REVISI RENCANA BIAYA PENELITIANorganisasi.surakarta.go.id/web/file-download/Tata Laksana... · Web...
Transcript of REVISI RENCANA BIAYA PENELITIANorganisasi.surakarta.go.id/web/file-download/Tata Laksana... · Web...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 secara tegas tercantum cita-cita bangsa Indonesia yang sekaligus
merupakan tujuan nasional bangsa Indonesia. Tujuan nasional tersebut
adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi serta keadilan sosial.
Amanat tersebut mengandung makna bahwa negara berkewajiban
memenuhi kebutuhan setiap warga negara melalui suatu sistem pemerintahan
yang mendukung terciptanya penyelenggaraan pelayanan publik yang prima
dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar dan hak sipil setiap warga negara atas
barang publik, jasa publik, dan pelayanan administratif. Sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik pasal (5), dinyatakan
bahwa ruang lingkup pelayanan publik mencakup pelayanan barang publik dan
jasa publik serta pelayanan administratif yang meliputi pendidikan, pengajaran,
pekerjaan dan usaha, tempat tinggal, komunikasi dan informasi, lingkungan
hidup, kesehatan, jaminan sosial, energi, perbankan, perhubungan, sumber daya
alam, pariwisata dan sektor strategis lainnya.
Dewasa ini penyelenggaraan pelayanan publik - termasuk dalam bidang
pelayanan perizinan – masih dihadapkan pada kondisi yang belum sesuai dengan
kebutuhan dan perubahan di berbagai bidang kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh
kekurangsiapan untuk menanggapi terjadinya transformasi nilai yang berdimensi
luas serta dampak berbagai masalah pembangunan yang kompleks. Sementara
itu tatanan baru masyarakat Indonesia dihadapkan pada harapan dan tantangan
global yang dipicu oleh kemajuan di bidang ilmu pengetahuan, informasi,
komunikasi, transportasi, investasi, dan perdagangan.
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 1
Pelayanan publik oleh aparatur Pemerintah dan Pemerintah Daerah
sampai saat ini masih dijumpai kelemahan-kelemahan sehingga belum dapat
memenuhi kualitas yang diharapkan masyarakat. Hal ini ditandai dengan masih
adanya berbagai keluhan masyarakat yang disampaikan melalui media massa
(baik media cetak maupun media elektronik), melalui media jejaring sosial
online/internet dan sebagainya sehingga dapat menimbulkan citra yang kurang
baik terhadap aparatur Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Mengingat fungsi
utama Pemerintah dan Pemerintah Daerah adalah melayani masyarakat, maka
Pemerintah dan Pemerintah Daerah perlu terus berupaya meningkatkan kualitas
pelayanan yang diselenggarakan.
Kebijakan pendayagunaan aparatur negara dalam upaya peningkatan
kualitas pelayanan publik harus dilaksanakan secara konsisten dengan
memperhatikan kebutuhan dan harapan masyarakat, sehingga pelayanan
Pemerintah kepada masyarakat dapat selalu diberikan secara cepat, tepat,
murah, terbuka, sederhana dan mudah dilaksanakan serta tidak diskriminatif.
Oleh karena itu, upaya peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat
merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus dan berkelanjutan
oleh semua jajaran aparatur negara pada semua tingkatan.
Pada dasarnya, kepuasan masyarakat atas pelayanan publik merupakan
persepsi masyarakat atas jasa/pelayanan publik yang telah memenuhi
harapannya. Karena itu, masyarakat tidak puas apabila masyarakat mempunyai
persepsi bahwa harapannya belum terpenuhi. Masyarakat akan merasa puas bila
persepsinya sama atau lebih dari yang diharapkan. Menyadari pentingnya hal
tersebut, maka Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebagai salah satu elemen
penyelenggara pelayanan publik, perlu memiliki kebiasaan untuk mendengarkan
suara masyarakat. Salah satu bentuk konkrit pemuasan masyarakat atas
pelayanan publik adalah dengan melakukan pengukuran/survei kepuasan
masyarakat.
Pengukuran kepuasan masyarakat mutlak diperlukan untuk 2 (dua) hal.
Pertama, penyelenggaraan pelayanan publik tanpa pengukuran kualitas layanan
tidak akan mampu untuk menentukan prioritas perbaikan kualitas pelayanan
yang diharapkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah. Kedua, agar
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 2
penyelenggara pelayanan dapat menggalang komitmen dari semua lapisan
pegawainya untuk terlibat dalam proses peningkatan kepuasan masyarakat. Hal
ini karena tanpa keterlibatan penuh dari para pegawai sebagai ujung tombak
pelayanan publik, mustahil kepuasan masyarakat dapat tercipta.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2014 tentang Pedoman Survei
Kepuasan Masyarakat Terhadap Penyelenggaraan Pelayanan Publik, adalah perlu
dilakukan Survei Kepuasan Masyarakat (SKM) sebagai salah satu tolok ukur
untuk menilai tingkat kualitas pelayanan. Di samping itu data SKM dapat menjadi
bahan penilaian terhadap unsur pelayanan yang masih perlu perbaikan dan
menjadi pendorong unit penyelenggara pelayanan untuk meningkatkan kualitas
pelayanannya.
Pengukuran kepuasan masyarakat dilakukan secara sistematis dengan
melakukan survei/penelitian. Dari proses identifikasi dan pengukuran tingkat
kepuasan masyarakat tersebut, akan dapat diketahui karakteristik atau atribut
apa dari pelayanan publik serta faktor-faktor yang membuat masyarakat puas
dan tidak puas. Selain itu dengan dilakukannya SKM, pada akhirnya dari
penelitian tersebut dapat direkomendasikan pula tindakan perbaikan bagi
penyelenggara pelayanan terhadap faktor-faktor yang menyebabkan
ketidakpuasan masyarakat menuju terwujudnya pelayanan publik yang prima.
B. Tujuan
Adapun tujuan pelaksanaan kegiatan SKM ini adalah untuk:
1. Mengetahui tingkat kinerja unit pelayanan publik
yang dilaksanakan Pemerintah Kota Surakarta kepada masyarakat secara
berkala sebagai bahan untuk menetapkan kebijakan dalam rangka
peningkatan kualitas pelayanan publik selanjutnya.
2. Mendapatkan informasi mengenai kualitas
pelayanan (quality service) dan jaminan kualitas (quality assurance)
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 3
pelayanan publik, untuk tujuan menentukan prioritas perbaikan
pelayanan oleh Pemerintah Kota Surakarta.
3. Mengevaluasi program perbaikan kualitas
pelayanan publik yang telah dilakukan serta untuk menentukan strategi
dan rencana perbaikan ke depan.
C. Manfaat
Sementara itu manfaat dari diadakannya kegiatan SKM ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi masyarakat, nilai/skor hasil SKM dapat digunakan untuk mengetahui
gambaran atas kinerja pelayanan yang dicapai oleh unit pelayanan publik.
2. Berdasar nilai/skor hasil SKM yang diperoleh dari kegiatan SKM pada
tahun 2017 ini, akan dapat menjadi pembanding atas hasil SKM tahun-
tahun sebelumnya maupun tahun-tahun yang akan datang.
3. Besaran hasil SKM menjadi salah satu acuan bagi penyelenggara
pelayanan publik (unit pelayanan) untuk meningkatkan kualitas
pelayanan yang diberikan.
4. Dengan tersedianya data hasil SKM secara periodik, dapat diketahui
kelemahan atau kekurangan dari masing-masing unsur dalam
penyelenggaraan pelayanan publik, dapat diketahui kinerja
penyelenggaraan pelayanan publik yang telah dilaksanakan oleh unit
pelayanan publik secara periodik, sebagai bahan penetapan kebijakan
yang perlu diambil dan upaya yang perlu dilakukan, dapat diketahui SKM
secara menyeluruh terhadap hasil pelaksanaan pelayanan publik di
Lingkungan Pemerintah Kota Surakarta, serta dapat memacu persaingan
positif antar unit penyelenggara pelayanan publik di Lingkungan
Pemerintah Kota Surakarta dalam upaya peningkatan kinerja pelayanan
publik.
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Perkembangan Teori tentang Publik
Pemahaman makna publik dalam pelayanan publik perlu dipahami,
baik dalam perkembangan historis atau latar belakang munculnya dan
aplikasinya dalam manajemen publik. Dalam perkembangan ilmu administrasi
publik, konsep “publik” bermakna luas daripada hanya “government”
(pemerintah), seperti keluarga, rukun tetangga, organisasi non pemerintah,
asosiasi, pers, dan bahkan organisasi sektor swasta. Sebagai akibatnya konsep
publik yang luas ini, nilai-nilai keadilan, kewarganegaraan (citizenship), etika,
patriotisme, dan responsiveness menjadi kajian penting disamping nilai-nilai
efisiensi dan efektivitas.
Lebih mendalam lagi Frederickson (1997) membedakan berbagai
perspektif dalam mendefinisikan publik, yaitu:
a. Publik sebagai kelompok kepentingan (perspektif pluralis).
b. Publik sebagai pemilih rasional (perspektif pilihan publik).
c. Publik sebagai pihak yang diwakili (perspektif perwakilan).
d. Publik sebagai pelanggan (perspektif penerima pelayanan
publik).
e. Publik sebagai warganegara.
Dalam perspektif pluralis, publik dipahami sebagai kelompok kepentingan
sebagaimana yang dikembangkan oleh ilmuwan politik. Kepentingan
(interest) publik disalurkan sedemikian rupa oleh kelompok kepentingan, baik
dalam bentuk artikulasi kepentingan maupun agregasi kepentingan. Dalam
demokrasi majemuk, sebuah atau beberapa kelompok kepentingan
melakukan aliansi dengan partai politik untuk mengartikulasi kepentingannya.
B. Barang Publik dan Jasa Publik
Dalam masyarakat yang semakin kompleks yang terbagi dalam
spesialisasi pekerjaan, kebutuhan akan barang dan jasa publik sangat tidak
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 5
terbatas. Pemerintah/Pemerintah Daerah harus menyediakan pemadam
kebakaran, membersihkan jalan-jalan, pelayanan perbankan, jaminan
keamanan bagi usia lanjut, transportasi dan komunikasi, air bersih,
pemeliharaan kesehatan, dan sebagainya.
Barang publik mempunyai dua karateristik yakni penggunaan yang
tidak bersaing (non-rivalry) dan tidak dapat diterapkan prinsip pengecualian
(non-excludability). Keikutsertaan seseorang untuk mendapatkan manfaat
tidak akan mengurangi manfaat yang tersedia bagi lainnya, sehingga
menimbulkan keengganan konsumen untuk membayar (free rider). Kondisi ini
menyebabkan penentuan harga sulit dilakukan. Sementara itu, sifat non-
excludability barang publik menyebabkan penggunaan barang secara
bersama-sama tanpa mengurangi hak orang lain. Dengan kata lain konsumsi
terhadap barang tidak bisa bersifat khusus atau eksklusif, sehingga semua
orang dapat menggunakan dan memperoleh manfaat dari barang tersebut
tanpa kecuali tak ada jual beli atau pasar. Sifat ini secara potensial
menimbulkan tragedi kebersamaan (tragedy of the commons) penggunaan
secara berlebih-lebihan, atau tidak menimbulkan rasa tanggungjawab untuk
merawat, sehingga cepat rusak. Sebagai contoh, kita sering melihat
kerusakan fasilitas umum, seperti selokan, taman umum, toilet, lapangan
olahraga, dan sebagainya.
