Ringkasan Buku Ilmu Pengetahuan Dan Tanggung Jawab Kita

24
ILMU PENGETAHUAN DAN TANGGUNG JAWAB KITA Karangan : Prof.Dr.A.G.M. van Melsen Diterjemahkan oleh Dr. K .Bertens Bab I ILMU PENGETAHUAN DAN PERKEMBANGANNYA 1. Dari banyak menjadi Satu Salah satu kesulitan terbesar adalah terjadinya keanekaragaman ilmu pengetahuan itu.. Orang berkesan bahwa ilmu pengetahuan telah berkembang dari keadaan bersatu menjadi banyak. Ilmu pengetahuan telah terbentuk dengan timbulnya pandangan bahwa memang mungkinkan menemukan kesatuan dalam banyak gejala yang berbeda-beda.. Dalam rangka pengertian itulah ilmu pengetahuan timbul sebagai usaha untuk secara metodis dan sistematis mencari asas-asas yang mengizinkan untuk memahami kesatuan dan perkaitan satu sama lain antara banyak gejala itu. Sejarah imu pengetahuan di kemudian hari memperlihatkan tendensi untuk mencari asas-asas yang menjamin kesatuan. Banyak perkembangan penting yaitu dengan menyusun teori-teori universal yang menggabungkan apa yang sebelumnya dianggap wilayah-wilayah tersendiri. 2. Banyaknya ilmu Adanya banyak ilmu sebetulnya tidak perlu mengganggu. Sekurang-kurangnya tidak perlu bahwa adanya banyak ilmu bertentangan dengan tendensi ilmu pengetahuan yang fundamental, yaitu mencari kesatuan. . Ilmu-ilmu berbeda satu sama lain karena metode-metode sangat berlainan untuk menyelidiki , melukiskan, dan mengerti

description

IPTEK

Transcript of Ringkasan Buku Ilmu Pengetahuan Dan Tanggung Jawab Kita

Page 1: Ringkasan Buku Ilmu Pengetahuan Dan Tanggung Jawab Kita

ILMU PENGETAHUAN DAN TANGGUNG JAWAB KITAKarangan : Prof.Dr.A.G.M. van Melsen

Diterjemahkan oleh Dr. K .Bertens

Bab I

ILMU PENGETAHUAN DAN PERKEMBANGANNYA

1.    Dari banyak menjadi Satu

Salah satu kesulitan terbesar adalah terjadinya keanekaragaman ilmu

pengetahuan itu.. Orang berkesan bahwa ilmu pengetahuan telah berkembang dari

keadaan bersatu menjadi banyak. Ilmu pengetahuan telah terbentuk dengan

timbulnya pandangan bahwa memang mungkinkan menemukan kesatuan dalam

banyak gejala yang berbeda-beda.. Dalam rangka pengertian itulah ilmu

pengetahuan timbul sebagai usaha untuk secara metodis dan sistematis mencari

asas-asas yang mengizinkan untuk memahami kesatuan dan perkaitan satu sama

lain antara banyak gejala itu.

Sejarah imu pengetahuan di kemudian hari memperlihatkan tendensi untuk

mencari asas-asas yang menjamin kesatuan. Banyak perkembangan penting yaitu

dengan menyusun teori-teori universal yang menggabungkan apa yang sebelumnya

dianggap wilayah-wilayah tersendiri.

2.    Banyaknya ilmu

Adanya banyak ilmu sebetulnya tidak perlu mengganggu. Sekurang-

kurangnya tidak perlu bahwa adanya banyak ilmu bertentangan dengan tendensi

ilmu pengetahuan yang fundamental, yaitu mencari kesatuan.

. Ilmu-ilmu berbeda satu sama lain karena metode-metode sangat berlainan

untuk menyelidiki , melukiskan, dan mengerti ralitas Setiap ilmu mempunyai caranya

masing-masing untuk melakukan obsevasi dan eksperimen

. Setiap ilmu mempunyai tipe hipotesa dan tipe teori masing-masing. Dan

mempunyai bahasa deskriptif dan eksplanatoris masing-masing..

3.    Hubungan antar ilmu pengatahuan dan masyarakat: dulu dan sekarang

Dahulu ilmu pengetahuan bertujuan memperingatkan manusia bahwa selain

makhluk alamiah – makhluk yang tersimpul dalam tata susunan alam – ia masih

merupakan sesuatu yang lain, yaitu makhluk yang mengetahui tentang dirinya dan

dengan demikian juga tentang perbedaannya dengan alam. Ilmu pengetahuan

bermaksud mendalami pengertian tentang diri manusia dan alam itu, supaya secara

rohani manusia dapat sampai pada inti dirinya.

Page 2: Ringkasan Buku Ilmu Pengetahuan Dan Tanggung Jawab Kita

Ilmu pengetahuan sekarang ini melayani kehidupan sehari-hari meliputi

segala aspeknya .Kegiatan ilmiah didasarka pada dua keykinan berikut ini :

a. segala sesuatu dalam realitas dapat diselidiki secara ilmiah

b. semua aspek realitas membutuhkan juga penyelidikan

4.    Apa sebabnya kegunaan ilmu pengetahuan ditemukan

Untuk memperoleh ilmu pengetahuan maupun untuk menguji pengetahuan

sangat diperlukan eksperimen,. karena eksperimen-eksperimen yang semakin

kompleks itu bukan saja diperlukan untuk tetap menguji pengetahuan baru,

melainkan juga untuk tetap menguji pengetahuan yang sudah diperoleh dulu dan

sudah disusun.

Perkembangan ilmu pengetahuan dari yang bersifat semata-mata rasional

menjadi ersifa rasional eksperimental yang telah mengakibatkan ditemukannya

kegunaan ilmu pengetahuan.Ilmu pengetahuan segera mempengaruhi segala sektor

kemasyarakatan.

