Rhenald Kasali Blogspot Com 21

download Rhenald Kasali Blogspot Com 21

of 9

Transcript of Rhenald Kasali Blogspot Com 21

  • 7/28/2019 Rhenald Kasali Blogspot Com 21

    1/9

    Beranda

    RABU, 28 DESEMBER 2011

    Refleksi Pariwisata - Sindo 29 Desember 2011

    Saat kolom ini sampai di tangan Anda, kemungkinan besar Anda tengah berada dalam perjalanan

    wisata. Anak-anakdankeluargasenang bebas dari beban sekolah dan berkumpul bersama keluarga,

    sementara orang tua pusing dengan kemacetan di bandara, terminal bus, atau kereta api.

    Bahkan diruang tunggu bandara, Anda akan menghadapi berbagai persoalan kepadatan

    manusia.Untuk masuk bandara saja sulitnya minta ampun. Mungkin karena itu pulalah WorldTourism Council hanya menempatkan Indonesia pada posisi ke-74 dalam daftar daya saing

    pariwisata dunia, jauh di bawah Malaysia nomor 35 dan Singapura nomor 10.

    Kalau untuk melayani turis lokal saja sudah kewalahan, bagaimana negeri ini mau mendapatkan

    turis asing? Membidik 7,7 juta saja sulitnya minta ampun, padahal Indonesia punya 19 pintu

    masuk dengan daratan dan lautan yang luas.

    Bandingkanlah dengan pulau sekecil Singapura yang hanya membuka dua pintu masuk saja bisa

    mendatangkan 9,2 juta orang turis (di luar pendatang dari Malaysia yang datang lewat darat sekitar

    2 juta orang). Malaysia yang hanya punya tiga pintu masuk mampu mendatangkan 24,6 juta

    wisatawan mancanegara dan jauh dari kemacetan.

    Infrastruktur dan Sampah

    Tak pelak masalah terbesar dunia pariwisata Indonesia ada pada lima hal, yaitu infrastruktur,

    teknologi informasi, keamanan, sumber daya manusia, dan sampah. Dari kelima masalah itu,

    yang terpenting memang infrastruktur. Namun tanpa kepedulian pada keamanan dan sampah,percuma saja promosi pariwisata Indonesia.

    Saya khawatir sejumlah orang tengah memanipulasi dunia pemasaran pariwisata ke dalam satu

    elemen saja, yaitu promosi. Dan ini berarti backfired! Perhatikanlah, kualitas dan pengembangan

    infrastruktur Indonesia pada posisi-posisi berikut dari 139 negara yang bersaing memperebutkan

    turis mancanegara.

    Air transport infrastructure Indonesia berada pada posisi ke-58. Ground transport lebih buruk lagi,

    yaitu di posisi ke-82.Sedangkan tourism infrastructure kita berada di posisi ke-116. Ini berarti,

    komodo, orangutan, buaya, lumba-lumba,dan badak bercula satu Indonesia masih sulit diakses

    para wisatawan.

    Kalaupun bisa, masa depan mereka pun terancam karena turis dibiarkan membuang sampah

    sembarangan dan berada pada posisi yang terlalu dekat dengan fauna langka yang dilindungi

    tersebut. Selain jadwal pesawat ke daerah-daerah wisata tersebut tidak reguler,jalan menuju

    titiktitik yang menarik wisatawan belum mengalami perbaikan berarti.

    Untuk menyaksikan pasar apung di Banjarmasin, Anda harus menarik napas yang dalam melewati

    dermagadermaga rapuh. Selain itu, infrastruktur informasi dan teknologi komunikasi Indonesia

    belum memadai. Posisi ICT Indonesia berada di titik rawan,nomor 96. Ini berarti, sekalipun

    Indonesia dikenal sebagai bangsa yang unggul dalam industri kreatif, para pelaku usaha kreatif

    kesulitan menembus pasar global.

    Masalah ketiga adalah masalah keamanan. Sekalipun Indonesia menerima banyak pujian dalam

    keseriusannya mengatasi masalah terorisme, insiden kriminalitas dan perampokan yang dialami

    para turis masih sangat tinggi. Dalam masalah sumber daya manusia, Indonesia belum banyak

    memanfaatkan intangibles yang dimiliki bangsa ini, yaitu keramahan,kejujuran,dankerja keras

    dalam memberikan pelayanan secara tulus dan bersahaja.

    Kekuatan itu misalnya tampak jelas dan diakui di Asia, yaitu oleh penduduk Hong Kong dan

    Taiwan yang berebut untuk mendapatkan tenaga kerja asal Indonesia karena keterampilan dan

    pelayanannya. Mari kita lihat statistik berikut ini. Bila 10 tahun lalu hanya ada 10.000 TKI di Hong

    Kong (saat itu tenaga kerja asal Filipina sudah mendekati 150.000),maka jumlah TKI saat ini

    sudah mencapai 150.000, sementara tenaga kerja asal Filipina turun hingga 100.000 orang.

    Di Taiwan, jumlahnya mencapai 160.000 orang.Ini berarti Indonesia akan memiliki orang-orang

    yang lebih berkualitas yang akan kembali ke berbagai pelosok desa dalam 10 tahun ke depan

    Blog ini bukanlah blog pribadi RhenaldKasali, melainkan blog yang berisi kumpulanartikel beliau yang dimuat di berbagai mediamassa di Indonesia.

    TENTANG BLOG INI

    Rhenald Kasali adalah dosen Fakultas

    Ekonomi Universitas Indonesia dan KetuaProgram Pascasarjana Ilmu ManajemenFakultas Ekonomi universitas tersebut.Selain bergerak sebagai akademisi, priabergelar Ph. D. dari University of Illinois ini

    juga produktif menulis. Buku-buku yangditulisnya selalu menjadi perhatian kalanganbisnis dan hampir semua bukunya menjadibest seller di kalangan mahasiswa.

    Berikut beberapa buku yang telah ditulis Prof.

    Rhenald Kasali.

    Sembilan Fenomena Bisnis - 1997

    Membidik Pasar Indonesia: Segmentasi,

    Targeting danPositioning, Gramedia

    Pustaka Utama (1998)

    Sembari Minum Kopi Politiking di

    Panggung Bisnis, Gramedia Pustaka

    Utama

    Sukses Melakukan Presentasi, Gramedia

    Pustaka Utama (2001)

    Change!, Gramedia Pustaka Utama

    (2005)

    Recode Your Change DNA, Gramedia

    Pustaka Utama (2007)

    Mutasi DNAPowerhouse, Gramedia

    Pustaka Utama (2008)

    Wirausaha Muda Mandiri, Gramedia

    Pustaka Utama (2010)

    Myelin: Mobilisasi intengibles sebagai

    kekuatan perubahan, Gramedia Pustaka

    Utama (2010). Buku ini menjadi rujukan

    perusahaan-perusahaan besar di

    Indonesia

    Cracking Zone, Gramedia Pustaka Utama

    (2011)

    Selain mengajar di Universitas Indonesia, ia

    juga menjadidosen terbang di Program

    Magister ManajemenUniversitas Sam

    Ratulangi, Universitas Tanjung Pura,

    Universitas Udayana, dan Universitas

    Lampung.

    Atas kerja kerasnya, Rhenald mendapatkan

    beberap penghargaan sebagai berikut.

