RHS1

47
Herpes zoster Pendahuluan Latar Belakang Virus Varicella-zoster (VZV) merupakan agen penyebab cacar air, yang merupakan infeksi umum yang terjadi pada anak-anak. Setelah cacar air sembuh, VZV tinggal secara dorman ganglion akar dorsal spinalis sampai muncul reaktivasi berupa herpes zoster (shingles). “Shingles” adalah sindrom yang karakteristiknya berupa rash vesikuler unilateral yang nyeri, biasanya terbatas dalam distribusi dermatomal. Kadang-kadang, terutama pada pasien immunocompromised, infeksinya dapat menyebar dan menghasilkan penyakit sistemik yang berat, melibatkan beberapa organ viseral dan banyak dermatom (disseminated zoster). Herpes zoster biasanya memiliki gejala yang ringan,

description

Kedokteran

Transcript of RHS1

Page 1: RHS1

Herpes zoster

Pendahuluan

Latar Belakang

Virus Varicella-zoster (VZV) merupakan agen penyebab cacar air, yang

merupakan infeksi umum yang terjadi pada anak-anak. Setelah cacar air

sembuh, VZV tinggal secara dorman ganglion akar dorsal spinalis sampai

muncul reaktivasi berupa herpes zoster (shingles). “Shingles” adalah sindrom

yang karakteristiknya berupa rash vesikuler unilateral yang nyeri, biasanya

terbatas dalam distribusi dermatomal. Kadang-kadang, terutama pada pasien

immunocompromised, infeksinya dapat menyebar dan menghasilkan penyakit

sistemik yang berat, melibatkan beberapa organ viseral dan banyak dermatom

(disseminated zoster).

Herpes zoster biasanya memiliki gejala yang ringan, namun dapat terjadi

komplikasi, mulai dari yang ringan sampai yang mengancam jiwa.

Complicated herpes zoster menunjuk kepada infeksi yang terjadi pada pasien

gangguan sistem imun atau yang manifestasinya melibatkan mata. Pada pasien

tertentu, pengobatan dini dengan antivirus dan mungkin kortikosteroid telah

menunjukkan penurunan lamanya penyakit dan untuk mencegah atau

memperbaiki komplikasi.

Patofisiologi

Page 2: RHS1

Penyebab mengapa tepatnya VZV menjadi reaktif belum dipahami

sepenuhnya. Bagaimanapun, kekebalan spesifik dengan perantara sel terhadap

VZV menjadi faktor utama dalam menentukan reaktivasi VZV. Kekebalan ini

menurun seiring dengan pertambahan usia dan pada pasien dengan keganasan.

Kelompok pasien ini lebih sering terkena herpes zoster. Pasien dengan

hypogammaglobulinemia (suatu defek kekebalan humoral, namun seluluernya

tidak) tidak lebih sering menderita zoster. Ini menyokong pemikiran bahwa

kekebalan yang diperantarai sel memiliki peranan penting dalam pathogenesis

terjadinya infeksi VZV.

Reaktivasi VZV menyebabkan inflamasi pada akar dorsal ganglion disertai

nekrosis hemoragik dari sel-sel saraf sehingga terjadi hilangnya neuron dan

terbentuk fibrosis. Distribusi rash berhubungan dengan daerah sensorik dari

neuron yang terinfeksi di dalam ganglion tertentu. Lokasi anatomis dari

dermatom yang terlibat seringkali menentukan manifestasi yang mungkin

timbul (misalnya herpes zotster oftalmikus menyebabkan komplikasi mata bila

melibatkan ganglion trigeminus).

Frekuensi

Sekitar 95% orang dewasa di Amerika Serikat memiliki antibodi terhadap

virus varicella-zoster dan rentan terhadap munculnya reaktivasi. Seseorang

dengan usia berapapun dapat menderita zoster, namun insidensnya meningkat

seiring dengan usia akibat menurunnya kekebalan. Sekitar 4% pasien dengan

Page 3: RHS1

zoster akan mengalami episode berulang atau kekambuhan di kemudian hari.

