Ringkasan Agraria a Anggi
-
Upload
dinda-ratnaputri -
Category
Documents
-
view
221 -
download
0
Transcript of Ringkasan Agraria a Anggi
-
7/27/2019 Ringkasan Agraria a Anggi
1/15
RESUME HUKUM AGRARIA
STATUS HAK DAN PEMBEBASAN TANAH
A. Pengertian Agraria
Pengertian agraria menurut UUPA dalam arti luas meliputi bumi, air, kekayaan
yang terkandung di dalamnya, dan ruang angkasa.
B. Sejarah Agraria
Pada zaman Pemerintah Belanda, sampai sebelum lahirnya UUPA, hukum
agraria yang digunakan adalah Hukum Tanah Administratif pemerintah Hindia
Belanda. Yang yang diadakan dalam rangka melaksanakan politik pertanahan
kolonial yang dituangkan dalam Agrarische Wet 1870.
Agrarische Wet adalah suatu undang-undang yang dibuat di negeri Belanda.Agrarische Wet diundangkan dalam S 1870-55. Tujuan utama Agrarische Wet adalah
untuk membuka kemungkinan dan memberikan jaminan hukum kepada para
pengusaha swasta agar dapat berkembang di Hindia Belanda. Salah satu hak yang ada
di dalamnya adalah hak erfpacht. Hak erfpacht merupakan hak kebendaan
yang
memberikan kewenangan yang paling luas kepada pemegang haknya untuk
menikmati sepenuhnya akan kegunaan tanah kepunyaan pihak lain. Pada tanggal 24
September 1960 disahkan oleh presiden republic Indonesia nomor 104 tahun 1960
Undang undang nomor 5 tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok pokok agraria
yang lebih dikenal dengan nama undang-undang pokok agrarian, disingkat UUPA.
Dengan diundangkannya UUPA pada tanggal tersebut, sejak itu tanggal 24
September 1960 tercatat sebagai salah satu tonggak yang sangat penting dalam sejarah
perkembangan agraria/pertanahan di Indonesia pada umumnya dan pembaharuan
hukum agraria/hukum tanah Indonesia pada khususnya.
Dengan mulai berlakunya UUPA terjadilah perubahan fundamental pada hukum
Agraria di Indonesia, terutama hukum di bidang pertanahan. Perubahan itu bersifat
mendasar , karena baik mengenai struktur perangkat hukumnya, mengenai konsepsi
yang mendasarinya, maupun isinya, yang dinyatakan dalam bagian berpendapat
UUPA harus sesuai dengan kepentingan rakyat Indonesia serta memenuhi pula
-
7/27/2019 Ringkasan Agraria a Anggi
2/15
keperluannya menurut permintaan zaman.
Sebelum berlakunya UUPA berlaku bersamaan berbagai perangkat Hukum
Agraria. Ada yang bersumber pada Hukum Adat, yang berkonsepsi komunalistik. Ada
yang bersumber pada Hukum Perdata barat yang individualistic-liberal dan ada pula
yang berasal dari berbagai bekas pemerintahan swapraja, yang umumnya berkonsep
feodal . hukum agrarian yang merupakan bagian dari hukum administrasi negara,
hampir seluruhnya terdiri atas peraturan-peraturan perundang-undangan yang
memberikan landasan hukum bagi pemerintah jajajan dalam melaksanakan politik
agrarisnya yang dituangkan dalam Agrarische wet.
Sebagaimana halnya dengan Hukum Perdata, Hukum Tanah pun berstruktur
ganda atau dualistik. Yaitu berlakunya Hukum Tanah Adat dan Hukum Tanah Barat.
Ada tanah-tanah dengan hak-hak barat, seperti hak eigendom, hak erfpacht,hak opstal, yang disebut tanah-tanah hak barat atau tanah-tanah Eropa. Ada tanah-
tanah dengan hak Indonesia, seperti tanah-tanah dengan hak adat, yang disebut tanah-
tanah hak adat. Juga hak-hak ciptaan Pemerintah Swapraja seperti grant sultan. Tanah-
tanah hak barat hampir semuanya terdaftar dalam kantor Overschrijvings
Ambtenaar dan dipetakan oleh Kantor Kadaster. Tanah-tanah hak adat hampir
semuanya belum didaftar. Tanah-tanah hak adat merupakan bagian terbesar
tanah di Hindia Belanda. Salain hak-hak atas tanah yang beraneka perangkat, Hukum
Tanah mengenal perangkat hak jaminan atas tanah yang dualistik juga. Hak jaminan
atas tanah ada 2, yaitu droit de preference dan droit de suit.