    Piagam Penghargaan Satya Lencana

    PROFIL RHENALD KASALI

    Penghargaan

    2Share More Next Blog Create Blog Sign In

    converted by Web2PDFConvert.com

    http://id.wikipedia.org/wiki/Gramedia_Pustaka_Utamahttp://id.wikipedia.org/wiki/Mahasiswahttp://id.wikipedia.org/wiki/University_of_Illinoishttp://rhenald-kasali.blogspot.com/http://rhenald-kasali.blogspot.com/http://rhenald-kasali.blogspot.com/http://rhenald-kasali.blogspot.com/http://rhenald-kasali.blogspot.com/http://rhenald-kasali.blogspot.com/http://rhenald-kasali.blogspot.com/http://www.web2pdfconvert.com/?ref=PDFhttp://www.web2pdfconvert.com/?ref=PDFhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Satya_Lencana&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Lampunghttp://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Udayanahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Universitas_Tanjung_Pura&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Sam_Ratulangihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Program_Magister_Manajemen&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Dosen_terbang&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Gramedia_Pustaka_Utamahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Positioning&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Targeting&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Segmentasi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Bukuhttp://id.wikipedia.org/wiki/Mahasiswahttp://id.wikipedia.org/wiki/University_of_Illinoishttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ilmu_Manajemen&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Dosenhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/12/refleksi-pariwisata-sindo-29-desember.htmlhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/http://rhenald-kasali.blogspot.com/
  • 7/28/2019 Rhenald Kasali Blogspot Com 21

    2/9

    Diposkan oleh Rhenald Kasali di 20:45 Tidak ada komentar:

    karena exposure internasional yang lebih baik, namun bukan karena upaya Kementerian

    Pendidikan.

    Saat SDM Indonesia diperebutkan sebagai pelayan rumah tangga dan caregiver di negara-negara

    Asia Timur, pada segmen yang lebih membutuhkan kerja sama, pengetahuan dan teknologi,

    diketahui sumber daya manusia asal Indonesia terlihat kurang mendapat perhatian dari

    Kementerian Pendidikan.

    Belum tampak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menunjukkan prestasinya dengan

    anggaran yang sangat besar. Dengan posisi daya saing pariwisata yang menempati nomor ke-74

    dari 139 negara, Indonesia hanya menempati posisi nomor 95 pada indeks pembangunan manusia.

    Ini berarti Indonesia masih harus bekerja keras mereformasi sistem kesehatan dan pendidikan,serta tentu saja caracara pengajaran yang telah sangat ketinggalan jaman. Sedangkan masalah

    kelima, saya kira jelas tampak di mana-mana secara kasatmata yaitu sampah. Sampai saat ini,

    Indonesia belum membangun sistem pengolahan sampah yang memadai.

    Meski Undang- Undang Pengolahan Sampah telah diketuk palunya oleh DPR sejak 2008,hampir

    semua wali kota dan bupati masih terlalu asyik bermain mata dengan pengusaha angkutan

    sampah yang asal main tumpuk dan membiarkan sampah menjadi masalah besar. Masalah

    sampah merata dari Sabang sampai Merauke mulai tepi laut, taman laut, pantai,hutan, kawasan

    wisata, air terjun, hingga pasar dan pusat kota.

    Alam Indonesia yang indah itu kini diwarnai oleh sampah botol plastik, tas keresek,

    diapersbekas,tisu,saset sampo, kulit durian, bangkai binatang yang bercampur dengan aneka

    bahan beracun. Apakah menteri pariwisata pernah berbicara tentang sampah? Saya kira Anda pun

    tahu,mereka amat jauh dari kepedulian.

    Mereka hanya peduli promosi dan pameran, padahal tanpa produk yang bagus, promosi dan

    pameran wisata justru akan memukul balik dunia pariwisata Indonesia. Semakin banyak orang

    berkunjung, semakin banyak orang menyuarakan ketidaksenangan,bukan pujian. Maka benahi

    dulu produknya, baru lakukan promosi. Bekukan dulu dana-dana promosi sebelum produknya

    diperbaiki pada syarat minimal.

    Akhirnya saya ucapkan selamat berlibur,semoga istirahat panjang kali ini dapat dinikmati dengan

    gembira bersama keluarga, dijauhkan dari bau sampah dan kemacetan, dan tetap waspada dalam

    menghadapi keramaian. Selamat Natal dan Tahun Baru!

    Rhenald Kasali

    Guru Besar Universitas Indonesia

    Rekomendasikan ini di Google

    MINGGU, 25 DESEMBER 2011

    Mitos Tentang Krisis - Sindo 22 Desember 2011

    Beberapa tahun yang lalu, saat krisis moneter tengah melanda Indonesia, Carol Dweck

    mengumpulkan sekitar 400 orang remaja dan memberi mereka puzzle sederhana. Mereka

    diberikan dua kalimat yang masing-masing terdiri dari enam kata.

    Yang satu bunyinya begini: you must be smart at this. (Kalian harus cerdas pada soal ini) dan

    satunya lagi: you must have have worked really hard. (Kalian harus bekerja sangat keras).

    Kalimat-kalimat itu diberikan untuk mengetahui perbedaan sikap dari apa yang masing-masing

    orang percayai atau miliki.

    Setelah diberikan dua jenis puzzle tadi, diketahui bagian terbesar remaja memilih kalimat yang

    pertama. Anak-anak kelompok ini terdiri dari orang-orang yang sangat mengedepankan pentingnya

    intelligence (kecerdasan) sehingga kata smart sangat penting bagi mereka. Sedangkan yang

    kedua terdiri dari anak-anak yang percaya pada kata hard work. Mereka ini umumnya melakukan

    sesuatu bukan untuk sukses, kata Dweck. Melainkan karena ingin mengeksplorasi tantangan-

    tantangan yang menarik. Sukses adalah soal belakangan, bukan menjadi permulaan.

    Kepada mereka semua diberikan tawaran untuk memilih satu jenis soal dari dua pilihan. Pilihan

    pertama adalah soal-soal yang mudah, dan yang kedua adalah soal-soal yang sulit. Anda tahu apa

    yang terjadi?

    Menyadari Krisis: Tidur!

    Anak-anak yang mengklaim dirinya smart dan senang menyebut dirinya smart worker atau

    mengedepankan intelligence ternyata tidak mau mengambil soal-soal yang sulit. Mereka ingin

    sukses, dan bagi mereka orang smart harus lulus, dan memilih yang mudah. Dua pertiga

    responden smart tersebut dicatat psikolog Dweck memilih soal yang mudah.

    Kata Dweck, mereka takut kehilangan label smart yang melekat pada diri mereka dengan

    menghindari tantangan. Rupanya mendapat label smart dan hebat mengundang beban psikologis

    yang berat, dan ini bisa membuat manusia menghindar dari tantangan-tantangan alam yang sulit.

    Karya Satya 10 tahun dari Presiden

    Republik Indonesia , Piagam No.

