Revisi RPJM 2009-2014 Buku Final -...

download Revisi RPJM 2009-2014 Buku Final - bappeda.padang.go.idbappeda.padang.go.id/up/download/20082013111007Revisi-RPJM-200… · telah diguncang gempa bumi dahsyat dengan kekuatan 7,9

If you can't read please download the document

Transcript of Revisi RPJM 2009-2014 Buku Final -...

  • RPJM Kota Padang 2009-2014 1

    RPJM PADANG 2009-2014

    BAB 1

    P E N D A H U L U A N

    1.1 Latar Belakang

    Kota Padang dan sebagian wilayah pantai barat wilayah Sumatra Barat telah diguncang gempa bumi dahsyat dengan kekuatan 7,9 skala richter pada tanggal 30 September 2009. Gempa tersebut telah menghancurkan sebagian prasarana dan sarana serta utilitas kota dan pemukiman sehingga kegiatan ekonomi dan sosial serta pemerintahan terganggu beberapa Minggu. Bantuan segera datang untuk pemulihan kehidupan kota yang terancam mati karena sumber daya pokok bagi geliat kehidupan telah terganggu seperti jaringan listrik dan air minum serta telekomunikasi selain hancurnya bangunan pasar dan gedung pemerintahan.

    Upaya pemulihan terfokus kepada upaya normalisasi kegiatan ekonomi dan sosial serta pemerintahan dengan segala keterbatasan dan berbagai hambatan. Proses pemulihan berbekal semangat kebersamaan dari warga kota bersama pemimpin dan tokoh masyarakat serta para perantau dan relawan dari berbagai daerah bahkan luar negeri. Sumbangan dari berbagai sumber dan bantuan dari berbagai instansi termasuk luar negeri mengalir atas nama kemanusiaan sebagai wujud kepedulian terhadap bencana alam. Kondisi ini dapat menggambarkan betapa dahsyatnya bencana dan bentuk kepedulian terhadap upaya pemulihan kehidupan kota.

    Pemerintah Kota Padang telah menetapkan rencana transisi untuk rehabilitasi dan rekonstruksi sebagai tindak lanjut dari tanggap darurat bencana. Rencana transisi didukung dengan penetapan Komisi Perencanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Bencana Daerah Kota Padang yang telah merekomendasikan beberapa rencana rehabilitasi dan pembangunan kembali. Selain itu juga dilakukan revisi terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang sebagai pedoman bagi pembangunan prasarana dan sarana serta utilitas kota yang berjangka waktu 20 tahun. Semua perencanaan tersebut telah merujuk RPJP Kota Padang 2004-2020 dan RPJM Kota Padang 2009-2014 yang seterusnya akan direvisi sesuai kebutuhan.

    Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Padang tahun 2009-2014 telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 09 tahun 2009 tanggal 15 Juli tahun 2009. Namun dalam perjalanannya setelah 2 (dua) bulan semenjak ditetapkan telah terjadi bencana gempa yang menyebabkan rencana tersebut harus direvisi tanpa mengubah visi dan misi pembangunan kota menuju metropolitan. Revisi ditekankan kepada antisipasi dan mitigasi bencana terutama gempa bumi dan tsunami serta dampak bencana lainnya yang ditimbulkannya

  • RPJM Kota Padang 2009-2014 2

    dengan reorientasi pembangunan ke arah timur dan selatan melalui pengembangan pusat-pusat kota baru sebagai konsekuensi dari konsep metropolitan yang berpusat banyak.

    Reorientasi pembangunan tidak mengabaikan perkembangan yang sudah wujud di kawasan barat dan utara yang telah tumbuh cepat karena didukung prasarana dan sarana serta utilitas kota. Pengembangan kawasan ini dalam jangka panjang diarahkan sebagai pusat perekonomian utama kota yang didukung permukiman bertingkat tinggi serta jalur evakuasi jika terjadi bencana tsunami. Reorientasi ini akan mempercepat penyebaran pembangunan untuk keseimbangan pertumbuhan antar kawasan melalui pengembangan prasarana dan sarana serta utilitas kota sebagai pusat-pusat kota baru. Diharapkan wujud kota sebagai metropolitan mulai tampak dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sebagai peletakan dasar seterusnya memasuki proses pembentukan dalam jangka waktu 5 (tahun) tahun dan proses pengembangan dan pemantapan masing-masing dalam jangka waktu 10 (tahun).

    Konsekuensi dari reorientasi pembangunan adalah kesiapan pemerintah bersama masyarakat untuk mengakomodasi perubahan ini karena pembangunan tersebar dengan membentuk pusat-pusat baru bahkan percepatan harus diupayakan. Dari sisi pemerintah harus ada rencana dan kebijakan yang dapat dipahami masyarakat sebagai upaya perbaikan kehidupan secara terencana dan berkelanjutan. Dari sisi masyarakat harus ada kerelaan untuk berperan serta sebagai bentuk partisipasi untuk membangun kehidupan untuk masa kini dan generasi masa datang. Pola pembangunan partisipatif dengan pendamping terhadap masyarakat dalam upaya percepatan pembangunan menuju metropolitan sebagai pendekatan yang ideal. Pembangunan sebagai kebutuhan bersama akan dapat dirasakan hasilnya oleh pemerintah dan masyarakat dengan dukungan dunia usaha jika semua pihak satu kata dan satu hati serta satu gerak sebagai hakikat dari Padang Kota Tercinta.

    1.2 Dasar Hukum Penyusunan

    Landasan hukum penyusunan Revisi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Padang Tahun 2009-2014 adalah:

    1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonomi Kota Besar dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatra Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 20);

    2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

    3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389);

    4. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

  • RPJM Kota Padang 2009-2014 3

    2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

    5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

    6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);

    7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 - 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

    8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 28 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

    9. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah

    10. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1980 tentang Perubahan Batas Wilayah Kota Daerah Tingkat II Padang (Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 25 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3164);

    11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578;

    12. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);

    13. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

    14. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

    15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

    16. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi Rencana Pembangunan

  • RPJM Kota Padang 2009-2014 4

    Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

    17. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan, dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan;

    18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007;

    19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008

    20. Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kota Padang Tahun 2004-2020 (Lembaran Daerah Kota Padang Tahun 2004 Nomor 18);

    21. Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 09Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Padang Tahun 2009-2014 (Lembaran Daerah Kota Padang tahun 2009 Nomor 9);

    1.3 Hubungan Antar Dokumen

    Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Padang tahun 2009-2014 merupakan dokumen perencanaan Daerah untuk periode 5 (lima) tahun yang akan dijadikan acuan dalam melaksanakan pembangunan selama periode tersebut. Sebagai dokumen perencanaan jangka menengah di tingkat Kota maka penyusunan dokumen tersebut harus tetap mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Propinsi maupun Nasional. Hal ini dimaksudkan agar adanya konsistensi perencanaan baik di tingkat nasional, Propinsi Sumatra Barat dan Kota Padang. Selain itu dalam penyusunan dokumen RPJM Kota Padang dimaksud juga perlu diselaraskan dengan dokumen perencanaan lain yang ada di Kota Padang sendiri seperti halnya RPJP Kota Padang Tahun 2004-2020 dan RTRW Kota Padang tahun 2010-2030. Dengan demikian maka pola hubungan RPJM Kota Padang tahun 2009-2014 dengan dokumen lainnya dapat diuraikan sebagai berikut :

    a. RPJM Nasional. RPJM Nasional menjadi acuan penyusunan RPJMD Kota Padang dengan

    menggambarkan relevansi antar kebijakan dan program prioritas Pemerintah Tingkat Pusat yang adaptif, aplikatif dan dapat dilaksanakan oleh pemerintah daerah berdasarkan kewenangan yang diberikan.

    b. RPJMD Propinsi Sumatra Barat RPJM Daerah Propinsi juga menjadi acuan RPJMD Kota Padang dengan

    menggambarkan hubungan antar berbagai kebijakan dan program Pemerintah Propinsi Sumatra Barat yang dilaksanakan di Kota Padang dengan senantiasa mengedepankan aspek sinergi, sinkronisasi, urgensi, relevansi dengan kebutuhan rakyat dan kemampuan keuangan Kota Padang.

  • RPJM Kota Padang 2009-2014 5

    c. RPJP 2004-2020 RPJM Kota Padang tahun 2009-2014 adalah dokumen perencanaan

    daerah yang merupakan suatu upaya dalam mewujudkan Visi dan Misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang massa periode tahap kedua pelaksanaan RPJP Tahun 2004-2014.

    d. Renstra SKPD Kota Padang Merupakan dokumen perencanaan SKPD yang merupakan program kerja

    5 (lima) tahunan yang akan dilaksanakan oleh masing-masing SKPD dalam kerangka pencapaian visi, misi tujuan dan sasaran dari RPJM Kota Padang yang telah ditetapkan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing.

    e. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Merupakan rencana kerja daerah yang akan dilaksanakan setiap tahunnya

    guna pencapaian visi, misi tujuan dan sasaran RPJM Kota Padang. f. Rencana Kerja SKPD (Renja SKPD) Rencana Kerja SKPD menjadi acuan pelaksanaan Satuan Kerja Perangkat

    Daerah pada tiap tahun, sekaligus merupakan tahapan pencapaian yang direncanakan dalam Renstra SKPD.

    g. Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Sumatra Barat Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Sumatra barat yang dijadikan

    acuan dalam penempatan program kerja ke dalam ruang dan kawasan di Kota Padang

    h. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang dijadikan acuan dengan

    menggambarkan hubungan dan indikasi program Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah tahun 2009-2014 dan kebijakan secara menyeluruh kepada ruang dan kawasan yang terbagi dalam beberapa Sub Wilayah Pengembangan (SWP).

    i. Kesepakatan antara Pemerintah Kota Padang dengan DPRD Kota Padang terhadap pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi Pasca Gempa 30 September 2009. Untuk mempercepat pembangunan dalam kerangka rehabilitasi dan rekonstruksi maka telah disepakati 8 (delapan) prioritas pembangunan pasca gempa dalam jangka pendek antara Pemerintah Kota Padang dan DPRD Kota Padang yaitu: 1. Rencana pemindahan pusat pemerintahan dari lokasi sekarang ke lokasi

    baru. 2. Pemulihan perekonomian kota dengan konsep pasar raya dan pasar

    satelit. 3. Reorganisasi transportasi termasuk pembangunan terminal angkutan

    kota. 4. Penataan kawasan kota lama sebagai kawasan warisan (inheritage). 5. Pemulihan prasarana dan sarana pendidikan dan kesehatan. 6. Pemulihan rumah masyarakat dan prasarana pemukiman. 7. Pemulihan mental masyarakat dan mitigasi bencana. 8. Peninjauan ulang seterusnya revisi RTRW dan RPJM.

  • RPJM Kota Padang 2009-2014 6

    Pola hubungan RPJMD Kota Padang 2009-2014 dapat digambarkan seperti pada diagram berikut ini.

    Gambar 1.

    Pola Hubungan Antar Dokumen

    Sumber: Diolah, Paparan Tim Bappenas tahun 2009

    Keseluruhan usulan yang telah disepakati tersebut akan ditampung dalam revisi RPJM 2009-2014 dengan memperhatikan keselarasan antara RPJP Kota Padang 2004-2020 dan RTRW Kota Padang 2009-2030. Pemindahan pusat pemerintahan tidak memindahkan city hall sebagai tempat kedudukan kepala pemerintahan dan kegiatan-kegiatan pemerintahan dapat tersebar sesuai dengan kepentingan. Pola penyebaran kegiatan pemerintahan didukung teknologi informasi dan komunikasi dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas serta optimalitas dalam pemerintahan yang bertumpu pada 3 (tiga) pilar yaitu mengatur dan mengurus serta melayani.

    Konsekuensi dari pengembangan kawasan-kawasan perkotaan dengan banyak pusat-pusat baru adalah mengoptimalkan ketiga fungsi pokok tersebut melalui pengembangan sistem dan kultur berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Fungsi pengaturan melalui penetapan peraturan daerah untuk mendukung aturan yang lebih tinggi pada skala lokal dengan mempertimbangkan kearifan lokal yang dapat diinformasikan melalui media internet dan dikomunikasikan melalui media sekolah dan lembaga sosial-kemasyarakatan. Fungsi pengurusan melalui pengembangan satuan kerja yang semakin dekat dengan objek sehingga dicapai tingkat keteraturan dan ketertiban serta kenyamanan yang tinggi sebagai indikator kepuasan masyarakat terhadap pemerintah. Fungsi pelayanan melalui jaringan (online) untuk mendukung kebijakan satu atap dan satu pintu berbasis komputer sehingga dapat dicapai tingkat efisiensi yang tinggi selain mengurangi kontak langsung antara pemberi dan penerima layanan dengan tendensi korupsi.

