revisi industri
-
Upload
fitriana-dewi -
Category
Documents
-
view
502 -
download
2
Transcript of revisi industri
PERAN EFTA DALAM MEMPERLUAS PASAR
PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Fitriana D Sumaryana (2007110011)
Abstrak
Perdagangan bebas merupakan fenomena dari globalisasi ekonomi, antar Negara bebas melakukan perjanjian perdagangan internasional untuk mencari keuntungan dan juga meningkatkan ekspor mereka. EFTA merupakan salah satu contoh dari fenomena globalisasi perdagangan bebas.
Tujuan didirikanya EFTA adalah untuk untuk mendorong perdagangan bebas sebagai sarana untuk mencapai pertumbuhan dan kemakmuran di antara negara-negara anggotanya. Negara-negara yang menjalin hubungan bilateral dengan EFTA mendapat berbagai macam keuntungan seperti meningkatnya access to market, dapat memperlancar arus perdagangan barang dan jasa, serta pergerakan modal dan tenaga kerja.
1. Pendahuluan
Masyarakat internasional sudah sejak lama mengenal perdagangan antarnegara.
Kebiasaan-kebiasaan ini kemudian melahirkan apa yang dikenal dengan Lex Mercatoria (Law
of Merchant). Perdagangan yang dilakukan negara-negara pada saat itu masih bersifat
sederhana dan lebih banyak berlangsung secara bilateral ataupun regional yang didasarkan
kedekatan geografis. Namun, seiring perkembangan teknologi dan informasi hubungan
perdagangan antarnegara menjadi kompleks. Dunia semakin mengecil dan tanpa batas.
Semakin menipisnya batas-batas kegiatan ekonomi secara nasional maupun regional
disebabkan oleh banyak hal, diantaranya menurut Halwani (2002) adalah komunikasi dan
transportasi yang semakin canggih dan murah, lalu lintas devisa yang semakin bebas,
ekonomi negara yang semakin terbuka, penggunaan secara penuh keunggulan komparatif dan
keunggulan kompetitif tiap-tiap negara, metode produksi dan perakitan dengan organisasi
1
manajemen yang semakin efisien, dan semakin pesatnya perkembangan perusahaan
multinasional di hampir seantero dunia. Selain itu, penyebab-penyebab lainnya adalah
semakin banyaknya industri yang bersifat footloose akibat kemajuan teknologi (yang
mengurangi pemakaian sumber daya alam), semakin tingginya pendapatan dunia rata-rata per
kapita, semakin majunya tingkat pendidikan mayarakat dunia, ilmu pengetahuan dan
teknologi di semua bidang, dan semakin banyaknya jumlah penduduk dunia.
Sejarah dari perdagangan bebas internasional adalah sejarah perdagangan
internasional memfokuskan dalam pengembangan dari pasar terbuka. Diketahui bahwa
bermacam kebudayaan yang makmur sepanjang sejarah yang bertransaksi dalam
perdagangan. Berdasarkan hal ini, secara teoritis rasionalisasi sebagai kebijakan dari
perdagangan bebas akan menjadi menguntungkan ke negara berkembang sepanjang waktu.
Teori ini berkembang dalam rasa moderennya dari kebudayaan komersil di Inggris, dan lebih
luas lagi Eropa, sepanjang lima abad yang lalu.
