ROADMAP PENGUATAN SISTEM INOVASI DAERAH (SIDa) KABUPATEN...

41
1 ROADMAP PENGUATAN SISTEM INOVASI DAERAH (SIDa) KABUPATEN BLORA BAPPEDA KABUPATEN BLORA 2015

Transcript of ROADMAP PENGUATAN SISTEM INOVASI DAERAH (SIDa) KABUPATEN...

1

ROADMAP

PENGUATAN SISTEM INOVASI DAERAH (SIDa)

KABUPATEN BLORA

BAPPEDA

KABUPATEN BLORA

2015

2

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Perencanaan pembangunan nasional saat ini telah ditetapkan arahnya melalui RPJMN 2015-

2019 yang antara lain memberikan penekanan pada pencapaian daya saing kompetitif

perekonomian berdasar pemanfaatan sumber daya alam dan peningkatan kualitas sumber

daya manusia melalui pengembangan IPTEK, selain juga memperhatikan pemantapan

pembangunan di segala bidang1.

Pada level pemerintahan di bawahnya, arah pembangunan nasional tersebut dijabarkan ke

dalam berbagai arahan pembangunan daerah. Di Provinsi Jawa Tengah telah disusun RPJMD

2013-2018 yang menjabarkan arah pembangunan nasional dengan mengaitkannya pada

konteks daerah. Pemerintah Kabupaten Blora sebagai salah satu kabupaten yang ada di

Provinsi Jawa Tengah mengaktualisasikan perencanaan pada level yang lebih atas dengan

memperhatikan kondisi dan potensi setempat. Pengaktualisasian tersebut dijabarkan dalam

berbagai bentuk dokumen formal antara lain RPJMD sebagai dokumen pokok arah

pembangunan daerah serta dokumen-dokumen lain yang menjabarkannya secara lebih detail.

Road Map Sistem Inovasi Daerah (SIDa) merupakan salah satu dokumen yang menjabarkan

secara lebih detail arah pembangunan daerah dalam hal pengembangan potensi-potensi lokal

dengan mengutamakan penumbuhkembangan inovasi oleh institusi-institusi pemerintah

daerah baik secara sektoral maupun lintas sektor, oleh lembaga kelitbangan, lembaga

pendidikan, lembaga penunjang inovasi, dunia usaha serta masyarakat di daerah2. Dengan

Road Map SIDa tersebut, diharapkan potensi-potensi lokal dapat diidentifikasi untuk

selanjutnya, dengan memperhatikan arah pembangunan yang telah direncanakan pada level

pemerintahan yang lebih atas, potensi-potensi tersebut dapat dikembangkan secara inovatif

untuk memperoleh outcome yang optimal.

Dalam Road Map SIDa Kabupaten Blora tahun 2015-2019 ini disusun arahan inovasi-inovasi

yang perlu dilaksanakan untuk mendukung RPJMD Kabupaten Blora, RPJMD Provinsi Jawa

Tengah 2013-2018 dan RPJMN 2013-2018. Dokumen-dokumen perencanaan terkait juga

akan ditinjau dan dikaitkan dengan arahan pengembangan inovasi dalam Road Map ini.

1 RPJMN 3 2013-2019

2 Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Negara Riset dan Teknologi Nomor 03 Tahun 2012

dan Nomor 36 Tahun 2012 tentang Penguatan Sistem Inovasi Daerah.

3

2. Landasan Hukum

Ketentuan hukum yang melandasi penyusunan Road Map SIDa Kabupaten Blora ini adalah

sebagai berikut:

a. Undang-undang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat 5;

b. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian,

Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Lembaran Negara

Repblik Indonesia Tahun 2002 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4219);

c. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang

Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4844);

d. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2005 tentang Alih Teknologi Kekayaan

Intelektual Serta Hasil Penelitian dan Pengembangan oleh Perguruan Tinggi dan

Lembaga Penelitian dan Pengembangan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2005 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4497);

e. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan

Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4593);

f. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan

Daerah Kabupaten / Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor

82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

g. Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2010 tentang Komite Inovasi Nasional;

h. Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan

Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025;

i. Peraturan Bersama Menteri Negara Riset dan Teknologi dan Menteri Dalam Negeri

Nomor 03 Tahun 2012 dan Nomor 36 Tahun 2012 tentang Penguatan Sistem Inovasi

Daerah;

j. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penelitian

dan Pengembangan di Lingkungan Kementrian Dalam Negeri dan Pemerintahan

Daerah;

4

k. Peraturan Menteri Negara Riset dan Teknologi Tentang Pedoman Penyusunan

Roadmap Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa);

l. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 65 Tahun 2013 tentang Sistem Inovasi

Daerah Provinsi Jawa Tengah;

m. Keputusan Bupati Blora Nomor .......... tentang Pembentukan Tim Koordinasi

Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Blora Tahun ...........;

n. Keputusan Sekretaris Daerah Kabupaten Blora Nomor .......... tentang Pembentukan

Tim Penyusunan Roadmap dan Kelompok Kerja Penguatan Sistem Inovasi Daerah

(SIDa) Kabupaten Blora Tahun ..........

3. Tujuan

Penyusunan Road Map SIDa ini bertujuan untuk memberikan arahan pengembangan inovasi

daerah Kabupaten Blora sehingga dapat mendukung pembangunan daerah yang telah

direncanakan baik pada tingkat kabupaten maupun pada tingkat-tingkat kewilayahan di

atasnya.

Road Map ini ditujukan untuk dapat dimanfaatkan oleh para pengambil keputusan di

lingkungan Pemerintah Kabupaten Blora pada khususnya dan juga para stakeholder lain yang

terlibat dalam kegiatan pengembangan daerah di Kabupaten Blora.

4. Sasaran

Untuk mencapai tujuan yang telah disebutkan di atas, ditetapkan sasaran-sasaran yang

merupakan dasar-dasar pijakan untuk melangkah. Sasaran-sasaran tersebut adalah:

1. Identifikasi kondisi SIDa saat ini;

2. Identifikasi kondisi SIDa yang akan dicapai;

3. Identifikasi kesenjangan antara kondisi SIDa saat ini dengan yang akan dicapai;

4. Identifikasi tantangan untuk mengatasi kesenjangan tersebut;

5. Identifikasi potensi-potensi unggulan untuk mengatasi kesenjangan tersebut;

6. Pembentukan strategi dan arah kebijakan penguatan SIDa;

7. Penyusunan program prioritas penguatan SIDa;

8. Penetapan rencana aksi penguatan SIDa.

5

BAB II

GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLORA

1. Letak Geografis

Kabupaten Blora yang ber slogan “Blora Mustika”, secara geografis terletak di antara 1110

16’ s/d 1110 338’ Bujur Timur dan diantara 6

0 528’ s/d 7

0 248’ Lintang Selatan, jarak terjauh

dari barat ke timur sepanjang 87 km dan utara ke selatan sejauh 58 km. Secara administrasi

Kab. Blora terletak di ujung paling timur Propinsi Jawa Tengah bersama Kabupaten

Rembang.

2. Luas Penggunaan Lahan

Kabupaten Blora dengan luas 182.058,797 hektar terdiri atas lahan sawah sebesar 46.035,71

hektar (25,29 persen) dan sisanya lahan bukan sawah, sebesar 74,71 persen. Menurut luas

penggunaan lahan, lahan terbesar adalah hutan sebesar 49,66 persen, lahan sawah sebesar

25,29 persen dan tegalan sebesar 14,38 persen.

3. Ketinggian dan Iklim

Menurut Kantor Pertanahan, ketinggian tanah Kabupaten Blora berada pada 25 hingga 500 m

dpl. Banyaknya hari dan curah hujan selama tahun 2013 relatif lebih banyak dibanding

dengan tahun sebelumnya. Selama tahun 2013, curah hujan tertinggi di Kecamatan Todanan

sebanyak 2.255 mm, untuk hari hujan terbanyak terdapat di Kecamatan Randublatung

sebanyak 157 hari

4. Batas Administratif

Sebelah Utara : Kab. Rembang dan Kab. Pati, Propinsi Jawa Tengah

Sebelah Timur : Kab. Bojonegoro, Propinsi Jawa Timur

Sebelah Selatan : Kab. Ngawi, Propinsi Jawa Timur

Sebelah Barat : Kab. Grobogan, Propinsi Jawa Tengah

5. Jarak dari Kota Blora ke beberapa kota lainnya di Jawa.

Bandung 494 ; Jakarta 612 : Purwokerto 337

Banyuwangi 622 Blora 98 Semarang 127

Bogor 622 Malang 188 Surabaya 179

Cilacap 373 Pacitan 253 Surakarta 130

Cirebon 354 Pekalongan 228 Yogyakarta 195

6

6. Topografi

Topografi Kabupaten Blora datar sampai bergelombang, pada bagian Utara membujur

Pegunungan Kendeng Utara dari arah Barat ke Timur, sedangkan di sebelah Selatan

membujur Pegunungan Kendeng Selatan yang membujur dari Barat ke Timur.

Ditinjau dari ketinggiannya Kabupaten Blora terbagi dalam empat bagian yaitu:

- Ketinggian 25 - 40 m dari permukaan laut, terdapat di daerah Kunduran, Jati,

Randublatung dan Cepu.

- Ketinggian 40 - 100 m dari permukaan air laut, terdapat di daerah Kradenan dan

Kedungtuban.

- Ketinggian 100 - 500 m dari permukaan air laut, terdapat di derah Todanan, Japah,

Ngawen, Tunjungan, Bogorejo, Jiken dan Sambong.

- Ketinggian lebih dari 500 m dari permukaan air laut, terdapat di daerah Blora, Jepon dan

Banjarejo.

Berdasarkan kondisi topografi yang demikian maka rata-rata ketinggian wilayah Kabupaten

Blora berbeda-beda, dengan posisi wilayah terendah di daerah Cepu yaitu 31 m dari

permukaan air laut dan tertinggi di daerah Japah (280 m). Kondisi topografi Kabupaten Blora

seperti terlihat pada peta berikut Sedangkan ditinjau dari kemiringan wilayah Kabupaten

Blora dikelompok dalam empat kelas yaitu:

- Kelas lereng 1 (kemiringan 0-2%) meliputi daerah seluas 567,46 km2 atau 31,7%.

- Kelas lereng 2 (kemiringan 2-15%) melipiti daerah seluas 750,30 km2 atau 41,21%.

- Kelas lereng 3 (kemiringan 15-40%) meliputi daerah seluas 500,20 km2 atau 27,47%.

- Kelas lereng 4 (kemiringan > 40%) meliputi daerah seluas 261,00 km2

atau 0,14%.

7. Demografi

Penduduk sebagai sumberdaya manusia merupakan salah satu modal utama dalam

pembangunan ekonomi. Penduduk berperan ganda sebagai subyek atau pelaku pembangunan

dan juga sebagai obyek atau sasaran pembangunan. Besarnya jumlah penduduk dapat

menjadi pendorong ataupun penghambat pembangunan. Bila sebagian besar penduduk

memiliki kualitas dan etos kerja yang tinggi maka dapat menjadi motor pendorong

pembangunan, namun sebaliknya bila jumlah penduduk besar dan berkualitas rendah maka

akan menjadi beban pembangunan.

Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk Kabupaten Blora dari tahun 2010-2014 terus

meningkat. Pada tahun 2014 penduduk Kabupaten Blora tercatat sebesar 848.369 atau

tumbuh sebesar 0,46 persen per tahun. Gambar 2.1 menunjukkan pertumbuhan penduduk dari

tahun 2010 sampai 2014.

