Ring Kasan
-
Upload
idham-muchtar -
Category
Documents
-
view
232 -
download
0
description
Transcript of Ring Kasan
1. Ringkasan materi
Batuan Beku
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari hasil pembekuan magma/ lava hasil
kristalisasi mineral-mineral dalam bentuk agregasiyang saling interlocking.
Magma merupakan suatu larutan pijar pada umumnya terdiri dari senyawa-senyawa
silikat yang terdapat dalam perut bumi sedang magma yang meleleh keluar ke atas
permukaan bumi disebut lava.
1. Tekstur batuan beku
Tekstur adalah hubungan antara mineral-mineral yang satu dengan yang lainnya dalam
suatu batuan yang meliputi hubungan antara kristalisasi, granularitas dan fabric.
a) Kristalinitas
Kristalinitas adalah tingkat kristalisasi mineral dalam suatu batuan yang terdiri dari:
- Holokristalin : tersusun atas Kristal-kristal yang Nampak jelas.
- Hipokristalin : tersusun oleh sebagian Nampak dan sebagian lagi tidak Nampak.
- Holohyalin : tersusun atas gelas/ amorf
b) Granularitas
Granularitas adalah derajat besar butir Kristal dari penyusun batuan yang terdiri
dari :
- Faneritik : Kristal-kristal dari mineral penyusunnya tampak jelas dan dapat
dibedakan dengan mata atau loupe.
- Porfiritik : Kristal penyusunnya sebagian Nampak jelas dan sebagiannya lagi
tidak jelas.
- Afanitik : kristalnya tersusun oleh glass atau amorf.
c) Fabrik
- Bentuk
Bentuk Kristal dibagi atas 3, yaitu :
Euhedral : bentuk bidang batas Kristal teratur / baik dan tampak jelas
Subhedral : bentuk bidang batas Kristal bervariasi dari bentuk jelek dan bentuk
baik
Anhedral : Bentuk bidang batas Kristal jelek dan tidak teratur.
Euhedral Subhedral Anhedral
- Relasi
Relasi adalah hubungan antara butir Kristal yang satu dengan yang lainnya,
terdiri dari :
Equigranular : ukuran butir dari Kristal yang menyusun batuan hampir sama
besar
In Equigranular : ukuran butir dari Kristal-kristal penyusunnya tidak sama
besar
2. Komposisi mineral
Mineral penyusun batuan beku secara umum dapat dibedakan menjadi tiga bagian,
yaitu :
1. Mineral Utama (essential mineral), merupakan mineral-mineral primer yang
selalu terdapat suatu batuan tertentu dan merupakan mineral yang dominan
dalam batuan tersebut.
2. Mineral Pelengkap (accessory mnineral), merupakan mineral yang dapat
cukup banyak dalam suatu batuan, tetapi tidak selalu ada seperti mineral utama.
3. Mineral Tambahan (minor accessory mineral), merupakan mineral yang
terdapat dalam suatu batuan, yang jumlahnya tidak begitu banyak,kira-kira <5%
dari volume batuan.
Mineral-mineral pembentuk batuan beku merupakan mineral-mineral yang
berasal dari pembekuan magma (Bowen’s Raction Series).
Cirri-ciri fisik Mineral-mineral pembentuk batuan beku:
1. Kwarsa
Menpunyai rumus SiO2 mempunyai garis mendatar pada sisi bidang
kristalnya, berwarna jernih, putih suram, dan lain-lain. Mengkristal pada
system heksagonal, kekerasan = 7, umumnya bentuk kristalnya tidak baik
(anhedral), kilap seperti kaca. Contoh :
2. Feldspar
Dibagi dua golongan yaitu.
a). Potash feldfar (K AlSDO8); terdiri dari mineral ortoklas, mikrolin,
sanidin, adularia dan anortoklas, berwarna, merah pucat putih, merah
daging dan abu-abu. Kilap viterus, bidang belahannya baik biasanya 2 rah
dan kekrasan = 6.
b). Plagioklas (Na, Ca) Al008); putih abu-abu dll. Kilap vitreus, belahannya
baik 2 arah dan kekerasannya = 6. Mineral ini terdiri dari kalsil plagioklas
(anortit, bitownit, labradorit, andesine) dan sedikit plagioklas (albit,
oligoklas, dan andesine). Contoh :
3. Amphibole
Merupakan mineral bentuk prismatic panjang bersisi enam, berwarna
kenitaman, belahan 2 arah, kilap vitreus,, kekerasan 5-6 dan yang penting
dari golongan ini ialah hornblende. Contoh :
4. Piroxene
Merupakan mineral berbentuk prismatic pendek bersisi delapan.Warna
coklat hingga hitam.Kekerasan 5-6, belahan dua arah.Grup mineral ini
terdiri dari ortopyroxene dan clinopyroxene. Contoh :
5. Olivine
Mineral ini berwarna hijau hingga kuning kecoklatan, kekerasan 6,5-7, pecahan kankoidal,
kilap vitreous. Contohnya :
3. Struktur batuan beku
1. Struktur massive/kompak, yaitu struktur yang memperlihatkan susunan
mnineral-mineral yang kompak tanpa adanya pori-pori, pejajaran atau betuk
aliran.