Perdagangan bebas merupakan fenomena dari globalisasi ekonomi, antar negara bebas
melakukan perjanjian perdagangan internasional untuk mencari keuntungan dan juga
meningkatkan ekspor mereka. Pada prinsipnya perdagangan bebas atau free trade adalah
suatu bentuk penjabaran ekonomi suatu negara yang mekanisme kebijakan perekonomiannya
diserahkan kepada kebijakan pasar dengan meminimalkan seminim mungkin peran negara
bahkan diharapkan sama sekali tidak ada intervensi/campur tangan dari negara. Prinsip ini
berpijak pada teori ekonomi Adam Smith, seorang filosof dalam bukunya “ The Wealth of
Nations (1776)” yang mengharamkan campur tangan pemerintah dalam mekanisme pasar
karena pasar akan mampu menggenahi dirinya sendiri. Tangan-tangan tak terlihat akan
menciptakan keseimbangan penawaran dan permintaan dalam pasar komoditas maupun pasar
surat-surat berharga (pasar uang dan pasar modal). Selain itu, perdagangan bebas secara tidak
langsung juga telah menghilangkan batas-batas territorial suatu bangsa atau dengan prinsip
yang dikenal “borderless nation” (bangsa tak berbatas). Banyaknya para pengamat ekonom
yang menyimpulkan bahwa pada dasarnya Free Trade Agreement (FTA) hanyalah ditujukan
dalam rangka memperluas pasar dan agenda-agenda neoliberal semata, dimana dalam rangka
mempermudah misinya, semua negara yang terlibat dalam perjanjian tersebutpun harus
secara perlahan-lahan menghapuskan semua bentuk hambatan atas kelancaran perdagangan
dengan pemberian insentif dan kemudaan bea masuk dengan pajak 0% serta kemudahan di
bidang pertanahan dan keimigrasian yang diberikan dalam rangka menarik investasi dan
2
perdagangan asing untuk masuk ke kawasan tersebut. EFTA merupakan salah satu contoh
dari fenomena globalisasi perdagangan, apakah dengan dibentuknya EFTA dapat memperluas
pasar perdagangan internasional dan meningkatkan perekonomian negara-negara anggotanya
dan negara-negara yang melakukan kerjasama internasional dengan EFTA? Hal tersebut yang
akan kita bahas dalam paper ini.
2.1 EFTA
EFTA ( European Free Trade Association) adalah Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa
yang didirikan pada tanggal 3 Mei 1960, EFTA sebagai sebuah blok dagang-alternatif untuk
negara Eropa yang tidak mampu, atau memilih tidak untuk berabung dengan Komunitas
Ekonomi Eropa (EEC) sekarang Uni Eropa (EU). Tujuan didirikanya EFTA adalah untuk
untuk mendorong perdagangan bebas sebagai sarana untuk mencapai pertumbuhan dan
kemakmuran di antara negara-negara anggotanya.
EFTA ditandatangani pada tanggal 4 Januari 1960 di Stockholm oleh tujuh negara
yaitu United Kingdom, Denmark, Norway, Sweden, Austria, Switzerland and Portugal.
Finland bergabung menjadi anggota pada tahun 1961 dan disusul oleh iceland pada tahun
1970. United Kingdom, Denmark bergabung dengan European Community pada 1973 dan
dengan demikian berhenti menjadi anggota EFTA. Portugal juga meninggalkan EFTA dan
bergabung dengan European Community pada 1986 . Liechtenstein bergabung pada tahun
1991 (sebelumnya ketertarikan Liechtenstein pada EFTA telah diwakili oleh Swiss).
Akhirnya, Austria, Swedia dan Finlandia bergabung dengan Uni Eropa pada tahun 1995 dan
karenanya tidak lagi menjadi anggota EFTA. Saat ini hanya Islandia, Norwegia, Swiss, dan
Liechtenstein yang masih menjadi anggota EFTA (karena Norwegia dan Swiss adalah
anggota pendiri). Sekretariat EFTA bermarkas di Jenewa, Swiss, EFTA Surveillance
Authority memiliki kantor pusat di Brussel, Belgia (lokasi sama dengan kantor pusat Komisi
Eropa), sementara Mahkamah EFTA memiliki kantor pusat di Luksemburg (lokasi sama
dengan kantor pusat Mahkamah Eropa Kehakiman).
3
2.2 Negara-Negara Anggota EFTA
2.2.1 Swiss
Secara geografis wilayah Swiss hanya meliputi 0,028% dari total luas daratan dunia,
namun Swiss diakui sebagai salah satu pusat keuangan yang terbaik di dunia. Keberhasilan
Swiss ini didorong oleh letaknya yang strategis di tengah-tengah Eropa, stabilitas politiknya,
nilai tukar mata uangnya yang tinggi, tingkat inflasinya yang rendah, ketatnya Undang-
undang perlindungan kerahasiaan perbankannya, dan pusat jasa keuangannya yang teratur
dan maju. Hal tersebut membuat Swiss menjadi tempat yang aman bagi investor. Spesialisasi
tenaga kerjanya tinggi, maka industri dan perdagangan adalah kunci untuk kehidupan
ekonomi Swiss. Minoritas kecil pekerja di negara ini terlibat pada sektor primer atau sektor
pertanian sedangkan minoritas yang lebih besar terlibat pada sektor sekunder atau sektor
manufaktur. Mayoritas penduduk bekerja di sektor tersier atau sektor jasa.