Untuk bisa dijadikan jaminan hutang dengan dibebani hak jaminan atas
tanah, tanah yang bersangkutan haknya harus termasuk golongan yang
didaftar. Dan secara tegas ditunjuk oleh undang-undang sebagai obyek
lembaga hak jaminan yang bersangkutan. termasuk golongan yang didaftar. Dan
secara tegas ditunjuk oleh undang-undang sebagai obyek lembaga hak jaminan
yang bersangkutan. Untuk hak tanah-tanah eigendom, hak erfpacht dan hak
opstal disediakan Hypotheek sebagai lembaga hak jaminan atas tanah. Untuk tanah-
tanah milik adat, lembaga hak jaminannya credietverband. Selain Hypotheek dan
Credietverband, sejak zaman Hindia Belanda di Indonesia digunakn juga
lembaga fiduciaiere eigendoms overdracht atau FEO sebagai jaminan atas tanah.
-
7/27/2019 Ringkasan Agraria a Anggi
3/15
Perbuatan hukum fiducia adalah pemindahan hak atas benda yang bersangkutan
kepada kreditor, tetapi dengan pengertian dan persetujuan bersama atas dasar saling
percaya, bahwa hal itu semata-mata dimaksudkan hanya sebagai jaminan kredit, dan
benda yang dijadikan jaminan tersebut tetap dikuasai dan digunakan oleh debitor.
Dalam hukum adat tidak dikenal lembaga hak jaminan atas tanah
dalam pengertian bahwa jika debitor tidak memenuhi kewajibannya, tanah yang ditunjuk
sebagai agunan akan dijual lelang oleh kreditor untuk pelunasan piutangnya.
Hubungan utang piutang di kalangan warga masyarakat hukum adat
digunakan lembaga jonggolan .
Dualisme hukum yang mengatur bidang pertanahan oleh UUPA dinilai tidak
sesuai dengan cita-cita kesatuan dan persatuan bangsa. Setelah kemerdekaan, usaha
untuk mengadakan perombakan Hukum Agraria secara menyeluruh ternyatamemerlukan waktu yang lama. Sementara itu banyak sekali persoalan yang
dihadapi, yang harus diselesaikan dan tidak dapat ditangguhkan hingga terbentuknya
hukum yang baru ini. Untuk itu maka terpaksalah digunakan Hukum Tanah yang
lama, tetapi pelaksanaannya didasarkan atas kebijakan dan kebijaksanaan baru
dan dengan memakai tafsir yang baru pula, yang sesuai dengan asas-asas Pancasila dan
tujuan sebagaimana yang ditegaskan dalam pasal 33 UUD 1945. Selain itu
dikeluarkanlah berbagai peraturan yang meniadakan beberapa lembaga feodal
dan kolonial yang masih ada, demikian juga yang mengubah dan memperlengkapi
aturanaturan yang lama.
Dalam Vorstenlandsch Gronhuur Reglement (VGR), dengan beschiking
Raja, diberikan jaminan bahwa penguasa akan memperoleh tanah yang diperlukan
untuk perusahaannya dengan hak istimewa, selama jangka waktu maksimal 50
tahun. Hak yang timbul atas kekuatan keputusan raja itu lazim disebut pula hak
konversi. Pada tahun 1948 lembaga konversi dihapuskan dengan UU No. 13 tahun 1948.
Dan pada tahun 1950 hak-hak konversi dihapuskan dengan Undang-Undang No. 5 tahun
1950.
Pada tahun 1958 dikeluarkanlah UU No. 1 tahun 1958 tentang penghapusan tanah-
tanah partikelir. Tanah partikelir adalah tanah hak eigendom yang mempunyai sifat dan
corak yang istimewa. Yang membedakannya dengan hak eigendom lainnya adalah
-
7/27/2019 Ringkasan Agraria a Anggi
4/15
adanya hak-hak pada pemiliknya yang disebut sebagai hak-hak pertuanan. Untuk
persewaan tanah rakyat, terdapat perubahannya yaitu UU Darurat No. 6 tahun 1951.
Kemudian ditetapkan menjadi undang-undang dengan UU No. 6 tahun 1952. Dengan
itu persewaan tanah rakyat untuk tanaman tebu dan lainnya yang ditunjuk
oleh Menteri Pertanian hanya diperbolehkan paling lama 1 tahun atau 1 tahun
tanam. Sebelum itu dimungkinkan adanya persewaan berjangka waktu panjang sampai
21 tahun. Undang-undang tersebut mengalami perubahan dengan UU No. 38Prp th
1960 dan diubah lagi dengan UU No. 20 tahun 1964.