2. Struktur akibat pelepasan bahan volatile, yang terdiri dari:
a. Vesiculasi: yaitu struktur yang memperlihatkan adanya lubang-lubang
akibat pelepasan gelembung-gelembung gas dari magma. Struktur ini terdiri
dari:
Vesicle, yaitu struktur yang memeperlihatkan lubang-lubang
menyudut.
Scoriaceous, yaitu struktur yang sangat berpori dn tidak teratur
dalam massa dasar glass.
Pumiceous, disebut juga struktur buih dengan lubang memanjang
yang menunjukkan arah aliran buih.
b. Amygdaloidal, yaitu struktur vesikulasi, dimana lubang-lubangnya telah
terisi mineral-mineral sekunder.
3. Struktur permukaan dari fase larutan, yang terdiri dari:
a. Xenoliths, yaitu struktur yang mempelihatkan adanya batuan asing dalam
suatu batuan.
b. Xenocryst, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya mineral asing dalam
suatu batuan.
c. Pillow, struktur yangmemperlihatkan kenampakan seperti banntai akibat
pembekuan lava.
4. Struktur permukaan, yang teerdiri dari :
a. Corona struktur (reation rim), yaitu terjadi akibat adanya reaksi kimia pada
sisi kristal dari suatu mineral dalam batuan.
b. Flow effect, meliputi:
Trachytoid: kenampakan mineral-mineral sejajar dalam batuan
akibat aliran.
Fluodal structure: kenampakan adanya garis-garis aliran yang
relative sejajar dan brgelombang.
Schlieren : kenampakan adanya garis-garis tak teratur, akibat
pengeluaran, dari bagian aimilasi xenoliths selama aliran
lawa/magma.
c. Microliutic structure; kenampakan adanya lubang-lubang menyudut/runcing
dalam ukuran kecil pada batuan faneritik.
5. Struktur setelah terjadi pembekuan magma meliputi :
Perelitic : structure yang memperliuhatkan adanya retak-retak yang
memusat pada kulit batuan gelas, yang mungkin diakibatkan oleh
kontraksi.
Spherulitic structure : struktur yang memperlihatkan adanya serabut-
serabut mineral yang tersusun secara radial memusat teratur.
Orbikuklar structure : benbtuk segredasi, bentuk bola dengan kulit
melingkar.
KLASIFIKASI BATUAN BEKU BERDASARKAN KOMPOSISI KIMIA DAN
MINERALOGI
A. Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Komposisi Kimia
Menurut Hulburt (1977)Pembagian batuan bekuberdasarkan komposisi ini telah
lama menjadi standar dalam geologi, dan di bagi dalam empat golongan yaitu :
a. Batuan Beku Asam
Termasuk golongan ini bila batuan beku tersebut mengandung silika (SiO2) lebih dari
66%.contoh batuan ini dalah Granit dan Ryolit. Batuan yang tergolong kelompok ini
mempunyai warna terang (cerah) karena (SiO2) yang kaya akan menghasilkan batuan
dengan kandungan kuarsa dan alkali feldspar dengan atau tanpa muskovit.
b. Batuan Beku Menengah (intermediat)
Apabila batauan tersebut mengandung 52 – 66% silika maka termasuk dalam kelas
ini. Batuan ini akan berwarnagelap karena tingginya kandungan mineral
feromagnesia. Contoh batuan ini adalah Diorit dan Andesit.
c. Batuan Beku Basa
Yang termasuk kelompok batuan beku ini adalah batuan yang mengandung 45 – 52%
silika. Batuan ini akan memiliki warna hitam kehijauan karena terdapat kandungan
mineral olivine. Contoh batuan ini adalah Gabbro dan Basalt.
d. Batuan Beku Ultra Basa
Golongan batuan beku ini adalah apabila bataun beku mengandung 45% SiO2 .
Warna batuan ini adalah hijau kelam karena tidak terdapat silika bebas sebagai
kuarsa. Contoh batuan ini adalah Peridotit dan Dunit.