Swiss yang tidak memiliki sumber daya alam kecuali air, sangat menggantungkan
perekonomiannya pada perdagangan luar negeri. Untuk itu, salah satu pilar kebijakan politik
luar negeri Swiss adalah untuk mendukung perekonomian negara, yang diwujudkan dalam
bentuk peningkatan daya saing (competitiveness) melalui strategi access to market, domestic
competition, dan promotion of developing countries. Dengan kondisi sebagai negara yang
sangat menggantungkan perekonomian dari perdagangan luar negeri, pasar Swiss sangat
terbuka bagi komoditi-komoditi ekspor dari negara-negara lain. Meskipun menerapkan
standar kualitas barang yang cukup tinggi dan sangat ketat di bidang kesehatan (sanitary),
beberapa kebijakan perekonomian Swiss cukup menarik dan kondusif bagi kegiatan ekspor
negara lain. Kebijakan tersebut meliputi penerapan pajak yang rendah untuk produk-produk
industri bantuan pengembangan industri jasa di bidang logistik dan jasa perbankan dan di
sektor pertanian, mengurangi hambatan tarif serta peningkatan access to market. Industri
utama Swiss terdiri dari mesin, bahan kimia, jam tangan, tekstil, dan instrumen presisi, dan
komoditi ekspor Swiss adalah mesin, bahan kimia, jam tangan, logam dan produk pertanian
dengan mitra ekspor Jerman, Amerika Serikat, Itali, Prancis, Inggris, Spanyol, dan Belanda.
4
Sedangkan komoditi impor nya adalah mesin, bahan kimia, kendaraan, logam, produk
pertanian, tekstil dengan mitra impor Jerman, Itali, Perancis, Amerika, Belanda, Austria dan
Inggris. Swiss dikenal dengan keunggulan daya saingnya/competitiveness (laporan WEF,
Davos, tahun 2007 dan The World Competititveness Yearbook, IMD Business School
Lausanne tahun 2008).
Sumber: GTI, Global Trade Atlas (last update: September 2009)
5
2.2.2 Liechtenstein
Liechtenstein adalah negara berukuran kecil dengan sumber daya alam terbatas,
tetapi Liechtenstein telah berkembang menjadi negara yang makmur dengan industrialisasi
yang tinggi, dan standar hidup setara dengan tetangga daerah perkotaan Eropa yang besar.
Pajak usaha yang rendah dengan tarif pajak maksimum adalah 18% dan mudahnya
incorporation rules telah mendorong sekitar 73.700 holding atau yang disebut kotak surat
perusahaan untuk mendirikan kantor nominal di Liechtenstein. Sejak penandatanganan
Perjanjian Bea Cukai tahun 1916, Liechtenstein dan Swiss telah mewakili satu bidang
ekonomi bersama, Liechtenstein juga menggunakan franc Swiss sebagai mata uang nasional.
Liechtenstein merupakan anggota EFTA yang bergabung dengan Wilayah Ekonomi
Eropa (EEA) pada tahun 1995 dalam rangka memperoleh manfaat dari pasar internal Uni
Eropa. Ekonomi yang liberal dan sistem pajak membuat Liechtenstein menjadi tempat yang
aman, terpercaya, and success-oriented untuk tujuan pribadi dan bisnis, khususnya dengan
sangat modernnya infrastruktur dan koneksi terdekat untuk seluruh dunia. Liechtenstein
telah melalui pembangunan ekonomi dan budaya dalam 40 tahun terakhir, dalam kurun
waktu yang singkat Liechtenstein berkembang dari negara pertanian menjadi salah satu
negara yang paling tinggi industrinya di dunia. Selain industri yang efisien, Liechtentein
didukung juga oleh sektor jasa yang kuat. Empat dari 10 karyawan bekerja di sektor jasa,
proporsi yang relatif tinggi di antaranya adalah warga asing, termasuk mereka yang bolak-
balik melintasi perbatasan dari negara tetangga Swiss dan Austria. Sekitar 5% dari
pendapatan negara diinvestasikan dalam penelitian dan pengembangan, hal tersebut menjadi
salah satu kekuatan penggerak keberhasilan ekonomi Liechtenstein.