5.    Sifat progresif ilmu pengetahuan dewasa ini

Saat ini ilmu pengetahuan telah menunjukkan sifat progresif yaitu

pengetahuan kita semakin tepat dan semakin mendalam, diduga adanya potensi-

potensi baru yang selalu harus diuji dulu.

6.    Tempat “prima principia” dalam filsafat ilmu pengetahuan yang klasik

Ilmu pengetahuan telah memperlihatkan sifat progresif . Ilmu alam yang

pertama kali menunjukkan dan menyingkap aspek ini pada abad 17.

Jika dalam pandangan klasik dikatakan bahwa ilmu pengetahuan sudah rampung

pada prinsipnya, maka yang harus ditekankan adalah pada prinsipnya. Menurut

pendapat Yunani dan abad pertengahan, prima principia, prinsip-prinsip

fundamental dari ilmu pengetahuan terbuka bagi rasio. Kebenaran dari prisip-prinsip

itu harus dipastikan dulu, sebelum ilmu pengetahuan dimulai. Maka itu

mempraktekkan ilmu pengetahuan adalah menarik konsekuensi-konsekuensi logis

dari prima principia ini.

7.    Kedudukan “prima principia” yang telah berubah

Aksioma-aksioma teori ilmu alam atau prima principia (prinsip-prinsip

pertama) yang digunakan untuk mengadakan deduksi, sekarang bukan merupakan

anggapan-anggapan yang sudah tersedia bila ilmu alam mulai.

Ada perbedaan radikal antara pandangan Aritotelian dan pandangan modern.

Yaitu bahwa prinsip-prinsip dasar itu sekali-sekali dapat ditentukan dengan hanya

memandang realitas secara rasional. Prinsip-prinsip itu harus ditemukan menurut

Page 3: Ringkasan Buku Ilmu Pengetahuan Dan Tanggung Jawab Kita

suatu prosedur yang sangat kompleks dimana bekerja sama observasi, induksi,

konstruksi teoritis, deduksi logis, dan pengujian eksperimental. Dan dengan cara itu

pun masih tetap ada kemungkinan untuk revisi terus-menerus.

8.    Alasan mengapa timbulnya ilmu alam begitu lambat

Bila kita menginsafi betapa kompleksnya prosedur logis dalam membentuk

teori-teori ilmu alam, maka kita mengerti juga mengapa proses timbulnya tipe ilmu

pengetahuan ini makan waktu begitu lama. Alasannya karena teori ilmu alam

diperlukan terlebih dahulu untuk dapat memperoleh pandangan tepat tentang gejala-

gejala dan mengadakan eksperimen-eksperimen, dengan cara demikian rupa

sehingga pengetahuan diperluas. Tetapi teori itu sendiri harus bertumpu pada data-

data eksperimental.

9.    Pembagian klasik dari ilmu pengetahuan

Aristoteles membagi ilmu pengetahuan dalam ilmu-ilmu teoritis yang

diarahkan pada pengetahuan saja dan ilmu-ilmu praktis dimana pengetahuan

ditujukan pada prasis. Pembagian ilmu-ilmu praktis mengikuti sifat-sifat praksis yang

bersangkutan. Etika menyangkut tindakan yang tepat, poetika menyangkut produksi

yang tepat (membikin sesuatu dengan tepat) dan logika menyangkut argumentasi

yang tepat.

Ilmu-ilmu teoritis menyangkut cara memandang realitas. Ilmu alam

memandang realitas menurut aspek-aspeknya yang materialdan kualitatif.

Matematika atau ilmu pasti tidak memperhatikan aspek-aspek material serta

kualitatif, tetapi hanya memandang aspek-aspek kuantitatif. metafisika memandang

realitas menurut aspek-aspeknya yang paling umum dan fundamental, yaitu sejauh

realitas itu ada.

Seni dibadakan dari ilmu karena sifatnya kurang umum dan lebih terarah

pada pengalaman mengenai benda-benad atau keterampilan-keterampilan yang

tertentu.

10. Pembauran antara ilmu dan seni

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dapat kita saksikan terjadinya poses

universalisasi di mana semakin banyak bagian realitas terjangkau oleh metode

ilmiah. Proses universalisasi ini akhirnya berujung pada situasi yang serba biasa

bagi kita sekarang, yaitu keyakinan yang sudah disebut sebelumnya bahwa segala

sesuatu bisa menjadi menjadi obyek penelitian ilmiah.

Juga dipandang dari segi seni, proses ini berarti menghilangnya perbedaan

antara ilmu dan seni. Yang dulu merupakan ciri khas seni, yaitu bahwa pengetahuan

tertuju pada perbuatan, telah berpindah juga ke pengatahuan ilmiah. Boleh dicatat

Page 4: Ringkasan Buku Ilmu Pengetahuan Dan Tanggung Jawab Kita

lagi bahwa “scientifikasi” dari seni ini memperluas kemungkinan-kemungkinannya.

Karena itu terdapat keyakinan lain lagi, yaitu bahwa bukan saja segala sesuatu

dapat diselidiki secara ilmiah, melainkan juga perlu diselidiki secara ilmiah supaya

dikuasai secara teknis.

11. Sebab-musabab spesialisasi

Spesialisasi berkaitan dengan tipe-tipe ilmu pengetahuan yang berbeda-beda,

karena disusun atas sikap pemikiran yang berlainan. Adanya banyak teknik

eksperimental dan teoretis yang tidak mengijinkan untuk menguasai semua.

Spesialisasi harus timbul supaya tendensi ilmu pengetahuan yang

menguniversalisir serta menyatukan dapat diwujudkan dan supaya banyak gejala

yang beraneka ragam dapat disintetisir.

Bab II

KEANEKARAGAMAN ILMU PENGETAHUAN

1.    Terpecahnya kesatuan

Dengan timbulnya ilmu alam modern , keadaan itu berubah. Ilmu alam baru

itu ternyata merupakan suatu tipe ilmu pengetahuan lai, daripada yang dikenal

orang selama itu. Tetapi mula-mula kesatuan ilmu pengetahuan dengan itu belum

terancam. Keadaan itu berubah ketika ilmu-ilmu lain yang mencapai

kematangannya: ilmu sejarah, ekonomi, sosiologi, psikologi, ilmu bahasa dan

sebagainya, terutama ketika ilmu-ilmu ini mulai menginsafi perbedaannya dengan

ilmu alam, bertambah pula metode-metodenya.