KlasifikasiBatuan Beku Berdasarkan Mineralogi
Analisa kimia batuan beku itu pada umumnya memakan waktu, maka
sebagian besar klasifikasi batuan beku berdasarkan atas susunan mineral dari batuan
itu. Mineral-mineral yang biasanya dipergunakan ialah mineral kuarsa, plagioklas,
potassium feldspar dan foid untuk mineral felsik. Sedangkan untuk mafik mineral
biasanya mineral amphibol, piroksen, dan olivine (Graha 1987).
Klasifikasi yang didasarakan atas mineralogi dan tekstur akan lebih dapat
mencerminkan sejarah pembentukan batuan daripada atas dasar komposisi kimia. Tekstur
batuan beku adalah mengambarkan keadaan yang mempengaruhi pembentukan batuan itu
sendiri. Seperti tekstur granular memberi arti akan keadaan yang serba sama, sedangkan
tekstur porfiritik memberikan artibahwa terjadi dua generasi pembentukan mineral. Dan
tekstur afanitik mengambarkan pembekuan yang cepat (Graha, 1987).
Klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh Russell B Travis (1955), dalam
klasifikasi ini tekstur batuan beku yang didasrkan pada ukuran butir mineralnya dapat
dibagi menjadi:
a. Batuan Dalam
Bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral menyusun batuan tersebut dapat
dilihat dengan mata biasa tanpa bantuan alat pembesar.
b. Batuan Gang bermasa dasar faneritik
Bertekstur porfiritik dengan masa dasar faneritik.
c. Batuan Gang bermasa dasar afanitik
Bertekstur porfiritik dengan masa dasar afanitik.
d. Batuan Lelehan
Bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak dapat dibedakan atau
dilihat dengan mata biasa.
A. BATUAN PIROKLASTIK
Dalam pengklasifikasian batuan piroklastik masih ada perbedaan pendapat
diantara para ahli , hal ini disebabkan masih terdapatnya kesimpangsiuran mengenai
genesa , batas dari ukuran matriks sera cara pengendapannya , sehingga menyebabkan
pengertian yang tidak seragam mengenai deskripsi dan definisi batuan piroklastik.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka perlulah meninjau beberapa definisi
yang telah dipergunakan oleh beberapa ahli diantaranya yaitu :
Williams, Turner, Gilbert ( 1954 ), mendefinisikan batuan piroklastik sebagai
batuan yang tersusun oleh fragmen – fragmen hasil erupsi vulkanik secara
eksplosif.
Johansen berpendapat bahwa batuan piroklastik terdiri dari material detrital /
rombakan hasil kegiatan volkanik, ditansport dan diendapkan bisa pada danau,
darat dan kondisi laut. Material- material yang biasa diendapkan pada permukaan
biasanya dierosi dan ditransport oleh arus air dan diendapkan bersama-sama
dengan batuan sediment klastik atau material-material hasil proses kimia kedalam
kondisi air. Jadi batuan piroklastik ini dapat bercampur dengan material-material
lain diluar hasil erupsi gunungapi.
Team Studi Batuan Piroklastik di Yogyakarta, merumuskan sebagai berikut : secara
singkat batuan piroklastik adalah batuan yang dihasilkan oleh proses litifikasi
bahan-bahan lepas yang dilemparkan dari pusat vulkanik selama erupsi yang
bersifat eksplosif. Bahan tersebut jatuh kemudian mengalami litifikasi baik sebelum
ditransport maupun pengerjaan kembali oleh air atau es.
Secara lengkap batuan piroklastik didefinisikan sebagai batuan yang terbentuk
oleh proses litifikasi bahan-bahan lepas yang dilemparkan dari pusat vulkanik selama
erupsi yang bersifat eksplosif. Sebelum pengendapannya , bahan – bahan lepas
tersebut dapat diangkut dari pusat vulkanik baik didalam medium gas ( gas yang
dilepaskan dari magma sendiri ), maupun oleh angin kemudian terendapkan dengan
segera diudara, diatas tanah kering atau dalam tubuh air , atau untuk erupsi bawah laut
bahan piroklastik segera terendapkan melalui tubuh air kedalam dasar laut. Dari
kejadian tersebut bahan piroklastik terendapkan dan mengalami pembatuan sebelum
terkena proses pengangkutan dan pengerjaan oleh air.
