RF LINK - sigitkus.lecture.ub.ac.id filenoise adalah noise yang terjadi karena fluktuasi acak dari...
Transcript of RF LINK - sigitkus.lecture.ub.ac.id filenoise adalah noise yang terjadi karena fluktuasi acak dari...
DIKTAT KOMUNIKASI SATELIT
1
RF LINK SIGIT KUSMARYANTO http://[email protected]
1. PENDAHULUAN
Kinerja dari hubungan komunikasi satelit pada umumnya didasarkan pada
dua bagian. Bagian pertama, merupakan segmen yang disebut RF link, yang
berhubungan dengan kalkulasi rasio carrier-to-noise-density (C/No) yang tersedia,
meliputi transmisi radio dari sinyal termodulasi. Bagian kedua, berhubungan dengan
kalkulasi dari kinerja saluran, dan jumlah saluran yang tersedia sebagai fungsi dari
kerapatan carrier-to-noise yang tersedia. Hasil kalkulasi ini tergantung pada
modulasi dan sistem multiple-access yang digunakan.
Kinerja dari hubungan radio-frequency ditentukan dari karakteristik terminal-
terminal radio (seperti, pemancar, penerima, dan antena), karakteristik media
propagasi, dan kemungkinan adanya interferensi. Dua aspek pertama dari RF link
akan dibahas dalam makalah ini.
2. NOISE
Dasar dari kinerja suatu link adalah noise, yang dapat dihasilkan oleh
peralatan elektron aktif, diterima dari luar angkasa, atau oleh thermal noise. Thermal
noise adalah noise yang terjadi karena fluktuasi acak dari arus listrik. Nyquist
membuktikan, dengan pertimbangan termodinamika, bahwa kuadrat tegangan pada
resistansi R dan bandwidth B dinyatakan dengan
kTBRen 42 = volt2 (1)
dimana en = tegangan noise
k = konstanta Boltzmann, 1,38 × 10-23 J/K
R = resistansi, Ω
B = bandwidth noise, Hz
T = temperatur absolut, K
Daya noise yang tersedia Pn pada beban yang tersedia dinyatakan dengan
kTBR
eP n
n ==4
2
watt
DIKTAT KOMUNIKASI SATELIT
2
Formula Nyquist berlaku pada hampir semua spektrum komunikasi, tapi
untuk millimeter-wave yang lebih tinggi dan daerah infrared, harus digunakan
formula quantum yang pasti untuk kerapatan noise NQ yang berlaku untuk semua
frekuensi.
hfe
hfN
kThfQ +−
=1/
W/Hz (2)
Persamaan diatas menunjukkan bahwa pada frekuensi yang sangat tinggi,
thermal noise hilang, sehingga yang ada hanyalah quantum noise. Kita definisikan
suatu kerapatan spektral daya noise No sehingga N=NoB untuk nonquantum thermal
noise, dimana No=kT. Bila dinyatakan dalam rasio NQ terhadap No, maka diperoleh
kT
hf
e
kThf
N
NkTh
o
Q +−
=1
//
1⟨⟨kT
hf (3)
Pada frekuensi rendah, hf/kT 0 dan NQ No.
1=kT
hf
dapat dianggap transisional antara kedua pernyataan diatas. Ini terjadi untuk
21=T
f
jika f dalam GHz dan T dalam K.
Ini menunjukkan bahwa makin rendah temperatur sistem, makin rendah
frekuensi yang harus digunakan. Hal ini tidak perlu digunakan untuk permasalahan
komunikasi satelit saat ini, bahkan pada range gigahertz, namun untuk masa yang
akan datang dimana frekuensi yang digunakan lebih tinggi dalam daerah infrared dan
optik, maka harus digunakan persamaan quantum.
