RISET KEPERAWATAN

12
TUGAS RISET KEPERAWATAN OLEH Santy Anggraini 13200074 Tingkat 3 Reguler 2

description

riset

Transcript of RISET KEPERAWATAN

Page 1: RISET KEPERAWATAN

TUGAS RISET KEPERAWATAN

OLEH

Santy Anggraini

13200074

Tingkat 3 Reguler 2

Page 2: RISET KEPERAWATAN

PERBEDAAN LAMA MNJALANI MASA TAHANAN DENGAN ASPEK SPRITUAL NARAPIDANA NARKOBA DI LEMBAGA PEMASYRAKATAN KELAS II A WAY

HUI BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

Karya Tulis Ilmiah ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan

Pendidikan Pada Program Diploma III Keperawatan

Politeknik kesehatan Kemenkes Tanjung Karang

Oleh

LUKITA MARIAH

NIM 10 200 020

KARYA TULIS ILMIAH

KEMENTRIAN KESEHATAN KEMENKES TANJUNG KARANG

JURUSAN KEPERAWATAN

2013

Page 3: RISET KEPERAWATAN

BIODATA PENULIS

Nama : Lukita Mariah

NIM : 10200020

Tempat & Tanggal Lahir : Rawa Bening, 23 Maret 1992

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Mahasiswa : Mahasiswa Tingkat III Reguler

Alamat : Jl. Kelapa Sawit VI No 190 kec. Perumnas Way Halim,

Bandar Lampung,35141

No. HP : 085769401327

RIWAYAT PENDIDIKAN

SD (1998-2004) : SD AL-Azhar 1 Bandar Lampung

SMP (2004-2007) : SMP Negeri 19 Bandar Lampung

SMA (2007-2010) : SMA Negeri 15 Bandar Lampung

D III Keperawatan (2010-sekarang) : Jurusan Keperawatan Poltekkes

Kemenkes Tanjung Karang

Page 4: RISET KEPERAWATAN

A.Latar Belakang Masalah

Narapidana adalah individu yang telah terbukti melakukan tindakan daan kemudian

oleh pengadilan dijatuhkan hukuman aatau hukuman. Pengadilan mengirimkan narapidana

tersbut kerumah tahanan atau lembagaa pemasyarakatan untuk menjalani hukuman sampai

habis masa pidana nya. (Poernomo 1985 dalam http://narapidana )

Terpidana adalah individu yang dijatuhkan hukuman karena terbukt melakukan tindak

pidana atau perdata dan kemudian oleh pengadilan dijatuhkan hukuman. Terpidana narkoba

adalah individu yang telah terbukti melakukan tindak pidana seperti menanam, memelihara,

Memproduksi, mempunyai dalam persediaan, memiliki, menyimpan, menguasai, atau

menggunakan narkoba yang telah dijatuhkan hukuman .

Jumlah rata-rata narapidana dan tahanan kasus narkoba disetiap provinsi diseluruh

Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan, pada tahun 2005 tercatat 23.370, pada tahun

2006 mengalami peningkatan menjadi 28.813 314, selanjutnya pada tahun 2007 sejumlah

36.434 671 dan tahun 2008 sejumlah 37.921 791.

Dan didaerah lampung sendiri disetiap tahunnya mengalami peningkatan, pada tahun

2005 sebanyak 199 dan pada tahun 2007 melonjak hingga 671 narapidana (direktorat jendral

lembaga permasyarakatan, 2008). Dan pada yahun 2013 terdapat 687 jumlah narapidana yang

ada dilembaga permasyarakatan kelas II A dengan total yang masuk dari bulan januari

sampai mei sebanyak 364 orang. Hal ini terjadi peningkatan yang signifikan, lembaga

permasyarakatan kelas II A ).

Seseorang narapidana memiliki masa hukuman yang berbeda dengan yang lainya.

Lama masa hukuman yang harus dijalani oleh para narapidana didasarkan atas berat ringan

nya tindak kejahatan yang dilakukan oleh narapidana itu tersebut. Hal tersebut diatur di

dalam kitab undang-undang hukum pidana yang memuat tentang seluruh tindak kejahatan

yang dilakukan masyarakat beserta sangsi-sangsinya.

Menjalani kehidupan sebagai narapidana di dalam lembaga permasyarakatan bukan

merupakan sesuatu yang menyenangkan. Individu dituntut melakukan penyesuaian terhadap

kehidupan di dalam lembaga permasyarakatan. Penyesuaian yang dilakukan terhadap

Page 5: RISET KEPERAWATAN

kehiupan narapidana memburuhkan variable waktu. Situasi lingkungan yang terpaksa harus

didapat, dibedakan atas ingkungan fisik maupun sosial. (doelhadi, 1997).

