RINGKASAN - ahnku.files. Web viewDalam materi pelatihan dijelaskan mengenai pengertian pestisida...
Transcript of RINGKASAN - ahnku.files. Web viewDalam materi pelatihan dijelaskan mengenai pengertian pestisida...
LAPORAN KKP
TAHUN 2011 DESA ROGOSELO
KECAMATAN DORO KABUPATEN PEKALONGAN
PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN
MELALUI PERBAIKAN KUALITAS HIDUP MASYARAKAT
SERTA PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN PERTANIAN LOKAL
Oleh:
Munandar Irfanda A24080062
Julieta Christy A24080065
Ushwanuuri R L A34080063
Mustika Rengganis A44080054
Indah Yulianti I14080124
Abdul Haris Nasution I34080079
Nurul Rahmalia I34080083
FAKULTAS PERTANIAN
DAN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN
MELALUI PERBAIKAN KUALITAS HIDUP MASYARAKAT
SERTA PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN PERTANIAN LOKAL
Oleh :Munandar Irfanda A24080062Julieta Christy A24080065Ushwanuuri R L A34080063Mustika Rengganis A44080054Indah Yulianti I14080124Abdul Haris Nasution I34080079Nurul Rahmalia I34080083
Dosen Pembimbing Lapang 1
Ir. Khamir R. Brata, M.Sc
NIP.19481212 197603 1 002
Dosen Pembimbing Lapang 2
Dr. Nurmala K. Pandjaitan, MS. DEA
NIP. 19591114 198811 2 001
Disetujui,
Dekan Fakultas Pertanian
Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr.
NIP. 19651011 199002 1 002
Dekan Fakultas Ekologi Manusia
Dr. Arif Satria
NIP. 18710917 199702 1 003
2
RINGKASAN
Pertanian dan kesehatan meruapakan dua permasalahan besar yang
umumnya terdapat di pedesaan. Demikian halnya di desa Rogoselo, Kecamatan
Doro Kabupaten Pekalongan. Dari penggalian masalah yang dilakukan mahasiswa
dengan menggunakan metode FGD(Focus Group Discussion), wawancara
mendalam, dan diskusi dengan infoman, maka kami dapat menyusun sebuah
pohon masalah yang kiranya menjadi landasan pengerjaan program-program
kuliah kerja profesi di tahun ini.
Kecukupan gizi merupakan salah satu faktor penting yang menunjang
kesehatan masyarakat. Adanya persepsi masyarakat yang beranggapan bahwa
makanan bergizi adalah makanan yang mahal, membuat kami melakukan
penyulungan mengenai gizi kepada ibu-ibu sebagai penentu utama pola makan.
Posyandu dan pengajian ibu-ibu merupakan tempat dimana kami manfaatkan
untuk melakukan penyuluhan gizi.
Menjawab permasalahan pertanian Rogoselo, maka dengan disiplin ilmu
pertanian, kami bersama petani melakukan pelatihan pembuatan kompos dan
pestisida nabati dengan menggunakan bahan-bahan yang tersedia disekitar desa.
Hal ini adalah sebuah jawaban atas permasalahan pertanian yang kini sedikit
dalam berproduksi.
Konservasi tanah cepat atau lambat akan sangat diperlukan, demikian
sebuah latar belakang kami memperkenalkan lubang biopori kepada masyarakat.
Cara kerja yang demikian sederhana membuat inovasi tersebut sangat mudah
diserap oleh masyarakat.
Anak-anak merupakan generasi baru yang memiliki keingintahuan tinggi.
Oleh karena itu sebuah pengetahuan dasar mengenai serangga yang bermanfaat
dan yang merugikan diberikan. Selain pengenalan serangga, pengetahuan anak
tentang pekarangan yang bermanfaat dan memiliki estetika juga turut
diperkenalkan.
Seluruh penyelesaian permasalahan pertanian tersebut, diakhir
diproyeksikan dalam sebuah lahan pekarangan percontohan. Lahan yang ditanami
i
dengan tanaman yang berporoduksi seperti sayuran dan disekelilingnya dihiasi
dengan tanaman hias yang ada di sekitar masyarakat. Konsep biopori, pupuk
organik, dan pestisida nabati digunakan dalam pekarangan tersebut. Hasilnya
petani dapat melihat secara langsung pengaplikasian hasil pelatihan yang
sebelumnya dilaksanakan.
Dalam pelaksanaan program tersebut, mendapat tanggapan yang positif
dari masyarakat. Hal ini tentu saja karena masalah yang diselesaikan adalah
permasalahan yang memang benar-benar dirasakan oleh masyarakat.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya sehingga laporan pertanggungjawaban (LPJ) Kuliah
Kerja Profesi (KKP) ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Kegiatan KKP
yang dilaksanakan di Desa Rogoselo, Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan
selama kurang lebih enam minggu telah berjalan dengan lancar sehingga LPJ
KKP ini dapat diselesaikan.
Kegiatan KKP yang telah dilakukan sangat bermanfaat bagi mahasiswa
maupun masyarakat di desa tempat KKP. Pada pelaksanaan KKP tahun 2011 ini
terdapat perbedaan dari tahun sebelumnya yaitu formasi mahasiswa terdiri dari
gabungan antara mahasiswa Faperta dan Fema. Hal tersebut menjadikan
bertambahnya disiplin ilmu dan keahlian yang ada dalam penanganan masalah
pembangunan yang terjadi di desa.
Laporan ini merupakan bentuk pernyataan tertulis atas terlaksananya
kegiatan pengabdian mahasiswa dan perguruan tinggi kepada masyarakat dalam
pelaksanaanKKP Fakultas Pertanian (Faperta) dan Fakultas Ekologi Manusia
(Fema) Institut Pertanian Bogor (IPB) yang telah dilaksanakan beberapa waktu
lalu. Banyak pengalaman berharga yang diperoleh mahasiswa ketika
melaksanakan kegiatan KKP ini. Semoga pengalaman yang diperoleh menjadi
modal penting bagi lulusan Faperta dan Fema untuk mengembangkan dan
memajukan bidang pertanian dan bidang lainnya di pedesaan.
Bogor, 14 Agustus 2011
Tim Penulis
iii
DAFTAR ISI
RINGKASAN.......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iv
PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1. Latar Belakang............................................................................................................1
2. Tujuan........................................................................................................................2
POTENSI DESA DAN PERMASALAHAN......................................................................3
1. Kondisi Umum Desa Rogoselo................................................................................3
2. Potensi Desa...........................................................................................................3
3. Permasalahan Masyarakat Desa............................................................................5
PROGRAM DAN PELAKSANAAN..................................................................................8
1. Revitalisasi Posyandu dan “Ayo, melek gizi!”...........................................................8
2. Penyuluhan gizi..........................................................................................................8
3. Pengenalan dan Pelatihan Pembuatan Lubang Resapan Biopori................................9
4. Pelatihan Pembuatan Kompos..................................................................................10
5. Pengenalan serangga...............................................................................................11
6. Pelatihan Pembuatan Pestisida Nabati.....................................................................12
7. Pekarangan Percontohan dan Budidaya Tanaman....................................................14
8. Evaluasi PSP, Irigasi Pertanian..................................................................................17
PEMBAHASAN UMUM..................................................................................................18
KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................................................21
LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................................................22
iv
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kuliah Kerja Profesi (KKP) merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk
memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk dapat mengamati dan merasakan
secara langsung aktivitas pekerjaan yang relevan, khususnya di bidang pertanian.