2.    Alasan keanekaragaman ilmu pengetahuan

Ilmu-ilmu berbeda tidak terutama karena obyek material berbeda, tetapi

khususnya mereka berbeda menurut obyek formal. Setiap ilmu berusaha melukiskan

kenyataan dengan menggunakan konsep-konsep yang khas bagi ilmu bersangkutan

dan ia mencoba mengadakan relasi-relasi antara konsep-konsep yang sejenis dan

bertautan satu sama lain itu.

3.    Ilmu alam

Ciri khas pertama yang menandai ilmu alam ialah bahwa ilmu itu melukiskan

kenyataan menurut aspek-aspek yang mengizinkan registrasi inderawi yang

Page 5: Ringkasan Buku Ilmu Pengetahuan Dan Tanggung Jawab Kita

langsung. Kita menggunakan istilah registrasi inderawi untuk menunjukkan bahwa

data-data inderawi harus dimengerti tepat menurut penampakannya.

Ciri ilmu alam adalah bahwa ia mengendalikan pada obyeknya suatu

determinisme, sedemikian rupa sehingga suatu aksi tertentu mutlak perlu

menampilkan reaksi tertentu.

Keeksakan ilmu alam berasal dari kenyataan bahwa dalam observasi-

observasinya secara prinsipial membatasi diri pada kawasan di mana isi konsep

dan isi observasi tetap berkaitan secara univok.

4.    Ilmu sejarah

Ilmu yang menyangkut sejarah manusia, menyelidiki segala sesuatu sejauh

berhubungan dengan tindakan manusiawi itu. Perhatian ilmu sejarah khusus

diarahkan kepada perkembangan dari apa yang bersifat unik, di masa lampau

maupun di masa sekarang. Sejarah meliputi semua kejadian yang pernah

berlangsung sehingga tidak bisa mengadakan eksperimen-eksperimen.

Manusia adalah pelaku aktif dalam sejarah yang turut menentukan jalannya

sejarah dengan pertimbangan-pertimbangannya, tujuan-tujuannya, dan perbuatan-

perbuatannya sendiri.

5.    Ilmu-ilmu manusia

Ilmu-ilmu manusia sering disebut ilmu tingkah laku (behavioral sciences) atau

ilmu-ilmu sosial. Ilmu manusia berusaha secara khusus menemukan aspek-aspek

yang dapat diulangi dan dalam hal ini ia kerap kali bekerja sama dengan ilmu-ilmu

alam yang tertentu.

Karena manusia sendiri termasuk obyek ilmu manusia, maka seperti halnya

juga dengan ilmu sejarah, ilmu manusia akan terbentur pada masalah obyektivitas

lebih tajam daripada ilmu alam.

6.    Ilmu-ilmu non-empiris

ilmu-ilmu non empiris contohnya matematika (atau ilmu pasti) dan filsafat.

Kedua ilmu itu menduduki tempat yang khusus dalam pembagian ilmu pengetahuan.

7.    Matematika

Matematika atau ilmu pasti cocok sekali untuk memperlihatkan bagaimana

suatu ilmu non empiris, namun dengan caranya sendiri terikat juga dengan

pengalaman inderawi. Obyek pertama bagi studi matematika adalah aspek-aspek

Page 6: Ringkasan Buku Ilmu Pengetahuan Dan Tanggung Jawab Kita

realitas yang dapat diulangi dan dimensi-dimensi realitas yang masing-masing

disebut aspek-aspek non-kontinu dan aspek-aspek kuantitatif kontinu dari realitas.

Matematika modern bersifat lebih abstrak dan telah melepaskan diri

seluruhnya dari pengalaman konkrit, maka kegunaanya untuk ilmu-ilmu lain

bertambah besar. Alasannya karena matematika modern itu menyediakan bagi ilmu-

ilmu lain beracam-macam struktur formal yang bukan saja struktur-struktur yang

terdapat dalam pengalaman langsung.

8.    Filsafat

Filsafat juga merupakan suatu ilmu non-empiris, meskipun berbeda dengan

matematika. Tetapi di sini berlaku juga, walaupun filsafat bukan suatu ilmu empiris,

tetapi filsafat tetap bertumpu pada pengalaman- pengalaman.

Bab III

ILMU-ILMU TEORITIS DAN ILMU-ILMU PRAKTIS

1.    Pendahuluan

Biarpun perbedaan antara ilmu-ilmu teoritis dan praktis masih tetap aktual,

namun karena perkembangan ilmu pengetahuan pembedaan itu kini tidak begitu

tajam. Alasannya karena banyak ilmu teoritis memerlukan eksperimen untuk tujuan

langsung mereka (yaitu memperoleh pengetahuan) dan karena itu mendapat suatu

segi praktis. Di satu pihak kemingkinan-kemungkinan ilmu pengetahuan bertambah

besar pula kemungkinan-kemungkinan penerapannya, sedang di lain pihak rupanya

terjadi kesenjangan semakin lebar antara problem praktis yang perlu dicari

pemecahannya.

2.    Penisbian terhadap pembedaan klasik antara ilmu-ilmu teoritis dan ilmu-ilmu

praktis

Alasan sebenarnya mengapa perbedaan antara ilmu pengetahuan teroritis

dan ilmu pengetahuan praktis begitu dinisbikan terletak dalam pengalaman bahwa

penelitian ilmiah murni yang diadakan semata-mata untuk menambah pengetahuan,

lambat laun menghantar kita kepada penerapan-penerapan praktis yang lebih luas

dan lebih berdampak daripada penelitian yang langsung ditujukan kepada

penerapan.