Industri utama negara ini terdiri dari elektronik, manufaktur logam, tekstil, keramik,
farmasi, produk makanan, instrumen presisi, dan pariwisata. Komoditi ekspor Liechtenstein
berupa small specialty machinery, produk untuk gigi, perangko, hardware, tembikar. Mitra
ekspor utama Liechtenstein adalah Uni Eropa (Jerman, Austria,Prancis, Itali, Inggris),
Amerika Serikat, Swiss.
Komoditi impornya berupa produk pertanian (gandum, barley, jagung, kentang, ternak,
produk susu), bahan baku, mesin, barang logam, tekstil, makanan, kendaraan bermotor.
Mitra impornya adalah negara-negara Uni Eropa dan Swiss.
6
2.2.3 Norwegia
Norwegia merupakan negara industri yang banyak mengalami perkembangan dengan
model ekonomi terbuka dan berorientasi pada kegiatan ekspor. Terdaftar sebagai salah satu
negara terkaya di dunia, Norwegia juga menduduki peringkat tinggi dalam hal standar hidup,
usia rata-rata, standar kesehatan secara umum dan standar perumahan. Kekayaan materi
sebagian disebabkan karena kekayaan sumber daya alam termasuk eksplorasi dan produksi
minyak bumi, pembangkit listrik tenaga air, perikanan, dan sektor publiknya yang merupakan
salah satu terbesar di dunia sebagai persentase dari produk domestik bruto secara
keseluruhan, juga sebagian lagi dikarenakan keikutsertaan Norwegia dalam industri Eropa
Barat, serta kedekatan dengan pasar utama. Komoditi ekspor Norwegia terdiri dari minyak
dan produk minyak bumi, mesin dan peralatan, logam, bahan kimia, kapal, ikan. mesin dan
peralatan, bahan kimia, logam, bahan makanan.
Gambar di bawah ini menunjukan ekspor dan impor Norwegia tahun 1865-1999
7
Sumber: GTI, Global Trade Atlas (last update: September 2009)
Mitra utama ekspor Norwegia adalah Inggris, Jerman, Belanda, Prancis, Swedia,dan
Amerika Serikat. Komoditi impor Norwegia antara lain bahan tambang, bahan bakar
mineral, mesin, elektronik, plastik, dan furniture. Mitra impor utama adalah negara Swedia,
Jerman, Denmark, Cina , Inggris,Amerika Serikat, dan Belanda.
Kebijakan ekonomi Norwegia dirancang untuk menstabilkan dan menanggulangi
pengangguran dan inflasi, menstimulasi pertumbuhan serta mempengaruhi struktur industri
dan penyebaran pendapatan. Area dengan industri kecil dikenakan pajak yang lebih ringan
8
dibanding area lainnya, dan institusi pemberi kredit didirikan untuk memberikan dukungan
kepada sektor industri daerah serta pertanian, perikanan dan industri tertentu lainnya.
Munculnya Norwegia sebagai negara pengekspor minyak telah mengangkat sejumlah isu
untuk kebijakan ekonomi Norwegia. Ada kekhawatiran bahwa sebagian besar investasi
human capital Norwegia telah terkonsentrasi dalam industri perminyakan yang terkait.
Struktur ekonomi Norwegia sangat tergantung pada sumber daya alam yang tidak
membutuhkan tenaga kerja terampil, membuat pertumbuhan ekonomi sangat rentan terhadap
fluktuasi permintaan dan harga.