KKP yang dilakukan oleh Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB
bertujuan agar mahasiswa dapat menerapkan atau mengaplikasikan sistem
pertanian terpadu dan membantu mengembangkan sumberdaya yang terdapat di
desa tujuan.
Kegiatan KKP ini dilaksanakan di Kecamatan Doro, Kabupaten
Pekalongan. Daerah ini memiliki sumber daya alam yang berpotensi untuk
dikembangkan, namun karena keterbatasan dari masyarakat setempat, sumber
daya alam yang terdapat di daerah ini belum dimanfaatkan secara optimal. Secara
umum dapat digambarkan bahwa potensi utama yang belum dikembangkan secara
maksimal pada daerah Rogoselo adalah pada sektor pertanian, baik pertanian
secara khusus maupun secara umum.
Pertanian pedesaan sebagai salah satu potensi besar yang dimiliki daerah
memang perlu mendapat perhatian lebih dalam pengembangannya. Untuk itu,
dibutuhkan upaya yang lebih serius dalam pengembangan SDA dan SDM bidang
pertanian. Salah satu langkah dalam upaya pembangunan daerah adalah membina
hubungan dan komunikasi yang proaktif dan responsif antara pemerintah daerah
dan masyarakat desa, khususnya para petani. Salah satunya adalah revitalisasi
fungsi dan peran lembaga pemerintah (perangkat daerah) terkait, perangkat desa,
kelompok tani, maupun individu-individu petaninya sendiri. Berbagai bentuk
upaya yang bisa dilakukan antara lain membentuk media konsultasi/penyuluhan,
penyebaran informasi dan IPTEK pertanian, ataupun bantuan berupa fasilitas
maupun dana yang bisa dimanfaatkan petani dalam mengembangkan usaha
pertaniannya.
Selain pemerintah, perguruan tinggi dapat mempunyai andil besar dalam
pembangunan pertanian. Perguruan tinggi yang mampu menghasilkan mahasiswa
1
dan lulusan yang berkompeten serta syarat ilmu di bidang pertanian yang
diharapkan dapat mentransfer pengetahuannya dan memberikan sumbangsih
keahliannya kepada petani. Hal yang demikian menjadi suatu bentuk pengabdian
mahasiswa dan perguruan tinggi pada masyarakat. Dengan adanya KKP ini,
mahasiswa mendapatkan wawasan dan pengalaman mengenai pemecahan
masalah-masalah pertanian yang biasa muncul di lapang serta bisa memberikan
solusi yang tepat bagi masyarakat yang mengalami permasalahan tersebut.
2. Tujuan
Kegiatan KKP ini dilaksanakan oleh mahasiswa Fakultas Pertanian dan
Fakultas Ekologi Masyarakat Institut Pertanian Bogor selama enam minggu.
Adapun tujuan kegiatan KKP ini adalah :
1. Mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan mahasiswa dalam
menerapkan ilmu, teknologi, dan seni di bidang pertanian serta mahasiswa
dapat belajar menghayati dan memecahkan masalah yang ada di
lingkungan desa secara komprehensif.
2. Membantu masyarakat dalam menumbuhkan kesadaran kritis akan
permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapinya, dan membantu
memecahkan permasalahan tersebut sesuai lingkup keilmuan mahasiswa.
3. Memperkenalkan teknologi pertanian (Agroteknologi) yang dapat
diterapkan di lingkungan sekitar dengan memanfaatkan sumberdaya lokal
yang tersedia.
4. Meningkatkan produktivitas pertanian dengan memanfaatkan limbah
pertanian sebagai bahan baku pupuk kompos.
5. Menumbuhkan kepedulian dan kesadaran masyarakat untuk melestarikan
lingkungan sekitarnya.
2
POTENSI DESA DAN PERMASALAHAN
1. Kondisi Umum Desa Rogoselo
Desa Rogoselo sebuah desa terpencil yang kini sedang berkembang
menjadi desa yang maju dan mandiri. Desa ini terletak di Kecamatan Doro,
Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Jarak dari jalan besar kecamatan menuju
desa ini hanya sekitar 3 km. Kondisi jalan masih bagus dan mulus, namun akses
desa ini masih sangat sulit karena tidak ada kendaraan umum (angkutan umum)
yang memiliki trayek khusus untuk masuk ke desa ini. Alternatif kendaraan untuk
masuk ke Desa Rogoeselo adalah menggunakan Doplak1 atau menggunakan jasa
tukang ojeg.
Kehidupan masyarakat setempat sebagian besar ditopang dari pertanian.
Sawah yang luas dan kebun sengon merupakan dua pertanian utama di desa ini.
Walau bekerja sebagai petani, perekonomian keluarga banyak yang didukung oleh
sanak saudara (anak) yang bekerja diluar desa ini, baik sebagai pedagang ataupun
buruh pabrik dan tekstil. Rumah-rumah besar permanen dan pekarangan yang luas
menjadi pemandangan lazim di desa ini, sebuah gambaran tercapainya
kesejahteraan secara finansial masyarakat.
Akses terhadap pendidikan SD mudah karena ada 3 SD di desa. Namun
agak kesulitan untuk mencapai SMP karena hanya ada satu SMP di desa ini dan
letaknya jauh dari pusat desa. Sebagian besar anak-anak yang melanjutkan SMP
justru ke kecamatan. Demikian halnya SMA, belum ada bangunannya di desa
tersebut. Hal ini mungkin saja menjadi salah satau faktor yang menyebabkan
rendahnya pendidikan masyarakat hingga saat ini.
2. Potensi Desa
Potensi Desa Rogoselo dapat dianalisis dari Lifelyhood Assets yang
dimiliki desa ini. Desa ini memiliki kuantitas Sumber Daya Manusia yang
berpeluang untuk diberdayakan sebanyak 4.172 orang, dimana 2.071 orang
diantaranya adalah laki-laki, dan 2.101 orang adalah perempuan. Walau tingkat
1mobil pengangkut barang yang bagian belakangnya terbuka
3
pendidikan rataan masih SD dan SMP, panduduk setempat sudah sangat handal
dalam praktik pertanian secara tradisional. Kemampuan bertani ini merupakan
sebuah potensi besar yang sangat berpeluang untuk dikembangkan menuju
kemandirian finasial masyarakat.
Sumber Daya Alam yang dimiliki desa ini sangat melimpah, luas
persawahan 249.270 hektar mampu menopang kebutuhan primer masyarakat.
Sepanjang tahun persawahan tersebut ditanami padi karena irigasi yang sudah
cukup baik. Tanah perkebunan yang kebanyakan ditanami dengan tanaman tua
seperti sengon dan buah-buahan (durian dan rambutan) seluas 84.000 hektar.
Lebih istimewa lagi, desa ini memiliki total pekarangan seluas 94.000 hektar.
Potensi sumberdaya alam yang sangat berpotensi untuk memandirikan masyarakat
setempat.
Dalam mengelola sumber daya alam tersebut, masyarakat memiliki
teknologi lokal yang mempermudah mereka dalam bekerja. Diantaranya, di lahan
persawahan petani telah mengenal alat penyemprotan. Masyarakat juga memiliki
alat sederhana untuk merontokkan bulir padi yang telah di panen. Untuk
pengolahan lahan perkebunan yang ditanami sengon, selain teknologi gergaji kayu
sederhana, gergaji mesin juga sudah digunakan dalam memotong kayu sengon,
dan memanfaatkan doplak sebagai pengangkut kayu tersebut.