Penelitian terhadap pasien di sebuah health maintenance organization (HMO)

di Amerika menunjukkan 1075 kasus sejak tahun 1990-1992. Berikut

karakteristik yang tercatat:

[if !supportLists]· [endif]Indisens saat itu 215 per 100.000 orang per tahun

[if !supportLists]· [endif]Pasien lanjut usia memiliki risiko lebih besar (1424

kasus per 100.000 orang per tahun uuntuk usia >75 tahun)

[if !supportLists]· [endif]kurang dari 5% kasus terjadi pada anak-anak dan

dewasa muda

[if !supportLists]· [endif]3 dari 4 pasien dengan zoster yang rekuren atau

kambuh menderita HIV positif

Mortalitas/Morbiditas

[if !supportLists]· [endif]Komplikasi umum herpes zoster adalah neuralgia

post herpetik, yaitu nyeri yang menetap lebih dari 1 bulan setelah

penyembuhan rash vesikuler. Komplikasi ini lebih sering terjadi pada pasien

berusia >50 tahun. Neuralgia post herpetik dapat terjadi sebagai kelanjutan

nyeri yang menyertai herpes zoster akut, atau mungkin terjadi mengikuti

reaktivasi zoster yang sudah sembuh. Nyeri dari neuralgia postherpetik

biasanya berkurang dalam 6 bulan. Namun sekitar 1 % pasien terus menderita

nyeri selama satu tahun atau lebih.

[if !supportLists]· [endif]Herpes zoster dapat dikaitkan dengan infeksi bakteri

Page 4: RHS1

sekunder di daerah yang terkena rash (biasanya streptokokus atau

stafilokokus)

[if !supportLists]· [endif]Hepes zoster yang melibatkan cabang ke dua nervus

trigeminus dapat menyebabkan terjadinya konjungtivitis, keratitis, ulkus

kornea, iridosiklitis, glaukoma, dan kebutaan.

[if !supportLists]· [endif]Komplikasi dari sindrom Ramsay Hunt (zoster yang

melibatkan nervus kranialis V, IX, dan X) dapat meliputi kelemahan nervus

fasialis perifer dan ketulian.

[if !supportLists]· [endif]Meningoensefalitis sekunder pada herpes zoster

sepertinya lebih sering terlihat pada penderita immunocompromised daripada

pasien yang immunocompetent. Komplikasi SSP lainnya dapat meliputi

myelitis, kelumpuhan saraf kranial, dan angiitis granulomatosa. Angiitis

granulomatosa dapat menyebabkan berkembangnya gangguan

serebrovaskuler.

[if !supportLists]· [endif]Zoster yang bersifat diseminata dapat terlihat pada

pasien immunocompromised. Pada beberapa kasus, penyebaran secara

hematogen dapat menyebabkan terlibatnya beberapa dermatom. Selain itu juga

dapat terjadi gangguan viseral. Keterlibatan sistemik ini dapat berakhir dengan

kematian akibat ensefalitis, hepatitis, atau pneumonitis.

Ras

Orang berkulit hitam memiliki ¼ kali kemungkinan terkena herpes zoster

Page 5: RHS1

dibandingkan orang kulit putih

Jenis Kelamin

Insidens sama antara pria dan wanita

Usia

Insidens herpes zoster meningkat seiring usia. Sekitar 80% kasus terjadi pada

orang berusia >20 tahun. <5%>

KLINIS

Riwayat

Nyeri prodromal mendahului munculnya rash pada sekitar 75% pasien, secara

khas terbatas pada distribusi dermatom yang sama. Awalnya terbentuk vesikel,

kemudian rash ini menjadi pustul dan kemudian terbentuk krusta setelah >7-10

hari. Sama seperti cacar air, begitu terbentuk krusta maka lesinya tidak lagi

infeksius. Jaringan parut dan hipopigmentasi atau hiperpigmentasi dapat

menetap untuk jangka waktu lama.