Norwegia telah menerapkan ukuran restrukturisasi untuk mencapai pertumbuhan
ekonomi. Hubungan perdagangan yang luas dengan negara lain telah memberikan industri
Norwegia landasan untuk mengembangkan sistem ekonomi yang lebih maju. Jumlah
investasi yang besar untuk produksi peralatan, memperbaiki standar pendidikan serta
keahlian teknis dan organisasional di industri serta administrasi publik turut serta membantu
pertumbuhan ekonomi negara. Abad ke-20 mewakili periode pertumbuhan ekonomi yang
sangat cepat di Norwegia. Sejak tahun 1970, industri minyak lepas pantai telah memainkan
peranan dominan dalam perekonomian Norwegia. Hanya sebesar 21% tanah Norwegia yang
produktif (3% tanah pertanian dan 18% hutan produktif).
Gambar grafik di bawah ini menunjukan Produksi minyak Norwegia Tahun 1971-2003
9
2.2.4 Islandia
Islandia menganut sistem ekonomi campuran dengan tingginya tingkat perdagangan
bebas dan intervensi pemerintah. Namun, konsumsi pemerintah Norwegia lebih rendah dari
di negara-negara Nordik lainnya. Pada 1990-an, Islandia memulai reformasi pasar bebas yang
luas, yang awalnya menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang kuat. Sebagai hasilnya,
Islandia dinilai memiliki tingkat kebebasan ekonomi tertinggi di dunia serta kebebasan sipil.
Pada tahun 2007, Islandia mendapatkan skor tertinggi di dunia dalam hal Indeks
Pembangunan Manusia dan salah satu yang paling egaliter (sederajat).
Komoditi utama Islandia yang sebagian besar di ekspor adalah produk laut . Komoditi
ekspor penting lainnya yaitu termasuk aluminium, paduan ferro-silicon, mesin dan peralatan
elektronik untuk industri perikanan, perangkat lunak, dan barang-barang wol. Sebagian besar
ekspor Islandia ke Uni Eropa (UE) dan Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa (EFTA) negara,
Amerika Serikat, dan Jepang. Impor utama adalah mesin dan peralatan, produk minyak bumi,
bahan makanan dan tekstil. Mitra ekspor Islandia adalah zona Eropa, Inggris, Amerika
Serikat, Denmark, Jepang. Mitra impor utama adalah negara Jerman, Islandia, Amerika
Serikat, Norwegia, dan Denmark. Kebanyakan beberapa produk impor produk pertanian
dikenakan tarif tinggi, seperti daging mentah, sangat dibatasi untuk alasan sanitasi nabati.
10
2.3 Perdagangan EFTA
EFTA telah melakukan perjanjian perdagangan bebas dengan sejumlah negara lain
yaitu negara non-UE juga deklarasi kerjasama dan kelompok kerja bersama untuk
memperbarui perdagangan. Saat ini, negara EFTA telah melakukan hubungan dagang dengan
20 negara dan teritori, selain 27 negara anggota Uni Eropa. Negara-negara yang melakukan
perjanjian perdagangan bebas dengan EFTA yaitu Kanada, Chili, Kolombia, Kroasia, Mesir,
Israel, Yordania, Korea Selatan, Lebanon, Republik Makedonia, Meksiko, Maroko, Otoritas
Nasional Palestina, Singapura, Southern African Customs Union (Botswana, Lesotho,
Namibia, Swaziland, Afrika Selatan, Tunisia, dan Turki. Negara-negara yang menjadi
kelompok kerja sama EFTA adalah India dan Indonesia.
2.3.1 EFTA-UNI EROPA
Uni Eropa adalah sebuah organisasi antar pemerintah dan supranuasional yang terdiri
dari negara-negara Eropa yang sejak 1 Januari 2007 telah memiliki 27 negara anggota.
Persatuan ini didirikan atas nama tersebut di bawah Perjanjian Uni Eropa (yang lebih dikenal
dengan perjanjian Maastricht) pada 1992.
Hubungan perdagangan antara negara-negara Eropa terus berkembang dan
diperkirakan telah mencapai peningkatan dua kali lipat berkat dihilangkannya berbagai
hambatan perdagangan yang ada selama ini. Lebih dari separuh peningkatan perdagangan
tersebut merupakan perdagangan intra-industri. Pembentukan Uni Eropa tersebut juga
meningkatkan perdagangan antara negara-negara anggota dengan pihak luar non-anggota.
Adapun peningkatan perdagangan eksternal Uni Eropa tersebut dikarenakan:
Tumbuhnya perekonimoian Uni Eropa secara keseluruhan secara drastic sehingga
meningkatkan permintaannya terhadap impor atas berbagai produk industry dari
negara-negara luar bukan anggota.
