Ring Kasan

32
1. Ringkasan materi Batuan Beku Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari hasil pembekuan magma/ lava hasil kristalisasi mineral-mineral dalam bentuk agregasiyang saling interlocking. Magma merupakan suatu larutan pijar pada umumnya terdiri dari senyawa-senyawa silikat yang terdapat dalam perut bumi sedang magma yang meleleh keluar ke atas permukaan bumi disebut lava. 1. Tekstur batuan beku Tekstur adalah hubungan antara mineral-mineral yang satu dengan yang lainnya dalam suatu batuan yang meliputi hubungan antara kristalisasi, granularitas dan fabric. a) Kristalinitas Kristalinitas adalah tingkat kristalisasi mineral dalam suatu batuan yang terdiri dari: - Holokristalin : tersusun atas Kristal-kristal yang Nampak jelas. - Hipokristalin : tersusun oleh sebagian Nampak dan sebagian lagi tidak Nampak. - Holohyalin : tersusun atas gelas/ amorf b) Granularitas Granularitas adalah derajat besar butir Kristal dari penyusun batuan yang terdiri dari : - Faneritik : Kristal-kristal dari mineral penyusunnya tampak jelas dan dapat dibedakan dengan mata atau loupe.

description

batuan

Transcript of Ring Kasan

Page 1: Ring Kasan

1. Ringkasan materi

Batuan Beku

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari hasil pembekuan magma/ lava hasil

kristalisasi mineral-mineral dalam bentuk agregasiyang saling interlocking.

Magma merupakan suatu larutan pijar pada umumnya terdiri dari senyawa-senyawa

silikat yang terdapat dalam perut bumi sedang magma yang meleleh keluar ke atas

permukaan bumi disebut lava.

1. Tekstur batuan beku

Tekstur adalah hubungan antara mineral-mineral yang satu dengan yang lainnya dalam

suatu batuan yang meliputi hubungan antara kristalisasi, granularitas dan fabric.

a) Kristalinitas

Kristalinitas adalah tingkat kristalisasi mineral dalam suatu batuan yang terdiri dari:

- Holokristalin : tersusun atas Kristal-kristal yang Nampak jelas.

- Hipokristalin : tersusun oleh sebagian Nampak dan sebagian lagi tidak Nampak.

- Holohyalin : tersusun atas gelas/ amorf

b) Granularitas

Granularitas adalah derajat besar butir Kristal dari penyusun batuan yang terdiri

dari :

- Faneritik : Kristal-kristal dari mineral penyusunnya tampak jelas dan dapat

dibedakan dengan mata atau loupe.

- Porfiritik : Kristal penyusunnya sebagian Nampak jelas dan sebagiannya lagi

tidak jelas.

- Afanitik : kristalnya tersusun oleh glass atau amorf.

c) Fabrik

- Bentuk

Bentuk Kristal dibagi atas 3, yaitu :

Euhedral : bentuk bidang batas Kristal teratur / baik dan tampak jelas

Subhedral : bentuk bidang batas Kristal bervariasi dari bentuk jelek dan bentuk

baik

Anhedral : Bentuk bidang batas Kristal jelek dan tidak teratur.

Page 2: Ring Kasan

Euhedral Subhedral Anhedral

- Relasi

Relasi adalah hubungan antara butir Kristal yang satu dengan yang lainnya,

terdiri dari :

Equigranular : ukuran butir dari Kristal yang menyusun batuan hampir sama

besar

In Equigranular : ukuran butir dari Kristal-kristal penyusunnya tidak sama

besar

2. Komposisi mineral

Mineral penyusun batuan beku secara umum dapat dibedakan menjadi tiga bagian,

yaitu :

1. Mineral Utama (essential mineral), merupakan mineral-mineral primer yang

selalu terdapat suatu batuan tertentu dan merupakan mineral yang dominan

dalam batuan tersebut.

2. Mineral Pelengkap (accessory mnineral), merupakan mineral yang dapat

cukup banyak dalam suatu batuan, tetapi tidak selalu ada seperti mineral utama.

3. Mineral Tambahan (minor accessory mineral), merupakan mineral yang

terdapat dalam suatu batuan, yang jumlahnya tidak begitu banyak,kira-kira <5%

dari volume batuan.

Mineral-mineral pembentuk batuan beku merupakan mineral-mineral yang

berasal dari pembekuan magma (Bowen’s Raction Series).