7

Gambar 2.1 Pertumbuhan Penduduk Tahun 2010 – 2014

Dari sisi ketenagakerjaan, prosentase jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas di Kabupaten

Blora yang bekerja menurut lapangan usaha ditunjukkan dalam gambar 2.2. Tampak bahwa

sebagian besar tenaga kerja terserap di sektor pertanian meskipun menunjukkan

kecenderungan yang menurun tiap tahunnya. Kecenderungan tersebut dapat disebabkan oleh

antara lain berkurangnya kepemilikan lahan oleh petani, menurunnya minat masyarakat untuk

bekerja di sektor pertanian serta beratnya tantangan dalam dunia pertanian terutama dalam

hal ketersediaan air, penyakit tanaman, pupuk maupun harga komoditas pertanian yang

kurang menguntungkan petani. Berbeda dengan sektor pertanian, peningkatan minat usaha

terlihat terjadi di sektor perdagangan.

8. Keadaan Ekonomi

Berdasarkan tinjauan distribusi PDRB Adh Konstan, maka pada tahun 2014 sektor pertanian

masih menyumbang porsi terbesar, disusul oleh sektor perdagangan kendaraan bermotor dan

sektor pertambangan dan penggalian. Gambar 2.3 menunjukkan sebaran PDRB tersebut.

9. Sektor Unggulan

Berdasarkan analisa dalam buku Analisa Indikator Ekonomi Kabupaten Blora Tahun 2015,

maka kelompok usaha primer diisi oleh sektor-sektor usaha di bidang pertanian, kehutanan,

perikanan dan pertambangan/penggalian. Kelompok usaha sekunder diisi oleh lapangan

industri pengolahan, pengadaan listrik/gas dan pengadaan air bersih, pengelolaan sampah,

limbah dan daur ulang bangunan/konstruksi, sedangkan kelompok usaha tersier terdiri dari

sektor-sektor usaha perdagangan besar dan eceran, penyediaan akomodasi dan makan minum,

lapangan usaha pengangkutan, pergudangan, lapangan usaha informasi, komunikasi, jasa

831,093

835,781

840,208

844,444

848,369

820,000

825,000

830,000

835,000

840,000

845,000

850,000

2010 2011 2012 2013 2014

8

keuangan, asuransi, real estate, jasa perusahaan, administrasi pemerintahan/hankam dan jasa-

jasa.

Gambar 2.2

Prosentase Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Di Kabupaten Blora

Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha

Berdasarkan analisa Local Quotient (LQ), maka dalam lingkup wilayah kabupaten terdapat

dua sektor unggulan yaitu sektor pertanian dengan LQ 1,84 serta sektor pertambangan dan

penggalian dengan LQ 7,17. Analisa Local Quotient (LQ) digunakan untuk menentukan

sektor basis dan non basis dengan tujuan untuk melihat keunggulan komparatif suatu daerah

dalam menentukan sektor andalannya. Jika nilai LQ suatu sektor > 1 maka sektor tersebut

mempunyai potensi atau merupakan sektor basis di daerahnya. Jika nila LQ suatu sektor < 1

maka sektor tersebut bukan merupakan sektor basis dan tidak memiliki potensi. Tabel 1.1

menunjukkan berbagai sektor usaha di Kabupaten Blora dengan nilai LQ masing-masing.

27.22

14.64

11.41

0.06 0.05

4.32

16.7

2.76

3.43

1.1 3.23

1.37 0.3

3.81

6.45

0.96 2.19

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Pengadaan Listrik dan Gas

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,Limbah dan Daur UlangKonstruksi

Perdagangan Besar dan Eceran, ReparasiMobil dan Sepeda MotorTransportasi dan Pengadaan

Penyediaan Akomodasi dan MakanMinumInformasi dan Komunikasi

Jasa Keuangan dan Asuransi

Real Estate

Jasa Perusahaan

Administrasi Pemerintahan, Pertanahandan Jaminan Sosial WajibJasa Pendidikan

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Jasa Lainnya

9

Tabel 1.1 Nilai LQ Kabupaten Blora Dirinci Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010 – 2014

No. Sektor 2010 2011 2012 2013 2014

01 Pertanian 1.93 1.90 1.88 1.88 1.84

02 Pertamb.& Penggalian 6.49 7.06 7.13 7.20 7.17

03 Industri Pengolahan 0.28 0.28 0.28 0.29 0.31

04 Pengadaan Listrik & Gas 0.72 0.76 0.76 0.76 0.77

05 Pengadaan Air 0.63 0.66 0.66 0.67 0.69

06 Konstruksi 0.40 0.40 0.41 0.41 0.42

07 Perdagangan 1.20 1.20 1.22 1.23 1.27

08 Transp. & Pergudangan 0.94 0.92 0.93 0.94 0.96

09 Peny. Akom. Mkn Minum 1.19 1.19 1.20 1.19 1.21

10 Inform. & Kom. 0.35 0.36 0.37 0.38 0.38

11 Jasa Keuangan 1.12 1.14 1.15 1.15 1.19

12 Real Estate 0.83 0.84 0.85 0.85 0.87

13 Jasa Perusahaan 0.88 0.89 0.89 0.90 0.93

14 Adm. Pemerintahan 1.33 1.33 1.33 1.33 1.36

15 Jasa Pendidikan 1.52 1.57 1.61 1.61 1.66

16 Jasa Keg. Sosial 1.19 1.20 1.20 1.20 1.22

17 Jasa Lainnya 1.47 1.49 1.48 1.49 1.53

Sumber : Indikator Ekonomi Kabupaten Blora Tahun 2015

10

BAB III

KONDISI SIDa KABUPATEN BLORA SAAT INI

Sesuai dengan Platform Kabupaten Blora sebagai Rancangan Teknokratik RPJMD

Kabupaten Blora Tahun 2015-2020 maka visi dan misi kebijakan pembangunan Kabupaten

Blora dapat dinyatakan sebagai berikut:

A. Visi

Meningkatnya kesejahteraan masyarakat Blora

B. Misi

Dengan mengacu pada Platform Kabupaten Blora sebagai Rancangan Teknokratik

RPJMD Kabupaten Blora Tahun 2015-2020, maka misi kebijakan pembangunan

Kabupaten Blora 2015-2020 dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas;

2. Mewujudkan kualitas kehidupan ekonomi masyarakat

3. Mewujudkan pemenuhan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana

4. Terwujudnya pemerataan pembangunan yang berkeadilan

5. Mewujudkan penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik dan demokratis

6. Mewujudkan kehidupan sosial politik dan kemasyarakatan yang tenteram, tertib dan

aman

Untuk mendukung visi dan misi tersebut, dengan memperhatikan sektor-sektor unggulan,

maka strategi penguatan SIDa Kabupaten Blora saat ini dapat dilihat dari sudut pandang

4 prakarsa utama dan 3 prakarsa tematik, yaitu:

1. Prakarsa Utama

a. Penguatan SIDa,

b. Pengembangan Klaster Industri,

c. Pengembangan Jaringan Inovasi,

d. Pengembangan Teknoprener.

2. Prakarsa Pengembangan Pilar-Pilar Tematik

a. Pengembangan Electronic Goverment

b. Pengembangan Sektor Usaha Pertanian,

c. Pengembangan Sektor Usaha Pertambangan,

11

Sesuai dengan berbagai penjelasan di atas, maka kondisi SIDa Kabupaten Blora saat ini dapat

dirangkum dalam Tabel di bawah ini:

Tabel 1.30 Kondisi Sistem Inovasi Daerah

No. Kerangka Kebijakan Inovasi Kondisi Saat Ini

(2014)

(1) (2) (3)

1. Elemen 1: Kerangka Umum yang

kondusif bagi inovasi dan bisnis. Belum optimalnya pengembangan sistem

inovasi dalam perencanaan pembangunan

daerah.

Belum terdapat kajian kebijakan penanaman

modal yang komprehensif.

2. Elemen 2: Kelembagaan dan daya

dukung ilmu pengetahuan, teknologi dan

inovasi (IPTEKIN)/atau penelitian,

pengembangan dan perekayasaan

(litbangyasa) serta kemampuan absorpsi

industri, khususnya usaha mikro, kecil

dan menengah (UMKM)

Belum sinerginya antar lembaga dalam

Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa).

3. Elemen 3: Kolaborasi bagi inovasi dan

difusi inovasi Belum optimalnya monitoring, evaluasi dan

pelaporan penggunaan DBHCHT. 4. Elemen 4: Budaya Inovasi Belum terbinanya kreativitas dan inovasi

teknologi masyarakat.

5. Elemen 5: Keterpaduan/ koherensi

pemajuan sistem inovasi di daerah Belum terdapatnya dokumen rencana aksi

penguatan inovasi tahunan.

6. Elemen 6: Keselarasan dengan

perkembangan global Kurangnya kajian penelitian.

Tabel 1.31 Kondisi Klaster Industri

No Kerangka Kebijakan Inovasi Kondisi Saat Ini

(2014)

(1) (2) (3)

1 Elemen 1: Kerangka Umum yang

kondusif bagi inovasi dan bisnis. Belum optimalnya pembinaan industri kecil dan

menengah dalam memperkuat jaringan klaster

industri

Belum adanya Masterplan Industri Perdagangan

Belum optimalnya pemanfaatan teknologi

informasi dalam pemasaran pariwisata

Belum optimalnya promosi dan kerjasama

investasi

2 Elemen 2: Kelembagaan dan daya

dukung ilmu pengetahuan,

teknologi dan inovasi

(IPTEKIN)/atau penelitian,

pengembangan dan perekayasaan

(litbangyasa) serta kemampuan

absorpsi industri, khususnya usaha

mikro, kecil dan menengah

(UMKM).

Belum optimalnya pengawasan dan pembinaan

masalah keamanan pangan.

Belum optimalnya pengembangan jangkauan

pemasaran industri.

Belum terwujudnya daya saing yang handal.

3 Elemen 3: Kolaborasi bagi inovasi

dan difusi inovasi. Terbatasnya jaringan bisnis pemasaran global

Masih rendahnya keikutsertaan dalam forum

kemitraan perdagangan luar negeri

Belum adanya pengembangan database sistem

informasi sejarah purbakala

Belum terdapatnya sistem informasi database

bidang kebudayaan

4 Elemen 4: Budaya Inovasi. Belum berkembangnya kebudayaan dan

12

pariwisata lokal Kabupaten Blora

Belum terkelolanya karya cetak dan karya rekam

kekayaan budaya

5 Elemen 5: Keterpaduan/ koherensi

pemajuan sistem inovasi di daerah. Belum optimalnya pemasaran hasil produksi

pertanian/perkebunan unggulan daerah

6 Elemen 6: Keselarasan dengan

perkembangan global. Terbatasnya kegiatan promosi perdagangan

internasional dan regional

Tabel 1.32 Kondisi Jaringan Inovasi

No Kerangka Kebijakan Inovasi Kondisi Saat Ini

(2014)

(1) (2) (3)

1 Elemen 1: Kerangka Umum yang

kondusif bagi inovasi dan bisnis. Perlunya interkonektivitas kepariwisataan yang

ditopang oleh ketersediaan infrastruktur terminal

wisata

Belum memadainya ketersediaan infrastruktur

komuikasi dengan kebutuhan pengembangannya.

2 Elemen 2: Kelembagaan dan daya

dukung ilmu pengetahuan,

teknologi dan inovasi

(IPTEKIN)/atau penelitian,

pengembangan dan perekayasaan

(litbangyasa) serta kemampuan

absorpsi industri, khususnya usaha

mikro, kecil dan menengah

(UMKM).