    112451/4-22/2004

    Penghargaan "KREATIVITAS" di bidang

    Pendidikan dari Yayasan Pengembangan

    Kreativitas, Yayasan Pengembangan

    Kreatifitas , Surat No. 46/SK-YPK/IV/2005

    Piagam Penghargaan dari Rektor

    Universitas Indonesia sebagai Penulis

    Buku , UI , Piagam Penghargan Rektor UI

    tgl. 9 Mei 2005

    Alice & Charlote Biester Award (1995)

    Dosen Terbaik, FEUI (2003)

    Pada 4 Juli 2009, Rhenald dinobatkan

    menjadi guru besar Ilmu Manajemen di

    Universtas Indonesia. Saat pengukuhannya

    sebagai guru besar, Rhenald membawakan

    orasi ilmiahberjudul "Keluar dari Krisis:

    Membangun Kekuatan Baru Melalui Core

    Belief dan Tata Nilai".

    sumber www.w ikipedia.com

    Guru Besar

    PENGIKUT

    2012 (74)

    2011 (13)

    Desember(7)

    Refleksi Pariwisata - Sindo 29Desember 2011

    Mitos Tentang Krisis - Sindo 22Desember 2011

    Jabatan Untuk Mengimpresi(Atau Untuk

    Menggerakkan?...Mencetak Wirausaha Papua - Sindo 15

    Desember 2011

    Mitos Tentang Bakat - Jawapos 12Desember 2011

    Perbaiki Sekolah - Sindo 8 Desember2011

    Marketing Entrepreneur - Sindo 1Desember 2011

    November(6)

    ARSIP BLOG

    converted by Web2PDFConvert.com

    http://www.web2pdfconvert.com/?ref=PDFhttp://www.web2pdfconvert.com/?ref=PDFhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011_11_01_archive.htmlhttp://void%280%29/http://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/12/marketing-entrepreneur-sindo-1-desember.htmlhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/12/perbaiki-sekolah-sindo-8-desember-2011.htmlhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/12/mitos-tentang-bakat-jawapos-12-desember.htmlhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/12/mencetak-wirausaha-papua-sindo-15.htmlhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/12/jabatan-untuk-mengimpresiatau-untuk.htmlhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/12/mitos-tentang-krisis-sindo-22-desember.htmlhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/12/refleksi-pariwisata-sindo-29-desember.htmlhttp://void%280%29/http://rhenald-kasali.blogspot.com/search?updated-min=2011-01-01T00:00:00-08:00&updated-max=2012-01-01T00:00:00-08:00&max-results=13http://void%280%29/http://rhenald-kasali.blogspot.com/search?updated-min=2012-01-01T00:00:00-08:00&updated-max=2013-01-01T00:00:00-08:00&max-results=50http://void%280%29/http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Orasi_ilmiah&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=4_Juli_2009&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Yayasan_Pengembangan_Kreativitas&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Presiden_Republik_Indonesiahttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/12/mitos-tentang-krisis-sindo-22-desember.htmlhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=8867444453181526199&target=facebookhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=8867444453181526199&target=twitterhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=8867444453181526199&target=bloghttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=8867444453181526199&target=emailhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/12/refleksi-pariwisata-sindo-29-desember.html#comment-formhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/12/refleksi-pariwisata-sindo-29-desember.html
  • 7/28/2019 Rhenald Kasali Blogspot Com 21

    3/9

    Diposkan oleh Rhenald Kasali di 03:03 Tidak ada komentar:

    Sebaliknya, orang-orang yang tidak terbebani oleh label smart berjalan lebih ringan. 90% diantara

    mereka justru memilih soal yang sulit. Bodohkah mereka? Bukan!, kata Dweck. Melainkan

    mereka tidak tertarik untuk dianggap sukses atau ingin cepat-cepat menunjukkan hasil, apa lagi

    dinilai kaya. Kata sukses, kaya, dan smart, kalah enak. Tidak elok bila dibandingkan dengan

    kata upaya, kerja keras, dan tantangan.

    Mereka yang merasa cerdas umumnya takut gagal, takut mencoba sesuatu yang baru, dan mudah

    cemas begitu keadaan berubah atau terancam oleh kata krisis. Sebaliknya, mereka yang tak

    merasa cerdas dan selalu berorientasi pada kerja keras justru menikmati suasana krisis dan tidak

    kehilangan kepercayaan diri.

    Pembaca yang baik, hari-hari ini kata-kata krisis kembali berbunyi keras di antara para pelaku

    usaha dan CEO menyusul merambahnya krisis keuangan ke beberapa negara Eropa. Dari studiDweck tadi jelaslah kita selalu akan menemukan 2 jenis CEO. Yang satu takut dan mudah

    kehilangan percaya diri, sedang yang satu lagi EGP (Emangnya Gue Pikirin) dan cenderung kata

    orang Jawa Timur sebagai Agak Bonek.

    Anda mau tahu hasil studi lanjutan yang dilakukan oleh Dweck?

    Kepada kedua kelompok respondennya itu Dweck lalu memberi soal yang sama dengan yang

    dikerjakan kelompok pertama tadi, yaitu soal yang mudah. Kelompok yang merasa cerdas tadi

    ternyata mendapatkan skor 20% lebih rendah dari pekerjaannya semula. Dalam bahasa

    manajemen, saya menyimpulkan, produktivitas mereka justru merosot setelah badai berlalu,

    sekalipun soalnya tidak lebih sulit. Di sisi lain, kaum pekerja keras, justru mengalami kenaikan

    kinerja sebesar 30%. Kesulitan dan kegagalan telah membuat mata mereka terbuka dan hormon

    mereka penuh.

    Anak-anak yang mendewa-dewakan kecerdasan dan merasa pintar menghambat motivasi mereka

    untuk maju dan meracuni kinarja di masa depan.

    Itulah sebabnya di masa-masa seperti ini para CEO perlu bertransformasi diri dari merasa cerdas

    menjadi bekerja keras. Attitude is everything. Krisis itu bukanlah yang terjadi secara merata,

    susah tidak akan dialami sama oleh setiap orang. Sama halnya dengan kebalikannya saat anda

    membaca berita-berita bagus seperti kenaikan rating invesment grade Indonesia. Mereka yang

    beruntung bukanlah mereka yang merasa smart, melainkan mereka yang mau mengeksplorasi

    berbagai kesempatan baru di masa depan.

    Jadi saya sependapat dengan almarhum Peter Drucker yang mengatakan cara terbaik mengetahui

    tentang keadaan masa depan adalah dengan menjelejahi masa depan itu sendiri dengan penuh

    kesungguhan. Bukankah soal hasil sudah ada yang menentukan? Tetapi apa dan bagaimana

    anda mengerjakannya membuat hasil itu jadi berbeda.

    Rhenald Kasali

    Guru Besar Universitas Indonesia

    Rekomendasikan ini di Google

    Jabatan Untuk Mengimpresi(Atau Untuk Menggerakkan?) -Jawapos 19 Desember 2011

    Anda harus memilih: Nothing to loose atau cinta jabatan. Kalimat itu mengalir dari mulut mantan

    CEO PT. Pertamina yang all out melakukan pembaruan di eranya. Karena prinsip nothing to loose

    itulah ia menggunakan jabatannya untuk menggerakkan perubahan.

    Saya kira yang dilakukan Ari Sumarno, secara kreatif juga tengah dijalankan oleh Menteri Dahlan

    Iskan. Kedua CEO ini sama-sama tidak berpikir jabatan untuk mengimpresi. Mereka sama-samamelihat jabatan hanyalah titipan untuk menggerakkan orang. Begitu berani mereka bergerak,

    memperbaiki yang rusak, membongkar proses dan mencari kebenaran. Dan kalau ada orang lain

    yang mencongkel jabatan mereka, dengan senang hati dan tulus mereka rela dan mudah

    memberikannya.

    Dalam pekerjaan memperbaiki yang rusak itu, mereka akan berhadapan dengan sejuta

    kejanggalan yang dibiarkan berlangsung selama bertahun-tahun oleh bawahan-bawahan mereka.

    Mengapa hal itu dibiarkan? Jawabnya adalah conflict of interest dan takut menghadapi risiko. Yang

    pertama membuat mereka risih karena diberi kenikmatan oleh pihak lain (publik menyebut mereka

    telah dipelihara orang kuat). Yang kedua membuat masalah dibiarkan berlarut-larut.