Pembagian bahan – bahan piroklastik
Bahan – bahan piroklastik dapat terjadi dalam enam cara, didasarkan atas macam
proses yang dialaminya sejak pelemparannya dari pusat erupsi , keenam cara tersebut
sebagai berikut :
1. Bahan – bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat vulkanik jatuh langsung
kedarat yang kering melalui medium udara saja. Jikalau bahan tersebut jatuh pada
lereng kerucut gunungapi yang curam, maka dapat terjadi pergerakan yang
disebabkan oleh grafitasi ( misalnya longsor “ avalanche “ ) onggokan dari jatuhan
piroklastik tersebut kalau mengalami litifikasi akan menghasilkan batuan beku
vulkanik ( fragmental )
2. Bahan – bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat vulkanik setelah
dilemparkan dari pusat vulkanik , diangkut ketempat pengendapan didalam
medium gas yang dihasilkan dari magma sendiri; maksudnya bahan-bahan
piroklastik tersebut dibawa oleh mekanisme-mekanisme ‘ flowing avalarce ‘ atau
aliran debu. Bahan-bahan tersebut bila diendapkan didarat yang kering
menghasilkan suatu onggokan aliran piroklastik . jikalau onggokan sejenis ini
mengalami litifikasi terbentuklah suatu batuan beku vulkanik yang fragmental.
3. Bahan – bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat vulkanik yang dapat
terletak dibawa muka laut/ danau atau didarat, jatuh langsung kedalam air yang
tenang. Bahan terebut tidak bercampur dengan bahan-bahan yang bukan bahan
piroklastk dan juga tida mengalami reworking, batuan yang terbentuk dari bahan ini
tidak mempunyai struktur-struktur sediment ‘ internal ‘ yang nyata dan juga
fragmen - fragmen batuan tidak menunjukkan gejala ‘ reworing ‘ oleh air. Jelas
bahwa batuan-batuan yang terbentuk dari bahan-bahan yang terdiri 100% dari
bahan piroklastik yang jouvenil.
4. Bahan-bahan piroklastik yang telah dikeluarkan dari pusat vulkanik ( baik didarat
maupun dibawah laut / danau ) jatuh langsung ke / melalui air yang aktif sebelum
mengalami litifikasi , bahan – bahan tersebut mengalami reworking dan dapat
tercampur dengan bahan-bahan yang bukan piroklastik, setelah terjadi litifikasi ,
batuan yang terbentuk dari bahan ini mempunyai struktur sedimen yang biasa dan
juga cirri-ciri sediment yang telah mengalami pembundaran.
5. Bahan-bahan pioklastik yang telah jatuh, kemudian sebelum litifikasi diangkut
kemudian diendapkan kembali ditempat lain oleh air ( misalnya aliran
Lumpur/lahar, sungai dll ). Batuan – batuan yang terbentuk dari bahan ini akan
menunjukkan cirri-ciri khas dari laharic breccia/sandstone maupun struktur –
struktur dan cirri-ciri yang khas yang umum pada batuan sediment.
6. Bahan – bahan piroklastik yang jatuh kebawah mengalami litifikasi , kemudian
mengalami pelapukan dan tererosi , selanjutnya diangkut dan diendapkan kembali
ketempat lain.
Klasifikasi Batuan Piroklastik
1. Klasifikasi batuan piroklastik didasarkan pada :
a) Asal – usul fragmen
b) Ukuran butir
c) Komposisi fragmen
2. Klasifikasi batuan piroklastik berdasarkan genetic terbagi atas :
a. Batuan Piroklastik, batuan hasil pembatuan bahan piroklastik, yaitu hasil erupsi
eksplosif dari pusat vulkanik.
b. Batuan Epiklastik, batuan yang bahan penyusunnya berasal dari pelapukan
batuan vulkanik , termasuk batuan piroklastik.
3. Klasifikasi berdasarkan komposisi fragmen
Klasifikasi yang berdasarkan pada komposisi dari fragmen telah dibuat untuk
tufa. Ukuran antara 0,25 – 4 mm disebut sebagai tufa kasar, lebih kecil dari 0,25
mm disebut tufa halus.Heinrich ( 1956 ) telah membuat suatu klasifikasi tufa
sebagai berikut :
Gambar :
a. Klasifikasi Hendrich, 1956
50 50
50
1. Vitric tuff : Tufa dengan penyusun utama terdiri dari glass
2. Lithic tuff : tufa dengan penyusun utama terdiri dari fragmen batuan
3. Crystal tuff : tufa dengan penyusun utama terdiri dari kristal dan pecahan-
pecahan kristal.