  • RPJM Kota Padang 2009-2014 7

    Kota modern yang ingin dicapai melalui konsep metropolitan harus berdasarkan prinsip keterjangkauan (Access) sekaligus keamanan (safety) dan kenyamanan (secure) sebagai salah satu indikator dari kepuasan (satisfaction). Prinsip AS3 ini hanya dapat dicapai jika pelayanan dapat diakses secara langsung (direct) dan berterusan (run time) melalui pelayanan yang berjaringan. Jika pola pelayanan ini diterapkan maka pelayanan pemerintahan yang tersebar pada pusat-pusat kota baru tidak lagi membutuhkan satu pusat pemerintahan berskala besar pada satu tempat tertentu. Oleh sebab itu pemerintah kota segera merumuskan kembali pola pelayanan yang berbasis penyebaran pelayanan yang semakin mendekat kepada masyarakat termasuk mengakomodasi kecenderungan peningkatan akses melalui internet oleh sebagai besar masyarakat yang terdidik. Jika dalam jangka waktu 10-20 tahun lagi generasi masa kini sudah menjadi pengganti generasi masa kini maka pengembangan pusat pemerintahan yang terpusat menjadi kurang efektif.

    1.4 Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan untuk menghasilkan rencana yang komprehensif mulai dari deskripsi tentang kondisi sekarang sampai kepada strategi dan arah kebijakan serta penetapan kinerja adalah sebagai berikut:

    BAB I : Pendahuluan

    BAB II : Gambaran Umum Kondisi Daerah.

    BAB III : Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan.

    BAB IV : Analisis isu-isu Strategis Pembangunan Daerah

    BAB V : Visi dan Misi serta Tujuan dan Sasaran

    BAB VI : Strategi dan Arah Kebijakan

    BAB VII : Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah

    BAB VIII : Indikasi Rencana Program Prioritas dan Kebutuhan Pendanaan

    BAB IX : Penetapan Indikator Kinerja Daerah

    BAB X : Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan

    1.5 Maksud dan Tujuan

    Berdasarkan latar belakang dan upaya serta rencana yang dikemukakan diatas maka disusunlah maksud dan tujuan penyusunan RPJMD ini, yaitu untuk:

    a. Melakukan penyesuaian terhadap Perda No. 9 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota

  • RPJM Kota Padang 2009-2014 8

    Padang Tahun 2009-2014 dengan visi, misi, kebijakan, program pokok serta prioritas yang dilandasi oleh kondisi daerah pasca gempa termasuk kemampuan keuangan dengan memperhatikan aspirasi pihak legislatif dan masyarakat secara keseluruhan.

    b. Menyiapkan dokumen perencanaan pembangunan daerah jangka menengah bersifat definitif sebagai peraturan daerah yang bertujuan untuk mengarahkan, mengatur serta mengikat berdasarkan kedudukan, kewenangan, urusan dan tugas sebagai amanat UU No. 25 Tahun 2004 sesuai dengan kondisi daerah pasca gempa tahun 2009.

    c. Menjadikan RPJMD sebagai pedoman dan acuan dalam menyusun Rencana Strategis oleh setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah seterusnya menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Padang termasuk rencana investasi terutama oleh pemerintah daerah dan pemerintah pusat sebagai bagian dari rencana rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa tahun 2009.

    Keluaran dari proses ini adalah tersedianya RPJMD Kota Padang 2009-2014 hasil revisi berdasarkan kondisi daerah pasca gempa dan kebutuhan dalam kerangka rehabilitasi dan rekonstruksi serta kelanjutan pembangunan jangka menengah lima tahunan. Hasil yang diharapkan dengan tersusunnya RPJMD Tahun 2009-2014 adalah sebagai berikut:

    a. RPJMD Kota Padang Tahun 2009-2014 dipedomani oleh pemerintah daerah (eksekutif dan legislatif) dalam penyusunan Renstra SKPD, RKPD Pemerintah Kota Padang, Renja SKPD dan RAPBD Kota Padang;

    b. RPJMD Kota Padang Tahun 2009-2014 dijadikan tolok ukur dalam penilaian keberhasilan pembangunan daerah baik secara bertahap melalui pengukuran kinerja SKPD yang dapat di kompilasi menjadi kinerja pemerintahan kota;

    c. RPJMD Kota Padang Tahun 2009-2014 dijadikan dasar pengawasan DPRD Kota Padang sekaligus pengendalian terhadap upaya peningkatan kinerja dan pembentukan citra pemerintahan yang semakin baik.

  • RPJM Kota Padang 2009-2014 9

    RPJMD KOTA

    PADANG 2009-2014

    BAB 2

    GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

    2.1. Aspek Geografi dan Demografi

    2.1.1. Aspek Geografi

    Letak, Luas dan Batas Wilayah

    Padang sebagai ibukota Propinsi Sumatra Barat mempunyai luas wilayah administratif sekitar 1.414,96 km terletak dipesisir pantai Barat Pulau Sumatra pada posisi astronomis antara 00 05 05 BT 1003409 BT dan 004400 LS - 010835 LS. Berdasarkan PP Nomor 25 Tahun 1980 dan Perda Nomor 10 Tahun 2005 wilayah administrasi Kota Padang terdiri dari 11 Kecamatan dengan 104 Kelurahan. Luas wilayah terdiri dari 694,96 km daratan dan 720,00 km peariran/laut yang merupakan hasil perluasan Kota Padang Tahun 1980, yaitu penambahan luas wilayah dengan 3 kecamatan dan 15 kelurahan.

    Perluasan wilayah administrasi Kota Padang terjadi dengan menggabungkan 3 kecamatan dalam wilayah Kabupaten Padang Pariaman, yaitu sebelumnya memiliki kedekatan sosial budaya dengan Kota Padang atau yang lebih dikenal dengan sebutan Padang Luar Kota, yaitu Kecamatan Nanggalo, Koto Tangah, Kecamatan Pauh dan Kecamatan Bungus Teluk Kabung. Oleh karena itu luas wilayah dan alasan efektivitas pembangunan, ketiga kecamatan tersebut dijadikan 7 kecamatan. Pembentukan wilayah kecamatan baru mempertimbangkan struktur sosial budaya masyarakat dan kesatuan adat nagari agar tidak terpisahkan, maka wilayah administrasi kecamatan disesuikan dengan kesatuan adat nagari yang sudah ada. Sedangkan tambahan 1 (satu) kecamatan lagi adalah Kecamatan Padang Utara yaitu berasal dari sebagian wilayah Nagari Koto Tangah dan sebagian wilayah Kecamatan Padang Barat lama. Batas - batas wilayah Kota Padang, adalah:

    Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Padang Pariaman. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Solok. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pesisir Selatan. Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.

    Luas wilayah adminisrasi dan jumlah kelurahan pada masing-masing kecamatan Kota Padang setelah perluasan kota adalah sebagai berikut :

  • RPJM Kota Padang 2009-2014 10

    Tabel 2.1 Luas Wilayah Administrasi dan Jumlah Kelurahan

    Menurut Kecamatan di Kota Padang

    Sebelum UU 22/1999 Setelah UU 22/1999

    No Kecamatan Luas (Km)

    Jumlah Kelurahan

    Luas (Km) Jumlah

    Kelurahan

    A. Wilayah Darat

    1. Bungus Teluk Kabung 100,78 13 100,78 6

    2. Lubuk Kilangan 85,99 7 85,99 7

    3. Lubuk Begalung 30,91 21 30,91 15

    4. Padang Selatan 10,03 24 10,03 12

    5. Padang Timur 8,15 27 8,15 10

    6. Padang Barat 7,00 30 7,00 10

    7. Padang Utara 8,08 18 8,08 7

    8. Nanggalo 8,07 7 8,07 6

    9. Kuranji 57,41 9 57,41 9

    10. Pauh 146,29 13 146,29 9

    11. Koto Tangah 232,25 24 232,25 13

    B. Wilayah Laut - - 720,00 -

    Kota Padang 694,96 193 1.414,96 104

    Sumber : BPS Kota Padang,Padang D Tahun 2008

    Kondisi Topografi Berdasarkan posisi wilayah, Kota Padang secara fisik mempunyai ciri

    berbeda dengan kota-kota lainnya di Propinsi Sumatra Barat. Ada 3 (tiga) ciri yang menonjol :

    a. Wilayah Pantai, yaitu seluruh wilayah pinggiran pantai berhadapan dengan Samudra Hindia.

    b. Wilayah Dataran Rendah, yaitu wilayah yang sebagian besar sudah berkembang merupakan daerah pusat Kota Padang sebelum Pemekaran Tahun 1980 dan sebagian wilayah kecamatan hasil Pemekaran Tahun 1980.

    c. Wilayah Dataran tinggi, yaitu wilayah yang berada pada lereng Bukit Barisan yang melingkari Kota Padang.

  • RPJM Kota Padang 2009-2014 11

    Oleh karena itu, dilihat dari topografi daerah mempunyai karakteristik sangat bervariasi, dimana dipengaruhi ketiga kondisi wilayah diatas. Secara umum karakteristik Kota Padang perpaduan pantai, daratan dan perbukitan bergelombang yang curam. Ketinggian wilayah dari permukaan laut berada pada 0 meter sampai di atas 1.000 meter dari permukaan laut.

    Kondisi tersebut terlihat pada wilayah dengan kelerengan lahan lebih besar dari 40 kawasan dengan kelerengan lahan antara 0 2 terdapat di Kecamatan Padang Barat, Padang Timur, Padang Utara, Kecamatan Padang Selatan, Kecamatan Lubuk Begalung, Kecamatan Nanggalo dan Kecamatan Koto Tangah. Kawasan dengan kelerengan lahan antara 2 15 tersebar di Kecamatan Koto Tangah, Kecamatan Pauh dan Kecamatan Lubuk Kilangan. Kawasan dengan kelerengan lahan 15 40 tersebar di Kecamatan Lubuk Begalung, Lubuk Kilangan, Kuranji, Pauh dan Kecamatan Koto Tangah. Sedangkan kawasan dengan kelerengan lahan >40 ini merupakan kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung.

    Klimatologi

    Suhu udara Kota Padang sepanjang tahun berkisar antara 22,0C sampai 31,7C dan kelembaban udara rata-rata berkisar antara 70 - 84 dengan curah hujan rata-rata sebesar 4.7619 mm, atau 385 mm/bulan. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari (776 mm ) dan terendah pada bulan Mei (167 mm). Angin didominasi oleh angin Barat, Barat Daya, Barat Laut dengan kecepatan 1,6 - 5,6 knot bahkan kadang-kadang mencapai 5 40 knot. Dipengaruhi oleh angin musim maka arus permukaan di wilayah perairan Kota Padang sepanjang tahun mengalir ke arah Tenggara hingga Barat Daya (musim barat) dengan kekuatan arus antara 1 45 cm/detik, biasanya mencapai puncak pada bulan Desember.

    Arus musim timur antara bulan April hingga Oktober, melemah dengan kekuatan antara 1 cm/detik hingga 36 m/detik. Pada bulan Juli arus mencapai kekuatan minimum antara 1 cm/detik hingga 5 cm/detik. Selain itu di perairan Kota Padang juga terjadi arus pantai yang diakibatkan oleh gelombang. Arus ini berpengaruh terhadap abrasi dan sedimentasi pantai. Tinggi gelombang yang terjadi berkisar antara 0,5 2,0 meter.

    Kondisi Geologi

    Secara kondisi geologi Wilayah Kota Padang terbentuk oleh endapan permukaan, batuan vulkanik dan intrusi serta batuan sedimen dan metamorf. Secara garis besar jenis batuan tersebut adalah sebagai berikut :

    1. Aliran yang tak teruraikan (Qtau)

    Merupakan batuan hasil gunung api yang tak teruraikan umumnya berupa lahar, konglomerat, breksi dan batu pasir yang bercampur menjadi satu. Batuan ini tersebar pada daerah yang merupakan daerah Bukit Barisan di wilayah Kota Padang dan sekitar Gunung Padang dan Bukit Air Manis.

  • RPJM Kota Padang 2009-2014 12

    2. Alluvium (Qal)

    Merupakan batuan yang umumnya terdiri dari lanau, lempung, pasir, kerikil, pasir lempungan, lempung pasiran. Penyebaran dari Utara ke Selatan di seluruh dataran rendah Kota Padang.

    3. Kipas Alluvium (Qt)

    Merupakan batuan terdiri dari rombakan batuan andesit berupa bongkah-bongkah yang berasal dari gunung api strato, bewarna abu-abu kehitaman, keras, komposisi mineral piroksen, homblende dan mineral hitam lainnya. Batuan ini tersebar di bagian bawah lereng-lereng pegunungan dan perbukitan sekitar Bukit Nago dan Limau Manis.