[if !supportLists]· [endif]Kebanyakan pasien menyatakan nyeri yang timbul

berupa rasa seperti terbakar, berdenyut, atau ditusuk-tusuk

[if !supportLists]· [endif]Area yang terkena teraba lunak

[if !supportLists]· [endif]Rash dapat terasa gatal

Page 6: RHS1

[if !supportLists]· [endif]Tergantung dermatom yang terlibat, nyeri dapat

berhubungan dengan gejala etiologi lainnya, seperti kolik renalis, nyeri bilier,

atau sindrom koroner akut

[if !supportLists]· [endif]Zoster umumnya terbatas dalam satu dermatom atau

seringkali dua atau tiga dermatom yang berbatasan pada host normal

[if !supportLists]· [endif]Dermatom thoraks adalah tempat tersering, diikuti

oleh dermatom lumbalis

[if !supportLists]· [endif]kurang dari 20% pasien mengalami gejala sistemik

seperti sakit kepala, demam, malaise, atau fatigue

[if !supportLists]· [endif]Lamanya nyeri bervariasi, namun biasanya kurang

dari 1 bulan

[if !supportLists]o [endif]Nyeri yang bertahan lebih dari satu bulan mengarah

kepada postherpetik neuralgia

[if !supportLists]o [endif]10-15% pasien akan menderita nyeri selama lebih

dari satu bulan

[if !supportLists]o [endif]Zoster sine herpete adalah nyeri dan parestesi

sepanjang dermatom tanpa adanya gejala yang terlihat pada kulit

Pemeriksaan Fisik

[if !supportLists]· [endif]Temuan utama pada pemeriksaan fisik adalah rash

yang tersebar pada dermatom unilateral; di mana rash tersebut dapat

membentuk eritem, vesikel, pustule, atau krusta, tergantung pada tahapan

Page 7: RHS1

penyakit.

[if !supportLists]o [endif]Rash yang muncul berbentuk khas “herpetik”:

vesikel-vesikel kecil berkelompok pada dasar yang eritematous. Seringkali

dideskripsikan sebagai “tetesan embun di atas kelopak mawar”

[if !supportLists]o [endif]Jarang terjadi rash bilateral

[if !supportLists]o [endif]Lesi zoster timbul secara simultan dan menetap pada

tahap penyembuhan yang sama

[if !supportLists]o [endif]Lesi pada ujung hidung menunjukkan adanya

keterlibatan nervus nasosiliaris; temuan ini mengharuskan dilakukannya

pemeriksaan slit-lamp dengan pewarnaan fluoresens untuk mencari adanya

lesi kornea dari keratitis herpetik

[if !supportLists]· [endif]Temuan pada pemeriksaan fisik juga bergantung

pada dermatom yang terlibat, misalnya sbb:

[if !supportLists]o [endif]Ulkus kornea

[if !supportLists]o [endif]Limfadenopati regional

[if !supportLists]o [endif]Kelumpuhan saraf cranial

[if !supportLists]o [endif]Kelumpuhan nervus fasialis perifer

[if !supportLists]o [endif]Delirium, konfusi, koma (pada pasien dengan

meningoensefalitis)

Penyebab

Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi VZV

Page 8: RHS1

Diagnosis Banding

Apendisitis akut

Bell’s palsy

Kolesistitis dan kolik bilier

Konjungtivitis

Ulkus kornea dan keratitis ulseratif

Glaukoma akut sudut tertutup

Herpes simpleks

Herpes zoster

Herpes zoster oftalmikus

Herpes zoster otikus

Batu ginjal

Neuralgia trigeminal

Masalah lain yang perlu dipertimbangkan

Coxsakievirus

Pyoderma superficial

WORKUPS

Laboratorium

[if !supportLists]· [endif]Diagnosis herpes zoster terutama didasarkan pada

Page 9: RHS1

temuan klinis, terutama dari lokasi dan bentuk erupsi kulit yang khas dan

berhungan dengan nyeri yang terlokalisasi. Namun pada beberapa pasien,

gambaran herpes zoster dapat tidak khas dan mungkin memerlukan beberapa

pemeriksaan tambahan. Hal ini sangat nyata pada pasien dengan gangguan

imunitas.

[if !supportLists]· [endif]Virus varicella-zoster dapat dikultur; hal ini memiliki

kegunaan terbatas hanya dalam penelitian karena memerlukan waktu lama

untuk pertumbuhan virusnya.

[if !supportLists]· [endif]Jika diperlukan, diagnosis pasti dapat ditegakkan

dengan mengirimkan hasil swab ke laboratorium. Angkat bagian puncak lesi

dan lakukan swab pada dasar lesi. Kemudian buat sediaan hapus yang

dikeringkan di udara lalu dikirim ke laboratorium untuk pewarnaan dengan

antibody immunoflurescent. Swab ini juga dapat ditempatkan di dalam media

transport untuk mendeteksi adanya DNA virus menggunakan PCR

(polymerase chain reaction).