Turunnya tingkat tarif untuk berbagai produk industri impor di berbagai negara
berkat tercapainya kesepakatan penting seri perundingan multilateral dalam
kerangka GAAT. Akan tetapi di sisi lain, pembentukan Uni Eropa ternyata juga
mengakibatkan diversi perdagangan khususnya dalam komoditi pertanian, terutama
11
produk-produk musiman seperti biji-bijian yang biasa diimpor dari Amerika
Serikat.
Timbulnya defleksi perdagangan (trade deflection) akibat dipertahankannya kebijakan
nasional masing-masing negara anggota EFTA yang berkenaan dengan hambatan
perdagangan terhadap negara luar yang bukan anggota. Pada tahun 1973 Inggris dan
Denmark melepaskan keanggotaanya dalam EFTA, dan selanjutnya bersama Irlandia kedua
negara itu bergabung kedalam Uni Eropa. Tindakan yang sama dilakukan juga oleh portugal
pada tahun 1986, sementara itu Islandi justru bergabung kedalam EFTA pada tahun 1970,
dan Finlandia mengubah statusnya dari negara Asosiasi menjadi anggota penuh pada tahun
1982, disusul oleh Lichtestein yang merupakan wilayah pabean Swiss pada tahun 1991. Jadi
jumlah anggota EFTA tetap tujuh negara dan kini bermarkas di Jenewa. Perkembangan
penting terjadi pada 1 Januari 1994, ketika EFTA bergabung di Uni Eropa untuk membentuk
kawasan Kawasan Ekonomi Eropa (EEA/European Economic Area) yakni suatu persekutuan
pabean yang lebih besar lagi, yang diharapkan akan dapat memperlancar arus perdagangan
barang dan jasa serta pergerakan modal dan tenaga kerja diantara 17 negara anggota Uni
Eropa dan EFTA (Swiss yang sejak semula menentang fakta pembentukan EEA pada bulan
Desember 1992 menyatakan diri tidak akan bergabung, sedangkan Linchtenstein mengikuti
jejak swiss karena ia tidak mungkin bergabung jika Swiss tidak bersedia). Dengan
terbentuknya EEA, maka terciptalah sebuah perekonomian gabungan yang lebih besar lagi
dari Eropa. Potensi pasarnya pun lebih besar, karena wilayah EEA dihuni oleh 370 juta
manusia. Austria, Finlandia, Norwegia, dan Swedia bahkan diperkirakan akan melepaskan
keanggotannya dalam EFTA dan bergabung sebagai anggota penuh Uni Eropa pada tahun
1995.
Perjanjian EEA memberikan seperangkat peraturan untuk hubungan perdagangan dan
ekonomi. Dalam area yang diperhitungkan dalam Perjanjian EEA, kalangan bisnis dan warga
negara Norwegia berhak mendapatkan perlakuan yang sama dengan pelaku bisnis dan warga
negara negara bagian Uni Eropa di seluruh wilayah EEA.
2.3.2 EFTA-INDONESIA
Kerjasasama EFTA dan Indonesia berawal dari hubungan bilateral yang terjalin lebih
dulu antar Swiss yang merupakan negara anggota pendiri EFTA dengan Indonesia.
12
Hubungan bilateral Swiss dan Indonesia telah terjalin selama 56 tahun, kedua negara
senantiasa menjunjung tinggi kerjasama yang saling menghormati dan saling
menguntungkan. Banyak kepentingan Indonesia di organisasi dan forum internasional yang
senantiasa didukung oleh Swiss dan demikian juga sebaliknya . Swiss memandang bahwa
kawasan Asia merupakan kawasan dengan ekonomi yang dinamis dan memiliki pasar yang
besar. Beberapa negara di Asia termasuk Indonesia akan berkembang menjadi pemain baru
dengan kekuatan ekonomi yang besar.
