revisi industri

26
PERAN EFTA DALAM MEMPERLUAS PASAR PERDAGANGAN INTERNASIONAL Fitriana D Sumaryana (2007110011) Abstrak Perdagangan bebas merupakan fenomena dari globalisasi ekonomi, antar Negara bebas melakukan perjanjian perdagangan internasional untuk mencari keuntungan dan juga meningkatkan ekspor mereka. EFTA merupakan salah satu contoh dari fenomena globalisasi perdagangan bebas. Tujuan didirikanya EFTA adalah untuk untuk mendorong perdagangan bebas sebagai sarana untuk mencapai pertumbuhan dan kemakmuran di antara negara-negara anggotanya. Negara-negara yang menjalin hubungan bilateral dengan EFTA mendapat berbagai macam keuntungan seperti meningkatnya access to market, dapat memperlancar arus perdagangan barang dan jasa, serta pergerakan modal dan tenaga kerja. 1. Pendahuluan Masyarakat internasional sudah sejak lama mengenal perdagangan antarnegara. Kebiasaan-kebiasaan ini kemudian melahirkan apa yang dikenal dengan Lex Mercatoria (Law of Merchant). Perdagangan yang dilakukan negara-negara pada saat itu masih bersifat sederhana dan lebih banyak berlangsung 1

Transcript of revisi industri

Page 1: revisi industri

PERAN EFTA DALAM MEMPERLUAS PASAR

PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Fitriana D Sumaryana (2007110011)

Abstrak

Perdagangan bebas merupakan fenomena dari globalisasi ekonomi, antar Negara bebas melakukan perjanjian perdagangan internasional untuk mencari keuntungan dan juga meningkatkan ekspor mereka. EFTA merupakan salah satu contoh dari fenomena globalisasi perdagangan bebas.

Tujuan didirikanya EFTA adalah untuk untuk mendorong perdagangan bebas sebagai sarana untuk mencapai pertumbuhan dan kemakmuran di antara negara-negara anggotanya. Negara-negara yang menjalin hubungan bilateral dengan EFTA mendapat berbagai macam keuntungan seperti meningkatnya access to market, dapat memperlancar arus perdagangan barang dan jasa, serta pergerakan modal dan tenaga kerja.

1. Pendahuluan

Masyarakat internasional sudah sejak lama mengenal perdagangan antarnegara.

Kebiasaan-kebiasaan ini kemudian melahirkan apa yang dikenal dengan Lex Mercatoria (Law

of Merchant). Perdagangan yang dilakukan negara-negara pada saat itu masih bersifat

sederhana dan lebih banyak berlangsung secara bilateral ataupun regional yang didasarkan

kedekatan geografis. Namun, seiring perkembangan teknologi dan informasi hubungan

perdagangan antarnegara menjadi kompleks. Dunia semakin mengecil dan tanpa batas.

Semakin menipisnya batas-batas kegiatan ekonomi secara nasional maupun regional

disebabkan oleh banyak hal, diantaranya menurut Halwani (2002) adalah komunikasi dan

transportasi yang semakin canggih dan murah, lalu lintas devisa yang semakin bebas,

ekonomi negara yang semakin terbuka, penggunaan secara penuh keunggulan komparatif dan

keunggulan kompetitif tiap-tiap negara, metode produksi dan perakitan dengan organisasi

1

Page 2: revisi industri

manajemen yang semakin efisien, dan semakin pesatnya perkembangan perusahaan

multinasional di hampir seantero dunia. Selain itu, penyebab-penyebab lainnya adalah

semakin banyaknya industri yang bersifat footloose akibat kemajuan teknologi (yang

mengurangi pemakaian sumber daya alam), semakin tingginya pendapatan dunia rata-rata per

kapita, semakin majunya tingkat pendidikan mayarakat dunia, ilmu pengetahuan dan

teknologi di semua bidang, dan semakin banyaknya jumlah penduduk dunia.

Sejarah dari perdagangan bebas internasional adalah sejarah perdagangan

internasional memfokuskan dalam pengembangan dari pasar terbuka. Diketahui bahwa

bermacam kebudayaan yang makmur sepanjang sejarah yang bertransaksi dalam

perdagangan. Berdasarkan hal ini, secara teoritis rasionalisasi sebagai kebijakan dari

perdagangan bebas akan menjadi menguntungkan ke negara berkembang sepanjang waktu.