[if !supportLists]· [endif]Percobaan Tzanck dapat diperoleh dari lesi vesikuler,

namun percobaan ini tidak dapat membedakan jenis-jenis infeksi virus

varicella-zoster seperti herpes zoster dengan herpes simpleks

[if !supportLists]· [endif]Bila ada indikasi, pengobatan dilakukan secara

empiris, jangan menunda pengobatan untuk menunggu hasil tes diagnostik

Uji Lainnya

Page 10: RHS1

[if !supportLists]· [endif]Uji antibodi monoklonal

[if !supportLists]· [endif]Uji sel mononuklear darah untuk mencari DNA virus

(penelitian)

Prosedur

[if !supportLists]· [endif]Biopsy untuk uji imunofluoresens direk (jarang

dilakukan)

PENATALAKSANAAN

Perawatan di Unit Gawat Darurat

Pengobatan simtomatis

[if !supportLists]· [endif]Pasien dengan herpes zoster biasanya mengalami

nyeri. Terapi dengan antivirus dan steroid hanya sedikit meredakan nyeri,

sehingga seringkali diperlukan pemberian analgetik.

[if !supportLists]o [endif]Terapi awal dapat meliputi obat Anti Inflamasi Non

Steroid (AINS)

[if !supportLists]o [endif]Pada beberapa kasus diperlukan analgetik narkotik

[if !supportLists]· [endif]Kompres dengan pembalut menggunakan air keran

atau 5% alumunium asetat (larutan Burow). Diletakkan pada kulit yang

terkena selama 30-60 menit 4-6 kali sehari

Page 11: RHS1

[if !supportLists]· [endif]Losion yang lembut (misalnya lotio Calamina) dapat

membantu mengurangi rasa tidak nyaman

Terapi antivirus untuk herpes zoster tanpa komplikasi

Sasaran pemberian terapi antiviral adalah untuk mengurangi nyeri, untuk

meningkatkan penyembuhan lesi kulit, dan untuk mencegah atau mengurangi

tingkat keparahan neuralgia posherpetik. Asiklovir dan antivirus yang lebih

baru valasiklovir dan famsiklovir telah menunjukkan efektivitasnya jika

diberikan dalam 48-72 jam dari munculnya rash. Agen yang terbaru memiliki

bioavailabilitas yang lebih baik dan tidak perlu diberikan terlalu sering. Hasil

penelitian meliputi waktu yang diperlukan lesi kulit sampai terbentuknya

krusta, durasi dan berat ringannya nyeri akut serta durasi dan insidens

terjadinya neuralgia postherpetik.

Asiklovir merupakan antivirus yang paling banyak diteliti dan dianjurkan,

namun dalam percobaan perbandingan secara tertutup dan random ditemukan

bahwa valasiklovir lebih baik daripada asiklovir. Percobaan ini menyertakan

lebih dari 1100 pasien dengan herpes zoster tanpa komplikasi dengan usia

lebih dari 50 tahun. Ditemukan efek samping yang serupa pada kedua

kelompok. Hasil evaluasi akhir meliputti kesembuhan dari nyeri akut dan

lamanya neuralgia postherpetik.

Page 12: RHS1

Lamanya pengobatan menggunakan antivirus pada penelitian bervariasi antara

7-21 hari. Berdasarkan literatur terbaru, untuk pasien yang imunokompeten

diberikan asiklovir selama 7-10 hari atau 7 hari untuk antivirus yang terbaru.

Pasien dengan immunocompromise mungkin memerlukan waktu pemberian

yang lebih lama.

Terapi kombinasi antivirus dan kortikosteroid untuk herpes zoster tanpa

komplikasi

Penambahan kortikosteroid telah dievaluasi pada pasien yang diobati dengan

asiklovir. Manfaat steroid terdiri dari percepatan proses penyembuhan lesi dan

resolusi nyeri akut yang lebih cepat. Meskipun secara statistik signifikan,

namun manfaatnya tidak banyak. Tidak ada efek terhadap perkembangan atau

durasi neuralgia postherpetik.

Steroid belum diteliti bersama valasiklovir atau famsiklovir, jadi belum

diketahui manfaatnya. Penambahan terapi steroid perlu dipertimbangkan

hanya untuk pasien dengan gejala berat. Steroid tidak boleh diberikan sendiri

(tanpa terapi antivirus) karena ditakutkan malah akan mendukung terjadinya

replikasi virus. Pengaruh steroid pada infeksi sekunder kulit belum diketahui.

Beberapa pengarang menyatakan bahwa steroid dapat meningkatkan risiko.

Prednison 40-60 mg/hari, merupakan pilihan yang baik jika diperlukan

penggunaan steroid. Lamanya pemberian terapi steroid untuk hasil optimal

Page 13: RHS1

belum diketahui. Jika diberikan, pemberian steroid bersamaan dnegan terapi

antiviral nampaknya cukup beralasan. Lamanya pemberian steroid ini tidak

boleh lebih lama daripada pemberian antiviral.