Sebaliknya barang privat atau barang swasta merupakan barang yang
memiliki excludability dan daya saing tinggi. Konsumen atau orang yang
memanfaatkan jelas, sehingga mudah dikenakan biaya (masalah ‘penumpang
gratis’ mudah dihindari). Peruntukannya dibatasi hanya kepada konsumen
yang dapat diidentifikasi. Produksi dan konsumsi barang swasta bersifat
kompetitif, sehingga harga pasar mudah ditentukan oleh produsen dan
konsumen. Adanya mekanisme pasar dalam penyediaan barang privat
menyebabkan persediaan secara efisien dapat dilakukan oleh pasar. Namun
demikian harus disadari bahwa mekanisme pasar yang dimaksud adalah
mekanisme pasar kompetitif dan bukan monopoli atau oligopoli. Peran
pemerintah dalam menegakkan mekanisme pasar adalah membuat
peraturan tentang persaingan bebas dan melakukan monitoring secara
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 6
kontinyu mekanisme pasar yang ada. Pada saat ini di Indonesia, lembaga
pengawas persaingan usaha adalah Komisi Pengawas Persaingan Usaha
(KPPU).
Dari aspek pemanfaatan atau penggunaan barang, barang publik atau
barang privat memiliki perbedaan. Pemanfaatan barang publik oleh
konsumen dapat dinilai secara berbeda, tergantung pada kondisi pasar dan
teknologi. Sebagai contoh, pelayanan kesehatan oleh Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas) dapat dipersepsikan sebagai pelayanan yang baik,
bilamana tingkat persaingan pelayanan kesehatan di suatu daerah tidak
kompetitif. Artinya pelayanan kesehatan oleh pihak swasta tidak ada.
Masyarakat sangat tergantung kepada pelayanan kesehatan yang disediakan
oleh Pemerintah, karena tidak memiliki alternatif lain. Sebaliknya bilamana
terdapat banyak pelayanan kesehatan swasta seperti rumah sakit atau klinik,
maka masyarakat memiliki pilihan yang luas dan beragam. Pasar pelayanan
kesehatan yang kompetitif akan menimbulkan persaingan pelayanan antar
lembaga kesehatan, baik antar rumah sakit Pemerintah dengan swasta atau
antar rumah sakit swasta. Persaingan tersebut akan menjangkau aspek
penyediaan tenaga medis, fasilitas kesehatan, manajemen pelayanan,
keamanan pelayanan dan lain sebagainya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.1
berikut:
Tabel 2.1
Kategori Barang dan Alternatif Pembiayaan
Keterangan Excludability Rendah Excludability TinggiRivalry Rendah Barang publik (biaya
sektor publik) Contoh: pertahanan keamanan, prasarana fisik
Barang publik (campuran biaya publik dan swasta)Contoh: jalan tol, taman wisata dengan retribusi
Rivalry Tinggi Common pool goods (biaya sektor publik )Contoh: beras Bulog, kontrasepsi oleh BKKBN
Barang swasta (biaya swasta)Contoh: makanan, pakaian, mobil
Salah satu aspek penting dari mekanisme pasar dalam penyediaan
barang dan jasa privat adalah eskternalitas. Eksternalitas adalah nilai
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 7
(manfaat atau ongkos) yang diterima masyarakat yang tidak diperhitungkan
dalam transaksi barang privat. Terdapat dua jenis eksternalitas, yaitu
eksternalitas positif dan eksternalitas negatif. Eksternalitas positif adalah
manfaat yang diterima masyarakat (social benefit) yang tidak diperhitungkan
dalam transaksi barang privat, seperti pendidikan dan kesehatan.
Eksternalitas positif adalah ongkos yang ditanggung masyarakat (social cost)
yang tidak diperhitungkan dalam transaksi barang privat, seperti
pembuangan limbah oleh pabrik, produksi dan konsumsi rokok.
Eksternalitas dari barang publik bersifat inklusif, yang menunjukkan
bahwa semua orang menikmati eksternalitas positif atau menderita dari
adanya eksternalitas negatif. Eksternalitas positif dari barang publik
menyebabkan tidak adanya kemampuan membayar atau willingness to pay
eksternalitas positif, dan sebaliknya tidak ada orang yang mau menanggung
biaya dari adanya eksternalitas negatif. Hal yang disadari memang
eksternalitas merupakan milik bersama atau dialami bersama oleh
masyarakat. Dalam kondisi ini, maka ada kebutuhan bagi negara untuk
melakukan internalisasi eksternalitas. Internalisasi terhadap eksternalitas
dapat dilakukan melalui sejumlah alternatif prosedur, negosiasi, dan
kesepakatan antar pihak yang berkepentingan, atau intervensi Pemerintah
melalui penarikan pajak dan pemberian subsidi. Sebagai contoh eksternalitas
negatif yang muncul dari adanya pabrik mendorong Pemerintah untuk
membuat regulasi tentang pengolahan limbah, dengan menjatuhkan sanksi
kepada perusahaan yang membuang limbahnya ke sungai tanpa diolah
terlebih dahulu.
Negara yang diwakili oleh Pemerintah mengembangkan mandat publik
untuk memenuhi kebutuhan publik, termasuk menciptakan barang publik.
Pemerintah memiliki kekuatan pemaksa yang sah (otoritas) untuk
mempengaruhi perilaku dan pembuatan keputusan oleh individu di
masyarakat. Pemerintah juga menguasai sumberdaya untuk memproduksi
barang publik pada skala yang mencukupi kebutuhan masyarakat.
Pemerintah memiliki mekanisme akuntabilitas untuk menjamin terpenuhinya
kebutuhan barang publik. Namun demikian otoritas yang dimiliki oleh
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 8
Pemerintah acap kali menciptakan barang publik dalam iklim monopolis
sehingga tidak ada tekanan untuk mongoptimalkan mutu barang.
Mekanisme akuntabilitas acapkali tidak berjalan karena praktik
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) dan lemahnya responsibilitas aparat.
Birokrasi publik yang mekanis dan kaku memiliki responsibilitas yang rendah
untuk merespon tuntutan publik. Sebaliknya sektor swasta memiliki
fleksibilitas lebih besar dalam mengelola sumberdaya, sehingga mampu
menanggapi dengan cepat perubahan permintaan pasar. Persaingan antar
penyedia pelayanan mendorong peningkatan efisiensi dan mutu pelayanan
dengan harga lebih murah.
C. Perkembangan Teori Pelayanan Publik
Pelayanan publik sering disebut sebagai pelayanan konstitusional.
Pernyataan ini disebabkan oleh klausul-klausul konstitusi semua negara yang
menyebutkan bahwa negara harus memberikan berbagai fasilitas kepada
warga negara. Dari konstitusi 165 negara yang ada di dunia ditemukan bahwa
116 konstitusi mengatur hak warga negara untuk memperoleh pendidikan, 73
konstitusi diantaranya mengatur hak untuk memperoleh pelayanan
kesehatan, 95 konstitusi mengatur hak warga negara untuk memperoleh
pendidikan gratis dan 29 konstitusi yang mengatur hak warga negara untuk
pelayanan kesehatan gratis (World Bank Report, 2004). Sedangkan dalam
konstitusi Indonesia atau Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, ditentukan
antara lain sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2
Pelayanan Publik yang Wajib Diberikan kepada Warga Negara
No Pasal Jenis Pelayanan Bidang1. 27 Kedudukan hukum Hukum2. 27 Pekerjaan dan penghidupan yang baik Lapangan kerja3. 28 Kebebasan berserikat Politik4. 28a Keamanan Keamanan5. 28b Pernikahan Agama6. 28b Perlindungan anak Sosial7. 28c Pendidikan Pendidikan8. 28d Pelayanan hukum Hukum9. 28d Perlindungan kerja Pekerjaan
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 9
10. 28d Kewarganegaraan Administrasi11. 28e Hak untuk memilih tempat tinggal Perumahan12. 28f Pelayanan informasi Komunikasi13. 28g Keamanan Keamanan14. 28h Pemukiman Perumahan15. 28h Perlindungan risiko Asuransi jiwa, kesehatan16. 28i Perlindungan hukum, keamanan dan
hak asasi manusiaPerlindungan hak asasi manusia
17. 29 Kehidupan beragama Agama18. 30 Keamanan dan ketertiban Keamanan19. 31 Pendidikan (minimal 20% dari APBN/D) Pendidikan20. 32 Kebudayaan Kebudayaan21. 33 Perekonomian Ekonomi22. 34 Fakir miskin, anak-anak terlantar,
jaminan sosial dan pelayanan kesehatan
Sosial dan kesehatan
Pada UUD 1945 ini secara mendasar melakukan perubahan besar
terhadap kewajiban negara didalam memberikan pelayanan publik kepada
warga negara yang mencangkup bidang yang luas, mulai dari bidang
keamanan sampai dengan bidang sosial dan budaya. Kewajiban negara ini
akan membawa konsekuensi politik yang besar kepada rezim politik yang
sedang memerintah untuk mematuhi kewajiban konstitusional ini. Dalam
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009, batasan pelayanan publik adalah
kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi warga negara
dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administrasi yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Dalam konteks negara yang sedang berkembang, kriteria-kriteria
kualitas pelayanan publik selain bersifat mikro, juga bersifat kontekstual
(makro). Yang bersifat mikro adalah parameter-parameter yang
dikembangkan dari perspektif individu yang menerima pelayanan: bagaimana
persepsi penerima pada pelayanan dan bagaimana tingkat kepuasannya.
Sedangkan yang bersifat makro lebih mengacu kepada keadilan alokasi
pelayanan publik, distribusi pelayanan, hubungan yang kompleks antara
organisasi pelayanan dengan lingkungannya. Yang disebutkan terakhir ini
adalah berkaitan dengan ”ecology of governance” (Wescott, 1999). Sebagai
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 10
contoh DPRD; pertama, kinerja pelayanan publiknya dilihat dari hubungannya
dengan masyarakat, yang mana DPRD harus memberikan ruang kepada
warga negara untuk berpartisipasi di dalam proses pembuatan keputusan;
kedua, hubungannya dengan lembaga-lembaga lain dalam rangka
transparansi kinerja; dan ketiga, hubungan DPRD dalam hubungan
transnasional dalam arti luas.