Cirri-ciri fisik Mineral-mineral pembentuk batuan beku:

1. Kwarsa

Menpunyai rumus SiO2 mempunyai garis mendatar pada sisi bidang

kristalnya, berwarna jernih, putih suram, dan lain-lain. Mengkristal pada

system heksagonal, kekerasan = 7, umumnya bentuk kristalnya tidak baik

Page 3: Ring Kasan

(anhedral), kilap seperti kaca. Contoh :

2. Feldspar

Dibagi dua golongan yaitu.

a). Potash feldfar (K AlSDO8); terdiri dari mineral ortoklas, mikrolin,

sanidin, adularia dan anortoklas, berwarna, merah pucat putih, merah

daging dan abu-abu. Kilap viterus, bidang belahannya baik biasanya 2 rah

dan kekrasan = 6.

b). Plagioklas (Na, Ca) Al008); putih abu-abu dll. Kilap vitreus, belahannya

baik 2 arah dan kekerasannya = 6. Mineral ini terdiri dari kalsil plagioklas

(anortit, bitownit, labradorit, andesine) dan sedikit plagioklas (albit,

oligoklas, dan andesine). Contoh :

3. Amphibole

Merupakan mineral bentuk prismatic panjang bersisi enam, berwarna

kenitaman, belahan 2 arah, kilap vitreus,, kekerasan 5-6 dan yang penting

Page 4: Ring Kasan

dari golongan ini ialah hornblende. Contoh :

4. Piroxene

Merupakan mineral berbentuk prismatic pendek bersisi delapan.Warna

coklat hingga hitam.Kekerasan 5-6, belahan dua arah.Grup mineral ini

terdiri dari ortopyroxene dan clinopyroxene. Contoh :

5. Olivine

Mineral ini berwarna hijau hingga kuning kecoklatan, kekerasan 6,5-7, pecahan kankoidal,

kilap vitreous. Contohnya :

Page 5: Ring Kasan

3. Struktur batuan beku

1. Struktur massive/kompak, yaitu struktur yang memperlihatkan susunan

mnineral-mineral yang kompak tanpa adanya pori-pori, pejajaran atau betuk

aliran.

2. Struktur akibat pelepasan bahan volatile, yang terdiri dari:

a. Vesiculasi: yaitu struktur yang memperlihatkan adanya lubang-lubang

akibat pelepasan gelembung-gelembung gas dari magma. Struktur ini terdiri

dari:

Vesicle, yaitu struktur yang memeperlihatkan lubang-lubang

menyudut.

Scoriaceous, yaitu struktur yang sangat berpori dn tidak teratur

dalam massa dasar glass.

Pumiceous, disebut juga struktur buih dengan lubang memanjang

yang menunjukkan arah aliran buih.

b. Amygdaloidal, yaitu struktur vesikulasi, dimana lubang-lubangnya telah

terisi mineral-mineral sekunder.

3. Struktur permukaan dari fase larutan, yang terdiri dari:

a. Xenoliths, yaitu struktur yang mempelihatkan adanya batuan asing dalam

suatu batuan.

b. Xenocryst, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya mineral asing dalam

suatu batuan.

c. Pillow, struktur yangmemperlihatkan kenampakan seperti banntai akibat

pembekuan lava.

4. Struktur permukaan, yang teerdiri dari :

a. Corona struktur (reation rim), yaitu terjadi akibat adanya reaksi kimia pada

sisi kristal dari suatu mineral dalam batuan.

b. Flow effect, meliputi:

Trachytoid: kenampakan mineral-mineral sejajar dalam batuan

akibat aliran.

Fluodal structure: kenampakan adanya garis-garis aliran yang

relative sejajar dan brgelombang.

Page 6: Ring Kasan

Schlieren : kenampakan adanya garis-garis tak teratur, akibat

pengeluaran, dari bagian aimilasi xenoliths selama aliran

lawa/magma.

c. Microliutic structure; kenampakan adanya lubang-lubang menyudut/runcing

dalam ukuran kecil pada batuan faneritik.

5. Struktur setelah terjadi pembekuan magma meliputi :

Perelitic : structure yang memperliuhatkan adanya retak-retak yang

memusat pada kulit batuan gelas, yang mungkin diakibatkan oleh

kontraksi.

Spherulitic structure : struktur yang memperlihatkan adanya serabut-

serabut mineral yang tersusun secara radial memusat teratur.

Orbikuklar structure : benbtuk segredasi, bentuk bola dengan kulit

melingkar.

KLASIFIKASI BATUAN BEKU BERDASARKAN KOMPOSISI KIMIA DAN

MINERALOGI

A. Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Komposisi Kimia

Menurut Hulburt (1977)Pembagian batuan bekuberdasarkan komposisi ini telah

lama menjadi standar dalam geologi, dan di bagi dalam empat golongan yaitu :

a. Batuan Beku Asam

Termasuk golongan ini bila batuan beku tersebut mengandung silika (SiO2)  lebih dari

66%.contoh batuan ini dalah Granit dan Ryolit. Batuan yang tergolong kelompok ini

mempunyai warna terang (cerah) karena (SiO2) yang kaya akan menghasilkan batuan

dengan kandungan kuarsa dan alkali feldspar dengan atau tanpa muskovit.

b. Batuan  Beku Menengah (intermediat)

Apabila batauan tersebut mengandung 52 – 66% silika maka termasuk dalam kelas

ini. Batuan ini akan berwarnagelap karena tingginya kandungan mineral

feromagnesia. Contoh batuan ini adalah Diorit dan Andesit.