    4. Tufa Kristal (QTt)

    Merupakan tufa kristal yang mengeras yang terlihat pada singkapan setempat-setempat di perbukitan di Bukit Air Manis, di Teluk Nibung dan dan Lubuk Begalung hingga ke perbukitan di Kelurahan Labuhan Tarok.

    5. Andesit (Qta) dan Tufa (QTp)

    Merupakan batuan gunung berapi yang masih masif bewarna hitam keabu abuan hingga putih, andesit berselingan dengan tufa, terlihat pada singkapan setempat-setempat di Pegambiran, Tarantang dan perbukitan Air Dingin yang bersebelahan dengan batu gamping.

    6. Batu Gamping (PTls)

    Berwarna putih hingga ke abu-abuan, terlihat pada singkapan di Indarung, sekitar Bukit Karang Putih.

    7. Fillit, Batu Pasir, Batu Lanau Meta (PTps)

    Fillit bewarna hitam hingga abu kemerahan, batu pasir bewarna abu-abu kehijauan mengandung klorit keras dan berbutir halus dan batu lanau bewarna hijau kehitaman. Batuan ini terlihat pada singkapan Koto Lalang (jalan ke arah Solok). Umumnya mendasari bukit-bukit dan pegunungan yang landai.

    Tabel 2.2 Batuan Wilayah Kota Padang

    No Jenis Batuan (Litologi) Luas (Ha) Persentase

    1. Aluvium 21.566,89 31,03

    2. Batuan Gunung Api 34.972,34 50,32

    3. Batuan Intrusi 1.337,81 1,93

    4. Batuan Metamorf 1.189,56 1,71

    5. Batu Kapur 1.158,56 1,67

    6. Formasi Palepat 0,01 0,00

    7. Formasi Painan 9.270,83 13,34

    KOTA PADANG 69.496,00 100,00 Sumber : Hasil Perhitungan Aplikasi ArcGIS, Tahun 2008

  • RPJM Kota Padang 2009-2014 13

    Kondisi Hidrogeologi

    Berdasarkan analisa geolistrik, jenis dan susunan batuan dapat dijelaskan kondisi hidrogeologi Kota Padang sebagai berikut:

    a. Karakteristik air bawah tanah

    Pada umumnya dataran Kota Padang ditutupi oleh endapan aluvium dan terletak di dalam cekungan air tanah (CAT) Padang Pariaman dan Cekungan Air Tanah (CAT) Painan. Air dalam tanah tersebut berasal dari air yang datang dari arah timur (perbukitan) dimana pada bagian timur ini merupakan hutan yang sekaligus sebagai daerah tangkapan air (catchment area). Siklus air hujan yang turun di kawasan ini sebagian meresap ke dalam tanah dan kemudian membentuk air tanah. Sebagian lain mengalir di permukaan tanah. Disamping itu, ada yang menjadi uap air ke udara, dimana sangat tergantung pada suhu udara dan vegetasi penutup permukaan tanah. Air yang meresap dan masuk ke dalam tanah membentuk air bawah tanah mengalir ke permukaan sungai dan terbentuklah sungai mulai dari sungai kecil sampai dengan sungai besar. Semuanya bermuara ke laut pantai barat. Secara umum hidrologi Kota Padang mempunyai kurang lebih mempunyai 23 aliran sungai yang mengaliri seluruh wilayah kota. Panjang sungai yang ada di Kota Padang sepanjang 155,40 Km. Tingkat ketinggian sungai-sungai tersebut pada umumnya tidak jauh berbeda dengan tinggi permukaan laut. Kondisi ini mengakibatkan cukup banyak bagian wilayah Kota Padang yang rawan terhadap bencana banjir dan bahaya erosi.

    b. Penyebaran air bawah tanah

    Penyebaran air bawah tanah di Kota Padang dibedakan atas dua wilayah air bawah tanah,yaitu:

    1. Wilayah air tanah dataran pantai

    Wilayah air tanah dataran pantai ini tersimpan dalam batuan-batuan hasil endapan banjir sungai (alluvial deposits), endapan rawa-rawa pantai (backswamp deposits) dan endapan banjir pantai atau laut (marine or coastal floodplain deposits). Semua endapan tersebut berbentuk pasir, lempung, lanau dan kerikil. Batuan yang menjadi akuifer (pembawa air) berupa pasir halus dan kasar serta kerikil. Sebaran air bawah tanah dataran pantai meliputi hampir semua kawasan pantai Kota Padang. Wilayah dataran pantai ini mempunyai keterusan air (permeability) dari sedang hingga tinggi. Muka air tanah dangkal (water table) umumnya sangat dangkal yaitu antara 1 s/d 2 meter dan pada musim penghujan bisa lebih tinggi lagi. Debit sumur berkisat 2-5 liter/detik.

  • RPJM Kota Padang 2009-2014 14

    2. Wilayah Air Tanah Perbukitan

    Wilayah tanah perbukitan menyangkut daerah imbuhan air tanah dan cekungan air tanah yang tidak mengenal batas topografi dan administrasi. Sebagian besar Kota Padang wilayah timur dan selatan merupakan daerah perbukitan yang dibangun dari endapan gunung api antara lain endapan lahar, tufa andesit, tufa kristal, lava, aggolomerat dan breksi vulkanik.

    Wilayah perbukitan ini membawa air (akuifer) memiliki keterusan yang rendah dan debit sumur dibawah 2 liter/detik. Beberapa mata air yang muncul di kawasan ini, pada umumnya mempunyai debit kurang dari 2 liter/detik.

    Wilayah Rawan Bencana

    Gempa Bumi

    Pusat-pusat gempa di Kota Padang paling banyak berkaitan dengan gempa tektonik. Pusat-pusat gempa tektonik yang dapat mempengaruhi Kota Padang. Kota Padang terbentuk di sepanjang jalur gempa mengikuti zona subduksi sepanjang 6.500 km di sebelah Barat Pulau Sumatra. Tumbukan Lempeng Samudera Hindia dan Lempeng Australia yang menyusup di bawah Lempeng Eurasia, membentuk Zona Benioff, yang secara terus menerus aktif bergerak ke arah Barat - Timur yang merupakan zona bergempa dengan seismisitas cukup tinggi. Kondisi ini menyebabkan Kota Padang menjadi daerah tektonik giat dan merupakan sumber gempa merusak.

    Data kegempaan dari BMG dan USGS memperlihatkan lokasi pusat-pusat gempa di perairan Kota Padang tersebar cukup merata. Pusat gempa terlihat lebih banyak di perairan antara Pulau Enggano dan daratan Pulau Sumatra. Frekuensi kejadian gempa dari tahun 1900 hingga 1963 relatif sedikit, sedangkan dari tahun 1963 hingga 1995 terjadi peningkatan. Gempa terjadi 3 sampai 16 kali per tahun dalam kurun 1963-1975, frekuensi ini menurun hingga 2 kali kejadian dalam tahun 1984, dan kemudian meningkat lagi dengan 2 kali kejadian pada tahun 1995. Kebanyakan sumber-sumber gempa tersebut berada pada kedalaman 33 hingga 100 Km, dengan magnitude lebih besar dari 5 skala Richter. Gempa berkekuatan lebih besar dari 6,5 skala Richter di permukaan, berpeluang besar menyebabkan deformasi di daratan dan di dasar laut.

    Zona tektonik aktif yang terbentuk dari penujaman lempeng di sebelah Barat Pulau Sumatra juga dapat dilihat dari adanya gunung api aktif yang muncul di sepanjang jalur patahan aktif di bagian sisi Barat Pulau Sumatra yang bergerak geser kanan (dextral strike slip fault). Jalur patahan Sumatra yang juga biasa disebut dengan Patahan Semangko sepanjang 1.650 Km, menyebabkan blok sebelah kiri pulau Sumatra bergerak ke Utara sedangkan yang di sebelah kanan bergerak ke Selatan serta melahirkan kepulauan busur dalam (inner island arc) seperti Pulau Nias, Mentawai, Enggano, Pisang dan sebagainya. Gempa vulkanik di Kota Padang disebabkan posisi Kota Padang yang berada di dekat 3 gunung api aktif, yaitu Gunung Talang, Marapi dan Tandikek.

  • RPJM Kota Padang 2009-2014 15

    Gelombang Tsunami

    Solusi mekanisme fokal dari beberapa pusat gempa, umumnya menunjukkan tipe sesar naik. Sumber patahan seperti ini jika mempunyai magnitude lebih besar dari atau sama dengan 7 Skala Richter sangat berpotensi sebagai pembangkit gelombang tsunami

    Letak Kota Padang yang berada di Pantai Barat Sumatra, yang berbatasan langsung dengan laut terbuka (Samudera Hindia) dan zona tumbukan aktif dua lempeng menjadikan Padang salah-satu kota paling rawan bahaya gelombang Tsunami. Gempa tektonik sepanjang daerah subduksi dan adanya seismik aktif, dapat mengakibatkan gelombang yang luar biasa dahsyat. Dari catatan sejarah bencana, gelombang tsunami pernah melanda Sumatra Barat pada 1797 dan 1833.

    Longsoran Lahan

    Hasil analisis tingkat bahaya longsoran lahan pada daerah Kota Padang menunjukkan sebagian besar daerahnya memiliki tingkat bahaya longsoran lahan yang sedang dan tinggi. Tingkat bahaya longsoran lahan yang rendah umumnya terdapat pada daerah dataran alluvial dan dataran alluvial pantai dengan lereng 0-8%, sedangkan tingkat bahaya longsoran lahan sedang terdapat pada daerah lereng-kaki pegunungan, kompleks perbukitan vulkanik, dan kompleks pegunungan vulkanik.

    Faktor yang mempengaruhi tingkat bahaya longsoran lahan di daerah Kota Padang adalah karakteristik lahannya berupa kemiringan lereng yang umumnya berkisar 23 - 99%. Bentuk lereng pada umumnya tidak beraturan (irreguler), dengan panjang lereng yang bervariasi, mulai dari 12 hingga 150 meter. Ketinggian daerah yang sebagian besar berupa kompleks perbukitan vulkanik, dan kompleks pegunungan vulkanik dengan ketinggian relief berkisar antara 500 - 1.000 meter dpl, kecuali untuk daerah Sungai Sapih, Air Dingin, dan Bukit Lantiak.

    Struktur batuan wilayah Kota Padang umumnya miring, kecuali di daerah Kuranji yang mempunyai struktur masif sehingga akan mempermudah terbentuknya bidang gelincir. Kedalaman air tanah umumnya dangkal, yaitu berkisar dari 86 cm hingga kedalaman 7 m dan memiliki jalur mata air (spring) dan jalur rembesan (seepage), dan curah hujan yang tinggi. Akibat curah hujan yang tinggi, air tanah yang tergolong dangkal dan banyak terdapat jalur mata air dan rembesan mempercepat terjadinya longsoran lahan.

    Tingkat bahaya longsoran lahan tinggi hampir terdapat pada setiap Kecamatan di Kota Padang, kecuali Kecamatan Padang Utara dan Padang Timur. Hal ini disebabkan karena pada daerah tersebut umumnya memiliki topografi daerah yang datar dengan kemiringan lereng sebagian besar berkisar 0 - 8%, sehingga tidak memiliki potensi untuk mengalami longsor. Penggunaan lahan permukiman dan prasarana publik pada daerah ini umumnya terkonsentrasi pada daerah yang memiliki topografi datar. Tingkat risiko longsoran lahan tinggi yang memiliki luasan terbesar terdapat pada Kecamatan Padang Selatan dengan luas 16 Ha, sedangkan tingkat bahaya longsoran lahan yang rendah umumnya

  • RPJM Kota Padang 2009-2014 16

    terdapat pada setiap kecamatan yang ada di Kota Padang. Tingkat bahaya longsoran lahan yang rendah ini umumnya terdapat pada daerah yang memiliki penggunaan lahan berupa non permukiman, sehingga apabila terjadi longsoran lahan tidak menimbulkan korban jiwa.

    Erosi Pantai

    Erosi pantai/abrasi merupakan peristiwa alam yang mengakibatkan terjadinya pengikisan pada pantai sehingga luas daerah pantai menjadi berkurang. Erosi pantai/abrasi terjadi akibat pengaruh yang berasal dari laut yaitu berupa gelombang, arus laut dan longshore current atau arus sejajar pantai.

    Pada umumnya proses interaksi antara perairan pantai dengan laut lepas lebih banyak ditemui pada pantai di Kota Padang karena pantai-pantai tersebut banyak berhubungan dengan lautan, terkecuali Pantai Bungus, karena pantai ini terletak pada daerah teluk, maka kecepatan arus sepanjang pantainya cenderung menjadi rendah.

    Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi di pantai. Pola arus pantai terutama ditentukan oleh besarnya sudut datang yang dibentuk antara gelombang yang datang dengan garis pantai. Jika sudut datang itu cukup besar, maka akan terbentuk arus menyusur pantai (longshore curent) yang disebabkan oleh perbedaan tekanan hidrostatis. Jika sudut datang gelombang kecil atau sama dengan nol (gelombang yang datang sejajar dengan pantai), maka akan terbentuk arus meretas pantai (rip curent) dengan arah menjauhi pantai di samping terbentuknya arus menyusur pantai.

    Salah-satu faktor penyebab tingginya laju abrasi pantai di daerah Pasir Parupuk disebabkan oleh konstruksi yang dibangun di pantai seperti pemecah gelombang (creep). Pada umumnya konstruksi ini akan menghadang aliran litoral (litoral drift) alami di wilayah pantai tersebut, yang berarti terganggunya pemasokan air ke pantai di bagian hilir aliran lithoral tersebut. Kondisi semacam ini akan memicu proses abrasi yang terjadi di wilayah tersebut.

    Pada umumnya pantai yang ada di Kota Padang kebanyakan adalah pantai pasir yang terdiri dari kwarsa dan feldspar, bagian yang paling banyak dan paling keras sisa-sisa pelapukan lahan atas (upland). Untuk daerah pasir di sekitar Kampus Universitas Bung Hatta, sisa-sisa terumbu karang yang dominan. Pantai ini dibatasi hanya di daerah tempat gerakan air yang kuat mengangkut partikel-partikel yang halus dan ringan. Untuk pantai di sekitar Kampus Universitas Bung Hatta, ekosistemnya termasuk terumbu karang yang dari segi tipenya termasuk kepada jenis terumbu karang tepi (fringing reef), yang mempunyai kedalaman kurang dari 40 meter.

  • RPJM Kota Padang 2009-2014 17

    Banjir

    Kota Padang dilihat dari geomorfologi-nya merupakan perpaduan antara bentuk lahan perbukitan vulkanik bagian Timur, bentuk lahan aluvial bagian Tengah dan bentuk lahan marin bagian Barat. Daerah bagian Timur merupakan perbukitan vulkanik yang lebih tinggi dari daerah bagian Tengah dan Barat, sehingga daerah bentuk lahan aluvial dan marin yang dilalui oleh beberapa sungai besar seperti Batang Bungus, Batang Arau, Batang Kuranji dan Batang Air Dingin serta masih ada lagi 18 sungai kecil lainnya yang mempunyai aliran permanen sepanjang tahun, sering mengalami banjir. Hal ini didukung lagi bahwa Kota Padang merupakan daerah tropis mempunyai curah hujan yang cukup tinggi rata-rata .300 mm per-bulan dengan rata-rata hari hujan 15 - 16 hari per-bulan. Apalagi luapan sungai tersebut bersamaan dengan terjadinya pasang di laut.

    Tingkat bahaya banjir di Kota Padang dapat dibedakan menjadi bahaya banjir tinggi dan sedang. Tingkat bahaya banjir tinggi umumnya tersebar pada daerah dataran yang memiliki satuan bentuk lahan dataran banjir, dataran aluvial, rawa belakang, dan depresi antar gisik.

    Tingkat bahaya banjir terbesar terdapat pada Kecamatan Koto Tangah dengan luas daerah 790 ha. Tingkat bahaya banjir sedang yang terbesar terdapat pada Kecamatan Kuranji dengan luas daerah 802 Ha. Tingginya tingkat bahaya banjir Kota Padang umumnya disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan kejadian pasang-surut air laut di Kota Padang. Pasang-surut di Kota Padang memiliki tipe pasang-surut ganda campuran, dalam artian dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan dua kali mengalami surut air laut. Kejadian banjir di Kota Padang sering bertepatan dengan kejadian pasang naik, sehingga air yang akan mengalir ke laut terhambat karena bertemunya dua massa air, yaitu massa air tawar dan massa air laut ini yang sering menyebab-kan banjir.

    Kebakaran

    Berdasar fungsi kawasan dan kepadatan penduduk, resiko bahaya kebakaran dapat digolongkan menjadi 3 wilayah yaitu:

    1. Tingkat Resiko Kebakaran-1 Resiko terbesar terdapat di Kecamatan Padang Utara, Padang Timur dan Padang Barat yang merupakan area pusat perdagangan kepadatan tinggi.

    2. Tingkat Resiko Kebakaran-2 Kecamatan Kuranji, Nanggalo, Padang Selatan dan Lubuk Begalung sebagai kecamatan tumbuh cepat berada di daerah resiko lini ke 2.

    3. Tingkat Resiko Kebakaran-3 Kecamatan dengan resiko kecil akan bahaya kebakaran terdapat di

    Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Lubuk Kilangan, Kecamatan Pauh dan Kecamatan Koto Tangah

  • RPJM Kota Padang 2009-2014 18

    Penggunaan Lahan

    Hampir separuh penggunaan lahan di Kota Padang masih untuk hutan lebat sedangkan lebih kurang 10 persen digunakan sebagai areal tanah perumahan. Untuk penggunaan areal perkebunan campuran lebih kurang sebesar 20% dan sawah beririgasi maupun tidak beririgasi sebesar 7,35%. Selebihnya penggunaan lahan di Kota Padang digunakan untuk sektor perdagangan dan jasa, pemerintahan, dan sebagainya. Selengkapnya penggunaan tanah di Kota Padang dapat dilihat pada tabel berikut ini.

    Tabel 2.3

    Luas Lahan Kota Padang Menurut Jenis Penggunaannya Tahun 2009

    Luas Lahan

    No. Jenis Penggunaan (Ha) Persentase 1 Tanah Perumahan 6.681,38 9,61 2 Tanah Perusahaan 255,67 0,37 3 Tanah Industri Termasuk PT Semen Padang 702,25 1,01 4 Tanah Jasa 715,32 1,03 5 Sawah Beririgasi Teknis 4.934,00 7,10 6 Sawah Non Irigasi 174,03 0,25 7 Ladang / Tegalan 952,75 1,37 8 Perkebunan Rakyat 2147,50 3,09 9 Kebun Campuran 13.799,63 19,86

    10 Kebun Sayuran 1343,00 1,93 11 Peternakan 26,83 0,04 12 Kolam Ikan 100,80 0,15 13 Danau Buatan 2,25 0,00 14 Tanah Kosong 28,33 0,04 15 Tanah Kota 16,00 0,02 16 Semak 1.533,32 2,21 17 Rawa / Hutan Mangrove 120,00 0,17 18 Jalan Arteri dan Jalan Kolektor 135,00 0,19 19 Hutan Lebat 35.448,00 51,01 20 Sungai dan Lain-lain 379,45 0,55

    Jumlah 69.495,50 100 Sumber : BPS Kota Padang

    Kondisi Geografi Lainnya (Oseanografi)

    Kota Padang mempunyai garis pantai sepanjang 84 Km dan luas kewenangan pengelolaan perairan 72.000 Ha dan 19 pulau-pulau kecil. Secara fisik administratif ada 6 kecamatan yang bersentuhan langsung dengan pantai yaitu : Kecamatan Koto Tangah, Kecamatan Padang Utara, Kecamatan Padang Barat, Kecamatan Padang Selatan, Kecamatan Lubuk Begalung dan Kecamatan Bungus Teluk Kabung. Wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil ini mempunyai potensi sumber daya alam yang dapat pulih (renewable) antara lain perikanan, hutan bakau, terumbu karang, Padang lamun, estuaria, dan pulau-pulau kecil .

  • RPJM Kota Padang 2009-2014 19

    Kondisi pesisir pantai Kota Padang secara garis besar dapat dibedakan atas 2 kelompok, yaitu :

    a. Pesisir yang landai, yaitu di daerah Padang Sarai - Batang Arau, Labuhan Tarok - Teluk Kabung,

    b. Pesisir yang curam dengan kawasan pesisir yang landai relatif sangat kecil antara lain pada kawasan pesisir Batang Arau Labuhan Tarok, Teluk Kabung - Sungai Pisang - Pantai Padang.

    Karakteristik pantai Kota Padang dapat dilihat pada tabel berikut.

    Tabel 2.4

    Karakteristik Pantai Di Kota Padang

    No. Pantai Karakteristik Jenis Pantai

    1. Padang Sarai Parupuk Landai Pasir

    2. Parupuk Tabing - Muaro Padang Landai Pasir, batu/krip

    3. Batang Arau - Air Manis Curam Cadas

    4. Air Manis Landai Pasir, batu

    5. Air Manis - Teluk Bayur Curam Batu, cadas

    6. Teluk Bayur - Sungai Baremas Landai Pasir, batu

    7. Sungai Baremas - Labuhan Tarok Curam Cadas

    8. Labuhan Tarok - Teluk Kabung Landai Pasir, batu

    9. Teluk Labuhan Cina Landai Lumpur, pasir, batu

    10. Labuhan Cina - Teluk Kaluang Landai, dan curam Pasir, batu, cadas

    11. Teluk Kaluang Landai Lumpur

    12. Teluk Kaluang - Teluk Buo Landai curam Pasir, batu, cadas

    13. Teluk Buo Landai Lumpur, pasir, batu

    14. Teluk Buo - Sungai Pisang Landai, curam Pasir, batu, cadas

    15. Sungai Pisang Landai Pasir, Lumpur

    16. Sungai Pisang Pesisir Selatan Landai, curam, Pasir, batu, cadas Sumber : Profil Perikanan dan Kelautan Kota Padang 2001.

    Kondisi pulau-pulau kecil umumnya landai, hanya beberapa pulau yang mempunyai ketinggian sampai 100 m dpl yaitu; Pulau Pasumpahan, Pulau Sikuai, Pulau Sironjong. Karakteristik pantai pulau-pulau kecil dapat dilihat pada tabel berikut ini.

  • RPJM Kota Padang 2009-2014 20

    Tabel 2.5

    Karakteristik Pulau-Pulau di Wilayah Kota Padang

    No. NAMA PULAU KECAMATAN LUAS (Ha) KELILING (m) Karakteristik

    Pantai Jenis Pantai

    1. Bintangur - 56,78 3.396,80 Landai, curam Pasir, batu, cadas

    2. Sikuai Bungus Teluk Kabung 48,12 3.198,11 Landai, curam Pasir, batu, cadas

    3. Toran Padang Selatan 33,67 2.277,23 Landai Pasir, batu

    4. Bindalang Padang Selatan 27,06 1.996,47 Landai Pasir, batu

    5. Pisang Padang Selatan 26,19 2.007,05 Landai, curam Pasir, batu, cadas

    6. Pandan Padang Selatan 24,32 1.821,77 Landai Pasir, batu

    7. Sirandah Bungus Teluk Kabung 19,18 1.741,27 Landai Pasir, batu

    8. Pasumpahan Bungus Teluk Kabung 16,90 1.916,02 Landai, curam Pasir, batu, cadas

    9. Sibonta Bungus Teluk Kabung 13,18 1.423,56 Landai Pasir, batu

    10. Sao Koto Tangah 12,46 1.310,79 Landai Pasir, batu

    11. Sironjong Bungus Teluk Kabung 11,04 1.381,15 Curam Cadas, pasir

    12. Sinyaru Bungus Teluk Kabung 7,90 1.139,06 Landai Pasir, batu

    13. Setan Bungus Teluk Kabung 7,81 1.331,92 Landai, curam Batu, cadas

    14. Air Koto Tangah 7,09 990,20 Landai Pasir, batu

    15. Pasir Gadang Padang Selatan 4,91 891,71 Landai Pasir, batu

    16. Setan Kecil Bungus Teluk Kabung 3,33 692,47 Landai, curam Batu, cadas

    17. Pisang Ketek Padang Selatan 3,02 846,43 Landai, curam Batu, cadas

    18. Kasik Bungus Teluk Kabung 1,73 483,82 Landai Pasir, batu

    19. Ular Bungus Teluk Kabung 1,38 594,98 Curam Cadas Sumber : Profil Perikanan dan Kelautan Kota Padang 2001.

    Padang Dalam Angka Tahun 2000 -2007, BAPPEDA dan BPS Kota Padang, Tahun 2008.

    Bathimetri

    Pantai Kota Padang memanjang dari arah Barat Laut ke Tenggara membentuk garis pantai yang relatif lurus, bagian Utara landai dan ke arah Selatan mempunyai gradasi perairan pantai yang curam. Kawasan Utara di daerah Padang Sarai garis isobath 15 m ditemui sampai 1 kilometer ke arah laut sedangkan di bagian Selatan di Pantai Air Manis sampai kawasan Pulau Sironjong kedalaman mencapai 20 - 50 meter.