Pembedaan antara ilmu pengetahuan teoritis dan ilmu pengetahuan praktis

(dalam arti: ilmu pengetahuan murni dan ilmu pengetahuan terapan) tidak

ditiadakan, keran perlu lagi suatu usaha terarah tersendiri untuk memanfaatkan

Page 7: Ringkasan Buku Ilmu Pengetahuan Dan Tanggung Jawab Kita

kemungkinan-kemungkinan baru dalam teknologi. Penemuan ilmiah yang tertuju

pada produksi berlainan dengan penemuan ilmiah guna memperkaya pengetahuan.

3.    Perbedaan antara ilmu pengetahuan teoritis dan ilmu pengetahuan praktis

menurut bentuknya sekarang ini.

Perbedaan antara ilmu pengetahuan teoritis dengan ilmu pengetahuan praktis

adalah pertama: terdapat sekelompok ilmu-ilmu teoritis yang dalam penelitiannya

terpimpin oleh permasalahannya sendiri dan tidak oleh penerapan-penerapan

praktis yang mungkin ada. Dipandang dari segi kebutuhan-kebutuhan praksis ilmu

ini hanya “kebetulan” mempunyai relevansi.

Kedua: sekelompok ilmu yang sengaja bertolak dari kebutuhan-kebutuhan

praksis dengan maksud eksplisit mencari pemecahan bagi masalah-masalah itu.

Karena realitas bersifat konkrit dan demikian juga kebutuhan-kebutuhannya, maka

ilmu-ilmu praktis itu tidak akan berbeda menurut pelbagai cara pendekatan abstrak.

Ilmu-ilmu praktis itu tidak sejalan dengan ilmu-ilmu teoritis yang sepadan

dengannya.

4.    Ilmu-ilmu multidisipliner, interdisipliner, dan monodisipliner

ilmu-ilmu praktis dapat dipertentangkan dengan ilmu-ilmu teoritis sebagai

ilmu-ilmu multidisipliner terhadap ilmu-ilmu monodisipliner. Istilah multidisipliner lebih

sering digunakan daripada istilah interdisipliner, karena pada kenyataannya

berlangsung adalah kerja sama antara disiplin-disiplin ilmu yang tetap berdiri sendiri.

Istilah “interdisipliner” nampaknya lebih tepat, jika yang terlibat adalah teori-teori

yang mampu memecahkan problem-problem yang fundamental dari ilmu-ilmu yang

sangat berbeda.

5.    Kebertautan teori dan praksis berlaku umum

Semua ilmu ditandai kebertautan teori dan praksis, maka untuk kebanyakan

ilmu tingkah laku akan menjawab masalah ini dengan afirmatif. Baik psikologi yang

lebih mempelajari tingkah laku perorangan maupun sosiologi yang menyelidi0ki

tingkah laku dalam kelompok, kedua-duanya bersifat teoritis maupun praktis. Hal ini

sama berlaku untuk ekonomi.Pendekatan integral multidisipliner yang dituntut prksis

untuk dapat menangani kebutuhan-kebutuhan konkrit yang mendesak maka

haruslah ada sesuatu yang mengakibatkan terjadinya integrasi. Pada kenyataannya

integrasi adalah ilmu yang paling kuat yang menentukan pertimbangan-

pertimbangan teknologis dan ekonomis.

6.    Ciri-ciri yang menandai semua ilmu

Page 8: Ringkasan Buku Ilmu Pengetahuan Dan Tanggung Jawab Kita

Pertama: bahwa ilmu pengetahuan secara metodis harus mencapai suatu keseluruhan yang

secara logis koheren.

Kedua: bahwa ilmu pengetahuan harus tanpa pamrih.

Ketiga: universalitas ilmu pengetahuan.

Keempat: obyektivitas serta intersubyektivitas.

Kelima: dapat diverifikasi dan dapat dikomunikasikan.

Yang terakhir bersifat progresif dan dapat digunakan.

Bab IV

TANGGUNG JAWAB

1.    Tanggung jawab dan kausalitas

Menjadi ilmu pengetahuan teoritis-praktis bertanggung jawab atas perubahan-

perubahan sosial yang telah berlangsung dalam zaman baru. Tetapi jarang

dikatakan tentang arti kata tanggung jawab ini. tanggung jawab mungkin diartikan

sebagai kata searti untuk penyebab, namun demikian dengan itu suatu arti kata

halus akan hilang. Bertanggung jawab atas memang menunjukkan suatu kausalitas.

Tetapi isi kata “bertanggung jawab” berarti subyek yang menyebabkan dan harus

menjawab.

Ilmu pengetahuan harus bertanggung jawab terhadap perubahan-peubahan

sosial, artinya ilmu pengetahuan yang menyebabkan perubahan-perubahan itu dan

ilmu pengetahuan bertanggung jawab atas yang terjadi selanjutnya.

2.    Tanggung jawab yang semakin besar

Karena tanggung jawab di kemudian hari berasal dari tanggung jawab yang

dialami di permulaan, tidak mengherankan bahwa konsepsi-konsepsi asli tetap

bernilai, sekalipun perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung sangat berbeda

dengan yang diharapkan.

Pada tahap ini tanggung jawab kita hanya menyangkut pengetahuan yang sebaik

mungkin tentang kekuatan-kekuatan, potensi-potensi, dan struktur-struktur

bersangkutan, karena pengetahuan itu merupakan prasyarat untuk dapat menguasai

kekuatan-kekuatan tersebut. Dan sejak tampaknya sebagai kemungkinan,

penguasaan itu termasuk juga tanggung jawab manusia.