Page 7: Ring Kasan

c. Batuan Beku Basa

Yang termasuk kelompok batuan beku ini adalah batuan yang mengandung 45 – 52%

silika. Batuan ini akan memiliki warna hitam kehijauan karena terdapat kandungan

mineral olivine. Contoh batuan ini adalah Gabbro dan Basalt.

d. Batuan Beku Ultra Basa

Golongan batuan beku ini adalah apabila bataun beku mengandung 45% SiO2 .

Warna batuan ini adalah hijau kelam karena tidak terdapat silika bebas sebagai

kuarsa. Contoh batuan ini adalah Peridotit dan Dunit.

KlasifikasiBatuan Beku Berdasarkan Mineralogi

Analisa kimia batuan beku itu pada umumnya memakan waktu, maka

sebagian besar klasifikasi batuan beku berdasarkan atas susunan mineral dari batuan

itu. Mineral-mineral yang biasanya dipergunakan ialah mineral kuarsa, plagioklas,

potassium feldspar dan foid untuk mineral felsik. Sedangkan untuk mafik mineral

biasanya mineral amphibol, piroksen, dan olivine (Graha 1987).

Klasifikasi yang didasarakan atas mineralogi dan tekstur akan lebih dapat

mencerminkan sejarah pembentukan batuan daripada atas dasar komposisi kimia. Tekstur

batuan beku adalah mengambarkan keadaan yang mempengaruhi pembentukan batuan itu

sendiri. Seperti tekstur granular memberi arti akan keadaan yang serba sama, sedangkan

tekstur porfiritik memberikan artibahwa terjadi dua generasi pembentukan mineral. Dan

tekstur afanitik mengambarkan pembekuan yang cepat (Graha, 1987).

Klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh Russell B Travis (1955), dalam

klasifikasi ini tekstur batuan beku yang didasrkan pada ukuran butir mineralnya dapat

dibagi menjadi:

a. Batuan Dalam

Bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral menyusun batuan tersebut dapat

dilihat dengan mata biasa tanpa bantuan alat pembesar.

b. Batuan Gang bermasa dasar faneritik

Page 8: Ring Kasan

Bertekstur porfiritik dengan masa dasar faneritik.

c. Batuan Gang bermasa dasar afanitik

Bertekstur porfiritik dengan masa dasar afanitik.

d. Batuan Lelehan

Bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak dapat dibedakan atau

dilihat dengan mata biasa.

A. BATUAN PIROKLASTIK

Dalam pengklasifikasian batuan piroklastik masih ada perbedaan pendapat

diantara para ahli , hal ini disebabkan masih terdapatnya kesimpangsiuran mengenai

genesa , batas dari ukuran matriks sera cara pengendapannya , sehingga menyebabkan

pengertian yang tidak seragam mengenai deskripsi dan definisi batuan piroklastik.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka perlulah meninjau beberapa definisi

yang telah dipergunakan oleh beberapa ahli diantaranya yaitu :

Williams, Turner, Gilbert ( 1954 ), mendefinisikan batuan piroklastik sebagai

batuan yang tersusun oleh fragmen – fragmen hasil erupsi vulkanik secara

eksplosif.

Johansen berpendapat bahwa batuan piroklastik terdiri dari material detrital /

rombakan hasil kegiatan volkanik, ditansport dan diendapkan bisa pada danau,

darat dan kondisi laut. Material- material yang biasa diendapkan pada permukaan

biasanya dierosi dan ditransport oleh arus air dan diendapkan bersama-sama

dengan batuan sediment klastik atau material-material hasil proses kimia kedalam

kondisi air. Jadi batuan piroklastik ini dapat bercampur dengan material-material

lain diluar hasil erupsi gunungapi.

Team Studi Batuan Piroklastik di Yogyakarta, merumuskan sebagai berikut : secara

singkat batuan piroklastik adalah batuan yang dihasilkan oleh proses litifikasi

bahan-bahan lepas yang dilemparkan dari pusat vulkanik selama erupsi yang

bersifat eksplosif. Bahan tersebut jatuh kemudian mengalami litifikasi baik sebelum

ditransport maupun pengerjaan kembali oleh air atau es.

Secara lengkap batuan piroklastik didefinisikan sebagai batuan yang terbentuk

oleh proses litifikasi bahan-bahan lepas yang dilemparkan dari pusat vulkanik selama

erupsi yang bersifat eksplosif. Sebelum pengendapannya , bahan – bahan lepas

Page 9: Ring Kasan

tersebut dapat diangkut dari pusat vulkanik baik didalam medium gas ( gas yang

dilepaskan dari magma sendiri ), maupun oleh angin kemudian terendapkan dengan

segera diudara, diatas tanah kering atau dalam tubuh air , atau untuk erupsi bawah laut

bahan piroklastik segera terendapkan melalui tubuh air kedalam dasar laut. Dari

kejadian tersebut bahan piroklastik terendapkan dan mengalami pembatuan sebelum

terkena proses pengangkutan dan pengerjaan oleh air.