    Namun keduanya sama-sama dipelihara oleh mereka yang cinta jabatan. Mereka hanya memakai

    jabatan untuk mengimpresi. Mereka membiarkan perusahaan atau lembaga yang dipimpinnya

    menjadi bank masalah.

    Dua Tahun Yang Impresif

    Pemimpin perubahan gerakannya segera tampak sejak hari pertama. Karena menguasai masalah

    dan masuknya sudah di tengah jalan, mereka langsung bertindak. See and Action! Berbeda

    dengan buku teks yang mengarahkan Anda memulainya dari selembar kertas dengan membuat

    rencana, mereka memulainya dari tindakan.

    converted by Web2PDFConvert.com

    http://www.web2pdfconvert.com/?ref=PDFhttp://www.web2pdfconvert.com/?ref=PDFhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/12/jabatan-untuk-mengimpresiatau-untuk.htmlhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=180260232876883348&target=facebookhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=180260232876883348&target=twitterhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=180260232876883348&target=bloghttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=180260232876883348&target=emailhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/12/mitos-tentang-krisis-sindo-22-desember.html#comment-formhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/12/mitos-tentang-krisis-sindo-22-desember.html
  • 7/28/2019 Rhenald Kasali Blogspot Com 21

    4/9

    Diposkan oleh Rhenald Kasali di 03:01 Tidak ada komentar:

    Karena itulah perbaikan yang mereka lakukan lebih menekankan pada aspek operasional. Dalam

    bahasa strategi inilah yang disebut sebagai Operational Excellence. Namun bagi Prof. Michael

    Porter, Operrational Excellence bukanlah strategi. Ia tak akan bermuara kemana-mana. Itulah

    sebabnya para doer dan change maker segera merumuskan strategi jangka panjangnya. Kalau ini

    sudah terbentuk, setahun-dua tahun kemudian mau-tidak mau perubahan akan menembus ke

    atas, ke arah orang-orang besar, yang terkait dengan kekuasaan dan hutang-budi kepentingan.

    Itulah sebabnya, banyak change maker hanya mampu optimal melakukan perubahan selama dua

    tahun pertama. Memasuki tahun ke tiga mereka mulai tidak diajak bicara oleh layer-layer di level

    atas, dilarang bertemu dengan pemimpin besar yang dijaga para mafioso. Fadel Mohammad, Ari

    Sumarno, Antasari Azhar, Alm. Cacuk Sudariyanto (Telkom), dan banyak lagi tokoh perubahan

    mengalami hal serupa. Setelah itu bisa diduga mereka dicopot dan dari jabatannya. Padahal dulu

    pemimpin besar memuja mereka, bahkan pemimpin besar yang merestui langkah-langkahnya,menstimulasi agar bekerja keras dan memberi hasil. Akhirnya pemimpin-pemimpin besar yang

    bodoh hanya memelihara mereka yang memakai jabatan untuk mengimpresi.

    Apa sih ciri-ciri impression man atau impression woman seperti itu? Beginilah ciri-cirinya: Mereka

    berbicara penuh pesona, pekerjaannya hanya diarahkan untuk menyenangkan atasannya dan

    gemar beriklan, management one-level up (satu tingkat ke atas), Output riil-nya tidak ada, tidak

    berorientasi pada impact, mengutamakan atasan lebih dari segala-galanya, leadershipnya tidak

    360 drajat, sangat menguasai jabatan dan bila melakukan kesalahan selalu ditutup dengan

    kesalahan-kesalahan lain atau menggunakan kekuatan Public Relations. Kalau belangnya

    ketahuan, mereka akan mengawal jabatannya begitu keukeh dengan memakai puluhan lawyer

    dan jago-jago Public Relations.

    Sebagian orang sangat mungkin terkecoh. Kami di Universitas Indonesia dan banyak Wartwan

    saja bisa terkecoh oleh prestasi pemimpin tertinggi kami di universitas yang seakan-akan luar

    biasa. Tetapi waktu akan menemukan kebenaran, karena mereka yang cinta jabatan hanyamemoles prestasinya dengan kebohongan-kebohongan yang lambat laun sulit ditutupi.

    Sebaliknya, pemimpin sejati adalah mereka yang nothing to loose dan fokus pada penyelesaian

    masalah, bukan mempertahankan kekuasaan.

    PDCA

    Akhirnya saya tutup tulisan ini dengan rumus kemajuan yang sangat dikenal di kalangan insan PT.

    Astra International. Rumus ini selalu diingat para lulusan Astra, yaitu Plan-Do-Check-Action cycle.

    Tetapi dari ke empat elemen itu selalu terdapat perbedaan penerapan.

    Mereka berkarakter thinker akan menghabiskan waktu pada aspek planning. Sedangkan para doer

    akan fokus pada action. Namun perlu saya tegaskan, keempat elemen itu harus dijalankan

    bersamaan. Anda kerjakan, Anda cek hasilnya, masukkan ke dalam rencana, koreksi, lalu tindak

    lanjuti.

    Kalau ini Anda lakukan dengan tulus, Anda tidak perlu melakukan perubahan. Perusahaanotomatis akan tumbuh menjadi besar, adaptif dan sehat. Kalau tidak ada ketulusan, Anda akan

    terlibat dalam kesulitan yang Anda buat sendiri. Anda akan terperangkap dalam cinta jabatan dan

    takut kehilangan. Orang-orang yang tulus akan berani berbuat, berani berkorban, tidak

    memerlukan dukun sakti atau petugas pemadam kebakaran karena Anda tak takut kehilangan.

    Jabatan boleh hilang, tetapi kehormatan akan menentukan apakah Anda bisa kembali lagi,

    bounce, atau pecah.

    Happy holiday, selamat merayakan Natal bagi umat Nasrani. Selamat Tahun Baru bagi kita

    semua. Tetaplah tulus dan berani dalam menjalankan amanah

    Rhenald Kasali

    Guru Besar Universitas Indonesia

    Rekomendasikan ini di Google

    MINGGU, 18 DESEMBER 2011

    Mencetak Wirausaha Papua - Sindo 15 Desember 2011

    Duduk di sebuah kedai kecil di tepi Danau Sentani, seorang anak Papua memohon, Bantulah

    kami menjadi tuan rumah di sini.

    Permohonan itu diajukan dengan wajah penuh kesungguhan dalam suatu dialog, tak lama setelah

    saya memberikan materi kepada lebih dari 100 dosen yang akan disebar untuk menularkan virus

    kewirausahaan kepada mahasiswa di Papua. Hampir semua mengeluh tentang sulit dan jarangnya

    putra asli daerah yang berminat menjadi wirausaha. Selamat hari Minggu Bapak, kata-kata itu

    ramah keluar dari seorang bapak yang tengah menggendong anak kecilnya. Tapi pria itu berjalan

    tidak stabil.

    Teman-temannya sambil tertawa berujar, Mabuk. Sedang mabuk dia Bapak. Kami sedang pesta

    miras, ujarnya. Anak Papua, putra asli daerah yang tadi memohon menjadi tuan rumah,berkata

    kesal. Beginilah nasib kami.Tidak punya uang tidur di kasur.Punya uang tidur di got.Yang ia

    maksud tidak lain para pemabuk yang kalau punya uang dipakai membeli miras dan terbiasa

    ditemui di got karena mabuk. Entah mengapa mabuk menjadi biasa ditemui di kota-kota. Bahkan

    converted by Web2PDFConvert.com

    http://www.web2pdfconvert.com/?ref=PDFhttp://www.web2pdfconvert.com/?ref=PDFhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/12/mencetak-wirausaha-papua-sindo-15.htmlhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=8239148607611112153&target=facebookhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=8239148607611112153&target=twitterhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=8239148607611112153&target=bloghttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=8239148607611112153&target=emailhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/12/jabatan-untuk-mengimpresiatau-untuk.html#comment-formhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/12/jabatan-untuk-mengimpresiatau-untuk.html
  • 7/28/2019 Rhenald Kasali Blogspot Com 21

    5/9

    Diposkan oleh Rhenald Kasali di 19:02 Tidak ada komentar:

    anak-anak terbiasa melihat ayahnya mabuk sejak kecil.