3.    Keinsafan etis dan kewajiban etis

Batas tanggung jawab manusia yaitu tahap natural dan kodrat manusia. Ia

juga bertanggung jawab atas kenyataan bahwa ia memikul tanggung jawab. Ia tidak

Page 9: Ringkasan Buku Ilmu Pengetahuan Dan Tanggung Jawab Kita

menciptakan tanggung jawab, tetapi membacanya. Membacanya bagaimana? Di

sini satu-satunya jawaban adalah: ia membaca tanggung jawabnya pada kodratnya

sebagai manusia, artinya sebagai makhluk dimana – sejauh mungkin – meterialitas

tunduk pada roh. Sejauh mungkin, kami katakan, karena, kalau mustahil tentu tidak

ada tanggung jawab, sebab itu tidak ada kewajiban etis. Tetapi yang menarik ialah –

dan itu sangat penting bagi tema kita di sini – bahwa keinsafan etis manusia selalu

lebih luas jangkauannya daripada yang dirasakannya sebagai kewajiban etis.

Kewajiban etis selalu menyadari adanya ketegangan antara yang seharusnya ada

dengan kenyataan yang ada.

4.    Lingkaran setan yang menandai etika

Pada dasarnya lingkaran setan yang dimaksud artinya adanya pertautan

antara filsafat yang berusaha menjawab pertanyaan siapa dan apa manusia itu dan

etika yang berusaha menterjemahkan jawaban itu ke dalam suatu sikap hidup dan

praksis dimana manusia sungguh-sungguh menjadi siapa dan apa adanya.

5.    Masalah prioritas

a.    Ilmu pengetahuan murni versus ilmu pengetahuan terapan

Masalah prioritas sudah mulai dengan pertanyaan apa yang harus diutamakan, ilmu

pengetahuan murni atau ilmu pengetahuan terapan? Walaupun kita mudah

cenderung mementingkan kebutuhan-kebutuhan konkrit dalam menentukan prioritas

namun sering kali ilmu pengetahuan murni membawa kita pada pemecahan-

pemecahan yang jauh melebihi penelitian yang berorientasi praktis.

b.    Ilmu alam versus ilmu manusia

Ilmu pengetahuan jenis mana yang lebuh penting, Ilmu alam atau ilmu manusia .

Bila pentingnya ilmu-ilmu manusia – karena alasan obyeknya – dijunjung lebih tinggi

daripada ilmu-ilmu alam atau juga karena alasan-alasan yang berasal dari praksis

orang menganggap urgensi ilmu-ilmu manusia lebih besar, maka masih tetap benar

bahwa belum tentu suatu kebijaksanaan dalam bidang ilmu pengetahuan harus

memprioritaskan ilmu manusia lebih dari ilmu alam.

c.    Ilmu-ilmu refleksif versus ilmu-ilmu nonrefleksif

Pertanyaan mengenai prioritas antara ilmu positif ( ilmu- ilmu manusia, ilmu-

ilmu alam ) di satu pihak dan ilmu reflektif ( filsafat, etika ) di pihak lain.

Ada alasan untuk memberi prioritas kepada ilmu refleksi supaya mendapat

peluang untuk mengejar keterbelakangannya.

Page 10: Ringkasan Buku Ilmu Pengetahuan Dan Tanggung Jawab Kita

Bab V

BEBAS NILAI DALAM ILMU PENGETAHUAN

1.    Duduknya persoalan

Dengan “bebas nilai” kita maksudkan suatu tuntutan yang diajukan kepada

setiap kegiatan ilmiah atas dasar hakekat ilmu pengetahuan itu sendiri.

Ilmu pengetahuan bebas dari setiap perandaian. Tuntutan ini tidak mungkin mungkin

mutlak, karena jika demikian akan meniadakan dirinya sendiri.

Ketika kita menyelidiki perandaian-perandaian, ilmu penetahuan diedakan menjadi

ua prinsip yaitu prinsip konstitutif dan prinsip yang menyangkut isi. Suatu ilmu

merasa diri otonom , sekalipun ia tidak mendasari perandaian-perandaian sendiri,

tetapi mengambilnya dari suatu pengalaman lebih luas daripada bidang ilmiahnya

yang spesifik.

2.    Kebebasan ilmu pengetahuan

Kenyataan bahwa ilmu pengetahuan tidak boleh membiarkan diri terpengaruh

oleh nilai-nilai yang letaknya di luar ilmu pengetahuan dapat diungkapkan pula

dengan rumusan singkat bahwa ilmu pengetahuan itu seharusnya bebas.

Kebebasan untuk memilih selalu tinggal suatu faktor hakiki dalam kebebasan ilmu

pengetahuan. Tetapi kebebasan untuk memilih bukan factor terpenting, bukan hal

yang mutlak perlu untuk dapat menjalankan penentuan diri. Lagi pula, juga dalam

situasi-situasi yang krang ideal pilihan selalu akan ditujukan – kendati berdasarkan

alasan-alasan yang sepenuhnya tidak dimengerti – pada dugaan bahwa teori atau

terapi yang dipilih paling mendekati kebenaran atau efektivitas.

3.    Kegiatan ilmiah dan nilai etisnya

Ilmu pengetahuan, yang tidak pernah bebas nilai sebab ia sendiri

mengejawantahkan suatu nilai etis, bertambah relevansi etisnya karena semakin

erat kaitannya dengan praksis.

4.    Bebas nilai dan obyektivitas

Ilmu-ilmu pengetahuan sangat menekankan pada sifat bebas nilai dari ilmu

pengetahuan. Namun hal ini akan menimbulkan kesulitan-kesulitan. Salah satunya

adalah kesulitan pada ilmu-ilmu manusia yaitu secara khusus manusia terlibat dalam

ilmu-ilmu itu, sebagai subyek maupun sebagai obyek.

5.    Beberapa distingsi mengenai nilai-nilai

Page 11: Ringkasan Buku Ilmu Pengetahuan Dan Tanggung Jawab Kita

Suatu distingsi yang penting dalam masalah bebas nilai ilmu pengetahuan

adalah distingsi antara pertimbangan nilai yang memerikan dan pertimbangan nilai

mengevaluasi.

Ilmu pengetahuan itu bebas nilai, Ilmu pengetahuan sedapat mungkin t

Npa prasangka apapun.