Peneliti-peneliti lain menggunakan kriteria-kriteria yang hampir sama
dan saling menggantikan satu sama lain (interchangeable). Secara garis besar
parameter yang digunakan untuk mengukur kinerja pelayanan publik dibagi
menjadi dua pendekatan, yaitu pendekatan yang melihat kinerja pelayanan
dari perspektif pemberi jasa dan pendekatan yang melihat kinerja pelayanan
dari perspektif pengguna jasa. Kriteria efisiensi merupakan kriteria dari
perspektif pemberi jasa, sedangkan kriteria responsiveness sebagaimana yang
digunakan oleh McKewiit di atas dapat dilihat sebagai perspektif pengguna
jasa.
Sementara itu Kumorotomo (1996) menggunakan kriteria sebagai
berikut:
1. Efisiensi
Efisiensi menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan organisasi
pelayanan publik mendapatkan laba, memanfaatkan faktor-faktor
produksi serta pertimbangan yang berasal dari rasionalitas ekonomis.
Apabila diterapkan secara objektif, kriteria seperti likuiditas, solvabilitas
dan rentabilitas merupakan kriteria efisiensi yang sangat relevan.
2. Efektivitas
Apakah tujuan didirikannya organisasi pelayanan publik itu tercapai? Hal
tersebut erat kaitannya dengan rasionalitas teknis, nilai, misi, tujuan
organisasi serta fungsi sebagai agen pembangunan.
3. Keadilan
Keadilan mempertanyakan distribusi dan alokasi layanan yang
diselenggarakan oleh organisasi pelayanan publik. Kriteria ini erat
kaitannya dengan konsep ketercukupan atau kepantasan. Pelayanan
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 11
kepada semua kelompok masyarakat merupakan isu pokok dari kriteria
ini.
4. Daya Tanggap
Daya tanggap yang dimaksud adalah daya tangkap terhadap kebutuhan
masyarakat.
Salim dan Woodward (1992) menggunakan kriteria yang hampir sama,
yaitu aspek ekonomi, efisiensi, efektifitas, dan persamaan pelayanan. Aspek
ekonomi diartikan dengan penggunaan sumber daya ekonomi seminimal
mungkin dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Efisiensi adalah
perbandingan antara input dan output pelayanan. Efektifitas adalah
tercapainya tujuan pelayanan yang telah ditentukan. Persamaan adalah
keadilan didalam memberikan pelayanan kepada semua kelompok
masyarakat.
Wescott (1999) mengusulkan kriteria dari perspektif lain, yaitu input,
output, outcomes (termasuk impacts) dan process. Input adalah sumberdaya
yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan publik, seperti
peralatan, uang, dan sumberdaya manusia. Output adalah perbandingan
antara sumberdaya atau input dengan output yang dinilai dengan unit cost.
Outcome adalah tujuan atau akibat langsung dari dicapainya output, seperti
penurunan angka kemiskinan. Akhirnya proses adalah menunjukkan cara
input diproses, output dihasilkan dan outcome dicapai. Untuk input, proses
yang baik terdiri dari ketaatan pada peraturan-peraturan dan integritas.
Indikator proses untuk pelayanan rumah sakit seperti: pemenuhan prosedur
standar pelayanan pasien dan dalam formulasi kebijakan yang ditunjukkan
dengan adanya peraturan publik.
Parameter outcome sebenarnya tidak berbeda dengan parameter
persamaan dan keadilan yang dikemukakan oleh penulis lain. Hanya saja,
Wescott mengusulkan kriteria lain yaitu proses, yang menunjukkan sejauh
mana penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan prosedur-prosedur
standar. Selain itu dipahami bahwa parameter-parameter yang diajukan oleh
Wescott ini lebih mengacu kepada indikator-indikator keberhasilan sebuah
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 12
program. Skelcher (1992) secara lebih luas menggunakan konsep need dan
demand, equality dan diskriminasi, ekonomi, efisiensi dan efektivitas dan
rationing. Konsep needs (kebutuhan) dibedakan olehnya menjadi empat
jenis, yaitu expressed need, felt need, normative needs, dan comparative
needs, sebagaimana disajikan pada Tabel 2.3 berikut:
Tabel 2.3
Definisi Kebutuhan (Need)
Kriteria Karakteristik Kekuatan Kelemahan Model Analisis
Expressed Sikap dan perilaku yang tampak
Mudah diidentifikasi
Partial Service harus ada
Survei
Felt Keinginan dan harapan personal
Keterwakilan mungkin tersembunyi oleh expressed need
Mungkin tidak not take cost into account
Konsultasi Interview
Normatif Didefinisikan oleh otoritas
Eksplisit diaplikasikan secara uniform
Bukan berbentuk preferensi individu mungkin bervariasi
Birokratis, politis dan keputusan profesi
Komparatif Dengan preferensi provider dan pelanggan lain
Untuk mengidentifika-si perlu investigasi
Hubungan kausal mungkin tenous faktor organisasi memengaruhi kebutuhan
Statistik perbandingan
Sumber: Skelcher (1992), diadaptasi dari Clayton (1983)
Kebutuhan yang diekspresikan (expressed need) merupakan indikator
dari identifikasi seseorang terhadap kebutuhannya pada pelayanan.
Kebutuhan yang dirasakan (felt need) merupakan situasi, persepsi dan
preferensi seseorang terhadap pelayanan. Kebutuhan normatif lebih
merupakan kriteria standar yang dibuat oleh Pemerintah terhadap kelas
masyarakat tertentu, misalnya: jumlah kelas per SLTA atau jumlah kursi per
kelas. Kebutuhan normatif ini sedang diidentifikasi di Indonesia dengan
penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM). Sedangkan kebutuhan
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 13
komparatif merupakan kebutuhan yang disusun berdasarkan kriteria objektif
dengan membandingkan daerah satu dengan yang lain yang distandarisasi
sesuai dengan struktur demografis, profil ekonomi dan variabel-variabel
relevan yang lain.
Konsep demand dibedakan atas dua jenis, efektif dan laten. Demand
efektif mengacu kepada situasi dimana seseorang mempunyai sumberdaya
untuk membeli pelayanan, seperti pelayanan rekreasi. Sedangkan seseorang
yang tidak mempunyai kemampuan untuk membeli pelayanan publik
dinamakan demand latent. Sedangkan bagi Skelcher (1992) pengertian
kualitas dan persamaan sebenarnya dua indikator yang sama. Definisi kualitas
pelayanan publik sebenarnya mencakup pula indikator persamaan (equality).
Lembaga Manajemen Pemerintah Daerah Inggris (1991; dalam Skelcher,
1992) mengidentifikasi beberapa asumsi yang salah pada pemerintah daerah,
yaitu:
a) Asumsi bahwa pelayanan diberikan memenuhi kebutuhan
semua kelompok pelanggan sebagai akibat gagal mengidentifikasi dan
memdiferensiasi kelompok-kelompok yang berbeda.
b) Asumsi bahwa kebutuhan dan keanggotaan kelompok-
kelompok tertentu adalah unifrom dan diskrit sebagai akibatnya
mengabaikan fakta bahwa pelanggan tidak masuk dalam kelompok yang
ekslusif.
c) Asumsi bahwa pelayanan tidak diskriminasi dengan
menjaga prinsip bahwa setiap orang menerima hak yang sama tanpa
mengumpulkan dan memonitor datanya.
d) Asumsi bahwa metode yang seragam dapat menemukan
pandangan pelanggan dengan tidak mendesain survei atau konsultasi
dengan kebutuhan dari pelanggan yang beragam.
e) Asumsi bahwa cukup pemberian informasi yang seragam
untuk semua pelanggan mengabaikan kemampuan bahasa dan fisik dari
berbagai kelompok pelanggan.
f) Asumsi bahwa organisasi berada dalam satu lingkungan
dimana semua pandangan dan informasi didengar dan diperhitungkan
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 14
dengan gagal mengakui bahwa Pemerintah Daerah sesungguhnya
memilih siapa yang didengar dan diprioritaskan.
g) Asumsi bahwa komposisi pegawai daerah tidak mempunyai
pengaruh pada kualitas pelayanan gagal melihat bahwa nilai dari
berbagai kelompok kerja untuk memahami masyarakat dan kemampuan
memberikan pelayan publik secara responsif dan sensitif.
h) Asumsi bahwa pelayanan dapat dikelola dan dievaluasi
tanpa melibatkan mereka yang menerima pelayanan dan keyakinan
bahwa pelanggan hanya mempunyai pilihan yang sedikit.
Sedangkan indikator equality (persamaan) dapat diukur dalam
berbagai cara, yaitu:
a) Persamaan dalam belanja publik. Belanja untuk pelayanan
tertentu harus dialokasikan secara adil antara berbagai kelompok
masyarakat.
b) Persamaan akses, artinya semua orang mempunyai tingkat
akses yang sama pada pelayanan dan fasilitas. Semua anggota
masyarakat mempunyai hak untuk menggunakan sarana transportasi
dalam jarak dan waktu tertentu.
c) Persamaan perlakuan, artinya aturan dan prosedur yang
diterapkan pada situasi tertentu dan pegawai Pemerintah tidak berhak
untuk mendiskriminasi kelompok tertentu dengan merugikan yang lain.
d) Persamaan penggunaan (equality of use) adalah semua
kelompok mempunyai peluang yang sama untuk memanfaatkan
pelayanan publik. Seorang anak dari kelompok ekonomi lemah
mempunyai kesempatan pendidikan dasar yang sama dibandingkan
dengan anak dari orang tua yang kaya.
e) Persamaan outcome (equality of outcome) artinya semua
individu menerima proses pelayanan publik yang sama sesuai dengan
standar.
Indikator 3Es yang dikemukakan oleh Skelcher (1992) tidak berbeda
dengan penulis lain. Namun yang menarik ia menambahkan indikator
rationing (merasiokan). Indikator ini dikembangkan karena keterbatasan
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 15
sumberdaya Pemerintah Daerah dalam memberikan pelayanan publik.
Rationing ini dikembangkan atas dasar:
a) Siapa yang memperoleh akses pada pelayanan publik.
b) Peraturan pelayanan dalam menerima pelayanan.
c) Waktu yang diperlukan antara permintaan dan pelayanan.
d) Jarak yang ditempuh pelanggan untuk memperoleh
pelayanan.
e) Kuantitas dan kualitas yang diperoleh pelanggan.