    Dua Ancaman

    Minuman keras adalah salah satu ancaman yang menghambat kemajuan anak-anak Papua untuk

    menjadi wirausaha. Dengan minuman keras, seseorang akan sulit mengendalikan

    emosinya.Apalagi bila menjadi addicted. Setiap kelebihan uang tidak dipakai reinvestasi,

    melainkan untuk bersenang-senang. Seorang pengusaha setempat berujar,Kalau ingin cepat kaya

    jadilah penjual miras, sambil membandingkannya dengan usaha penjualan ponsel yang ia geluti.

    Miras impor,buatan luar Papua yang dikirim dari Sulawesi dan Jawa, serta miras lokal yang dibuat

    sendiri oleh penduduk bertempur hebat di pasar. Budaya minum miras ini memang bukan hanya

    ada di Tanah Papua, melainkan juga ada di beberapa provinsi lain. Sekitar 20 tahun lalu misalnya,saat menyeberangi Danau Toba menggunakan perahu-perahu bermesin saya sempat terkejut

    karena di bawah kemudi bertumpuk botol-botol minuman alkohol yang belum sempat dibersihkan.

    Pengemudinya pun menjalankan perahu sambil menenggak bir.

    Tapi kemajuan ekonomi dan pendidikan membuat manusia lebih tertib.Di Amerika Serikat dan

    negara-negara Eropa, penduduknya juga gemar minumminuman beralkohol. Tapi pemerintah yang

    sehat mengaturnya dan membatasi konsumsi secara berlapis. Pajaknya ditinggikan, anak-anak di

    bawah usia 21 tahun dilarang membeli dan mengonsumsi alkohol. Pesta alkohol di area publik

    dilarang keras dan undangundang (UU) melarang orang yang menenggak alkohol mengendarai

    mobil atau sepeda motor. Itu saja belum cukup mengurangi bahaya bagi orang lain.

    Di Papua, pemerintahpemerintah kabupaten dan kota madya perlu menata kembali budaya minum

    alkohol.Kalau kita ingin melihat orang Papua menonjol dalam dunia usaha, budaya minum-minum

    ini harus dikendalikan.Setiap kali berkeliling kota dan desa di Papua, saya tidak menemukan satu

    pun wirausaha putra daerah. Bengkel, rumah makan, toko- toko kelontong, penjualponsel,produsen bahan-bahan bangunan, dan sebagainya semua dijalankan para pendatang.

    Satu-satunya usaha yang dijalankan penduduk setempat hanya jualan pinang. Wajar bila anak

    muda tadi mengungkapkan perasaannya agar bisa menjadi tuan rumah di tanah kelahirannya.

    Maka, saya pikir, diperlukan road mapkhusus untuk menularkan virus-virus kewirausahaan di

    Papua. Langkah pertamanya adalah membatasi peredaran minuman keras dan membentuk sikap

    mental disiplin di kalangan generasi muda. Lantas apa masalah kedua? Masalah yang tak kalah

    penting adalah PNS. Masalah ini sama pentingnya dengan budaya miras, tetapi mungkin lebih

    mudah bagi kita untuk memperbarui dan mengubahnya.

    Hidup Enak PNS

    Agen-agen pemilik toko ponsel di Papua mengatakan keheranannya karena pelangganpelanggan

    setia yang mampu membeli ponsel hingga lima buah dalam sebulan adalah PNS atau pegawai

    pemda.Di hampir setiap hotel dan rumah makan banyak ditemui aparat pegawai pemda dan PNSyang menikmati makan siang bersama, mengikuti rapat-rapat kerja, dan sebagainya.

    Pemandangan sehari-hari yang kasatmata adalah hidup enak menjadi PNS.

    Dengan demikian tidak ada insentif psikologis yang dapat dijadikan stimulus untuk mendorong

    anakanak Papua menjadi wirausaha. Apalagi untuk menjadi wirausaha yang berhasil dibutuhkan

    kerja keras, disiplin, dan pengorbanan jangka pendek untuk mendapatkan hasil besar di masa

    depan. Jadi wajar saja bila di mana-mana penduduk asli Papua lebih memilih profesi sebagai

    birokrat. Terlebih lagi di jajaran birokrasi belum ditemui pemimpin yang berikhtiar melakukan

    perubahan.

    PNS belum banyak disentuh baik sikap maupun budaya servisnya. Bekerja dengan mulut

    beraroma miras, berbicara sambil mengunyah pinang, masuk kerja tidak tepat waktu, menghilang

    sebelum jam kerja berakhir, penggunaan anggaran tanpa arahan yang jelas,pengukuran kinerja

    yang lemah, serta ketidak pedulian atasan dalam membentuk bawahan sangat menonjol. Kalau

    sudah demikian,siapa berminat menjadi wirausaha? Jawabannya jelas: pendatang! Orang-orangBugis, Manado, Jawa Timur,Banjar,dan Minang mengisi kekosongan itu.

    Kita tentu tidak bisa menularkan virus-virus kewirausahaan begitu saja tanpa menghentikan faktor-

    faktor yang menariknya ke arah lain.Tanpa kesungguhan pemerintah meningkatkan disiplin PNS

    dan mengisolasi budaya mabuk,saya kira upaya melahirkan wirausaha asli Papua dapat menjadi

    sia-sia.

    Lantas, tanpa kehadiran wirausaha asli Papua secara kasatmata dalam kehidupan sehari-

    hari,saya kira benih-benih konflik dapat tumbuh secara subur. Bisakah saya berharap banyak dari

    pemerintah, wakilwakil rakyat, dan pemimpinpemimpin daerah untuk mengatasi kedua masalah

    itu?

    Rhenald Kasali

    Guru Besar Universitas Indonesia

    Rekomendasikan ini di Google

    Mitos Tentang Bakat - Jawapos 12 Desember 2011

    converted by Web2PDFConvert.com

    http://www.web2pdfconvert.com/?ref=PDFhttp://www.web2pdfconvert.com/?ref=PDFhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/12/mitos-tentang-bakat-jawapos-12-desember.htmlhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=5561250764194190886&target=facebookhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=5561250764194190886&target=twitterhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=5561250764194190886&target=bloghttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=5561250764194190886&target=emailhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/12/mencetak-wirausaha-papua-sindo-15.html#comment-formhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/12/mencetak-wirausaha-papua-sindo-15.html
  • 7/28/2019 Rhenald Kasali Blogspot Com 21

    6/9

    Diposkan oleh Rhenald Kasali di 00:04 Tidak ada komentar:

    Gairah orang tua untuk menemukan dan mengembangkan bakat anak-anaknya kembali

    muncul. Kalau dulu dibutuhkan seorang psikolog untuk membaca dan melakukan tes bakat

    seseorang, kini seakan-akan siapa saja bisa. Bisnis tes bakat melalui metode finger print pun

    kembali marak.