6.    Praksis dan implikasi etisnya

Praktek ilmu manusia tidak pernah bisa bebas nilai sama sekali. Ilmu-ilmu

manusia boleh dan harus memanfaatkan sistem-sistem sosial yang berbeda-beda

bagi analisis teoritis mereka, tetapi itu lain daripada sengaja bereksperimentasi

dengan sistem-sistem yang dianggap kurang baik. Seorang ahli polemologi harus

mempelajari sebab musabab fenomen “perang” dengan menyelidki perang-perang

konkrit yang berlangsung di masa lampau dan sekarang. Tetapi sedapat mungkin ia

harus menggunakan pengetahuan yang sudah diperoleh untuk memajukan

perdamaian duania. Dalam hal ini pertimbangan-pertimbangan nilai etis tidak dapat

dihindarkan.

7.    Teori dan bebas nilai

. Perlunya pertimbangan-pertimbangan nilai etis hanya didasarkan atas

praksis yang menerapkan pengertian-pengertian teoritis. Sebab, sejak ilmu

pengetahuan ditandai pertautan antara teori dan praksis, maka apa yang berlaku

bagi praksis berlaku pula bagi teori, karena yang terakhir tidak dapat berkembang

tanpa prasis.

Ilmu manusia memandang manusia sebagaimana adanya demi terwujudnya

manusia sebagaimana seharusnya.

8.    Etika dan ilmu-ilmu manusia

Hubungan antara ilmu dan etika begitu halus dan rumit, sehingga tidak

mungkin diungkapkan dengan perbandingan antara bagian dan keseluruhan. Mau

tidak mau ilmu-ilmu manusia harus menggunakan pertimbangan-pertimbangan nilai

etis. Prinsip-prinsip etis harus digunakannya untuk menentukan apakah nilai-nilai

lain bersifat baik atau tidak baik bagi manusia.

Bab VI

TUJUAN-TUJUAN ILMU PENGETAHUAN DAN PRAKSIS

Page 12: Ringkasan Buku Ilmu Pengetahuan Dan Tanggung Jawab Kita

1.    Pergeseran ke arah praksis

Dalam konteks historis kita lihat terjadinya pergeseran: dari ilmu pengetahuan

sebagai theoria, demi pengetahuan, menuju ilmu pengetahuan sebagai praxis, demi

kegunaan bagi kehidupan. Memang benar, pergeseran itu telah berlangsung, tetapi

tidak boleh ditafsirkan secara mutlak.

2.    Tujuan-tujuan praksis

Praksis pertama-tama tertuju pada keperluan manusia untuk

mempertahankan hidupnya dan pada keinginan untuk meningkatkan kemungkinan-

kemungkinan yang disajikan hidup ini. ditinjau dari segi historis ada dua faktor yang

sangat memperluas tujuan-tujuan “natural” ini. Pertama: ternyata ilmu pengetahuan

bisa berguna untuk praksis dan menambah kemungkinan-kemungkinannya dengan

cara tak terduga. Kedua: tradisi Yunani-Kristiani yang minta perhatian untuk sesama

yang menderita, untuk manusia yang tidak berdaya dan juga tidak berhak atas

bantuan, karena tidak sanggup menyumbangkan sesuatu kepada masyarakat yang

dapat menjadi dasar bagi haknya.

3.    Ketidakdewasaan manusia

Kedewasaan manusia dapat kita ukur dengan tolok ukur intern. Seorang

manusia dewasa harus dapat berbicara dengan pengetahuan matang tentang

realitas, harus sanggup berbicara atas namanya sendiri, artinya ia harus mengenal

dirinya sendiri serta motif-motifnya dan dengan demikian sungguh-sungguh bebas.

Kalau dipandang demikian tidak ada orang yang betul-betul dewasa, pun tidak

mereka yang secara tradisional disebut dewasa, termasuk juga elit di antara mereka.

4.    Etos intrinsik dari teknologi

Dalam perspektif yang dilukiskan tentang tujuan praksis sebagai keseluruhan

tampak sebagai pelayanan manusia kepada manusia, guna menciptakan bagi

semua orang peluang seluas mungkin untuk mengembangkan dirinya sendiri.

Nyatalah kiranya bahwa hal yang saman merupakan juga “etos” intrinsik dari

teknologi. Menurut kodratnya sendiri teknologi bertujuan membebaskan manusia

dari urusan-urusan materialnya dan dalam hal ini memang semakin berhasil.

Manusia akan menggunakan teknologi pertama-tama untuk membantu

mereka yang masih membutuhkan pertolongan. Tetapi sesudah itu manusia akan

memakai teknologi dalam suatu perspektif jauh lebih luas yang dibuka oleh

perkembangan kemungkinan-kemungkinan manusiawi, yaitu manusia akan

mengejar suatu kedewasaan dalam arti yang sebenarnya, suatu keadaan di mana ia

telah menjadi manusia seutuhnya.

Page 13: Ringkasan Buku Ilmu Pengetahuan Dan Tanggung Jawab Kita

5.    Ilmu pengetahuan sebagai tujuan

Ilmu pengetahuan bukan saja sarana tetapi juga tujuan. Ilmu pengetahuan

bukan saja sekedar sarana untuk mencapai perkembangan manusia yang lebih

utuh. Ilmu pengetahuan merupakan juga sebagian dari perkembangan manusia itu.

Ilmu pengetahuan merupakan juga hasil perkembangan manusia.

6.    Pergeseran-pergeseran dari keniscayaan ke kebebasan

Tujuan-tujuan ilmu pengetahuan di satu pihak ditandai dengan sesuatu yang

tidak terikat dengan waktu, tapi di pihak lain memperihatkan bermacam-macam

pergeseran. Pada mulanya kegiatan ilmiah nampak sebagai “luks”. “Luks” karena

kegiatan ilmiah itu dimungkinkan berkat pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup

yang telah terjamin, dan “luks” lagi, karena kegiatan ilmiah tidak menyumbangkan

sesuatupun kepada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan itu. Kini kegiatan ilmiah

mutlak perlu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup sehari-hari untuk

mencapai taraf yang lebih tinggi, hal ini disebabkan karena pergeseran.