C. Status Hak Atas Tanah
1. Hak Milik
Menurut pasal 570 KUHPerdata, hak milik adalah hak untuk menikmati kegunaan
sesuatu kebendaan dengan leluasa, dan untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu,dengan kedaulatan sepenuhnya, asal tidak bertentangan dengan undang-undang atau
peraturan umum yang ditetapkan oleh suatu kekuasaan yang berhak menetapkannya.
Dan tidak mengurangi kemungkinan akan pencabutan hak demi kepentingan umum
berdasar atas ketentuan undang-undang dan pembayaran ganti rugi. Sedangkan dalam
pasal 20 UUPA ayat 1, dirumuskan hak milik adalah hak turun temurun, terkuat dan
terpenuhi, yang dapat dipunyai orang atas tanah; ayat (2), hak milik dapat beralih dan
dialihkan kepada pihak lain.
Kata-kata terkuat dan terpenuhi itu bermaksud untuk membedakannya dengan
hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai dan lain-lain, yaitu untuk menunjukan
bahwa di antara hak-hak atas tanah yang dapat dipunyai orang, hak miliklah yang paling
kuat dan terpenuh. Karena hak milik merupakan hak terkuat dan terpenuh maka untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, hak milik atas tanah hanya diberikan kepada
Warga Negara Indonesia sesuai dengan pasal 21 ayat (1) dan 26 ayat (2) UUPA.
Demikian juga pada dasarnya badan-badan hukum tidak dapat mempunyai hak milik
Pasal 21 ayat (2). Adapun pertimbangan untuk melarang badan-badan hukum tidak perlu
mempunyai hak milik tetapi cukup hal-hal lainnya, asal saja ada jaminan-jaminan yang
cukup bagi keperluan-keperluan yang khusus (hak guna usaha, hak guna bangunan, hak
pakai menurut pasal 28, 25 dan 41). Dengan demikian maka dapat dicegah usaha-usaha
yang bermaksud mengindari ketentuan-ketentuan mengenai batas maksimum luas tanah
-
7/27/2019 Ringkasan Agraria a Anggi
5/15
yang dipunyai dengan hak milik (pasal17). Meskipun demikian, terdapat pengecualian
berdasarkan Peraturan Pemerintahan Nomor 38 Tahun 1963, bahwa badan-badan hukum
yang dapat diberikan hak milik adalah:
a. Bank-bank yang didirikan oleh negara
b. Perkumpulan-perkumpulan koperasi pertanian yang didirikan berdasarkan
Undang-undang Nomor 79 Tahun 1958
c. Badan-badan keagamaan yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian Agraria setelah
mendengar Menteri Agama
d. Badan-badan sosial yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian/Agraria setelah
mendengar Menteri Sosial
Akan halnya pengertian hak milik dalam UUPA yang dalam kaitannya dengan
penjaminan maka pengertian hak milik itu adalah hak yang paling tinggi kedudukannyadi antara hak-hak lainnya atas tanah. Dengan demikian pengertian hak milik itu erat
kaitannya dengan hak tanggungan yang melekat diatasnya maka sepanjang dalam kaitan
hak sebagai objek jaminan utang ini disebutkan dalam pasal 25 UUPA, hak milik dapat
dijadikan jaminan utang dengan dibebani hak tanggungan. Pengertian tanggungan disini
adalah merupakann jaminan, jadi dapat dijadikan objek pengikatan jaminan yaitu dengan
dikeluarkannya undang-undang No.4 Tahun 1996 (UU Hak Tanggungan atas tanah
beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah).
Hak tanggungan adalah hak jaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu,
yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-
kreditur lain. Dalam arti bahwa jika debitur cedera janji, kreditur pemegang hak
tanggungan berhak menjual melalui pelelangan umum tanah yang dijadikan jaminan
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang bersangkutan, dengan hak
mendahulu daripada kreditur-kreditur yang lain. Kedudukan diutamakan tersebut sudah
barang tentu tidak mengurangi preferensi piutang-piutang negara menurut ketentuan-
ketentuan hukum yang berlaku.
