rheologi
-
Upload
angky-glori-lim -
Category
Documents
-
view
596 -
download
6
description
Transcript of rheologi
MAKALAH FARMASI FISIKA
SIFAT ALIR CAIRAN
Disusun oleh :
Nama : Lisania Ines ( 118114001 )
Surya Adhi Nugraha ( 118114003 )
Rose Verginie Erita ( 118114004 )
Angky Glori ( 118114005 )
Bonaventura Sukintoko P ( 118114006 )
Kelompok : A1
Tanggal : 09 Mei 2012
LABORATORIUM FARMASI FISIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
SIFAT ALIR CAIRAN
TUJUAN
Mempelajari sifat alir cairan dan dapat menentukan tipe-tipe cairan
berdasarkan sifat aliran
LATAR BELAKANG
Pada zaman modern ini tuntutan akan ilmu pengetahuan dan teknologi
semakin tinggi. Aplikasi dari perkembangan dan kemajuan Ilmu pengetahuan
dan teknologi perlu dimanfaatkan dalam berbagai bidang kehidupan, tak
terkecuali pada aplikasi farmasi. Semakin hari formulasi sediaan farmasi yang
ada semakin menunjukkan peningkatan kualitas sehingga mampu memberikan
pelayanan yang maksimal pada pasien.
Kualitas formulasi sediaan farmasi seperti pasta, lotion, cream, emulsi,
suspensi dan lainnya perlu ditingkatkan untuk mendukung kinerja sediaan yang
baik. Kualitas yang harus ada pada sediaan farmasi yang diformulasi misalnya
keseragaman dosis, konsistensi sediaan, stabilitas sediaan, bioavailabilitas dan
pengemasan sediaan yang baik.
Salah satu dasar yang harus ada dalam ilmu formulasi sediaan farmasi
adalah tentang rheologi atau sifat alir cairan. Dengan mengetahui karakteristik
suatu zat yang akan digunakan dalam formulasi sediaan farmasi dan
menentukan tipe alirnya, maka kita akan lebih mudah dalam melakukan
formulasi suatu sediaan sehingga diharapkan akan menghasilkan sediaan yang
aman dan berkualitas secara terapeutik. Dengan mempelajari sifat alir cairan
mahasiswa diharapkan mampu berperan dalam formulasi sediaan farmasi,
analisis sediaan farmasi dan mampu memilih alat yang tepat untuk pembuatan
sediaan farmasi.
DASAR TEORI
Secara umum cairan digolongkan dalam cairan newton dan non-newton,
tergantung pada hubungan antara shear rate dan tekanan yang diterapkan. Gaya
shear ditimbulkan oleh interaksi secara cairan yang bergerak dan permukaan
1
dimana cairan itu mengalir selama pencampuran. Shear rate dapat didefinisikan
sebagai turunan dari kecepatan sesuai jarak yang diukur terhadap arah aliran.
Viskositas dinamis adalah perbandingan antara shear stress terhadap shear rate.
Untuk cairan Newton shear rate sebanding dengan tekanan yang diberikan , dan
cairan demikian mempunyai viskositas dinamis yang tidak tergantung dari laju
aliran. Sebaliknya cairan non-Newton menghasilkan viskositas dinamis nyata
yang merupakan fungsi dari shear stress ( Lachaman, 1989).
Sifat aliran dan sifat pencampuran dari cairan diatur oleh tiga hukum atau
dasar-dasar utama, yaitu : konservasi massa, konservasi ketetapan energy, dan
hukum-hukum klasik dari gerakan.
Mekanisme Pencampuran cairan secara esensial masuk ke dalam enam
kategori :
Transpor bulk. Gerakan sejumlah bahan yang relatif banyak yang
dicampur dari satu tempat ke tempat lain dalam suatu sistem merupakan
transport bulk. Sirkulasi sederhana dari bahan dalam mikser tidak perlu
menghasilkan pencampuran yang efisien. Supaya efektif, transport bulk
harus menghasilkan penyusunan kembali atau pertukaran dari berbagai
bagian bahan yang akan dicampur.
Pencampuran Turbulen. Gejala pencampuran turbulen merupakan akibat
langsung dari aliran cairan turbulen yang ditandai oleh turun naiknya
kecepatan cairan secara acak pada tiap-tiap kenaikan titik pada sistem.
Umumnya dengan turbulensi, cairan mempunyai kecepatan sesaat yang
berlainan pada tempat-tempat yang berbeda pada saat yang sama .