7.    Konsekuensi-kosekuensi untuk menentukan prioritas

Karena ilmu pengetahuan bukan hanya sebagai sarana tetapi juga tujuan,

dapat ditarik suatu kesimpulan penting tentang hal menentukan prioritas. Yang kami

maksudkan di sini bukan prioritas di dalam wilayah ilmu pengetahuan – entah ilmu

pengetahuan teoritis maupun praktis – melainkan prioritas yang harus diberikan

kepada kegiatan ilmiah pada umumnya.

Ilmu pengetahuan menurut hakekatnya dan strukturnya sebagai ilmu

pengetahuan yang bersifat abstrak dan terspesialisasi , sedang realitas beserta

problem-problemnya bersifat konkrit dan menerobos semua spesialisme.

Bab VII

KERJA SAMA ANTARA ILMU-ILMU

1.    Masa depan yang tidak diketahui

Kita menyadari bahwa tanggung jawab ilmu pengetahuan untuk semua

manusia. Dan kita juga harus berusaha sebaik mungkin melihat ke depan, walaupun

kita tidak bisa memaksakan jalannya kejadian-kejadian yang akan datang. Dalam

pada itu masa depan yang tidak dikenal itu sebetulnya cukup aneh sifatnya. Masa

depan dikenal lebih baik dari masa lu, namun demikian dapat diartikan lain bahwa

masa depan kurang dikenal dibanding masa lalu.

Page 14: Ringkasan Buku Ilmu Pengetahuan Dan Tanggung Jawab Kita

Bagaimanapun juga kita dapat menaruh harapan, bila kita menyaksikan

bahwa perkembangan ilmu pengetahuan telah memperlihatkan bagaimana hal-hal

yang dulu nampaknya nyaris mustahil, kemudian mencapat pemecahannya juga.

2.    Perlunya mencarikan tendensi-tendensi

Terdapat berbagai tendensi yang memberi harapan, betapa pun besarnya

kesulitan-kesulitan actual. Tetapi sebetulnya bukan soal apakah tendensi-tendensi

itu mengizinkan optimisme kita. Yang penting ialah mencarikan tendensi-tendensi

yang diperlihatkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan melanjutkan tendensi-

tendensi itu dengan sebaik mungkin.

Salah satu di antara tendensi-tendensi ini ialah kerja sama antara ilmu-ilmu,

supaya ilmu pengetahuan sugguh-sungguh dapat mencapai tujuannya.

3.    Kerja sama antara ilmu-ilmu teoritis dan ilmu-ilmu praktis

Kerja sama ilmu- ilmu teoritis dengan ilmu-ilmu praksis pertama-tama

diperlukan untuk menguji teori-teori, karena justru dalam praksis nilai khusus

manusia tampak dengan lebih jelas daripada dalam teori. Tuntutan-tuntutan praksis

tidak mneghambat tuntutan-tuntutan teori. di bidang ilmu-ilmu manusia tuntutan-

tuntutan teori pun meminta suatu pendkatan terpadu atau sekurang-kurangnya

multidisipliner. Walaupun jarak antar teori dan praksis masih cukup besar, namun

hal itu tidak disebabkan karena tuntutan-tuntutan yang berbeda-beda, melainkan

ilmu-ilmu yang bersangkutan belum dewasa.

4.    Kerja sama antara filsafat, etika, dan ilmu-ilmu positif

Besarnya implikasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

barangkali tampak paling jelas bila kita menginsafi arti perkembangan itu untuk

filsafat dan etika. Perkembangan itu mempunyai arti khusus bagi filsafat, karena

refleksi tentang apa yang dinyatakan ilmu pengetahuan dan teknologi mengenai

hakekat manusia sangat penting untuk menjawab pertanyaan manusia tentang

dirinya sendiri dan tentang arti keberadaannya di dunia. Perkembangan itu

mempunyai arti pula bagi etika, karena refleksi filosofis tidak pernah netral, tetapi

mengundang kita untuk mengambil sebuah sikap hidup dan mewujudkan khidupan

kita sesuai dengan apa yang dinyatakan sebagai hakeka manusia.

Eratnya kerjasama antara ilmu ilmu-ilmu positif dengan ilmu-ilmu reflektif

membutuhkan satu sama lain. Ilmu pengetahuan alam dan teknologi selama

perkembangannya memperlihatkan banyak hal tentang hubungan manusia dengan

alam yang mempunyai juga konsekuensi etis, sedangkan mereka sendiri tidak

sanggup merumuskan pengertian-pengertian baru itu, karena metode-metode

Page 15: Ringkasan Buku Ilmu Pengetahuan Dan Tanggung Jawab Kita

mereka tidak cocok untuk itu. Karena itu mereka membutuhkan filsafat dan etika

tidak akan pernah sanggup mencapai visi-visi baru itu, seandainya tidak

dikemukakan oleh perkembangan ilmu alam dan teknologi.

5.    Andil sejarah

Tindakan-tindakan kita sekarang ini reaksi atas masa lampau berpadu

dengan persiapan untuk masa depan yang tidak mungkin dan tidak boleh dibiarkan

berkembang sendiri. Setidak-tidaknya kita sudah belajar bahwa tindakan-tindakan

kita sekarang ini mengandung tanggung jawab besar untuk masa depan. Tidak

boleh terjadi, kita tidak mempunyai pandangan jelas tentang humanitas

(perikemanusiaan) yang sejati, karena perwujudan humanitas harus menentukan

arah praksis.

Dengan mempelajari sejarah kita dapat belajar juga bagaimana manusia

berulang kali gagal, bagaimana maksud yang paling luhur sesudah beberapa waktu

dirusakkan dan dalam usaha yang tidak jarang berujung sejarah.

6.    Andil ilmu-ilmu manusia

Ilmu-ilmu manusia harus memperlihatkan bagaimana cita-cita etis kita dapat

diopersionalkan, sehingga dapat diwujudkan secara efektif. Karena keikutsertaan

ilmu-ilmu manusia dalam kerja sama antar ilmu-ilmu positif dan etika sangat

diperlukan.