Pembagian bahan – bahan piroklastik

Bahan – bahan piroklastik dapat terjadi dalam enam cara, didasarkan atas macam

proses yang dialaminya sejak pelemparannya dari pusat erupsi , keenam cara tersebut

sebagai berikut :

1. Bahan – bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat vulkanik jatuh langsung

kedarat yang kering melalui medium udara saja. Jikalau bahan tersebut jatuh pada

lereng kerucut gunungapi yang curam, maka dapat terjadi pergerakan yang

disebabkan oleh grafitasi ( misalnya longsor “ avalanche “ ) onggokan dari jatuhan

piroklastik tersebut kalau mengalami litifikasi akan menghasilkan batuan beku

vulkanik ( fragmental )

2. Bahan – bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat vulkanik setelah

dilemparkan dari pusat vulkanik , diangkut ketempat pengendapan didalam

medium gas yang dihasilkan dari magma sendiri; maksudnya bahan-bahan

piroklastik tersebut dibawa oleh mekanisme-mekanisme ‘ flowing avalarce ‘ atau

aliran debu. Bahan-bahan tersebut bila diendapkan didarat yang kering

menghasilkan suatu onggokan aliran piroklastik . jikalau onggokan sejenis ini

mengalami litifikasi terbentuklah suatu batuan beku vulkanik yang fragmental.

3. Bahan – bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat vulkanik yang dapat

terletak dibawa muka laut/ danau atau didarat, jatuh langsung kedalam air yang

tenang. Bahan terebut tidak bercampur dengan bahan-bahan yang bukan bahan

piroklastk dan juga tida mengalami reworking, batuan yang terbentuk dari bahan ini

tidak mempunyai struktur-struktur sediment ‘ internal ‘ yang nyata dan juga

fragmen - fragmen batuan tidak menunjukkan gejala ‘ reworing ‘ oleh air. Jelas

Page 10: Ring Kasan

bahwa batuan-batuan yang terbentuk dari bahan-bahan yang terdiri 100% dari

bahan piroklastik yang jouvenil.

4. Bahan-bahan piroklastik yang telah dikeluarkan dari pusat vulkanik ( baik didarat

maupun dibawah laut / danau ) jatuh langsung ke / melalui air yang aktif sebelum

mengalami litifikasi , bahan – bahan tersebut mengalami reworking dan dapat

tercampur dengan bahan-bahan yang bukan piroklastik, setelah terjadi litifikasi ,

batuan yang terbentuk dari bahan ini mempunyai struktur sedimen yang biasa dan

juga cirri-ciri sediment yang telah mengalami pembundaran.

5. Bahan-bahan pioklastik yang telah jatuh, kemudian sebelum litifikasi diangkut

kemudian diendapkan kembali ditempat lain oleh air ( misalnya aliran

Lumpur/lahar, sungai dll ). Batuan – batuan yang terbentuk dari bahan ini akan

menunjukkan cirri-ciri khas dari laharic breccia/sandstone maupun struktur –

struktur dan cirri-ciri yang khas yang umum pada batuan sediment.

6. Bahan – bahan piroklastik yang jatuh kebawah mengalami litifikasi , kemudian

mengalami pelapukan dan tererosi , selanjutnya diangkut dan diendapkan kembali

ketempat lain.

Klasifikasi Batuan Piroklastik

1. Klasifikasi batuan piroklastik didasarkan pada :

a) Asal – usul fragmen

b) Ukuran butir

c) Komposisi fragmen

2. Klasifikasi batuan piroklastik berdasarkan genetic terbagi atas :

a. Batuan Piroklastik, batuan hasil pembatuan bahan piroklastik, yaitu hasil erupsi

eksplosif dari pusat vulkanik.

b. Batuan Epiklastik, batuan yang bahan penyusunnya berasal dari pelapukan

batuan vulkanik , termasuk batuan piroklastik.

3. Klasifikasi berdasarkan komposisi fragmen

Klasifikasi yang berdasarkan pada komposisi dari fragmen telah dibuat untuk

tufa. Ukuran antara 0,25 – 4 mm disebut sebagai tufa kasar, lebih kecil dari 0,25

Page 11: Ring Kasan

mm disebut tufa halus.Heinrich ( 1956 ) telah membuat suatu klasifikasi tufa

sebagai berikut :

Gambar :

a. Klasifikasi Hendrich, 1956

50 50

50

1. Vitric tuff : Tufa dengan penyusun utama terdiri dari glass

2. Lithic tuff : tufa dengan penyusun utama terdiri dari fragmen batuan

3. Crystal tuff : tufa dengan penyusun utama terdiri dari kristal dan pecahan-

pecahan kristal.