    Kedalaman rata-rata perairan antara Kota Padang dengan pulau-pulau kecil mencapai 80 meter, sementara di luar jajaran pulau tersebut kedalaman mencapai 300 m. Kondisi perairan di sekitar pulau-pulau kecil berupa karang (fringing reef) sampai jarak 50 meter dari pantai dengan kedalam mencapai 3 meter, kemudian perairan berubah secara tajam dengan kedalaman mencapai 30 - 60 meter.

  • RPJM Kota Padang 2009-2014 21

    Karakteristik Perairan

    Karakteristik perairan Kota Padang ditinjau dari beberapa faktor berikut :

    Pasang Surut

    Tipe pasang surut di wilayah perairan Kota Padang termasuk dalam pasang surut campuran yang didominasi tipe ganda dimana pada daerah ini terjadi 2 kali pasang dan 2 kali surut dalam sehari. Tipe ini dipengaruhi oleh kondisi kedalaman perairan atau geomorfologi pantai setempat.

    Cuaca dan Arus Musiman

    Dipengaruhi oleh angin musim maka arus permukaan di wilayah perairan Kota Padang sepanjang tahun mengalir ke arah Tenggara hingga Barat Daya (Musim Barat) dengan kekuatan arus antara 1 45 cm/detik. Kecepatan arus mencapai puncaknya bulan Desember.

    Sedangkan arus Musim Timur antara bulan April hingga Oktober, melemah dengan kekuatan antara 1 cm/detik hingga 36 m/detik. Pada bulan Juli arus mencapai kekuatan minimum antara 1 cm/detik hingga 5 cm/detik. Selain itu di perairan Kota Padang juga terjadi arus pantai yang diakibatkan oleh gelombang. Arus ini berpengaruh terhadap abrasi dan sedimentasi pantai. Tinggi gelombang yang terjadi berkisar antara 0,5 2,0 meter.

    Suhu dan Salinitas

    Suhu di perairan relatif stabil sepanjang tahun berkisar antara 280C - 290C, sedangkan pada kedalaman laut 7-10 meter suhu berkisar 250C. Suhu perairan pulau-pulau kecil mencapai 280C - 300C. Salinitas di wilayah perairan Kota Padang berkisar 27-30 permil. Di daerah muara sungai, Salinitas berkisar antara 20-25 permil.

    Abrasi dan Sedimentasi

    Proses abrasi dan sedimentasi yang terjadi di wilayah pantai Kota Padang dipengaruhi oleh musim. Abrasi yang terjadi di pantai Kota Padang terutama di Purus, Ulak Karang, Air Tawar umumnya terjadi pada awal musim Barat yaitu November - Maret dan pada akhir musim Timur yaitu pada bulan September dan Oktober.

    Hal ini disebabkan terjadinya gelombang yang relatif besar. Pada saat tersebut pada lokasi di bagian Utara Kota Padang yang berbatasan dengan Kabupaten Padang Pariaman terjadi sedimentasi. Abrasi juga dapat disebabkan telah rusaknya terumbu karang.

    Kualitas Perairan

    Perairan wilayah Kota Padang relatif subur. Indikasinya terdapat 46 jenis plankton dengan jumlah dan kerapatan yang relatif besar.

  • RPJM Kota Padang 2009-2014 22

    Sumber Daya Laut

    Perikanan

    Salah satu potensi perairan wilayah Kota Padang yang telah dimanfaatkan adalah perikanan yang terdiri dari;

    a. Ikan Pelagis Besar seperti ; tuna, alkobar, setuhuk, ikan pedang, layaran, cakalang, tongkol dan tenggiri dengan potensi lestari 159.652 ton.

    b. Ikan Pelagis Kecil meliputi ; ikan - ikan yang hidup di daerah permukaan laut yang berukuran relatif kecil seperti ikan kembung, bentong, layang, selar, lemuru dan lain sebagainya dengan potensi lestari 288.924 ton. Sumber daya ikan pelagis ini relatif telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat nelayan dengan alat tangkap yang sederhana.

    c. Ikan Demersal, adalah jenis ikan yang hidup di perairan dalam, meliputi; ikan kerapu, bambangan, bawal dan lainnya. Potensi lestari jenis ikan Demersal ini sebesar 1.085 ton.

    d. Ikan Karang yang terdapat di sekitar terumbu karang, dimanfaatkan untuk dikonsumsi dan sebagai ikan hias.

    e. Udang, dengan daerah penangkapan sekitar perairan pantai Kota Padang dan perairan Kepulauan Mentawai.

    Penangkapan ikan telah dilakukan oleh masyarakat nelayan terutama ikan pelagis kecil, sedangkan untuk ikan pelagis besar masih rendah karena terbatasnya sarana penangkapan.

    Prasarana pelabuhan perikanan di wilayah Kota Padang adalah Pelabuhan Perikanan Bungus. Fasilitas yang tersedia pada pelabuhan tersebut adalah kolam pelabuhan, dermaga, receiving hall, perbengkelan, perbekalan, pabrik es, dan fasilitas penunjang (kantor, dll). Di samping itu pada beberapa tempat terdapat Tempat Pelelangan Ikan (TPI) mini, antara lain di Pasir Jambak, Gaung, dan Batung.

    Hutan Manggrove

    Potensi hutan bakau di wilayah Kota Padang relatif sedikit dibanding dengan kabupaten lainnya di Sumatra Barat, yaitu hanya 64,45 ha.

    Terumbu Karang

    Terumbu karang salah satu sumber daya alam yang sangat penting dalam menjaga ekosistem dan merupakan habitat tempat hidup ikan mencari makan dan tempat pemijahan. Luas terumbu karang yang ada di wilayah Kota Padang sekitar 400 ha.

    Padang Lamun dan Rumput Laut

    Padang Lamun terdapat sepanjang pantai yang merupakan habitat, tempat makanan ikan, tempat pemijahan dan tempat berlindung larva ikan. Rumput Laut merupakan salah satu sumber daya alam laut yang dapat dimanfaatkan sebagai

  • RPJM Kota Padang 2009-2014 23

    bahan makanan. Saat ini pengolahan rumput laut masih dalam skala kecil rumah tangga untuk dijadikan bahan agar-agar.

    Estuaria

    Merupakan kawasan yang fungsinya sebagai salah satu sumber penyedia dan penyimpan zat hara bagi lautan yang terdiri dari estuaria muara sungai, estuaria laguna, estuaria dataran pasir. Namun fungsi estuaria di Kota Padang belum banyak mendukung kesuburan pantai kecuali yang ada di Kecamatan Bungus Teluk Kabung, hal ini disebabkan kawasan estuaria telah tercemar oleh limbah permukiman dan industri di sekitarnya. Estuaria di kawasan Bungus Teluk Kabung perlu diantisipasi pengelolaannya agar tidak rusak karena berdekatan dengan Pelabuhan Pertamina.

    Pulau-Pulau Kecil

    Pulau pulau kecil yang ada di wilayah Kota Padang berjumlah 19 pulau, 13 pulau terletak relatif dekat dengan daratan. Pulau terjauh terletak 13,15 mil dari daratan, yaitu Pulau Pandan. Pemanfaatan pulau-pulau kecil ini belum optimal, sebagian telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kebun kelapa, dan beberapa pulau telah dikembangkan untuk kegiatan pariwisata. Kondisi pulau ini sebagian mengalami abrasi akibat terumbu karang yang mengelilinginya telah rusak, disebabkan oleh alam dan penangkapan ikan yang menggunakan bom dan potasium.

    2.1.2. Aspek Demografi

    Kependudukan

    Berdasarkan Sensus Penduduk (SP, 2000 ), jumlah penduduk Kota Padang Tahun 2006 sebanyak 819.740 jiwa. Pada tahun 2009 jumlah penduduk Kota Padang telah meningkat menjadi 875.750 jiwa. Jumlah penduduk tersebut tersebar ke dalam 11 wilayah kecamatan Kota Padang. Jumlah penduduk terbanyak terlihat pada Kecamatan Koto Tangah, Kuranji dan Lubuk Begalung. Sedangkan kecamatan yang terendah jumlah penduduknya adalah Kecamatan Bungus Taluk Kabung, Lubuk Kilangan dan Pauh.

    Perkembangan jumlah penduduk Kota Padang dalam 4 tahun terakhir menunjukkan kecenderungan pertambahan yang signifikan. Kenaikan rata-rata diperkirakan sekitar 2,23% per tahun. Peningkatan ini disebabkan oleh pembangunan dan bertambahnya aktivitas perekonomian di Kota Padang. Perkembangan jumlah penduduk dapat dilihat pada tabel berikut ini:

  • RPJM Kota Padang 2009-2014 24

    Tabel 2.6 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Padang

    Pada Tahun 2006 2009 ( dalam orang )

    K e c a m a t a n 2006 2007 2008 2009

    1. Bungus Teluk Kabung 23.400 23.592 24.135 24.417

    2. Lubuk Kilangan 41.560 42.585 43.194 44.552

    3. Lubuk Begalung 100.012 104.323 107.292 109.793

    4. Padang Selatan 61.008 61.967 62.686 64.458

    5. Padang Timur 84.231 85.279 85.774 88.510

    6. Padang Barat 59.895 60.102 59.795 62.010

    7. Padang Utara 73.730 74.667 75.527 77.509

    8. Nanggalo 56.604 57.523 58.363 59.851

    9. Kuranji 113.976 117.694 121.424 123.771

    10. P a u h 51.354 52.502 54.256 54.846

    11. Koto Tangah 153.075 157.956 163.926 166.033

    J u m l a h 819.740 838.190 855.709 875.750

    Sumber : BPS, Padang Dalam Angka 2006-2009

    Komposisi Penduduk

    Komposisi Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

    Komposisi penduduk Kota Padang menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa jumlah penduduk perempuan jumlahnya lebih kecil daripada jumlah penduduk laki-laki dengan sex rasio 97,58. Sementara itu komposisi penduduk menurut kelompok umur memperlihatkan pola piramida yang menggambarkan penduduk berusia muda relatif besar (15 tahun kebawah dan 15-24 tahun). Kecenderungan ini menunjukan bahwa beban tanggungan (dependency rasio) penduduk cukup tinggi. Semakin tinggi kelompok umur semakin sedikit jumlah populasinya. Kelompok penduduk pada kelompok usia produktif (15-44 tahun) lebih banyak berjenis laki-laki sekitar 234.560 jiwa (51,77%) sedangkan yang berjenis perempuan 218.448 (48,33%) . Kondisi ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.

  • RPJM Kota Padang 2009-2014 25

    Tabel 2.7 Komposisi Penduduk Kota Padang

    Menurut Kelompok Umur Tahun 2009

    Jumlah Penduduk (Jiwa) J U M L A H Kelompok Umur

    (Tahun) Perempuan Laki-Laki Jiwa Persentase

    0 4 37,915 34.341 72.256 8,25 5 9 44.076 40.490 84.566 9,66

    10 14 45.157 42.854 88.011 10,05 15 19 44.913 41.423 86.336 9,86 20 24 48.172 59.745 107.917 12,32 25 29 35.905 37.596 73.501 8,39 30 34 31.987 33.666 65.563 7,49 35 39 30.828 31.141 61.969 7,08 40 44 26.643 30.989 57.541 6,57 45 49 26.865 24.231 51.096 5,83 50 54 21.094 22.806 43.900 5,01 55 59 15.598 14.973 30.570 3,49 60 64 7.845 8.350 16.195 1,85 65 69 7.335 8.249 15.584 1,78 70 74 3.951 5.541 9.492 1,08

    75+ 4.233 6.931 11.164 1,27 JUMLAH 432.515 443.235 875.750 100,00

    Sumber : Padang Dalam Angka Tahun 2009, BAPPEDA Kota Padang dan BPS Kota Padang

    Komposisi Penduduk Usia Kerja

    Pada tahun 2009 jumlah penduduk yang berada dalam usia 15 tahun ke atas adalah sebanyak 630.828 orang. Sebagian besar komposisi penduduk tahun 2009 tersebut tersebar pada kelompok umur usia muda, 15 34 tahun. Kondisi ini disebabkan kenaikan jumlah penduduk alamiah selama 10 tahun terakhir dan tingginya angka urbanisasi ke kota. Urbanisasi penduduk pada umumnya berada pada kelompok umur 19-29 tahun. Jumlah terbanyak adalah pada tingkat usia kerja 20 24 tahun, sedangkan titik treshold terjadi pada usia kerja 24 atau 25 tahun dan kemudian pada usia 25-29 tahun secara perlahan mulai turun, mulai usia kerja usia 30 sampai 75 tahun keatas. Secara lengkap perkembangan jumlah penduduk usia kerja 15 tahun keatas Kota Padang dapat dilihat tabel berikut :

  • RPJM Kota Padang 2009-2014 26

    Tabel 2.8 Penduduk Usia Kerja Menurut Kelompok Umur

    Tahun 2006-2009

    Kelompok 2006 2007 2008 2009

    Umur Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

    15-19 87,209 14.90 93.092 15.58 84.468 13,68 86.336 13,69

    20-24 97,114 16.59 104.463 17.49 105.587 17,11 107.917 17,11

    25-29 73,486 12.55 75.241 12.60 71.912 11,65 73.501 11,65

    30-34 63,146 10.79 65.267 10.93 64.234 10,41 65.563 10,39

    35-39 58,388 9.97 58.708 9.83 60.629 9,82 61.969 9,82

    40-44 54,601 9.33 53.651 8.98 56.298 9,12 57.541 9,12

    45-49 47,544 8.12 46.067 7.71 49.990 8,10 51.096 8,10

    50-54 38,817 6.63 35.000 5.86 42.951 6,96 43.900 6,96

    55-59 19,624 3.35 18.863 3.16 29.909 4,85 30.570 4,85

    60-64 15,924 2.72 16.620 2.78 15.845 2,57 16.195 2,57

    65-69 11,867 2.03 11.957 2.00 15.247 2,47 15.584 2,47

    70-74 9,175 1.57 9.301 1.56 9.287 1,50 9.492 1,50

    75+ 8,577 1.46 9.103 1.52 10.923 1,77 11.164 1,77

    Jumlah 585,472 100.00 597,333 100 617.280 100 630.828 100

    Sumber ; Padang dalam Angka Tahun 2009

    2.2. Aspek Kesejahteraan Umum

    Pertumbuhan Ekonomi

    Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang sering dipakai untuk mengukur kinerja kegiatan ekonomi makro dan kesejahteraan umum suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi mencerminkan terjadinya ekspansi kegiatan ekonomi, baik secara keseluruhan sektor maupun secara parsial satu sektor ekonomi.

