Revitalisasi Penyuluhan Pertanian

17
A. REVITALISASI PENYULUHAN PERTANIAN 1. Rekayasa Ulang Mengahadapi beragam tantangan sebagaimana di kemukakan di atas, banyak pihak telah mengajukan rumusan pemecahan atau solusinya. Menghadapi 8 tantangan generik yang dikemukakan, Feder. et al (2001) menawarkan solusinya sebagai berikut: a. Pengembangan manajemen penyuluhan, melalui modifikasi dan mengoreksi kelemahan-kelemahan sistem-kerja Latihan dan Kunjungan (LAKU) yang terbukti mampu meningkatkan mutu penyuluhan dan profesionalisme penyuluhnya, agar: 1) dilaksanakan dengan lebih partisipatip 2) penyesuaian jadwal LAKU, baik yang menyangkut kunjungan ke petani maupun pelatihan dan supervisi terhadap penyuluh. 3) lebih banyak memanfaatkan penyuluh sukarela, dan atau penyuluh yang diangkat dan dibiayai oleh kelom-pok-tani.. 4) lebih banyak memanfaatkan media-masa untuk men-dukung kegiatan LAKU. 5) mempererat jalinan keterkaitan penyuluh dengan peneliti dan stakeholders maupun sumber-sumber informasi yang lain

Transcript of Revitalisasi Penyuluhan Pertanian

Page 1: Revitalisasi Penyuluhan Pertanian

A. REVITALISASI PENYULUHAN PERTANIAN

1. Rekayasa Ulang

Mengahadapi beragam tantangan sebagaimana di kemukakan di atas,

banyak pihak telah mengajukan rumusan pemecahan atau solusinya.

Menghadapi 8 tantangan generik yang dikemukakan, Feder. et al (2001)

menawarkan solusinya sebagai berikut:

a. Pengembangan manajemen penyuluhan, melalui modifikasi dan

mengoreksi kelemahan-kelemahan sistem-kerja Latihan dan

Kunjungan (LAKU) yang terbukti mampu meningkatkan mutu

penyuluhan dan profesionalisme penyuluhnya, agar:

1) dilaksanakan dengan lebih partisipatip

2) penyesuaian jadwal LAKU, baik yang menyangkut kunjungan ke

petani maupun pelatihan dan supervisi terhadap penyuluh.

3) lebih banyak memanfaatkan penyuluh sukarela, dan atau

penyuluh yang diangkat dan dibiayai oleh kelom-pok-tani..

4) lebih banyak memanfaatkan media-masa untuk men-dukung

kegiatan LAKU.

5) mempererat jalinan keterkaitan penyuluh dengan peneliti dan

stakeholders maupun sumber-sumber informasi yang lain

6) mengintensifkan kegiatan supervisi yang lebih bersifat peme-

cahan masalah dibanding “pengawasan”

b. Desentralisasi penyuluhan, yang tidak sekadar merupakan pelim-pahan

wewenang penyuluhan kepada pemerintah daerah dan masyarakat

lokal, tetapi juga memberikan alokasi anggaran yang lebih besar

kepada daerah, serta kewenangan untuk mengem-bangkan sistem

penyuluhannya sendiri.

c. Fokus kepada pengembangan sentra-sentra komoditi-unggulan, yang

memiliki nilai ekonomi dan berdaya saing tinggi.

d. Pembayaran “biaya penyuluhan” oleh penerima manfaat, untuk

mempercepat pengembalian investasi penyuluhan.

Page 2: Revitalisasi Penyuluhan Pertanian

e. Keragaman kelembagaan melalui mobilisasi pelaku-pelaku lain.

Seperti: LSM, Organisasi Profesi, Perguruan Tinggi, Produsen, Pelaku

Bisnis, dll.

f. Pendekatan pemberdayaan dan partisipatip, untuk mengembang-kan

swadaya dan kemandirian masyarakat.

g. Privatisasi secara bertahap, sejak dari kerjasama, kontrak-kegiat-an

penyuluhan, sampai dengan menyerahkan sepenuhnya kegiat-an

penyuluhan dari pemerintah kepada pihak swasta/LSM.

h. Pengembangan jejaring yang memungkinkan masyarakat dapat

berinteraksi dan memanfaatkan media yang tepat, seperti:

1) penyadaran melalui media masa dan pertunjukan yang populer.