Hubungan ekonomi dan perdagangan Indonesia-Swiss dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan, ekspor Indonesia ke Swiss terus meningkat sejak tahun 2004. Untuk tahun
2007, ekspor Indonesia ke Swiss adalah sebesar ChF 170,4 juta sementara impor Indonesia
dari Swiss adalah sebesar ChF 388,7 juta. Sementara itu di bidang investasi, berdasarkan data
dari BKPM, total realisasi penanaman modal Swiss di Indonesia untuk periode 1 Januari
1990 – 31 Desember 2007 adalah US$ 650 juta dengan jumlah proyek sebanyak 110 buah.
Dengan nilai dan jumlah proyek tersebut, Swiss menduduki peringkat ke lima sebagai
penanam modal asing di Indonesia, di antara negara-negara Eropa setelah Inggris, Belanda,
Jerman dan Perancis.
Disamping melalui jalur bilateral, strategi memperluas access to market, juga
diupayakan oleh pemerintah Swiss melalui European Free Trade Association-EFTA (Swiss,
Liecthenstein, Norway, dan Iceland). Swiss telah menandatangani perjanjian kerjasama
EFTA tersebut dengan beberapa negara, dan pada akhirnya EFTA melakukan kesepakatan
tersebut dengan Indonesia. Pada kesempatan hubungan kerjasama EFTA – Indonesia ini,
EFTA membukan peluang kerjasama dibidang perdagangan baik untuk produk industri,
pertanian dan perikanan.
Pemerintah akan menggenjot volume perdagangan ke negara-negara anggota Asosiasi
Negara Perdagangan Bebas Eropa (EFTA). Upaya ini untuk mengimbangi neraca
perdagangan Indonesia-EFTA yang hingga kini masih defisit. Nilai ekspor Indonesia ke
empat negara EFTA masih lebih rendah dibanding nilai imporbta. Sebagai catatan, nilai
ekspor Indonesia ke EFTA pada 2004 sebesar US$ 235,8 juta, sedangkan impornya sebesar
US$ 275,1 juta. Tahun 2005, defisit perdagangan membesar dengan meningkatnya impor
Indonesia dari EFTA menjadi US$ 316,9 juta, sedangkan nilai ekspornya hanya US$ 256,6
juta. Pada 2006, ekspor Indonesia ke EFTA turun menjadi US$ 245,6 juta, sedangkan impor
naik menjadi US$ 341,7 juta. Dan selama 2007, ekspor Indonesia ke EFTA meningkat
13
menjadi US$ 273,4 juta sementara impornya juga naik menjadi US$ 455,2 juta. Untuk
produk pertanian yang sangat diminati adalah produk rempah-rempah, kopi dan teh.
Berdasarkan data tahun 2007, bahwa ekspor Indonesia ke negara EFTA sebesar US$ 273,4
Juta sedangkan nilai Impor negara EFTA ke Indonesia sebesar US$ 455,2 Juta.
14
Dalam hal ini berdasarkan data statistik yang ada maka diambil suatu kesimpulan
bahwa masih lebih besar impor negara EFTA ke Indonesia daripada Ekspor Indonesia ke
negara EFTA. Pihak EFTA sendiri menginginkan adanya trade balance antara EFTA dan
Indonesia.
2.4 Teori dalam Perdagangan Internasional
Teori Heckscher-Ohlin (H-O) menjelaskan beberapa pola perdagangan dengan baik,
negara-negara cenderung untuk mengekspor barang-barang yang menggunakan faktor
produksi yang relatif melimpah secara intensif. Menurut Heckscher-Ohlin, suatu negara akan
melakukan perdagangan dengan negara lain disebabkan negara tersebut memiliki keunggulan
komparatif yaitu keunggulan dalam teknologi dan keunggulan faktor produksi.
Teori keunggulan komparatif (comparative advantage theory) dikemukakan oleh David
Ricardo. Teori ini mencoba melihat keuntungan atau kerugian dalam perbandingan relatif.
Teori ini berlandaskan pada asumsi:
1. Labor Theory of Value, yaitu bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh jumlah
tenaga kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan barang tersebut, dimana nilai
15
barang yang ditukar seimbang dengan jumlah tenaga kerja yang dipergunakan untuk
memproduksinya.
2. Perdagangna internasional dilihat sebagai pertukaran barang dengan barang.
3. Tidak diperhitungkannya biaya dari pengangkutan dan lain-lain dalam hal
pemasaran.