Teori ini berkembang dalam rasa moderennya dari kebudayaan komersil di Inggris, dan lebih

luas lagi Eropa, sepanjang lima abad yang lalu.

Perdagangan bebas merupakan fenomena dari globalisasi ekonomi, antar negara bebas

melakukan perjanjian perdagangan internasional untuk mencari keuntungan dan juga

meningkatkan ekspor mereka. Pada prinsipnya perdagangan bebas atau free trade adalah

suatu bentuk penjabaran ekonomi suatu negara yang mekanisme kebijakan perekonomiannya

diserahkan kepada kebijakan pasar dengan meminimalkan seminim mungkin peran negara

bahkan diharapkan sama sekali tidak ada intervensi/campur tangan dari negara. Prinsip ini

berpijak pada teori ekonomi Adam Smith, seorang filosof dalam bukunya “ The Wealth of

Nations (1776)” yang mengharamkan campur tangan pemerintah dalam mekanisme pasar

karena pasar akan mampu menggenahi dirinya sendiri. Tangan-tangan tak terlihat akan

menciptakan keseimbangan penawaran dan permintaan dalam pasar komoditas maupun pasar

surat-surat berharga (pasar uang dan pasar modal). Selain itu, perdagangan bebas secara tidak

langsung juga telah menghilangkan batas-batas territorial suatu bangsa atau dengan prinsip

yang dikenal  “borderless nation” (bangsa tak berbatas). Banyaknya para pengamat ekonom

yang menyimpulkan bahwa pada dasarnya Free Trade Agreement (FTA) hanyalah ditujukan

dalam rangka memperluas pasar dan agenda-agenda neoliberal semata, dimana dalam rangka

mempermudah misinya, semua negara yang terlibat dalam perjanjian tersebutpun harus

secara perlahan-lahan menghapuskan semua bentuk hambatan atas kelancaran perdagangan

dengan pemberian insentif dan kemudaan bea masuk dengan pajak 0% serta kemudahan di

bidang pertanahan dan keimigrasian yang diberikan dalam rangka menarik investasi dan

2

Page 3: revisi industri

perdagangan asing untuk masuk ke kawasan tersebut.  EFTA merupakan salah satu contoh

dari fenomena globalisasi perdagangan, apakah dengan dibentuknya EFTA dapat memperluas

pasar perdagangan internasional dan meningkatkan perekonomian negara-negara anggotanya

dan negara-negara yang melakukan kerjasama internasional dengan EFTA? Hal tersebut yang

akan kita bahas dalam paper ini.

2.1 EFTA

EFTA ( European Free Trade Association) adalah Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa

yang didirikan pada tanggal 3 Mei 1960, EFTA sebagai sebuah blok dagang-alternatif untuk

negara Eropa yang tidak mampu, atau memilih tidak untuk berabung dengan Komunitas

Ekonomi Eropa (EEC) sekarang Uni Eropa (EU). Tujuan didirikanya EFTA adalah untuk

untuk mendorong perdagangan bebas sebagai sarana untuk mencapai pertumbuhan dan

kemakmuran di antara negara-negara anggotanya.

EFTA ditandatangani pada tanggal 4 Januari 1960 di Stockholm oleh tujuh negara

yaitu United Kingdom, Denmark, Norway, Sweden, Austria, Switzerland and Portugal.

Finland bergabung menjadi anggota pada tahun 1961 dan disusul oleh iceland pada tahun

1970. United Kingdom, Denmark bergabung dengan European Community pada 1973 dan

dengan demikian berhenti menjadi anggota EFTA. Portugal juga meninggalkan EFTA dan

bergabung dengan European Community pada 1986 . Liechtenstein bergabung pada tahun

1991 (sebelumnya ketertarikan Liechtenstein pada EFTA telah diwakili oleh Swiss).

Akhirnya, Austria, Swedia dan Finlandia bergabung dengan Uni Eropa pada tahun 1995 dan

karenanya tidak lagi menjadi anggota EFTA. Saat ini hanya Islandia, Norwegia, Swiss, dan

Liechtenstein yang masih menjadi anggota EFTA (karena Norwegia dan Swiss adalah

anggota pendiri). Sekretariat EFTA bermarkas di Jenewa, Swiss, EFTA Surveillance

Authority memiliki kantor pusat di Brussel, Belgia (lokasi sama dengan kantor pusat Komisi

Eropa), sementara Mahkamah EFTA memiliki kantor pusat di Luksemburg (lokasi sama

dengan kantor pusat Mahkamah Eropa Kehakiman).