Uraian Skelcher (1992) memasukkan indikator akses di dalam bagian dalam
indikator equality dan rationing. Sedangkan kriteria-kriteria dalam perspektif
pelanggan yang digunakan olehnya lebih lengkap dan mencakup dimensi-
dimensi yang diuraikan oleh penulis lain. Shelcher (1992) membagi atas
karakteristik pelayanan publik, hubungan personal, setting pelayanan dan
kekuasaan pelanggan (customer’s power). Hal ini sebagaimana dijelaskan
pada Tabel 2.4 berikut:
Tabel 2.4
Kriteria Penilaian Kualitas Pelayanan Publik di Pemerintah Daerah
Aspek KeteranganKARAKTERISTIK PELAYANAN:Availabilitas (ketersediaan)
StandarWaktu (timelines)Reliabilitas Informasi
Equabilitas
Kinerja (performance)
Apakah instansi menyediakan pelayanan yang diinginkan masyarakat?Apakah pelayanan memenuhi standar?Apakah pelayanan tepat waktu?Apakah pelayanan konsisten dan akurat?Apakah instansi memberikan informasi tentang pelayanan dengan cara yang benar?Apakah semua masyarakat menerima pelayanan yang sama?Adakah pelayanan disediakan sesuai dengan seharusnya tanpa efek negatif?
HUBUNGAN PERSONAL:CourtesyResponsiveness
Kompetensi
Komunikasi Keamanan
Kredibilitas
Apakah pegawai ramah?Apakah pegawai memberikan tanggapan positif pada kebutuhan masyarakat?Apakah pegawai mempunyai pengetahuan dan keterampilan untuk menjelaskan tugasnya?Apakah pegawai mendengar dan memberikan informasi?Apakah pegawai menjamin keamanan masyarakat dari bahaya dan risiko?Apakah pegawai jujur dan dapat dipercaya?
SETTING PELAYANAN:
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 16
Penampakan (Appearance)Akses
Fungsi
Apakah kantor, pegawai dan peralatan cukup?Dapatkah pelanggan menjangkau secara fisik pelayanan yang disediakan?Apakah perlengkapan fisik difungsikan sebagaimana fungsinya?
KEKUASAAN PELANGGAN:Hak
Voice
Pilihan
Redres
Apakah masyarakat mempunyai dokumen yang menyatakan haknya dan disetujui setelah konsultasi dengannya?Apakah masyarakat mempunyai hak dan kesempatan untuk memengaruhi kebijakan pelayanan?Apakah masyarakat mempunyai pilihan terhadap substansi, standar dan sumber pelayanan?Adakah saluran atau lembaga perwakilan pelanggan untuk menyampaikan kepada pemerintah bilamana pelayanan publik yang mereka terima tidak layak dan memenuhi standar?
Sumber: Skelcher (1992)
Perspektif karakteristik pelayanan lebih mengarah kepada variabel-
variabel kelembagaan. Perspektif kedua lebih mengacu kepada variabel-
variabel individual, yang banyak digunakan di sektor swasta, sebagaimana
yang digunakan oleh Zeithaml dan Parasuraman (1990) dengan istilah
SERVQUAL. Sedangkan perspektif ketiga lebih mengacu kepada variabel
lingkungan pelayanan publik. Pada perspektif ini lebih mengarah kepada
dimensi politik pelayanan publik. Yang disebut terakhir ini berusaha
mengadopsi aliran konsumerisme dalam sektor swasta yang menjunjung
tinggi hak-hak konsumen untuk diintrodusir ke sektor publik. Warga negara
dianggap sebagai konsumen dari partai politik yang dipilihnya melalui
pemilihan umum, yang artinya melakukan transaksi politik. Partai politik yang
dipilihnya berjanji untuk memberikan pelayanan publik yang dibutuhkan oleh
warga negara setelah mereka memerintah. Dalam aspek lain, warga negara
berhak memperoleh pelayanan publik yang dibiayai oleh pajak yang dipungut
darinya.
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 17
BAB III
PENDEKATAN DAN METODOLOGI STUDI
A. Pendekatan
Secara umum dalam Survei Kepuasan Masyarakat (SKM) di Lingkungan
Pemerintah Kota Surakarta menggunakan pendekatan siklus/lingkaran
pelayanan (The Cycles of Services). Sesuai pendekatan tersebut, maka
penilaian kualitas layanan dilakukan terhadap serangkaian momen kritis
pelayanan yang dialami oleh pengguna layanan ketika pengguna layanan
memanfaatkan jasa layanan (Albrecht dan Bradford, 1990). Bagi pengguna
layanan, hampir setiap detik adalah merupakan momen kritis pelayanan yang
mungkin tidak disadari oleh organisasi penyedia layanan dan orang-orang
yang ada di dalamnya. Konsep siklus pelayanan ini akan membantu
mengidentifikasi momen-momen kritis pelayanan yang harus dikelola secara
profesional.
B. Ruang Lingkup, Sampling dan Metode Kontak
Pelaksanaan SKM di Lingkungan Pemerintah Kota Surakarta secara
khusus dilakukan kepada masyarakat yang secara langsung menerima
pelayanan publik dari Unit Pelayanan Publik Pemerintah Kota Surakarta.
Ruang lingkup pelaksanaan survei adalah mencakup seluruh aspek pelayanan
publik yang diselenggarakan. Survei dilakukan dengan cara melakukan
wawancara, observasi, serta dengan menggunakan instrumen kuesioner
secara langsung ke responden yang menerima pelayanan publik oleh Unit
Pelayanan Publik Pemerintah Kota Surakarta. Target sasaran populasi dari
survei adalah masyarakat yang telah selesai menerima pelayanan publik dari
Pemerintah Kota Surakarta. Target sasaran survei yaitu responden yang
secara usia dan dari sisi kesehatan relatif mampu untuk diwawancarai.
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 18
Ukuran sampel pada survei ini berkisar antara 30 – 200 orang
responden dari perwakilan masyarakat yang menerima pelayanan Publik oleh
Pemerintah Kota Surakarta. Ukuran sampel sebanyak itu telah memenuhi
ketentuan sampel besar, sehingga data yang diperoleh dapat diasumsikan
berdistribusi normal menurut kaidah statistik dan selanjutnya dapat
dilakukan proses inferensi dan generalisasi. Survei dilakukan dengan
mengambil sampel di seluruh wilayah Kota Surakarta.
Metode sampling pada survei ini menggunakan teknik Purposive
Random Sampling yaitu sampel diambil secara acak pada lokasi pelaksanaan
survei. Adapun metode kontak adalah dengan wawancara secara langsung
(Face to Face Interview) dengan menggunakan instrumen kuesioner.
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pelaksanaan SKM, digunakan kuesioner sebagai instrumen
pengumpulan data kepuasan masyarakat. Kuesioner disusun berdasarkan
tujuan survei terhadap tingkat kepuasan masyarakat. Pada dasarnya
kuesioner mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2014 tentang Pedoman
Survei Kepuasan Masyarakat Terhadap Penyelenggaraan Pelayanan Publik,
mengingat sampai saat ini regulasi terbaru yang mengatur tentang SKM
adalah peraturan tersebut. Namun demikian, survei juga dilakukan dengan
beberapa modifikasi, penyempurnaan dan penambahan item pertanyaan.
Kuesioner secara umum terdiri atas 5 (lima) bagian yaitu:
Bagian I : Identitas responden; meliputi: nama, alamat, umur, jenis
kelamin, pekerjaan, serta pendidikan terakhir responden
yang berguna untuk menganalisis profil responden dalam
penilaiannya terhadap unit pelayanan.
Bagian II : Identitas pencacah; berisi data Pencacah/Surveyor (diisi
oleh Pencacah/Surveyor).
Bagian III : Persepsi terhadap tingkat kepentingan aspek pelayanan;
adalah pendapat penerima pelayanan (masyarakat) atas
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 19
kepentingan aspek pelayanan yang memuat penilaian
atau pendapat responden terhadap kepentingan
unsur-unsur pelayanan yang dinilai.
Bagian IV
Bagian V
:
:
Persepsi terhadap kualitas aspek pelayanan; adalah
pendapat penerima pelayanan (masyarakat) atas
pelayanan yang memuat penilaian atau pendapat
responden terhadap kepuasan atas unsur-unsur
pelayanan yang dinilai.
Data/informasi lain yang perlu digali dari responden yang
akan mendukung analisis, khususnya analisis secara
kualitatif.
Adapun unsur Survei Kepuasan Masyarakat menurut prinsip pelayanan
sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2014 tentang
Pedoman Survei Kepuasan Masyarakat Terhadap Penyelenggaraan Pelayanan
Publik, yaitu mencakup 9 (sembilan) unsur, sebagai unsur minimal yang harus
ada untuk dasar Survei Kepuasan Masyarakat.
Kesembilan unsur tersebut adalah sebagai berikut:
1. Persyaratan
Persyaratan adalah syarat yang harus dipenuhi dalam pengurusan suatu
jenis pelayanan, baik persyaratan teknis maupun administratif.
2. Prosedur
Prosedur adalah tata cara pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan
penerima pelayanan, termasuk pengaduan.
3. Waktu pelayanan
Waktu pelayanan adalah jangka waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan seluruh proses pelayanan dari setiap jenis pelayanan.
4. Biaya/Tarif
Biaya/Tarif adalah ongkos yang dikenakan kepada penerima layanan
dalam mengurus dan/atau memperoleh pelayanan dari penyelenggara
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 20
yang besarnya ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara
penyelenggara dan masyarakat.
5. Produk Spesifikasi Jenis Pelayanan
Produk spesifikasi jenis pelayanan adalah hasil pelayanan yang diberikan
dan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Produk
pelayanan ini merupakan hasil dari setiap spesifikasi jenis pelayanan.
6. Kompetensi Pelaksana
Kompetensi Pelaksana adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh
pelaksana meliputi pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan
pengalaman.
7. Perilaku Pelaksana
Perilaku Pelaksana adalah sikap petugas dalam memberikan pelayanan.
8. Maklumat Pelayanan
Maklumat Pelayanan adalah merupakan pernyataan kesanggupan dan
kewajiban penyelenggara untuk melaksanakan pelayanan sesuai dengan
standar pelayanan.
9. Penanganan Pengaduan, Saran dan Masukan
Penanganan pengaduan, saran dan masukan, adalah tata cara
pelaksanaan penanganan pengaduan dan tindak lanjut.
D. Teknik Analisis Data
Nilai SKM dihitung dengan menggunakan "nilai rata-rata tertimbang"
masing-masing unsur pelayanan. Dalam penghitungan indeks kepuasan
masyarakat terhadap seluruh unsur pelayanan yang dikaji, setiap unsur
pelayanan memiliki penimbang yang sama. Untuk memperoleh nilai SKM unit
pelayanan digunakan pendekatan nilai rata-rata tertimbang dengan rumus
sebagai berikut:
SKM =Total dari Nilai Persepsi Per Unsur
x Nilai penimbang Total unsur yang terisi
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 21
Untuk memudahkan interpretasi terhadap penilaian SKM yaitu antara 25-
100, maka hasil penilaian tersebut di atas dikonversikan dengan nilai dasar
25, dengan rumus sebagai berikut:
SKM Unit Pelayanan x 25
Selanjutnya Nilai Persepsi, Interval SKM, Interval Konversi SKM, Mutu
Pelayanan dan Kinerja Unit Pelayanan dapat diintepretasikan sebagaimana
tersaji pada Tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1
Pedoman Konversi Skor SKM
NilaiPersepsi
Nilai IntervalSkor SKM
Nilai Interval Konversi SKM
MutuPelayanan
Kinerja Unit Pelayanan
1 1,00 – 1,80 25,00 – 40,00 E Sangat Buruk2 1,81 – 2,60 40,01 – 55,00 D Buruk3 2,61 – 3,40 55,01 – 70,00 C Cukup4 3,41 – 4,20 70,01 – 85,00 B Baik5 4,21 – 5,00 85,01 – 100,00 A Sangat Baik
Secara teknis tabulasi dan pengolahan data akan dilakukan dengan
komputer menggunakan software Microsoft Excel, dengan urutan tahapan
sebagai berikut:
1) Data isian kuesioner dari setiap responden dimasukkan ke dalam formulir
mulai dari unsur pertama sampai dengan unsur terakhir.