Pencampuran Laminer. Garis lurus atau aliran laminar sering terjadi jika
cairan yang sangat kental diproses. Hal itu juga terjadi jika pengadukan
relatif tembus, dan dapat berada berdampingan dengan permukaan
stasioner pada bejana di mana aliran adalah turbulen secara predominan.
Jika dua cairan yang tidak sama dicampur melalui aliran laminar, shear
yang timbul dapat meregangkan antarpermukaan diantara keduanya.
Difusi molekuler. Mekanisme paling bertanggung jawab dalam
pencampuran sampai tingkat molekuler adalah difusi yang disebabkan
gerakan termal molekul-molekul. Jika itu terjadi bersamaan dengan aliran
laminar, difusi molekuler cenderung mengurangi diskontinuitas yang
2
tajam pada antarpermukaan di antara lapisan lapisan cairan, dan jika
dibiarkan berlanjut untuk waktu yang cukup, menghasilkan pencampuran
sempurna. Penurunan konsentrasi pada perbatasan semula merupakan
fungsi penurunan waktu, mendekati nol jika pencampuran mendekati
selesai.
Skala dan intensitsas pemisahan . Kualitas campuran harus diuji secara
teliti atas dasar beberapa ukuran dari distribusi acak komponen–
komponennya. Transpor bulk, aliran turbulen dan aliran laminar
semuanya berakibat pada pemisahan dari “gumpalan-gumpalan” cairan-
cairan yang akan dicampur. Masing-masing gumpalan menahan suatu
komposisi internal yang konstan dan merata. Ini dapat diubah hanya jika
difusi molekuler dalam hal cairan dan gas, atau gerakan antarpartikel
dalam hal serbuk, cenderung menghilangkan penurunan konsentrasi
antara gumpalan-gumpalan yang berdekatan.
Ketergantungan waktu. Pada hal–hal tertentu, mekanisme yang aktif
mengadakan pencampuran akan tergantung pada waktu dalam
kepentingan relatifnya selama proses pencampuran berlangsung
( Lachaman, 1989).
Sama halnya dalam gas, dalam cairan pun dapat terjadi aliran. Di dalam
gas, aliran itu terjadi dengan sempurna karena interaksi antar molekul kecil sekali
bahkan sama dengan nol. Namun dalam cairan tidak mungkin terdapat aliran
yang sempurna seperti dalam gas. Hal ini karena interaksi antar molekul dalam
cairan tidak mungkin sama dengan nol. Bila di dalam aliran itu diambil dua titik
yang segaris dalam arah yang sama dengan arah aliran, maka akan terdapat
dua kemungkinan macam aliran.
- Bila arah dan besar aliran tidak berubah hingga terjadi
keseimbangan aliran, maka aliran itu disebut “steram line”. Dalam
aliran “stream line” tidak terjadi gerakan aliran partikel yang
melintang.
- Bila arah dan besar aliran tidak sama, maka di dalam aliran itu
terjadi (turbulensi)
3
Pada aliran “stream line” debit di setiap penampang di sepanjang aliran itu tidak
berubah. Sifat ini dipergunakan Bernoulli untuk mempelajari aliran cairan
(Suyono, 1988).
Karakteristik suatu cairan dijelaskan dengan mematuhi Hukum Newton,
yang mana disebut Newtonian. Bagaimanapun, kebanyakan cairan dalam bidang
farmasi tidak mengikuti hukum ini sebagai viskositas cairan yang memiliki variasi
dengan rate of shear.Alasan ini digunakan karena cairan yang digunakan
bukanlah cairan yang sederhana seperti air dan sirup, tetapi dispersi sistem
koloid termasuk emulsi gel dan suspensi.
Veegum mempunyai tipe alir thiksotropi. Ketika tidak ada shear,
viskositasnya meningkat seiring waktu sedangkan dengan adanya shearing rate
yang konstan akan menyebabkan menurunnya viskositas seiring waktu , ketika
ada shear , strukturnya pecah/rusak/terganggu secara cepat, dengan kerusakan
berikutnya menjadi perlaha-lahan. Veegum bisa juga pseudoplastis , karena
bertambahnya shearing rate (pecahnya struktur) berakibat menurunnya
viskositas.
Polimer adalah substansi yang ketika yang ditambahkan ke campuran air,
viskositasnya akan meningkat tanpa mengubah sifat alirnya. Polimer sebagai
thickening agent digunakan untuk mengentalkan dan menstabilkan cairan, emulsi
dan suspensi. Mereka semua larut dalam fase cair sebagai campuran koloid
yang membentuk suatu struktur kohesif internal lemah (Attwood, 2008).