Orang yang pertama menjalani hukuman pidana dipaksa untuk mampu menyesuaikan

diri dengan rutinitas penjara yang kaku, hilngnya privasi dan mengalami suatu kondisi kritis

serta tidak menyenangka. Kehidupan lapas dimulai ketika ia pertama kali memasuki lapas.

Setelah berada didalam lapas napi harus melalui rutinitas yang sama setiap harinya. Oleh

karena itu penyesuaian sangat diperlukan. Efektivitas penyesuaian diri dilihat dari bagaimana

seseorang mengatasi situasi yang terus berubah. Kualitasnya akan berfariasi dari waktu ke

waktu dan dari situasi ke situasi (crawley dan sparks, 2006 dalam http://masalahnarapidana)

Berbagai masalah muncul dilembaga permasyarakatan mulai dari masalah fisik

seperti penyakit yang menular, masalah yang terkait dengan kesehatan mental dan penyalah

gunaan zat perkelahian antar narapidana perbedaan budaya sampai pada kekerasan seksual

dalam berbagai beberapa penelitian menyatakan bahwa kekerasan dan pelecehan seksual

berkembang dalam penjara, termasuk pada narapidana perempuan demikian pula yang

dialami narapidana laki-laki, ditemukan banyak terjadinya penyimpangan, kekerasan, dan

pemerkosaan. (Watson, stimpson, dan hostick, 2003 dalam http://masalahnarapidana)

Bagaimanapun juga dampak psikologi akibat naripidana penjara jauh lebih berat

dibandingkan pidana penjara itu sendiri. Sehingga sebenenarnya seorang narapidana tidak

hanya dipidana secara fisik tapi juga secara psikologi. Pidana secara psikologi merupakan

beban yang berat bagi narapidana. Cooke, Baldwin, dan howison(2008, bahwa narapidana

menjalaskan bahwa narapidan kehilangan beberapa hal yaitu kehilangan kendali memilih

hidup yang dijalani bahkan melakukan fungsi dasar seperti mencuci dan tidur yang

berdampak pada, putus asa, prustasi, bingung dan agitasi, kehilangan keluarga dekat seperti

anak dan suami, kurang nya stimulasi kegiatan sehari hari karena kegiatan dilembaga

permasyarakatan cenderung monoton kehilangan panutan terutama pada narapiadana usia

muda.

Menurut Pujileksono (2002). Lembaga permasyarakatan bisa merusak dan nilai moral

dan menimbukan kehilangan lain dan menimbulkan kehilangan harta pribadi, jati diri,

otonomi, serta individualitasnya, karena setiap tindakan dan rutinitasnya selalu decontrol.

Selama berada di lembaga permasyarakatan ruang gerak narapidana di batasi dan mereka

terisolasi dari masyarakat. Keadaan seperti ini dapat menjadi stressor yang menyebabkan

Page 6: RISET KEPERAWATAN

sters pada narapidana. Stres yang dirasakan oleh individu yang menimbulkan upaya untuk

melakukan reaksi trhadap stress yang dialami. Reaksi tersebut merupakan suatu aktivitas

untuk melakukan penyesuaian diri terhadap situasi tertentu, yang apabila tidak dapat

dilakukan dengan baik akan menyebabkan gangguan fisik maupun kejiwaan.

Salah satu hal yang dapat memberikan nilai-nilai yang positif pada penghuni lapas

adalah dengan memberikan mereka pembekalan spiritual agama. Didalam psikologis agama

dipahami sebagai variabel yang bersifat multidimensional yang mencakup fase-fase seperti

apa yang dialami, dirasakan, dilakukan, seseorang dan bagaimana mereka berespon terhadap

kepercayaan mereka (husnain, ansari, dan samantray, 2003).

Spritualitas berhubungan dengan fungsi psikologis, keyakinan tentang akhirat,

meningkatkan kesadaran akan keterhubungan dengan individu. Individu yang dengan tingkat

spiritualitas tinggi memiliki sikap yang lebih baik puas dalam hidup, lebih sedikit menglami

pengalaman traumatic dan lebih sedikit mengalami kesepian( papalia, et al, 2009).

Spiritualitas dapat ditingkatkan melalui pengalaman spiritual dan aktivitas spiritual yang

dilakukan individu sehari-hari, underwood dan teresi (2002), menyatakan spititual sebagai

persepsi tentang adanya suatu yang bersifat transenden dalam kehidupan sehari-hari dan

persepsi tentang keterlibatan dengan peristiwa-peristiwa transenden dalam kehidupan sehari.

Mengeksplorasi pengalaman spiritual pada pasien dapat meningkatkan spiritualitas pada

keterhubungan dengan Tuhan, hubungan dengan orang lain, memberikan kebahagiaan pada

masa kronis.