2) Langkah selanjutnya untuk mendapatkan nilai rata-rata per unsur
pelayanan dan nilai indeks unit pelayanan adalah sebagai berikut:
a. Nilai rata-rata per unsur pelayanan
Nilai masing-masing unsur pelayanan dijumlahkan (ke bawah) sesuai
dengan jumlah kuesioner yang diisi oleh responden, kemudian untuk
mendapatkan nilai rata-rata per unsur pelayanan, jumlah nilai
masing-masing unsur pelayanan dibagi dengan jumlah responden yang
mengisi. Untuk mendapatkan nilai rata-rata tertimbang per unsur
pelayanan, jumlah nilai rata-rata per unsur pelayanan dikalikan nilai
bobot rata-rata tertimbang.
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 22
b. Nilai indeks pelayanan
Untuk mendapatkan nilai indeks unit pelayanan, dengan cara
menjumlahkan seluruh unsur dari nilai rata-rata tertimbang.
Data pendapat masyarakat yang dimasukkan ke dalam sheet tabulasi
data dari masing-masing kuesioner, disusun dengan mengkompilasikan data
responden yang dihimpun berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin,
pekerjaan dan tingkat pendidikan. Informasi ini dapat digunakan untuk
mengetahui profil responden dan kecenderungan jawaban yang diberikan,
sebagai bahan analisis objektivitas.
Laporan hasil pelaksanaan kegiatan SKM yang memuat hasil akhir
kegiatan SKM dari unit pelayanan, disusun dengan materi utama sebagai
berikut:
1. Indeks per unsur pelayanan dan indeks komposit
Berdasarkan hasil penghitungan indeks kepuasan masyarakat, jumlah nilai
dari unit pelayanan diperoleh dari jumlah nilai rata-rata setiap unsur
pelayanan. Sedangkan nilai indeks komposit (gabungan) untuk unit
pelayanan, merupakan jumlah nilai rata-rata dari setiap unsur pelayanan
dikalikan dengan penimbang yang sama.
2. Prioritas peningkatan kualitas pelayanan.
Dalam peningkatan kualitas pelayanan, diprioritaskan pada unsur yang
mempunyai nilai paling rendah, sedangkan unsur yang mempunyai nilai
cukup tinggi harus tetap dipertahankan.
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 23
BAB IV
HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
A. Tahapan Pengolahan Data
Pada proses pelaksanaan survei telah dilakukan pengumpulan data melalui
proses survei lapangan dengan menggunakan instrumen kuesioner, pra
pengolahan data mentah hasil survei lapangan melalui proses tabulasi, serta
telah dilakukan proses persiapan, pengolahan, dan analisis data. Adapun
tahapan tabulasi data, pengolahan data dan analisis data yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Pada tahap pertama dilakukan pemilahan/pengelompokan kuesioner terisi
yang diperoleh responden. Hal ini untuk memastikan kuesioner terisi yang
telah terkumpul telah sesuai dengan desain yang telah ditetapkan
sebelumnya.
2. Pada tahap kedua dilakukan pemeriksaan/pengecekan secara manual
terhadap seluruh kuesioner terisi yang telah terkumpul dari Surveyor.
Pengecekan dilakukan dengan tujuan untuk memastikan bahwa:
a. Pengumpulan data lapangan dalam rangka untuk menggali data primer
dari responden telah dilaksanakan berdasarkan instrumen/ kuesioner
yang dijadikan sebagai panduan survei oleh Surveyor.
b. Semua item pertanyaan/pernyataan yang terdapat dalam kuesioner/
instrumen survei seluruhnya telah dijawab oleh responden (diisi oleh
Surveyor berdasarkan jawaban responden) serta tidak ada satu pun
butir pertanyaan/pernyataan yang terlewati/kosong karena tidak
dijawab oleh responden atau tidak diisi oleh Surveyor berdasarkan
jawaban responden.
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 24
3. Pada tahap ketiga dilakukan proses tabulasi data yang terdapat pada setiap
kuesioner terisi dengan format yang telah ditetapkan dalam program
Microsoft
4. Pada tahap keempat dilakukan proses pengolahan data dan penghitungan
SKM.
Hasil pengolahan data selanjutnya akan dianalisis, dilakukan
pembahasan dan disimpulkan dalam rangka untuk menjawab tujuan survei,
serta dirumuskan rekomendasi kepada Unit Pelayanan Publik Pemerintah
Kota Surakarta dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
B. Hasil Pengolahan Data
Hasil pengolahan data atas pelaksanaan Survey Kepuasan Masyarakat
di Unit Pelayanan Publik Pemerintah Kota Surakarta dijelaskan sebagai
berikut :
1. Sekretariat Daerah (Setda)
Setda adalah merupakan unsur pembantu pimpinan Pemerintah Kota
yang dipimpin oleh Sekretaris Daerah, berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Walikota. Setda bertugas membantu Walikota dalam
melaksanakan tugas penyelenggaraan pemerintahan, administrasi,
organisasi dan tata laksana serta memberikan pelayanan administrasi
kepada seluruh Perangkat Daerah Kota. Setda Kota Surakarta sesuai
Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah Kota Surakarta, terdiri atas 3 Asisten dengan
10 bagian. Setda Kota Surakarta telah melaksanakan Survey Kepuasan
Masyarakat sejak Tahun 2014 yang dilaksanakan oleh Pihak Ketiga. Tahun
2017 ini, SKM dilaksanakan oleh Pihak Ketiga dengan responden sejumlah
150 stakeholder. Metode survey yang dilaksanakan menggunakan
metode angket yang diisi oleh stakeholder Setda. Ruang lingkup survey
adalah seluruh pelayanan yang diselenggarakan oleh Setda. Adapun unsur
Survei Kepuasan Masyarakat yang diterapkan di Setda sesuai dengan yang
tercantum dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2014 tentang Pedoman Survei
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 25
Kepuasan Masyarakat, yaitu mencakup 9 (sembilan) unsur yang terdiri
dari Persyaaratan, Prosedur, Waktu pelayanan, Biaya/tarif, Produk
spesifikasi jenis pelayanan, Kompotensi pelaksana, Perilaku pelaksana,
Maklumat pelayanan, Penanganan pengaduaan saran dan masukan.
Berdasarkan pengolahan data, diperoleh hasil survey kepuasan
masyarakat Setda Kota Surakarta mencapai kinerja pelayanan “Baik”
dengan nilai sebesar 77,42. Hal tersebut menunjukkan bahwa pelayanan
publik yang dilaksanakan oleh Setda Kota Surakarta bermutu baik. Namun
dari hasil tersebut masih ada saran dan rekomendasi antara lain Respon
SKPD terkait dalam hal koordinasi terhadap kegiatan yang dilaksanakan
tidak tepat waktu, Sarana prasarana pendukung terkadang terjadi
trouble, Terbatasnya jumlah SDM pelaksana untuk mencapai target waktu
SOP.
2. Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah (BKPPD)
BKPPD telah melaksanakan penilaian SKM yang dilaksanakan oleh Pihak
Ketiga dengan responden sejumlah 85 stakeholder. Metode survey yang
dilaksanakan menggunakan metode angket yang diisi oleh pengelola
kepegawaian. Ruang lingkup survey adalah seluruh layanan kepegawaian
yang diselenggarakan oleh BKPPD. Adapun unsur Survei Kepuasan
Masyarakat yang diterapkan di BKPPD yaitu Kesesuaian persyaratan,
Kemudahan Prosedur, Kesesuaian biaya pelayanan, Hasil pelayanan,
Kemampuan/kompetensi petugas, Kesopanan dan keramahan petugas,
Kejelasan maklumat pelayanan, Penanganan pengaduan, saran dan
masukan pelayanan. Berdasarkan pengolahan data, diperoleh hasil survey
kepuasan masyarakat BKPPD Kota Surakarta mencapai kinerja pelayanan
“Baik” dengan nilai sebesar 78,34. Hal tersebut menunjukkan bahwa
pelayanan publik yang dilaksanakan oleh BKPPD Kota Surakarta bermutu
baik. Namun dari hasil tersebut masih ada saran dan rekomendasi antara
lain Unsur pelayanan yang masih perlu ditingkatkan adalah kemudahan
prosedur pelayanan. Hal ini disebabkan belum adanya petunjuk mengenai
alur pelayanan. Tindak lanjut yang akan dilaksanakan adalah membuat
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 26
papan/banner tentang alur pelayanan pada tahun 2017, disesuaikan
dengan anggaran yang ada.
3. Badan Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPPKAD)
BPPKAD telah melaksanakan penilaian SKM yang dilaksanakan oleh Pihak
Ketiga dengan responden sejumlah 200 pelanggan PBB. Metode survey
yang dilaksanakan menggunakan questioner dan wawancara. Ruang
lingkup survey adalah seluruh aspek pelayanan PBB yang diselenggarakan
oleh BPPKAD. Adapun unsur Survei Kepuasan Masyarakat yang diterapkan
di BPPKAD yaitu Persyaratan, Prosedur, Waktu pelayanan, Biaya/tarif,
Produk spesifikasi jenis pelayanan, Kompotensi pelaksana, Perilaku
pelaksana, Maklumat pelayanan, Penanganan pengaduan saran dan
masukan. Berdasarkan pengolahan data, diperoleh hasil survey kepuasan
masyarakat BPPKAD Kota Surakarta mencapai kinerja pelayanan “Baik”
dengan nilai sebesar 75,58.
