJPD) yang menjadi tanggung jawab Sub Direktorat Penyakit Jantung Dan

Pembuluh Darah, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan meliputi hipertensi essensial, penyakit ginjal hipertensi, penyakit

jantung hipertensi, stroke, gagal jantung, Penyakit Jantung Koroner (PJK),

kardiomipathy, penyakit jantung rheumatic, penyakit jantung bawaan, dan infark

miocard akut.

Page 116: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

107

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

B. KESEHATAN LINGKUNGAN

Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, menurut

WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan

ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan

sehat dari manusia. Menurut WHO, ruang lingkup kesehatan lingkungan diantaranya

meliputi penyediaan air minum serta pengelolaan air buangan dan pengendalian

pencemaran.

1. Air Minum

Komitmen pemerintah terhadap Millenium Development Goals (MDGs) yaitu

memastikan kelestarian lingkungan hidup dengan menurunkan target hingga

setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum

layak dan sanitasi dasar hingga 2015.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/MENKES/

PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, air minum adalah air yang

melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat

kesehatan dan dapat langsung diminum. Penyelenggara air minum dapat berasal dari

badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah, koperasi, badan usaha swasta,

usaha perorangan, kelompok masyarakat, dan/atau individual yang melakukan

penyelenggaraan penyediaan air minum. Tidak semua air dapat diminum, syarat-syarat

kualitas air minum sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan dimaksud, diantaranya

adalah sebagai berikut :

- Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna;

- Parameter Mikrobiologi E Coli dan total Bakteri Kolifrom, kadar maksimum yang di

perbolehkan 0 jumlah per 100 ml sampel;

- Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan

(maks 500 mg/l), pH 6,5-8,5;

- Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air);

- Dan parameter tambahan lainnya.

Salah satu parameter air minum adalah parameter fisik. Parameter fisik yang

harus dipenuhi pada air minum yaitu harus jernih, tidak berbau, tidak berasa dan tidak

berwarna. Selain itu, air minum tidak menimbulkan endapan. Jika air yang kita

konsumsi menyimpang dari hal ini, maka sangat mungkin air telah tercemar. Secara

umum, kualitas fisik air minum di Indonesia termasuk dalam kategori baik (tidak

keruh, tidak berwarna, tidak berasa tidak berbusa dan tidak berbau) sebesar 94,1%.

Rincian lengkap tentang proporsi rumah tangga berdasarkan kualitas fisik air minum

dapat dilihat pada Lampiran 6.39.

Page 117: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

108

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

LEDENG; 14,8

SPT; 19,2

SGL; 62,3

MATA AIR; 0,5

LAINNYA; 3,2

LEDENG

SPT

SGL

MATA AIR

LAINNYA

Pembahasan air minum meliputi, proporsi rumah tangga berdasarkan jenis

sumber air minum, proporsi rumah tangga berdasarkan kualitas fisik air minum,

proporsi rumah tangga berdasarkan pengolahan air minum sebelum diminum,

proporsi rumah tangga berdasarkan cara pengolahan air minum sebelum diminum, dan

proporsi rumah tangga yang memiliki akses terhadap sumber air minum berdasarkan

kriteria JMP WHO-INICEF 2006.

GAMBAR 7.13. PROPORSI RUMAH TANGGA BERDASARKAN SUMBER AIR MINUM

DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

Sumber: Seksi Penyehatan Lingkungan, Dinkes Kab.Tegal 2013

Gambar 7.11 menunjukkan bahwa proporsi rumah tangga berdasarkan jenis

sumber air minum di Kabupaten Tegal terbesar pada sumur gali terlindung sebesar

62,3%, kemudian sumur pompa tangan sebesar 19,2% dan air ledeng sebesar 14,8%.

Air yang layak diminum, mempunyai standar tertentu yaitu telah memenuhi

persyaratan fisik, kimiawi dan bakteriologis, dan syarat tersebut merupakan satu

kesatuan. Jadi apabila ada satu saja parameter yang tidak memenuhi syarat maka air

tesebut tidak layak untuk diminum. Agar air layak untuk diminum maka diperlukan

pengolahan air sebelum diminum.