4
PEMBAHASAN
Rheologi (dari bahasa yunani rheos yang berarti mengalir dan logos berarti ilmu)
adalah ilmu tentang aliran atau perubahan bentuk (deformasi) di bawah tekanan.
Kegunaan mempelajari rheologi dalam kestabilan obat adalah :
1. Dalam pencampuran dan aliran bahan-bahan
2. Pengemasan bahan tersebut ke dalam wadah serta pengeluarannya saat
akan dipakai
3. Memberi pengaruh terhadap daya terima pasien yaitu seperti dalam hal
kenyamanan pasien tersebut yang lebih menyenangi dalam penggunaan
bentuk sediaan, misalnya pasien lebih nyaman menggunakan lotion dari
pada salep
4. Kestabilan fisis
5. Ketersediaan hayati (biological avaibility)
6. Pemilihan peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan (produksi)
Pengukuran rheologi digunakan untuk mengkarakterisasi kemudahan penuangan
dari botol, penekanan atau pemencetan dari suatu tube untuk wadah lain yang
dapat berubah bentuk, pemeliharaan bentuk produk dalam suatu bejana atau
sesudah pengeluaran, penggosokan bentuk produk di atas atau ke dalam kulit,
dan bahkan pemompaan produk dari pencampuran dan penyimpanan ke alat
pengisian (filling) . Yang terpenting adalah sifat isi dan aliran yang dikehendaki
tahan untuk self-life yang diisyaratkan bagi produk tersebut.
Shearing stress (F) : adalah gaya per
satuan luas yang menciptakan perubahan
bentuk.
Dua bidang sejajar berjarak x; antara
bidang-bidang tersebut, isi kental
dibatasi. Puncak, bidang A, bergerak
secara horizontal dengan kecepatan v
karena aksi dengan gaya F. Bidang B yang
lebih bawah tidak bergerak. Akibatnya ada
Gambar 1 :
5
suatu perubahan kecepatan v/x antara bidang-bidang tersebut. Perubahan ini
didefinisikan sebagai rate of shear (G).
PENGGOLONGAN TIPE ALIRAN
1. Sistem Newton
Newton adalah orang pertama yang mempelajari sifat-sifat aliran dari
cairan secara kuantitatif. Dia menemukan bahwa makin besar
viskositas suatu cairan, akan makin besar pula gaya persatuan luas
(shearing stress) yang diperlukan untuk menghasilkan rate of shear
tertentu, rate of shear harus berbanding lurus dengan shearing stress .
adalah koefisien viskositas atau viskositas. Satuan viskositas adalah
poise, didefinisikan sebagai gaya geser yang diperlukan agar
menghasilkan kecepatan 1 cm/detik di antara dua bidang sejajar cairan
yang masing-masing luasnya 1 cm2 dan dipisahkan oleh jarak 1 cm.
S=¿G
Istilah fluiditas (f) didefinisikan sebagai kebalikan dari viskositas
∅= 1❑
Viskositas kinematik (), adalah viskositas mutlak seperti didefiniskan di
atas di bagi oleh kerapatan cairan. Satuan viskositas kinematik adalah
stoke (s) dan centistoke (cs)
Aliran newton adalah jenis aliran yang ideal. Pada umumnya
cairan yang bersifat ideal adalah pelarut, campuran pelarut, dan larutan
sejati. Shearing stress (S) atau gaya yang diperlukan per satuan luas
berbanding lurus dengan kecepatan aliran yang dihasilkan atau Rate of
Shear (G). contohnya adalah gliserol
6
Gambar 2 : Kurva aliran Newton
2. Sistem Non Newton
Hampir seluruh sistem disperse termasuk sediaan-sediaan farmasi yang
berbentuk emulsi, suspensi dan sediaan setengah padat tidak mengikuti
hukum newton (Non Newtonian Bodies).