Klasifikasi berdasarkan Pettijohn ( 1975 ) , membuat klasifikasi tufa, dengan

membandingkan prosentase gelas dengan kristal, sehingga tufa dapat dibedakan

sebagai berikut :

Gambar :

0 25 50 75 100

Glass Vitric tuff Vitric crystal Crystal vitric Crystal tuff Crystal

tuff tuff

100 75 50 25 0

a) Vitric tuff : tufa yang mengandung gelas antara 75% - 100% dan kristal 0% -

25 %

Vitric

tuff

Cryst

al

Lithic

tuff

G

la

Rock

fragmen

C

r

Page 12: Ring Kasan

b) Vitric Crystal tuff : tufa yang mengandung glass antara 50% - 75 % dan kristal

25% - 50 %

c) Crystal vitric tuff : tufa tang mengandung glass antara 25% - 50% dan kristal

50% - 75 %

d) Crystal Tuff : tufa yang mengandung glass antara 0% - 25% dan kristal 75%-

100%.

B. BATUAN SILISIKLASTIK (NON KARBONAT)

Silisiklastik (siliciclastic) berasal dari kata silici dan clastic. Clast (dari kata

Yunani klastos, artinya ‘pecahan’): merupakan terminologi untuk fragmen pecahan

dalam batuan sedimen. Disebut juga butiran asal darat (terrigenous

grains).Dikarenakan butiran asal darat kebanyakan tersusun oleh silika, maka

batuan yang tersusun oleh butiran semacam itu sering disebut dengan

silisiklastik.Batuan sedimen silisiklastik (atau sering disebut klastik) tersusun oleh

butiran-butiran yang berasal dari transportasi dan pengendapan batuan yang telah

ada sebelumnya (pre-existing rocks) dalam suatu lingkungan

pengendapan.Mekanisme transport melalui angin, arus sungai, arus pasang surut,

gelombang, aliran massa, longsoran es (glacier) dan arus turbit (Tucker, 1991). 

Unsur utama batuan silisiklastik

Butir (Grain); partikel-partikel diskrit yang menyusun batuan, yang dapat bersifat

hablur (kristal) dan pecahan-pecahan (klastik)

Matriks; semacam butiran (klastik), tetapi sangat halus sehingga aspek geometrinya

tidak begitu penting, terdapat diantara butiran sebagai massa dasar

Semen; bukan butir, tetapi material pengisi rongga antar butir. Biasanya dalam

bentuk amorf atau kristalin.

Tekstur

Tekstur, adalah aspek geometri dari partikel komponen suatu batuan, termasuk

ukuran, bentuk dan aturan susunan (Pettijohn, 1954)

Unsur penting dalam tekstur: bentuk butir- ukuran butir – aturan susunan butir.

Page 13: Ring Kasan

Bentuk Butir (Shape)

Kebolaan (sphericity),

Kebolaan (sphericity), adalah perbandingan dengan diameter bola yang volumenya

sama dengan butiran dengan diameter bola yang melingkari butiran (wadell, 1932).

Dibedakan 4 macam

1. Disk

2. Bladed

3. Spheroid

4. Roller

Kebundaran

Kebundaran adalah perbandingan antara radius pelengkungan sudut-sudut butiran

rata-rata dengan radius maksimum suatu lingkaran dalam (Wadell, 1932).

Tekstur permukaan

Tekstur permukaan akibat proses penghalusan, retakan atau goresan pada

saat transportasi, pengendapan dan sedimentasi.

Tekstur permukaan dapat diamati dengan menggunakan mikroskop

binokuler atau mikroskop elektron, terdiri dari permukaan abrasi, permukaan

korosi, permukaan licin dan berbidang Kristal

Page 14: Ring Kasan

Susunan butir (fabric), biasa disebut juga kemas terdiri dari :

- Kemas terbuka; butiran tidak saling bersentuhan (mengambang di dalam matriks)

- Kemas tertutup; butiran yang saling bersentuhan dengan yang lain

Pemilahan (Sorting)

Pemilahan adalah derajat keseragaman dari ukuran butir penyusun batuan sedimen

C. BATUAN SEDIMEN NON SILISIKLASTIK

Batuan sedimen non silisiklastik adalah batuan yang tidak berbutir.Berdasarkan

komposisi mineral dan kimianya :

1. Karbonat

2. Evaporit

3. Silikaan

4. Kaya besi

5. Fosforit

6. Karbonan

1. Batuan sedimen karbonat

Batuan sedimen karbonat merupakan batuan sedimen yang disusun terutama oleh

mineral karbonat. Batuan karbonat yang utama adalah batugamping (mineral

kalsit/CaCO3) dan dolostone (mineral dolomit/CaMg(CO3)2)).