Dalam mengelola SDA menggunakan teknologi,modal uang merupakan
salah satu faktor penting. Modal uang yang dimiliki masyarakat adalah sebagian
besar dari hasil panen, yang uangnya dijadikan modal kembali untuk produksi
berikutnya. Selain dari hasil panen pertanian, anak atau sanak keluarga yang
bekerja di luar desa menjadi salah satu penopang ekonomi keluarga. Mereka yang
bekerja diluar sebagian besar bekerja sebagai buruh dan penjahit di pengerjaan
tekstil.
Untuk mengikat keempat potensi tersebut masyarakat memiliki modal
sosial berupa kelembagaan lokal. Namun, peranan kelembagaan tersebut tidak
terlalu kuat dalam mengatur masyarakat dalam mengelola potensi yang ada.
Hasilnya ada beberapa masalah yang bermunculan yang sebenarnya hanya bisa
diselesaikan oleh kelembagaan yang kuat. Kelembagaan yang ada didesa ini
adalah Kelompok Tani, Jemaah Tahlil, dan Pengajian Ibu-ibu. Kelembagaan
4
Pendapatan Petani Menurun
Hasil Panen Sedikit/gagal
Hama Wereng Ulat Sengon Tumor Sengon Racun Pisang
Sulit membuat pertanian serempak
Pengetahuan petani minim mengenai pestisida
SOP Pertanian diabaikan
Lemahnya Peran Kelembagaan
Sosok Pemimpin yang semakin sulit ditemui
Lahan tak efisienPengabaian Pekarangan
Pengabaian Jerami
Kesejahteraan ekonomi dan kesehatan Rendah Pengetahuan Gizi Kurang
lemah\\\
tersebut rutin melakukan pertemuan sesuai jadwal yang telah disepakati bersama.
Namun, lemahnya karakter pemimpin di desa tersebut menjadikan kelembagaan
tersebut hanya berperan menjadi kelembagaan silaturahmi saja. Padahal apabila
kelembagaan tersebut dapat diberdayakan secara optimal, maka akan semakin
kecil permasalahan yang dihadapi masyarakat.
Lifelyhood Assets yang dimiliki masyarakat sangat berpeluang untuk
menjadi kekuatan masyarakat dalam mencapai kemandirian. Potensi yang dimiliki
akan mudah berkembang apabila modal sosial yang dimiliki masyarakat dapat
dimaksimalkan dengan karakteristik kepemimpinan yang ideal.
3. Permasalahan Masyarakat Desa
Sesuai dengan keprofesian mahasiswa yang melakukan KKP di desa
rogoselo, maka permasalahan yang lebih kami fokuskan adalah permasalahan
pertanian yang dihadapi masyarakat. Dari penggalian masalah yang digunakan,
mulai dari Diskusi Kelompok Terarah di pengajian ibu-ibu, wawancara mendalam
dengan masyarakat, serta berdiskusi dengan beberapa informan, dan melakukan
observasi secara langsung, maka kelompok KKP menggunakan analisis pohon
masalah sebagai dasar pelaksanaan program kuliah kerja perofesi.
5
Skema 1. Pohon Masalah Desa Rogoselo
Belakangan permasalahan yang dihadapi masyarakat adalah menurunnya
kesejahteraan secara ekonomi dan kesehatan. Pengetahuan yang salah tentang gizi
dimana masih ada persepsi makanan bergizi adalah makanan yang mahal menjadi
masalah sendiri pada kesejahteraan kesehatan masyarakat. Selain itu kualitas
kesejahteraan ekonomi ikut menurun seiring menurunnya pendapatan petani yang
diakibatkan oleh produktivitas pertanian yang rendah, bahkan mulai adanya gagal
panen pada padi. Masalah yang menyebabkan berkurangnya hasil panen tersebut
adalah serangan hama yang semakin besar. Hama wereng merupakan hama yang
paling besar dalam merusak padi sehingga produktivitas jauh dari harapan petani.
Selain wereng permasalahan hama juga muncul pada perkebunan sengon
masyarakat. Ulat kantung yang menjadi hama sengon menyebabkan daun sengon
berguguran. Hal ini membuat waktu panen sengon bertambah lama. Dari waktu
normal 4-5 tahun manjadi 6-8 tahun. Permasalahan juga terjadi pada tanaman
masyarakat, yakni pisang. Penyakit juga menyerang tanaman tersebut sehingga
menyebabkan pohon pisang mati disaat akan mulai berbuah.
Permasalahan pertanian tersebut sebenarnya tidak sebatas permasalahan
hama saja. Namun lebih jauh dari itu, permasalahan tersebut merupakan efek dari
kelalaian manusia, dalam hal ini petani. Hama wereng bukanlah hama yang
mudah untuk dikendalikan. Pertanian serempak adalah hal paling penting untuk
dapat memotong siklus hidup hama tersebut. Hal lain yang menyebabkan semakin
meningkatnya serangan hama adalah pengetahuan petani yang minim mengenai
pestisida beserta dosisnya. Dalam prakteknya petani serangkali melakukan
pengoplosan pestisida hingga beberapa campuran, contoh yang ditemui
dilapangan adalah dimana petani mengoplos pestisida dari industri dengan
beberapa obat serangga dan detergen serta oli kendaraan. Kemudian petani
cenderung mengabaikan dosis pestisida yang ditentukan. Kadar pestisida yang
tinggi memberikan efek resisten terhadap keturunan hama yang berikutnya.
Akibatnya hama semakin kebal dengan pestisida.
Menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut harus dilakukan
secara bersama. Dibutuhkan sebuah kelembagaan yang dapat berperan mengatur
pertanian masyarakat. Hal inilah yang tidak ada di desa Rogoselo. Kelembagaan
6
tidak mampu mendorong masyarakat untuk melakukan pertanian serempak.
Minimnya pemimpin lokal menjadi hambatan untuk berkembangnya lembaga
lokal yang diharapkan.
Jadi permasalahan pertanian Rogoselo adalah permasalahan kompleks
yang membutuhkan kekuatan seorang pemimpin lokal dalam membangun sebuah
kelembagaan masyarakat. Kelembagaan yang kuat dan mampu menjadi rambu-
rambu masyarakat dalam melaksanakan pertanian.
Di samping masalah kelembagaan, ketidakefisienan penggunaan lahan
menjadi salah satu faktor yang menyebabkan sedikitnya jumlah pendapatan
masyarakat. Pekarangan yang luas tidak dimanfaatkan. Biasanya hanya dibiarkan
saja atau sekedar dijadikan taman yang ditanami bunga pekarangan. Padahal
dengan pekarangan yang luas seperti itu, dapat dimanfaatkan untuk menjadi
pemasukan tambahan bagi keluarga. Setidaknya dapat mengurangi pengeluaran
masyarakat untuk keperluan dapur.