Page 118: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

109

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

GAMBAR 7.14. CAKUPAN PENDUDUK TERHADAP AKSES AIR MINUM

DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2009-2013

Gambar 7.14 menunjukan bahwa akses penduduk terhadap air minum dari

tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 semakin meningkat, walaupun masih dibawah

target nasional. Upaya untuk dapat meningkatkan akses air minum dan kualitas air

minum yang layak terus menerus dilakukan, akan tetapi masih banyak kendala dalam

pencapaiannya. Kendala tersebut antara lain :

a) Adanya kecenderungan meningkatnya penggunaan air kemasan dan isi ulang

sebagai sumber air minum, sementara itu air kemasan dan isi ulang tidak termasuk

sebagai sumber air minum layak. Hal ini terjadi disebabkan oleh pendataan yang

dilakukan saat ini hanya memotret akses terhadap sumber air yang digunakan

untuk minum, belum memperhitungkan kondisi rumah tangga yang memiliki lebih

dari satu sumber air yang layak untuk diminum;

b) Penyediaan infrastruktur air minum yang ada belum dapat mengimbangi laju

pertumbuhan penduduk, maupun faktor urbanisasi dan peningkatan konsumsi;

c) Untuk penyediaan air minum perpipaan, beberapa permasalahan pada tingkat

operator air minum yaitu minimnya biaya operasional dan pemeliharaan,

rendahnya tarif, terbatasnya SDM yang kompeten dan pengelolaan yang kurang

efisien;

61,50 62

62,5

63 63,5 67

46,47 48,80

63,00

75,05 77,21

44,26 46,68 48,00

53,54 58,20

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

90,00

2009 2010 2011 2012 2013

%

Tahun

Target Nasional Capaian Nasional Capaian Kabupaten

Page 119: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

110

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

d) Terdapat kerusakan di berbagai sarana air minum yang dipakai di masyarakat,

termasuk sumber air minum bukan jaringan perpipaan (BJP) yang tidak terlindungi

yang mencapai 10,54%.

2. Sanitasi Layak

Akses terhadap sanitasi layak merupakan salah satu fondasi inti dari

masyarakat yang sehat. Sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang menunjang

kesehatan manusia. Sanitasi berhubungan dengan kesehatan lingkungan yang

mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Buruknya kondisi sanitasi akan

berdampak negatif di banyak aspek kehidupan, mulai dari turunnya kualitas

lingkungan hidup masyarakat, tercemarnya sumber air minum bagi masyarakat,

meningkatnya jumlah kejadian diare dan munculnya beberapa penyakit.

a. Sarana Sanitasi Dasar

Pembuangan kotoran baik sampah, air limbah dan tinja yang tidak

memenuhi syarat kesehatan dapat menyebabkan rendahnya kualitas air, serta dapat

juga menimbulkan penyakit menular di masyarakat. Oleh karena itu, sarana sanitasi

dasar berupa jamban, tempat sampah, tempat pengelolaan air limbah dan tempat

penyediaan air bersih perlu dimiliki oleh setiap keluarga maupun lingkungan

pemukiman. Kepemilikan sarana sanitasi dasar yang dimiliki oleh keluarga meliputi

jamban, tempat sampah dan pengelolaan air limbah. Jumlah KK yang telah memiliki

jamban sehat 44.911 (69,3%), tempat sampah sehat sebanyak 34.527 KK (46,4%)

dan pengelolaan air limbah sehat sebanyak 43.647 (64,0%) KK.

b. Rumah Sehat

Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi

sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah

haruslah sehat dan nyaman agar penghuninya dapat berkarya untuk meningkatkan

produktivitas. Konstruksi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat

kesehatan merupakan faktor risiko penularan berbagai jenis penyakit khususnya

penyakit berbasis lingkungan seperti Demam Berdarah Dengue, Malaria, Flu Burung,

dan lain-lain.

Rumah sehat diartikan sebagai bangunan rumah tinggal yang memenuhi

syarat kesehatan, yaitu rumah memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih,

tempat pembuangan limbah, tempat pembuangan sampah, ventilasi rumah yang

baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah tidak terbuat dari

tanah. Gambaran lengkap cakupan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan

tahun 2009 – 2013 adalah sebagi berikut:

Page 120: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

111

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

72 75 76 79 82

48,26 49,32 50,93 52,4

68,69

40,65 41,96 43,65 46,2 48,05

0102030405060708090

2009 2010 2011 2012 2013

%

Target Nasional Capaian Nasional

GAMBAR 7.15. CAKUPAN RUMAH MEMENUHI SYARAT KESEHATAN

DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2009-2013

Berdasarkan data bidang penyehatan lingkungan dan promosi kesehatan,

pada tahun 2013 dari 309.437 rumah yang ada di Kabupaten Tegal sebanyak

174.815 rumah (56,59%) telah diperiksa kondisi kesehatan lingkungannya, jumlah

ini meningkat jika dibandingkan jumlah rumah yang diperiksa pada tahun 2011.

Jumlah rumah diperiksa yang telah memenuhi syarat rumah sehat sebanyak 92.510

(52,9%) rumah meningkat jika dibandingkan dengan cakupan tahun 2011 yaitu

sebesar 47,78%. Data dan informasi yang lebih rinci terlampir pada lampiran tabel

64 dan 65.