Belum optimalnya pemeliharaan jaringan

komunikasi dan informasi.

Belum kuatnya database pelayanan sebagai

landasan pengambilan kebijakan.

Belum optimalnya kegiatan pengkajian dan

penelitian bidang informasi dan komunikasi jasa

postel.

3 Elemen 3: Kolaborasi bagi inovasi

dan difusi inovasi. Belum optimalnya fasilitasi dalam

pengembangan kerjasama antar daerah.

4 Elemen 4: Budaya Inovasi. Belum optimalnya penerapan Iptekin dalam

menunjang berbagai aktivtas masyarakat

Perlunya pengembangan aparatur sesuai dengan

kompetensi dan prestasi.

5 Elemen 5: Keterpaduan/ koherensi

pemajuan sistem inovasi di daerah. Belum komprehensifnya data sistem angkutan

guna menudukung konektifitas fisik antardaerah

di kabupaten.

6 Elemen 6: Keselarasan dengan

perkembangan global. Belum meratanya konektivitas sosial secara

nasional dalam distribusi Iptekin.

Tabel 1.33 Kondisi Teknoprener

No Kerangka Kebijakan Inovasi Kondisi Saat Ini

(2014)

(1) (2) (3)

1 Elemen 1: Kerangka Umum yang

kondusif bagi inovasi dan bisnis. Masih rendahnya kualitas SDM usaha

perdagangan luar negeri

2 Elemen 2: Kelembagaan dan daya

dukung ilmu pengetahuan,

teknologi dan inovasi

(IPTEKIN)/atau penelitian,

pengembangan dan perekayasaan

(litbangyasa) serta kemampuan

absorpsi industri, khususnya usaha

mikro, kecil dan menengah

(UMKM).

Belum terlatihnya masyarakat petani mengenai

penerapan teknologi pertanian/perkebunan

modern

3 Elemen 3: Kolaborasi bagi inovasi

dan difusi inovasi. Belum terlatihnya petani mengenai teknologi

pertanian/perkebunan tepat guna

4 Elemen 4: Budaya Inovasi. Belum optimalnya pengembangan agribisnis

peternakan

13

5 Elemen 5: Keterpaduan/ koherensi

pemajuan sistem inovasi di daerah. Belum optimalnya pengembangan dan pelayanan

teknologi industri

6 Elemen 6: Keselarasan dengan

perkembangan global. Belum optimalnya kegiatan penyuluhan guna

meningkatkan produksi pertanian/perkebunan

Tabel 1.34 Kondisi Electronic Government

No Kerangka Kebijakan Inovasi Kondisi Saat Ini

(2014)

(1) (2) (3)

1 Elemen 1: Kerangka Umum yang

kondusif bagi inovasi dan bisnis. Belum adanya perencanaan arah pengembangan

e-gov

Belum utuhnya pemahaman masyarakat akan arti

pentingnya pencatatan sipil dan pendaftaran

penduduk

2 Elemen 2: Kelembagaan dan daya

dukung ilmu pengetahuan,

teknologi dan inovasi

(IPTEKIN)/atau penelitian,

pengembangan dan perekayasaan

(litbangyasa) serta kemampuan

absorpsi industri, khususnya usaha

mikro, kecil dan menengah

(UMKM).

Perlunya peningkatan pengelolaan sistem

informasi keuangan daerah. Belum terwujud

Tertib Administrasi Kependudukan

Belum terwujud Tertib Administrasi

Kependudukan

Belum optimalnya pengelolaan sumberdaya

komunikasi dan informasi dalam LPSE

Belum optimalnya pengelolaan data jasa postel.

Belum optimalnya pelayanan informasi di

lingkunganSetda

Belum optimalnya penyebaran informasi

penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Belum optimalnya Pengembangan Database

Kependudukan

3 Elemen 3: Kolaborasi bagi inovasi

dan difusi inovasi. Perlunya peningkatan kapasitas manajemen

bidang komunikasi dan informasi.

4 Elemen 4: Budaya Inovasi. Masih adanya aparatur yang belum menguasai

TI.

Belum meratanya kapasitas aparat kependudukan

dan catatan sipil

Perlunya peningkatan kapasitas aparatur

pemerintahan desa dalam bidang manajemen

pemerintahan desa.

5 Elemen 5: Keterpaduan/ koherensi

pemajuan sistem inovasi di daerah. Bulum semua SKPD Kabupaten memiliki

website.

Belum terwujudnya keterpaduan/koherensi dalam

pendaftaran kependudukan

6 Elemen 6: Keselarasan dengan

perkembangan global. Masih belum meratanya informasi pembangunan

di masyarakat.

Tabel 1.35 Kondisi Sektor Usaha Pertanian

No Kerangka Kebijakan Inovasi Kondisi Saat Ini

(2014)

(1) (2) (3)

1 Elemen 1: Kerangka Umum yang

kondusif bagi inovasi dan bisnis.

2 Elemen 2: Kelembagaan dan daya

dukung ilmu pengetahuan,

teknologi dan inovasi

(IPTEKIN)/atau penelitian,

pengembangan dan perekayasaan

(litbangyasa) serta kemampuan

absorpsi industri, khususnya usaha

14

mikro, kecil dan menengah

(UMKM).

3 Elemen 3: Kolaborasi bagi inovasi

dan difusi inovasi.

4 Elemen 4: Budaya Inovasi.

5 Elemen 5: Keterpaduan/ koherensi

pemajuan sistem inovasi di daerah.

6 Elemen 6: Keselarasan dengan

perkembangan global.

Tabel 1.36 Kondisi Sektor Usaha Pertambangan

No Kerangka Kebijakan Inovasi Kondisi Saat Ini

(2014)

(1) (2) (3)

1 Elemen 1: Kerangka Umum yang

kondusif bagi inovasi dan bisnis.

2 Elemen 2: Kelembagaan dan daya

dukung ilmu pengetahuan,

teknologi dan inovasi

(IPTEKIN)/atau penelitian,

pengembangan dan perekayasaan

(litbangyasa) serta kemampuan

absorpsi industri, khususnya usaha

mikro, kecil dan menengah

(UMKM).

3 Elemen 3: Kolaborasi bagi inovasi

dan difusi inovasi.

4 Elemen 4: Budaya Inovasi.

5 Elemen 5: Keterpaduan/ koherensi

pemajuan sistem inovasi di daerah.

6 Elemen 6: Keselarasan dengan

perkembangan global.

15

BAB II

TANTANGAN DAN PELUANG PENGUATAN SISTEM INOVASI DAERAH

A. Tantangan Sistem Inovasi Derah

1. Tantangan Internal

Sebagai salahsatu daerah industri, maka permasalahan umum Kabupaten Blora

adalah bagaimana mampu meningkatkan iklim investasi, penyediaanSDM dan

infrastruktur, energi serta regulasi. Beberapa permasalahan pembangunan daerah

Kabupaten Blora sesuai dengan urusan kewenangannya yang teridentifikasi adalah

sebagai berikut:

Pendidikan

Tantangan umum dibidang pendidikan adalah belum optimalnya kualitas, akses,

relevansi dan daya saing serta tata kelola pendidikan, minat baca masyarakat. Selain itu

masihdidapati adanya kesenjangan kualitas sarpras sekolah yang cukup lebar antara di

Kota dengan di Desa. Di sisi lain juga terjadi ketidakmerataan jumlah siswa di semua

tingkatan sekolah, baik SD, SMP dan SMA antara di Kota dengan di Desa. Tantanagn

lainnya adalah peningkatan kualitas guru dalam pendidikan formal (S1/D4), terutama

guru SD.

Kesehatan

Di bidang kesehatan terdapat masalah masih belum optimalnya kualitas

pelayanan kesehatan di Puskesmas dan jaringannya, sarana dan prasarana masih belum

sesuai dengan standar pelayanan kesehatan. Selain itu masih kurangnya kualitas

Sumber Daya Kesehatan yang berkompetensi terhadap pelaksanaan tugas. Di sisi lain

dalam penganggaran terjadi masalah masih minimnya anggaran untuk pencapaian

target SPM dan MDGs.

Peekonomian

Permasalahan pada bidang industri adalah terbatasnya aksesibilitas industri ke

permodalan. Kemudian juga terdapat masalah terbatasnya kemampuan pemasaran baik

dalam promosi, kemasan, jangkauan pemasaran, maupun. Di sisi lain terdapat masalah

kurangnya penyesuaian terhadap permintaan pasar karena keterbatasan informasi dan

pemanfaatan teknologi. Industri juga menghadapi masalah daya saing produk.

Kabupaten Blora memiliki produk manufaktur, kerajinan dan wisata, namun berbagai

produk tersebut menghadapi persiangan produk lain dari berbagai daerah dan negara.

Oleh sebab itu kesiapan industri dalam negeri perlu diperhatikan dalam rangka

meningkatkan daya saing produk. Pada sektor pariwisata, Kabupaten Blora menghadapi

masalah terbatasnya promosi dan jejaring pariwisata, aksesibilitas, amenitas, atraksi

dan aktifitas pariwisata.

Pada sektor perdagangan dan jasa secara umum terdapat masalah keterbatasan

kemampuan pemerintah dalam intervensi kebijakan atas ekspansi pasar modern,

16

perlindungan pasar tradisional. Serbuan produk dan pasar yang lebih modern telah

mengancam eksistensi pasar tradisional yang ada. Di sektor Koperasi dan UKM

terdapat masalah belum optimalnya kualitas manajemen dan SDM pengelola koperasi

dan UMKM. Pada sektor penanaman modal terdapat masalah belum optimalnya

informasi potensi dan peluang investasi.

Terkait masalah pertanian terdapat masalah belum optimalnya produksi dan

produktivitas pertanian dalam arti luas secara kuantitas, kualitas, dan kontinuitas serta

ketidakpastian pasar produk hasil pertanian serta belum optimalnya penanganan JUT

dan JITUT. Pada masalah ketahanan pangan terdapat masalah belum optimalnya

peningkatan diversifikasi pangan. Pada sektor kehutanan terdapat masalah adanya

kerusakan hutan dan lahan.

Infrastruktur

Dalam urusan pekerjaan umum, terjadi masalah belum optimalnya kualitas dan

kapasitas prasarana jalan dan jembatan, dan sistem jaringan transportasi. Sistem

transportasi menghadapi masalah belum optimalnya sistem dan kualitas pelayanan

perhubungan. Selain itu uga terdapat masalah terbatasnya kemampuan rehabilitasi

terhadap kerusakan jaringan irigasi, kemampuan pengendalian banjir, serta penyediaan

air baku pertanian. Dalam urusan komunikasi dan informatika masih terjadi masalah

terbatasnya penyebaran informasi kebijakan dan hasil-hasil pembangunan dalam rangka

keterbukaan informasi publik. Kemudian dalam sector energi dan sumberdaya mineral

terdapat masalah belum optimalnya penataan lampu penerangan jalan.

Penataan Ruang

Masalah utama dalam tata ruang adalah rendahnya pengendalian alih fungsi

lahan pertanian menjadi lahan non pertanian, terutama untuk keperluan perumahan dan

industri. Namun di sisi lain masih banyak rumah yang belum memadai. Masih banyak

rumah tidak layak huni bagi masyarakat, dengan jumlah rumah tidak layak huni

sebesar 10,16% dari jumlah backlog rumah sebesar 19.402 unit. Dalam urusan

pertanahan, terdapat masalah terkait administrasi.