3. RF LINK DASAR
3.1 Hukum Inverse-Square yang Diterapkan pada Setiap Link
Dengan radiasi isotropik dari daya PT dalam gelombang berbentuk bola
konsentris dan mendefinisikan gain GT sebagai rasio daya dari sinyal pada arah yang
DIKTAT KOMUNIKASI SATELIT
3
diinginkan, maka diperoleh daya sinyal (carrier) yang ditangkap oleh penerima pada
jarak R, dengan aperture efektif antena Aeff, sebagai :
effTT AGR
PC
24π= (4)
karena
kerapatan fluks × aperture efektif = level carrier
Sehingga, parameter-parameter yang mempengaruhi daya nyata yang diterima pada
setiap link adalah daya pemancar, gain antena pemancar, jarak antara pemancar dan
penerima, dan ukuran antena penerima (efektif). Persamaan (4) dapat dinyatakan
kembali dengan menerapkan formula antena universal
πλ
4
2GAeff =
dimana G adalah gain antena. Sehingga,
=
πλ
π 44
2
2RTT G
R
GPC (5)
Thermal noise yang tersedia dapat ditulis sebagai
BkTN s= (6)
dimana Ts didefinisikan sebagai keseluruhan temperatur sistem diterima, yang
diinginkan untuk menghitung efek dari noise thermal, peralatan, atmosfir, dan
kosmik. Daya carrier yang diperoleh adalah
BkTN
CN
N
CC s==
dimana (C/N) adalah carrier-to-noise rasio. Sehingga dapat ditulis
( ) kBT
G
R
GP
N
C
s
RTT 1
/4 2
=
λπ (7)
Faktor-faktor diatas umumnya didefinisikan sebagai berikut :
PTGT = e.i.r.p. (equivalent isotropic radiated power)
DIKTAT KOMUNIKASI SATELIT
4
sLR =
2
4
λπ
(free space loss)
Free space loss adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan kalkulasi daya RF
link. Keadaan dimana kerapatan radiasi elektromagnetik berkurang sesuai dengan
jarak, disebut spreading loss, merupakan hubungan inverse square 1/(4πR2) dan
tidak tergantung pada panjang gelombang. Persamaan (7) dapat ditulis
kBT
G
L
prie
N
C
s
R
s
1....
=
Dapat dilihat bahwa kinerja dari penerima, dinyatakan dengan (C/N), ditentukan oleh
(GR/Ts), suatu faktor (biasanya disebut G/T) yang banyak digunakan dalam sistem
penerima satelit. Satuannya adalah dB/K. Persamaan diatas dapat dinyatakan dalam
bentuk umum, tidak tergantung pada bandwidth, sebagai
kT
G
L
prie
N
C
so
1....
=
(8)
3.2 Signifikansi C/No
C/No adalah suatu parameter yang menarik, hal ini dapat dilihat pada
persamaan Shannon untuk kapasitas kanal.
+=N
CBH 1log2 (9)
dimana H, kecepatan maksimum dimana informasi yang error-free dapat
ditransmisikan pada saluran, dan diukur dalam bit/detik.
( )
( )[ ] CBNoo
Bo
oBNCNC
BNC/
2
2
/1log/
/1log
+=
+=
C/No (diukur dalam Hertz) adalah sebanding dengan kecepatan informasi
maksimum yang dapat ditransmisikan dengan daya carrier tertentu tanpa
eNCH oB
2log/lim =∞→
DIKTAT KOMUNIKASI SATELIT
5
memperhitungkan bandwidth. Untuk transmisi digital, digunakan parameter yang
serupa dengan C/No yaitu Eb/No, yang merupakan rasio dari energi per bit informasi
yang ditransmisikan terhadap kerapatan noise, sama dengan C/No dibagi kecepatan
transmisi bit. Pada kasus dimana kecepatan transmisi sama dengan kapasitas kanal H,
maka
dBN
E
eN
HEH
o
b
o
b
6.1
log2
−=
= (10)
Ini adalah limit Shannon untuk energi bit terhadap rasio kerapatan noise.
Untuk nilai dibawah ini, tidak mungkin ditemukan sistem coding yang error-free.