3. Pengawasan Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM)

Tempat-tempat umum adalah tempat kegiatan bagi umum yang dilakukan

oleh badan-badan pemerintah, swasta atau perorangan yang langsung digunakan

oleh masyarakat. Pengawasan sanitasi tempat umum bertujuan untuk mewujudkan

kondisi tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan agar masyarakat

pengunjung terhindar dari kemungkinan bahaya penularan penyakit serta tidak

menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat sekitar. Pengawasan

sanitasi tempat-tempat umum meliputi sarana wisata, sarana ibadah, sarana

transportasi, sarana ekonomi, dan sosial. Sarana wisata, meliputi : hotel, usaha

rekreasi, hiburan umum dan gedung pertemuan/gedung pertunjukan. Sarana

ibadah, meliputi : masjid/mushola, gereja, klenteng, pura, wihara. Sarana

transportasi, meliputi : terminal, stasiun dan pelabuhan. Sarana Ekonomi dan Sosial,

meliputi : pasar, pusat pembelanjaan, apotik, sarana/panti sosial, sarana pendidikan

dan sarana kesehatan.

Tempat pengelolaan makanan adalah suatu bangunan menetap beserta

Page 121: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

112

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

karyawan dan peralatannya yang digunakan untuk membuat dan menjual makanan

bagi konsumen; seperti restoran, rumah makan, kantin, warung kopi, tempat

penjualan minuman dingin, pabrik makanan minuman sederhana dan lain-lain.

Tempat pengelolaan makanan mempunyai risiko besar dalam penularan

penyakit karena jumlah konsumen relatif banyak dalam waktu bersamaan. Oleh

karena itu perlu teknologi dan metode yang tepat untuk pembinaan dan

pengawasannya.

Tempat-tempat umum dan Pengelolaan Makanan meliputi hotel,

restoran/rumah makan, pasar dan TUPM lainnya. Cakupan pengawasan tempat

tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan tahun 2013 meliputi hotel sebesar

85,71% cakupan ini lebih rendah dibandingkan cakupan dengan tahun 2012

sebesar 87,50%, restoran/rumah makan dan restoran sebesar 71,62 lebih tinggi

dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 67,14%, pasar sebesar 60,0% dan TUPM

lainnya (62,52%). Tempat-tempat Umum dan Pengelolaan Makanan seluruhnya

yang diperiksa sebanyak 1.268 buah dan yang memenuhi syarat kesehatan 793 unit

(62,52%) lebih rendah dibandingkan dengan cakupan 2012 yaitu sebesar 805 unit

(63.69%). Data dan informasi secara rinci terlamapir pada lampiran tabel 67.

4. Institusi dibina Kesehatan Lingkungannya

Institusi yang dibina kesehatan lingkungannya meliputi institusi

pendidikan, kesehatan, tempat ibadah, kantor dan sarana lain yang dititik

beratkan pada aspek higiene sarana sanitasi yang erat kaitannya dengan

kondisi fisik bangunan institusi tersebut. Kegiatan yang dilakukan adalah

pengendalian faktor resiko lingkungan institusi dan pembinaan kesehatan

lingkungan institusi.

Cakupan institusi yang dibina kesehatan lingkungannya sesuai dengan

laporan pada tahun 2012 sebesar 86,3% meningkat jika dibandinngkan

dengan cakupan tahun 20121 yaitu sebesar 85,4%,4%. Berdasarkan jenis

institusinya maka prosentase institusi yang diberikan pembinaan kesehatan

lingkungan adalah sebagai berikut sarana kesehatan (90,9%), instalasi

pengelolaan air minum (99,1%), sarana pendidikan (67,9%), sarana ibadah

(100%) dan perkantoran (78,5%) dan sarana lainnya (18,8%). Data dan

informasi lengkap tentang cakupan ini terlampir pada lampiran table 68.

Page 122: ROFIL KESEHATAN - pusdatin.kemkes.go.id · Kepala Sub Bag Perencanaan dan Keuangan Penyusun (Editor) Rizal Purnomo, SKM Kontributor Bidang Kesehatan Keluarga, Bidang Pelayanan Kesehatan

113

Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2013

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2011. Hasil Sensus Penduduk 2010, Data Agregat Per Provinsi. BPS, Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Indonesia 2013. BPS, Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik Indonesia 2014. BPS, Jakarta. Kementerian Kesehatan RI. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan. Kementerian Kesehatan RI,Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1796/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. 2007. Riset Kesehatan Dasar, Riskesdas 2007. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar, Riskesdas 2013. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar, Riskesdas Dalam Angka 2013. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.