3

Page 4: revisi industri

2.2 Negara-Negara Anggota EFTA

2.2.1 Swiss

Secara geografis wilayah Swiss hanya meliputi 0,028% dari total luas daratan dunia,

namun Swiss diakui sebagai salah satu pusat keuangan yang terbaik di dunia. Keberhasilan

Swiss ini didorong oleh letaknya yang strategis di tengah-tengah Eropa, stabilitas politiknya,

nilai tukar mata uangnya yang tinggi, tingkat inflasinya yang rendah, ketatnya Undang-

undang perlindungan kerahasiaan perbankannya, dan pusat jasa keuangannya yang teratur

dan maju. Hal tersebut membuat Swiss menjadi tempat yang aman bagi investor. Spesialisasi

tenaga kerjanya tinggi, maka industri dan perdagangan adalah kunci untuk kehidupan

ekonomi Swiss. Minoritas kecil pekerja di negara ini terlibat pada sektor primer atau sektor

pertanian sedangkan minoritas yang lebih besar terlibat pada sektor sekunder atau sektor

manufaktur. Mayoritas penduduk bekerja di sektor tersier atau sektor jasa.

Swiss yang tidak memiliki sumber daya alam kecuali air, sangat menggantungkan

perekonomiannya pada perdagangan luar negeri. Untuk itu, salah satu pilar kebijakan politik

luar negeri Swiss adalah untuk mendukung perekonomian negara, yang diwujudkan dalam

bentuk peningkatan daya saing (competitiveness) melalui strategi access to market, domestic

competition, dan promotion of developing countries. Dengan kondisi sebagai negara yang

sangat menggantungkan perekonomian dari perdagangan luar negeri, pasar Swiss sangat

terbuka bagi komoditi-komoditi ekspor dari negara-negara lain. Meskipun menerapkan

standar kualitas barang yang cukup tinggi dan sangat ketat di bidang kesehatan (sanitary),

beberapa kebijakan perekonomian Swiss cukup menarik dan kondusif bagi kegiatan ekspor

negara lain. Kebijakan tersebut meliputi penerapan pajak yang rendah untuk produk-produk

industri bantuan pengembangan industri jasa di bidang logistik dan jasa perbankan dan di

sektor pertanian, mengurangi hambatan tarif serta peningkatan access to market. Industri

utama Swiss terdiri dari mesin, bahan kimia, jam tangan, tekstil, dan instrumen presisi, dan

komoditi ekspor Swiss adalah mesin, bahan kimia, jam tangan, logam dan produk pertanian

dengan mitra ekspor Jerman, Amerika Serikat, Itali, Prancis, Inggris, Spanyol, dan Belanda.

4

Page 5: revisi industri

Sedangkan komoditi impor nya adalah mesin, bahan kimia, kendaraan, logam, produk

pertanian, tekstil dengan mitra impor Jerman, Itali, Perancis, Amerika, Belanda, Austria dan

Inggris. Swiss dikenal dengan keunggulan daya saingnya/competitiveness (laporan WEF,

Davos, tahun 2007 dan The World Competititveness Yearbook, IMD Business School

Lausanne tahun 2008).

Sumber: GTI, Global Trade Atlas (last update: September 2009)

5

Page 6: revisi industri

2.2.2 Liechtenstein

Liechtenstein adalah negara berukuran kecil dengan sumber daya alam terbatas,

tetapi Liechtenstein telah berkembang menjadi negara yang makmur dengan industrialisasi

yang tinggi, dan standar hidup setara dengan tetangga daerah perkotaan Eropa yang besar.

Pajak usaha yang rendah dengan tarif pajak maksimum adalah 18% dan mudahnya

incorporation rules telah mendorong sekitar 73.700 holding atau yang disebut kotak surat

perusahaan untuk mendirikan kantor nominal di Liechtenstein. Sejak penandatanganan

Perjanjian Bea Cukai tahun 1916, Liechtenstein dan Swiss telah mewakili satu bidang

ekonomi bersama, Liechtenstein juga menggunakan franc Swiss sebagai mata uang nasional.