Komposisi kimia dan sistem kristalmineral karbonat.

Sifat Kimia:

a. Unsur utama penyusun batuan karbonat adalah Ca, Mg, C dan O

b. Unsur pengotor seperti Si, Al, K, Na dan Fe

Page 15: Ring Kasan

c. Trace elemen yang sering dijumpai adalah B, Be, Br, Cl, Co, Cr, Ga, Ge dan Li

d. Kelimpahan butiran fosil

Tekstur Karbonat

a. Butiran karbonat (material allochem), berukuran lanau sampai berukuran pasir

seperti carbonat clast, partikel skeletal, oolit, peloit, lumps dan grapstone

b. Mikrokristalin kalsit (mikrit) atau lumpur karbonat, tersusun oleh kristal kalsit yang

berukuran halus

c. Sparry kalsit (sparit), terdiri dari kristal yang berukuran 0,02-0,1 mm, tidak

berwarna atau berwarna putih

2. Evaporit

Batuan evaporit merupakan semua batuan yang terbentuk dari pengkristalan larutan

jenuh oleh proses evaporasi. Endapan evaporit terutama disusun oleh gipsum, anhidrit

dan halit.Berdasarkan komposisi kimianya menjadi : kelompok mineral klorida,

kelompok mineral sulfat dan kelompok mineral karbonat. Faktor utama pembentuk

endapan evaporit marin adalah iklim kering, proses evaporasi lebih tinggi daripada

curah hujan dan cekungan yang terisolasi.

Model endapan evaporit marin:

3. Batuan Sedimen Silikaan

Batuan sedimen silikaan merupakan batuan sedimen yang berbutir halus, kompak

dan sangat keras, terutama disusun oleh SiO2 yang terdiri dari mineral-mineral

kuarsa, kalsedon dan opal. Batuannya yakni Rijang (chert)

Mekanisme pembentukan mineral silika dilakukan oleh organisme pada lingkungan

laut yang tidak jenuh silika, organismenya adalah radiolaria, diatom dan flagelata

silika. Sumber silika terlarut dalam air:

Page 16: Ring Kasan

4. Batuan sedimen mengandung besi

Batuan sedimen mengandung besi merupakan batuan sedimen yang

mengandung 15% atau lebih besi (Fe), yang terdiri dari 21,3%Fe2O3 atau 19,4%

FeO

Batuan sedimen dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok berdasarkan

karakteristik sifat fisik dan umurnya, yaitu : Iron Formation dan Ironstone.

Iron Formation adalah batuan sedimen kaya besi yang berumur dari

Prakambrium Awal hingga Kambrium, ketebalan 50-600 m, teksturnya seperti

tekstur batugamping, struktur sedimen silang siur, lapisan bersusun, ripple, rekahan

dan slump.

Ironstone adalah batuan sedimen kaya besi berumur Fanerozoik, Paleozoik

Awal dan Jura, karakteristik tipis, masif, berlapis. Batuan ini umumnya berselingan

dengan batuan karbonat, mudrock dan batupasir halus pada laut dangkal, struktur

sedimen cross bedding, ripple, scour, fill dan burrows

5. Batuan sedimen fosforit

Fosforit adalah batuan sedimen yang mengandung P2O5 lebih dari 20%,

merupakan endapan laut (< 400 m) yang berumur Prakambrium-Holosen,

berselingan dengan batuan karbonat, batulempung dan rijang

Batuan sedimen fosforit dikelompokkan menjadi 5 macam; bedded phosphorite,

bioclastic phosphorite, nodul phosphorite, pebble-bed phosphorite dan endapan

guano

6. Batuan sedimen karbonaan

Batuan sedimen karbonan merupakan batuan sedimen yang mengandung

material organik.Material organik yang terakumulasi pada lingkungan subaerial dan

subaqueous yaitu humus (soil), peat (air tawar) dan sapropel adalah material

organik yang sangat kecil (fitoplankton, zooplankton, spora dan fragmen

tumbuhan) terakumulasi di lagoon, danau dan lingkuang dengan oksigen

Page 17: Ring Kasan

rendah.Sedimen karbonan dibagi menjadi 3 golongan berdasarkan kelimpahan dan

material organik yang menyusunnya yaitu coal, oil shale dan asphalt.

D. BATUAN METAMORF

Batuan metamorf yaitu batuan yang terbentuk dari hasil proses metamorfisme

dimana terjadi perubahan baik secara fisik maupun kimia dari batuan yang telah ada

akibat pengaruh tekanan temperature serta fluifda dalam kerak bumi.

Menurut Katili dan Marks (1965), bahwa batuan metamorf adalah batuan yang

telah berubah bentuknya akibat bertambahnya tekanan atau meningkatnya temperatur.

Moorhouse (1969) menyebutkan pula bahwa batuan metamorf adalah batuan

beku atau sedimen yang telah mengalami perubahan tekstur, struktur dan komposisi

mineral akibat adanya perubahan tekanan, temperatur stres dan kimiawi atau

komposisi dari keempat faktor tersebut.