Dengan mengeksplorasi peningkatan spiritual individu lebih menyadari kesalahan dan

menyadari akan keterhubungan dengan Tuhan serta memiliki keyakinan bahwa pengampunan

dan pertolongan dari Tuhan. Pegalaman spiritualitas merupakan aspek yang penting dalam

mengukur spiritualitas (stephendson, Pamela, klaire, martsolf, dan donna, 2003). Pengalaman

spiritualitas sehari-hari meliputi rasa kagum rasa syukur, kasih sayang, keinginan untuk lebih

dekat dengan Tuhan. Sebuah penelitian menyatakan bahwa orang yang lebih memaknai hidup

dengan baik, memiliki pengalaman spiritualitas yang lebih tinggi dan mengalami

kesejahteraan yang lebih tinggi maka kecendrungan psikopatologi rendah dan spiritualitas

sangat efektif untuk menekan angka bunuh diri (garroute, gold-berge, bealsc,herrelld, dan

mansconc, 2003).

Selain itu spiritual dalam hal kasih sayang keyakinan pada kekuatan yang lebih tinggi

(Tuhan) dan pandangan yang positif, kesehatan menjadi lebih baik,menciptakan perasaan

Page 7: RISET KEPERAWATAN

damai dan sejahtera( Campbell,yoon, johnstone,2010). Dalam beberapa kasus dijumpai

bahwa penghuni lapas menunjukan adanya peningkatan dalam kegiatan keagamaan. Hal

tersebut dimungkinkan ada peningkatan spiritualitasnya berdasarkan hasil presurve pertama

kebanyakan dari 20 responden menjawab dengan baik, hasil nya tidak memadai sehingga

peneliti kembali melakukan presurve untuk kedua kalinya dengan responden sebanyak 14

orang dan didapati hasilnya yaitu ponis sebagian besar ponis berat dan sudah menjalani 2

tahun lama tahanan termasuk sudah mengalami dan merasakan penderitaan tinggal di dalam

lembaga permasyarakatan dan masih memiliki waktu yang cukup lama utuk tinggal disini

berdasarkan hasil persurve yang kedua di dapati sebanyak 35% narapidana beribadah karena

kewajiban,atur bukan karena kesadaran diri sendiri, 64% melaksanakan ibadah dengan tidak

teratur, 28,57% tidak khusuk ketika melakukan ibadah, dan 64% dan tidak selalu membaca

kitab suci agama meraka. Hal ini dapat disimpulkan bahwa narapidana beribadah hanya

sekedar rutinitas saja, tidak bisa khusuk dan tidak bisa teratur, sebagian besar melakukan

ibadah tidak dengan sepenuh hati, dengan keyakinan dan keikhlasan.

Kesimpulannya : Hal ini dapat disimpulkan bahwa narapidana beribadah hanya

sekedar rutinitas saja, tidak bisa khusuk dan tidak teratur, sebagian besar melakukan

ibadah tidak dengan sepenuh hati, dengan keyakinan dan keikhlasan. kehidupan

rohani yang semakin lama di tahanan sangat lemah dan hampir kehilangan terhadap

ajaran agamanya di stress spiritual. Dari latar belakang peneliti tertarik untuk

mengetahui bagaimanakah perbedaan lama menjalani masa tahanan dengan aspek

spiritual terhadap narapidana di lembaga permasyarakatan kelas II Way Hui Bandar

Lampung 2013.

Page 8: RISET KEPERAWATAN

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang peneliti paparkan diatas,maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah “perbedaan lama menjalani masa tahanan dengan aspek spiritual

narapidana narkoba di Lembaga Permasyarakatan kelas II Way Hui Bandar lampung 2013

1 . TUJUAN UMUM

Diketahui pebedaan lama menjalani masa tahanan dengan aspek spiritual narapidana

narkoba dilembaga permasyarakan kelas II Way Hui Bandar Lampung 2013.

2 . TUJUAN KHUSUS

Diketahui lama menjalani masa tahanan narapidana narkoba

Diketahui gambaran spiritual aspek narapidana narkoba di lembaga permasyarakatan

Diketahui perbedaan lama menjalani masa tahanan dengan aspek spiritual narapidana

DATA TELAAH KESIMPULAN

Menurut saya hasil penilitian tersebut sudah sesuai karena tujuan umun dan tujuan khususnya

sudah ada dilatar belakang dan data datanya juga sudah lengkap

Contoh : gambaran spiritual aspek narapida narkoba di lembaga permasyarakatan

Yaitu berdasarkan hasil persurvey di dapati sebanyak 35% narapidana beribadah karena

kewajiban,atur bukan karena kesadaran diri sendiri, 64% melaksanakan ibadah dengan tidak

teratur, 28,57% tidak khusuk ketika melakukan ibadah, dan 64% dan tidak selalu membaca

kitab suci agama mereka.