Liechtenstein merupakan anggota EFTA yang bergabung dengan Wilayah Ekonomi

Eropa (EEA) pada tahun 1995 dalam rangka memperoleh manfaat dari pasar internal Uni

Eropa. Ekonomi yang liberal dan sistem pajak membuat Liechtenstein menjadi tempat yang

aman, terpercaya, and success-oriented untuk tujuan pribadi dan bisnis, khususnya dengan

sangat modernnya infrastruktur dan koneksi terdekat untuk seluruh dunia. Liechtenstein

telah melalui pembangunan ekonomi dan budaya dalam 40 tahun terakhir, dalam kurun

waktu yang singkat Liechtenstein berkembang dari negara pertanian menjadi salah satu

negara yang paling tinggi industrinya di dunia. Selain industri yang efisien, Liechtentein

didukung juga oleh sektor jasa yang kuat. Empat dari 10 karyawan bekerja di sektor jasa,

proporsi yang relatif tinggi di antaranya adalah warga asing, termasuk mereka yang bolak-

balik melintasi perbatasan dari negara tetangga Swiss dan Austria. Sekitar 5% dari

pendapatan negara diinvestasikan dalam penelitian dan pengembangan, hal tersebut menjadi

salah satu kekuatan penggerak keberhasilan ekonomi Liechtenstein.

Industri utama negara ini terdiri dari elektronik, manufaktur logam, tekstil, keramik,

farmasi, produk makanan, instrumen presisi, dan pariwisata. Komoditi ekspor Liechtenstein

berupa small specialty machinery, produk untuk gigi, perangko, hardware, tembikar. Mitra

ekspor utama Liechtenstein adalah Uni Eropa (Jerman, Austria,Prancis, Itali, Inggris),

Amerika Serikat, Swiss.

Komoditi impornya berupa produk pertanian (gandum, barley, jagung, kentang, ternak,

produk susu), bahan baku, mesin, barang logam, tekstil, makanan, kendaraan bermotor.

Mitra impornya adalah negara-negara Uni Eropa dan Swiss.

6

Page 7: revisi industri

2.2.3 Norwegia

Norwegia merupakan negara industri yang banyak mengalami perkembangan dengan

model ekonomi terbuka dan berorientasi pada kegiatan ekspor. Terdaftar sebagai salah satu

negara terkaya di dunia, Norwegia juga menduduki peringkat tinggi dalam hal standar hidup,

usia rata-rata, standar kesehatan secara umum dan standar perumahan. Kekayaan materi

sebagian disebabkan karena kekayaan sumber daya alam termasuk eksplorasi dan produksi

minyak bumi, pembangkit listrik tenaga air, perikanan, dan sektor publiknya yang merupakan

salah satu terbesar di dunia sebagai persentase dari produk domestik bruto secara

keseluruhan, juga sebagian lagi dikarenakan keikutsertaan Norwegia dalam industri Eropa

Barat, serta kedekatan dengan pasar utama. Komoditi ekspor Norwegia terdiri dari minyak

dan produk minyak bumi, mesin dan peralatan, logam, bahan kimia, kapal, ikan. mesin dan

peralatan, bahan kimia, logam, bahan makanan.

Gambar di bawah ini menunjukan ekspor dan impor Norwegia tahun 1865-1999

7

Page 8: revisi industri

Sumber: GTI, Global Trade Atlas (last update: September 2009)

Mitra utama ekspor Norwegia adalah Inggris, Jerman, Belanda, Prancis, Swedia,dan

Amerika Serikat. Komoditi impor Norwegia antara lain bahan tambang, bahan bakar

mineral, mesin, elektronik, plastik, dan furniture. Mitra impor utama adalah negara Swedia,

Jerman, Denmark, Cina , Inggris,Amerika Serikat, dan Belanda.

Kebijakan ekonomi Norwegia dirancang untuk menstabilkan dan menanggulangi

pengangguran dan inflasi, menstimulasi pertumbuhan serta mempengaruhi struktur industri

dan penyebaran pendapatan. Area dengan industri kecil dikenakan pajak yang lebih ringan

8

Page 9: revisi industri

dibanding area lainnya, dan institusi pemberi kredit didirikan untuk memberikan dukungan

kepada sektor industri daerah serta pertanian, perikanan dan industri tertentu lainnya.

Munculnya Norwegia sebagai negara pengekspor minyak telah mengangkat sejumlah isu

untuk kebijakan ekonomi Norwegia. Ada kekhawatiran bahwa sebagian besar investasi

human capital Norwegia telah terkonsentrasi dalam industri perminyakan yang terkait.