Berdasar rekomendasi di atas, selanjutnya dapat dirumuskan
rencana aksi (action plan) selama 5 (lima) tahun ke depan (tahun 2017-
2021) sebagai tindak lanjut atas Survey Kepuasan Masyarakat pada
BPPKAD Kota Surakarta sebagai berikut:
Tabel 4.1
Rencana Aksi Tindak Lanjut SKM BPPKAD
No Kegiatan Tahun Perkiraan Dana(Rp)1 2 3 4 5
1. Peningkatan jumlah SDM program “Safari PBB”
Menyesuaikan
2. Peningkatan jumlah SDM yang secara khusus melayani PBB di DPPKA
Menyesuaikan
3. Pengadaan sarana prasarana pelayanan pengaduan (call centre, SMS centre, email)
Menyesuaikan
4. Peningkatan kuantitas dan kualitas peralatan pendukung
Menyesuaikan
5. Survey Kepuasan Masyarakat secara mandiri
25 juta per tahun
6. Survey Kepuasan Masyarakat oleh lembaga independen
50 juta per tahun
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 27
4. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil telah melaksanakan penilaian
SKM yang dilaksanakan oleh Pihak Ketiga dengan responden sejumlah 160
stakeholder. Metode survey yang dilaksanakan menggunakan metode
Questioner, observasi, wawancara dan study kepustakaan. Ruang lingkup
survey adalah Seluruh pelayanan publik yang diselenggarakan oleh Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Adapun unsur Survei Kepuasan
Masyarakat yang diterapkan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
yaitu Persyaratan Pelayanan, Prosedur Pelayanan, Waktu Pelayanan,
Produk Spesifikasi Pelayanan, Kompetensi Pelaksaana, Perilaku Pelaksana,
Maklumat Pelayanan, Penanganan Pengaduan, Saran dan Masukan.
Berdasarkan pengolahan data, diperoleh hasil survey kepuasan
masyarakat Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta
mencapai kinerja pelayanan “Baik” dengan nilai sebesar 78,82. Hal
tersebut menunjukkan bahwa pelayanan publik yang dilaksanakan oleh
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta bermutu baik.
Namun dari hasil tersebut masih ada saran dan rekomendasi antara lain
Penanganan pengaduaan, saran dan masukan masih rendah, Empathy
masih rendah, Pengembangan dengan digital, Fasilitas untuk kenyamanan
pelayanan perlu ditingkatkan, Training Komunikasi dan perilaku yang
profesional dalam pelayanan.
5. Dinas Penanaman Modal dan PTSP
Dinas Penanaman Modal dan PTSP telah melaksanakan penilaian SKM
yang dilaksanakan oleh Pihak Ketiga dengan responden sejumlah 200
stakeholder. Metode survey yang dilaksanakan menggunakan metode
Quesioner (Random Sampling). Ruang lingkup survey adalah Seluruh
Pelayanan Perizinan yang didelegasikan ke DPMPTSP Kota Surakarta (56
Jenis Izin). Adapun unsur Survei Kepuasan Masyarakat yang diterapkan di
Dinas Penanaman Modal dan PTSP yaitu Persyaratan, Prosedur, Waktu
Pelayanan, Biaya/Tarif, Produk Spesifikasi Jenis Pelayanan, Kompetensi
Pelaksana, Perilaku Pelaksana, Maklumat Layanan dan Penanganan
Pengaduan, Saran dan Masukan. Berdasarkan pengolahan data, diperoleh
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 28
hasil survey kepuasan masyarakat Dinas Penanaman Modal dan PTSP
Kota Surakarta mencapai kinerja pelayanan “Sangat Baik” dengan nilai
sebesar 81,27. Hal tersebut menunjukkan bahwa pelayanan publik yang
dilaksanakan oleh Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kota Surakarta
bermutu baik. Namun dari hasil tersebut masih ada saran dan
rekomendasi antara lain Maklumat Layanan mempunyai nilai rata-rata
paling kecil (2,72 atau 68) dibanding dengan variabel Unsur SKM lainnya,
hal ini dikarenakan Maklumat Layanan masih belum diketahui oleh
Pengguna Layanan Perizinan Tindakan Perbaikan : publikasi Maklumat
Layanan dengan menggunakan Media Banner dan Wall TV.
6. Dinas Kearsipan dan Perpustakaan
Dinas Kearsipan dan Perpustakaan telah melaksanakan penilaian SKM
yang dilaksanakan secara mandiri dengan responden sejumlah 150 orang
pemustaka. Metode survey yang dilaksanakan menggunakan metode
Quesioner. Ruang lingkup survey adalah Pelayanan Perpustakaan. Adapun
unsur Survei Kepuasan Masyarakat yang diterapkan di Dinas Kearsipan
dan Perpustakaan yaitu Kesesuaian persyaratan, Kemudahan prosedur
pelayanan, Ketetapan pelaksanaan, Kesesuaian biaya pelayanan, Hasil
pelayanan, Kemampuan/ kompetensi petugas, Kesopanan dan keramahan
petugas, Kejelasan maklumat pelayanan, Penanganan pengaduan, sarana
dan masukan pelayanan. Berdasarkan pengolahan data, diperoleh hasil
survey kepuasan masyarakat Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota
Surakarta mencapai kinerja pelayanan “Baik” dengan nilai sebesar 76,99.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pelayanan publik yang dilaksanakan
oleh Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Surakarta bermutu baik.
Namun dari hasil tersebut masih ada saran dan rekomendasi antara lain
Unsur pelayanan yang masih perlu ditingkatkan adalah penanganan
pengaduan, sarana dan masukan pelayanan dan hal di sebabkan karena
belum di tetapkan mekanisme penanganan pengaduan, Menetapkan SOP
Pengaduan Keluhan Pelanggan, memasang mekanisme penanganan
pengaduan dan menambah sarana pengaduan.
7. Dinas Perhubungan
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 29
Dinas Perhubungan telah melaksanakan penilaian SKM yang dilaksanakan
oleh Pihak Ketiga pada tahun 2015 dengan responden sejumlah 35 orang.
Metode survey yang dilaksanakan menggunakan metode Quesioner.
Ruang lingkup survey adalah Pelayanan Uji Kendaraan. Adapun unsur dan
hasil Survei Kepuasan Masyarakat yang diterapkan di Dinas Perhubungan
yaitu :
Tabel 4.2
Hasil SKM Dinas Perhubungan UNSUR NILAI
Prosedur pelayananPersyaratan pelayananKejelasan petugas pelayananKedisiplinan petugas pelayananTanggung jawab petugas pelayananKemampuan petugas pelayananKecepatan pelayananKeadilan mendapatkan pelayananKesopanan dan keramahan petugasKewajaran biaya pelayananKepastian biaya pelayananKepastian jadwal pelayananKenyamanan lingkunganKenyamanan pelayanan
3,033,033,033,073,103,173,003,073,233,103,033,073,073,03
Berdasarkan pengolahan data, diperoleh hasil survey kepuasan
masyarakat Dinas Perhubungan Kota Surakarta mencapai kinerja
pelayanan “Baik”. Hal tersebut menunjukkan bahwa pelayanan publik
yang dilaksanakan oleh Dinas Perhubungan Kota Surakarta bermutu baik.
8. Kecamatan Serengan
Kecamatan Serengan telah melaksanakan penilaian SKM yang
dilaksanakan oleh Pihak Ketiga dengan responden sejumlah 75 orang.
Metode survey yang dilaksanakan menggunakan metode Quesioner.
Ruang lingkup survey adalah warga masyarakat Lingkungan Kecamatan
Serengan. Adapun unsur Survei Kepuasan Masyarakat yang diterapkan di
Kecamatan Serengan yaitu Kenyamanan, Prosedur mutu, Etika pelayan,
Biaya, Waktu layanan, Hasil kerja. Berdasarkan pengolahan data,
diperoleh hasil survey kepuasan masyarakat Kecamatan Serengan Kota
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 30
Surakarta mencapai kinerja pelayanan “Baik” dengan nilai sebesar 83,00.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pelayanan publik yang dilaksanakan
oleh Kecamatan Serengan Kota Surakarta bermutu baik. Namun dari hasil
tersebut masih ada saran dan rekomendasi antara lain Peningkatan
layanan yang lebih baik.
9. Kecamatan Laweyan
Kecamatan Laweyan telah melaksanakan penilaian SKM yang
dilaksanakan secara mandiri dengan responden sejumlah 100 orang.
Metode survey yang dilaksanakan menggunakan metode Random
Sampling. Ruang lingkup survey adalah Pelayanan Umum/Legalisasi,
Pelayanan SKCK, Pelayanan NTCR, Pelayanan IMB/HO. Adapun unsur
Survei Kepuasan Masyarakat yang diterapkan di Kecamatan Laweyan
yaitu Persyaratan, Prosedur, Waktu pelayanan, Biaya/tarif, Produk
spesifikasi jenis pelayanan, Kompetensi pelasksana, Perilaku pelaksana,
Maklumat pelayanan, Penanganan pengaduan, saran dan masukan.
Berdasarkan pengolahan data, diperoleh hasil survey kepuasan
masyarakat Kecamatan Laweyan Kota Surakarta mencapai kinerja
pelayanan “Baik” dengan nilai sebesar 82,40. Hal tersebut menunjukkan
bahwa pelayanan publik yang dilaksanakan oleh Kecamatan Laweyan
Kota Surakarta bermutu baik. Namun dari hasil tersebut masih ada saran
dan rekomendasi antara lain Penambahan petugas/personil di front
pelayanan sesuai dengan kompetensinya.
10. Kecamatan Jebres
Kecamatan Jebres telah melaksanakan penilaian SKM yang dilaksanakan
secara mandiri dengan responden sejumlah 50 orang. Metode survey
yang dilaksanakan menggunakan metode Questioner. Ruang lingkup
survey adalah seluruh pelayanan publik di Kecamatan Jebres. Adapun
unsur Survei Kepuasan Masyarakat yang diterapkan di Kecamatan Jebres
yaitu Etika dan sikap dalam memberikan pelayanan, Keteraturan
penataan alur proses layanan, Tanggung jawab staf dalam pemberian
layanan, Kelancaran dalam proses pelayanan, Penanganan dalam
keluhan/complain/ketidaksesuaian proses, Kecepatan dalam
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 31
memberikan pelayanan, Kecukupan informasi/prosedur dan persyaratan,
Penjelasan ketidaksesuaian/belum terpenuhinya standar pelayanan,
Kejelasan prosedur terkait layanan, Ketetapan waktu pelayanan sesuai
standar, Ketrampilan pelaksana/staf pelayanan, Ketersediaan formulir
atau barang yang dibutuhkan, Kebersihan ruangan kerja/ruang
pelayanan, Penataan atau tata ruang kerja dan atau pelayanan,
Ketersediaan peralatan/sarana yang sesuai kebutuhan, Kerapian atau
keterawataan berkas/sarana dalam ruangan. Berdasarkan pengolahan
data, diperoleh hasil survey kepuasan masyarakat Kecamatan Jebres Kota
Surakarta mencapai kinerja pelayanan “Baik” dengan nilai sebesar 80,93.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pelayanan publik yang dilaksanakan
oleh Kecamatan Jebres Kota Surakarta bermutu baik. Namun dari hasil
tersebut masih ada saran dan rekomendasi antara lain mohon
ditingkatkan lagi kinerjanya lebih meningkat lagi, informasi kepada
masyarakat bawah kurang tersampai.