    Bisnis ini semakin ramai karena prinsip yang ditawarkan siapa saja bisa asalkan dibantu mesin

    komputer dan scanner sidik jari. Bukan hanya itu bisnis ini juga diwaralabakan dan pembelinya

    wajib ikut kursus sehingga, ribuan ibu-ibu rumah tangga yang menganggur pun masuk ke dalam

    circle ini. Saya bahkan mendengar ada juga yang menggunakan metode sidik jari untuk pelatihan-

    pelatihan manajemen. Tak peduli usianya berapa, setiap orang seakan-akan bisa dibaca atau

    cocoknya menjadi apa. Lebih menarik lagi, ramalan bakat dari sidik jari itu dihubung-hubungkan

    dengan ayat-ayat suci dan tanggal kelahiran (horoscope). Tetapi bukankah bakat itu ada?

    Bawaan Lahir atau Kerja Keras?

    Dulu saya termasuk orang yang percaya adanya talenta. Bagi saya talenta itu adalah pemberian

    Tuhan dan ada pada setiap manusia yang dilahirkan. Namun dalam salah satu kitab suci, talenta

    itu digambarkan sebagai karunia yang dititipkan seorang tuan kepada pegawainya. Ya ibarat modal

    yang besarnya tidak sama yang diberikan kepada masing-masing orang. Ada yang terima satu

    keping, lima keping, atau bahkan sepuluh keping.

    Nah masalahnya bukanlah pada berapa banyak keping uang logam yang Anda terima, melainkan

    apa yang akan Anda lakukan dengan diri Anda agar kepingan itu bisa menjadi lebih besar lagi?

    Bukankah modal itu harus dikembalikan dan diteruskan pada pegawai berikutnya?

    Jadi buat apa pusing-pusing meneliti berapa banyak kepingan yang Anda miliki masing-masing?

    Juga buat apa mengetahui apa jenis kepingan uang logam Anda? Bukankah masing-masing uang

    logam bisa dipakai untuk berbelanja apa saja asalkan Anda bisa memperbanyaknya lebih dahulu.

    Konsep tentang talenta atau bakat pada dasarnya dibangun berdasarkan pandangan bahwa unsur

    bawaan atau keturunanlah yang menjadi pembentuk keberhasilan. Jadi ada semacam innate

    ability bukan latihan atau kerja keras yang membentuk seseorang. Namun benarkah demikian?

    Sekitar dua tahun yang lalu saya berkunjung ke Austria dan tentu saja saya mendatangi rumah

    yang dulu ditempati oleh komposer terkenal Wolfgang Amadeus Mozart yang masyur pada abad

    ke-18. Di kota Salzburg, rumah itu sekarang telah berubah menjadi museum dan banyak didatangi

    turis mancanegara. Dari gambar-gambar dan keterangan di museum itu saya membaca bahwa

    bakat Mozart sudah tampak pada usia enam tahun.

    Pada usia itu, Mozart dan kakaknya Anna Maria sudah menjadi bagian dari sosialita Austria yang

    berkumpul dengan borjuis Eropa, mempertontonkan bakatnya: piano. Melihat pertunjukkan Mozart

    setiap orang pasti berdecak kagum dan mengatakan anak ini berbakat. Tetapi benarkah demikian?

    Kalau kritis tentu Anda ingin tahu lebih jauh. Saya pun mengalaminya, dan dari dokumen-dokumen

    di museum itu saya menemukan ternyata pada usia enam tahun Mozart telah menjalani latihanlebih dari 3500 jam sejak usia tiga tahun. Ayahnya sendirilah Leopold Mozart, yang menjadi

    pelatihnya. Ini sejalan dengan temuan psikolog dari University Exeter. Michael Howl yang menulis

    semua kajiannya dalam buku Genius Explained. Ia menyimpulkan jenius atau manusia berbakat

    bukanlah dilahirkan, melainkan dibentuk melalui sejumlah latihan. Jadi Anda sendirilah penemu

    bakat itu. Andalah yang menjadi penentu bagi masa depan Anda, bukan sidik jari Anda, bukan pula

    getaran-getaran lain yang bisa dilihat dari jejak sejarah atau desain darah Anda. Anda bisa mulai

    dari mana saja, dari tidak ada bakat sama sekali.

    Kalau Anda masih belum percaya, bukalah kembali sejarah dan pelajari apa yang dilalui orang-

    orang terkenal. Albert Einstein sejak kecil diramalkan menjadi anak yang bodoh. Ia baru bisa

    berbicara setelah usia empat tahun dan baru bisa membaca diusia tujuh tahun. Salah seorang

    pembaca bakatnya pernah mengatakan Ia lemot, lamban berpikir, tidak senang bersosialisasi dan

    suka berkhayal yang aneh-aneh.

    Hal yang serupa juga dialami oleh Charles Darwin, Michael Jordan, Beethoven, dan banyak lagi.Bakat mereka tak pernah dikenal dari alat-alat tes. Bahkan saat-saat pertama berkarya, mereka

    juga dihina karena menghasilkan karya-karya yang buruk. Michael Jordan dikeluarkan dari tim

    basket di SMUnya. Charles Darwin diejek orang tuanya sebagai dokter yang bakatnya hanya bisa

    menyuntik anjing saja. Ia pun berhenti menjadi dokter. Demikian juga Beethoven yang hanya

    ditertawakan saat bermain biola.

    Bakat itu bukanlah sesuatu yang sudah ada pada diri masing-masing manusia, melainkan

    manusia itu sendiri -yang dibantu orang-orang yang mengasihinya- yang menemukannya melalui

    latihan dan kerja keras.

    Saya bicara seperti ini bukan karena mereka-reka melainkan mengalami sendiri dan didukung oleh

    bukti-bukti empiris. Saya dibentuk oleh alam melalui proses yang berat sehingga melahirkan

    kekuatan-kekuatan baru. Dalam buku yang berjudul Myelin Anda bisa menemukan fakta-fakta itu.

    Saya menyebutnya sebagai harta tak kelihatan alias intangible yang diraih dari kerja keras.

    Jadi buat apa hidup dalam mitos?

    Rhenald Kasali

    Guru Besar Universitas Indonesia

    Rekomendasikan ini di Google

    converted by Web2PDFConvert.com

    http://www.web2pdfconvert.com/?ref=PDFhttp://www.web2pdfconvert.com/?ref=PDFhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=4933308989741253584&target=facebookhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=4933308989741253584&target=twitterhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=4933308989741253584&target=bloghttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=4933308989741253584&target=emailhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/12/mitos-tentang-bakat-jawapos-12-desember.html#comment-formhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/12/mitos-tentang-bakat-jawapos-12-desember.html
  • 7/28/2019 Rhenald Kasali Blogspot Com 21

    7/9

    RABU, 07 DESEMBER 2011

    Perbaiki Sekolah - Sindo 8 Desember 2011

    Hari Rabu kemarin saya diminta berbicara di hadapan para guru SMA-SMP Kanisius tentang apa

    yang harus disikapi untuk membentuk generasi baru. Sebelumnya, saya juga sudah berbicara hal

    yang sama di SMA Al Izhar, High Scope, dan SMAN 1 Gianyar. Apa yang menjadi keprihatinan

    orang tua dan guru?

    Pertama, mereka ingin mengklarifikasi benarkah pendidikan di Indonesia adalah yang terberat di

    dunia?. Kedua mereka ingin mengetahui mengapa anak-anak kita hanya berhenti sampai di level

    juara Olimpiade matematika (dan fisika) saja? Dan Ketiga, apa yang harus dilakukan untukmeningkatkan mutu pengajaran dan tingkat keberhasilan anak didik.