Struktur ekonomi Norwegia sangat tergantung pada sumber daya alam yang tidak

membutuhkan tenaga kerja terampil, membuat pertumbuhan ekonomi sangat rentan terhadap

fluktuasi permintaan dan harga.

Norwegia telah menerapkan ukuran restrukturisasi untuk mencapai pertumbuhan

ekonomi. Hubungan perdagangan yang luas dengan negara lain telah memberikan industri

Norwegia landasan untuk mengembangkan sistem ekonomi yang lebih maju. Jumlah

investasi yang besar untuk produksi peralatan, memperbaiki standar pendidikan serta

keahlian teknis dan organisasional di industri serta administrasi publik turut serta membantu

pertumbuhan ekonomi negara. Abad ke-20 mewakili periode pertumbuhan ekonomi yang

sangat cepat di Norwegia. Sejak tahun 1970, industri minyak lepas pantai telah memainkan

peranan dominan dalam perekonomian Norwegia. Hanya sebesar 21% tanah Norwegia yang

produktif (3% tanah pertanian dan 18% hutan produktif).

Gambar grafik di bawah ini menunjukan Produksi minyak Norwegia Tahun 1971-2003

9

Page 10: revisi industri

2.2.4 Islandia

Islandia menganut sistem ekonomi campuran dengan tingginya tingkat perdagangan

bebas dan intervensi pemerintah. Namun, konsumsi pemerintah Norwegia lebih rendah dari

di negara-negara Nordik lainnya. Pada 1990-an, Islandia memulai reformasi pasar bebas yang

luas, yang awalnya menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang kuat. Sebagai hasilnya,

Islandia dinilai memiliki tingkat kebebasan ekonomi tertinggi di dunia serta kebebasan sipil.

Pada tahun 2007, Islandia mendapatkan skor tertinggi di dunia dalam hal Indeks

Pembangunan Manusia dan salah satu yang paling egaliter (sederajat).

Komoditi utama Islandia yang sebagian besar di ekspor adalah produk laut . Komoditi

ekspor penting lainnya yaitu termasuk aluminium, paduan ferro-silicon, mesin dan peralatan

elektronik untuk industri perikanan, perangkat lunak, dan barang-barang wol. Sebagian besar

ekspor Islandia ke Uni Eropa (UE) dan Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa (EFTA) negara,

Amerika Serikat, dan Jepang. Impor utama adalah mesin dan peralatan, produk minyak bumi,

bahan makanan dan tekstil. Mitra ekspor Islandia adalah zona Eropa, Inggris, Amerika

Serikat, Denmark, Jepang. Mitra impor utama adalah negara Jerman, Islandia, Amerika

Serikat, Norwegia, dan Denmark. Kebanyakan beberapa produk impor produk pertanian

dikenakan tarif tinggi, seperti daging mentah, sangat dibatasi untuk alasan sanitasi nabati.

10

Page 11: revisi industri

2.3 Perdagangan EFTA

EFTA telah melakukan perjanjian perdagangan bebas dengan sejumlah negara lain

yaitu negara non-UE juga deklarasi kerjasama dan kelompok kerja bersama untuk

memperbarui perdagangan. Saat ini, negara EFTA telah melakukan hubungan dagang dengan

20 negara dan teritori, selain 27 negara anggota Uni Eropa. Negara-negara yang melakukan

perjanjian perdagangan bebas dengan EFTA yaitu Kanada, Chili, Kolombia, Kroasia, Mesir,

Israel, Yordania, Korea Selatan, Lebanon, Republik Makedonia, Meksiko, Maroko, Otoritas

Nasional Palestina, Singapura, Southern African Customs Union (Botswana, Lesotho,

Namibia, Swaziland, Afrika Selatan, Tunisia, dan Turki. Negara-negara yang menjadi

kelompok kerja sama EFTA adalah India dan Indonesia.

2.3.1 EFTA-UNI EROPA

Uni Eropa adalah sebuah organisasi antar pemerintah dan supranuasional yang terdiri

dari negara-negara Eropa yang sejak 1 Januari 2007 telah memiliki 27 negara anggota.

Persatuan ini didirikan atas nama tersebut di bawah Perjanjian Uni Eropa (yang lebih dikenal

dengan perjanjian Maastricht) pada 1992.