Gambar 3 : Bagan macam-macam aliran non-Newton
7
Non Newton
Tidak dipengaruhi
waktu
Plastis
Pseudoplastis
Dilatan
Di pengaruhi waktu
Tiksotropik
Antitiksotropik
Rheopeksi
Aliran Plastis
A
Gambar 4 : Kurva aliran non-Newton plastis
Kurva aliran plastis tidak melalui titik (0,0) tapi memotong sumbu
shearing stress pada suatu titik tertentu dikenal sebagai harga yield. Yield value
adalah harga yang harus dipenuhi agar cairan mulai mengalir, sebelum yield
value zat bertindak sebagai bahan elastis setelah yield value siatem mengalir
sesuai dengan sistem newton dimana shearing stress berbanding dengan rate of
shear. Adanya Yield value disebabkan oleh adanya kontak antara partikel-
partikel yang berdekatan (disebabkan oleh gaya van der Waals), yang harus
dipecah sebelum aliran dapat terjadi. Sekali yield value terlampaui, tiap kenaikan
shearing stress selanjutnya mengakibatkan kenaikan yang berbanding langsung
pada rate of shear. Pada umumnya plastis menyerupai sistem Newton pada
shear stress di atas yield value.
8
: yield value S = G Rate of share
Aliran Pseudoplastis
Gambar 5 : kurva aliran non-Newton pseudoplastis
Kurva tidak linier dan tidak ada yield value (melengkung).Viskositas
menurun dengan meningkatnya rate of share. Terjadi pada molekul berantai
panjang seperti polimer-polimer termasuk gom, tragakan, Na-alginat, metil
selulosa, karboksimetilselulosa. Rheogram lengkung untuk bahan-bahan
pseudoplastis disebabkan karena kerja shearing terhadap molekul-molekul yang
secara normal tidak beraturan mulai menyusun sumbu yang panjang dalam arah
aliran. Pengarahan ini mengurangi tahanan dalam dari bahan tersebut dan
mengakibatkan rate of shear yang lebih besar pada tiap shearing stress
berikutnya. Jadi meningkatnya shearing stress menyebabkan keteraturan polimer
sehingga mengurang tahanan dan lebih meningkatkan rate of share pada
shearing stress berikutnya
Sistem pseudoplastis disebut pula sebagai sistem geser encer ( shear-
thinning) karena dengan menaikkan tekanan geser viskositas menjadi turun.
Contoh klasik adalah kecap atau saus tomat yang untuk mengeluarkannya dari
botol harus mengocoknya kuat-kuat.
9
S = G Rate of share
Aliran Dilatan
Gambar 6 : kurva aliran non-Newton dilatan
Sistem aliran dilatan disebut juga sebagai system geser kental (shear-
thickening system). Istilah dilatan dikaitkan dengan meningkatnya volume .
Zat-zat yang mempunyai sifat-sifat aliran dilatan dimiliki oleh suspensi yang
berkonsentrasi tinggi (>50%) dari partikel yang terdeflokulasi, contohnya adalah
pencampuran veegum dan CMC. Viskositas meningkat dengan bertambahnya
rate of shear. Jika stress dihilangkan, suatu sistem dilatan kembali ke keadaan
fluiditas aslinya.
Mekanisme sistem aliran dilatan :
Pada saat istirahat, partikel-partikel tersebut tersusun rapat dengan
volume antar partikel atau volume “void” (kosong) minimum. Tetapi jumlah
pembawa dalam suspensi tersebut cukup untuk mengisi volume ini dan
menyebabkan partikel-partikel bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya pada
rate of shear rendah. Pada saat shear stress meningkat, bulk dari sistem
tersebut mengembang atau memuai. Partikel-partikel tersebut, dalam usahanya
untuk bergerak lebih cepat satu melampaui lainnya, mengambil bentuk kemasan
terbuka. Susunan tersebut mengakibatkan meningkatnya volume void (kosong)
di antara partikel. Jumlah pembawa yang tinggal adalah tetap ( konstan) dan
pada beberapa titik menjadi tidak cukup untuk mengisi ruang-ruang kosong antar
partikel menjadi lebih besar. Oleh karena itu hambatan aliran meningkat karena
partikel-partikel tidak terbasahi atau dilumasi secara sempurna lagi oleh
pembawa tersebut, sehingga suspensi akan seperti pasta yang kaku. Bahan-
bahan dilatan bisa menjadi padat pada kondisi shear yang tinggi, dengan
demikian dapat merusak alat pada proses pembuatan.
10
Aliran Tiksotropi
Gambar 7 : kurva aliran non-Newton tiksotropi
Pada sistem non newton (plastis dan pseudoplastis), kurva menurun
seringkali disebelah kiri dari kurva yang menaik yang menunjukan bahan
tersebut mempunyai konsistensi lebih rendah pada setiap harga rate of shear
pada kurva yang menurun dibandingkan pada kurva yang menaik. Ini
menunjukkan adanya pemecahan struktur yang tidak terbentuk kembali dengan
segera jika stress tersebut dihilangkan atau dikurangi. Gejala ini disebut
tiksotropi. Tiksotropi adalah suatu pemulihan yang isotherm dan lambat pada
pendiaman suatu bahan yang kehilangan konsistensinya karena shearing.