Penatalaksanaan herpes zoster dengan komplikasi

Pasien yang penekanan sistem imun memiliki risiko infeksi kulit yang lebih

luas atau menderita penyakit yang lebih luas. Meskipun belum ada bukti kuat,

berikut adalah beberapa yang perlu diperhatikan dalam mengobati herpes

zoster pada kelompok pasien ini.

[if !supportLists]· [endif]Berikan antivirus pada semua pasien dengan

penekanan sistem imun, meskipun onset gejala sudah lebih dari 72 jam.

[if !supportLists]· [endif]Jika memilih valasiklovir sebaiknya diberikan secara

per oral

[if !supportLists]· [endif]Pertimbangkan pengobatan menggunakan asiklovir

intravena untuk pasien-pasien berikut:

[if !supportLists]o [endif]Pasien transplantasi segera setelah transplantasi

dilakukan atau saat perawatan untuk mencegah reaksi penolakan

[if !supportLists]o [endif]Pasien dengan HIV lanjut

[if !supportLists]o [endif]Pasien dengan keterlibatan kulit luas atau penyakit

viseral

Page 14: RHS1

Penatalaksanaan herpes zoster oftalmikus

Dua percobaan untuk membandingkan antara famsiklovor atau valasiklovir

pada pasien dengan herpes zoster oftalmikus menunjukkan hasil yang

seimbang antara keduanya.

Konsultasi

Konsultasi pada umumnya tidak diperlukan pada pasien tanpa komplikasi.

Pasien dengan herpes zoster oftalmik bianya perlu dikonsulkan kepada

oftalmologis. Konsultasi dengan penyakit menular atau spesialis lain yang

tepat perlu dipertimbangkan pada kasus zoster diseminata atau zoster yang

melibatkan viseral.

PENGOBATAN

Sasaran pada terapi herpes zoster adalah untuk (1) mempersingkat pengobatan

klinis, (2) pemberian analgetik, (3) pencegahan komplikasi, dan (4)

menurunkan insidens neuralgia postherpetik. Meteanalisis dan percobaan acak

terkontrol menunjukkan bahwa pemberian agen-agen antiviral asiklovir,

famsiklovir, dan valasiklovir yang dimulai dalam 72 jam setelah munculnya

rash, akan menurunkan beratnya penyakit dan lamanya nyeri akut, diikuti

dengan menurunnya insidens neuralgia postherpetik.

Kategori obat: Antivirus

Page 15: RHS1

Antivirus asiklovir dapat menurunkan insidens neuralgia postherpetik.

Famsiklovir dan valasiklovir (2 agen antivirus dengan kandungan menyerupai

asiklovir) menawarkan pemberian dosis regimen yang lebih baik dibandingkan

asiklovir namun belum banyak diteliti.

Nama Obat Asiklovir

Deskripsi Mengurangi lamanya lesi simtomatik.

Diindikasikan bagi pasien yang onset rashnya

muncul dalam 48 jam. Pasien yang diobati

menunjukkan berkurangnya nyeri dan

penyembuhan lesi kulit yang lebih cepat

Dosis Dewasa Dewasa immunocompromised: 800mg PO tiap

4 jam (5 kali/hari) selama 7-10 hari; alternatif

lain: 10 mg/kg/dosis atau 500 mg/m2/dosis IV

tiap 8 jam

Dosis Pediatrik Anak immunocompromised: 250-600

mg/m2/dosis PO 4-5 kali/hari selama 7-10 hari;

alternative lain: 10 mg/kg/dosis atau 500

mg/m2/dosis IV tiap 8 jam

Kontraindikasi Riwayat hipersensitivitas

Page 16: RHS1

Interaksi Probenesid atau zidovudin memperpanjang

waktu paruh dan meningkatkan toksisitas SSP

Kehamilan B – risiko terhadap janin belum diketahui pada

manusia namun telah terlihat pada beberapa

studi terhadap hewan

Pencegahan Perhatian bagi penderita gagal ginjal atau

pemberian bersama dengan obat-obat

nefrotoksik lainnya

Nama Obat Famsiklovir

Deskripsi Merupakan suatu prodrug, yang jika

mengalami biotransformasi maka metabolit

aktifnya, pensiklovir, dapat menghambat

sintesis atau replikasi DNA virus

Dosis Dewasa 500 mg PO tiap 8 jam selama 7 hari

Dosis Pediatrik Belum ditentukan

Kontraindikasi Riwayat hipersensitivitas

Interaksi Probenesid atau simetidin dapat

meningkatkan toksisitas; meningkatkan

Page 17: RHS1

bioavailabilitas digoksin

Kehamilan B – risiko terhadap janin belum diketahui

pada manusia namun telah terlihat pada

beberapa studi terhadap hewan

Pencegahan Perhatian bagi penderita gagal ginjal atau

pemberian bersama dengan obat-obat

nefrotoksik lainnya

Nama Obat Valasiklovir

Deskripsi Merupakan suatu prodrug yang secara cepat

diubah menjadi asiklovir sebelum

menggunakan aktivitas antivirusnya. Lebih

mahal, namun pemberian dosis lebih nyaman

dibandingkan asiklovir.