Klasifikasi berdasarkan Pettijohn ( 1975 ) , membuat klasifikasi tufa, dengan
membandingkan prosentase gelas dengan kristal, sehingga tufa dapat dibedakan
sebagai berikut :
Gambar :
0 25 50 75 100
Glass Vitric tuff Vitric crystal Crystal vitric Crystal tuff Crystal
tuff tuff
100 75 50 25 0
a) Vitric tuff : tufa yang mengandung gelas antara 75% - 100% dan kristal 0% -
25 %
Vitric
tuff
Cryst
al
Lithic
tuff
G
la
Rock
fragmen
C
r
b) Vitric Crystal tuff : tufa yang mengandung glass antara 50% - 75 % dan kristal
25% - 50 %
c) Crystal vitric tuff : tufa tang mengandung glass antara 25% - 50% dan kristal
50% - 75 %
d) Crystal Tuff : tufa yang mengandung glass antara 0% - 25% dan kristal 75%-
100%.
B. BATUAN SILISIKLASTIK (NON KARBONAT)
Silisiklastik (siliciclastic) berasal dari kata silici dan clastic. Clast (dari kata
Yunani klastos, artinya ‘pecahan’): merupakan terminologi untuk fragmen pecahan
dalam batuan sedimen. Disebut juga butiran asal darat (terrigenous
grains).Dikarenakan butiran asal darat kebanyakan tersusun oleh silika, maka
batuan yang tersusun oleh butiran semacam itu sering disebut dengan
silisiklastik.Batuan sedimen silisiklastik (atau sering disebut klastik) tersusun oleh
butiran-butiran yang berasal dari transportasi dan pengendapan batuan yang telah
ada sebelumnya (pre-existing rocks) dalam suatu lingkungan
pengendapan.Mekanisme transport melalui angin, arus sungai, arus pasang surut,
gelombang, aliran massa, longsoran es (glacier) dan arus turbit (Tucker, 1991).
Unsur utama batuan silisiklastik
Butir (Grain); partikel-partikel diskrit yang menyusun batuan, yang dapat bersifat
hablur (kristal) dan pecahan-pecahan (klastik)
Matriks; semacam butiran (klastik), tetapi sangat halus sehingga aspek geometrinya
tidak begitu penting, terdapat diantara butiran sebagai massa dasar
Semen; bukan butir, tetapi material pengisi rongga antar butir. Biasanya dalam
bentuk amorf atau kristalin.
Tekstur
Tekstur, adalah aspek geometri dari partikel komponen suatu batuan, termasuk
ukuran, bentuk dan aturan susunan (Pettijohn, 1954)
Unsur penting dalam tekstur: bentuk butir- ukuran butir – aturan susunan butir.
Bentuk Butir (Shape)
Kebolaan (sphericity),
Kebolaan (sphericity), adalah perbandingan dengan diameter bola yang volumenya
sama dengan butiran dengan diameter bola yang melingkari butiran (wadell, 1932).
Dibedakan 4 macam
1. Disk
2. Bladed
3. Spheroid
4. Roller
Kebundaran
Kebundaran adalah perbandingan antara radius pelengkungan sudut-sudut butiran
rata-rata dengan radius maksimum suatu lingkaran dalam (Wadell, 1932).
Tekstur permukaan
Tekstur permukaan akibat proses penghalusan, retakan atau goresan pada
saat transportasi, pengendapan dan sedimentasi.
Tekstur permukaan dapat diamati dengan menggunakan mikroskop
binokuler atau mikroskop elektron, terdiri dari permukaan abrasi, permukaan
korosi, permukaan licin dan berbidang Kristal
Susunan butir (fabric), biasa disebut juga kemas terdiri dari :
- Kemas terbuka; butiran tidak saling bersentuhan (mengambang di dalam matriks)
- Kemas tertutup; butiran yang saling bersentuhan dengan yang lain
Pemilahan (Sorting)
Pemilahan adalah derajat keseragaman dari ukuran butir penyusun batuan sedimen
C. BATUAN SEDIMEN NON SILISIKLASTIK
Batuan sedimen non silisiklastik adalah batuan yang tidak berbutir.Berdasarkan
komposisi mineral dan kimianya :
1. Karbonat
2. Evaporit
3. Silikaan
4. Kaya besi
5. Fosforit
6. Karbonan
1. Batuan sedimen karbonat
Batuan sedimen karbonat merupakan batuan sedimen yang disusun terutama oleh
mineral karbonat. Batuan karbonat yang utama adalah batugamping (mineral
kalsit/CaCO3) dan dolostone (mineral dolomit/CaMg(CO3)2)).
Komposisi kimia dan sistem kristalmineral karbonat.