Tiksotropi hanya dapat diterapkan untuk shear-thinning system. Tiksotropi terjadi
karena proses pemulihan yang lambat dari konsistensi Gel-Sol-Gel (proses
pertama berlangsung cepat sedangkan proses kedua berlangsung lebih
lambat).. Contohnya : magma magnesia
11
Aliran Antitiksotropi
Gambar 8 : kurva aliran non-Newton antitiksotropi
Anti Tiksotropi ditunjukkan dengan kurva menurun berada di kanan kurva
menaik (konsistensinya meningkat) .
Rheopeksi
Gambar 8 : kurva aliran non-Newton rheopeksi
Rheopeksi adalah suatu gejala dimana suatu sol membentuk suatu gel
lebih cepat jika diaduk perlahan-lahan atau kalau di share daripada jika dibiarkan
membentuk gel tersebut tanpa pengadukan.
12
Pada tipe pseudoplastis dan plastis, kecepatan pemadatan sol tiksotropi
melalui gerakan kuat dan teratur disebut rheopeksi. Pada tipe dilatan disebut
antirheopeksi yaitu penurunan konsistensi akibat geseran pada saat didiamkan.
Salah satu cara menentukan sifat alir adalah dengan viscometer stormer
yang prinsipnya adalah perputaran rotor yang merupakan aplikasi kecepatan
geser dan penambahan beban aplikasi dari gaya gesek. Semakin berat beban
yang digunakan, maka kecepatan perputaran rotor akan semakin cepat karena
ada energi yang ditambahkan. Gesekan antara rotor dengan senyawa yang diuji
akan meningkatkan suhu. Suhu yang meningkat menyebabkan ikatan antar
partikel renggang sehingga viskositas menurun dan kecepatan mengalir menaik.
Setelah itu ditentukan waktu yang digunakan rotor untuk memutar sebanyak 25
kali. Pemutaran 25 kali telah mewakili tipe dari sifat alir tersebut.
Sifat-sifat yang dapat mempengaruhi sifat alir suatu zat meliputi :
1. Suhu : kenaikan suhu akan menyebabkan gerak antar partikel
merenggang, sehingga viskositas akan menurun dan waktu alir akan
semakin cepat karena zat semakin mudah mengalir.
2. Viskositas : semakin tinggi viskositas menyebabkan tahanannya akan
semakin besar sehingga zat tersebut makin sulit mengalir dan sebaliknya.
Viskositas berbanding terbalik dengan sifat alir
3. Kerapatan : semakin tinggi kerapatan suatu zat, jarak antar partikel akan
semakin sempit, viskositas semakin besar dan zat semakin sulit untuk
mengalir. Sifat alir berbanding terbalik dengan kerapatan.
4. Konsentrasi : semakin tinggi konsentrasi suatu zat, maka jumlah partikel
semakin banyak sehingga viskositas semakin tinggi dan zat semakin sulit
mengalir. Sifat alir berbanding terbalik dengan konsentrasi.
Kegunaan rheologi dalam formulasi :
- Untuk sediaan farmasi cair tipe aliran yang diinginkan adalah tiksotropik
- Mempunyai konsistensi tinggi dalam wadah (mencegah
pengendapan)
- Akan menjadi cair bila dikocok dan mudah untuk dituang
13
Contoh aplikasi rheologi dalam bidang Farmasi :
Aplikasi di bidang produk sabun pembersih wajah, susu kedelai
(Glycine soja Sieb. & Zucc) diketahui mengandung bahan yang berfungsi
sebagai humektan karena kandingan alanin, glisin, prolin, serin, dan asam amino
lainnya. Selain itu susu kedelai juga memiliki fungsi emolien karena kandungan
asam oleat, linoleat, linolenat, arakhidonat, dan asam lemak lainnya. dalam
penelitian ini akan diformulasi sediaan sabun cair wajah mengandung 15% susu
kedelai yang berfungsi sebagai emolien dan humektan untuk menjaga agar kulit
tetap bersih, lembut, dan lembab, serta mencegah kekeringan kulit. Dalam
pembuatan sabun, bahan utamanya adalah surfaktan dari golongan anionic yang
berfungsi sebagai pembersih. Selain itu, ditambahkan pula surfaktan amfoter
atau nonionic untuk mengurangi iritasi yang disebabkan dari surfaktan anionic.