Dalam hak tanggungan yang dapat dijadikan sebagai objek penjaminan adalah hak
milik, hak guna usaha dan hak guna bangunan sebagai hak-hak atas tanah yang wajib
didaftar dan menurut sifatnya dapat dipindahtangankan. Hak pakai tidak masuk dalam
objek hak tanggungan karena pada waktu itu hak pakai tidak termasuk dalam hak yang
-
7/27/2019 Ringkasan Agraria a Anggi
6/15
wajib didaftarkan menurut pasal 51 UUPA. Namun dalam perkembangannya hak pakai
pun wajib untuk didaftarkan, yaitu hak pakai yang diberikan atas tanah negara . sebagian
dari hak pakai yang didaftar itu, menurut sifat dan kenyataannya dapat
dipindahtangankan yaitu yang diberikan kepada orang perorangan dan badan-badan
hukum perdata. Dalam undang-undang no.16 tahun1985 tentang rumah susun , hak
pakai yang dimaksudkan itu dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani fidusia.
Dalam undang-undang ini hak pakai tersebut ditunjuk sebagai objek hak tanggungan.
Sehubungan dengan itu maka untuk selanjutnya hak tanggungan merupakan satu-
satunya lembaga hak jaminan atas tanah dan dengan demikian menjadi tuntaslah
unifikasi hukum tanah nasional, yang merupakan salah satu tujuan utama UUPA.
Pernyataan hak Pakai yang dapat dijadikan objek hak tanggungan meruapakan
penyesuaian ketentuan UUPA dengan perkembangan hak pakai itu sendiri dimasyarakat.
Hak tanggungan pada dasarnya adalah hak yang dibebankan atas tanah, namun
kenyataannya seringkali terdapat benda-benda berupa bangunan, tanaman dan hasil
karya yang secara tetap merupakan satu kesatuan dengan tanah yang dijadikan jaminan
tersebut. Karena hukum tanah kita menganut asas pemisahan horizontal setiap perbuatan
hukum mengenai hak-hak atas tanah itu tidak dengan sendirinya meliputi benda-benda
tersebut.
Proses pembebanan hak tanggungan dilaksanakan melalui dua tahap kegiatan,
yaitu:
a. Tahap pemberian hak tanggungan dengan dibuatnya akta pemberian hak
tanggungan oleh pejabat pembuat akta tanah, untuk selanjutnya disebut PPAT,
yang didahului dengan perjanjian utang-piutang yang dijamin
b. Tahap pendaftarannya oleh kantor pertanahan yang merupakan saat lahirnya
hak tanggungan yang dibebankan.
Dalam kedudukannya, segala akta-akta yang dibuat oleh PPAT merupakan akta
autentik. Dalam memberikan hak tanggungan, pemberi hak tanggungan wajib hadir di
hadapan PPAT. Jika karena sesuatu hal tidak dapat hadir maka ia wajib memberikan
kuasanya kepada pihak lain. Oleh karena hak tanggungan sifatnya ikutan (accesoir) pada
suatu perjanjian utang piutang maka kelahiran dan keberadaanya ditentukan oleh adanya
-
7/27/2019 Ringkasan Agraria a Anggi
7/15
piutang yang dijamin pelunasannya.
2. Status hak pakai
Hak pakai merupakan salah satu hak yang diatur dalam hukum agrarian yang
memiliki fungsi sosial. Hak pakai adalah hak untuk menggunakan dan atau memungut
hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau tanah milik orang lain yang
memberikan wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya
oleh pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam perjanjian sewa menyewa atau
perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa dan
ketentuan-ketentuan UUPA, karenanya maka pemberian hak pakai atas tanah itu hanya
dapat diberikan:a. Selama jangka waktu tertentu dan selama tanahnya dipergunakan untuk keperluan
yang tertentu,
b. Dengan Cuma-Cuma dengan pembayaran atau pemberian jasa berupa apa pun.
Pemberian hak pakai tidak boleh disetai syarat-syarat yang mengandung unsure-
unsur pemerasan (pasal 41 ayat(2) dan (3) UUPA. Hak pakai atas tanah ini, kepada siapa
saja dapat diberikan yaitu:
a. Warga negara Indonesia
b. Orang-orang yang berkedudukan di Indonesia
c. Badan-badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di
Indonesia
d. Badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia.
3. Hak Guna Bangunan
Dalam pemberian hak guna bangunan ini dapat saja tanah ini milik orang lain atau
dengan kata lain, bangunan ini berdiri bukan di atas tanah yang secara yuridis miliknya.
Hak guna bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan
atas tanah yang bukan miliknya sendiri, dengan jangka waktu paling lama adalah 30
tahun (pasal 35 UUPA). Dan atau pemilikan hak di atas tanah orang lain yang bukan
untuk usaha pertanian.