    Berdasarkan paparan diatas, dapat dikemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi Kota Padang tahun 2007 dan 2008 masih cukup tinggi yaitu sebesar 6,14% dan 6,21%. Akan tetapi pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Kota Padang sedikit menurun akibat terjadinya bencana gempa bumi sehingga pada tahun tersebut tercatat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,08%. Sub sektor lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan rata-rata cukup tinggi itu antara lain lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan tanpa bank serta sub sektor lapangan usaha listrik. Pertumbuhan ekonomi dihitung berdasarkan perkembangan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000. Selengkapnya gambaran pertumbuhan ekonomi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

  • RPJM Kota Padang 2009-2014 27

    Tabel 2.9 PDRB AHK dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Padang

    Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006-2009

    PDRB AHK (Rp Miliar) Pertumbuhan Ekonomi (%) LAPANGAN USAHA

    2006 2007 2008 2009 2007 2008 2009

    1. PERTANIAN 494,41 521,84 552,96 583,18 5,55 5,96 5,47

    a. Tanaman Pangan & Holtikultura 136,35 144,11 152,37 160,84 5,70 5,73 5,56

    b. Tanaman Perkebunan 4,54 4,79 5,04 5,30 5,39 5,27 5,13

    c. Peternakan & Hasil-hasilnya 76,57 79,18 82,29 85,36 3,40 3,93 3,74

    d. Kehutanan 3,24 3,24 3,28 3,31 0,08 1,00 1,02

    e. Perikanan 273,71 290,52 309,98 328,37 6,14 6,70 5,93

    2. PERTAMBANGAN &PENGGALIAN 146,76 156,19 165,25 173,46 6,42 5,80 4,97

    a. Pertambangan Tanpa Migas 0,00 0,00 0,00 0,00

    b. Penggalian 146,76 156,19 165,25 173,46 6,42 5,80 4,97

    3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1.625,75 1.705,20 1.787,05 1.854,25 4,89 4,80 3,76

    a. Industri Migas 0,00 0,00 0,00 0,00

    b. industri Tanpa Migas 1.625,75 1.705,20 1.787,05 1.854,25 4,89 4,80 3,76

    4. LISTRIK GAS DAN AIR BERSIH 160,03 176,33 191,46 203,48 10,19 8,58 6,28

    a. Listrik 144,44 159,79 173,84 184,93 10,63 8,79 6,38

    b. Gas 0,00 0,00 0,00 0,00

    c. Air Bersih 15,59 16,54 17,62 18,55 6,11 6,54 5,27

    5. BANGUNAN 404,26 430,86 458,91 481,03 6,58 6,51 4,82

    6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 2.135,32 2.249,15 2.351,21 2.432,01 5,33 4,54 3,44

    a. perdagangan Besar & Eceran 2.096,96 2.209,05 2.309,12 2.388,55 5,35 4,53 3,44

    b. Hotel 22,36 23,35 24,50 25,26 4,44 4,90 3,13

    c. restoran 15,99 16,74 17,59 18,19 4,68 5,06 3,42

    7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 2.263,33 2.426,34 2.623,52 2.805,27 7,20 8,13 6,93

    a. Angkutan 1.576,45 1.650,59 1.736,75 1.818,39 4,70 5,22 4,70

    1. Angkutan Kereta Api 23,76 25,40 27,43 29,04 6,91 7,99 5,87

    2. Angkutan Jalan Raya 927,49 972,40 1.021,60 1.070,44 4,84 5,06 4,78

    3. Angkutan Laut 233,42 240,44 253,57 264,12 3,01 5,46 4,16

    4. ASDP 54,86 56,49 58,10 59,35 2,97 2,86 2,14

    5. Angkutan Udara 0,00 0,00 0,00 0,00

    6. Jasa Penunjang Angkutan 336,92 355,86 376,04 395,44 5,62 5,67 5,16

    b. Komunikasi 686,88 775,75 886,77 986,88 12,94 14,31 11,2

    9

    8. KEU, PERSEWAAN & JASA USAHA 748,77 805,85 864,31 915,99 7,62 7,25 5,98

    a. Bank 270,52 293,16 315,17 331,47 8,37 7,51 5,17 b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank & Jasa

    penunjang 179,62 199,10 218,46 235,19 10,85 9,72 7,66

    c. Sewa Bangunan 259,37 272,60 287,64 304,53 5,10 5,52 5,87

    d. Jasa Perusahaan 39,27 41,00 43,03 44,80 4,41 4,96 4,12

    9. JASA-JASA 1.598,86 1.693,99 1.802,60 1.896,97 5,95 6,41 5,24

    a. Pemerintahan Umum & Pertahanan 789,67 831,18 884,87 927,82 5,26 6,46 4,85

    b. Swasta 809,19 862,82 917,73 969,15 6,63 6,36 5,60

    1. Sosial Kemasyarakatan 342,02 363,53 386,22 410,43 6,29 6,24 6,27

    2. Hiburan & Rekreasi 145,26 154,62 163,75 173,71 6,44 5,91 6,08

    3. Perorangan & Rumah tangga 321,92 344,67 367,76 385,01 7,07 6,70 4,69

    Total 9.577,50 10.165,76 10.797,26 11.345,64 6,14 6,21 5,08

    Sumber : BPS Kota Padang,

  • RPJM Kota Padang 2009-2014 28

    Laju Inflasi Kota Padang Laju inflasi merupakan ukuran yang dapat menggambarkan kenaikan atau

    penurunan harga dari sekelompok barang dan jasa yang berpengaruh terhadap daya beli masyarakat selama 1 tahun. Inflasi didasarkan pada Indeks Harga Konsumen (IHK) secara sampel di 45 Kota di Indonesia (Warta Perundang-undangan No. 2755, 2008). Angka inflasi juga merupakan salah satu tolok ukur untuk menggambarkan tentang tingkat kestabilan perekonomian suatu negara/daerah. Oleh karena sampai sekarang ini perhitungan inflasi baru ada pada Ibukota Propinsi (Kota Padang), maka angka acuan inflasi untuk seluruh kota-kota di Sumatra Barat masih mengacu kepada angka inflasi Kota Padang tersebut. Angka inflasi di Kota Padang tampaknya mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005 misalnya angka inflasi adalah tertinggi dalam kurun waktu lima tahun terakhir yaitu sebesar 20,47 %. Kenyataan yang demikian dipicu oleh perkembangan perekonomian nasional yang belum stabil akibat dari adanya krisis ekonomi global. Kemudian pada tahun 2006 angka inflasi tersebut turun menjadi 8,05 %. Dibanding angka inflasi nasional, angka inflasi Kota Padang sedikit lebih tinggi. Pada tahun 2007 inflasi di Kota Padang kembali menurun menjadi 6,9% sedangkan inflasi nasional meningkat meningkat 7,36%. Pada tahun berikutnya terjadi inflasi kedua tertinggi yaitu sebesar 12,68% bahkan sedikit lebih tinggi dari inflasi nasional sebesar 11,06%. Inflasi tinggi di tahun 2008 ini terjadi dipicu oleh kenaikan harga BBM yang berdampak pada kenaikan harga. Akan tetapi di tahun berikutnya yaitu tahun 2009, inflasi sudah nampak terkendali hingga dapat menyentuh angka 2,05% di Kota Padang dan 2,78% di tingkat nasional. Secara rata-rata pertumbuhan dalam lima tahun terakhir inflasi di Kota Padang masih lebih tinggi dibanding inflasi tingkat nasional. (lihat tabel.2.12)

    Tabel 2.10 Laju Inflasi Kota Padang dan Nasional

    Tahun 2005-2009

    LAJU INFLASI 2005 2006 2007 2008 2009

    Rata-rata Pertumbuhan

    Padang 20.47 8.05 6.90 12.68 2.05 10,03 Nasional 17.11 6.60 7.36 11.06 2.78 8,98 Sumber: BPS, Indikator Ekonomi Kota Padang, 2009

    PDRB Per Kapita

    PDRB per kapita atas dasar harga berlaku berguna untuk menunjukkan nilai PDRB per kepala atau satu orang penduduk. Dari hasil pengolahan data jumlah PDRB atas harga berlaku dengan jumlah penduduk pada tahun yang sama diperoleh PDRB per kapita Kota Padang pada tahun tersebut. Secara umum terjadi peningkatan PDRB per kapita setiap tahunnya. Peningkatan paling besar terjadi di tahun 2007 dimana sebelumnya PDRB per kapita Rp 20,72 Juta meningkat 13,59% menjadi Rp 23,54 Juta di tahun 2008. Sampai dengan tahun 2009 jumlah PDRB per Kota Padang sebesar Rp 24,94 Juta.

  • RPJM Kota Padang 2009-2014 29

    Tabel 2.11 PDRB Per Kapita Menurut Harga Berlaku Kota Padang

    Tahun 2006-2009

    Tahun PDRB Atas Harga Berlaku (Rp Juta) Jumlah

    penduduk PDRB Per Kapita (Rp

    Juta) Peningkatan

    (%)

    2006 15.294.258 819.740 18,66 x 2007 17.369.190 838.190 20,72 11,07 2008 20.142.220 855.709 23,54 13,59 2009 21.837.040 875.750 24,94 5,93

    Sumber: BPS, Data Diolah 2009

    PDRB per kapita atas harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi per kapita penduduk suatu daerah. Secara nyata, pertumbuhan ekonomi per kapita penduduk masih berkisar 3 sampai dengan 4% setiap tahunnya. Pertumbuhan ekonomi per kapita atas dasar harga konstan tertinggi terjadi di tahun 2008 dimana pada tahun sebelumnya PDRB per kapita atas dasar harga konstan sebesar Rp 12,13 juta meningkat 4,04% menjadi Rp 12,62 juta. Akan tetapi pada tahun berikutnya (2009) pertumbuhan PDRB per kapita atas dasar harga konstan menurun sebesar 2,67% sehingga pada tahun itu PDRB per kapita atas dasar harga konstan menjadi sebesar Rp 12,96 Juta.

    Tabel 2.12 PDRB Per Kapita Menurut Harga Konstan Kota Padang

    Tahun 2006-2009

    Tahun PDRB Atas Harga Konstan (Rp Juta) Jumlah

    penduduk PDRB Per Kapita (Rp

    Juta) Peningkatan

    (%)

    2006 9.577.496 819.740 11,68 x 2007 10.165.760 838.190 12,13 3,81 2008 10.797.250 855.709 12,62 4,04 2009 11.345.630 875.750 12,96 2,67

    Sumber: BPS, Data Diolah 2009

    Indeks Gini Pemerataan pendapatan merupakan hal yang penting untuk terus dipantau

    perkembangannya, karena upaya pemerintah dalam memeratakan hasil pembangunan merupakan salah satu strategi dan tujuan pembangunan jangka panjang. Karena ketimpangan dalam menikmati hasil pembangunan diantara kelompok-kelompok penduduk dikhawatirkan akan menimbulkan masalah-masalah sosial, seperti kecemburuan sosial dan lain-lain.