William, Turner, dan Gilbert (1954) menyatakan bahwa batuan metamorf

adalah semua batuan sedimen dan batuan vulkanik yang terletak pada kedalaman 3 –

20 km berada dibawa kondisi fisik yang berlainan.

Winkler (1967) menyebutkan bahwa batuan metamorf adalah batuan dari hasil

proses metamorfisme ytang senantiasa dikontrol oleh faktor-faktor temperatur dan

tekanan sehingga didalamnya terjadi perubahan tekstur struktur dan komposisi mineral

batuan asal.

Bronson, Tarr, dan Keller (1952) menyebutkan bahwa hasil akhir dari proses

metamorfosa adalah batuan metamorf dengan berbagai macam mineral dan struktur

baru yang tergolong didalamnya, mereka berbentuk sebuah kelompok batuan dalam

jumlah yang banyak diberbagai lapisan bumi.

1. Beberapa faktor yang berpengaruh dalam proses metamorfisme, yaitu :

a) Panas (temperatur)

b) Tekanan

c) Cairan panas/aktivitas larutan kimia

2. Macam-macam metamorfisme

a) Metamorfisme kontak

Page 18: Ring Kasan

Metamorfosis termal/kontak, dimana faktor yang sangat berperan adalah panas

sedangkan relatif rendah dan biasanya terjadi pada daerah dekat intrusi magma

baik yang bersifat basa maupun asam.

b) Metamorfisme dinamik

Metamorfisme ini biasanya juga disebut dengan metamorfisme kinetik atau

dislokasi proses ini diakibatkan adanya pergeseran atau dislokasi pada batuan.

Misalnya sesar, jadi faktor yang berperan penting adalah tekanan dan

daerahnya relatif sempit.

c) Metamorfisme regional

Proses metamorfisme yang disebabkan oleh pengaruh tekanan dan temperatur

yang tinggi dan bekerja bersama-sama pada suatu daerah atau tempat yang

dalam dan luas didalam kerak bumi. Oleh karena akibat tekanan yang terarah

menyebabkan timbulnya mineral-mineral tekanan. Tekanan yang bekerja dari

segala arah didalam kerak bumi biasanya disebut tekanan lithoistatik.

Tekstur batuan metamorf

Tekstur batuan metamorf dibagi dalam 2 bagian, yaitu :

Tekstur kristoblastik

Tekstur sisa (palimpsest)

1. Tekstur kristoblastik

Tekstur kristoblastik merupakan tekstur yang berasal dari proses rekristalisasi,

dimana tekjstur dari batuan asal sudah tidak nampak akibat adanya perubahan

bentuk dari komposisi mineral. Tekstur ini dibagi atas beberapa bagian yaitu :

Porfiroblastik, yaitu tekstur batuan metamorf yang identik dengan

porfiritik pada batuan beku. Dimana identik dengan adanya fenokris pada

batuan beku yang tertanam dalam masa dasar.

Granoblastik/granular/equigranular/hornfelsic yaitu kristal atau mineral

yang menyusun bentuk yang metamorf mempunyai bentuk yang

equigranular dengan ukuran butir hgalus sampai kasar dan tidak dijumpai

adanya penjajahan mineral.

2. Tekstur sisa

Page 19: Ring Kasan

Tekstur sisa/relic yaitu tekstur batuan metamorf dimana mineral-mineral

batuan asal tidak seluruhnya mengalami rekristalisasi, sehingga dalam batuan

metamorf tersebut masih memperlihatkan tekstur batuan asalnya.

Alanspry (1976) membedakan tekstur ini atas dua jenis yaitu :

Tekstur sisa yang batuan asalnya berupa batuan beku yang masuk dalam

jenis yaitu blastoporfiritik, blastointergranular, blastoamygdaloidal, dll.

Tekstur sisa yang batuan asalnya berupa batuan sedimen dan termasuk

dalam jenis ini blastopolitik

Sedangkan secara khusus tekstur sisa pada batuan metamorf dapat dibagi atas

lima yaitu:

a. Blastoporfiritik

b. Blastopsepitik

c. Blastofitik

d. Blastopelitik

e. Blastopsammitik

Komposisi mineral batuan metamorf

Proses metamorfisme yang berjalan sampai mencapai titik kesetimbangan kimia

akan membentuk suatu sekelompok mineral-mineral tertentu.

William, Turner, Gilbert (1954) menyebutkan bahwa pengelompokan mineral-

mineral paragenesis ini tergantung pada :

Komposisi kimia batuan asalnya

Tekanan dan tremperatur permukaan

Perlu diketahui bahwa perubahan temperatur pada umumnya lebih efektif daripada

perubahan tekanan dalam pembnentukan mineral-mineral paragenesis yang hampir

seluruh batuan.