Hak guna bangunan dapat diperpanjang 20 tahun, hal ini seperti diatur pada
-
7/27/2019 Ringkasan Agraria a Anggi
8/15
ayat(2) pasal 35 UUPA, yang menjelaskan bahwa atas permintaan pemegang hak dan
dengan mengingat keperluan serta keadaan bangunan-bangunan, jangka waktu tersebut
dalam ayat (1) dapat diperpanjang dengan waktu paling lama 20 tahun. Dalam kaitan
hak guna bangunan ini yang dapat mempunyai atau siapa yang berhak mempunyai hak
guna bangunan ini adalah sebagai berikut:
a. Warga Indonesia
b. Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di
Indonesia (pasal 36 ayat (1) UUPA
Perihal bila terdapat orang atau badan hukum yang mempunyai hak guna
bangunan dan tidak lagi memenuhi syarat-syarat sebagai pemegang hak, dalam jangka
waktu satu tahun wajib melepaskan atau mengalihkan hak guna bangunan itu kepada
orang lain yang memenuhi syarat. Jika hak guna bangunan yang bersangkutan tidak dilepaskan atau dialihkan dalam jangka waktu tersebut, hak itu akan hapus karena
hukum, dengan ketentuan bahwa hak-hak pihak lain akan diindahkan, menurut
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah (pasal 36 ayat (2)
UUPA).
Oleh karena hak guna bangunan ini adalah juga hak-hak yang dapat dipunyai oleh
seseorang atau badan hukum maka hak guna bangunan ini dapat dijadikan jaminan utang
dengan hak tanggungan pasal 39 UUPA vide pasal 1 Peraturan Menteri Agraria No.15
Tahun 1961, bahwa hak guna bangunan dapat dibenahi dengan hipotik maupun
credietverband.
Adapun batas-batas yang ditentukan untuk hak guna bangunan yang berpedoman
pada peraturan menteri dalam negeri no.6 tahun 1972 tentang pelimpahan wewenang
pemberian hak atas tanah dalam pasal 4 disebutkan, gubernur kepala daerah memberi
keputusan mengenai permohonan pemberian, perpanjangan/pembaruan dan menerima
pesanan hak guna bangunan atas tanah negara kepada warga negara Indonesia atau
badan hukum Indonesia yang bukan bermodal asing yang:
a. Luas tanahnya tidak melebihi 2.000 m2 (dua ribu meter persegi)
b. Jangka waktunya tidak lebih dari 20 (dua puluh) tahun.
Dengan demikian sepanjang mengenai pemberian hak-hak atas tanah yang dapat
dipunyai oleh orang atau badan hukum dengan hak guna bangunan adalah hak atas tanah
-
7/27/2019 Ringkasan Agraria a Anggi
9/15
yang terbatas, tidak terpenuhi seperti halnya hak milik, yang dalam hukum keagrariaan
merupakan hak terpenuh atas tanah, oleh karena hak guna bangunan itu diberikan
dengan jangka waktu seperti yang telah diuraikan.
4. Hak guna usaha
Dalam rangka pemberian hak atas tanah dalam UUPA, selain hak milik maka hak
guna usaha adalah merupakan bentuk hak atas tanah yang dapat diberikan kepada
pemegang hak. Sedang syarat untuk dapat memiliki adalah sebagai berikut:
a. Warga negara Indonesia
b. Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di
Indonesia (pasal 30 ayat (1) UUPA)
Apabila orang atau badan hukum yang mempunyai hak guna usaha dan tidak lagimemenuhi syarat-syarat sebagai yang tersebut dalam ayat (1) tersebut di atas, dalam
jangka waktu satu tahun wajib melepaskan atau mengalihkan hak itu kepada pihak lain
yang memenuhi syarat. Ketentuan ini juga berlaku terhadap pihak yang memperoleh hak
guna usaha, jika ia tidak memenuhi syarat (pasal30 ayat (2) UUPA).
Hak guna usaha dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani hak tanggungan
(pasal 33 UUPA). Sepanjang mengenai status tanah dengan hak guna usaha, selama hak
tanggungan yang dimaksudkan dalam UUPA belum ada peraturannya maka hak guna
usaha yang diberikan berdasarkan pada peraturan Menteri Pertanian dan Agraria
Nomor.11 Tahun 1962 dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani hipotik atau
credietverband, menurut peraturan-peraturan yang bersangkutan (pasal 11).