Sosial Budaya

Masalah sosial yang terjadi adalah belum memadainya penanganan terhadap

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) serta masih terbatasnya upaya

pengurangan resiko bencana, antisipasi perubahan iklim, serta penanganan rehabilitasi

dan rekontruksi pasca bencana yang komprehensif.

Pada sektor ketenagakerjaan terdapat masalah masih rendahnya kualitas sumber

daya manusia, yang dipengaruhi oleh sistem pendidikan formal dan pola pelaksanaan

pelatihan yang cenderung masih bersifat umum dan kurang berorientasi pada

perkembangan kebutuhan dunia usaha. Sektor transmigrasi ditandai dengan masalah

belum memadainya keterampilan calon transmigran sesuai dengan daerah tujuan

transmigrasi

17

Pada sektor kebudayaan, terdapat masalah belum memadainya pelestarian benda

cagar budaya dan pengembangan budaya. Untuk urusan pemberdayaan perempuan

terjadi permasalahan masih kurangnya pemahaman masyarakat terhadap konsep

perlindungan anak sesuai dengan UU No 23 tahun 2002, belum melembaganya

Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam masyarakat serta masih terbatasnya

perlindungan pada korban kekerasan berbasis gender dan pelanggaran hak anak.

Untuk urusan kependudukan terdapat masalah masih belum idealnya jumlah

personil tenaga lapangan penyuluh KB untuk mencakup masyarakat di Blora sehingga

membuat terbatasnya pelayanan KB yang diberikan kepada masyarakat. Di sisi lain

juga minimnya kader yang bersedia dan mampu dalam mengelola program KB di

tingkat desa/kelurahan sehingga membuat program KB kurang optimal berjalan di

tengah masyarakat.

Pemerintahan

Pada sektor pemerintahan terdapat masalah belum mantapnya pelaksanaan tata

kelola pemerintahan daerah, keseimbangan aparatur teknis dan administrasi,

pengelolaan dan pemanfaatan aset daerah dan sistem pengendalian internal pemerintah.

Pada sisi lain terdapat masalah belum terlaksananya kerjasama antar daerah terkait

pelayanan publik.

Pada sektor pemberdayaan masyarakat desa adalah belum optimalnya upaya

pemberdayaan masyarakat akibat keterbatasan kapasitas kader pemberdayaan

masyarakat serta masih belum optimalnya pemanfaatan hasil pengembangan teknologi

tepat guna karya masyarakat untuk mendukung produktifitas kerja

2. Tantangan Eksternal

Sebagai bagian dari masyarakat nasional dan internasional. Maka ada beberapa

permasalahan yang menjadi isu bersama dimana memerlukan partisipasi daerah.

Persoalan tersebut berupa pencapaian target pembangunan serta masalah hajat hidup

orang banyak terkait perubahan iklim dan dampaknya.

Dalam urusan target pembangunan, ada agenda pencapaian MDG’s, MP3EI dan

persiapan pasar bebas. Kemudian terkait hajat hidup atau kebutuhan masyarakat

terdapat persoalan pangan, energi dan perubahan iklim.

Pencapaian MDG’s sampai dengan tahun 2015 semua negara harus mampe

mencapai 8 tujuan pokok, yaitu: 1). Penurunan angka kemiskinan sampai setengahnya,

2). Pelayanan pendidikan dasar untuk semua, 3). Kesetaraan gender dan pemebrdayaan

perempuan, 4). Menurunkan angka kematian anak, 5). Meningkatkan kesehatan Ibu, 6).

Memerangi HIV, malaria dan penyakit menular lainnya, 7). Keberlanjutan lingkungan

hidup, dan 8). Membangun kemitraan global dalam pembangunan.

18

Untuk pencapaian MP3EI, Kabupaten Blora sebagai bagian dari Koridor Jawa

diarahkan kepada industri makanan dan minuman serta tekstil. Kabupaten Blora

sebagai salahsatu penyumbang industri pengolahan di Jawa Tengah, harus mampu

meningkatkan diri sebagai penopang pengembangan perekonimian wilayah berbasis

produk tersebut.

Sebagai bagian dari perekonomian global, maka isu persaingan bebas juga mesti

mendapatkan perhatian. Era perdagangan bebas pada tahun 2015 nanti untuk Asean

(AFTA) sudah mulai dijalankan. Oleh sebab itu harus segera dipersiapkan elemen-

elemen dasar dalam persaingan, yaitu kekuatan inovasi. Dengan inovasi maka kita tetap

dapat bertahan dalam persiangan yang menuntut adanya daya saing tinggi.

Terkait pemenuhan kebutuhan hidup, dalam hal ini pangan dan energi, sebagian

besar negara di dunia telah mengupayakan pemecahan permasalahan tersebut. Sumber

pangan dan energi berasal dari berbagai unsur, baik mineral maupun makhluk hidup.

Keberadaan sumber-sumber tersebut sangatlah terbatas untuk menopang kebutuhan

manusia yang terus berkembang. Perkembangan jumlah manusia yang diikuti

perkembangan industri memicu kebutuhan yang berlipat akan pangan dan energi. Pada

sisi lain perolehan sumber energi baru kadang bertolak belakang dengan pemenuhan

kebutuhan pangan, msialnya pemanfaatan biodiesel akan mempengaruhi luasan lahan

pertanian. Oleh sebab itu perlu ditemukan solusi yang tepat untuk mewujudkan

kemandirian pangan dan energi setiap wilayah.

Di sisi lain, perubahan iklim berupa musim yang ekstrim dan pergeseran musim,

pemanasan global dan kerusakan alam merupakan situasi yang dapat memperburuk

keadaan. Oleh sebab itu pemanfaatan sumber pangan dan energi hendaklah tidak

merubah kondisi lingkungan yang dapat membahayakan kehidupan manusia.

B. Peluang Pengembangan SIDa

SIDa Kabupaten Blora memiliki agenda menjawab tantangan internal dan eksternal

sebagaimana dikemukakan di atas. Isu-isu lokal yang menjadi perhatian adalah

peningkatan perekonomian makro yang mengandalkan sektor industri pengolahan,

kerajinan, perdagangan dan jasa serta pariwisata. Sedangkan isu eksternal meliputi isu

nasional yaitu pencapaian MP3EI, serta menanggapi isu global seperti pencapaian MDG’s

dan menanggapi persaingan global.

Agenda terkait pemenuhan hajat hidup orang banyak meliputi bagaimana

mewujudkan kemandirian pangan dan energi. Langkah ini dilakukan melalui pemanfaatan

Iptek untuk mengoptimalkan potensi sumberdaya alam yang terpat di Kabupaten Blora

agar dimaksimalkan untuk menghasilkan sumber pangan dan energi tanpa saling

mengganggu.

19

Sejalan dengan tantangan di atas, dapat dijabarkan 3 (tiga) tugas utama penataan dan

penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) sebagai berikut:

1. Membangun kelembagaan sistem inovasi yang handal sampai pada tata pemerintahan

terendah, akademisi, dunia usaha dan masyarakat

2. Mewujudkan keberlangsungan komunikasi intensif dan mobilisasi Iptek yang difasilitasi

oleh pemerintahan daerah kabupaten/kota yang inovatif

3. Meningkatkan kemampuan pengelolaan sumber daya SIDa yang terintegrasi guna

menumbuhkembangkan ekonomi produktif berbasis potensi lokal

Tabel 2.1 Identifikasi Permasalahan untuk Penentuan Program

dan Penguatan SIDa Kabupaten Blora

No Sasaran Pokok SIDa Indikator dan

Target SIDa

Permasalahan

Penguatan SIDa

Faktor-faktor Penentu

Keberhasilan (1) (2) (3) (4) (5)

1. Membangun

kelembagaan sistem

inovasi Kabupaten Blora

yang efektif dan efisien

dengan pengembangan

e-government sampai

pada tata pemerintahan

terendah dan

masyarakat.

kuatnya tim

koordinasi

SIDa.

Belum kuatnya

pengorganisasian

berbagai aktivitas

inovasi di

Kabupaten Blora.

Visi dan komitmen

kepala daerah serta

prioritas pembangunan

daerah yang

mendukung

pelembagaan sistem

inovasi.

regulasi

kerjasama

kelitbangan.

kebijakan

berbasis

inovasi.

Belum terciptanya

iklim inovasi yang

didukung oleh

kerangka regulasi

yang memadai.

Konteks dinamis dalam

kebijakan yang

terdesentralisasi dan

peningkatan kesadaran

politik partisipatif

masyarakat sehingga

memungkinkan

dilahirkannya produk

hukum yang

berkesesuian dengan

kebutuhan dinamis di

daerah.

insentif

kelitbangan

pembinaan

kelitbangan

Masih lemahnya

budaya kerja

inovatif di

lingkungan

lembaga

pemerintahan,

kegiatan ekonomi

masyarakat, dan

dunia usaha.

Mulai tumbuhnya para

perintis inovasi di

perdesaan dan

eksistensi kearifan

masyarakat dalam

pengelolaan lingkungan

yang potensial sebagai

basis pembangunan.

E-government

Masih belum

optimalnya

pendayagunaan

perkembangan

Iptekin,

pemanfaatan

informasi,

pengetahuan, dan

Peningkatan

pemanfaatan berbagai

teknologi informasi (e-

goverment) di tengah

masyarakat sebagai

peluang peningkatan

efisiensi dan efektivitas

pelayanan masyarakat.

20

No Sasaran Pokok SIDa Indikator dan

Target SIDa

Permasalahan

Penguatan SIDa

Faktor-faktor Penentu

Keberhasilan (1) (2) (3) (4) (5)

teknologi di

masyarakat.

2. Mewujudkan kolaborasi

multipihak (ABCG)

guna mewujudkan

konektivitas dan

pengelolaan lingkungan

fisik dan sosial.

kuatnya

jejaring

inovasi.

Masih belum

tingginya sinergi

komunikasi yang

intensif antar

stakeholders dalam

mendukung

kegiatan inovasi.

Kebijakan desentralisasi

melahirkan potensi bagi

Pemerintahan

Kabupaten Blora

menjadi dinamisator

aktivitas inovasi di

berbagai bidang

pembangunan.

kerjasama

ABCG

Keterbatasan saran

dan prasarana Iptek

di berbagai unit

usaha masyarakat.

Peningkatan kesadaran

berbagai pihak terhadap

aspek strategis Iptekin

bagi pengembangan

kegiatan ekonomi dan

bidang fisik dan sosial.

3. Meningkatkan kemampuan

pengelolaan potensi

inovasi daerah yang

terintegrasi guna

menumbuhkembangkan

ekonomi produktif berbasis

potensi Kabupaten Blora.

eksplorasi dan

efisinesi SDA

inovasi

produk

unggulan

Potensi SDA yang

belum sepenuhnya

didayagunakan

melalui

pemanfaatan

Iptekin.

Variasi potensi dan

mulai berkembangnya

berbagai kegiatan

ekonomi sejenis dalam

suatu kawasan yang

potensial dikembangkan

melalui model

pelembagan klaster

industri dan UMKM.

Penciptaan dan

pengembangan

kapasitas SDM

inovatif

Problem

ketersediaan SDM

(teknoprener) yang

mampu mengelola

berbagai kegiatan

inovasi menuju

pada pembentukan

keuntungan

ekonomi.

Munculnya para

pelopor inovasi

diberbagai bidang

kegiatan yang potensial

dikembangkan sebagai

teknoprener.

21

Pengembangan dan penguatan SIDa di atas merupakan strategi utama menghadapi

isu-isu strategis di berbagai lingkup yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 2.2 Identifikasi Isu-isu Penguatan SIDa Kabupaten Blora

No

Isu Strategis

Dinamika

Internasional

Dinamika

Nasional Dinamika Lokal Lain-lain

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Pencapaian MDG’s Pencapaian Tujuan

Pembangunan

Nasional

Menuju Kabupaten

Blora yang Semakin

Sejahtera.