7
PROGRAM DAN PELAKSANAAN
1. Revitalisasi Posyandu dan “Ayo, melek gizi!”Kegiatan ini berupa sosialisasi kepada kader mengenai sistematika 5 meja
posyandu yang terdiri dari: meja registrasi, meja penimbangan, meja pencatatan,
meja penyuluhan gizi dan meja pelayanan kesehatan. Kemudian dilakukan
penerapan kegiatan 5 meja tersebut di posyandu oleh kader didampingi oleh
mahasiswa. Kader diberikan pengetahuan mengenai pentingnya menerapkan
sistem tersebut di posyandu.
Program revitalisasi posyandu dan “Ayo, melek gizi!” diawali dengan
memilih satu posyandu, yaitu di dukuh Sandong, desa Rogoselo sebagai posyandu
percontohan di desa. Setelah itu, dilakukan kunjungan ke rumah Bidan desa
sebagai perkenalan awal dan mencari informasi mengenai identitas kader
posyandu. Tiga hari berikutnya sharing bersama para kader untuk mengetahui
tingkat pengetahuan kader mengenai gizi dan sistem 5 meja. Pertemuan
selanjutnya, kader diberi penyuluhan mengenai gizi dasar, yaitu pembagian zat
gizi menurut fungsinya (sumber energi, zat pembangun, dan pengatur), pembagian
zat gizi menurut jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh (zat gizi makro dan mikro),
pentingnya menu makanan yang bergizi, beragam, dan berimbang (3B), serta
penyuluhan mengenai sistem 5 meja yang baik dan benar.
2. Penyuluhan giziKegiatan ini dilakukan dengan melakukan penyuluhan mengenai gizi yang
perlu dimiliki ibu. Penyuluhan dilakukan secara rutin setiap minggu selama tiga
minggu.
Hari Jumat minggu pertama kehadiran di desa Rogoselo, dan Senin
minggu kedua, dilakukan perizinan dan perkenalan dengan ibu-ibu pengajian.
Pengajian yang dilakukan setiap hari Jumat merupakan kumpulan ibu-ibu dari
satu dukuh saja, sedangkan setiap hari Senin, merupakan kumpulan ibu-ibu dari 4
dukuh di desa Rogoselo (Sandong, Plumutan, Tembelang Kulon, dan Tembelang
Wetan). Informasi keberadaan kumpulan pengajian tersebut didapatkan dari kader
poyandu yang juga termasuk anggota pengajian. Penyuluhan yang diberikan
bergiliran antara penyuluhan gizi dengan pertanian. Jumat minggu kedua
8
dilakukan penyuluhan mengenai menu makanan Bergizi, Beragam, Berimbang
(3B) kepada ibu-ibu pengajian di dukuh Plumutan. Penyuluhan diberikan dengan
metode ceramah yang diikuti dengan sesi tanya-jawab. Respon ibu-ibu cukup
bagus. Ibu-ibu memberikan perhatian yang baik saat penyuluhan diberikan.
Namun pada sesi tanya-jawab, hanya 2 orang ibu-ibu yang mau bertanya.
Selanjutnya pada minggu ketiga, hari Senin diberikan penyuluhan
mengenai 3B kepada ibu-ibu pengajian dari 4 pedukuhan, sedangkan hari Jumat
tidak ada kegiatan penyuluhan. Hal tersebut dikarenakan kondisi fisik yang tidak
memungkinkan akibat kelelahan setelah membuka lahan untuk pekarangan
contoh. Kegiatan penyuluhan ini kemudian dilanjutkan pada hari Jumat minggu
kelima di dukuh Sandong, bentuk kegiatan tersebut lebih ke arah sharing bersama
ibu-ibu dengan topik pemenuhan gizi selama berpuasa. Penyajian yang ringan dan
tidak terkesan menceramahi membuat ibu-ibu lebih tertarik untuk bertanya.
3. Pengenalan dan Pelatihan Pembuatan Lubang Resapan BioporiLubang resapan biopori merupakan lubang yang dibuat ke dalam tanah
berbentuk silindris yang berdiameter sekitar 10 cm . Ke dalaman lubang sekitar 1
m dan tidak melebihi muka air tanah. Selanjutnya ke dalam lubang resapan
biopori ini diisi dengan sampah organik. Lubang resapan biopori dapat
meningkatkan kemampuan tanah dalam meresapkan air melalui perluasan
permukaan resapan, dan melalui biopori yang terbentuk oleh mikroorganisme
yang hidup di dalam lubang resapan biopori tersebut.
Kegiatan pengenalan dan pelatihan pembuatan lubang resapan biopori
telah dilaksanakan di Desa Rogoselo. Sebelumnya, peralatan yang disiapkan yaitu
poster skema lubang resapan biopori, leaflet, bor biopori, ember, dan gayung.
Poster dan leaflet dibuat oleh anggota kelompok secara bersama-sama, sedangkan
ember dan gayung diperoleh dari pinjaman warga setempat. Bor biopori juga
diperoleh dengan meminjam dari kelompok KKP IPB yang berlokasi di desa
terdekat. Pengenalan dan penyuluhan lubang resapan biopori dilakukan di
lapangan dan dihadiri oleh kelompok tani desa Rogeselo. Jumlah petani yang
hadir 15 orang. Dalam penyuluhan tersebut, mahasiswa berusaha menjelaskan
pengertian lubang resapan biopori, latar belakang membuat lubang resapan
biopori, tujuan pembuatan lubang resapan biopori, dan cara pembuatan lubang
9
biopori. Penjelasan dilakukan dengan metode ceramah dengan bantuan poster
skema lubang resapan biopori berukuran A3. Hal tersebut dilakukan sebagai
ilustrasi agar lebih mudah dipahami oleh para petani. Petani juga dibagikan
selebaran berupa leaflet berisi penjelasan tentang lubang resapan biopori.
Dalam kegiatan tersebut juga dilakukan praktik pembuatan lubang biopori
yang dilakukan oleh beberapa orang dari petani yang hadir dan pengarahan dari
mahasiswa. Lubang dibuat dengan bor biopori dengan membasahi tanah terlebih
dahulu. Putaran bor biopori harus searah dengan jarum jam dan pada saat bor
diangkat juga tetap diputar searah jarum jam. Kedalaman lubang hampir mencapai
1 m sesuai dengan panjang bor biopori. Selanjutnya lubang diisi dengan jerami
secukupnya sampai jerami atau serasah tersebut menutupi lubang.
Pembuatan lubang resapan biopori juga dilakukan di pekarangan
percontohan yang dibuat di desa ini. Pada saluran air setiap bedengan tanaman
sayuran pada pekarangan contoh. Terdapat 6 bedeng dengan masing-masing 6
lubang biopori pada satu bedeng seluas 1 x 5 m, sehingga totalnya yaitu 36 lubang
pada pekarangan contoh. Lubang resapan biopori dibuat dengan jarak antar lubang
sekitar 1,5m. Sehingga terdapat 6 lubang resapan biopori di setiap bedengan
tanaman serta 36 lubang resapan keseluruhan di pekarangan. Di dekat lubang
diberi plang yang diberi tulisan “Lubang Resapan Biopori” agar dapat diketahui
oleh masyarakat desa.