Dalam rangka pemberian hak guna usaha ini, tanah-tanah yang dikecualikan
adalah:
a. Dikecualikan dari pemberian hak guna usaha baru, bagian-bagian tanah bekas areal
perusahaan-perusahaan besar yang:
b. Sudah merupakan perkampungan rakyat
c. Telah di usahakan oleh rakyat secara menetap
d. Diperlukan pemerintah
e. Apabila di antara tanah-tanah tersebut di atas ada yang perlu dimasukan ke dalam
areal perusahaan kebun yang diberikan dengan hak guna usaha tersebut
-
7/27/2019 Ringkasan Agraria a Anggi
10/15
penyelesaiannya harus dilakukan menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku.
Hak guna usaha dapat hapus menurut UUPA, dikarenakan oleh hal-hal sebagai
berikut:
a. Jangka waktunya berakhir,
b. Dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir, karena sesuatu syarat tidak dipenuhi,
c. Dilepaskan oleh pemegang haknya sebelum jangka waktunya berakhir,
d. Dicabut untuk kepentingan umum
e. Ditelantarkan
f. Tanah musnah
g. Ketentuan dalam pasal 30 ayat (2) (pasal 34 UUPA)
Dalam perolehan akan hak guna usaha ini, seperti yang ditentukan dalam pasal 29
UUPA menyebutkan:a. Hak guna usaha diberikan untuk jangka waktu paling lama 25 tahun
b. Untuk perusahaan yang memerlukan waktu lebih lama dapat diberikan hak guna
usaha untuk waktu paling lama 35 tahun
c. Atas permintaan pemegang hak dan meninggal keadaan perusahaannya jangka waktu
yang dimaksud tersebut di atas dapat diperpanjang paling lama 25 tahun.
Gubernur kepala daerah memberi keputusan mengenai permohonan pemberian,
perpanjangan jangka waktu atau pembaruan, izin permintaan, dan menerima pelepasan
hak guna usaha atas tanah negara jika:
a. Luas tanahnya tidak melebihi 25 Hektar
b. Peruntukan tanahnya bukan untuk tanaman keras
c. Perpanjangan jangka waktunya tidak lebih dari 5 tahun b
D. Pencabutan hak atas tanah dan pembebasan tanah
Persoalan tentang tanah dalam kehidupan manusia mempunyai arti yang sangat
penting sekali oleh karena sebagian besar daripada kehidupannya adalah bergantung
pada tanah, tanah dapat dinilai sebagai suatu harta yang mempunyai sifat permanen dan
dapat dicadangkan untuk kehidupan manusia pada masa mendatang.
Berdasarkan kenyataan tersebut maka tanah bagi kehidupan manusia tidak hanya
mempunyai nilai ekonomis dan kesejahteraan semata. Dalam suasana pembangunan
sebagaimana halnya di negara kita sekarang. Kebutuhan akan tanah semakin meningkat.
-
7/27/2019 Ringkasan Agraria a Anggi
11/15
Kegiatan pembangunan terutama sekali pembangunan di bidang material baik di kota
maupun di desa banyak sekali memerlukan tanah sebagai tempat penampungan kegiatan
pembangunan dimaksud. Berkenaan dengan pengambilan tanah penduduk yang akan
dipakai untuk keperluan pembangunan menurut ketentuan hukum yang berlaku negara
kita sekarang dengan melalui dua saluran, yaitu:
1. Pembebasan Tanah
Ialah melepaskan hubungan hukum semula yang terdapat di antara pemegang
hak/penguasa atas tanah dengan cara pemberian ganti rugi atas dasar
musyawarah dengan pihak yang bersangkutan.
2. Pencabutan Hak-hak atas tanah
Pencabutan hak ialah pengambilan tanah kepunyaan sesuatu pihak oleh negara
secara paksa, yang mengakibatkan hak atas tanah itu menjadi hapus, tanpayang bersangkutan melakukan suatu pelanggaran atau lalai dalam memenuhi
suatu kewajiban hukum.
Pasal 18 UUPA menyebutkan untuk kepentingan umum termasuk kepentingan
bangsa dan kepentingan negara serta kepentingan bersama dari rakyat hak atas tanah
dapat dicabut, dengan memberikan ganti rugi yang layak dan menurut undang-undang.
Kemudian dalam beberapa pasal UUPA ditegaskan pula bahwa hak milik. Hak Guna
Usaha dan Hak Guna Bangunan akan hapus karena dicabut untuk kepentingan umum.