    Terberat tersarat

    Meski tidak tahu apakah kita masuk kategori ter, saya harus menyampaikan bahwa pendidikan

    dasar dan menengah kita memang berat. Saking beratnya, seorang ketua yayasan pada sebuah

    pendidikan swasta sempat memeriksa isi tas anak-anak TK dan SD Kelas 1 di Jakarta dan ia

    mengatakan rata-rata seorang bocah kecil membawa beban berupa buku dan alat tulis seberat 2,5

    Kilogram.

    Selain jumlah pelajaran yang diwajibkan Undang-undang Sisdiknas terlalu banyak (16-20), buku-

    buku pelajaran yang harus dibeli orang tua dari sekolah rata-rata juga terlalu tebal, dengan kualitas

    isi yang masih perlu dipertanyakan. Pengalaman saya sebagai orang tua yang membimbing anak

    sendiri dalam belajar menemukan rumus-rumus yang tidak konsisten dan membingungkan antara

    halaman yang satu dengan halaman-halaman berikutnya pada buku yang sama. Sudah begitu,

    sebagian besar guru ternyata mengaku kesulitan memilih rumus mana yang benar? Jadi rumusyang benar dan salah seringkali sama-sama diajarkan.

    Tak banyak guru yang menyadari bahwa 80% isi sebuah buku, intinya hanya berada pada 20%

    dari jumlah halamannya. Akibat ketidaktahuan ini jelas fatal, seluruh isi buku dijejalkan pada

    kepala anak didik. Meski dari 16-20 mata pelajaran yang diajarkan di SMU (seorang tua murid

    SMK menyebutkan anaknya diberi 28 mata pelajaran) hanya 6 mata pelajaran yang diujikan pada

    ujian nasional, kesepuluh hingga 14 guru pada mata pelajaran lainnya berebut masuk kedalam

    otak anak-anak dengan cara yang sama. Mereka semua ingin mata ajarnya berperan sama

    kuatnya dengan mata pelajaran yang diuji secara nasional.

    Lengkaplah sudah penderitaan anak-anak sekolah Indonesia. Semua guru menganggap

    pelajarannya penting. Sepenting itulah mereka bisa mmbuat anak tidak naik kelas hanya karena

    nilai mata pelajaran geografi dibawah 6, atau harus mengulang. Ada banyak guru yang

    beranggapan mengulang berarti bodoh, dan nilainya harus dibawah rata-rata murid lainnya. Kalau

    rata-ratanya 6, yang mengulang otomatis diberi nilai dibawah 6 tanpa diperiksa. Guru-guru kita

    masih beranggapan kalau murid ditekan maka anak-anak akan menjadi lebih respek, lebih rajin,

    atau lebih hebat. Padahal itu hanya mencerminkan ego-nya yang teramat besar dan dapat

    berakibat buruk bagi setiap anak-anak didik.

    Mata pelajaran-mata pelajaran yang maaf, harus saya katakan dapat dibuat lebih relax dan fun,

    telah dirubah menjadi momok yang menakutkan. Ia dijadikan setara dengan ilmu pasti yang sarat

    rumus dan padat. Ia berebut perhatian yang sama dengan mata pelajaranmata pelajaran yang

    diuji secara nasional. Disajikan terlalu serius dan berakibat hilangnya esensi yang mau dicapai.

    Untuk mengatasi hal ini saya menyarankan guru-guru pandai memilih esensi dari sebuah buku dan

    mulai membuat pelajaran-pelajaranya disampaikan dengan cara yang lebih fun dan

    menyenangkan.

    Juara Olimpiade

    Ini tentu kabar yang menggembirakan. Meski sering kalah dalam bidang-bidang lain, kita sering

    menyaksikan anak-anak asuhan Prof Yohannes Surya membawa medali emas olimpiade

    Matematika dan Fisika. Tetapi pertanyaannya kemana setelah itu? Apakah mereka akan

    mendapatkan hadiah Nobel? Menemukan teori-teori baru?

    Meski semua itu dicapai dengan kerja keras, harus saya kabarkan bahwa beban ilmu yang kita

    berikan di sini memang sangat tinggi. Sekedar Anda ketahui saja, aljabar yang kita pelajari di level

    SMP di sini, ternyata baru diajarkan pada level SMA di negara-negara lain. Bahkan sewaktu saya

    mengambil program S3 di Amerika Serikat dan menjadi asisten Professor dengan mengajar di

    program S3, saya melihat anak-anak di Amerika Serikat baru mendapatkan differensial dan Integral

    di tingkat Universitas. Kita mengajarkan topik itu, bersama dengan topik mengenai matrix sejak di

    bangku SLTA.

    Seringkali saya ingin mengulangi kalimat yang pernah saya sampaikan bahwa saya tidak

    komplain kalau sampai dengan ilmu yang sangat tinggi itu kita sudah sampai di Bulan atau di

    venus, dan bisa membuat otomatis kelas dunia. Kenyataannya ternyata tidak demikian.

    Untuk menjadi penerima hadiah Nobel atau menjadi ahli matematika yang hebat, anak-anak itu

    harus memiliki keterampilan menulis yang hebat dan kemampuan mengelola rasa frustasi yang

    kuat. Sayangnya, beberapa sekolah yang sering juara olimpiade malah melarang guru-gurunya

    mendalami keterampilan menulis. Kalau anak-anak itu hanya jagoan mengolah rumus dan otak

    kanannya tidak dilatih, mereka juga tidak akan menjadi orang hebat untuk diri mereka sendiri.

    Mereka akan frustasi, karena tidak ada pengakuan.

    Menjadi Manusia Hebat

    converted by Web2PDFConvert.com

    http://www.web2pdfconvert.com/?ref=PDFhttp://www.web2pdfconvert.com/?ref=PDFhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/12/perbaiki-sekolah-sindo-8-desember-2011.html
  • 7/28/2019 Rhenald Kasali Blogspot Com 21

    8/9

    Diposkan oleh Rhenald Kasali di 20:22 Tidak ada komentar:

    Akhirnya saya harus menutup tulisan ini dengan mengajak para guru memeriksa kembali,

    benarkah cara-cara yang ditempuh sekarang akan melahirkan manusia-manusia hebat?

    Manusia hebat bukanlah manusia yang memperoleh nilai mata pelajaran yang tinggi-tinggi,

    melainkan manusia berkarakter kuat, dapat dipercaya, mudah diterima, memiliki growth mindset,

    berjiwa terbuka, dan pandai mengungkapkan isi pikirannya dengan baik. Kalau ini sudah jelas,

    buat apa membuang waktu sia-sia?

    Rhenald Kasali

    Guru Besa Universitas Indonesia

    Rekomendasikan ini di Google

    KAMIS, 01 DESEMBER 2011

    Marketing Entrepreneur - Sindo 1 Desember 2011

    Entah mengapa, hampir semua anak muda yang memilih jalur wirausaha selalu berpikir

    bagaimana membuat sesuatu.

    Mereka masih berpikir berwirausaha itu penuh kesibukan, seperti dalam deskripsi bukubuku teks,

    yaitu dari mengembangkan ide, membuat, mempromosikan sampai menyerahkannya ke

    konsumen. Pantaslah bila sebagian besar usahawan pemula gagal dan mereka mengatakan

    berwirausaha itu sulit. Kalaupun berhasil, sebagian besar terperangkap dalam bisnis yang relatif

    murah dan overcrowding, yaitu kuliner. Ini tentu kurang sehat. Di Politeknik Negeri Malang (PNM),

    hari Jumat pekan lalu, saya ditunjuki produk-produk temuan mahasiswa.