Salah satu surfaktan anionic yang digunakan adalah Lauret-7-sitrat yang
merupakan jenis surfaktan lunak. Surfaktan ini juga memiliki keunggulan karena
fungsinya sebagai pelembab sehingga mencegah kulit wajah menjadi kering.
Lauret-7-sitrat juga dapat berfungsi sebagai peningkat busa, yang dengan
penambahan susu kedelai sifat membusa dari surfaktan yang ada dalam formula
standar menjadi berkurang. Penggunaan surfaktan Lauret-7-sitrat akan divariasi
dengan konsentrasi 1%;2%;3% (0% Lauret-7-sulfat sebagai kontrol), agar
didapat busa yang semakin meningkat dan stabil serta tidak mengiritasi kulit,
karena akan dikombinasi dengan natrium lauret sulfat dari surfaktan anionic, dan
juga digunakan kokamid DEA sebagai surfaktan nonionic untuk mengurangi
iritasi yang ditimbulkan oleh surfaktan anionic. Bahan tambahan lain adalah
hidroksipropil metil selulosa (HPMC) sebagai pengental, BHA sebagai
antioksidan, dinatrium EDTA sebagai pengkelat, serta 5-bromo-5-nitro-1,3-
dioksan sebagai pengawet.
Dalam pembuatan sediaan sabun cair wajah, salah satu evaluasi dalam
pembuatan sediaan sabun adalah evaluasi viskositas dan sifat alir. Viskositas
diukur menggunakan viscometer Brookfield tipe LV dengan mengamati angka
pada skala viscometer dengan kecepatan tertentu pada suhu kamar. Sediaan
dimasukkan ke dalam wajah berupa gelas piala dan spindle yang sesuai sampai
batas yang ditentukan, lalu diputar dengan kecepatan tertentu sampai jarum
14
merah viscometer menunjuk pada skala yang konstan. Sifat alir diukur dengan
mengubah kecepatan viscometer sehingga didapat viskositas pada berbagai
kecepatan geser (rpm). Sufat alir dapat diketahui dengan cara membuat kurva
hubungan antara kecepatan geser(rpm) dengan gaya (dyne/cm3) sesuai dengan
data yang diperoleh. Hasil evaluasinya adalah pengukuran viskositas pada
sediaan sabun cair wajah Formula I sampai IV menunjukkan bahwa sediaan
sabun cair wajah formula IV yaitu konsentrasi Laurat-7-sitrat sebesar 3%
mempunyai viskositas yang paling tinggi dan formula I yang memiliki konsentrasi
Laurat-7-sitrat sebesar 1% terendah, sehingga dapat dinyatakan bahwa dengan
bertambahnya konsentrasi lauret-7-sitrat menungkat pula viskositasnya. Hal ini
disebabkan karena lauret-7-sitrat merupakan surfaktan yang berfungsi sebagai
peningkat viskositas.
Penyimpanan pada suhu lebih tinggi dapat menyebabkan terjadinya
pemutusan rantai polimer sehingga kedudukan molekul-molekul menjadi
renggang, akibatnya viskositasnya turun. Hal ini sesuai dengan hukum
Arrhenius, bahwa semua sediaan yang disimpan selama periode waktu tertentu
pada suhu yang lebih tinggi dari suhu kamar akan mengalami penurunan
viskositas.Dapat disimpulkan bahwa semua formula yang disimpan pada suhu
25˚C dan 40˚C mempunyai sifat alir pseudoplastis dengan viskositas 9050-18420
cPs, memberikan kekentalan yang membuat sediaan tersebyt mudah untuk
dituang.
15
KESIMPULAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat alir cairan adalah konsentrasi, suhu,
kerapatan, viskositas, dan beban.
Berdasarkan sifat alirnya, tipe aliran dibagi menjadi dua yaitu Newtonian
dan non-Newtonian. Non-Newtonian berupa plastis, pseudoplastis, dan
dilatan.
DAFTAR PUSTAKA
Attwood, 2008, Physical Pharmacy, University of Manchester, UK London, PP.
74-75, 82-86.
Aulton, 2007, Pharmaceutics the Design and Manufacture of Medicine, Churchill
Livingstone, New York, PP. 49-53.
Lachaman, 1989, Teori dan Praktek Farmasi Industri, UI press : Jakarta, PP. 1-8.
Suyono, 1988, Kimia Fisika 1, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakarta, PP.44.
Swarbrick, 2000, Pharmaceutical Emulsion and Suspensions, Marcel Dekker Inc,
New York, PP. 559-573.
16