Sifat Kimia:
a. Unsur utama penyusun batuan karbonat adalah Ca, Mg, C dan O
b. Unsur pengotor seperti Si, Al, K, Na dan Fe
c. Trace elemen yang sering dijumpai adalah B, Be, Br, Cl, Co, Cr, Ga, Ge dan Li
d. Kelimpahan butiran fosil
Tekstur Karbonat
a. Butiran karbonat (material allochem), berukuran lanau sampai berukuran pasir
seperti carbonat clast, partikel skeletal, oolit, peloit, lumps dan grapstone
b. Mikrokristalin kalsit (mikrit) atau lumpur karbonat, tersusun oleh kristal kalsit yang
berukuran halus
c. Sparry kalsit (sparit), terdiri dari kristal yang berukuran 0,02-0,1 mm, tidak
berwarna atau berwarna putih
2. Evaporit
Batuan evaporit merupakan semua batuan yang terbentuk dari pengkristalan larutan
jenuh oleh proses evaporasi. Endapan evaporit terutama disusun oleh gipsum, anhidrit
dan halit.Berdasarkan komposisi kimianya menjadi : kelompok mineral klorida,
kelompok mineral sulfat dan kelompok mineral karbonat. Faktor utama pembentuk
endapan evaporit marin adalah iklim kering, proses evaporasi lebih tinggi daripada
curah hujan dan cekungan yang terisolasi.
Model endapan evaporit marin:
3. Batuan Sedimen Silikaan
Batuan sedimen silikaan merupakan batuan sedimen yang berbutir halus, kompak
dan sangat keras, terutama disusun oleh SiO2 yang terdiri dari mineral-mineral
kuarsa, kalsedon dan opal. Batuannya yakni Rijang (chert)
Mekanisme pembentukan mineral silika dilakukan oleh organisme pada lingkungan
laut yang tidak jenuh silika, organismenya adalah radiolaria, diatom dan flagelata
silika. Sumber silika terlarut dalam air:
4. Batuan sedimen mengandung besi
Batuan sedimen mengandung besi merupakan batuan sedimen yang
mengandung 15% atau lebih besi (Fe), yang terdiri dari 21,3%Fe2O3 atau 19,4%
FeO
Batuan sedimen dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok berdasarkan
karakteristik sifat fisik dan umurnya, yaitu : Iron Formation dan Ironstone.
Iron Formation adalah batuan sedimen kaya besi yang berumur dari
Prakambrium Awal hingga Kambrium, ketebalan 50-600 m, teksturnya seperti
tekstur batugamping, struktur sedimen silang siur, lapisan bersusun, ripple, rekahan
dan slump.
Ironstone adalah batuan sedimen kaya besi berumur Fanerozoik, Paleozoik
Awal dan Jura, karakteristik tipis, masif, berlapis. Batuan ini umumnya berselingan
dengan batuan karbonat, mudrock dan batupasir halus pada laut dangkal, struktur
sedimen cross bedding, ripple, scour, fill dan burrows
5. Batuan sedimen fosforit
Fosforit adalah batuan sedimen yang mengandung P2O5 lebih dari 20%,
merupakan endapan laut (< 400 m) yang berumur Prakambrium-Holosen,
berselingan dengan batuan karbonat, batulempung dan rijang
Batuan sedimen fosforit dikelompokkan menjadi 5 macam; bedded phosphorite,
bioclastic phosphorite, nodul phosphorite, pebble-bed phosphorite dan endapan
guano
6. Batuan sedimen karbonaan
Batuan sedimen karbonan merupakan batuan sedimen yang mengandung
material organik.Material organik yang terakumulasi pada lingkungan subaerial dan
subaqueous yaitu humus (soil), peat (air tawar) dan sapropel adalah material
organik yang sangat kecil (fitoplankton, zooplankton, spora dan fragmen
tumbuhan) terakumulasi di lagoon, danau dan lingkuang dengan oksigen
rendah.Sedimen karbonan dibagi menjadi 3 golongan berdasarkan kelimpahan dan
material organik yang menyusunnya yaitu coal, oil shale dan asphalt.
D. BATUAN METAMORF
Batuan metamorf yaitu batuan yang terbentuk dari hasil proses metamorfisme
dimana terjadi perubahan baik secara fisik maupun kimia dari batuan yang telah ada
akibat pengaruh tekanan temperature serta fluifda dalam kerak bumi.
Menurut Katili dan Marks (1965), bahwa batuan metamorf adalah batuan yang
telah berubah bentuknya akibat bertambahnya tekanan atau meningkatnya temperatur.
Moorhouse (1969) menyebutkan pula bahwa batuan metamorf adalah batuan
beku atau sedimen yang telah mengalami perubahan tekstur, struktur dan komposisi
mineral akibat adanya perubahan tekanan, temperatur stres dan kimiawi atau
komposisi dari keempat faktor tersebut.
William, Turner, dan Gilbert (1954) menyatakan bahwa batuan metamorf
adalah semua batuan sedimen dan batuan vulkanik yang terletak pada kedalaman 3 –
20 km berada dibawa kondisi fisik yang berlainan.