2) penumbuhan minat melalui pertemuan kelompok, kelompen-

capir, dan pertemuan-lapang.

3) kegiatan penilaian melalui demonstrasi-cara dan hasil

4) mendorong uji-coba, melalui kunjungan, pertukaran-petani,

pengujian lokal dan demonstrasi

5) layanan bagi adopter, melalui perlombaan, pemberian peng-

hargaan, pengakuan, dll.

Berkaitan dengan upaya mengatasi tantangan-tantangan tersebut, Coffey

dan Clark (2001) menawarkan kegiatan “rekayasa ulang” (rengineering)

penyuluhan pertanian, melalui kegiatan-kegiatan:

a. Identifikasi kasus

b. Identifikasi keadaan sekarang dan sebelum terjadinya kasus

c. Identifikasi masalah, peluang, dan pihak-pihak yang terkait (yang

dirugikan maupun yang diuntungkan)

d. Aspek-aspek yang mendukung perubahan, oleh siapa, dan menga-pa?

e. Aspek-aspek penyebar luasan perubahan, oleh siapa, dan menga-pa?

f. Pembiayaan, dll.

Di samping itu, Qamar (2001) mengingatkan bahwa memasuki milenium

baru, diperlukan:

Page 3: Revitalisasi Penyuluhan Pertanian

a. Client orientation, yaitu penyuluhan yang dirancang secara khusus

khusus untuk setiap kelompok-sasaran

b. Lokalitas, yaitu penyuluhan yang memperhatikan kondisi fisik dan

sosial-budaya setempat yang spesifik.

c. Penerapan metoda yang efektif, berdasarkan pengalaman setem-pat.

d. Penggunaan media elektronik yang semakin luas (radio, TV, multi-

media (CD), internet, dll

e. Pemanfaatan modul jarak-jauh, jika:

1) terbatasnya penyuluh dan sarana transportasi

2) bahasa mnerupakan hambatan dalam komunikasi langsung

3) sumberdaya penyuluhan sangat menurun

4) kondisi geografi tidak memungkinkan

5) terdapat kendala budaya (tabu) dalam pelaksaanaan kunjung-an

f. kerjasama dengan kegiatan penyampaian pesan non-pertanian.

g. pengembangan penyuluhan partisipatip

h. keterpaduan antar disiplin keilmuan

i. Penilaian dampak dan manfaat kegiatan penyuluhan

j. Peningkatan peran dalam pembangunan (keluarga) yang

berkelanjutan

2. Pengembangan Kelembagaan Penyuluhan

Hobson, et al (2001) mengemukakan pentingnya kelembagaan penyu-

luhan. Yang dimaksud dengan kelembagaan di sini, tidak hanya dalam arti

sempit yang berupa pembentukan kelompok atau organi-sasi, tetapi juga

dalam arti luas yang menyangkut pola perilaku sesuai nilai-nilai sosial

budayanya (Berg,). Tentang hal ini, Hoffman et al (2000) melaporkan

reformasi organisasi penyuluhan pertanian di Jerman yang dapat dijadikan

pelajaran bagi negara-negara lain, yang mencakup:

a. Dewan Pertanian, yang merupakan perwakilan (kebutuhan dan minat)

petani pada suatu kawasan tertentu yang relatip luas.

b. Kantor Dinas Pertanian, selaku “agen penyuluhan”.

c. Penasehat Penyuluhan Swasta

Page 4: Revitalisasi Penyuluhan Pertanian

d. Agen penyuluhan yang lain

e. Kelompok-kelompok tani

Dari pengorganisasian seperti itu, dapat ditarik banyak pelajaran, seperti:

a. perbaikan mutu penyuluhan melalui peningkatan

partisipasi kelompok-sasaran

b. Kejelasan peran pemerintah, yang lebih banyak pada

perumusan strategi penyuluhan kaitannya dengan kegiatan pelatian,

program-program panduan, dll.

c. Penurunan atas kelambanan lembaga-lembaga publik

yang biasanya resistan terhadap perubahan

d. Menghindari konflik antar aparat pemerintah

e. Ancangan pembiayaan untuk biaya pemerintah

f. Keluwesan untuk mengemabngkan sistem penyuluhan.