Tata Kelola

Pemerintahan

Pelayanan

Publik,

Demokratisasi

Kondusivitas

wilayah

2 Ekonomi global Daya saing produk

Pengurangan

Kemiskinan dan

Pengangguran.

3 Krisis energi Kedaulatan Energi Infrastruktur.

4 Krisis pangan

Kedaulatan Pangan Menuju Jawa

Tengah Sejahtera

dan Berdikari.

5 Perubahan iklim

22

BAB III

KONDISI SISTEM INOVASI DAERAH YANG AKAN DICAPAI

Kondisi pembangunan Kabupaten Blora sampai saat ini masih cenderung dijelaskan

oleh besaran faktor-faktor ekonomi yang menggerakkan proses pembangunan. Oleh karena

itu, guna meningkatkan daya saing dan kompetensi pengelolaan potensi ekonomi Kabupaten

Blora, perlu dilakukan upaya transformasi secara sistemik. Melalui kerangka Sistem Inovasi

Daerah (SIDa) diharapkan menggeser paradigma pembangunan Kabupaten Blora agar mulai

digerakkan oleh proses-proses yang semakin efisien dengan mendayagunakan Iptekin. Pada

posisi tersebut, faktor inovasi menjadi kata kunci baru dalam mewujudkan peningkatan

efisiensi dan kualitas proses dan hasil pembangunan. Berpangkal pada argumentasi

kebutuhan transformasi dalam pembangunan Kabupaten Blora di atas, maka perlu disusun

strategi sekaligus peta rencana atau Road Map SIDa yang sinergis dengan RPJMD Kabupaten

Blora.

Roadmap SIDa lebih lanjut perlu menyusun skema pentahapan penciptaan kondisi

inovasi sebagai penggerak proses pembangunan (innovation-driven development) Kabupaten

Blora Tahun 2014-2018. Untuk mencapai kondisi innovation-driven development pada tahun

2018, Pemerintah Kabupaten Blora akan melakukan koordinasi dan sinergi program/kegiatan

pembangunan guna memperkuat penataan unsur-unsur strategis dalam penguatan sistem

inovasi daerah. Target capaian kondisi innovation-driven development pada tahun 2018 akan

diwujudkan melalui suatu pentahapan. Berikut dideskripsikan berbagai kondisi strategis yang

diharapkan terwujud dalam tiga tahapan penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten

Blora, yaitu:

A. Terciptanya Daya Dukung SIDa Kabupaten Blora (Tahun 2014-2015)

Untuk meningkatkan kerangka dasar (pondasi) SIDa Kabupaten Blora, kebijakan

penguatan daya dukung bagi berbagai aktivitas inovatif dapat menjadi jawabannya.

Sistem inovasi pada dasarnya merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari kolaborasi

aktor, kelembagaan, jaringan, kemitraan, hubungan interaksi, dan proses produktif yang

memengaruhi arah perkembangan dan kecepatan inovasi pembangunan daerah.

Penguatan daya dukung SIDa perlu diarahkan kepada proses pengembangan

Iptekin pada berbagai basis produksi unggulan sampai pada tataran masyarakat

perdesaan. Transformasi basis produksi unggulan perlu diarahkan menuju terwujudnya

kapasitas daya dukung kelembagaan, jejaring, dan kesumberdayaan yang handal.

Kebijakan penguatan daya dukung sistem inovasi di Kabupaten Blora merupakan

wahana memperkuat pondasi SIDa dan kohesi sosial dalam mewujudkan masyarakat

yang semakin sejahtera menuju penciptaan kondisi innovation-driven development.

Untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera berbasis innovation-driven development

23

pada 2018, ada beberapa fokus penguatan tahap awal (pertama) atau penciptaan daya

dukung SIDa yaitu:

1. Penataan Kerangka Kelembagaan Bagi Inovasi Pembangunan

Tahapan (milestone) awal ini berfokus pada upaya penataan unsur

kelembagaan guna mendukung penciptaan daya dukung SIDa khususnya pada upaya

mendukung penciptaan kerangka umum yang kondusif bagi berbagai kegiatan

inovasi. Arah pengembangan kelembagaan pada pada tahap awal ini berkaitan

dengan tujuan menciptakan iklim daerah yang kondusif, khususnya bagi aktivitas

pemerintahan, aktivitas ekonomi masyarakat perdesaan, dan dunia usaha. Penguatan

pondasi sistem inovasi daerah (SIDa) Kabupaten Blora dilakukan melalui penataan

daya dukung unsur kerangka regulasi, organisasi (Tim Koordinasi dan

Kesekretariatan SIDa), dan internalisasi budaya inovasi melalui berbagai sosialisasi

keinovasian.

Tahap pertama penataan kerangka kelembagaan SIDa Kabupaten Blora ini

juga terkait dengan upaya pengenalan budaya inovasi dalam berbagai

organisasi/lembaga inovasi daerah. Tujuan agenda itu ialah membangun landasan

budaya kreatif-inovatif pada masyarakat Kabupaten Blora.

Penataan daya dukung kelembagan Iptekin perlu ditopang melalui agenda

pemetakan potensi unggulan desa-desa di Kabupaten Blora untuk dikembangkan

secara inovatif. Maka, dalam tataran pengembangan kelembagan perlu dibanguan

kerangka model pengembangan desa inovasi sebagai strategi pengembangan basis

kelembagaan SIDa yang terarah secara kokoh, sistematis, berkelanjutan, dan

bersinergi dengan agenda penguatan SIDa pada lingkup Pemerintah Provinsi Jawa

Tengah dan SINas (Sistem Inovasi Nasional).

2. Penataan Kerangka Jejaring Bagi Inovasi Pembangunan

Pada unsur jejaring, yang perlu diperhatikan pada tahapan awal adalah

menumbuhkembangkan berbagai kolaborasi atau kerja sama dalam proses inovasi

dan difusi Iptekin (praktik baik/terbaik dan/atau hasil kelitbangan). Tujuan utamanya

ialah merintis terciptanya interaksi produktif multipihak yang saling menguntungkan

bagi perkembangan inovasi dan difusinya, serta penyebarluasan hasil-hasil litbang

yang sesuai dengan potensi terbaik di lingkup Kabupaten Blora.

Guna menciptakan kerangka sistemik dalam pengembangan kerangka jejaring

SIDa, maka perlu didorong melalui agenda Pengembangan Kabupaten Blora

Inovatif. Pengembangan iklim yang kondusif bagi proses-proses inovasi hanya

mungkin dilaksanakan melalui dukungan penyelenggaraan unsur-unsur

penyelenggaraan pemerintahan kabupaten secara inovatif. Kemajuan SIDa di

Kabupaten Blora, sebenarnya akan ditentukan oleh seberapa cepat dan kuat pondasi

24

jejaring inovasi dapat didorong oleh pemerintah kabupaten dengan segenap

pemangku kepentingan yang ada.

3. Penataan Kerangka Penguatan Kesumberdayaan Bagi Inovasi Pembangunan

Penataan kerangka penguatan kesumberdayaan sangat strategis dalam upaya

mengantisipasi dinamika sosial masyarakat memasuki era ekonomi pengetahuan

(knowledge economy) dan masyarakat pengetahuan (knowledge society). Dan, arah

pengembangan kesumberdayaan SIDa Kabupaten Blora perlu diwujudkan melalui

peningkatan kesadaran berbagai pihak terhadap aspek strategis Iptekin bagi

pengembangan kegiatan ekonomi dan bidang-bidang pembangunan.

Maka, tahap awal penataan kerangka kesumberdayaan perlu dilakukan melalui

upaya menumbuhkembangkan dan memperkuat keterpaduan pemajuan

kesumberdayaan UMKM. Tujuan utamanya ialah mendorong aktivitas inovasi

UMKM saling bersinergi, meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan mulai

memahami perkembangan global untuk dimanfaatkan bagi kepentingan

daerah. Tujuan utamanya adalah terjadinya penguatan rantai nilai Pengembangan

UMKM berbasis teknologi di Kabupaten Blora. Lebih jauh perlu mulai membentuk

jiwa kewirausahaan (teknoprener) masyarakat agar mampu mengelola berbagai

aktivitas inovatif menuju pada pembentukan keuntungan ekonomi bagi masyarat dan

penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di Kabupaten Blora.

B. Pemantapan Kapasitas SIDa di Kabupaten Blora (Tahun 2015-2016)

Tahapan kedua ini merupakan tahap lanjut dari proses Pembangunan Daya

Dukung (pondasi) pada tahap pertama roadmap penguatan SIDa Kabupaten Blora. Arah

pengembangan pada tahapan kedua ini adalah tercapainya pemantapan kapasitas inovasi

dari berbagai kelembagaan SIDa di Kabupaten Blora. Hal tersebut akan terlihat dari

semakin luasnya wilayah pengembangan dan hasilnya pada peningkatan besaran

produksi berbagai usaha masyarakat, dan perluasan bidang-bidang baru yang mampu

dikembangkan secara inovatif baik pada organisasi pemerintahan, masyarakat, maupun

dunia usaha.

1. Penguatan Kapasitas Kelembagaan Bagi Inovasi Pembangunan

Tahap (milestone) kedua yang hendak dicapai dalam penataan unsur

kelembagaan guna mendukung pemantapan kapasitas SIDa adalah semakin kuatnya

unsur-unsur kelembagaan guna mendukung penciptaan kerangka umum yang

semakin kondusif bagi inovasi. Arah pengembangan kelembagaan pada pada tahap

kedua ini intinya berkaitan dengan tujuan menciptakan iklim daerah yang semakin

kondusif, khususnya bagi aktivitas pemerintahan, aktivitas ekonomi masyarakat

perdesaan, dan dunia usaha. Perwujudan pemantapan kapasitas Sistem Inovasi

25

Daerah (SIDa) dilakukan melalui pemantapan daya dukung unsur organisasi,

kerangka regulasi, dan internalisasi budaya inovasi.

Penataan kapasitas kelembagan Iptekin perlu ditopang melalui pengembangan

berbagai potensi unggulan desa-desa di Kabupaten Blora. Maka, target capaian

dalam tataran pengembangan desa inovasi adalah semakin kuatnya kelembagaan

proses inovasi produktif di segenap pedesaan Kabupaten Blora.

Tahap kedua penataan kerangka kelembagaan SIDa Kabupaten Blora ini

terkait pula dengan upaya pemantapan budaya inovasi dalam berbagai

organisasi/lembaga inovasi di lingkup Kabupaten Blora. Tujuan agenda itu ialah

mulai mantapnya landasan budaya kreatif-inovatif dan kohesi sosial masyarakat.

2. Penguatan Kapasitas Jejaring Bagi Inovasi Pembangunan

Tahap kedua unsur jejaring yang perlu dicapai dalam mendukung pemantapan

kapasitas SIDa Kabupaten Blora adalah semakin banyaknya kolaborasi atau

kerjasama dalam proses inovasi dan difusi Iptekin (praktik baik/terbaik dan/atau

hasil kelitbangan). Tujuan utamanya ialah tercapainya interaksi intensif dan

produktif multipihak yang saling menguntungkan bagi perkembangan inovasi dan

difusinya, penyebarluasan hasil-hasil litbang yang sesuai dengan potensi terbaik di

lingkup kabupaten.