4. Produksi dijalankan dengan biaya tetap, hal ini berarti skala produksi tidak
berpengaruh.
5. Faktor produksi sama sekali tidak berjalan antar negara. Oleh karena itu, suatu
negara akan melakukan spesialisasi dalam produksi barang-barang dan
mengekspornya bilamana negara tersebut mempunyai keuntungan dan akan
mengimpor barang-barang yang dibutuhkan jika mempunyai kerugian dalam
memproduksi.
Paham klasik dapat menerangkan comparative advantage yang diperoleh dari
perdagangan luar negeri timbul sebagai akibat dari perbedaan harga relatif ataupun tenaga
kerja dari barang-barang tersebut yang diperdagangkan.
Kesimpulan
Dengan adanya perdagangan internasional memicu negara-negara di dunia untuk
melakukan perjanjian perdangan internasioanl seperti perjanjian perdagangan bebas seperti
EFTA, AFTA, NAFTA, maupun kerjasama bilateral dengan asosiasi perjanjian internasional
seperi EFTA-Indonesia, NAFTA-Korea Selatan. Dalam perdagangan bebas hambatan buatan
(hambatan yang diterapkan pemerintah) dalam perdagangan antar individual-individual dan
perusahaan-perusahaan ditiadakan hingga nol persen. Kerjasama internasional antara EFTA
dengan sejumlah negara lainnya memberikan dampak positif bagi perdagangan dan
pertumbuhan ekonomi kedua pihak meskipun pertumbuhan ekonomi tidak hanya dilihat dari
tingkat ekspor-impor suatu negara tetapi tingkat ekspor-impor negara-negara yang melakukan
kerja sama internasional di bidang ekonomi khususnya perdagangan bebas mengalami
peningkatan tiap tahunnya yang berkontribusi pada PDB masing-masing negara. Kerjasama
tersebut juga dapat memperluas pasar dengan meningkatnya access to market, dapat
16
memperlancar arus perdagangan barang dan jasa, serta pergerakan modal dan tenaga kerja.
Keuntungan lainnya yaitu mendapat perlakuan khusus pelaku bisnis bagi negara-negara yang
memiliki hubungan bilateral dengan EFTA.
Daftar Pustaka
Chambovey, D. (2006). THE EUROPEAN FREE TRADE ASSOCIATION. Bogota: EFTA.
Commission of the European Communities . (1980). The European Community and The EFTA
Countries. European information external relation (hal. 1-21). Geneva: EFTA.
EFTA.Int. (2009). EFTA STATES' TRADE WITH THE WORLD BY SELECTED COMMODITIES.
Geneva: Global Trade Atlas.
EFTA.Int. (2009, September).
http://www.efta.int/free-trade/~/media/Documents/Free%20Trade/Trade%20Statistics/
european-union-commodities.ashx. Dipetik April 5, 2010, dari EFTA International:
www.efta.int
Purba, F. H. (2008, Maret 8). Sub Menu Informasi Pasar Internasional. Dipetik April 4, 2010, dari
Departemen Pertanian Web Site: http://pphp.deptan.go.id/index.php?
mod=detail_informasi&sub=5&fuse=700
Tambunan, T. (2005). Implikasi dari Globalisasi/Perdagangan Bebas Dunia terhadap Ekonomi
Nasional. Bahan diskusi dalam Seminar Penataan Ruang dan Pengembangan Wilayah (hal. 1-
3). Jakarta: KADIN Indonesia.
Wikipedia . (2010). Economy of Switzerland. Dipetik April 16, 2010, dari Wikipedia.org:
http://en.wikipedia.org/wiki/Economy_of_Switzerland
Wikipedia. (2010). Economy of Iceland. Dipetik April 16, 2010, dari Wikipedia.org:
http://en.wikipedia.org/wiki/Economy_of_Iceland
Wikipedia. (2010). Economy of Liechtenstein. Dipetik April 16, 2010, dari wikipedia.org:
http://en.wikipedia.org/wiki/Economy_of_Liechtenstein
Wikipedia. (2010). Economy of Norway. Dipetik April 16, 2010, dari Wikipedia.org:
http://en.wikipedia.org/wiki/Economy_of_Norway
17