3. Pendekatan Penyuluhan

Beberapa penulis menawarkan beragam pendekatan penyuluhan, seperti:

1. Pendekatan Pembelajaran untuk Pembangunan Pertanian

Berkelanjutan, yang bertumpu pada 3 (tiga) konsep dasar, yaitu:

1) Kompetensi profesional, melalui pengembangan kemampuan

praktisi dengan beragam teori, nilai-nilai, dan kepercayaan

tertentu.

2) Penggunaan teori-sistem dan filsafat ilmu dalam kegiatan praktis

3) Belajar kriitis, melalui proses belajar bersama untuk meng-kritisi

setiap alternatip perubahan yang ditawarkan.

2. Pendekatan Navigator (Boon dan Murray, 2001), yaitu suatu

percepatan perubahan melalaui pengembangan SDM, pembela-jaran

berkelanjutan, dan pola-pikir baru untuk mem-bantu para produsen

agar terus melakukan perubahan-perubahan.

3. Orientasi masa-depan, dan bukan apa yang dilakukan sekarang

(Toscano, 2001), dengan memperhatikan:

kecenderungan global

perubahan-perubahan masa depan

Page 5: Revitalisasi Penyuluhan Pertanian

perubahan kependudukan

kemajuan bioteknologi modern

hukum internasional

etika dan lingkungan

kecenderungan bisnis global

kecenderungan lokakarya global

4. Orientasi kepada keinginan kelompok sasaran (Mcleish, et al, 001)

terhadap informasi yang:

cermat, bersahabat, menyadarkan

tertulis, sehingga membantu pengambilan keputusan

sederhana, singkat, dan jelas tentang pesan yang ditonjolkan

membantu pengembangan diri/usahanya.

cermat, bersahabat, menyadarkan

tertulis, sehingga membantu pengambilan keputusan

sederhana, singkat, dan jelas tentang pesan yang ditonjolkan

membantu pengembangan diri/usahanya.

5. Pendekatan ekonomi/manajemen usahatani, yang mencakup:

sumbangan yang diberikan (Evenson, 1997)

efektivitas pembiayaan (Adhikarya, 1995)

kepuasan pelanggan (Rennekamp et al, 2001) yaitu: relevansi,

mutu, kemanfaatan, dan layanan.

keunikan bisnis (Reeve, 2001)

perencanaan pemasaran (Nehiley, 2001) yang terdiri:

inventarisasi pelanggan, tujuan dan sasaran pemasaran, putuskan

pesan yang ingin disampaikan,manfaatkan media yang tepat.

Page 6: Revitalisasi Penyuluhan Pertanian

B. PRIVATISASI PENYULUHAN PERTANIAN

Seperti halnya kegiatan “desentralisasi”, upaya pengalihan tanggungjawab

permbiayaan penyuluhan telah berlangsung sejak awal 1980-an. Bahkan

pemerintah Chile telah memulai privatisasi secara penuh sejak dasawarsa

1970-an (Deininger, 1996).

1. Pengertian Privatisasi Penyuluhan

Sehubungan dengan kegiatan privatisasi, Rivera dan Cary (1997)

mengartikan “privatisasi” sebagai pengalihan kepemilikan (melalui

penjualan) dari pemerintah kepada lembaga swasta. Sejalan dengan itu,

Feder (2000) mengartikan “privatisasi penyuluhan” sebagai pengalihan

kewenangan kegiatan penyuluhan kepada lembaga swasta/ LSM, lembaga

penyiaran swasta, perusahaan swata, media-masa, dan partisipasi

stakeholders yang lain. Meskipun demikian, jarang sekali terjadi

penyerahan penyuluhan secara penuh oleh pemerintah.