Dosis Dewasa 1000 mg PO setiap 8 jam selama 7 hari

Dosis Pediatrik Belum ditentukan

Kontraindikasi Riwayat hipersensitivitas

Interaksi Probenesid, zidovudin, atau simetidin

memperpanajng waktu paruh dan

Page 18: RHS1

meningkatkan toksisitas terhadap SSP

Kehamilan B – risiko terhadap janin belum diketahui

pada manusia namun telah terlihat pada

beberapa studi terhadap hewan

Pencegahan Perhatian bagi penderita gagal ginjal atau

pemberian bersama dengan obat-obat

nefrotoksik lainnya; dihubungkan dengan

munculnya hemolytic uremic syndrome

Kategori obat: Kortikosteroid

Obat ini memiliki unsur sebagai antiinflamasi dan menyebabkan efek

metabolik yang besar dan bervariasi. Kortikosteroid mengubah respon imun

tubuh terhadap berbagai rangsangan. Tambahan prednison oral terhadap

pemberian asiklovir menunjukkan berkurangnya nyeri, mempercepat

penyembuhan lesi, dan memungkinkan penderita pulih lebih cepat untuk

kembali menjalani aktivitas sehari-hari.

Nama Obat Prednison

Deskripsi Kortikosteroid tambahan terhadap asiklovir

menghasilkan penurunan nyeri akut namun

tidak menurunkan nyeri jangka panjang.

Page 19: RHS1

Salah satu studi juga menunjukkan adanya

penyembuhan awal rash yang lebih cepat,

meskipun waktu yang diperlukan untuk

penyembuhan rash secara sempurna tidak

berubah

Dosis Dewasa 60 mg/hari PO diturunkan perlahan lebih

dari 3 minggu

Dosis Pediatrik 0,05-2 mg/kg PO terbagi dalam dua sampai

tiga kali/hari; turunkan perlahan dalam 2

minggu

Kontraindikasi Riwayat hipersensitivitas; infeksi virus,

jamur, tuberkulosis kulit, infeksi jaringan

ikat; ulkus peptikum; gangguan fungsi hati;

perdarahan atau ulserasi saluran cerna

Interaksi Pemberian bersamaan dengan estrogen

dapat menurunkan klirens; penggunaan

bersamaan digoksin dapat menyebabkan

toksisitas digitalis sekunder akibat

hipokalemia; fenobarbital, fenitoin, dan

rifampisin dapat meningkatkan metabolisme

glukokortikoid (pertimbangkan untuk

Page 20: RHS1

meningkatkan dosis pemeliharaan); awasi

kemungkinan hipokalemia dengan

pemberian bersamaan diuretik

Kehamilan B – risiko terhadap janin belum diketahui

pada manusia namun telah terlihat pada

beberapa studi terhadap hewan

Pencegahan Penghentian obat secara tiba-tiba dapat

menyebabkan krisis adrenal; hiperglikemia,

edema, osteonekrosis, miopati, ulkus

peptikum, hipokalemia, osteoporosis,

euforia, psikosis, myasthenia gravis,

gangguan pertumbuhan, dan infeksi dapat

terjadi pada penggunaan glukokortikoid

Kategori obat: Analgetik

Pengendalian nyeri sangat penting dalam kualitas perawatan pasien. Analgetik

meningkatkan kenyamanan pasien, meningkatkan bersihan paru, dan

memungkinkan terapi pengaturan fisik. Sebagian besar analgetik memiliki

unsure sedatif yang bermanfaat bagi pasien dengan lesi kulit.