    Salah satu indikator yang biasa digunakan untuk menggambarkan tingkat ketimpangan pembagian (distribusi) pendapatan adalah rasio gini dan distribusi persentase pendapatan yang diterima seluruh masyarakat baik kelompok masyarakat yang berpendapatan rendah, berpendapatan sedang (menengah) dan kelompok masyarakat yang berpendapatan tinggi (kriteria Bank Dunia). Rasio Gini merupakan ukuran pemerataan yang dihitung dengan membagi luas antara garis diagonal dan kurva lorenz dengan luas segitiga dibawah garis diagonal.

  • RPJM Kota Padang 2009-2014 30

    Berdasarkan hasil Susenas dapat dilakukan perhitungan indeks gini tahun 2000, 2006 dan 2008 tampaknya terjadi beberapa pergeseran indeks gini dan perubahan komposisi distribusi pendapatan seluruh masyarakat Kota Padang.

    Tabel 2.13

    Indeks Gini dan Sebaran Pendapatan Menurut Klasifikasi Bank Dunia Tahun 2000, 2006 dan 2008

    Klasifikasi Bank Dunia Tahun Indeks Gini

    40% pertama 40% kedua 20% ketiga

    2000 0,2531 14,34 45,13 40,53

    2006 0,2640 22,91 38,43 38,66

    2008 0.2637 24.80 36.98 38.22 Sumber: Bappeda Kota Padang, Indeks Gini Tahun 2006 Besaran koefisien Gini atau Indeks Gini berkisar antara 0 sampai dengan 1

    ( )10 G . Distribusi pendapatan antar penduduk di suatu daerah dapat dikatakan merata jika indeks gini mendekati angka 0, demikian juga sebaliknya distribusi pendapatan penduduk suatu daerah akan semakin tidak merata (timpang) jika indeks gini mendekati angka 1.

    Dari tabel diatas terlihat bahwa tingkat pemerataan distribusi pendapatan penduduk Kota Padang pada tahun 2000 menghasilkan Indeks Gini sebesar 0,2531. Sedangkan pada tahun 2006, Indeks gini sedikit bergeser dan cenderung agak menjauh dari angka 0. Berdasarkan hasil penghitungan indeks gini pada tahun 2006 tercatat sebesar 0,2640. Akan tetapi pada tahun 2008, Indeks gini semakin membaik sehingga dapat menghasilkan angka 0,2637.

    Dengan adanya pergeseran Indeks Gini selama periode tahun 2000-2008 memberikan arti bahwa pada tahun 2008 ketimpangan pendapatan masyarakat Kota Padang cenderung sedikit meningkat dibandingkan dengan distribusi pendapatan masyarakat Kota Padang yang terjadi pada tahun 2000. Namun demikian, perubahan distribusi pendapatan tersebut masih relatif sangat kecil.

    Kemiskinan

    Kota Padang bersama Badan Pusat Statistik telah melakukan serangkaian pendataan terkait dengan kemiskinan. Dari data yang diperoleh jumlah Rumah Tangga Miskin di Kota Padang tahun 2006 sebanyak 38.120 Kepala Keluarga. Seiring dengan adanya berbagai program dan upaya pemerintah pusat maupun daerah dalam mengentaskan kemiskinan maka pada tahun 2009 jumlah KK miskin telah terjadi perubahan yang cukup signifikan sehingga pada tahun tersebut KK miskin telah berkurang menjadi 29.661 KK. Sedangkan jumlah penduduk miskin dari semula 185.054 jiwa di tahun 2006 telah berkurang menjadi 122.205 jiwa di tahun 2009. Ditinjau dari persentase rumah tangga miskin juga telah terjadi penurunan KK miskin dari semula di tahun 2006 sebesar 18,92% menjadi 14,01% di tahun 2009. Hal senada juga terlihat pada persentase penduduk miskin dari semula 22,57% di tahun 2006 dapat ditekan menjadi 13,95%.

  • RPJM Kota Padang 2009-2014 31

    Keberhasilan penurunan persentase penduduk maupun KK miskin ini tidak terlepas dari berbagai program dan kegiatan yang cukup efektif dalam menekan angka kemiskinan. Namun demikian, penurunan signifikan ini tentunya perlu terus diupayakan dan disempurnakan untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

    Tabel 2.14 Rumah Tangga dan Jumlah Penduduk Miskin Kota Padang

    Tahun 2006-2009

    No Keterangan 2006 2007 2008 2009

    1 Rumah Tangga Miskin (KK) 38.120 38.120 38.099 29.661

    2 Jumlah Rumah Tangga (KK) 201.440 205.856 210.840 211.654

    3 Penduduk Miskin (jiwa) 185.054 185.054 185.001 122.205

    4 Jumlah Penduduk (jiwa) 819.740 838.190 856.815 875.750

    5 Persentase Rumah Tangga Miskin (%) 18,92 18,52 18,07 14,01

    6 Persentase Penduduk Miskin (%) 22,57 22,08 21,59 13,95 Sumber: Bappeda Kota Padang, data sosbud 2009

    Angka Melek Huruf Angka Melek Huruf adalah proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas

    yang dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya. Berdasarkan data BPS tahun 2006 hingga tahun 2009 menunjukkan Angka Melek Huruf di Kota Padang diatas rata-rata Angka Melek Huruf Propinsi Sumatra Barat. Gambaran Angka Melek Huruf di Kota Padang dan Sumatra Barat dapat dilihat pada tabel berikut ini:

    Tabel 2.15

    Angka Melek Huruf Kota Padang dan Sumatra Barat Tahun 2006-2009

    Tahun Kota Padang Sumatra Barat

    2006 99,48 96,35 2007 99,48 96,49 2008 99,48 96,66 2009 99,48 96,81

    Sumber: BPS Kota Padang, 2009

    Angka Rata-rata Lama Sekolah Angka rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang

    dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Berdasarkan hasil perhitungan BPS yaitu kombinasi antara partisipasi sekolah, jenjang pendidikan yang sedang dijalani, kelas yang diduduki dan pendidikan yang ditamatkan maka diperolehlah angka rata-rata lama sekolah. Angka rata-rata lama sekolah Kota Padang dalam empat tahun terakhir ini cenderung tidak mengalami peningkatan maupun penurunan yaitu pada angka 10,80. Dari berbagai kota yang ada di Propinsi Sumatra Barat,

  • RPJM Kota Padang 2009-2014 32

    Kota Padang masih sebagai kota dengan rata-rata lama sekolah tertinggi. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

    Tabel 2.16

    Rata-rata Lama Sekolah Berbagai Kota di Sumatra Barat Tahun 2006-2009

    KOTA 2006 2007 2008 2009

    Padang 10,80 10,80 10,80 10,80

    Solok 9,80 9,80 9,80 9,80

    Sawahlunto 8,60 8,74 8,77 8,77

    Padang Panjang 10,20 10,20 10,20 10,20

    Bukittinggi 10,10 10,43 10,43 10,43

    Payakumbuh 9,00 9,04 9,07 9,07

    Pariaman 9,30 9,30 9,33 9,33 Sumber: BPS Kota Padang, 2009

    APK dan APM Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah rasio jumlah siswa, berapapun

    usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. Sedangkan Angka Partisipasi Murni (APM) persentase siswa dengan usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama. Kelompok APK dan APM untuk SD, SMP, dan SMA berturut-turut adalah untuk umur 7-12, 13-15,16-18 tahun.

    Tabel 2.17

    APK dan APM Kota Padang Tahun 2006-2009

    SD + Paket A SLTP + Paket B SLTA + Paket C

    Tahun APK APM APK APM APK APM

    2006 115,27 96,10 85,76 65,60 71,80 53,20

    2007 113,30 97,60 88,28 70,60 64,71 49,13

    2008 104,26 87,66 81,69 60,23 73,47 52,72

    2009 116,48 97,05 83,73 58,37 79,49 63,64 Sumber: Bappeda, Profil Daerah Kota Padang 2006-2009

    APK SD sama dengan jumlah siswa yang duduk di bangku SD dibagi

    dengan jumlah penduduk kelompok usia 7 sampai 12 tahun. Dari Tabel 4.4 terlihat bahwa angka APK untuk Sekolah Dasar dari tahun 2006 hingga 2009 cenderung stabil dan melebihi angka 100. Kondisi ini menunjukkan bahwa partisipasi penduduk dalam mengikuti pendidikan dasar (SD) tidak saja dari penduduk Kota Padang tetapi juga besar dugaan penduduk dari kota dan kabupaten lain yang bersekolah di Kota Padang. Selanjutnya selisih APM dengan APK mengindikasikan proporsi siswa yang tertinggal atau terlalu cepat bersekolah.

  • RPJM Kota Padang 2009-2014 33

    Selisih APK dan APM pada SLTP maupun SLTA umumnya berkisar 10 hingga 20 persen. Hal ini mengindikasikan ada sekitar 10 hingga 20 persen murid SLTP maupun SLTA yang putus sekolah atau mengulang kelas.

    Angka Kelangsungan Hidup Bayi Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir

    sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) adalah probabilitas bayi hidup sampai dengan usia 1 tahun. Berdasarkan angka yang diperoleh dari Dinas Kesehatan, terlihat bahwa Angka Kelangsungan Hidup Bayi di Kota Padang cukup tinggi artinya program-program imunisasi, pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program penerangan tentang gizi dan pemberian makanan sehat untuk ibu hamil dan anak cukup efektif.

    Tabel 2.18 Angka Kelangsungan Hidup Bayi per 1000 kelahiran hidup

    Kota Padang Tahun 2006-2009

    Tahun Jumlah Bayi Mati

    Jumlah Kelahiran Hidup

    AKB AKHB

    2006 41 15.219 3 997

    2007 235 14.239 17 983

    2008 164 15.639 10 990

    2009 107 16.449 7 993 Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kota Padang 2006-2009

    Angka Usia Harapan Hidup Angka usia harapan hidup pada waktu lahir adalah perkiraan lama hidup

    rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. Angka usia harapan hidup di Kota Padang dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi. Tahun 2006 angka harapan hidup di Kota sebesar 70,10 dan meningkat di tahun 2007 menjadi 71,50. Akan tetapi selanjutnya di tahun 2008 angka usia harapan hidup sedikit menurun hingga menjadi 70,90 dan seterusnya tahun 2009 kembali membaik mencapai angka 71,13. Secara umum angka harapan hidup di Kota Padang sudah cukup baik, meskipun masih perlu penajaman pada beberapa program kesehatan yang terkait dengan kebutuhan masyarakat luas.

    Tabel 2.19

    Angka Usia Harapan Hidup Kota Padang Tahun 2006-2009

    TAHUN ANGKA USIA HARAPAN HIDUP

    2006 70,10

    2007 71,50

    2008 70,90

    2009 71,13 Sumber: Bappeda, Profil Daerah Kota Padang 2006-2009

  • RPJM Kota Padang 2009-2014 34

    Balita Gizi Buruk Gizi Buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tingkat

    berat akibat kurang mengonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama. Ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) dan/atau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor. Secara umum persentase kasus gizi buruk di Kota Padang tergolong kecil di Kota Padang yaitu sekitar 0,15 persen. Berdasarkan data terakhir, tahun 2009 dilakukan penanggulangan kasus balita gizi buruk. Dari 135 kasus, 16 kasus ditangani rawat inap pada puskesmas Nanggalo, 1 orang meninggal dunia dari puskesmas Lubuk Buaya sedangkan selebihnya dapat ditangani melalui rawat jalan maupun Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P).

    Tabel 2.20

    Persentase Balita Gizi Buruk Kota Padang Tahun 2007-2009

    No Uraian 2007 2008 2009

    1 Jumlah Balita/Jmh Pdd 0-4 thn (orang) 77.125 78.889 78.345

    2 Jumlah Balita Gizi Buruk (orang) 124 84 135

    3 Persentase Balita Gizi Buruk (%) 0,16 0,11 0,17 Sumber: Bappeda, Profil Kota Padang 2007-2009

    Angka Pengangguran Kota Padang menghadapi persoalan pengangguran yang cukup pelik.