Karena itu, Swanson (1997) mengartikan “privatisasi penyuluhan” sebagai

upaya peningkatan partisipasi pihak swasta, tanpa adanya pengalihan

kepemilikan atau tanggung-jawab penyuluhan dari pemerintah.

2. Alasan dilakukannya privatisasi

Alasan utama yang mendorong perlunya privatisasi penyuluhan adalah,

penghematan biaya penyuluhan yang harus ditanggung oleh pemerintah.

Besarnya pembiayaan tersebut, tidak saja diperlukan untuk pembia-yaan

personil, tetapi juga pembiayaan manajemen dan operasional yang

menyangkut:

a. produksi dan distribusi materi penyuluhan

b. kegiatan percobaan/pengujian-lokal

c. kegiatan alih-teknologi, yang dilakukan melalui: kampanye, pelatihan,

pertemuan kelompok, dll.

d. perlengkapan (alat bantu dan alat peraga) penyuluhan

e. transportasi dan perjalanan petugas

Padahal, penerima manfaat penyuluhan tidak hanya terbatas pada petani

sebagai pelaksana-utama pembangunan pertanian, tetapi juga para

Page 7: Revitalisasi Penyuluhan Pertanian

produsen (benih, pupuk, pestisida, alat & mesin pertanian), lembaga-

kredit, biro-iklan, dan pelaku bisnis pertanian yang lain.

Alasan kedua, terkait dengan mutu atau profesionalisme penyuluh dan

kegiatan penyuluhan yang dilakukan. Seiring dengan kemajuan ilmu-

pengetahuan dan teknologi, setiap penyuluh dituntut untuk terus-menerus

mengembangkan profesional-ismenya, terutama yang terkait dengan

penguasaan ilmu dan ketram-pilan menyuluh, melalui pelatihan, penataran,

kunjungan-lapang, konsultasi dengan pakar, pembelian buku/jurnal-

ilmiah/majalah-pertanian, dan penggunaan internet. Tetapi, karena

keterbatasan dana yang dapat disediakan oleh pemerin-tah, kegiatan-

kegiatan seperti di atas jarang dapat dikerjakan.

Di pihak lain, kegiatan penyuluhan juga perlu pembaharuan dan

pengembangan, yang menyangkut:

a. materi yang disampaikan, tidak terbatas pada teknik budidaya, tetapi

harus diperluas mencakup: majaemen agrobisnis, kewira-usahaan,

bahkan pendidikan politik untuk petani.

b. metoda dan teknik penyuluhan

c. media dan perlengkapan penyuluhan yang lebih “modern” dan menarik

peminat penyuluhan.

yang kesemuanya itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit, yang tidak

mungkin hanya menggantungkan keuangan pemerintah.

Alasan ketiga, adalah yang terkait dengan politisasi kegiatan penyu-luhan

pertanian. Karena kegiatan penyuluhan merupakan kegiatan: menarik

perhatian, pembujukan dan membantu/memfasilitasi (masya-rakat) petani,

maka kegiatan penyuluhan dapat dijadikan alat politik-praktis dari

kelompok-kelompok kepentingan baik yang sedang ber-kuasa maupun

kelompok-oposisinya. Sehingga, tidak jarang penyuluhan pertanian tidak

lagi dilaksanakan dengan mengacu kepa-da kebutuhan peningkatan

produktivitas, pendapatan, dan kesejah-teraan petani, tetapi seringkali

lebih mengacu kepada kepentingan politis penguasa. Sehubungan dengan

itu, privatisasi penyuluhan pertanian diharapkan dapat lebih mengacu

Page 8: Revitalisasi Penyuluhan Pertanian

kepada kebutuhan dan kepentingan petani, karena petani memiliki hak

memilih kegiatan penyuluhan yang benar-benar bermanfaat bagi

kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat-nya.