Nama Obat Asetaminofen

Deskripsi DOC untuk pengobatan nyeri pada

Page 21: RHS1

pasien yang (1) memiliki riwayat

hipersensitivitas terhadap aspirin atau

AINS, (2) memiliki penyakit saluran

cerna atas, atau (3) meminum obat-

obatan antikoagulan. Mengurangi

demam dengan kerjanya yang

langsung terhadap pusat pengaturan

suhu di hipotalamus, yang

meningkatkan penurunan suhu tubuh

melalui vasodilatasi dan berkeringat

Dosis Dewasa 325-650 mg PO setiap 6 jam, atau

1000mg tiga/empat kali sehari;

jangan >4 g/hari

Dosis Pediatrik kurang dari 12tahun: 10-15

mg/kg/dosis PO tiap 4 sampai 6 jam

prn, jangan lebih dari 2,6 g/hari

>12 tahun: 650 mg tiap 4 jam; jangan

>5 dosis dalam 24 jam

Kontraindikasi Riwayat hipersensitivitas; defisiensi

G-6-P

Interaksi Rifampisin dapat menurunkan efek

Page 22: RHS1

annalgesik; barbiturat, karbamazepin,

hidantoin, dan isoniazid dapat

meningkatkan hepatotoksisitas

Kehamilan B – risiko terhadap janin belum

diketahui pada manusia namun telah

terlihat pada beberapa studi terhadap

hewan

Pencegahan Hepatotoksisitas mungkin terjadi

pada alkoholik kronis mengikuti

kadar dosis yang bervariasi; nyeri

berat atau rekuren atau demam tinggi

atau terus menerus dapat

mengindikasikan adanya penyakit

serius; asetaminofen terdapat pada

banyak produk obat yang dijual

bebas, dan penggunaan dengan

kombinasi dengan produk-produk ini

dapat menyebabkan akumulasi dosis

asetaminofen sehingga melebihi dosis

maksimum yang dianjurkan

Page 23: RHS1

Nama Obat Ibuprofen

Deskripsi DOC untuk pengobatan nyeri ringan

sampai sedang, jika tidak terdapat

kontraindikasi. Menghambat reaksi

inflamasi dan nyeri,mungkin

melaluipenurunan aktivitas enzim

siklooksigenase, yang akhirnya

menghambatsintesis prostaglandin.

Merupakan salah satu dari AINS yang

dapat digunakan sebagai penurun

panas.

Dosis Dewasa 200-400 mg PO setiap 4-6 jam selama

masih ada gejala; jangan >3,2 g/hari

Dosis Pediatrik kurang dari 16 tahun: tidak

direkomendasikan karena berkaitan

dengan sindrom Reye

>16 tahun: dosis sesuai dewasa

Kontraindikasi Riwayat hipersensitivitas; ulkus

peptikum; perforasi atau perdarahan

saluran cerna baru-baru ini;

insufisiensi renal; risiko tinggi terjadi

Page 24: RHS1

perdarahan

Interaksin Aspirin meningkatkan risiko efek

samping AINS yang serius;

probenesid dapat meningkatkan

konsentrasi dan, mungkin, toksisitas;

dapat menurunkan efek hidralazin,

captopril, dan beta-blocker; dapat

menurunkan efek diuretik dari

furosemid dan thiazide; dapat

meningkatkan PT pada pasien yang

mendapatkan obat antikoagulan

(awasi PT dan minta pasien untuk

mengamati tanda-tanda perdarahan);

dapat meningkatkan risiko keracunan

metotreksat; dapat meningkatkan

kadar fenitoin

Kehamilan D – risiko janin pada manusia;

digunakan hanya jika manfaat lebih

besar daripada risiko terhadap jannin

Pencegahan Hati-hati pemberian pada gagal

jantung kongestif, hipertensi, serta

Page 25: RHS1

penurunan fungsi ginjal dan hati;

perhatian pada abnormalitas koagulasi

darah atau selama terapi

menggunakan antikoagulan

Kategori Obat: Vaksin

Agen ini menghasilkan imunisasi aktif untuk meningkatkan resistensi tehadap

infeksi. Vaksin mengandung mikroorganisme yang dilemahkan atau

komponen seluler, yang bekerja sebagai antigen. Pemberian vaksin akan

merangsang produksi antibodi dengan unsur protektif tertentu.