    Tingkat pengangguran terbuka meningkat dari 14,61% di tahun 2008 menjadi 15,86% di tahun 2009. Bahkan dalam empat tahun terakhir ini rata-rata tingkat pengangguran di Kota Padang adalah sebesar 16%. Pada dasarnya tingginya angka pengangguran disebabkan oleh ketidakseimbangan antara penawaran dan pemerintahan tenaga kerja. Ketidakseimbangan ini lebih spesifik disebabkan oleh ketidaksesuaian pendidikan dan keterampilan pencari kerja dengan kebutuhan pasar tenaga kerja di Kota Padang. Selengkapnya angka pengangguran di Kota Padang dari tahun 2006 hingga tahun 2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

    Tabel 2.21

    Angka Pengangguran Penduduk Umur 15 thn keatas Kota Padang Tahun 2006-2009 (%)

    Uraian 2006 2007 2008 2009

    Laki-laki 11,84 14,51 13,17 13,95

    Perempuan 14,32 23,30 17,18 19,31 Laki-laki + Perempuan 13,16 17,63 14,61 15,86

    Sumber: Bappeda, Profil Daerah Kota Padang 2006-2009

  • RPJM Kota Padang 2009-2014 35

    2.3. Aspek Pelayanan Umum

    2.3.1. Pendidikan

    Rasio Pendidikan SD dan MI Berdasarkan hasil laporan Dinas Pendidikan, angka rasio siswa per

    sekolah SD dan MI di Kota Padang cukup tinggi yaitu satu sekolah SD dan MI rata-rata dapat menampung sekitar 236 siswa dalam kurun waktu empat tahun terakhir ini. Sementara itu, rata-rata jumlah siswa SD dan MI di Kota Padang adalah sebanyak 27 orang siswa dalam satu kelas. Adapun perbandingan siswa per guru pada SD dan MI rata-rata 20 siswa untuk satu orang guru. Sedangkan rasio kelas per ruang kelas hampir mendekati angka satu kelas untuk satu ruang kelas. Demikian halnya dengan kondisi rasio kelas per guru dimana kondisi terakhir tahun ajaran 2009/10 terlihat bahwa hampir satu orang guru dapat mengajar dalam satu kelas. Gambaran selengkapnya kondisi rasio pada tingkat pendidikan SD dan MI dapat dilihat pada tabel berikut ini.

    Tabel 2.22

    Rasio Pendidikan SD dan MI TA 2006/07 s/d TA 2010/11

    NO RASIO 2006/ 07 2007/ 08 2008/ 09 2009/ 10

    1 Siswa/Sekolah 237 229 242 237

    2 Siswa/Kelas 23 30 28 28

    3 Kelas/Ruang Kelas 1,46 1,60 1,26 1,07

    4 Kelas/Guru 0,91 0,69 0,65 0,62 Sumber: Dinas Pendidikan, Profil Pendidikan Kota Padang 2006-2009

    Rasio Pendidikan SMP dan MTs Dari hasil laporan Dinas Pendidikan Kota Padang, terlihat rata-rata satu

    sekolah SMP dan MTs dapat menampung 413 siswa sekolah. Di sisi lain, jumlah siswa dalam satu kelas pada tingkat SMP dan MTs rata-rata 37 orang siswa. Sementara itu, rasio kelas per ruang kelas adalah satu kelas untuk satu ruang kelas selama tahun ajaran 2006-2008 sedangkan di tahun ajaran 2008-2009 satu kelas menggunakan 3 ruang kelas pada masing-masing SMP dan MTs. Kondisi ini diduga cukup banyaknya siswa sehingga satu kelas menggunakan 3 hingga empat ruang kelas.

    Tabel 2.23 Rasio Pendidikan SMP dan MTs

    TA 2006/07 s/d TA 2010/11

    NO RASIO 2006/ 07 2007/ 08 2008/ 09 2009/ 10

    1 Siswa/Sekolah 412 421 405 428

    2 Siswa/Kelas 37 37 38 35

    3 Kelas/Ruang Kelas 0,98 1,09 3,35 3,13

    4 Kelas/Guru 0,32 0,32 1,00 1,00 Sumber: Dinas Pendidikan, Profil Pendidikan Kota Padang 2006-2009

  • RPJM Kota Padang 2009-2014 36

    Rasio Pendidikan SM/MA Dari data profil pendidikan Kota Padang yang diterbitkan setiap tahunnya

    selama tahun 2006-2009, rata-rata siswa Sekolah Menengah (SM) dan Madrasah Aliyah (MA) adalah 413 siswa dalam satu sekolah. Di sisi lain, jumlah rata-rata siswa dalam satu kelas adalah sebanyak 37 siswa dalam satu kelas. Perbandingan satu siswa dengan guru sebanyak 1 guru untuk 11 siswa. Kondisi ini disebabkan dalam satu kelas sekolah menengah diajar oleh berbagai macam guru bidang studi. Sedangkan perbandingan kelas per ruang kelas kondisi terakhir adalah satu ruang kelas untuk satu kelas. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

    Tabel 2.24 Rasio Pendidikan SM dan MA TA 2006/07 s/d TA 2010/11

    NO RASIO 2006/ 07 2007/ 08 2008/ 09 2009/ 10

    1 Siswa/Sekolah 471 481 460 408

    2 Siswa/Kelas 38 37 36 29

    3 Kelas/Ruang Kelas 1,21 0,95 1,00 1,00

    4 Kelas/Guru 0,29 0,29 0,29 1,00 Sumber: Dinas Pendidikan, Profil Pendidikan Kota Padang 2006-2009

    Kondisi Ruang Kelas Kondisi rusak berat ruang kelas SD dan MI dari tahun ke tahun selama TA

    2006/07 sampai dengan TA 2008/2009 terus berkurang dari semula 13,84% dapat berkurang menjadi 10,94% di TA 2008/2009. Akan tetapi akibat gempa September 2009; jumlah ruang kelas yang rusak berat meningkat drastis menjadi 45,30% di TA 2009/2010. Sedangkan kondisi ruang kelas rusak berat pada tingkat pendidikan SMP dan MTs Terus mengalami peningkatan dari semula 2,74% pada TA 2006/2007 menjadi 13,2% di TA 2009/2010. Sementara itu, kondisi rusak berat pada tingkat pendidikan Sekolah Menengah dan Madrasah Aliyah dari semula relatif kecil yaitu 0,66% di tahun ajaran 2008/2009 meningkat drastis menjadi 50,70% di tahun 2009/2010.

    Tabel 2.25 Kondisi Ruang Kelas SD+MI, SMP+MTs, SM+MA

    TA 2006/07 s/d TA 2009/10 (%)

    Sekolah Kondisi Ruang Kelas 2006/ 07 2007/ 08 2008/ 09 2009/ 10

    SD + MI Baik 56,71 58,44 66,09 3,17

    Rusak Ringan 29,45 24,72 22,97 51,53

    Rusak Berat 13,84 16,84 10,94 45,30

    SMP + MTs Baik 87,21 84,70 76,34 71,07

    Rusak Ringan 10,05 13,14 16,18 15,73

    Rusak Berat 2,74 2,16 7,48 13,2

    SM + MA Baik 56,90 85,55 87,13 42,10

    Rusak Ringan 42,70 13,69 12,20 7,21

    Rusak Berat 0,39 1,53 0,66 50,70 Sumber: Dinas Pendidikan, Profil Pendidikan Kota Padang 2006-2009

  • RPJM Kota Padang 2009-2014 37

    Angka Putus Sekolah Angka putus sekolah di Kota Padang dari tahun ke tahun menunjukkan

    penurunan. Dari semula angka putus sekolah SD dan MI 1,19 di tahun ajaran 2006/07 telah dapat ditekan menjadi 0,04 di tahun ajaran 2009/2010. Demikian halnya dengan angka putus sekolah SMP dan MTs dari semula 1,77 di tahun ajaran 2006/2007 telah dapat menurun menjadi 0,06 di tahun ajaran 2009/2010. Hal senada juga terjadi pada tingkat pendidikan sekolah menengah dan madrasah aliyah dari semula 1,64 di tahun ajaran 2006/07 telah dapat ditekan hingga angka 0,67 di tahun ajaran 2009/10. Kondisi 2009/2010 tentu cukup menggembirakan, mengingat meskipun terjadi musibah gempa akan tetapi siswa putus sekolah masih dapat tertanggulangi.

    Tabel 2.26 Angka Putus Sekolah SD+MI, SMP+MTs, SM+MA

    TA 2006/07 s/d TA 2008/09

    URAIAN 2006/ 2007 2007/ 2008 2008/ 2009 2009 /2010

    SD + MI 1,19 0,02 0,03 0,04

    SMP + MTs 1,77 0,47 0,38 0,06

    SM + MA 1,64 0,99 0,86 0,68

    Sumber: Dinas Pendidikan, Profil Pendidikan Kota Padang 2006-2009

    Angka Lulusan Seiring dengan terus menurunnya angka putus sekolah, angka lulusan juga

    terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tahun ajaran 2007/2008 dari semula angka lulusan SD dan MI 85,30 dapat terus meningkat menjadi 99,74 di tahun ajaran 2008/09 dan 98,28 di tahun ajaran 2009/2010. Hal yang sama juga terjadi pada angka lulusan SMP dan MTs dimana semula 79,76 di tahun ajaran 2006/07 dapat terus ditingkatkan menjadi 95,51 di tahun 2009/2010. Kondisi serupa juga terjadi pada angka lulusan sekolah menengah dimana sebelumnya di tahun ajaran 2006/07 dapat mencapai 78,73 dapat terus ditingkatkan di tahun 2008/09 menjadi sebesar 91,78.

    Tabel 2.27

    Angka Lulusan SD+MI, SMP+MTs, SM+MA TA 2006/07 s/d TA 2009/10 (%)

    URAIAN 2006/ 2007 2007/ 2008 2008/ 2009 2009/ 2010

    SD + MI n/a 85,30 99,74 98,28

    SMP + MTs 79,76 95,56 90,65 95,51

    SM + MA 78,73 88,26 88,42 91,78 Sumber: Dinas Pendidikan, Profil Pendidikan Kota Padang 2006-2009

  • RPJM Kota Padang 2009-2014 38

    Angka Melanjutkan Berdasarkan laporan Dinas Pendidikan tentang angka melanjutkan sekolah

    SD dan MI melanjutkan ke SMP dan MTs dari semula di tahun ajaran 2006/07 sebesar 96,62 mengalami sedikit penurunan menjadi sebesar 87,55 di tahun ajaran 2009/2010. Meskipun demikian di tahun ajaran 2007/08 terjadi peningkatan yang cukup besar hingga dapat mencapai angka 111,52. Kondisi ini diduga disebabkan oleh besarnya animo masyarakat untuk melanjutkan sekolah di tahun tersebut dan pelayanan sekolah yang baik di tahun tersebut. Sebaliknya angka melanjutkan dari SMP dan MTs ke Sekolah Menengah dan Madrasah terjadi peningkatan yang cukup signifikan dari semula 92,72 di Tahun Ajaran 2006/07 menjadi 122,43 di Tahun Ajaran 2009/2010. Tentunya, angka melanjutkan dari SMP dan MTs ke tingkat sekolah menengah dan Madrasah Aliyah ini dapat terus dipertahankan dan ditingkatkan sehingga pemerataan pendidikan dapat lebih dapat optimal.

    Tabel 2.28 Angka Melanjutkan SD+MI ke SMP+MTs dan SMP+MTS ke SM+MA

    TA 2006/07 s/d TA 2008/09 (%)

    URAIAN 2006/ 2007 2007/ 2008 2008/ 2009 2009 /2010

    Angka Melanjutkan dari SD+MI ke SMP + MTs 96,62 111,52 90,85 87,55

    Angka Melanjutkan dari SMP + MTs ke SM + MA 92,72 72,89 122,25 122,43

    Sumber: Dinas Pendidikan, Profil Pendidikan Kota Padang 2006-2009

    2.3.2. Kesehatan

    Rasio Posyandu per Satuan Balita Posyandu merupakan wadah peran serta masyarakat untuk menyampaikan

    dan memperoleh pelayanan kesehatan, maka diharapkan pula strategi operasional pemeliharaan dan perawatan kesejahteraan ibu dan anak secara dini, dapat dilakukan di setiap posyandu. Terkait dengan hal tersebut diatas perlu dilakukan analisis rasio posyandu terhadap jumlah balita dalam upaya peningkatan fasilitasi pelayanan pemenuhan kebutuhan tumbuh kembang anak sejak dalam kandungan dan agar status gizi maupun derajat kesehatan ibu dan anak dapat dipertahankan dan atau ditingkatkan. Pembentukan posyandu sebaiknya tidak terlalu dekat dengan Puskesmas agar Rasio Posyandu per 1.000 Balita pendekatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat lebih tercapai, idealnya satu posyandu untuk 100 orang balita.

    Tabel 2.29 Rasio Posyandu per 1.000 balita

    Tahun 2006-2009

    NO JUMLAH 2006 2007 2008 2009

    1 Posyandu 822 822 795 864

    2 Kader 3.288 3.288 3.378 3.456

    3 Balita 85.075 83.173 86.051 87.171

    4 Rasio Posyandu per 1.000 Balita 10 10 9 10 Sumber: Dinas Kesehatan, Profil Kesehatan Kota Padang 2006-2009

  • RPJM Kota Padang 2009-20