4. TIGA TIPE KHUSUS DARI LIMIT PADA KINERJA LINK
4.1 Ukuran Antena Tetap pada Kedua Ujung
Misalkan suatu link dimana ukuran fisik dari antenanya terbatas pada kedua
ujungnya dengan alasan biaya atau kenyamanan, ini merupakan tipe dari relay
microwave terrestrial line-of-sight. Dengan menggunakan persamaan (8) dan
formula antena universal, maka dapat dilihat bahwa
TTR
so
PR
AA
kTN
C22
2
λη= (11)
dimana AR dan AT adalah area fisik dari antena pemancar dan penerima, dan η adalah
efisiensi antena, dianggap sama untuk kedua antena. Kinerja link akan semakin baik
pada daya pemancar lebih tinggi dan temperatur sistem penerima lebih rendah.
Dengan AR dan AT tetap, jarak dan panjang gelombang yang lebih pendek juga akan
meningkatkan kinerja.
4.2 Gain Antena Tetap pada Kedua Ujung
Dalam beberapa aplikasi, beamwidth kedua antena mempunyai nilai tertentu.
Pada kasus ini, digunakan persamaan dimana gain antena ditentukan pada kedua
ujung, karena gain antena berbanding terbalik dengan beamwidth. Persamaan (8)
dapat ditulis lagi menjadi
DIKTAT KOMUNIKASI SATELIT
6
( ) T
s
RT
o
PRkT
GG
N
C22
2
4πλ
= (12)
Kinerja link makin baik dengan meningkatnya PT dan berkurangnya T dan R2,
juga dengan bertambahnya panjang gelombang.
4.3 Gain Antena Tetap pada Ujung yang Satu dan Ukuran Antena Tetap pada
Ujung yang Lain
Kasus ini diterapkan pada downlink dari sistem satelit-bumi dimana gain
antena pemancar satelit tetap, sedangkan ukuran antena penerima sebesar mungkin,
dengan mempertimbangkan biaya dan kenyamanan. Dengan menggunakan hubungan
gain-area antena universal dan hubungan antara sudut tetap Ω, jarak R, dan area S
pada permukaan bola konsentris, maka
2R
S=Ω steradian (13)
dengan Ω = 4π untuk bulatan penuh.
Jika diasumsikan bahwa energi dikonsentrasikan pada beam utama, gain
antena GT dari antena pemancar adalah berbanding terbalik dengan sudut tetap beam,
S
RKKGT
211 =
Ω= (14)
Dengan mensubstitusikan pada persamaan (8), dan menggunakan formula antena
universal, maka untuk downlink diperoleh
Ts
R
o
PSkT
AK
N
C
πη4
1= (15)
Sedangkan untuk uplink diperoleh
Ts
T
o
PSkT
AK
N
C
πη4
1= (16)
5. LINK SATELIT: ATAS DAN BAWAH
Persamaan (8) dapat dinyatakan dalam desibel dengan menghitung logaritma
umum dari kedua sisi dan mengalikannya dengan 10, sehingga
[ ] [ ] [ ]kT
GLprie
N
C
s
Rs
o
−
+−=
.... (17)
DIKTAT KOMUNIKASI SATELIT
7
Satuan yang digunakan adalah
[C/No] dalam dBHz
[e.i.r.p] dalam dBW
[Ls] dalam dB
[G/T] dalam dB/K
[k] = -228.6 dBJ/K (karena k = 1.38 × 10-23 J/K)
[B] dalam dBHz
5.1 Uplink
Uplink biasanya dinyatakan dengan parameter intermediat, ψ, kerapatan fluks
yang diperlukan untuk menghasilkan keluaran transponder maksimum atau saturasi,
PT, untuk single carrier. Nilai aktual φ dari kerapatan fluks yang diterima dinyatakan
dengan
24
).(...
R
istasiunbumprie
πφ =
2
4....
λπ
sL
prie= (18)
dalam desibel,
[ ] [ ] [ ]
+−=2
4....
λπφ sLprie dBW/m2 (19)
Jika φ = ψ, persamaan ini dapat digunakan untuk menghitung nilai dari e.i.r.p. yang
dibutuhkan pada stasiun bumi untuk menyediakan nilai dari kerapatan fluks saturasi
ψ pada satelit. Dari persamaan (17) diperoleh
[ ] [ ]kT
G
N
C
UUo
−
+
−=
2
4
λπφ (20)
5.2 Downlink dan Back-off
Untuk downlink,
[ ] [ ] [ ]kT
GLprie
N
C
DsDsD
Do
−
+−=
.... (21)
Gambar 1 menunjukkan karakteristik transfer dari amplifier secara umum. Biasanya
amplifier dioperasikan pada nilai yang lebih rendah daripada output saturasinya, pada
suatu jumlah yang disebut back-off, yang tergantung pada nonlinearitas dan
spektrum input.
DIKTAT KOMUNIKASI SATELIT
8
Gambar 1. Karakteristik transfer amplitudo TWT
Jika daya output satelit dikurangi dengan BOo (back-off output) dari nilai saturasi,
PT, maka persamaan downlink menjadi
[ ] [ ] [ ] [ ]kT
GLBOprie
N
C
DsDsoD
Do
−
+−−=
.... (22)
Jika diasumsikan nilai tetap dari parameter-parameter seperti [G/Ts]U dan
[Ls]U, back-off diperoleh dengan mengurangi daya pemancar uplink atau dengan
mengurangi amplifikasi transponder satelit. Jika uplink e.i.r.p. dikurangi dengan BOi
(back-off input), maka persamaan uplink menjadi
[ ] [ ] [ ] [ ]iUs
Uo
BOkTGN
C −−+
−=
/
42λπψ (23)
Jika amplifikasi transponder dikurangi untuk mencapai back-off, ψ menjadi nilai
baru ψ’ ,
[ ] [ ] [ ]iBO−= ψψ '
sehingga
[ ] [ ] [ ]kTGN
CUs
Uo
−+
−=
/
4'
2λπψ (24)
6. KINERJA GABUNGAN
DIKTAT KOMUNIKASI SATELIT
9
Kinerja keseluruhan dari hubungan satelit tergantung pada uplink, downlink,
efek nonlinear pada transponder, dan interference.Skema noise keseluruhan
ditunjukkan pada gambar 2.
Gambar 2. Skema noise keseluruhan
Uplink noise, dan sinyal pengganggu, dikuatkan oleh transponder, seperti halnya
sinyal uplink. Interferensi downlink dari satelit yang berdekatan akan menambah
thermal noise pada penerima stasiun bumi. Dengan menggunakan intermodulasi dan
thermal noise Ni, maka dapat ditulis
TNTNN
TP
N
C
iUD
s
T ++=
α
(25)
dimana
D
s
D N
TP
N
C =
U
s
U N
P
N
C α/=
i
s
i N
P
N
C =
dengan aljabar rutin
(26)
Dengan mempertimbangkan sinyal interferensi I pada uplink atau downlink, maka
11111 −−−−−
+
+
+
=
I
C
N
C
N
C
N
C
N
C
iUDT
(27)
Kurva gabungan carrier-to-intermodulation rasio sebagai fungsi back-off, dan
dengan jumlah carrier sebagai parameter, ditunjukkan pada gambar 3. Nilai ini dapat
1111 −−−−
+
+
=
iUDT N
C
N
C
N
C
N
C
DIKTAT KOMUNIKASI SATELIT
10
dihitung dengan menggunakan berbagai model matematik, atau dapat juga diukur
menggunakan simulator transponder satelit.
Gambar 3. Grafik noise carrier-to-intermodulation terhadap back-off
7. OPTIMASI DARI RF LINK
Rasio carrier-to-intermodulation-noise meningkat seiring dengan
berkurangnya level daya HPA, dan pada saat bersamaan, rasio kerapatan carrier-to-
noise downlink makin menurun. Gambar 4a menunjukkan rasio kerapatan thermal
carrier-to-noise uplink dan downlink terhadap input back-off. Pada contoh ini
diasumsikan bahwa back-off dicapai dengan mengurangi daya pemancar uplink.
Gambar 4a. Operasi TWT optimum
DIKTAT KOMUNIKASI SATELIT
11
Jika kita mengkalkulasikan gabungan carrier-noise rasio menggunakan
metode yang telah dibahas sebelumnya, maka diperoleh bahwa posisi dari titik
optimum merupakan fungsi dari stasiun bumi G/T. Makin besar G/T, maka makin
banyak back-off untuk mengurangi intermodulasi karena rasio yang lebih besar dari
carrier-to-thermal noise. Gambar 4b menunjukkan hasil dari kalkulasi untuk kasus
tertentu dengan satelit 40dBW, bandwidth 42 MHz, dan karakteristik intermodulasi
seperti pada gambar 2.
Gambar 4b. Pengaruh penerima stasiun bumi G/T pada back-off optimum transponder
Sistem single-channel-per-carrier lebih rumit, karena biasanya mempunyai
voice activation; yang artinya bila satu carrier tidak diperlukan karena pemberhentian
pembicaraan, maka akan dimatikan (off). Hal ini mengakibatkan daya pemancar
satelit tersimpan dan intermodulasi berkurang. Ini terlihat pada gambar 5.
DIKTAT KOMUNIKASI SATELIT
12
Gambar 5. Model noise intermodulasi satelit: banyak carrier
8. LINK INTERSATELIT
Link intersatelit membuat geometri jaringan yang lebih canggih dimana titik-
titik yang tidak berada dalam pola coverage satelit yang sama dapat dihubungkan.
Dalam beberapa kasus, hal ini akan mengurangi delay transmisi. Persamaan gain
antenna bila dihubungkan dengan sudut tetap dari pencil beam:
βη
2
260004 =
ΩΠ=G
D
λβ 70= (28)
Dimana Ω adalah sudut tetap beam dsalam steradian, β adalah beamwidth
setengah daya dari beam yang sama dalam derajat, λ adalah panjang gelombang dan
D adalah diameter.
Bila performansi link dibatasi oleh keakuratan beam pointing, maka
beamwidth antenna akan dianggap sama dengan dua kali keakuratan pointing δ. Kita
meletakkan antenna pada kedua ujung link dengan kondisi yang sama, dan dengan
menggunakan persamaan (12) akan diperoleh :
δ 422
21
1074.1TRf
PN
s
T
o
xC =
(29)
DIKTAT KOMUNIKASI SATELIT
13
Persamaan ini dapat diplot dengan berbagai cara. Gambar 6-7 memplot C/No
terhadap frekuensi carier dengan keakuratan anguler dan diameter antenna sebagai
parameternya.
9. TEMPERATUR NOISE
9.1 Umum
Komputasi performansi link RF biasanya dibawa dalam bentuk temperatur
noise system ekivalen Ts.
Individual point dalam system dikarakterisasikan oleh noise temperatur TN.
temperatur antena Ta adalah sebuah khasus khusus tertentu. Dia tergantung dari pola
radiasi, temperatur fisik sekeliling dimana antena melakukan pertukaran energi, dan
noise yang diterima. Dia dapat berubah karena sudut elevasi, rugi hujan dan waktu.
Individual stage dikarakterisasikan oleh temperatur excess Te. Temperatur ini
kadangkala disebut sebagai temperatur noise input ekivalen atau effektif, adalah
perbedaan antara temperatur sistem Ts dan temperatur noise TN pada output stage.
Antena Ta Receiver gain, Output N out
Ta G equivalent
Ts temperatur, Te
Gambar 6 System receive dasar
Dari gambar diperoleh ;
Nout = kGTsB (30)
Dari persamaan dapat diperoleh :
Ts = Ta + Te (31)
Sedangkan untuk dua jaringan dalam tandem dengan temperatur excess Te1
dan Te2, gabungan dari temperatur Te dapat ditunjukkan dalam persamaan :
GTTT e
ee1
21+= (32)
9.2 Beberapa Kasus Penting
DIKTAT KOMUNIKASI SATELIT
14
Beberapa hasil yang penting dari definisi dan persamaan diatas dapat
ditentukan untuk beberapa kasus khusus.
Ini dapat ditunjukkan bahwa hot pad memiliki sebuah temperatur excess :
TE =T(L-1) (33)
Dan bila dihubungkan dengan temperatur noise:
L
TLTT N
)1(0
−+= (34)
dimana L adalah rugi atenuator.
9.3 Noise Figure
Noise figure atau noise factor ini diperoleh :
NC
NC
out
out
in
in F= (35)
dimana F adalah noise figure.
Bila level input dan output carier dihubungkan dengan power gain G dan bila
level noise input adalah kTinB, maka
Nout= FGkTinB (36)
Atau dapat ditulis :
Nout=(F-1)GkTinB + GkTinB (37)
Semua hal diatas tergantung dari F pada level noise input. Bila level ini bertambah,
C/N akan bertambah.
Dalam pengoperasian temperatur input biasanya terdapat dalam masalah
satelit Ta berbeda dari To, sehingga output noise menjadi :
Nout = GkTaB + (F-1)GkToB (38)
Dari definisi temperatur system dalam bentuk Nout, kita dapat menentukan
nilai dua noise output adalah sama, sehingga:
kGTsB = GkTaB + (F-1)GkToB
Ts = Ta + (F-1)To, To = 290 K (39)
Dan dari definisi temperatur exess Te,
Te = (F-1)To To = 290 K (40)
Dengan menggunakan persamaan (6-34) dan (6-44), dapat kita peroleh persamaan
noise figure dua jaringan :
DIKTAT KOMUNIKASI SATELIT
15
GFFF
1
2112
1−+= (41)
10. TEMPERATUR ANTENA
10.1 Temperatur Antenna Komposit
Antenna menerima energi dari dan meradiasikan energi ke langit, tanah, dan
(pada waktu-waktu tertentu) ke matahari. Pada prinsipnya, Ta seharusnya
dievaluasikan menggunakan sebuah integrasi melalui sudut antenna (4Π steradian)
dalam persamaan :
∫ ∫ ΩΩΩ Ω
+−+=1 2
2
22
211])1[( dd TTGTGT skygskya ρρ (42)
Dimana :a
G1 = gain antenna dalam arah langit
G2 = gain antenna dalam arah tanah
Ω1 = daerah sudut solid dalam arah langit
Ω2 = daerah sudut solid dalam arah tanah
T0 = temperatur troposfer atau asumsi hujan, biasanay 290 K
Tg = temperatur tanah, biasanya 290 K
ρ = factor pantulan tegangan dari bumi
Temperatur langit, Tsky, diperoleh dari T’, temperatur clear sky karena noise
galaktis, background gelombang mikro, rugi-rugi O2 dan H2O seperti ditunjukkan
pada Gambar 7 dan 8. bila rugi hujan adalah Lg, maka temperatur langit bila dihitung
dari T’ akan diperoleh :
LLT
R
Rsky
ToT )1(' −+= To = 290 K (43)
Dari beberapa pendekatan ini akan dihasilkan :
Ta = a1 Tsky + a2Tg + a3Tsun (44)
Dimana:
a1 = Ωsky/4π(1-ρ2)
a2 = (Ωg/4π)(1-ρ2)
a3 = p(Ωs/4π)(Gs/LR)
DIKTAT KOMUNIKASI SATELIT
16
1. Dennis,Roddy.1996. Satellite Communications. USA :Mc.Graw Hill Company
Inc
2. Henry G, Robert A, Wilbur L.1993. Satellite Communication Systems
Engineering, Prentice Hall PTR, New Jersey
3. Roody, Denis and John Coolen. 1997. Electronic Communication, Third Edition .
Alih bahasa : Kamal Idris, Penerbit Erlangga. Jakarta
4. Kusmaryanto, Sigit. Komunikasi Satelit:Diktat, Jurusan Teknik Elektro
Universitas Brawijaya, Malang