Nama Obat Vaksin varicella zoster

Deskripsi Preparat strain virus varicella zoster

hidup yang dilemahkan. Terbukti

meningkatksn imunitas terhadap virus

herpes zoster (shingles) pada pasien

lansia. Mengurangi timbulnya

shingles pada orang berusia >60

tahun sampai sekitar 50%. Untuk

yang berusia 60-69 tahun, ia

Page 26: RHS1

mengurangi timbulnya shingles

sampai 64%. Juga dapat sedikit

mengurangi nyeri dibandingkan tanpa

vaksinasi pada mereka yang

menderita shingles.diindikasikan

sebagai pencegahan herpes zoster

terhadap pasien berusia >60 tahun

tanpa kontraindikasi

Dosis Dewasa kurang dari 60 tahun: belum

ditentukan

> 60 tahun: mengikuti keseluruhan isi

dalam vial, gunakan jarum steril dan

spuit yang terpisah untuk menarik

seluruh isi vial dan diberikan secara

SC; pada lengan kanan atas

Dosis Pediatrik Tidak diindikasikan

Kontraindikasi Riwayat hipersensitivitas terhadap

vaksin atau komponennya (misalnya

gelatin, neomisin); riwayat

imunodefisiensi didapat atau

sekunder (misalnya leukemia,

Page 27: RHS1

limfoma, keganasan yang

mempengaruhhi sumsum tulang atau

system limfatik, AIDS); terapi yang

bersifat imunosupresif termasuk

kortikosteroid dosis tinggi;

tuberculosis aktif yang tidak diobati

Interaksin Belum ada yang dilaporkan

Kehamilan C – Risiko terhadap janin terlihat

pada penelitian pada hewan, namun

belum dipastikan atau belum

dilakukan penelitian terhadap

manusia; dapat digunakan bila

manfaat lebih besar daripada risiko

terhadap janin

Pencegahan Efek samping umum meliputi

eritema, nyeri, pembengkakan, gatal,

dan inflamasi pada daerah suntuikan;

juga dapat menyebabkan sakit kepala;

dapat menyebabkan ruam luas akibat

vaksin atau penyakit diseminata pada

penderita yang menjalani terapi

Page 28: RHS1

imunosupresif (lihat kontraindikasi);

tunda vaksinasi jika terdapat demam

atau penyakit akut; jangan

disuntikkan secara intravaskuler;

berikan dalam 30 menit; bukan

merupakan pengganti vaksin virus

varicella untuk anak-anak

FOLLOW-UP

Pencegahan

[if !supportLists]· [endif]Secara teoritis, vaksin varicella yang baru diberikan

akan mengurangi insidens zoster

[if !supportLists]· [endif]Saat ini sedang dikembangkan vaksin untuk

mencegah herpes zoster pada individu yang sebelumnya terinfeksi virus

varicella zoster

[if !supportLists]· [endif]Pasien dengan zoster dapat menularkan virusnya,

menyebabkan varicella (chickenpox) pada orang yang rentan

Komplikasi

[if !supportLists]· [endif]Neuralgia postherpetik

[if !supportLists]· [endif]Gangguan mata dengan zoster fasialis

[if !supportLists]· [endif]Meningoensefalitis

Page 29: RHS1

[if !supportLists]· [endif]Penyebaran kutaneus

[if !supportLists]· [endif]Superinfeksi pada lesi kulit

[if !supportLists]· [endif]Hepatitis/pneumonitis

[if !supportLists]· [endif]Kelemahan motorik perifer/mielitis segmental

[if !supportLists]· [endif]Sindrom nervus kranialis, khususnya oftalmikus dan

fasilis (sindrom Ramsay Hunt)

[if !supportLists]· [endif]Ulkus kornea

[if !supportLists]· [endif]Sindrom Guillain-Barre

Prognosis

[if !supportLists]· [endif]Ruam biasanay sembuh dalam 14 sampai 21 hari

[if !supportLists]· [endif]Neuralgia postherpetik didefinisikan sebagai nyeri

menetap sedikitnya 1 bulan setelah rash sembuh. Insidensnya meningkat

secara dramatis seiring dengan usia (yaitu 4% pada yang berusia 30-50 tahun,

50% pada pasien yang berusia >80 tahun)

LAIN-LAIN

Medical/Legal Pitfalls

[if !supportLists]· [endif]Kegagalan dalam mengenali keterlibatan nervus

nasosiliaris yang ditunjukkan oleh adanya lesi pada ujung hidung; oleh karena

itu gagal melakukan pemeriksaan slit-lamp dengan pewarnaan fluoresein

untuk mengidentifikasi adanya lesi dendritik di kornea dari keratitis herpetik

Page 30: RHS1

[if !supportLists]· [endif]Kegagalan dalam memberikan antivirus untuk

penderita immunocompromised

[if !supportLists]· [endif]Pemberian steroid tanpa disertai terapi berupa

antivirus

Sumber:

Krause RS. Herpes zoster. www.emedicine.com