11. Kecamatan Pasarkliwon
Kecamatan Pasarkliwon telah melaksanakan penilaian SKM yang
dilaksanakan secara mandiri dengan responden sejumlah 70 orang.
Metode survey yang dilaksanakan menggunakan metode Questioner.
Ruang lingkup survey adalah Pelayanan KK, Pelayanan KTP, Pindah
masuk, Pindah keluar, KIA, Legalisasi umum, Nikah – cerai, Subsidi listrik,
perijinan. Adapun unsur Survei Kepuasan Masyarakat yang diterapkan di
Kecamatan Pasarkliwon yaitu Persyaratan, Prosedur, Waktu pelayanan,
Biaya/tarif, Produk spesifikasi jenis pelayanan, Kompotensi pelaksana,
Perilaku pelaksana, Maklumat pelayanan, Penanganan pengaduaan saran
dan masukan. Berdasarkan pengolahan data, diperoleh hasil survey
kepuasan masyarakat Kecamatan Pasarkliwon Kota Surakarta mencapai
kinerja pelayanan “Baik” dengan nilai sebesar 87,00. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pelayanan publik yang dilaksanakan oleh
Kecamatan Pasarkliwon Kota Surakarta bermutu baik.
12. Puskesmas
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 32
Seluruh Puskesmas di Kota Surakarta telah melaksanakan penilaian SKM
yang dilaksanakan pada saat dilaksanakannya ISO Puskesmas. Metode
survey yang dilaksanakan menggunakan metode Questioner, observasi
dan wawancara. Ruang lingkup survey adalah seluruh pelayanan di
Puskesmas. Adapun unsur Survei Kepuasan Masyarakat yang diterapkan
di Puskesmas yaitu 9 unsur sebagaimana telah ditetapkan dalam
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 16 Tahun 2014 tentang Pedoman Survei Kepuasan
Masyarakat Terhadap Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
Berdasarkan pengolahan data, diperoleh hasil survey kepuasan
masyarakat Kecamatan Pasarkliwon Kota Surakarta mencapai kinerja
pelayanan “Baik” dengan nilai sebagai berikut :
Tabel 4.3
Hasil SKM Puskesmas
No Nama Puskesmas Nilai Predikat
1 Puskesmas Pajang 98,44 Sangat Baik
2 Puskesmas Penumping 80,00 Baik
3 Puskesmas Purwosari 77,25 Baik
4 Puskesmas Jayengan 92,9 Sangat Baik
5 Puskesmas Kratonan 80,5 Baik
6 Puskesmas Gajahan 78,00 Baik
7 Puskesmas Sangkrah 75,5 Baik
8 Puskesmas Purwodiningratan 82,25 Baik
9 Puskesmas Ngoresan 93,00 Sangat Baik
10 Puskesmas Sibela 75,56 Baik
11 Puskesmas Pucangsawit 83,85 Baik
12 Puskesmas Nusukan 75,05 Baik
13 Puskesmas Manahan 98,3 Sangat Baik
14 Puskesmas Gilingan 78,42 Baik
15 Puskesmas Banyuanyar 84,74 Baik
16 Puskesmas Setabelan 83,67 Baik
17 Puskesmas Gambirsari 76,24 Baik
C. Overall
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 33
Persepsi responden secara keseluruhan terhadap pentingnya pelayanan
pulbik yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta. Berdasarkan data
yang diperoleh tidak ada responden yang menyatakan bahwa pelayanan yang
dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta sangat tidak penting. Berdasar
perhitungan tingkat kesesuaian, masyarakat belum sepenuhnya puas karena
nilai tingkat kesesuaian rata-rata secara keseluruhan Perangkat Daerah di
Lingkungan Pemerintah Kota Surakarta yang menyelenggarakan pelayanan
publik masih di bawah 100 persen yaitu sebesar 76,24 persen.
D. Survey Kepuasan Masyarakat
Pengukuran Survey Kepuasan Masyarakat (SKM) sangat diperlukan
oleh Pemerintah Kota Surakarta karena hasil dari pengukuran tersebut
menunjukkan tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja yang telah
dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta selama ini, khususnya dalam
pelayanan publik. Perhitungan skor SKM selengkapnya dapat dilihat pada
Tabel 4.4. Berdasar perhitungan skor SKM yang diperoleh adalah sebesar
76,24. Nilai tersebut berada pada rentang skala 70,01-85,00 sehingga dapat
dikatakan bahwa secara keseluruhan masyarakat menilai “Baik” terhadap
kinerja pelayanan publik yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota
Surakarta (mutu pelayanan kategori “B”). Oleh karena itu Pemerintah Kota
Surakarta pada masa mendatang perlu terus mempertahankan kinerja yang
telah dicapai khususnya dalam pelayanan publik dan selalu berupaya untuk
terus meningkatkan kinerjanya agar nilai SKM dapat semakin meningkat
menuju angka 100.
Tabel 4.4Rekapitulasi Hasil Survey Kepuasan Masyarakat Perangkat Daerah Pemerintah Kota Surakarta
NO PERANGKAT DAERAH SCORE PREDIKAT
1 Sekretariat Daerah 77,42 Baik
2 BKPPD 78,34 Baik
3 BPPKAD 75,58 Baik
4 DPM PTSP 81,27 Sangat Baik
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 34
5 Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 78,82 Baik
6 Dinas Perhubungan 76,38 Baik
7 Dinas Kearsipan dan Perpustakaan 76,99 Baik
8 Kecamatan Jebres 80,93 Baik
9 Kecamatan Laweyan 82,40 Baik
10 Kecamatan Banjarsari
11 Kecamatan Serengan 83,00 Baik
12 Kecamatan Pasarkliwon 87,00 Baik
13 Puskesmas Pajang 98,44 Sangat Baik
14 Puskesmas Penumping 80,00 Baik
15 Puskesmas Purwosari 77,25 Baik
16 Puskesmas Jayengan 92,90 Sangat Baik
17 Puskesmas Kratonan 80,50 Baik
18 Puskesmas Gajahan 78,00 Baik
19 Puskesmas Sangkrah 75,50 Baik
20 Puskesmas Purwodiningratan 82,25 Baik
21 Puskesmas Ngoresan 93,00 Sangat Baik
22 Puskesmas Sibela 75,56 Baik
23 Puskesmas Pucangsawit 83,85 Baik
24 Puskesmas Nusukan 75,05 Baik
25 Puskesmas Manahan 98,30 Sangat Baik
26 Puskesmas Gilingan 78,42 Baik
27 Puskesmas Banyuanyar 84,74 Baik
28 Puskesmas Setabelan 83,67 Baik
29 Puskesmas Gambirsari 76,24 Baik
J U M L A H 2210,87
RATA – RATA 76,24 Baik
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 35
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasar hasil Survei Kepuasan Masyarakat (SKM) yang telah dilakukan
pada pelayanan publik di Lingkungan Pemerintah Kota Surakarta dapat ditarik
simpulan sebagai berikut:
1. Dilihat secara individual per aspek maupun secara keseluruhan terhadap
pentingnya pelayanan publik yang dilakukan oleh Pemerintah Kota
Surakarta, sebagian besar masyarakat menyatakan pentingnya (penting
dan sangat penting) pelayanan yang dilakukan oleh Publik Kota Surakarta.
Untuk pengukuran tingkat kinerja/kepuasan, mayoritas responden
menilai puas dan sangat puas terhadap pelayanan publik pada
Pemerintah Kota Surakarta.
2. Berdasar perhitungan skor SKM, diperoleh skor SKM sebesar 76,24. Nilai
tersebut berada pada rentang skala 70,01-85,00 sehingga dapat
dikatakan bahwa secara keseluruhan masyarakat/pengguna jasa merasa
“Puas” atau menilai “Baik” (skor SKM kategori “B”) terhadap kinerja
pelayanan publik yang diberikan oleh Pemerintah Kota Surakarta.
B. Rekomendasi
Bertitik totak dari hasil analisis yang telah dilakukan, maka selanjutnya
dapat dirumuskan beberapa rekomendasi sebagai berikut:
1. Pemerintah Kota Surakarta perlu terus mempertahankan dan
meningkatkan kinerja pelayanan yang sudah dilakukan selama ini. Hal ini
dilakukan untuk mengantisipasi perubahan harapan dan kepuasan
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 36
masyarakat di waktu yang akan datang. Atribut SKM yang perlu tetap
dipertahankan adalah yang dipandang penting oleh masyarakat dan
kinerja/kepuasan pada aspek-aspek tersebut saat ini dinilai tinggi oleh
masyarakat. Aspek tersebut meliputi: kesopanan dan keramahan petugas
pelayanan, kerapian dan kebersihan peralatan pelayanan, kemutakhiran
peralatan pelayanan, ketersediaan peralatan pelayanan dalam jumlah
yang memadai, kelengkapan peralatan pelayanan, sistem antrian,
keadilan untuk mendapatkan pelayanan (pelaksanaan pelayanan dengan
tidak membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani), serta
kenyamanan tempat pelayanan.
2. Atribut SKM yang perlu menjadi prioritas utama peningkatan kualitas
layanan adalah yang dipandang penting oleh masyarakat, namun kinerja
pada aspek-aspek tersebut saat ini masih relatif rendah dan belum dapat
memenuhi harapan masyarakat, yaitu: kemudahan prosedur pelayanan,
kesesuaian antara hasil pelayanan yang diberikan dan diterima dengan
standar pelayanan, serta kemampuan (pengetahuan, keahlian,
ketrampilan, dan pengalaman) petugas dalam memberikan pelayanan.
3. Salah satu orientasi mutu pelayanan adalah merupakan kesesuaian antara
ekspektasi konsumen dengan yang secara riil dirasakan. Oleh karena itu
dalam upaya untuk meningkatkan skor SKM, maka perlu diperhatikan
beberapa harapan masyarakat yang cukup logis untuk direalisasikan.
Dalam konteks ini sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu
faktor yang secara signifikan memainkan peran dalam upaya peningkatan
mutu pelayanan yang tercermin dari skor SKM. Untuk itu upaya
peningkatan mutu pelayanan perlu disertai dengan upaya sistematis,
terencana dan kontinyu untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia (SDM), misalnya melalui pelatihan, workshop, bimbingan teknis,
dan sejenisnya sehingga dapat menjadi SDM yang berwawasan dan
memiliki budaya mutu. Selain itu perlu juga dilakukan peningkatan
kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana penunjang pelayanan seperti
peralatan yang memadai dalam hal spesifikasi teknis, jumlah maupun
kualitasnya, tempat pelayanan beserta fasilitas pendukung (tempat
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 37
parkir, toilet, ruang tunggu) yang nyaman dan bersih, tersedianya media
informasi/ komunikasi kepada masyarakat yang informatif, sarana
prasarana penyampaian pengaduan (kotak saran, layanan SMS,
telepon/call center, email untuk pengaduan), serta didukung oleh
perbaikan sistem dan prosedur operasional yang lebih baik.