(pasal 27 sub a. bag.II, pasal 34 sub d dan pasal 40 sub d). Selain karena pencabutan hak
menurut UUPA hak milik, hak guna usaha dan hak guna bangunan akan menjadi hapus
karena penyerahan dengan sukarela oleh pemiliknya (pasal 27 sub a bagian ke-2) atau
dilepaskan oleh pemegang haknya sebelum jangka waktunya berakhir (pasal 34 sub c
dan pasal 40 sub c). hal yang demikian ini lazimnya disebut dengan pelepasan hak, yaitu
perbuatan seseorang pemegang hak untuk melepaskan apa yang menjadi haknya secara
sukarela setelah kepadanya diberikan suatu ganti rugi yang layak.
Pembebasan tanah ini pada hakikatnya adalah tidak lain daripada dimensi lain dari
pelepasan hak, kalau dilihat dari si pemegang hak perbuatannya yang demikian adalah
dilihat sebagai suatu pelepasan hak akan tetapi bila dilihat dari sudut pemerintah maka
perbuatan tersebut dapat dikatakan sebagai pembebasan tanah karena pemerintah telah
memberi ganti rugi membebaskan tanah tersebut dari penguasaan pemegang haknya.
-
7/27/2019 Ringkasan Agraria a Anggi
12/15
Dalam hubungannya dengan pembebasan tanah atau pencabutan hak atas tanahitu
maka pelru diadakan penelitian terlebih dahulu terhadap segala keterangan dan data-data
yang diajukan di dalam mengadakan taksiran akan ganti rugi di dalam rangka
pembebasan tanah yang akan terkena itu. Sehingga apabila telah mencapai suatu
kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi maka baru dilakukan pembeyaran
ganti rugi dang anti rugi ini hendaklah secara langsung kepada yang berhak. Selain itu
baru diadakan pelepasan/penyerahan hak atas tanah yang bersangkutan, sehingga apa
yang dikhawatirkan akan peranan calo-calo tanah ditekan seminimal mungkin. Jika
pembebasan tanah secara musyawarah ini tidak mendapatkan jalan keluar antara
pemegang hak atas tanah dan pemerintah, sedangkan tanah itu akan digunakan untuk
kepentingan umum maka dapat ditempuh cara seperti yang diatur dalam Undang-undang
No.20 tahun 1961.Masalah tanah adalah masalah yang menyentuh hak rakyat paling dasar. Tanah, di
samping mempunyai nilai ekonomis, juga berfungsi sosial. Karena fungsi sosial inilah
yang kadang kala kepentingan pribadi atas tanah dikorbankan, guna kepentingan umum.
Ini dilakukan dengan pencabutan hak atas tanah dengan mendapat ganti rugi yangtidak
berupa uang semata akan tetapi dapat juga berbentuk tanah atau fasilitas lain. Misalnya,
dipindahkan ke tempat lain yang memang diperuntukan bagi perumahan dengan
mendapat prioritas utama, dan tentunya kalau penggantian ini dengan uang haruslah
dengan jumlah yang layak. Harga layak disini haruslah harga umum menurut undang-
undang, yang artinya pantas menurut kesusilaan umum, karena kalau menurut harga
pasaran , ini kadang-kadang sudah melalui perantara.
E. Perwakafan Tanah
Di dalam hukum agraria, perihal wakaf diatur dalam pasal 49, yaitu mengatur
tentang hak-hak tanah untuk keperluan suci dan agama.
Ayat (1): pasal tersebut menyebutkan, hak milik tanah badan-badan keagamaan dan
sosial sepanjang dipergunakan untuk usaha dalam bidang keagamaan dan
sosial, diakui dan dilindungi. Badan-badan tersebut dijamin pula
memperoleh tanah yang cukup untuk keagamaan dan usahanya dalam
bidang keagamaan dan sosial.
Ayat (2): untuk keperluan peribadatan dan keperluan suci lainnya sebagai dimaksud
-
7/27/2019 Ringkasan Agraria a Anggi
13/15
dalam pasal 14 dapat diberikan tanah yang dikuasai langsung oleh negara
dengan hak pakai.
Ayat (3): perwakilan tanah milik dilindungi dan diatur dengan peraturan pemerintah.
Di dalam pengertian sehari-hari perkataan wakaf ini, banyak diartikan hanya
untuk keperluan peribadatan saja, misalnya untuk mendirikan masjid di atas tanah yang
diwakafkan itu. Padahal sebenarnya tanah itu dapat diwakafkan untuk hal-hal yang lain
sepanjang tidak bertentangan dengan hukum islam. Masalah perwakafan ini selanjutnya
diatur di dalam peraturan pemerintah No.28 Tahun 1977. Hanya badan-badan hukum
Indonesia dan orang atau orang-orang yang telah dewasa dan sehat akalnya (cakap
hukum) yang oleh hukum tidak terhalang untuk melakukan perbuatan atas kehendak
sendiri dan tanpa paksaan dari pihak lain, dapat mewakafkan tanah miliknya dengan
memperhatikan peraturan perundangan yang berlaku. Dalam hal badan hukum yang bertindak atas namanya adalah pengurusan yang sah menurut hukum. Kemudian tanah
yang telah diwakafkan itu tidak dapat dilakukan perubahan peruntukan atau penggunaan
lain daripada yang telah dimaksudkan di dalam ikrar wakaf.