4. Pelatihan Pembuatan KomposPupuk kompos adalah pupuk yang terbuat dari hasil pembusukan bahan-
bahan sisa organik beserta kotoran ternak yang telah mengalami proses
dekomposisi oleh bantuan mikroorganisme sehingga nantinya dapat dimanfaatkan
sebagai input untuk lahan pertanian. Pupuk kompos sendiri sangat bermanfaat
untuk lahan pertanian dimana dapat memperbaiki kondisi tanah baik sifat kimia,
biologi, dan fisik
Pada pelaksanaan kegiatan pelatihan pembuatan kompos bahan baku yang
digunakan adalah jerami dan kotoran kerbau. Bahan baku jerami dan kotoran
kerbau didapatkan langsung dari area persawahan dan kandang yang dekat dengan
tempat pelatihan pembuatan kompos. Di desa Rogoselo, jeramidari persawahan
pada umumnya hanya dibakar oleh petani dan tidak dimanfaatkan, sehingga kedua
10
bahan baku untuk kompos notabene adalah barang sisa yang sebenarnya dapat
dimanfaatkan menjadi sesuatu yang bernilai guna. Selain jerami dan kotoran
kerbau, pembuatan kompos juga menggunakan EM4 sebagai mikroorganisme
yang membantu dalam proses pematangan pupuk kompos. Sedangkan peralatan
yang dibutuhkan yaitu cangkul dan ember, diperoleh dari peminjaman kepada
warga.
Pembuatan kompos dilakukan dengan bahan baku yang tersedia pada saat
itu. Dua karung jerami yang telah dipotong dengan ukuran ± 20cm dan satu
karung kotoran kerbau dicampur berlapis-lapis kemudian ditutup dengan plastik
atau karung dan didiamkan. Tiga hari kemudian dilakukan pembalikan, lalu
seminggu sekali selama 1-2 bulan sampai pupuk matang. Dari bahan baku
tersebut, dihasilkan satu karung pupuk.
5. Pengenalan serangga
Serangga dapat dimasukkan dalam 2 kategori, yakni serangga hama dan
serangga berguna. Disebut serangga hama adalah apabila kehadirannya
mengganggu aktivitas manusia dan produktivitas tanaman.
Pengenalan serangga dilaksanakan di SDN Rogoselo 01 dan SDN Rogoselo
03. Sebelumnya, dibuat awetan serangga sebagai alat bantu mengajar, serangga
yang digunakan untuk alat bantu adalah serangga yang ada di desa Rogoselo. Hal
tersebut dilakukan agar anak-anak desa Rogoselo, khususnya siswa-siswi SDN
Rogoselo 01 dan 03, mengenal potensi serangga di lingkungan sekitarnya. Pada
minggu-minggu awal, dilakukan kegiatan berburu serangga setiap pagi dan sore.
Selanjutnya serangga diawetkan menggunakan awetan kering maupun awetan
basah.
Kegiatan dilaksanakan dengan metode active learning (siswa aktif dalam
proses pembelajaran). Diberikan penjelasan mengenai serangga berguna dan
serangga merugikan bagi manusia disertai ilustrasinya, pelestariannya, dan
dampak yang ditimbulkan bagi manusia dan bagi pertanian. Sasaran dari program
pengenalan serangga ini adalah murid kelas 3, kelas 4, kelas 5, dan kelas 6.
Di SDN Rogoselo 03, Pengenalan seranggadilaksanakan setiap hari sabtu
jam 11.15 WIB selama 2 minggu (tanggal 16 Juli 2011 dan 23 Juli 2011) pukul
11
11.30 WIB – 12.30 WIB. Di SD 03 ini, kelas dibagi menjadi 2, untuk minggu
pertama dilakukan kegiatan pembelajaran di kelas 3 dan kelas 4 yang
digabungkan menjadi satu kelas. Jumlah siswa kelas 3 dan kelas 4 yang mengikuti
pengenalan seranggaini adalah sekitar 50 anak. Pada minggu kedua, giliran kelas
5 dan kelas. Sama halnya dengan minggu sebelumnya, dua kelas ini disatukan
dalam satu ruang kelas. Di SD 03 ini, anak-anak terutama kelas 3 dan kelas 4
sangat antusias pada saat diajarkan mengenai serangga, buktinya mereka
menyimak dengan baik pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Suasana
yang terjadi cukup kondusif, komunikatif, banyak yang bertanya, dan pada saat
direview dengan tanya-jawab sebagian besar pertanyaan dijawab dengan benar.
Sedangkan di SDN Rogoselo 01, dilakuakn pengenalan seranggaselama 2
hari berturut-turut yakni pada hari rabu tanggal 20 Juli 2011 dan hari kamis
tanggal 21 Juli 2011 pukul 11.30 WIB - 12.30 WIB. Persis sama dengan yang
dilakukan di SDN Rogoselo 03, di SDN Rogoselo 01 ini, kelas dibagi menjadi 2,
untuk minggu pertama adalah untuk kelas 3 dan kelas 4 yang digabungkan
menjadi satu kelas. Jumlah siswa kelas 3 dan kelas 4 yang mengikuti pengenalan
serangga ini adalah sekitar 45 anak. Pada minggu kedua, giliran kelas 5 dan kelas
6. Sama dengan minggu sebelumnya, dua kelas ini disatukan dalam satu ruang.
Jumlah siswa kelas 5 dan kelas 6 adalah 35 anak. Di SD 01 Rogoselo yang
terletak di dukuh Tembelang wetan ini, anak-anak baik kelas 3, kelas 4, kelas 5,
maupun kelas 6 sangat antusias pada kegiatan pengenalan seranggaberlangsung.
Setelah program pengenalan seranggadiberikan kepada murid SD, hasil
yang diharapkan ialah murid-murid dapat membedakan jenis-jenis serangga yang
ada di sekitar lingkungan sendiri. Hasil yang didapat pada kenyataannya murid-
murid menjadi lebih mengetahui nama-nama serangga yang sering berada di
daerahnya dan mereka sangat antusias dengan awetan dari serangga serta berharap
akan dapat membuat awetan serangga pula.
6. Pelatihan Pembuatan Pestisida Nabati
Pelatihan dan pembuatan pestisida nabati ini dilakukan pada hari kamis
tanggal 21 Juli 2011 pukul 11.30 WIB – 12. 30 WIB. Pelatihan pembuatan
pestisida nabati dilakukan di sebelah kandang kerbau tidak jauh dari sawah dukuh
12
tembelang wetan, lokasi ini kami pilih karena beberapa pertimbangan yakni dekat
dari sumber bahan yang kami butuhkan dan dekat dengan tempat aplikasi
sehingga untuk pendistribusian tidak meyulitkan petani nantinya.
Dari 20 undangan yang disebarkan kepada petani, petani yang datang
sebanyak 15 orang. Kegiatan pelatihan didahului dengan pemberian materi
dengan metode ceramah. Digunakan alat bantu berupa poster untuk memperjelas
materi pelatihan. Selain itu peralatan yang disiapkan sebelumnya adalah contoh
pestisida nabati yang terbuat dari tembakau kering, minyak tanah, air, dan sabun
colek. Petani tertarik dan memiliki rasa ingin tahu yang besar karena mereka
banyak bertanya setelah diberikan penjelasan dan dilakukan praktek. Petani juga
membawa alat tulis dan mencatat selama kegiatan berlangsung. Dalam materi
pelatihan dijelaskan mengenai pengertian pestisida nabati, keuntungan pestisida
nabati, bahan yang dapat digunakan, dan cara membuat serta mengaplikasikannya.
Selain itu, dibagikan selebaran panduan pembuatan pestisida nabati kepada petani.