4. Hasil Survei Kepuasan Masyarakat pada Tahun Anggaran 2017 ini, perlu
ditindaklanjuti dengan langkah riil berupa penyusunan dan implementasi
program peningkatan kualitas pelayanan publik yang dilakukan oleh
Pemerintah Kota Surakarta kepada masyarakat, dengan bertitik tolak
pada hasil analisis yang telah dilakukan. Sesuai siklus perencanaan dan
penganggaran, maka program-program peningkatan kualitas pelayanan
tersebut perlu dilakukan untuk Tahun Anggaran 2018, dan untuk
selanjutnya pada Tahun Anggaran 2019 kembali dilakukan SKM untuk
mengevaluasi pencapaian pelaksanaan program-program tersebut. SKM
selanjutnya perlu lebih menggali masalah ketepatan waktu dan
ketidaktepatan waktu pelayanan publik berikut alasannya. Melalui upaya
yang kontinyu, terencana dan sistematis tersebut, diharapkan kualitas
pelayanan publik yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta
terhadap masyarakat dapat semakin meningkat pada masa mendatang
menuju terwujudnya pelayanan publik yang prima.
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 38
LAPORAN HASIL PELAKSANAAN SURVEY / INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (SKM / IKM) PEMERINTAH KOTA SURAKARTA
No
Perangkat Daerah
dan/atau UPT
Jumlah Responden/
Sampling
Ruang Lingkup Survey Metode Survey Unsur SKM Nilai
SKM Predikat Saran / Rekomendasi Perbaikan
1 2 4 5 6 7 8 9 101 SETDA 150 Seluruh pelayanan
yang diselenggarakan oleh Sekretariat
Daerah
Metode angket yang diisi oleh
stakeholder Sekretariat
Daerah
Persyaratan ProsedurWaktu pelayananBiaya/tarifProduk spesifikasi jenis pelayananKompotensi pelaksanaPerilaku pelaksanaMaklumat pelayananPenanganan pengaduaan saran dan masukan
77,42 Baik 1. Respon SKPD terkait dalam hal koordinasi terhadap kegiatan yang dilaksanakan tidak tepat waktu;
2. Sarana prasarana pendukung terkadang terjadi trouble ;
3. Terbatasnya jumlah SDM pelaksana untuk mencapai target waktu SOP.
2 BKPPD 85 Layanan di bidang Kepegawaian
Metode angket yang diisi oleh
pengelola kepegawaian
Kesesuaian persyaratanKemudahan ProsedurKesesuaian biaya pelayananHasil pelayananKemampuan/kompetensi petugasKesopanan dan keramahan petugasKejelasan maklumat pelayananPenanganan pengaduan, saran dan masukan pelayanan
78,34 Baik 1. Unsur pelayanan yang masih perlu ditingkatkan adalah kemudahan prosedur pelayanan. Hal ini disebabkan belum adanya petunjuk mengenai alur pelayanan
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 39
No
Perangkat Daerah
dan/atau UPT
Jumlah Responden/
Sampling
Ruang Lingkup Survey Metode Survey Unsur SKM Nilai
SKM Predikat Saran / Rekomendasi Perbaikan
1 2 4 5 6 7 8 9 102. Tindak lanjut yang
akan dilaksanakan adalah membuat papan/banner tentang alur pelayanan pada tahun 2017, disesuaikan dengan anggaran yang ada.
4 BPPKAD 200 Seluruh aspek pelayanan IMB
Questioner 1.
3. Dinas Kependudukan dan Capil
160 Seluruh pelayanan publik yang
diselenggarakan oleh Dispendukcapil
Questioner, observasi,
wawancara dan study
kepustakaan
Persyaratan PelayananProsedur PelayananWaktu PelayananProduk Spesifikasi PelayananKompetensi PelaksaanaPerilaku PelaksanaMaklumat PelayananPenanganan Pengaduan, Saran dan Masukan
78,82 Baik 2. Penanganan pengaduaan, saran dan masukan masih rendah
3. Empathy masih rendah
4. Pengembangan dengan digital
5. Fasilitas untuk kenyamanan pelayanan perlu ditingkatkan
6. Training Komunikasi dan perilaku yang profesional dalam
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 40
No
Perangkat Daerah
dan/atau UPT
Jumlah Responden/
Sampling
Ruang Lingkup Survey Metode Survey Unsur SKM Nilai
SKM Predikat Saran / Rekomendasi Perbaikan
1 2 4 5 6 7 8 9 10pelayanan
4 Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
200 Seluruh Pelayanan Perizinan yang
didelegasikan ke DPMPTSP Kota
Surakarta (56 Jenis Izin)
Quesioner (Random Sampling)
Persyaratan, ProsedurWaktu Pelayanan Biaya/Tarif Produk Spesifikasi Jenis PelayananKompetensi PelaksanaPerilaku PelaksanaMaklumat Layanan dan Penanganan PengaduanSaran dan Masukan
81,27 Sangat Baik
1. Maklumat Layanan mempunyai nilai rata-rata paling kecil (2,72 atau 68) dibanding dengan variabel Unsur SKM lainnya, hal ini dikarenakan Maklumat Layanan masih belum diketahui oleh Pengguna Layanan Perizinan Tindakan Perbaikan : publikasi Maklumat Laayanan dengan menggunakann Media Banner dan Wall TV
5 Dinas Kearsipan
dan Perpustakaa
n
150 orang pemustaka
Pelayanan Perpustakaan
Questioner Kesesuaian persyaratanKemudahan prosedur pelayananKetetapan pelaksanaanKesesuaian biaya pelayananHasil pelayananKemampuan/ kompetensi petugasKesopanan dan keramahan petugasKejelasan maklumat pelayananPenanganan pengaduan, sarana dan
76,99 Baik 1. Unsur pelayanan yang masih perlu ditingkatkan adalah penanganan pengaduan, sarana dan masukan pelayanan dan hal di sebabkan karena belum di tetapkan
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 41
No
Perangkat Daerah
dan/atau UPT
Jumlah Responden/
Sampling
Ruang Lingkup Survey Metode Survey Unsur SKM Nilai
SKM Predikat Saran / Rekomendasi Perbaikan
1 2 4 5 6 7 8 9 10masukan pelayanan mekanisme
penanganan pengaduan
2. Menetapkan SOP Pengaduan Keluhan Pelanggan, memasang mekanisme penanganan pengaduan dan menambah sarana pengaduan
6 Dinas Perhubungan
30 Orang Pelayanan Uji Kendaraan
Quesioner Prosedur pelayananPersyaratan pelayananKejelasan petugas pelayananKedisiplinan petugas pelayananTanggung jawab petugas pelayananKemampuan petugas pelayananKecepatan pelayananKeadilan mendapatkan pelayananKesopanan dan keramahan petugasKewaajaran biaya pelayananKepastian biaya pelayananKepastian jadwal pelayananKenyamanan lingkunganKenyamanan pelayanan
3,033,033,033,07
3,10
3,17
3,03,07
3,23
3,103,03
Baik
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 42
No
Perangkat Daerah
dan/atau UPT
Jumlah Responden/
Sampling
Ruang Lingkup Survey Metode Survey Unsur SKM Nilai
SKM Predikat Saran / Rekomendasi Perbaikan
1 2 4 5 6 7 8 9 103,073,073,03
7 Kecamatan Serengan
75 Warga masyarakat Lingkungan Kecamatan Serengan
Quesioner KenyamananProsedur mutuEtika pelayanBiayaaWaktu layananHasil kerja
83,00 Baik Peningkatan layanan yang lebih baik
8 Kecamatan Laweyan
100 orang 1. Pelayanan Umum/Legalisasi
2. Pelayanan SKCK3. Pelayanan NTCR4. Pelayanan
IMB/HO
Random sampling
PersyaratanProsedurWaktu pelayananBiaya/tarifProduk spesifikasi jenis pelayananKompetensi pelasksanaPerilaku pelaksana Maklumat pelayananPenanganan pengaduan, saran dan masukan
82,4 Baik Penambahan petugas/personil di front
pelayaanan sesuai dengan kompetensinya
9 Kecamatan Jebres
50 Seluruh pelayanan publik
Quesioner Etika dan sikap dalam memberikan pelayananKeteraturaan penataan alur proses layananTanggung jawab staf dalam pemberian layananKelancaran dalam proses pelayananPenanganan dalam
80,93 Baik Mohon ditingkatkan lagi kinerjanya lebih meningkat
lagi, informasikaan masyarakat bawah kurang
tersampai
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 43
No
Perangkat Daerah
dan/atau UPT
Jumlah Responden/
Sampling
Ruang Lingkup Survey Metode Survey Unsur SKM Nilai
SKM Predikat Saran / Rekomendasi Perbaikan
1 2 4 5 6 7 8 9 10keluhan/complain/ketidaksesuaiann prosesKecepatan dalam memberikan pelayananKecukupan informasi/prosedur dan persyaratanPenjelasan ketidaksesuaian/belum terpenuhinya standar pelayananKejelasan prosedur terkait layananKetetapan waktu pelayanan sesuai standarKetrampilan pelaksanaa/staf pelayananKetersediaan formulir atau barang yang dibutuhkanKebersihan ruangan kerja/ruang pelayananPenataan atau tata ruang kerja dan atau pelayananKetersediaan peralatan/sarana yang sesuai kebutuhanKerapian atau keterawataan berkass/saaraana dalam ruangan
10 Kecamatan Pasar Kliwon
70 1. Pelayanan KK
2. Pelayanan KTP
3. Pindah masuk
Quesioner Persyaaratan ProsedurWaktu pelayananBiaya/tarifProduk spesifikasi jenis pelayananKompotensi pelaksana
87,00 Baik
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 44
No
Perangkat Daerah
dan/atau UPT
Jumlah Responden/
Sampling
Ruang Lingkup Survey Metode Survey Unsur SKM Nilai
SKM Predikat Saran / Rekomendasi Perbaikan
1 2 4 5 6 7 8 9 104. Pindah
keluar5. KIA6. Legalisasi
umum7. Nikah –
cerai8. Subsidi
listrik9. perijinan
Perilaku pelaksanaMaklumat pelayananPenanganan pengaduaan saran dan masukan
11 Dinas Pendidikan
12 Bagian Administrasi Pembanguna
n13 Dinas
Pengendalian Penduduk
dan Keluarga Berencana
14 Dinas Perdagangan
15 BPPKAD16 Dinas
Kesehatan17 Dinas Tenaga
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 45
No
Perangkat Daerah
dan/atau UPT
Jumlah Responden/
Sampling
Ruang Lingkup Survey Metode Survey Unsur SKM Nilai
SKM Predikat Saran / Rekomendasi Perbaikan
1 2 4 5 6 7 8 9 10Kerja Dan
Perindustrian18 Inspektorat
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 46
Laporan SKM Kota Surakarta Tahun 2017 47