Guna menciptakan kerangka sistemik dalam pengembangan kerangka jejaring

SIDa, maka agenda Pengembangan Blora Inovatif perlu memiliki target

pengembangan yang lebih luas. Pengembangan iklim inovasi yang semakin kondusif

yang diwujudkan melalui semakin mantapnya dukungan penyelenggaraan unsur-

unsur pemerintahan dalam berbagai proses inovatif di daerahnya. Pengembangan

kapasitas SIDa Kabupaten Blora ditentukan oleh komitmen dukungan pemerintahan

daerah melakukan pengembangan jejaring inovasi sebagai proses yang produktif dan

mampu meningkatakan kesejahteraan masyarakat.

3. Penguatan Kapasitas Kesumberdayaan Bagi Inovasi Pembangunan

Arah pengembangan kesumberdayaan SIDa pada tahap kedua perlu

diwujudkan melalui peningkatan kesadaran dan perhatian nyata berbagai pihak

terhadap aspek strategis Iptekin bagi pengembangan kegiatan ekonomi dan bidang-

bidang pembangunan.

Pemantapan kapasitas kesumberdayaan SIDa perlu diwujudkan melalui upaya

pemantapan berbagai proses inovatif dan memperkuat keterpaduan pemajuan

kesumberdayaan UMKM di Kabupaten Blora. Tujuan utamanya ialah mendorong

aktivitas inovasi UMKM yang semakin bersinergi, mampu meningkatkan

pengetahuan, keterampilan, dan semakin dapat memahami dan menguasai

perkembangan global untuk dimanfaatkan bagi kepentingan daerah. Tujuan

khususnya adalah terjadinya penguatan kapasitas Pengembangan UMKM Berbasis

26

Teknologi di Kabupaten Blora dan perluasan jiwa kewirausahaan (teknoprener)

masyarakat agar mampu mengelola berbagai kegiatan inovasi menuju pada

pembentukan keuntungan ekonomi yang semakin nyata.

C. Terwujudnya Daya Saing SIDa Kabupaten Blora (Tahun 2017-2018)

Tahapan ketiga ini merupakan tahap lanjut dari proses Pemantapan Kapasitas

SIDa Kabupaten Blora. Arah pengembangan pada tahapan (milestones) ketiga ini adalah

tercapainya daya saing berbagai inovasi yang dikembangkan oleh berbagai lembaga. Hal

tersebut akan terlihat dari semakin luasnya wilayah pengembangan, mantapnya produksi

dan kualitas berbagai usaha masyarakat, kemampuan penyesuaian dengan berbagai

tuntutan global, dan perluasan cakupan bidang-bidang baru yang mampu dikembangkan

secara inovatif baik pada organisasi pemerintahan, masyarakat, maupun dunia usaha.

1. Penciptaan Daya Saing Unsur Kelembagaan Bagi Inovasi Pembangunan

Tahap (milestones) ketiga yang hendak dicapai dalam penataan unsur

kelembagaan guna mendukung perwujudan daya saing SIDa Kabupaten Blora

adalah semakin kuatnya unsur-unsur kelembagaan guna mendukung penciptaan

kerangka umum yang semakin kondusif bagi inovasi. Arah pengembangan

kelembagaan pada pada tahap ketiga ini intinya berkaitan dengan tujuan

menciptakan iklim daerah yang semakin kondusif, khususnya bagi aktivitas

pemerintahan, aktivitas ekonomi masyarakat perdesaan, dan dunia usaha.

Perwujudan perwujudan daya saing Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Blora

dilakukan melalui pemantapan kapasitas organisasi, kerangka regulasi, dan

internalisasi budaya inovasi.

Perwujudan daya saing kelembagan Iptekin perlu ditopang melalui

pengembangan daya saing desa-desa di Kabupaten Blora. Maka, target capaian

dalam tataran pengembangan desa inovasi adalah semakin efisiennya kelembagaan

proses inovasi produktif di perdesaan.

Tahap ketiga penataan kerangka kelembagaan SIDa terkait pula dengan upaya

pemantapan budaya inovasi dalam berbagai organisasi/ lembaga inovasi daerah.

Tujuan agenda itu ialah semakin handalnya landasan budaya kreatif-inovatif,

kewirausahaan, dan kohesi sosial masyarakat di Kabupaten Blora.

2. Penciptaan Daya Saing Jejaring Bagi Inovasi Pembangunan

Tahap ketiga unsur jejaring yang perlu dicapai dalam mendukung perwujudan

daya saing SIDa di Kabupaten Blora adalah semakin meratanya kolaborasi atau

kerjasama dalam proses inovasi dan difusi Iptekin (praktik baik/terbaik, dan/atau

hasil kelitbangan). Tujuan utamanya ialah tercapainya interaksi yang semakin

intensif dan produktif multipihak yang saling menguntungkan bagi perkembangan

inovasi dan difusinya, penyebarluasan praktik baik dan hasil-hasil litbang yang

27

sesuai dengan potensi terbaik di lingkup kabupaten dan interelasinya dengan

kabupaten lain di Jawa Tengah.

Guna menciptakan kerangka sistemik dalam pengembangan kerangka jejaring

SIDa di Kabupaten Blora, maka agenda Pengembangan Kadus Inovatif perlu

membidik target pengembangan kualitas daya saing. Pengembangan iklim inovasi

yang semakin kondusif yang diwujudkan melalui semakin real dan mantapnya

dukungan penyelenggaraan unsur-unsur pemerintahan kabupaten dalam berbagai

proses inovatif.

3. Penciptaan Daya Saing Kesumberdayaan Bagi Inovasi Pembangunan

Arah pengembangan kesumberdayaan SIDa Kabupaten Blora pada tahap

ketiga perlu melakukan pemantapan kesadaran dan perhatian nyata berbagai pihak

terhadap aspek strategis Iptekin bagi pengembangan kegiatan ekonomi dan bidang-

bidang pembangunan.

Perwujudan daya saing kesumberdayaan SIDa perlu diwujudkan melalui

upaya pemantapan berbagai proses inovatif dan memperkuat keterpaduan pemajuan

kesumberdayaan UMKM. Tujuan utamanya ialah mendorong aktivitas inovasi

UMKM yang semakin berkualitas, bersinergi, mampu meningkatkan pengetahuan,

keterampilan, dan semakin dapat menguasai dan mampu lakukan penyesuaian

dengan perkembangan global untuk dimanfaatkan bagi kepentingan daerah.

Lebih lanjut dalam aspek kewirausahaan (teknoprener) masyarakat perlu

senantiasa didorong agar semakin menunjukkan prospek pengembangan dan

keuntungan yang semakin mantap. Hal ini dilakukan sekaligus sebagai penyesuaian

atas berbagai tantangan dan tuntutan dalam persaingan global.

Lebih jauh, kondisi SIDa Kabupaten Blora yang akan dicapai pada akhir tahun 2018

adalah terciptanya arah dan kondisi indikator pembangunan daerah yang kondusif dalam

menjawab berbagai tantangan yang ada. Hal tersebut akan dilakukan melalui upaya

pencapaian 4 pilar prakarsa utama dan 3 pilar tematik SIDa Kabupaten Blora yang

disinergikan dalam 6 elemen Kerangka Kebijakan Inovasi sebagai berikut:

Tabel 3.1 Pilar Prakarsa Penguatan Sistem Inovasi Daerah

No Kerangka Kebijakan Inovasi Kondisi yang Akan Dicapai

(1) (2) (3)

1 Elemen 1: Kerangka Umum yang

kondusif bagi inovasi dan bisnis. Tersusun dan terlaksananya pengembangan

sistem inovasi perencanaan pembangunan

daerah.

Terdapatnya kajian pendukung Kebijakan

Penanaman Modal. 2 Elemen 2: Kelembagaan dan daya

dukung ilmu pengetahuan,

teknologi dan inovasi

(IPTEKIN)/atau penelitian,

Terlaksanaya pembinaan dan evaluasi SIDa

dalam rangka penguatan Sistem Inovasi Daerah

28

pengembangan dan perekayasaan

(litbangyasa) serta kemampuan

absorpsi industri, khususnya usaha

mikro, kecil dan menengah

(UMKM).

3 Elemen 3: Kolaborasi bagi inovasi

dan difusi inovasi. Optimalnya monitoring, evaluasi dan pelaporan

penggunaan DBHCHT

4 Elemen 4: Budaya Inovasi. Terlaksananya pembinaan dan fasilitasi

kreativitas dan inovasi teknologi masyarakat

5 Elemen 5: Keterpaduan/ koherensi

pemajuan sistem inovasi di daerah. Terdapatnya dokumen perencanaan tahunan/

agenda aksi pengembangan inovasi daerah

6 Elemen 6: Keselarasan dengan

perkembangan global. Terlaksananya kajian penelitian

Tabel 3.2 Pilar Prakarsa Pengembangan Klaster Industri

No Kerangka Kebijakan Inovasi Kondisi yang Akan Dicapai

(1) (2) (3)

1 Elemen 1: Kerangka Umum yang

kondusif bagi inovasi dan bisnis. Peningkatan pembinaan industri kecil dan

menengah dalam memperkuat jaringan klaster

industri

Penyusunan Masterplan Industri Perdagangan

peningkatan pemanfaatan teknologi informasi

dalam pemasaran pariwisata

Peningkatan promosi dan kerjasama investasi

2 Elemen 2: Kelembagaan dan daya

dukung ilmu pengetahuan,

teknologi dan inovasi

(IPTEKIN)/atau penelitian,

pengembangan dan perekayasaan

(litbangyasa) serta kemampuan

absorpsi industri, khususnya usaha

mikro, kecil dan menengah

(UMKM).

Peningkatan pengawasan dan pembinaan masalah

keamanan pangan.

Pengembangan jangkauan pemasaran industri.

Peningkatan daya saing industri yang handal.

3 Eelemen 3: Kolaborasi bagi inovasi

dan difusi inovasi Menambah dan memperluas jaringan bisnis

dengan para eksportir

Peningkatan keikutsertaan dalam Forum

kemitraan luar negeri.

Tersedianya database sistem informasi sejarah

purbakala

Tersedianya sistem informasi database bidang

kebudayaan

4 Eelemen 4: Budaya Inovasi Terdapatnya pengembangan kebudayaan dan

pariwisata

Terkelolanya karya cetak dan karya rekam

kekayaan budaya

5 Elemen 5: Keterpaduan/ koherensi

pemajuan sistem inovasi di daerah. Meningkatnya pemasaran hasil produksi

pertanian/perkebunan unggulan daerah

6 Elemen 6: Keselarasan dengan

perkembangan global. Peningkatan promosi perdagangan internasional

dan regional

29

Tabel 3.3 Pilar Prakarsa Pengembangan Jaringan Inovasi

No Kerangka Kebijakan Inovasi Kondisi yang Akan Dicapai

(1) (2) (3)

1 Elemen 1: Kerangka Umum yang

kondusif bagi inovasi dan bisnis. Pembangunan Akses Jalan Terminal Wisata

Pembangunan Terminal Wisata

Peningkatan infrastruktur jaringan komunikasi

2 Elemen 2: Kelembagaan dan daya

dukung ilmu pengetahuan,

teknologi dan inovasi

(IPTEKIN)/atau penelitian,

pengembangan dan perekayasaan

(litbangyasa) serta kemampuan

absorpsi industri, khususnya usaha

mikro, kecil dan menengah

(UMKM).

Peningkatan jaringan komunikasi dan informasi.

Peningkatan kemutahiran data pelayanan

perhubungan.

Optimalisasi kegiatan pengkajian dan penelitian

bidang informasi dan komunikasi jasa postel.