Sekitar 10 orang mahasiswa KKP IPB dari desa terdekat ikut hadir membantu
kegiatan pelatihan. Tidak hanya melalui penjelasan, praktek aplikasi pestisida
nabati kami lakukan juga di lahan pekarangan yang dibuat. Hama yang menyerag
tanaman di pekarangan adalah ulat. Untuk bedengan tanaman seluas 30 m2 (6 x
5m x 1m) diperlukan 4 liter pestisida nabati yang diaplikasikan dua kali dengan
jangka waktu 2 hari.
Dari pelatihan tersebut, dihasilkan contoh pestisida nabati yang sudah dapat
diaplikasikan. Selanjutnya, kegiatan ini akan tetap berlanjut dengan didampingi
oleh Gapoktan. Hal tersebut dikarenakan antusiasme yang cukup tinggi dari
warga, yang sebagian besar merupakan petani. Poster mengenai pembuatan
pestisida nabati dihibahkan kepada Gapoktan untuk membantu kegiatan tersebut.
13
7. Pekarangan Percontohan dan Budidaya TanamanProgram pekarangan dan budidaya tanaman bertujuan untuk memberikan
cara dan teknik yang tepat dalam pemanfaatan pekarangan rumah kepada
masyarakat desa. Hal tersebut dapat mengoptimalkan lahan pekarangan rumah
dan meningkatkan nilai fungsional maupun estetika pada lingkungan rumah.
Penataan pekarangan rumah yang tepat dapat memberikan manfaat secara fisik,
ekonomi maupun social budaya kepada warga desa. Manfaat fisik diperoleh dari
hasil penataan yang secara visual akan menambah kualitas estetika. Manfaat
ekonomi diperoleh dengan menanam tanaman yang dapat dikonsumsi keluarga
sehingga dapat pula memenuhi kebutuhan sehari-hari. Manfaat sosial budaya
dihasilkan dengan budaya masyarakat yang semakin gemar untuk berkebun di
pekarangan rumah sendiri.
Pada pelaksanaan pekarangan contoh dan teknik budidaya tanaman,
mahasiswa KKP harus mendapatkan suatu lahan yang dapat dijadikan sebagai
tapak percontohan. Karena dengan adanya suatu lahan atau tapak percontohan
maka hal-hal yang disampaikan kepada petani terkait dengan cara budidaya
tanaman dari awal sampai akhir bisa langsung direalisasikan melalui lahan
percontohan budidaya tanaman. Karena bagi petani tak cukup dengan hanya
berbicara saja tapi mereka ingin bukti atau pun melihat langsung apa yang kami
sampaikan terkait dengan cara budidaya tanaman yang tepat.
Setelah mendapatkan suatu lahan yang akan digunakan sebagai lahan
percontohan pekarangan maka dilakukan tahap pengumpulan data atau
inventarisasi tapak dimana semua data dan keadaan awal pada suatu lahan
direkam dan dicatat secara lengkap. Lahan yang akan digunakan terletak di depan
TK Bhakti Lestari dan data yang dibutuhkan antara lain data fisik dan biofisik
yang mencakup luas lahan, arah matahari, arah angin, tanaman eksisting dan lain-
lain. Sumber air sebagai irigasi bagi lahan pun perlu diperhatikan. Oleh karena itu,
dilakukan pengukuran lahan dan observasi secara langsung. Alat yang digunakan
yaitu meteran dan alat tulis.
Tahap selanjutnya menganalisis tapak tersebut yaitu potensi dan kendala
yang ada pada tapak. Hasil dari analisis tersebut merupakan dasar untuk
perencanaan yang akan dilakukan pada lahan. Sintesis dari analisis menghasilkan
14
area mana yang cocok untuk ditanami. Selanjutnya pembuatan desain bahwa pada
lahan tersebut akan dibuat bedeng sayur dengan luas bedeng 5m x1m berjumlah 6
bedeng yaitu bedeng cabai (Capsicum annum), bayam (Amaranthus spp.) dan
kangkung (Ipomoea reptana). Tanaman hias yang berasal dari lingkungan sekitar
desa akan digunakan untuk fungsi estetik dan pohon rambutan (Nephelium sp.)
serta mangga (Mangifera indica) juga akan ditanam. Setelah desain dibuat maka
tahap implemantasi dapat dilakukan. Proses pengerjaan pekarangan dibantu oleh
beberapa warga adalam hal pengolahan tanah. Pada pembudidayaan tanaman
sayur, bedeng cabai khusus menggunakan media mulsa plastik sebagai penutup
tanah dan dilakukan persemaian benih cabai terlebih dahulu sedangkan untuk
bayam dan kangkung langsung ditanam pada bedeng. Tanaman hias yang ditanam
pada lahan pekarangan ialah lidah mertua (Sansevieria trifasciata), daun bahagia
(Dieffenbachia sp.), singonium (Syngonium sp.) dan (Syngonium
podophyllum),kucai (Carex morrowii), patah tulang (Pedilanthus tithymaloides)
dan adam hawa (Rhoeo discolor).
Kegiatan membuka lahan dilakukan bersama dengan warga yang
berjumlah sekiatar 4 orang. Kegiatan ini dilakukan sejak pikul 09.00 WIB sampai
dengan 11.00 WIB. Peralatan yang dibutuhkan adalah cangkul, meteran, dan tali
rafia. Sesuai dengan desain, dibuat 6 bedeng yang masing masing berukuran 5m x
1 m. selanjutnya dilakukan pemupukan dengan pupuk organic yang berjumlah 3
karung untuk keenam bedeng tersebut. Setelah itu ditunggu selama 3 hari sampai
bedeng siap untuk ditanami. Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore dengan
cara mengambil air dari sumber terdekat. Namun pada seminggu terakhir, telah
dibuatkan sebuah pompa air dengan selang sepanjang 50m unuk membantu
penyiraman.
Dalam pekarangan ini terdapat pula jalur sirkulasi yang dikerjakan dengan
penataan batu-batu yang membagi dua area lahan pekarangan dengan pola
organik. Batu-batu tersebut didapatkan dari sekitar desa Rogoselo yang memiliki
sumber batu cukup banyak terutama pada area sungai atau kali. Sirkulasi tersebut
membuat area lahan menjadi lebih natural. Kendala awal yang dialami adalah
sulitnya mencari lahan yang benar-benar tepat dan yang bisa dijadikan lahan
percontohan. Beberapa kriteria yang kami tentukan untuk penetapan lokasi lahan
15
antara lain lahan harus dekat dengan desa serta berada di pinggir jalan, jalurnya
sering dan banyak dilewati warga, serta kondisi tanahnya subur serta tidak jauh
dari sumber air. Setelah seluruh tanaman selesai ditanam pada lahan percontohan,
setiap tanaman tersebut diberikan papan nama yang berisi nama lokal dan nama
latin atau nama ilmiah dari tanaman tersebut. Papan nama tersebut dibuat dari
seng yang dicat berwarna hijau kemudian ditulisi demgan nama-nama tersebut.
Setiap tanaman lalu diberi papan nama tersebut. Pada lahan percontohan juga
diberi papan atau plang nama “Lahan pekarangan percontohan” di depan lahan
tersebut.
Kegiatan pemeliharaan adalah faktor utama yang harus diperhatikan.