Travis R.B (1955) dan Vide Alam (1980), meneyebutkan bahwa mineral-mineral

penyusun batuan metamorf dapat diklasifikasikan 2 kelompok :

1. Essential mineral yaitu mineral yang sering dijumpai dalam batuan metamorf

dalam jumlah yang cukup banyak, yaitu antara lain :

Kuarsa

Potash feldspar

Page 20: Ring Kasan

Plagioklas

Serisit klorit

Serpentin

Dolomit

Muscovite

Kalsit

Hornblende

Piroksin

Biotit

2. Accessory mineral yaitu minereal-mineral yang jarang dijumpai didalam batuan

metamorf atau kalau ada hanya dalam jumlah yang relative sedikit yaitu :

Tremolit

Chgondrodit

Grosullarit

Andalusit

Staurolit

Aktinolit

Wollastonit

Ewpidoit

Glaukopan

Kiastolit

Klasifikasi Batuan Metamorf (Berdasarkan komposisi kimianya)

Klasifikasi ini di tinjau dari unsur-unsur kimia yang terkandung di dalam batuan

metamorf yang akan mencirikan batuan asalnya. Berdasarkan komposisi kimianya batuan

metamorf terbagi menjadi 5 kelompok, yaitu :

  1. Calcic Metamorphic Rockadalah batuan metamorf yang berasal dari batuan yang

bersifat kalsik (kaya unsur Al), umumnya terdiri atas batulempung dan serpih.

Contoh: batusabak dan Phyllite.

2. Quartz Feldsphatic Rockadalah batuan metamorf yang berasal dari batuan yang kaya

akan unsur kuarsa dan feldspar. Contoh : Gneiss.

Page 21: Ring Kasan

3. Calcareous Metamorphic Rockadalah batuan metamorf yang berasal dari batugamping

dan dolomit. Contoh : Marmer.

4. Basic Metamorphic Rockadalah batuan metamorf yang berasal dari batuan beku basa,

semibasa dan menengah, serta tufa dan batuan sedimen yang bersifat napalan dengan

kandungan unsur K, Al, Fe, Mg.

5. Magnesia Metamorphic Rockadalah batuan metamorf yang berasal dari batuan yang

kaya akan Mg. Contoh : serpentinite, sekis.

Struktur dan Tekstur Batuan Metamorf

Struktur merupakan bentuk dari handspecimen atau masa batuan yang

lebih besar.Struktur dibedakand ari teksture berdasarkan skalanya diman teksture

merupakan bentuk mikroskopis yang sidudun oleh ukuran, bentuk, orientasi, dan

hubungan butirnya. Pada batuan metamorf struktur terjadi karena proses deformasi.

Tekstur pada batuan metamorf:

1) Teksture foliasi, yaitu adanya kesejajaran orientasi mineral yang

memperlihatkan adanya perlapisan dan kenampakan kelurusan. Contoh

tekstur ini, yaitu:

• Tekstur slaty, butirannya sangat halus (< 0,1 mm), kelurusan pada

orientasi planardan subplanar, pecahannya berlembar. Contoh batuannya

adalah slate.

• Tekstur phylitic, berbutir sangat halus sampai halus (kurang dari 0,5

mm), contoh batuannya adalah phylite.

• Tekstur schistose, berbutir halus sampai sangat kasar (>1 mm), contoh

batuannya adalah schist.

• Tekstur gneissose, berbutir halus sampai sangat kasar, memperlihatkan

perlapisan karena adanya perbedaan mineralogi.

• Tekstur foliasi porphyroblastik, berbutir sangat halus sampai sangat

kasar dengan ukuran kristal yang besar (porphyroblastik) tertanam didalam

matriks berfoliasi berukuran halus

• Tektur mylonite.

Page 22: Ring Kasan

2) Tekstur diablastik, tekstur yang dicirikan dengan tidak adanya kesejajaran

buturan, berorientasi radial sampai acak, contoh tekstur ini adalah:

• Tekstur sheaf, tekstur yang memperlihatkan kelompok butiran yang

berdabang.

• Tekstur spherolublastik, yaitu tekstur yang memperlihatkan kelompok

butiran yang radial.

• Tekstur fibroblastic, tekstur diablastik yang berukuran sama

3) Tekstur grano blastik

•Tekstur homogranular, merupakan tekstur yang memperlihatkan ukuran

butir yang hampir sama.

• Tekstur heterogranular, merupakan teksture yang memperlihatkan

ukuran butir yang tidak seragam.

• Tekstur heterogranoblastik, merupakan tekstur yang dicirikan oleh

kumpulam mineral yang sama taapi dengan ukuran yang beragam.

• Tekstur tekstur nodularblastik, merupakan tekstur yang memiliki

nodular yang tersusun oleh mineral kecil dengan satu atau dua mineral

dalam matrik yang memiliki komposisi berbeda.