3. Bentuk-bentuk Privatisasi

Di atas telah dikemukakan bahwa, dalam praktek, jarang dapat dilakukan

privatisasi secara penuh. Berkaitan dengan itu, terdapat model-model

privatisasi yang telah dicoba untuk dikembangkan di beberapa negara,

yaitu:

a. Pembiayaan penyuluhan oleh pembayar pajak, yang terkait dengan

kegiatan pertanian, seperti: produsen, pedagang, biro-iklan, dll.

b. Pembayaran langsung oleh individu-individu yang melakukan kegiatan

“pelayanan” masyarakat.

c. Pembayaran bersama antara pemerintah dan asosiasi profesional swasta.

Terkait dengan hal tersebut, diperlukan kebijakan yang menyangkut:

a. Peraturan pajak umum berbasis pertanian (termasuk untuk kegiat-an

penyuluhan pertanian)

b. Peraturan pajak-komoditi

c. Pajak pendapatan, terutama kepada “petani-kaya” atau asosiasi/

kelompok-tani komersial

d. Kontrak (kerjasama) penyuluhan dengan pihak swasta (konsultan) atau

LSM.

Tentang hal ini, terdapat beberapa bentuk insentif yang diberikan

pemerintah berupa:

a. Voucher/penghargaan kepada petani yang melakukan/terlibat dalam

kegiatan penyuluhan pertanian.

b. Insentif kredit usahatani, yaitu sebagian bunga kredit yang dialo-

kasikan untuk kegiatan penyuluhan

c. Kartu-keanggotaan (membership) bagi petani, untuk memperoleh

layanan penyuluhan pertanian.

d. Kartu-keanggotaan dan sponsor untuk kegiatan penyuluhan

Page 9: Revitalisasi Penyuluhan Pertanian

e. Privatisasi, yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan penyu-luhan

dan atau pemberian dana kepada kelompok-tani untuk penye-lenggaran

penyuluhan.

4. Manfaat privatisasi penyuluhan

Melalui privatisasi, terbukti mampu menghemat pembiayaan yang

sebelumnya harus ditanggung oleh pemerintah. Di Jerman, misalnya,

ternyata pengurangan pembiayaan tersebut dapat mencapai lebih dari 50%.

Di samping itu, melalui privatisasi ternyata dapat diperoleh beragam

manfaat yang lain, seperti:

a. Kecepatan kebutuhan akan perubahan.

Kegiatan penyuluhan yang tidak lagi tersentralistis melalui privatisasi,

yang ternyata juga lebih profesional dan benar-benar dirasakan

manfaatnya oleh (masyarakat) petani, terbukti mampu mempercepat

kebutuhan petani akan perubahan.

b. Penyuluhan yang dilakukan oleh pihak swasta/LSM terbukti lebih

cepat menumbuh-kembangkan swadaya masyarakat.

Hal ini terjadi, karena:

penyuluhan oleh dan dibiayai pemerintah, lebih cenderung bersifat

“karitatif” yang justru menciptakan ketergantungan atau mendidik

masyarakat tetap jadi “pengemis”.

penyuluhan oleh swasta/LSM diupayakan untuk segera

menumbuhkan swadaya masyarakat, agar pembiayaan dan

korbanan lain yang diperlukan segera dapat ditekan.

c. Penyuluhan pertanian yang dilakukan melalui privatisasi, ternyata

lebih menjamin keberlanjutan penyuluhan itu sendiri.

Hal ini disebabkan karena, berbeda dengan penyuluhan oleh pemerintah

yang lebih tergantung kepada anggaran negara (APBN/APBD) yang

dirancang per tahun, penyuluhan oleh swasta/LSM seringkali dirancang

dalam bentuk kegiatan “multi years”.

Page 10: Revitalisasi Penyuluhan Pertanian

Penyuluhan Dan Komunikasi Pertanian

REVITALISASI DAN PRIVATISASI

PENYULUHAN PERTANIAN

Disususn Oleh:

Kelompok 4

Rino Dyastono H0708146

Dian Avianto H0711033

Emma Femi .P H0711039

Garin Yudha .R H0711046

Kholid Syaifullah H0711052

Mahmud Windarto .W H0711058

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012