Pemeliharaan mencakup penyiraman, pemupukan, pergantian tanaman dan lain-
lain. Salah satu aspek yang menjadi kendala ialah penyiraman karena kondisi
sumur yang merupakan sumber air terdekat sering mengalami kekeringan
sehingga apabila air dirasakan masih kurang untuk penyiraman maka dilakuakn
pengangkutan air dari sumber lain yang lebih jauh. Program Pelatihan Teknik
Budidaya ini dalam prakteknya sebenarnya masih dipadukan dengan Program
petisida nabati yaitu pemberian pestisida pada tanaman yang terserang hama di
lahan pekarangan dan Program biopori, dimana lubang resapan biopori dibuat
juga di lahan percontohan ini. Program pekarangan ini selain dilakukan pada
lahan percontohan juga dilakukan pengajaran pada murid SD yaitu dipadukan
dengan program Insect teaching Pada saat warga ingin melihat bagaimana
sebenarnya praktek budidaya tanaman yang tepat sesuai kondisi di desa, maka
lahan percontohan pekarangan yang telah dibuat bisa menjadi contoh nyata bagi
warga desa.
Selanjutnya, keaktifan anak-anak yang juga murid SD yang sering bermain
di sekitar pekarang setelah pulang sekolah, dapat dimanfaatkan untuk
pemeliharaan pekarangan contoh. Selain itu, guru-guru TK juga diamanhkan
untuk memelihara pekarangan contoh tersebut. Dengan kemudahan akses air,
yang telah dibuat, diharapkan kegiatan penyiraman dapat dilakukan secara rutin
kemudian dihibahkan bibit sayur bayam, kangkung dan cabai kepada Gapoktan
dan guru TK agar pekarangan tersebut dapat berlanjut setelah panen pertama.
16
17
8. Evaluasi PSP, Irigasi Pertanian
Program PSP yang ada di desa Rogoselo sudah terealisasi. Pembuatan
irigasi sudah dilakukan pada tahun 2007. Sebelum adanya irigasi bantuan dari
pemerintah, petani menggunakan brojol (batu yang disusun dan diikat
menggunakan kawat untuk membendung air) namun upaya ini kurang efektif
karena brojol buatan petani ini tidak tahan lama dan pada akhirnya tanggul
kembali jebol. Atas bantuan pemerintah, akhirnya dilakukan pembuatan irigasi di
desa Rogoselo. Irigasi ini dapat digunakan untuk mengairi lahan persawahan
sekitar ± 25 ha di sebagian desa Rogoselo dan sebagian desa Harjosari. Hingga
saat ini, kondisi Irigasi tersebut masih dapat dikatakan layak untuk
digunakan.keberadaan irigigasi tersebut secara nyata dapat membantu masyarakat
dalam mengairi lahan pertaniaannya. Satu hal yang terlihat masih kurang dari
irigasi tersebut adalah, pada bagian penutup bendungan, papan penutup
bendungan sudah rusak sehingga masyarakat menggantinya dengan kayu-kayuan
dan pohon pisang agar air terhambat, dan dapat mengalir ke saluran irigasi warga.
Lebih lanjut, masyarakat sebenarnya ingin melakukan pembangunan PSP
Irigasi di lokasi sawah berbeda, namun setelah mengajukan, terdapat kendala yang
tidak dapat diatasi, yakni persyaratan lahan pertanian PSP terlalu luas yakni, 20
ha. Sementara rata-rata lahan masyarakat hanya sekita 5-7 ha per lokasinya.
Karena masalaha tersebut, untuk lahan-lahan dengan luas tersebut hingga saat ini
masih menggunakan irigasi konvensional.
18
PEMBAHASAN UMUM
Kuliah Kerja Profesi merupakan suatu bentuk kegiatan pengabdian kepada
masyarakat dengan melibatkan mahasiswa untuk hidup di tengah masyarakat.
Mahasiswa secara langsung bersama dengan masyarakat mengidentifikasi serta
menangani masalah pertanian dan lingkungan yang dihadapi serta membantu
menyelesaikan persoalan pembangunan di daerah dengan pendekatan multi
disiplin ilmu. Desa Rogoselo kecamatan Doro kabupaten Pekalongan merupakan
suatu daerah dengan potensi sumberdaya alam yang cukup tinggi. Luas
persawahandi daerah tersebut yaitu 249.270 hektar, sedangkan tanah perkebunan
yang kebanyakan ditanami dengan sengon dan buah-buahan (durian dan
rambutan) adalah seluas 84.000 hektar. Selain itu, daerah tersebut memiliki total
pekarangan seluas 94.000 hektar. Potensi sumberdaya alam tersebut dapat sangat
bermanfaat jika dikelola dengan baik.
Kehidupan masyarakat setempat sebagian besar ditopang oleh pertanian.
Walau bekerja sebagai petani, perekonomian keluarga banyak yang didukung oleh
sanak saudara (anak) yang bekerja di luar desa ini, baik sebagai pedagang ataupun
buruh pabrik dan tekstil. Hal tersebut menjadi sebab sepinya golongan muda di
desa ini. Setelah lulus SMA, hampir seluruh pemuda di desa tersebut melakukan
urbanisasi ke kota untuk bekerja, sedangkan pemudi di desa tersebut lebih
memilih untuk menikah. Oleh karena itu, mayoritas penghuni desa tersebut adalah
anak-anak dan golongan tua. Rumah-rumah besar permanen dan pekarangan yang
luas akan menjadi pemandangan lazim di desa ini, sebuah gambaran tercapainya
kesejahteraan masyarakat secara finansial.
Setelah melakukan pendekatan ke masyarakat melalui wawancara
langsung secara informal maupun FGD (Focus Group Discussion), dapat
diketahui beberapa masalah yang dialami oleh warga desa. Permasalahan umum
yang belakangan dihadapi warga desa Rogoselo adalah menurunnya kesejahteraan
secara ekonomi dan kesehatan. Pengetahuan yang salah tentang gizi dimana masih
terdapat persepsi makanan bergizi adalah makanan yang mahal menjadi masalah
sendiri pada kesejahteraan kesehatan masyarakat. Program posyandu dan “Ayo,
19
melek gizi!” dibuat sebagai cara untuk membantu mengatasi permasalahan
tersebut. Posyandu merupakan sarana yang penting dalam program peningkatan
kesehatan dan gizi bagi masyarakat pada umumnya dan bagi ibu, bayi dan balita
pada khususnya. Dalam program tersebut, kader dibekali pengetahuan mengenai
sistem 5 meja dan gizi. Selain itu, dilakukan penimbangan untuk mengetahui
status gizi balita serta penyuluhan gizi dengan bantuan software “Ayo, melek
gizi!”.
Berdasarkan hasil post-test dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu-ibu
masih kurang, sehinga dilakukan program penyuluhan gizi kepada ibu-ibu
pengajian sebagai solusi untuk memberikan informasi gizi kepada ibu-ibu secara
rutin. Hambatan yang dihadapi salah satunya yaitu respon ibu-ibu yang masih
kurang, namun pada pertemuan selanjutnya, penyuluhan diganti dengan kegiatan
sharing bersama mengenai gizi. Hal tersebut membuat ibu-ibu lebih tanggap
termasuk dalam mengajukan pertanyaan. Kegiatan posyandu dan penyuluhan gizi
di Desa Rogoselo secara umum sudah berjalan cukup baik, perkembangan
tersebut dapat dilihat dari hasil post-test lanjutan yang meningkat.