Winkler (1967) menyebutkan bahwa batuan metamorf adalah batuan dari hasil
proses metamorfisme ytang senantiasa dikontrol oleh faktor-faktor temperatur dan
tekanan sehingga didalamnya terjadi perubahan tekstur struktur dan komposisi mineral
batuan asal.
Bronson, Tarr, dan Keller (1952) menyebutkan bahwa hasil akhir dari proses
metamorfosa adalah batuan metamorf dengan berbagai macam mineral dan struktur
baru yang tergolong didalamnya, mereka berbentuk sebuah kelompok batuan dalam
jumlah yang banyak diberbagai lapisan bumi.
1. Beberapa faktor yang berpengaruh dalam proses metamorfisme, yaitu :
a) Panas (temperatur)
b) Tekanan
c) Cairan panas/aktivitas larutan kimia
2. Macam-macam metamorfisme
a) Metamorfisme kontak
Metamorfosis termal/kontak, dimana faktor yang sangat berperan adalah panas
sedangkan relatif rendah dan biasanya terjadi pada daerah dekat intrusi magma
baik yang bersifat basa maupun asam.
b) Metamorfisme dinamik
Metamorfisme ini biasanya juga disebut dengan metamorfisme kinetik atau
dislokasi proses ini diakibatkan adanya pergeseran atau dislokasi pada batuan.
Misalnya sesar, jadi faktor yang berperan penting adalah tekanan dan
daerahnya relatif sempit.
c) Metamorfisme regional
Proses metamorfisme yang disebabkan oleh pengaruh tekanan dan temperatur
yang tinggi dan bekerja bersama-sama pada suatu daerah atau tempat yang
dalam dan luas didalam kerak bumi. Oleh karena akibat tekanan yang terarah
menyebabkan timbulnya mineral-mineral tekanan. Tekanan yang bekerja dari
segala arah didalam kerak bumi biasanya disebut tekanan lithoistatik.
Tekstur batuan metamorf
Tekstur batuan metamorf dibagi dalam 2 bagian, yaitu :
Tekstur kristoblastik
Tekstur sisa (palimpsest)
1. Tekstur kristoblastik
Tekstur kristoblastik merupakan tekstur yang berasal dari proses rekristalisasi,
dimana tekjstur dari batuan asal sudah tidak nampak akibat adanya perubahan
bentuk dari komposisi mineral. Tekstur ini dibagi atas beberapa bagian yaitu :
Porfiroblastik, yaitu tekstur batuan metamorf yang identik dengan
porfiritik pada batuan beku. Dimana identik dengan adanya fenokris pada
batuan beku yang tertanam dalam masa dasar.
Granoblastik/granular/equigranular/hornfelsic yaitu kristal atau mineral
yang menyusun bentuk yang metamorf mempunyai bentuk yang
equigranular dengan ukuran butir hgalus sampai kasar dan tidak dijumpai
adanya penjajahan mineral.
2. Tekstur sisa
Tekstur sisa/relic yaitu tekstur batuan metamorf dimana mineral-mineral
batuan asal tidak seluruhnya mengalami rekristalisasi, sehingga dalam batuan
metamorf tersebut masih memperlihatkan tekstur batuan asalnya.
Alanspry (1976) membedakan tekstur ini atas dua jenis yaitu :
Tekstur sisa yang batuan asalnya berupa batuan beku yang masuk dalam
jenis yaitu blastoporfiritik, blastointergranular, blastoamygdaloidal, dll.
Tekstur sisa yang batuan asalnya berupa batuan sedimen dan termasuk
dalam jenis ini blastopolitik
Sedangkan secara khusus tekstur sisa pada batuan metamorf dapat dibagi atas
lima yaitu:
a. Blastoporfiritik
b. Blastopsepitik
c. Blastofitik
d. Blastopelitik
e. Blastopsammitik
Komposisi mineral batuan metamorf
Proses metamorfisme yang berjalan sampai mencapai titik kesetimbangan kimia
akan membentuk suatu sekelompok mineral-mineral tertentu.
William, Turner, Gilbert (1954) menyebutkan bahwa pengelompokan mineral-
mineral paragenesis ini tergantung pada :
Komposisi kimia batuan asalnya
Tekanan dan tremperatur permukaan
Perlu diketahui bahwa perubahan temperatur pada umumnya lebih efektif daripada
perubahan tekanan dalam pembnentukan mineral-mineral paragenesis yang hampir
seluruh batuan.