3 Elemen 3: Kolaborasi bagi inovasi

dan difusi inovasi. Terciptanya koordinasi dan fasilitasi kerjasama

pembangunan

4 Elemen 4: Budaya Inovasi. Pengembangan Blora Cyber City

Peningkatan kegiatan pengembangan aparatur

sesuai dengan kompetensi dan prestasi.

5 Elemen 5: Keterpaduan/ koherensi

pemajuan sistem inovasi di daerah. Monitoring, evaluasi dan pelaporan kondisi

infrastruktur angkutan di kabupaten Blora.

6 Elemen 6: Keselarasan dengan

perkembangan global Peningkatan deseminasi dan distribusi informasi

nasional melalui media massa.

Tabel 3.4 Pilar Prakarsa Pengembangan Teknoprener

No Kerangka Kebijakan Inovasi Kondisi yang Akan Dicapai

(1) (2) (3)

1 Elemen 1: Kerangka Umum yang

kondusif bagi inovasi dan bisnis. Peningkatan kualitas SDM usaha perdagangan

luar negeri

2 Elemen 2: Kelembagaan dan daya

dukung ilmu pengetahuan,

teknologi dan inovasi

(IPTEKIN)/atau penelitian,

pengembangan dan perekayasaan

(litbangyasa) serta kemampuan

absorpsi industri, khususnya usaha

mikro, kecil dan menengah

(UMKM).

Penguasaan teknologi pertanian perkebunan

modern oleh kader saka taruna bumi

3 Elemen 3: Kolaborasi bagi inovasi

dan difusi inovasi. Peningkatan penerapan teknologi

pertanian/perkebunan yang tepat guna bagi petani

4 Elemen 4: Budaya Inovasi. Pengembangan agribisnis peternakan

5 Elemen 5: Keterpaduan/ koherensi

pemajuan sistem inovasi di daerah. Pengembangan dan pelayanan teknologi industri

6 Elemen 6: Keselarasan dengan

perkembangan global. Perbaikan kualitas dan volume penyuluhan guna

meningkatkan produksi pertanian/perkebunan

30

Tabel 3.5 Pilar Tematik Pengembangan E-Government

No Kerangka Kebijakan Inovasi Kondisi yang Akan Dicapai

(1) (2) (3)

1 Elemen 1: Kerangka Umum yang

kondusif bagi inovasi dan bisnis Penyusunan Master Plan E-Gov

Meningkatnya pemahaman masyarakat akan arti

pentingnya pencatatan sipil dan pendaftaran

penduduk

2 Elemen 2: Kelembagaan dan daya

dukung ilmu pengetahuan,

teknologi dan inovasi

(IPTEKIN)/atau penelitian,

pengembangan dan perekayasaan

(litbangyasa) serta kemampuan

absorpsi industri, khususnya usaha

mikro, kecil dan menengah

(UMKM)

Optimalisasi sistem informasi manajemen

keuangan daerah.

Meningkatnya kualitas pelayanan administrasi

kependudkan dan pencatatan sipil

Meningkatnya kualitas pelayanan administrasi

kependudkan dan pencatatan sipil secara

elektronik

Peningkatan kualitas pengelolaan LPSE

Peningkatan kualitas dan pemutahiran data jasa

postel.

Penyusunan SIM Pelayanan Setda

Penguatan kapasitas kelembagaan dalam

penyebaran informasi penyelenggaraan

pemerintah daerah.

Optimalisasi Pengembangan Database

Kependudukan

3 Elemen 3: Kolaborasi bagi inovasi

dan difusi inovasi. Fasilitasi peningkatan SDM bidang komunikasi

dan informasi

4 Elemen 4: Budaya Inovasi. Peningkatan kapasitas penguasaan TI bagi

aparatur.

Peningkatan Kapasitas Aparat Kependudukan

dan Catatan Sipil

Peningkatan kapasitas aparatur pemerintahan

desa.

5 Elemen 5: Keterpaduan/ koherensi

pemajuan sistem inovasi di daerah Pendampingan penyusunan website SKPD

(paket)

Peningkatan keterpaduan/koherensi dalam

pendaftaran kependudukan

6 Elemen 6: Keselarasan dengan

perkembangan global Penyebarluasan informasi pembangunan daerah

Tabel 3.6 Pilar Tematik

Pengembangan Sektor Usaha Pertanian

No Kerangka Kebijakan Inovasi Kondisi yang Akan Dicapai

(1) (2) (3)

1 Elemen 1: Kerangka Umum yang

kondusif bagi inovasi dan bisnis Kondisi yang kondusif dalam aspek-aspek:

a. Pra Produksi

pengelolaan tempat usaha,

pemilihanbenih/bibit,

b. Proses Produksi:

metode budidaya,

pengumpulan hasil,

c. Pasca Produksi

distribusi produk,

31

pengolahan produk,

pengemasan produk, dan

pemasaran

2 Elemen 2: Kelembagaan dan daya

dukung ilmu pengetahuan,

teknologi dan inovasi

(IPTEKIN)/atau penelitian,

pengembangan dan perekayasaan

(litbangyasa) serta kemampuan

absorpsi industri, khususnya usaha

mikro, kecil dan menengah

(UMKM)

Kondisi yang kondusif dalam aspek-aspek:

a. Pra Produksi

pengelolaan tempat usaha,

pemilihanbenih/bibit,

b. Proses Produksi:

metode budidaya,

pengumpulan hasil,

c. Pasca Produksi

distribusi produk,

pengolahan produk,

pengemasan produk, dan

pemasaran

3 Elemen 3: Kolaborasi bagi inovasi

dan difusi inovasi. Kondisi yang kondusif dalam aspek-aspek:

a. Pra Produksi

pengelolaan tempat usaha,

pemilihanbenih/bibit,

b. Proses Produksi:

metode budidaya,

pengumpulan hasil,

c. Pasca Produksi

distribusi produk,

pengolahan produk,

pengemasan produk, dan

pemasaran

4 Elemen 4: Budaya Inovasi. Kondisi yang kondusif dalam aspek-aspek:

a. Pra Produksi

pengelolaan tempat usaha,

pemilihanbenih/bibit,

b. Proses Produksi:

metode budidaya,

pengumpulan hasil,

c. Pasca Produksi

distribusi produk,

pengolahan produk,

32

pengemasan produk, dan

pemasaran

5 Elemen 5: Keterpaduan/ koherensi

pemajuan sistem inovasi di daerah Kondisi yang kondusif dalam aspek-aspek:

a. Pra Produksi

pengelolaan tempat usaha,

pemilihanbenih/bibit,

b. Proses Produksi:

metode budidaya,

pengumpulan hasil,

c. Pasca Produksi

distribusi produk,

pengolahan produk,

pengemasan produk, dan

pemasaran

6 Elemen 6: Keselarasan dengan

perkembangan global Kondisi yang kondusif dalam aspek-aspek:

a. Pra Produksi

pengelolaan tempat usaha,

pemilihanbenih/bibit,

b. Proses Produksi:

metode budidaya,

pengumpulan hasil,

c. Pasca Produksi

distribusi produk,

pengolahan produk,

pengemasan produk, dan

pemasaran

Tabel 3.7 Pilar Tematik Pengembangan Sektor Usaha Pertambangan / Penggalian

No Kerangka Kebijakan Inovasi Kondisi yang Akan Dicapai

(1) (2) (3)

1 Elemen 1: Kerangka Umum yang

kondusif bagi inovasi dan bisnis. a. Pra Produksi

Penyelidikan Umum (prospecting)

Eksplorasi : eksplorasi pendahuluan,

eksplorasi rinci

Studi

kelayakan : teknik, ekonomik, lingkungan (ter

masuk studi amdal)

33

Persiapan produksi (development,

construction)

b. Proses Produksi

Penambangan (Pembongkaran,

Pemuatan,Pengangkutan, Penimbunan)

Reklamasi dan Pengelolaan Lingkungan

Pengolahan (mineral dressing)

Pemurnian / metalurgi ekstraksi

c. Pasca Produksi

Pemasaran

Corporate Social Responsibility (CSR)

Pengakhiran Tambang (Mine Closure)

2 Elemen 2: Kelembagaan dan daya

dukung ilmu pengetahuan,

teknologi dan inovasi

(IPTEKIN)/atau penelitian,

pengembangan dan perekayasaan

(litbangyasa) serta kemampuan

absorpsi industri, khususnya usaha

mikro, kecil dan menengah

(UMKM).

a. Pra Produksi

Penyelidikan Umum (prospecting)

Eksplorasi : eksplorasi pendahuluan,

eksplorasi rinci

Studi

kelayakan : teknik, ekonomik, lingkungan (ter

masuk studi amdal)

Persiapan produksi (development,

construction)

b. Proses Produksi

Penambangan (Pembongkaran,

Pemuatan,Pengangkutan, Penimbunan)

Reklamasi dan Pengelolaan Lingkungan

Pengolahan (mineral dressing)

Pemurnian / metalurgi ekstraksi

c. Pasca Produksi

Pemasaran

Corporate Social Responsibility (CSR)

Pengakhiran Tambang (Mine Closure)

3 Elemen 3: Kolaborasi bagi inovasi

dan difusi inovasi. a. Pra Produksi

Penyelidikan Umum (prospecting)

Eksplorasi : eksplorasi pendahuluan,

eksplorasi rinci

Studi

34

kelayakan : teknik, ekonomik, lingkungan (ter

masuk studi amdal)

Persiapan produksi (development,

construction)

b. Proses Produksi

Penambangan (Pembongkaran,

Pemuatan,Pengangkutan, Penimbunan)

Reklamasi dan Pengelolaan Lingkungan

Pengolahan (mineral dressing)

Pemurnian / metalurgi ekstraksi

c. Pasca Produksi

Pemasaran

Corporate Social Responsibility (CSR)

Pengakhiran Tambang (Mine Closure)

4 Elemen 4: Budaya Inovasi. a. Pra Produksi

Penyelidikan Umum (prospecting)

Eksplorasi : eksplorasi pendahuluan,

eksplorasi rinci

Studi

kelayakan : teknik, ekonomik, lingkungan (ter

masuk studi amdal)

Persiapan produksi (development,

construction)

b. Proses Produksi

Penambangan (Pembongkaran,

Pemuatan,Pengangkutan, Penimbunan)

Reklamasi dan Pengelolaan Lingkungan

Pengolahan (mineral dressing)

Pemurnian / metalurgi ekstraksi

c. Pasca Produksi

Pemasaran

Corporate Social Responsibility (CSR)

Pengakhiran Tambang (Mine Closure)

5 Elemen 5: Keterpaduan/ koherensi

pemajuan sistem inovasi di daerah. a. Pra Produksi

Penyelidikan Umum (prospecting)

Eksplorasi : eksplorasi pendahuluan,

35

eksplorasi rinci

Studi

kelayakan : teknik, ekonomik, lingkungan (ter

masuk studi amdal)

Persiapan produksi (development,

construction)

b. Proses Produksi

Penambangan (Pembongkaran,

Pemuatan,Pengangkutan, Penimbunan)

Reklamasi dan Pengelolaan Lingkungan

Pengolahan (mineral dressing)

Pemurnian / metalurgi ekstraksi

c. Pasca Produksi

Pemasaran

Corporate Social Responsibility (CSR)

Pengakhiran Tambang (Mine Closure)

6 Elemen 6: Keselarasan dengan

perkembangan global. a. Pra Produksi

Penyelidikan Umum (prospecting)

Eksplorasi : eksplorasi pendahuluan,

eksplorasi rinci

Studi

kelayakan : teknik, ekonomik, lingkungan (ter

masuk studi amdal)