Selain pengetahuan yang salah tentang gizi, terdapat pula permasalahan
ekonomi yang diakibatkan oleh permasalahan dalam bidang pertanian. Pertama,
permasalahan serangan hama, diantaranya adalah hama wereng yang membuat
produktivitas petani padi menurun. Selain wereng permasalahan hama berupa ulat
kantung juga muncul pada perkebunan sengon masyarakat. Permasalahan juga
terjadi pada pohon pisang, sehingga pohon pisang mati disaat akan mulai
berbuah.Kemudian sebagai solusi, diadakan program penyuluhan pertanian
kepada warga desa yang meliputi sosialisasi tanam serempak dan legowo,
pestisida nabati, kompos, dan biopori. Penyuluhan diberikan melalui kegiatan
pengajian rutin yang diadakkan oleh warga, sedangkan praktek pembuatan
pestisida nabati, kompos, dan biopori dilakukan dalam satu hari bersama dengan
ketua pamong tani dan warga.
Selain itu, diperkenalkan beberapa serangga lokal yang berasal dari desa
Rogoselo sendiri kepada anak-anak (murid sekolah dasar) agar mereka dapat
membedakan serangga yang menguntungkan dan merugikan. Pelaksanaan
kegiatan-kegiatan penyuluhan pertanian tersebut berjalan cukup baik, namun
20
ditemukan beberapa kendala yaitu kesadaran warga terhadap budidaya pertanian
bertani yang memperhatikan keseimbangan ekosistem, kurang terbuka dengan
hal-hal baru, dan menginginkan solusi yang instan.
Pemasalahan yang terjadi di Desa Rogoselo pada dasarnya disebabkan
peran kelembagaan di desa yang kurang berfungsi dengan baik. Salah satu
permasalahan kelembagaan yang ditemukan di desa ini adalah adanya suatu gap
dalam sistem penyebaran informasi yang sering kali terhambat untuk sampai ke
masyarakat umum dan sering hanya sampai para perangkat desa saja. Hal ini
terjadi pada kelembagaan berupa kelompok tani di Desa Rogoselo.
21
KESIMPULAN DAN SARAN
Program-program yang telah dilakukan yaitu Pembuatan dan
pengaplikasian pupuk kompos ke lahan pertanian, pelatihan biopori, penggunaan
pestisida nabati, pekarangan dan budi daya tanaman, insect teaching, revitalisasi
posyandu merupakan kegiatan yang baik diterapkan di Desa Rogoselo karena
dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi warga khususnya petani.
Adapun kegiatan untuk siswa-siwi SDN Rogoselo 3 dan SDN Rogoselo 1 seperti
belajar serangga dan pengenalan pekarangan merupakan kegiatan yang sesuai
dalam upaya pengenalan pertanian dini bagi generasi muda. Dengan mengetahui
wawasan pertanian sejak dini maka pertanian yang dilakukan akan lebih maju.
Dalam pelaksanaannya, masing-masing program memiliki kendala baik
yang berasal dari dalam maupun dari luar kelompok seperti yang berasal dari
masyarakat desa sehingga kendala tersebut dapat menjadi pembelajaran bagi kami
dalam melaksanakan program-program lainnya.
Saran yang dapat kami berikan adalah untuk ke depannya sebaiknya sektor
kehutanan diturut sertakan dalam kegiatan KKP di desa Rogoselo. Hal ini
dikarenakan terdapat hutan sengon yang merupakan andalan warga karena para
petani telah beranjak dan lebih tertarik pada tanaman sengon yang memiliki nilai
ekonomi yang lebih tinggi daripada tanaman pertanian. Dengan demikian warga
desa rogoselo akan lebih maju dan berkembang lebih baik di berbagai bidang.
22
LAMPIRAN-LAMPIRANLampiran. 1 Dokumentasi Kegiatan
Kunjungan ke kantor desa Lokakarya awal mahasiswa di kantor desa
Berburu serangga untuk keperluan insect teaching
Pengawetan serangga
Jerami yang dibakar setelah panen Mesin perontok padi tradisional
23
Lahar pertanian gagal panen akibat hama Hama wereng yang mati setelah di semprot
Sekolah Lapang Pertanian Terpadu Kondisi irigasi persawahan Desa Rogoselo
Penyuluhan dan pelatihan pembuatan kompos Penyuluhan dan pelatihan pestisida nabati
Pelatihan pembuatan lubang Biopori Insect teaching
24
Kegiatan posyandu Mengajar pekarangan
Pengolahan lahan Pengolahan lahan
Pembuatan biopori Lahan percontohan
Budidaya tanaman di SD 03 Rogoselo Rogoselo cup
25
Setelah budidaya tanaman dengan murid SD 03 Rogoselo
Supervisi oleh Ibu Mala
Supervisi oleh Ibu Mala Ibu-ibu pengajian 4 perdukuhan
Ibu-ibu pengajian dukuh Sandong Perpisahan dengan murid SD 01 Rogoselo
Pamitan dengan guru dan staf SD 03 Rogoselo Penyerahan kenang-kenangan
26
Pamitan dengan guru dan staf SD 01 Rogoselo Penyerahan kenang-kenangan
Penyerahan kenang-kenangan untuk Desa Rogoselo
Penyerahan bor biopori kepada pamong tani
Foto bersama perangkat desa Foto di lahan percontohan
27
Lampiran 2. Laporan Keuangan
Pemasukan
1. Dana pertama LPPM Rp 1000.000,00
2. Dana Pemerintah Kabupaten Pekalongan Rp 550.000,00
3. Uang Sisa transportasi Rp 135.500,00
4. Dana kedua LPPM Rp 800.000,00
Total pemasukan Rp 2.485.500,00
Pengeluaran
1. Bahan-bahan program pestisida nabati Rp 272.000,00
2. EM4 Rp 17.000,00
3. Alat-alat biopori dan bibit sayur Rp 226.000,00
4. Dokumentasi Rp 143.000,00
5. Alat-alat tambahan program Rp 47.500,00
6. Konsumsi 1 Rp 100.000,00
7. Biaya transportasi Rp 50.000,00
8. Posyandu Rp 50.000,00
9. Print dan jilid Rp 37.500,00
10. Bibit tanaman Rp 110.000,00
11. Konsumsi 2 Rp 15.000,00
12. Polybag dan mulsa Rp 116.000,00
13. Biaya transportasi Rp 11.000,00
14. Konsumsi siswa SD Rp 30.000,00
15. Minyak tanah Rp 6.000,00
16. Konsumsi bapak-bapak Rp 30.000,00
17. Konsumsi anak-anak Rp 12.000,00
18. Upah pengolahan lahan Rp 120.000,00
19. Aqua Rp 7.000,00
20. Biaya transportasi Rp 35.500,00
21. Biaya kenang-kenangan desa Rp 450.000,00
28
22. Tisu Rp 11.900,00
23. Bola Rp 120.000,00
24. Print dan bensin Rp 100.000,00
25. Konsumsi 3 Rp 100.600,00
26. Fotokopi Rp 12.500,00
27. Bahan-bahan papan nama Rp 87.000,00
28. Selang dan paku Rp 96.000,00
29. Fotokopi Rp 42.000,00
30. Biaya kenang-kenangan kabupaten Rp 30.000,00
Total pengeluaran Rp 2.485.500
29