Travis R.B (1955) dan Vide Alam (1980), meneyebutkan bahwa mineral-mineral
penyusun batuan metamorf dapat diklasifikasikan 2 kelompok :
1. Essential mineral yaitu mineral yang sering dijumpai dalam batuan metamorf
dalam jumlah yang cukup banyak, yaitu antara lain :
Kuarsa
Potash feldspar
Plagioklas
Serisit klorit
Serpentin
Dolomit
Muscovite
Kalsit
Hornblende
Piroksin
Biotit
2. Accessory mineral yaitu minereal-mineral yang jarang dijumpai didalam batuan
metamorf atau kalau ada hanya dalam jumlah yang relative sedikit yaitu :
Tremolit
Chgondrodit
Grosullarit
Andalusit
Staurolit
Aktinolit
Wollastonit
Ewpidoit
Glaukopan
Kiastolit
Klasifikasi Batuan Metamorf (Berdasarkan komposisi kimianya)
Klasifikasi ini di tinjau dari unsur-unsur kimia yang terkandung di dalam batuan
metamorf yang akan mencirikan batuan asalnya. Berdasarkan komposisi kimianya batuan
metamorf terbagi menjadi 5 kelompok, yaitu :
1. Calcic Metamorphic Rockadalah batuan metamorf yang berasal dari batuan yang
bersifat kalsik (kaya unsur Al), umumnya terdiri atas batulempung dan serpih.
Contoh: batusabak dan Phyllite.
2. Quartz Feldsphatic Rockadalah batuan metamorf yang berasal dari batuan yang kaya
akan unsur kuarsa dan feldspar. Contoh : Gneiss.
3. Calcareous Metamorphic Rockadalah batuan metamorf yang berasal dari batugamping
dan dolomit. Contoh : Marmer.
4. Basic Metamorphic Rockadalah batuan metamorf yang berasal dari batuan beku basa,
semibasa dan menengah, serta tufa dan batuan sedimen yang bersifat napalan dengan
kandungan unsur K, Al, Fe, Mg.
5. Magnesia Metamorphic Rockadalah batuan metamorf yang berasal dari batuan yang
kaya akan Mg. Contoh : serpentinite, sekis.
Struktur dan Tekstur Batuan Metamorf
Struktur merupakan bentuk dari handspecimen atau masa batuan yang
lebih besar.Struktur dibedakand ari teksture berdasarkan skalanya diman teksture
merupakan bentuk mikroskopis yang sidudun oleh ukuran, bentuk, orientasi, dan
hubungan butirnya. Pada batuan metamorf struktur terjadi karena proses deformasi.
Tekstur pada batuan metamorf:
1) Teksture foliasi, yaitu adanya kesejajaran orientasi mineral yang
memperlihatkan adanya perlapisan dan kenampakan kelurusan. Contoh
tekstur ini, yaitu:
• Tekstur slaty, butirannya sangat halus (< 0,1 mm), kelurusan pada
orientasi planardan subplanar, pecahannya berlembar. Contoh batuannya
adalah slate.
• Tekstur phylitic, berbutir sangat halus sampai halus (kurang dari 0,5
mm), contoh batuannya adalah phylite.
• Tekstur schistose, berbutir halus sampai sangat kasar (>1 mm), contoh
batuannya adalah schist.
• Tekstur gneissose, berbutir halus sampai sangat kasar, memperlihatkan
perlapisan karena adanya perbedaan mineralogi.
• Tekstur foliasi porphyroblastik, berbutir sangat halus sampai sangat
kasar dengan ukuran kristal yang besar (porphyroblastik) tertanam didalam
matriks berfoliasi berukuran halus
• Tektur mylonite.
2) Tekstur diablastik, tekstur yang dicirikan dengan tidak adanya kesejajaran
buturan, berorientasi radial sampai acak, contoh tekstur ini adalah:
• Tekstur sheaf, tekstur yang memperlihatkan kelompok butiran yang
berdabang.
• Tekstur spherolublastik, yaitu tekstur yang memperlihatkan kelompok
butiran yang radial.
• Tekstur fibroblastic, tekstur diablastik yang berukuran sama
3) Tekstur grano blastik
•Tekstur homogranular, merupakan tekstur yang memperlihatkan ukuran
butir yang hampir sama.
• Tekstur heterogranular, merupakan teksture yang memperlihatkan
ukuran butir yang tidak seragam.
• Tekstur heterogranoblastik, merupakan tekstur yang dicirikan oleh
kumpulam mineral yang sama taapi dengan ukuran yang beragam.
• Tekstur tekstur nodularblastik, merupakan tekstur yang memiliki
nodular yang tersusun oleh mineral kecil dengan satu atau dua mineral
dalam matrik yang memiliki komposisi berbeda.