Dalam kaitannya dengan tanah-tanah yang akan diwakafkan itu haruslah
merupakan tanah milik atau tanah yang bebas dari segala pembebanan, ikatan, sitaan dan
perkara(Pasal 4), dimana pihak yang mewakafkan tanahnya harus mengikrarkan
kehendaknya secara jelas dan tegas kepada nadzir di hadapan pejabat pembuat akta ikrar
wakaf (pasal 5 ayat(1)). Oleh karena wakaf bersifat abadi maka hak atas tanah yang
jangka waktunya terbatas seperti hak guna bangunan, hak guna usaha, hak pakai dan lain
sebagainya tidak dapat diwakafkan. Nadzir adalah kelompok orang atau badan hukum
yang diserahi tugas pemeliharaan dan pengurusan benda wakaf. Adapun syarat-syarat
yang harus dipenuhi sebagai nadzir. Syarat nadzir perorangan:
a. Warga negara Indonesia
b. Beragama islam
c. Sudah dewasa
d. Sehat jasmani dan rohani
e. Tidak berada di bawah pengampunan
f. Bertempat tinggal di kecamatan tempat letaknya tanah yang diwakafkan (pasal
6 ayat (1))
-
7/27/2019 Ringkasan Agraria a Anggi
14/15
Jika berbentuk badan hukum maka nadzir harus memenuhi persyaratan:
a. Badan hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia
b. Mempunyai perwakilan di kecamatan setempat untuk mendapatkan pengesahan
(pasal 6 ayat (2)), sedangkan nadzir haruslah didaftarkan kantor urusan agama
kecamatan setempat untuk mendapatkan pengesahan (pasal 6 ayat (3)), dengan
jumlah yang diperbolehkan untuk sesuatu daerah harus ditetapkan oleh Menteri
Agama berdasarkan kebutuhan (pasal 6 ayat (4)), dengan hak-hak dan kewajiban
untuk mengurus dan mengawasi kekayaan wakaf serta hasilnya menurut ketentuan-
ketentuan yang diatur oleh menteri agama. Sesuai dengan tujuan wakaf, dengan
berkewajiban untuk membuat laporan-laporan secara berkala atas semua hal yang
menyangkut kekayaan wakaf (pasal 7).
F. Jual beliDalam pasal 1457 KUHPerdata yang menyebutkan; jual beli adalah suatu
persetujuan, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan
suatu kebendaan dan pihak lain membayar harga yang telah dijanjikan. Jual beli
merupakan salah satu cara untuk melepaskan status hak atas tanah. Jual beli yang dianut
di dalam hukum perdata ini hanya bersifat obligatoir, yang artinya bahwa perjanjian jual
beli beru meletakan hak dan kewajiban timbale balik antara kedua belah pihak, penjual
dan pembeli, yaitu meletakan kewajiban kepada pembeli untuk membayar harga barang
sebagi imbalan haknya untuk menuntut penyerahan hak milik atas barang yang
dibelinya. Yang pada intinya belum memindahkan hak milik. Adapun hak milik baru
berpindah dengan dilakukan penyerahan atau levering.
Dalam UUPA pasal 19 menentuakan bahwa, jual beli tanah harus dibuktikan
dnegan suatu akta yang dibuat oleh dan di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah
(PPAT), yang selanjutnya PPAT membuat akta jual beli. Sesuai dengan ketentuan pasal
1868 KUHPerdata yang menyerbutkan, suatu akta autentik ialah suatu akta yang di
dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau di hadapan pegawai
umum yang berkuasa untuk itu dimana tempat akta itu dibuatnya.
-
7/27/2019 Ringkasan Agraria a Anggi
15/15
Untuk hak atas tanah yang belum bersertifikat atau masih merupakan tanah adat,
ini belum dapat didaftarkan dan harus memohon kepada Kantor Pendaftaran Tanah
(KPT) untuk meminta konversi hak diperjualbelikan itu dan untuk dibuatkan
setifikatnya.