Persiapan produksi (development,

construction)

b. Proses Produksi

Penambangan (Pembongkaran,

Pemuatan,Pengangkutan, Penimbunan)

Reklamasi dan Pengelolaan Lingkungan

Pengolahan (mineral dressing)

Pemurnian / metalurgi ekstraksi

c. Pasca Produksi

Pemasaran

Corporate Social Responsibility (CSR)

Pengakhiran Tambang (Mine Closure)

36

BAB IV

STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

PENGUATAN SISTEM INOVASI DAERAH KABUPATEN BLORA

C. Visi

Meningkatnya kesejahteraan masyarakat Blora

D. Misi

Dengan mengacu pada Platform Kabupaten Blora sebagai Rancangan Teknokratik

RPJMD Kabupaten Blora Tahun 2015-2020, maka misi kebijakan pembangunan

Kabupaten Blora 2015-2020 dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas;

2. Mewujudkan kualitas kehidupan ekonomi masyarakat

3. Mewujudkan pemenuhan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana

4. Terwujudnya pemerataan pembangunan yang berkeadilan

5. Mewujudkan penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik dan demokratis

6. Mewujudkan kehidupan sosial politik dan kemasyarakatan yang tenteram, tertib dan

aman

E. Tujuan dan Sasaran

1. Tujuan

Pembangunan perlu lebih mengedepankan aspek pemanfaatan Iptekin sebagai

penentu daya saing. Pertumbuhan ekonomi perlu digerakkan oleh metode yang

tidak saja semakin efisien, namun mengedepankan inovasi dengan mendayagunakan

Iptekin (innovation driven). Diperlukan adanya upaya sinergi antar pihak pemerintah

daerah, swasta, perguruan tinggi, dan berbagai kepentingan terkait. Dalam hal ini

pengoptimalan jejaring antar lembaga melalui e-government perlu ditingkatkan.

Persoalan penting yang perlu mendapat perhatian adalah pemberdayaan klaster-

klaster industri bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat; mewujudkan wajib

belajar 12 tahun yang terjangkau dan berkualitas; penyediaan fasilitas dan pelayanan

kesehatan yang murah dan terjangkau; perlindungan usaha dan kesempatan kerja

secara luas dan menyeluruh; meningkatkan perekonomian daerah yang berdaya

saing; pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan; mewujudkan tata kelola

pemerintahanyang baik (good governance); serta mewujudkan masyarakat yang

religius, berbudaya, dan berkeadilan sosial. Oleh karena itu, berbagai persoalan perlu

menjadi arena kolaborasi dan koordinasi berbagai pihak secara inovatif. Maka tujuan

penguatan SIDa Kabupaten Blora dapat dirumuskan sebagai berikut:

37

a. Pengembangan Kelembagaan Inovasi Daerah Kabupaten Blora.

b. Pengembangan Jejaring Inovasi Daerah Kabupaten Blora.

c. Pengembangan Kesumberdayaan Inovasi Daerah Kabupaten Blora.

2. Sasaran

a. Membangun kelembagaan sistem inovasi Kabupaten Blora yang efektif dan

efisien dengan pengembangan e-government sampai pada tata pemerintahan

terendah dan masyarakat,

b. Mewujudkan kolaborasi multipihak (ABCG) guna mewujudkan konektivitas dan

pengelolaan lingkungan fisik dan sosial,

c. Meningkatkan kemampuan pengelolaan potensi inovasi daerah yang terintegrasi

guna menumbuhkembangkan ekonomi produktif berbasis potensi Kabupaten

Blora.

F. Strategi Penguatan Sistem Inovasi Daerah Kabupaten Blora

Strategi penguatan SIDa Kabupaten Blora terdiri dari 4 prakarsa utama dan 3

prakarsa tematik, yaitu:

3. Prakarsa Utama

e. Penguatan SIDa,

f. Pengembangan Klaster Industri,

g. Pengembangan Jaringan Inovasi,

h. Pengembangan Teknoprener.

4. Prakarsa Pengembangan Pilar-Pilar Tematik

d. Pengembangan Electronic Goverment

e. Pengembangan Sektor Usaha Pertanian,

f. Pengembangan Sektor Usaha Pertambangan,

Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam sektor usaha pertanian:

d. Pra Produksi

pengelolaan tempat usaha,

pemilihanbenih/bibit,

e. Proses Produksi:

metode budidaya,

pengumpulan hasil,

f. Pasca Produksi

distribusi produk,

pengolahan dan

pengemasan produk, dan

38

pemasaran

Paradigma baru kegiatan industri pertambangan ialah mengacu pada konsep

Pertambangan yang berwawasan Lingkungan dan berkelanjutan, yang meliputi:

d. Pra Produksi

Penyelidikan Umum (prospecting)

Eksplorasi : eksplorasi pendahuluan, eksplorasi rinci

Studi kelayakan : teknik, ekonomik, lingkungan (termasuk studi amdal)

Persiapan produksi (development, construction)

e. Proses Produksi

Penambangan (Pembongkaran, Pemuatan,Pengangkutan, Penimbunan)

Reklamasi dan Pengelolaan Lingkungan

Pengolahan (mineral dressing)

Pemurnian / metalurgi ekstraksi

f. Pasca Produksi

Pemasaran

Corporate Social Responsibility (CSR)

Pengakhiran Tambang (Mine Closure)

Pilar-pilar Prakarsa Utama dan Tematik di atas dirangkum dalam tiga tujuan

utama penguatan Sistem Inovasi Daerah sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 4.1.

Penjabaran arah kebijakan penguatan SIDa Kabupaten Blora berdasarkan pilar-pilar

tersebut ditampilkan pada Tabel 4.1 berikut:

Gambar 4.1 Arah Kebijakan Penguatan SIDa Kabupaten Blora

39

Tabel 4.1 Arah Kebijakan Penguatan SIDa Kabupaten Blora

VISI: Terwujudnya Blora yang Semakin Sejahtera.

MISI: Meningkatkan Perekonomian Kabupaten Blora yang Berdaya Saing.

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan

Penguatan

Kelembagaan

Inovasi Daerah

Kabupaten Blora.

Membangun

kelembagaan

sistem inovasi

Kabupaten Blora

yang efektif dan

efisien dengan

pengembangan e-

government

sampai pada tata

pemerintahan

terendah dan

masyarakat.

Fasilitasi

Penguatan SIDa

termasuk e-

government untuk

mendukung aspek-

aspek pra produksi,

proses produksi

dan pasca produksi

dalam sektor usaha

pertanian dan

pertambangan /

penggalian

1. Mengembangkan

kerangka umum kebijakan

inovasi dan bisnis di

Kabupaten Blora;

2. Memperkuat kelembagaan

dan daya dukung ilmu

pengetahuan, teknologi

dan inovasi (Iptekin)/

penelitian, pengembangan,

dan perekayasaan

(Litbangyasa) kelitbangan

serta kemampuan absorpsi

Iptekin oleh industri

khususnya usaha mikro,

kecil dan menengah

(UMKM);

3. Menumbuhkembangkan

kolaborasi bagi inovasi

dan meningkatkan difusi

inovasi, praktik

baik/terbaik (good/best

practice), dan hasil

litbangyasa;

4. Membangun budaya

inovasi di Kabupaten

Blora;

5. Menumbuhkembangkan

dan memperkuat

keterpaduan pemajuan

sistem inovasi Kabupaten

Blora;

6. Meningkatkan

penyelarasan

pembangunan dengan

perkembangan global.

Penguatan Jejaring

Inovasi Daerah

Kabupaten Blora.

Mewujudkan

kolaborasi

multipihak

(ABCG) guna

mewujudkan

konektivitas dan

pengelolaan

lingkungan fisik

dan sosial.

a. Pengembangan

Jaringan Inovasi

dengan

menguatkan

jaringan e-

government untuk

mendukung aspek-

aspek pra

produksi, proses

produksi dan

pasca produksi

dalam sektor

usaha pertanian

dan pertambangan

/ penggalian

Penguatan

Kesumberdayaan

Inovasi Daerah

Kabupaten Blora.

Meningkatkan

kemampuan

pengelolaan

potensi inovasi

daerah yang

terintegrasi guna

menumbuhkem-

bangkan ekonomi

produktif berbasis

potensi

Kabupaten Blora.

a. Pengembangan

Klaster Industri,

b. Pengembangan

Teknoprener,

c. Pengembangan

Sumber Daya

Daerah untuk

mendukung aspek-

aspek pra

produksi, proses

produksi dan

pasca produksi

dalam sektor

usaha pertanian

dan pertambangan

/ penggalian

40

BAB V

FOKUS DAN PROGRAM PRIORITAS

PENGUATAN SISTEM INOVASI DAERAH KABUPATEN BLORA

A. Fokus Penguatan Sistem Inovasi Daerah

Fokus Penguatan Sistem Inovasi Daerah Kabupaten Blora adalah uraian rinci

dari kerangka kebijakan inovasi yang selanjutnya dirumuskan sebagai berikut:

1. Mengembangkan kerangka umum kebijakan inovasi dan bisnis di Kabupaten Blora;

2. Memperkuat kelembagaan dan daya dukung ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi

(Iptekin)/ atau penelitian, pengembangan, dan perekayasaan (Litbangyasa)

kelitbangan serta kemampuan absorpsi Iptekin oleh industri khususnya usaha mikro,

kecil dan menengah (UMKM);

3. Menumbuhkembangkan kolaborasi bagi inovasi dan meningkatkan difusi inovasi,

praktik baik/terbaik (good/best practice), dan hasil litbangyasa,

4. Membangun budaya inovasi di Kabupaten Blora;

5. Menumbuhkembangkan dan memperkuat keterpaduan pemajuan sistem inovasi

Kabupaten Blora;

6. Meningkatkan penyelarasan dengan perkembangan global.

B. Program Prioritas Penguatan Sistem Inovasi Daerah

Mengacu pada fokus penguatan SIDa Kabupaten Blora, maka prioritas Program

Penguatan Sistem Inovasi Daerah Blora dapat dirumuskan dalam Tabel 5.1 sebagai

berikut:

41

BAB VI

RENCANA AKSI PENGUATAN SISTEM INOVASI DAERAH

KABUPATEN BLORA

Ruang lingkup Peraturan Bersama Menteri Negara Riset dan Teknologi Nomor 03

Tahun 2012 dan Menteri Dalam Negeri Nomor 36 Tahun 2012 tentang Penguatan Sistem

Inovasi Daerah Otonom yang telah ditindaklanjuti oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

dengan dikeluarkannya Peraturan Gubernur Nomor 65 Tahun 2012 tentang Sistem Inovasi

Daerah Provinsi Jawa Tengah yang berisikan kebijakan SIDa, penataan Unsur SIDa, dan

pengembangan SIDa.

Mengacu pada beberapa regulasi di atas, maka Pemerintah Kabupaten Blora lebih

lanjut menyusun Rencana Aksi Penguatan SIDa Kabupaten Blora yang merupakan wujud

implementasi Visi, Misi, dan Tujuan Penguatan SIDa Kabupaten Blora. Rencana Aksi

Penguatan SIDa Kabupaten Blora dijabarkan lebih lanjut dalam Strategi dan Arah Kebijakan,

Indikator Kinerja, Capaian Kinerja, Program SIDa, Bidang Urusan, dan Institusi/lembaga

penanggung jawab. Rencana Aksi Penguatan Sistem Inovasi Daerah Kabupaten Blora

selengkapnya dirinci dalam format Tabel 6.1 sebagai berikut: