Rf Kolposkopi

28
BAB I PENDAHULUAN Angka kanker serviks di Amerika Serikat cukup rendah bila dibandingkan dengan negara berkembang. Sedangkan Pap smear telah dilakukan dengan baik dalam hal mendeteksi prekursor karsinoma sel skuamosa maupun karsinoma sel skuamosa serviks, Tes ini kurang berhasil mengidentifikasi mereka dengan risiko tinggi penyakit pre maligna. Penggunaan tes HPV juga memberikan kontribusi meningkatkan sensitivitas skrining kanker serviks. Chase M. Dane et al, 2009 Peran klasik skrining sitologi serviks adalah mengidentifikasi wanita dengan kelainan serviks dan mengarahkan pemeriksaan diagnostik seperti kolposkopi dan biopsi yang dipandu kolposkopi. Pendekatan konvensional sitologi skrining, kolposkopi dan histologi diagnostik telah menurunkan kanker serviks. Sensitivitas dan spesifisitas kolposkopi mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan metode diagnostik lainnya. Untuk membedakan serviks normal dari diagnosa-diagnosa lain, perkiraan individual sensitivitas kolposkopi cukup tinggi yaitu 87-99%, sedangkan spesifisitasnya rendah yaitu 23-87%. Kolposkopi tampaknya lebih akurat dalam mengidentifikasi kelainan derajat tinggi dibandingkan derajat rendah.. Apgar S. Barbara, 2008 Kolposkopi merupakan suatu prosedur pemeriksaan vagina dan serviks dengan menggunakan instrumen kaca pembesar dengan pencahayaan. Pada awalnya digunakan untuk mendeteksi kanker 1

description

Rf Kolposkopi

Transcript of Rf Kolposkopi

Page 1: Rf Kolposkopi

BAB I

PENDAHULUAN

Angka kanker serviks di Amerika Serikat cukup rendah bila dibandingkan dengan

negara berkembang. Sedangkan Pap smear telah dilakukan dengan baik dalam hal

mendeteksi prekursor karsinoma sel skuamosa maupun karsinoma sel skuamosa

serviks, Tes ini kurang berhasil mengidentifikasi mereka dengan risiko tinggi penyakit

pre maligna. Penggunaan tes HPV juga memberikan kontribusi meningkatkan

sensitivitas skrining kanker serviks. Chase M. Dane et al, 2009

Peran klasik skrining sitologi serviks adalah mengidentifikasi wanita dengan

kelainan serviks dan mengarahkan pemeriksaan diagnostik seperti kolposkopi dan

biopsi yang dipandu kolposkopi. Pendekatan konvensional sitologi skrining, kolposkopi

dan histologi diagnostik telah menurunkan kanker serviks. Sensitivitas dan spesifisitas

kolposkopi mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan metode diagnostik

lainnya. Untuk membedakan serviks normal dari diagnosa-diagnosa lain, perkiraan

individual sensitivitas kolposkopi cukup tinggi yaitu 87-99%, sedangkan spesifisitasnya

rendah yaitu 23-87%. Kolposkopi tampaknya lebih akurat dalam mengidentifikasi

kelainan derajat tinggi dibandingkan derajat rendah..Apgar S. Barbara, 2008

Kolposkopi merupakan suatu prosedur pemeriksaan vagina dan serviks dengan

menggunakan instrumen kaca pembesar dengan pencahayaan. Pada awalnya

digunakan untuk mendeteksi kanker serviks invasif dini asimptomatik tetapi sekarang

digunakan untuk mendeteksi kelainan pre invasif dengan tujuan mencegah

perkembangan kanker serviks invasif. Pemeriksaan ini diterima untuk mendeteksi dan

menangani kelainan serviks. Kolposkopi juga memainkan peran dalam menilai berbagai

keadaan/kelainan serviks.Apgar S. Barbara, 2008, Frank E. jennifer, 2008

Kolposkopi sulit diterapkan secara global karena mahal dan membutuhkan

peralatan khusus, pelatihan dan evaluasi patologis Meski demikian, kolposkopi adalah

satu-satunya cara yang ada untuk mengevaluasi serviks terhadap penyakit berpotensi

premaligna lanjut yang terlewatkan atau hanya tergolong sebagai kanker stadium

rendah pada papsmear. Kolposkopi memungkinkan dokter menindaklanjuti pap smear

abnormal lebih baik. Chase M. Dana et al, 2009

1

Page 2: Rf Kolposkopi

Pasien akan menghadapi sejumlah hambatan bila direkomendasikan

pemeriksaan kolposkopi, termasuk kurangnya pengalaman ahli kolposkopi, rendahnya

pemahaman tujuan pemeriksaan, antisipasi ketidaknyamanan tindakan dan biaya yang

dikeluarkan. Wanita yang menjalani pemeriksaan kolposkopi sering mengalami

kecemasan yang sama bahkan lebih besar dari pembedahan mayor.Frank E. Jennifer, 2008

Pada tahun 2006, Jeronimo dan Schiffman mengkaji ulang literatur tentang

kolposkopi. Suatu kajian yang dipicu oleh pertanyaan keakuratan kesan kolposkopi dan

lokasi biopsi serta mengusulkan metode untuk memperbaiki teknik iniJeronimo, 2006 Pada

makalah singkat in penulis akan membahas tentang kolposkopi mencakup definisi,

persiapan, alat dan bahan yang digunakan serta teknik pemeriksaan dengan

mencantumkan beberapa gambaran kolposkopi dalam lampiran dengan tujuan dapat

menambah pengetahuan kita tentang kolposkopi sekaligus merupakan tugas Sub

Bagian Sitologi.

2

Page 3: Rf Kolposkopi

BAB II

KOLPOSKOPI

A. Definisi

Kolposkopi merupakan suatu prosedur pemeriksaan vagina dan serviks

dengan menggunakan instrumen kaca pembesar dengan pencahayaan. Pada

awalnya digunakan untuk mendeteksi kanker serviks invasif dini asimptomatik tetapi

sekarang digunakan untuk mendeteksi kelainan pre invasif dengan tujuan

mencegah perkembangan kanker serviks invasif.Frank E. Jennifer, 2008

B. Alat dan Bahan

1. Alat

a) Kolposkopi

Prosedur pemeriksaan ini sudah ada sejak tahun 1920, saat kolposkopi

masih kecil dan harganya belum begitu mahal. Pada tahun 1930, kolposkopi

telah dipakai luas di Eropa. Setelah skrining sitologi serviks diperkenalkan,

pemeriksaan koloposkopi menjadi teknik verifikasi sekunder. Kolposkopi

sekarang diterima luas sebagai metode yang paling banyak dipelajari untuk

deteksi neoplasia serviks dan neoplasia intraepitel.Apgar S. Barbara, 2008

Gambar 1. Pemeriksaan kolposkopi (dikutip dari MFMER.com)

3

Page 4: Rf Kolposkopi

Kolposkopi optik modern adalah mikroskop binokular yang digabung

dengan sumber cahaya dengan lensa objektif. Kolposkopi ini memberikan

pembesaran dan iluminasi untuk penilaian jaringan target. Tiap-tiap kolposkopi

optikal dilengkapi dengan lensa binokular dan tabung optik dengan seting

masing-masing. Kolposkopi memiliki jarak fokus tetap yang ditentukan oleh

lensa objektif. Umumnya memiliki jarak fokus 300 mm. Bila jarak fokusnya

terlalu pendek, ruangan didepan lensa agak sempit untuk menggerakkan

instrumen, bila jarak fokusnya terlalu panjang, maka ahli kolposkopi akan

terlalu jauh dari jaringan sasaran. Koloposkop umumnya dilengkapi dengan

kemampuan fokus menajamkan atau mengaburkan bayangan. Sepanjang

diatur pada fokus tetap, biasanya fokusnya relatif baik.Apgar S. Barbara, 2008

b) Forsep biopsi punch

Tersedia banyak jenis forsep punch dan masing-masing hanya beda sedikit

bentuknya (Tischler, Burke, Kevorkian dan Effendorfer). Forsep biopsi

memiliki gagang dan ujung atau kepala.

Gambar 2. Biopsi serviks (dikutip dari MFMER.com)

c) Kuret endoserviks

Kuret endoserviks berbentuk batang panjang tahan karat terdiri dari tempat

memegang atau ujung dengan sedikit lengkungan tajam.

4

Page 5: Rf Kolposkopi

d) Spekulum. Sebaiknya yang tidak memantulkan cahaya.

e) Pengait serviks (tenakulum)

f) Spekulum endoserviks

Kadang-kadang perlu melihat kanalis endoservikalis karena lesinya meluas

sampai ke kanalis servikalis. Visualisasi adekuat dapat dicapai dengan

menggunakan spekulum endoserviks.

g) Retraktor dinding vagina

Dinding vagina dapat menghalangi visualisasi serviks selama pemeriksaan

kolposkopi. Retraktor ini diperlukan manakala dinding vagina menghalangi.

2. BahanApgar S. Barbara, 2008

a) Asam asetat terlarut atau cuka

Kolposkopi serviks dikerjakan setelah di oleskan asam asetat 3-5 %

atau vinegar. Hasil “acetowhiteness” dari epitel dapat menunjukkan suatu

proses jinak atau neoplastik. Larutan tersebut dipakai dengan kasa, kapas lidi

besar atau dengan botol semprot. Untuk mendapatkan reaksi memutih pada

epitel tidak bertanduk, asam asetat 3-5 % harus dibiarkan berkontak dengan

jaringan hingga reaksi maksimal timbul. Selama pemeriksaan, pemakaian

ulangan asam asetat diperlukan untuk mempertahankan efek pemutihan.

Dengan menghilangnya efek pemutihan maka gambaran pembuluh darah

akan lebih jelas. Larutan ini bisa membuat tidak nyaman, terutama bila pasien

menderita infeksi vagina. Reaksi alergi jarang tapi iritasi bisa muncul

b) Lugol

Larutan iodine dilarutkan dalam aqua seperempat atau setengah untuk

mendapatkan larutan lugol. Larutan ini tidak stabil dan harus ditukar setiap 3-6

bulan. Meskipun larutan seperempat kurang iritatif namun sebagian pasien

tetap sensitif. Kadang sampai timbul alergi berat. Makanya perlu ditanyakan

riwayat alergi terhadap yodium. Larutan ini membuat epitel squamous tidak

5

Page 6: Rf Kolposkopi

bertanduk menjadi gelap menunjukkan adanya glikogen didalam sel. Tidak

adanya pewarnaan tersebut menunjukkan keadaan tanpa glikogen atau

permukaannya bertanduk (tebal). Pada kondisi metaplasia pewarnaan yang

timbul bervariasi, sedangkan epitel kolumnar berwarna kuning mustard.

c) Larutan Monsel

Larutan monsel (ferric subsulfat) digunakan untuk mendapatkan

haemostasis setelah biopsi serviks. Hanya digunakan setelah sampel diambil

seluruhnya. Sebelum spekulum dikeluarkan sisanya sebaiknya dibersihkan

d) Perak nitrat

Batang perak nitrat dapat digunakan untuk tujuan hemostasis. Bahan

ini berguna bila langsung diletakkan ditempat biopsi. Iritasi lebih berat

dibandingkan larutan monsel. Sama halnya dengan larutan monsel perak

nitrat akan mengganggu interpretasi biopsi sehingga hanya digunakan setelah

semua biopsi selesaiApgar S. Barbara, 2008

C. Persiapan

Edukasi adalah bagian integral dari pemeriksaan/rujukan dan hal ini dimulai

saat seorang wanita diberitahu bahwa diperlukan tindakan kolposkopi. Pasien diberi

tahu bahwa pap smearnya abnormal meskipun pengetahuannya tentang itu sangat

sedikit. Mungkin mereka baru menyadari jika digunakan istilah prekanker dan

mungkin menyamakan pap smear abnormal dengan kanker atau perilaku seksual

menyimpang; mereka mungkin bingung dengan hasil yang menyatakan bahwa

‘maknanya tidak dapat ditentukan’ atau mungkin cemas bila pap smear ulangan

tidak segera dikerjakan.

Komunikasi tentang pap tes abnormal atau hasil kolposkopi yang dikirim lewat

surat mungkin membingungkan dan kurang tepat. Sedangkan menggunakan

komputer untuk mengajarkan masyarakat tentang kolposkopi mungkin lebih efektif,

umumnya wanita lebih memilih mendapatkan informasi lewat tatap muka langsung

dengan pemberi layanan kesehatannya. Badan Perpustakaan Kedokteran Amerika

menyediakan tutorial interaktif untuk wanita tentang kolposkopi, yang dapat

6

Page 7: Rf Kolposkopi

digunakan sebagai informasi tambahan. Selain itu, informasi lewat videotape akan

melengkapi informasi tertulis sehingga dapat mengurangi kecemasan dibandingkan

hanya informasi tertulis saja.Chase M. dane, 2008

Pasien akan menghadapi sejumlah hambatan bila direkomendasikan

kolposkopi, termasuk kurangnya pengalaman ahli kolposkopi, rendahnya

pemahaman tujuan pemeriksaan, antisipasi ketidaknyamanan tindakan dan biaya

yang dikeluarkan. Wanita yang menjalani pemeriksaan kolposkopi sering

mengalami kecemasan yang sama bahkan lebih besar dari pembedahan mayor.

Indikator kecemasan selama pemeriksaan ginekologis termasuk meletakkan

tangannya pada bahu atau kaki, merapatkan kedua tangannnya, menutup atau

memejamkan mata, memegang meja pemeriksaan atau menutupi pinggulnya. Bila

dokter melihat hal tersebut maka dibutuhkan waktu lebih banyak untuk

mempersiapkan wanita tersebut. Kecemasan bisa timbul sebelum, selama atau

sesudah pemeriksaan kolposkopi. Banyak teknik untuk menghilangkan kecemasan

tersebut di antaranya mendengarkan musik atau menonton video.Chan Y et al, 2003, Samina

Tahsen et al, 2008

Konseling sebaiknya mencakup alasan dilakukan tindakan ini, apa yang

diharapkan dari tindakan ini, kontraindikasi relatif kolposkopi (termasuk pemakaian

antikoagulan, servisitis akut, vaginitis berat atau perdarahan hebat) dan komplikasi

potensial. Komplikasi yang muncul relatif ringan dan jarang termasuk perdarahan,

infeksi dan kesalahan diagnosa. Perdarahan dapat sangat berat dan sulit dikontrol

selama hamil, pada wanita dengan servisitis akut dan pada wanita dengan kanker

serviks. Namun, kolposkopi relatif aman dikerjakan pada semua wanita.Chase M. Dane,

2008

D. Indikasi dan kontraindikasi

Ada beberapa kelainan vagina dan serviks yang dapat dinilai dalam

pemeriksaan kolposkopi (tabel 1)Frank E. Jennifer, 2008 . Kolposkopi merupakan

pemeriksaan yang aman dengan sejumlah risiko ringan, antara lain perdarahan

berat, infeksi dan nyeri pelvis. Kontrol hemostasis dan nyeri telah menjadi bahasan

dalam konteks pengobatan dysplasia. Pada penelitian terhadap 96 wanita

sehubungan dengan gejala yang timbul setelah biopsi serviks, 84 diantaranya

7

Page 8: Rf Kolposkopi

melaporkan pendarahan ringan dan 11 dengan perdarahan sedang. Perdarahan ini

berlangsung selama lebih dari 2 hari pada 66 perempuan. Pada penelitian tersebut

semua kolposkopis memakai larutan monsel setelah biopsi untuk mengontrol

perdarahan dan para penulis berteori bahwa ini mungkin disebabkan larutan

Monsel karena larutan tersebut bersifat iritan.Chase M. Dane, 2008

E. Teknik pemeriksaanApgar S. Barbara, 2008

1. Bahan dan alat diperiksa sebelum pemeriksaan dimulai

2. Dokumentasi yang baik

3. Pasien dalam posisi litotomi dan dipasang duk steril

4. Ahli kolposkopi duduk pada alat kolposkopi, jarak binokular di atur dan

kolposkopi dinyalakan

5. Tergantung pada indikasi kolposkopi, vulva dapat dilihat dengan kolposkopi.

Asam aseat 3-5 % dapat digunakan untuk mempermudah melihat epitel. Bila

terlihat daerah abnormal, maka segera dilakukan biopsi vulva. Beberapa ahli

kolposkopi menunda kolposkopi dan biopsi sampai semua pemeriksaan selesai.

6. Dimasukkan spekulum ukuran paling besar

7. Servik harus dapat dilihat sempurna, kadang perlu dilakukan usapan mukus

yang menutupi serviks. Bila posisi serviks kurang pas maka dapat diselipkan

kasa basah di fornik dengan memakai forsep

8

Page 9: Rf Kolposkopi

8. Diambil sampel untuk pemeriksaan sitologi, bila ada perdarahan cukup ditekan

biasanya akan berhenti

9. Serviks disinari dengan cahaya putih dengan perbesaran 4-8 x. dicatat temuan

makroskopis

10.Pola pembuluh darah dinilai dengan tabir/saringan berwarna hijau dengan

perbesaran rendah dan tinggi. Asam asetat sebaiknya baru digunakan setelah

pembuluh darah dilihat

11.Kemudian digunakan asam asetat 3-5 % secara hati-hati sampai semua bagian

serviks basah, diikuti asam asetat terlarut untuk menjamin terjadinya reaksi

memutih karena asetat (acetowhite reaction)

12.Epitel serviks dinilai dengan perbesaran rendah, sedang dan tinggi. Acetowhite

reaction pelan-pelan akan hilang tergantung pada parahnya abnormalitas epitel.

Dengan menghilangnya reaksi ini maka gambaran mosaik pembuluh darah akan

menjadi lebih jelas karena kontras dengan jaringan sekitarnya. Bila terlihat

pembuluh darah maka harus dilihat dengan perbesaran tinggi

13.Epitel normal dan abnormal serta pola pembuluh darah di ingat dengan baik

karena akan diperlukan saat mengisi data

14.Bila memungkinkan di ambil sampel endoserviks dengan kuret endoserviks atau

dengan cytobrush. Kuret dipegang seperti memegang pensil dan di masukkan

kedalam os servikalis dan seluruh kanalis dikuret dengan tarikan definitif. Sampel

difiksasi dan ditempatkan dalam botol sampel serta diberi label

15.Dilakukan biopsi yang dipandu kolposkopi. Tempat biopsi dipilih dan sampel di

ambil dengan tang biopsi. Perdarahan dirawat

16.Vagina dilihat kembali bersamaan dengan dikeluarkannya spekulum

17.Bila diperlukan dapat dilanjutkan dengan biopsi vulva

18.Pasien diberi tahu tentang kesan hasil pemeriksaan awal kolposkopi

19.Spesimen diperiksa kelengkapannya, dilakukan dokumentasi serta kolposkopi

dibersihkan dan alat-alat yang digunakan disterilkan kembali.

F. Dokumentasi

Dokumentasi temuan kolposkopi merupakan bagian penting dari prosedur

kolposkopi sistematis. Dianjurkan catatan kolposkopi dibuat terpisah dari kartu

9

Page 10: Rf Kolposkopi

pasien dan mudah didapat kembali. Form catatan sudah dibuat sebelumnya

sehingga semua informasi yang diperlukan sudah tercatat lengkap dan sistematis

pada saat pemeriksaan. Informasi demografi, temuan klinis dan anjuran untuk

kunjungan berikutnya atau rujukan sebaiknya termasuk dalam catatan itu. Kedalam

informasi demografi termasuk nama, alamat, nomer telepon, HPHT, riwayat

menstruasi dan kontrasepsi. Klinikus harus mendapatkan keluhan terbaru,

termasuk riwayat tes pap smear sebelumnya, riwayat PMS diri dan pasangan.

Dalam catatan temuan klinis, lokasi squamokolumnar junction dan orifisium

eksternal sebaiknya tertulis pada diagram serviks. Kesan normal atau abnormal dari

serviks, vulva dan vagina harus dicantumkan.Apgar S. Barbara, 2008

G. Kolposkopi pada remaja, kehamilan dan wanita post menopause

1) Kolposkopi pada remaja

Umumnya lesi CIN tingkat1 dan 2 mengalami regresi dan penanganan

agresif pada remaja biasanya tidak perlu karena prosedur eksisional

meningkatkan risiko timbulnya stenosis serviks dan partus prematurus.

Kolposkopi di anggap sebagai bagian dalam mengevaluasi penyakit menular

seksual, khususnya kelainan sitologi yang di induksi oleh HPV dan remaja

tersebut harus paham dengan prosedur tersebut. Namun aspek hukum tentang

perlunya biopsi tergantung pada hukum negara dan apakah biopsi merupakan

bagian dari evaluasi dan penanganan dari penyakit menular seksual. Remaja

disarankan diperiksa gonorea atau khlamidia pada saat kolposkopi karena

mereka merupakan kelompok risiko tinggi.Frank E. jennifer, 2008

2) Kolposkopi selama kehamilan

Kolposkopi selama kehamilan dilakukan untuk mengeksklusi adanya

kanker invasif. Servik wanita hamil mempunyai tampilan yang berbeda pada

pemeriksaan kolposkopi, CIN tampak jelas menonjol, meningkatnya sekresi

serviks dapat mengaburkan visualisasi, hiperemia, kelenjar yang prominen dan

eversi dari epitel kolumnar. Oleh karena itu kolposkopi harus di kerjakan oleh

yang berpengalaman melakukan kolposkopi pada wanita hamil.

10

Page 11: Rf Kolposkopi

Skuamokolumnar junction mungkin sulit diperlihatkan pada awal kehamilan, tapi

akan menjadi jelas dengan bertambahnya usia kehamilan. Karena itu bila

hasilnya tidak memuaskan sebaiknya diulang 6-12 minggu kemudian atau

setelah 20 minggu. Karena peningkatan vaskularisasi serviks pada kehamilan

dan cenderung berdarah banyak, biopsi umumnya dihindari kecuali ada

kecurigaan klinis displasia tingkat tinggi atau kanker. Namun biopsi dapat

dikerjakan pada semua trimester bila ada indikasi. Pengambilan sampel

endoserviks tidak dianjurkan karena dapat mencederai janin.Frank E. Jennifer, 2008

3) Kolposkopi pada wanita post menopause

Kolposkopi pada wanita post menopause dilakukan dengan cara yang

sama pada wanita tidak hamil. Pedoman terbaru mengizinkan tes HPV atau

sitologi ulangan pada wanita postmenopause dengan temuan sitologi lesi

skuamous intraepitel derajat rendah, menyadari risiko rendah patologi serviks

pada wanita usia lanjut dengan riwayat skrining negatif kanker serviks. Pada

wanita postmenopause, sambungan skuamokolumnar umumnya terletak pada

endoserviks, karena itu hasil kolposkopi sering tidak memuaskan.Penna C et al, 2005

H. Gambaran kolposkopi

Gambaran kolposkopik dibentuk oleh susunan epitel dan stroma. Dalam hal ini

epitel bertindak sebagai filter dan stroma sebagai obyekyang berwarna merah.

Gambaran yang tampak pada kolposkopi tergantung pada tebalnya epitel, densitas

optik, struktur pembuluh darah stroma dan variasi patologi servik.Sjamsuddin S, 2000

1. Gambaran kolposkopi normal

Epitel skuamous berwarna merah muda sedangkan epitel kolumner mempunyai

permukaan irreguler dengan papil-papil stroma yang panjang berwarna merah

tua karena pembuluh darah stroma di bawahnya. Zona transformasi ditentukan

dengan adanya epitel skuamous dengan muara kelenjar dan kista nabothi yang

berada pada batas luar zona transformasi.

2. Gambaran kolposkopi abnormal

a. Epitel abnormal

b. Pembuluh darah abnormal

11

Page 12: Rf Kolposkopi

Sebab Penampakan

Epitel abnormal Peningkatan densitas sel dan inti Epitel acetowhite

Abnomal keratin intraseluler LekoplakiaAbnomal produksi keratin

Pembuluh darah Perubahan epitel kapiler Formasi punktasi Abnormal dan mosaik

Formasi mosaik yaitu pada :- Transformasi metaplasia- Efek proliferasi kapiler HPV- Tranformasi neoplasia berat

Perubahan spesifik pada kapiler Pembuluh darahEpitel, angiogenesis atipik

Morfologi kolposkopi epitel abnormal atipik pada lesi prakanker serviks

tergantung pada sejumlah faktor yaitu :

1) Ketebalan epitel hasil sejumlah sel dan maturasinya

2) Perubahan konfigurasi permukaan dan keratinisasi

3) Variasi pola pembuluh darah

Perubahan acetowhite paling penting pada gambaran kolposkopi karena

berhubungan dengan perubahan spektrum dari epitel normal (metaplasia

skuamosa imatur) sampai dengan kanker. Syamsuddin S, 2000

3. Kolposkopi memuaskan dan tidak memuaskan

Pemeriksaan kolposkopi yang memuaskan dimana sambungan

skuamokolumner tampak dan seluruh lesi abnormal/atipik terlihat. Pemeriksaan

kolposkopi yang tidak memuaskan adalah dimana sambungan skuamokolumnar

yang baru tidak dapat ditampakkan akibat proses inflamasi berat atau atropi

berat yang mengakibatkan tidak dapat ditampakkan batas atas dari lesi.

I. Sistem penilaian kolposkopi

Tujuan dari penilaian kolposkopi sistematis adalah untuk mengarahkan ahli

kolposkopi pada lesi paling abnormal untuk di biopsi dengan tujuan menyingkirkan

12

Page 13: Rf Kolposkopi

adanya kelainan invasif. Tugas mendapatkan tempat yang paling tepat untuk di

biopsi menjadi suatu hal yang menantang bila lesinya sangat kompleks dan

menempati bagian besar dari zona transformasi.

Ada dua sistem penilaian atau indeks penilaian kolposkopi yang sering

digunakan dalam praktek kolposkopi, yaitu :

1) Sistem Rubin dan Barbo

Metode penilaian Rubin dan Barbo memasukkan beberapa hal yang

menjelaskan temuan serviks abnormal dan normal. Metode ini tidak hanya

menilai intensitas perubahan asetowhite pada epitel tetapi juga mengarahkan

pada perubahan-perubahan warna seperti merah, kuning dan abu-abu yang

mendukung adanya kanker invasif.

Pada displasia derajat ringan, mungkin tidak dijumpai perbedaan pola

pembuluh darah, hanya ada gambaran mosaic dan punctata. Dengan

meningkatnya derajat keparahan penyakit, pembuluh darah menjadi tidak jelas.

Adanya neovaskularisasi, perubahan kaliber, bentuk dan susunan menyebabkan

pola pembuluh darah atipik menjadi kacau. Batas lesi derajat ringan tidak jelas

sedangkan lesi derajat tinggi berbatas tegas dan kadang terpisah dari

stromanya. Permukaan epitel mempunyai rentang dari relatif datar atau terdapat

mikropapil pada lesi derajat ringan hingga jelas terdapat lesi eksofitik pada

penyakit atau lesi invasif.Apgar S. Barbara, 2008

2) Indeks kolposkopi Reid

Indeks kolposkopi Reid menggunakan empat kriteria kolposkopi (reaksi

asetowhite, warna, batas dan pembuluh darah) untuk merumuskan penilaian

kolposkopi dan membantu menentukan tempat paling tepat untuk di biopsi yang

dipandu dengan kolposkopi. Pemakaian perubahan asetowhite dan pembuluh

darah abnormal saja sebagai penunjuk lesi pre invasif dapat mengarah pada

penilaian tidak akurat dari keparahan histologik. Karena daerah-daerah yang

berubah tidak harus mengalami perubahan histologik yang begitu besar. Lesi

derajat ringan luas atau metaplasia skuamous sering ditafsirkan berlebihan

sedangkan lesi derajat tinggi yang kecil kadang terlewati. Apgar S. Barbara, 2008

13

Page 14: Rf Kolposkopi

Tabel 2. Indeks kolposkopi Rubin dan Barbo

Tingkat Warna Pb. Darah Batas Permukaan

Normal Pink Halus Zona tranformasi normal Datar

Translusen Cabang normal

Grade 1 Putih Tidak ada Diffuse Datar

HPV/MD Putih bersinar Punktasi halus Berbulu mikropapiler

CIN 1 Putih salju Mosaik halus Flokulasi

LSIL Geografik

Grade 2 Memutih Tidak ada Demarkasi Datar

Displ sedang abu2 cerah Punktasi Sedikit naik

CIN 2 Putih Mosaik

HSIL

Grade 3 Sangat putih Tidak ada Tajam Naik

Dis berat/CIS Putih kusam punktasi kasar Demarkasi

CIN 3 Putih Oyster mosaik kasar Lurus

HSIL Dilatasi Batas bagian dalam

Peningkatan jarak

interkapiler

Mikroinvasi Merah Atipik Berbatas tegas Nodular

Invasi luas Kuning Irregular peeling Ulcerasi

Abu2 kusam Bizarre Pinggir bergulung Nekrosis

Eksofitik

Meskipun diagnosis akhir sangat ditentukan oleh interpretasi histologik,

penilaian kolposkopi tetap diperlukan untuk jaminan keakuratan. Batas adalah

skore yang didasarkan pada apakah batasnya kurang tegas (berbulu), lurus atau

terpisah dari dasarnya. Warna ditentukan oleh derajat perubahan asetowhite

yang dijumpai setelah pengolesan asam asetat 3-5 %. Dalam prakteknya,

banyak lesi berada dalam kategori menengah berdasarkan perubahan warna ini.

Pembuluh darah diberikan skoring menurut bagaimana menonjolnya pembuluh

darah itu sendiri, makin berat lesinya makin tidak jelas gambarannya.

Pewarnaan yodium dikelompokkan menurut uptake lugol dan mempunyai

rentang mulai uptake parsial hingga tidak ada uptake sama sekali. Epitel

kolumnar normal dan perubahan ringan pada epitel seperti vaginitis atau atropi

14

Page 15: Rf Kolposkopi

tidak diberikan skoring dalam kategori ini. Masing-masing dari ke empat kategori

tersebut memberikan skornya. Kalkulasinya kumulatif. Lesi dengan skor 5 atau

lebih biasanya merupakan lesi derajat tinggi sedangkan skor 2 atau lebih kecil

biasanya menunjukkan lesi derajat ringan.

Tabel 3. Indeks kolposkopi Reid (dikutip dari Apgar S. Barbara, 2008)

Tanda IndeksKolposkopi 0 1 2

Batas Bentuk kondiloma atau Lesi yang teratur Tepi yang menggulungMikropapiler, epitel putih dengan batas ha keluar,batas dalam dibatas tak tegas, tepi seperti lus dan lurus antara daerah yang bulu ayam, lesi satelit dan berbeda epitel penamputih yang meluas melewati pakannyazona transformasi

Warna Epitel putih yang tak tegas, Corak intermediate Warna putih tiram yangWarna salju berkilau (abu-abu berkilau) kusam

Pembuluh Pembuluh yang halus pola Tak tampak pem Punktasi dan mosaikdarah tak teratur, tiap lesi dengan buluh darah yang jelas kasar

bentuk kondiloma ataumikropapiler

Iodin Lesi coklat mahoni, lesi Pengambilan warna lesi yang tegas berwarminor yang berwarna Iodin tak sempurna na kuning mustardkuning mustard (seperti kulit kura2)

Nilai 0 – 2 = HPV atau CIN 1 3 – 4 = CIN 1 atau 5 – 8 = CIN 2 atauKolposkopi CIN 2 CIN

J. Follow up (tindak lanjut)

Pasien sebaiknya diingatkan kemungkinan timbulnya perdarahan kira-kira 2

hari bahkan lebih lama. Bila digunakan pasta Monsel, mungkin akan keluar cairan

coklat kehitaman selama beberapa hari. Koitus sebaiknya dilarang untuk

menghindari perdarahan dari tempat biopsi. Pasien boleh kembali bekerja setelah

tindakan. Analgesik NSAID dapat digunakan untuk kontrol nyeri. Kesan awal

kolposkopi perlu didiskusikan dengan pasien dan bila sampel biopsi sudah didapat,

diberikan petunjuk kepada pasien bagaimana hasil akan disampaikan kepadanya

untuk menjamin pasiennya mengertiFrank E. Jennifer, 2008

BAB III

KESIMPULAN

15

Page 16: Rf Kolposkopi

1. Kolposkopi merupakan suatu prosedur pemeriksaan vagina dan serviks dengan

menggunakan instrumen kaca pembesar dengan pencahayaan

2. Pengetahuan tentang kolposkopi mutlak diperlukan bagi seorang dokter spesialis

obstestri ginekologi karena kolposkopi membantu menghindari undertreatment

dan overtreatment

3. Persiapan kolposkopi mencakup persiapan alat dan bahan serta persiapan

pasien

4. Konseling paska tindakan termasuk memberitahu tentang risiko komplikasi dan

perlunya skrining kanker serviks secara teratur

DAFTAR PUSTAKA

16

Page 17: Rf Kolposkopi

American Academy of Family Physician Web Site. Colposcopy (position paper). Available from: www.aafp.org/x6665.xml [accessed june 1, 2007]

Apgar S. Barbara, Brotzman L. Gregory, Spitzer Mark, Colposcopy: Principle and practice: An integrated textbook and atlas, 2nd edition, Saunder Elsevier, 2008

Chan Y, Lee PW, Ng TY et al, the use of music to reduce anxiety for patients undergoing colposcopy: A randomized trial. Gynecol oncol 2003;91:213

Chase M. Dane, Colposcopy to evaluate abnormal cervical cytology in 2008, American Journal of Obstetrics & Gynecology, 2009: 472-480

Frank E. Jennifer, The colposcopic examination, Journal of Midwifery & Women’s Health, Volume 53, No. 5, 2008: 447-452

Jeronimo J, Schiffman M, Colposcopy at a cross road, Am J Obstet Gynecol 2006;195:349

Penna C et al, Laser CO2 conization in post menopausal age: Risk of cervical stenosis and unsatisfactory follow up. Gynecol Oncol 2005;96:963

Samina Tahsen, Psychological distress associated with colposcopy: patients perception, European Journal of Obstetric and Gynecology and Reproductive Biology, Vol. 139, 2008:90-94

Sjamsuddin S, Kolposkopi dan neoplasia intraepitel serviks, Perkumpulan Patologi Serviks dan Kolposkopi Indonesia, 2000

Tomlinson AE, Hooper L, Martin Hisch PL, Pain relief for cervical colposcopy treatment (protocol) Cochrane Database Syst Rev 2006:3

Widdice E. Lea, Updated guidelines for papanicolau test, colposcopy and human papillomavirus testing in adolescents, Journal of Adolescent Health, Vol. 53, 2008

Wright TC, Cox Jt, Massad LS et al, 2006 consensus guidelines of women with abnormal cervical screening test. J Low Genit Tract Dis 2007;62:11:201-22

Lampiran

17

Page 18: Rf Kolposkopi

Gambar 1. Lesi putih yang dijumpai pada serviks anterior dengan batas iregular. Hasil biopsinya menunjukkan CIN 1 dan hasil kolposkopinya tidak memuaskan. Gambar 2. Lesi displasia derajat rendah yang meluas ke posterior porsio. (dikutip dari Apgar S. Barbara, Colposcopy: textbook & atlas, 2008)

Gambar 3. Lesi CIN 3 batas tidak tegas, batas perifer menjadi jelas setelah di oleskan larutan lugol (dikutip dari Apgar S. Barbara, Colposcopy: textbook & atlas, 2008)

18

Page 19: Rf Kolposkopi

Gambar 4 A. Gambaran pembuluh darah berbentuk mosaic stadium akhir transformasi keganasan, B. Gambaran neovaskularisasi sebagai respon angiogenik terhadap neoplasia dengan dilatasi dan punctata yang jelas (dikutip dari Apgar S. Barbara, Colposcopy: textbook & atlas, 2008)

Gambar 5. Lesi kondilomatous non eksofitik dengan mikropapil(dikutip dari Apgar S. Barbara, Colposcopy: textbook & atlas, 2008)

19