    Anda mungkin sudah biasa melihat charger baterai handphone yang dapat dipakai di mobil. Tapi

    mungkin Anda belum melihat charger untuk dipakai pada sepeda motor.Charger ituditemukan

    para mahasiswa PNM dan kemungkinan pasarnya sangat besar. Coba saja hitung berapa jumlah

    sepeda motor yang berhasil dijadikan pasar setiap tahun. Selain bersepeda motor, mereka juga

    pasti memiliki ponsel.

    Pertanyaannya,bagaimana memasarkannya dan benarkah pasar membutuhkannya? Lagipula,

    bagaimana memodalinya agar desainnya lebih menarik dan kualitasnya lebih baik? Kalau

    pekerjaan membuat dan memasarkan harus dijalankan seorang entrepreneur pemula,Anda bisa

    bayangkan kapan mereka bisa menikmati hasil dari ide-ide kreatif anakanak muda itu? Saya kira

    Anda bisa dengan cepat menerkanya. Saat jaringan dan brand terbentuk, produk sudah tidak

    dibutuhkan lagi oleh pasar.

    Kickstarter.com

    Putra saya menunjukkan sebuah kit yang dapat dipasang di tali pinggangnya.Alatnya sederhana,

    beratnya hanya beberapa ons, dipakai untuk memasang kamera. Ia membelinya dari situs

    kickstarter.com. Dari situs itu saya bisa melihat video yang dibuat para wirausaha muda yang

    menamakan dirinya sebagai orang-orang kreatif. Dari situs itulah saya bisa melihat bagaimana

    seorang entrepreneurmuda come up dengan gagasan-gagasan kreatifnya. Alat yang tadi saya

    sebut diberi nama capture (capture camera clip system).

    Di situ ditunjukkan masalah yang dihadapi oleh konsumen yang selamainihanya bisamenggantung

    kamera yang standby dipakai dikalungkan di leher.Pertanyaan yang diajukan: bagaimana kalau

    Anda membungkuk atau berjalan sambil merangkak? Repot bukan? Kamera akan terbentur-

    bentur.Oleh karena itulah Anda memerlukan capture. Tapi untuk memilikinya,si

    pembuatmemerlukandanabesaruntuk mengembangkan dan memasarkannya. Kickstarter.com

    membuka kesempatan bagi siapa saja yang mau membiayai creative project ini.

    Besarnya berapa saja,mulai dari satu dolar hingga tak terbatas.Tentu saja setiap penyumbang

    akan mendapatkan sesuatu,mulai dari penyebutan nama, mendapatkan mock up sebelum

    product launching, sampai produk perdana yang jumlahnya bisa bertambah sesuai dengan jumlah

    donasi. Dalam tempo 75 hari sejak diluncurkan di Kickstarter, saya bisa membaca bahwa project

    ini berhasil mendapatkan dana sebesar USD364.968, lebih dari yang diharapkan wirausaha pemilik

    gagasan. Inilah yang saya sebut sebagai marketing entrepreneur.

    Entrepreneur pada dasarnya bukanlah melulu melakukan penciptaan produk (creating product),

    melainkan creating value.Anda bisa bayangkan apa jadinya bila Indonesia tidak memiliki modern

    marketing entrepreneur dan semua mentor hanya mendorong lahirnya produk atau service

    entrepreneur? Saya kira masa depan dunia kewirausahaan yang beberapa tahun ini kita panaskan

    akan kembali berubah menjadi dingin. Tanpa marketing entrepreneur, kelak akan terjadi kelelahan

    di kalangan wirausaha muda. Mereka keletihan mencari modal, mengembangkan ide,membawa

    produk dari sebuah gagasan menjadi sesuatu yang siap dipasarkan dan memasarkannya.

    Pengalaman dan pengamatan saya menunjukkan pekerjaan besar ini membutuhkan minimal lima

    tahun untuk melahirkan entrepreneur yang matang dengan produk yang kreatif dan brand yang

    sustainable. Marketing entrepreneur tidak hanya membantu entrepreneur mendapatkan sumber

    dana, melainkan juga memasarkan hasil kreasi mereka.Dunia ini memang membutuhkan

    spesialis-spesialis yang sophisticated dan mendalami pekerjaannya.

    Dari situlah suatu bangsa membesarkan wirausaha- wirausahanya, membangun UMKM menjadi

    converted by Web2PDFConvert.com

    http://www.web2pdfconvert.com/?ref=PDFhttp://www.web2pdfconvert.com/?ref=PDFhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/12/marketing-entrepreneur-sindo-1-desember.htmlhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=3811962049024069621&target=facebookhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=3811962049024069621&target=twitterhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=3811962049024069621&target=bloghttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=3811962049024069621&target=emailhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/12/perbaiki-sekolah-sindo-8-desember-2011.html#comment-formhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/12/perbaiki-sekolah-sindo-8-desember-2011.html
  • 7/28/2019 Rhenald Kasali Blogspot Com 21

    9/9

    Posting Lebih Baru Posting LamaBeranda

    Langganan: Entri (Atom)

    Diposkan oleh Rhenald Kasali di 03:43 Tidak ada komentar:

    pemain global yang tangguh sekaligus menciptakan produkproduk yang bermutu. Di era internet

    yang serbaterbuka, seorang pemula tidak perlu membangun personal branding hingga

    bertahuntahun. Kalau punya produk bagus, semua orang bisa mendapatkan pasar dari marketing

    entrepreneur yang menguji produknya sebelum produk-produk itu sungguh-sungguh dipasarkan.

    Indikasinya, cukup banyak orang yang mau membiayai projectitu. Di situs KickStarter misalnya,

    produk capture clip camera, yang semula hanya membutuhkan USD10.000, ternyata berhasil

    mendulang funding sebesar USD364.698 dari 5.258 investor.Ini jelas menunjukkan pasar sangat

    menantikan kehadirannya, konsumen pun bisa menjadi investor.Pada produk lain,yang hanya

    membutuhkan sebesar USD15.000 (sebuah tali jam yang memindahkan iPod Nano), berhasil

    mengumpulkan funding mendekati USD1 juta dari 13.512 investor yang menyumbang dari 1 dolar

    hingga tak terbatas.

    Mobilisasi dana investasi cara ini jauh lebih powerful daripada sekadar angel investor yang pernah

    saya ceritakan berapa waktu lalu dalam kolom ini. Selain memobilisasi dana, seorang

    entrepreneur pemula juga dapat menguji seberapa kuat penerimaan pasar sekaligus menggantikan

    marketing test melalui cara-cara konvensional. Ayo bangun jaringan marketing entrepreneur! Siapa

    berminat?

    RHENALD KASALI

    Guru Besar Universitas Indonesia

    Rekomendasikan ini di Google

    Template Simple. Gambar template oleh Storman. Diberdayakan oleh Blogger.

    http://www.blogger.com/http://www.istockphoto.com/googleimages.php?id=5972475&platform=blogger&langregion=inhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/feeds/posts/defaulthttp://rhenald-kasali.blogspot.com/http://rhenald-kasali.blogspot.com/search?updated-max=2011-12-01T03:43:00-08:00&max-results=7http://rhenald-kasali.blogspot.com/search?updated-max=2012-01-26T01:28:00-08:00&max-results=7&reverse-paginate=truehttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=1357150982102985670&target=facebookhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=1357150982102985670&target=twitterhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=1357150982102985670&target=bloghttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=1357150982102985670&target=emailhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/12/marketing-entrepreneur-sindo-1-desember.html#comment-formhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/12/marketing-entrepreneur-sindo-1-desember.html