7.    Andil ilmu alam

Andil ilmu alam dalam kerja sama ilmu-ilmu tidak begitu besar, terutama bila

kerja sama itu dipandang dari segi sumbangan yang dapat diberikan masing-masing

ilmu untuk pengenalan diri dan kebebasan batiniah manusia. Barangkali orang

berpendapat, ilmu alam bertugas untuk mengenal alam dan dengan demikian

mengabdi kepada kebebasan lahiriah manusia, artinya kebebasannya terhadap

alam di sekitarnya. Karena itu tidak keberatan, bila pengetahuan serba spesialistis

dari ilmu alam dan teknologi itu terbatas pada ahli saja.

8.    Beberapa kesimpulan

Kesimpulan pertama: semua ilmu dibutuhkan, dan semua ilmu juga

membutuhkan satu sama lain untuk dapat mencapai tujuan-tujuan umum.

Kesimpulan kedua: dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan praksis jelas

terlihat tendensi-tendensi yang menunjukkan bahwa hal-hal yang pada mulanya

tampaknya hampir tidak mungkin, lambat laun ternyata mungkin juga.

Page 16: Ringkasan Buku Ilmu Pengetahuan Dan Tanggung Jawab Kita

Bab VIII

ILMU PENGETAHUAN DAN KEBIJAKSANAAN

1.    Ilmu pengetahuan dan pandangan hidup

Masalah-masalah yang menyangkut pandangan hidup tidak dapat diragukan

bahwa sekurang-kurangnya beberapa aspeknya dapat diselidiki secara ilmiah.

Sejauh kita mengetahui lebih banyak factor-faktor yang menguasai tingkah laku

manusia perorangan dan sosial, sejauh itu pula akan dapat kita mengerti lebih baik

apa yang menguasai pilihan-pilihan mendasar kita di bidang pandangan hidup.

2.    Tanpa pamrih

Sikap tanpa pamrih berarti membuka diri untuk kebenaran yang tidak berasal

dari saya, juga dapat berarti mempertaruhkan diri saya.

Tuntutan bahwa ilmu pengetahuan adalah tanpa pamrih, pasti tidak terbatas

pada kegiatan ilmiah sejauh langsung berkaitan dengan masalah-masalah

pandangan hidup .

3.    Kebijaksanaan

Kegiatan ilmiah dalam bentuk yang dispesialisir meminta kebijaksaan yang

tahu mengaitkan keinsafan akan keterbatasan metodenya sendiri dengan keinsafan

yang tepat akan kedudukannya dalam keseluruhan.

Cita-cita kebijaksanaan itu masih mempunyai suatu dimensi lain daripada

hanya pengertian tentang keseluruhan. Bila kita berbicara tentang kebijaksanaan,

yang kita maksudkan adalah hubungan timbal balik antara pengertian dan praksis

etis yang sesuai

4.    Ilmu pengetahuan, kebijaksanaan, dan keterlibatan dalam masyarakat

Arti ilmu pengetahuan untuk cita-cita kebijaksanaan tampak di sini karena

ilmu pengetahuan telah berkembang menjadi progresif dan relevan untuk praksis,

maka mau tidak mau ada konsekuensinya untuk cita-cita kebijaksanaan itu sendiri,

khususnya sejauh menyangkut sikap pasrah. Ilmu pengetahuan justru menjadi besar

karena didasarkan pada pengalaman dan eksperimen, artinya karena diakuinya

kekuatan fakta-fakta.

Menerima realitas itu merupakan titik pangkal yang mengizinkan dan serentak

juga mewajibkan kita untuk mengembangkan kemungkinan-kemungkinan dalam

realitas yang sesuai dengan hidup manusia yang lebih sempurna.

Kemajuan minta agar ilmu pengetahuan diikutsertakan dalam kehidupan

sosial, agar ilmu pengetahuan digunakan demi kesejahteraan semua manusia.

Page 17: Ringkasan Buku Ilmu Pengetahuan Dan Tanggung Jawab Kita

Sejak ilmu pengetahuan dapat dimanfaatkan dalam praksis, keterlibatan dalam

masyarakat yang bertujuan mengubah realitas social, dapat dianggap sebagai

perwujudan konkrit dari unsure etis yang selalau sudah manandai kebijaksanaan

sebagai kesatuan antara teori dan praksis.

KESIMPULAN

Bermula dari rasa tidak puas terhadap ilmu pengetahuan. Di satu pihak ilmu

pengetahuan menyajikan kemungkinan-kemungkinan yang luar biasa, di pihak lain

ilmu pengetahuan merasa gagal. Mengapa ilmu pengetahuan dikatakan gagal,

karena ilmu pengetahuan salah mengenai kemungkinan – kemungkinan yang

sesungguhnya.

Karena kemajuan ilmiah, manusia memperoleh kekuasaan, yang semakin

betambah atas realitas. Tetapi tanggung jawabnya semakin bertambah pula.

Bagaimana manusia harus bertanggung jawab dengan penelitian ilmiah. Penelitian

ilmiah akan menanyakan tujuan-tujuan bagi pelaksanaan kuasa manusia,

menyangkut ilmu-ilmu lain yang memungkinkan kuasa itu sendiri .

Satu pelajaran yang dapat kita petik dari pengalaman dengan ilmu

pengetahuan: banyak hal yang pada mulanya tidak mungkin, ternyata akhirnya

mungkin juga, karena ada manusia yang tak jenuh-jenuh mencoba- coba yang

semula tidak mungkin, karena mereka melihatnya sebagai tantangan.

Ada sejumlah pikiran dasar yang berguna tentang hakekat ilmu

pengetahuan , bentuk-bentuknya, kemungkinan-kemungkinan, serta batas-batasnya

makna ilmu pengetahuan bagi manusia dan masyarakat dan tanggung jawabnya.