Hubungan perdagangan antara negara-negara Eropa terus berkembang dan

diperkirakan telah mencapai peningkatan dua kali lipat berkat dihilangkannya berbagai

hambatan perdagangan yang ada selama ini. Lebih dari separuh peningkatan perdagangan

tersebut merupakan perdagangan intra-industri. Pembentukan Uni Eropa tersebut juga

meningkatkan perdagangan antara negara-negara anggota dengan pihak luar non-anggota.

Adapun peningkatan perdagangan eksternal Uni Eropa tersebut dikarenakan:

Tumbuhnya perekonimoian Uni Eropa secara keseluruhan secara drastic sehingga

meningkatkan permintaannya terhadap impor atas berbagai produk industry dari

negara-negara luar bukan anggota.

Turunnya tingkat tarif untuk berbagai produk industri impor di berbagai negara

berkat tercapainya kesepakatan penting seri perundingan multilateral dalam

kerangka GAAT. Akan tetapi di sisi lain, pembentukan Uni Eropa ternyata juga

mengakibatkan diversi perdagangan khususnya dalam komoditi pertanian, terutama

11

Page 12: revisi industri

produk-produk musiman seperti biji-bijian yang biasa diimpor dari Amerika

Serikat.

Timbulnya defleksi perdagangan (trade deflection) akibat dipertahankannya kebijakan

nasional masing-masing negara anggota EFTA yang berkenaan dengan hambatan

perdagangan terhadap negara luar yang bukan anggota. Pada tahun 1973 Inggris dan

Denmark melepaskan keanggotaanya dalam EFTA, dan selanjutnya bersama Irlandia kedua

negara itu bergabung kedalam Uni Eropa. Tindakan yang sama dilakukan juga oleh portugal

pada tahun 1986, sementara itu Islandi justru bergabung kedalam EFTA pada tahun 1970,

dan Finlandia mengubah statusnya dari negara Asosiasi menjadi anggota penuh pada tahun

1982, disusul oleh Lichtestein yang merupakan wilayah pabean Swiss pada tahun 1991. Jadi

jumlah anggota EFTA tetap tujuh negara dan kini bermarkas di Jenewa. Perkembangan

penting terjadi pada 1 Januari 1994, ketika EFTA bergabung di Uni Eropa untuk membentuk

kawasan Kawasan Ekonomi Eropa (EEA/European Economic Area) yakni suatu persekutuan

pabean yang lebih besar lagi, yang diharapkan akan dapat memperlancar arus perdagangan

barang dan jasa serta pergerakan modal dan tenaga kerja diantara 17 negara anggota Uni

Eropa dan EFTA (Swiss yang sejak semula menentang fakta pembentukan EEA pada bulan

Desember 1992 menyatakan diri tidak akan bergabung, sedangkan Linchtenstein mengikuti

jejak swiss karena ia tidak mungkin bergabung jika Swiss tidak bersedia). Dengan

terbentuknya EEA, maka terciptalah sebuah perekonomian gabungan yang lebih besar lagi

dari Eropa. Potensi pasarnya pun lebih besar, karena wilayah EEA dihuni oleh 370 juta

manusia. Austria, Finlandia, Norwegia, dan Swedia bahkan diperkirakan akan melepaskan

keanggotannya dalam EFTA dan bergabung sebagai anggota penuh Uni Eropa pada tahun

1995.

Perjanjian EEA memberikan seperangkat peraturan untuk hubungan perdagangan dan

ekonomi. Dalam area yang diperhitungkan dalam Perjanjian EEA, kalangan bisnis dan warga

negara Norwegia berhak mendapatkan perlakuan yang sama dengan pelaku bisnis dan warga

negara negara bagian Uni Eropa di seluruh wilayah EEA.

2.3.2 EFTA-INDONESIA

Kerjasasama EFTA dan Indonesia berawal dari hubungan bilateral yang terjalin lebih

dulu antar Swiss yang merupakan negara anggota pendiri EFTA dengan Indonesia.

12

Page 13: revisi industri

Hubungan bilateral Swiss dan Indonesia telah terjalin selama 56 tahun, kedua negara

senantiasa menjunjung tinggi kerjasama yang saling menghormati dan saling

menguntungkan. Banyak kepentingan Indonesia di organisasi dan forum internasional yang

senantiasa didukung oleh Swiss dan demikian juga sebaliknya . Swiss memandang bahwa

kawasan Asia merupakan kawasan dengan ekonomi yang dinamis dan memiliki pasar yang

besar. Beberapa negara di Asia termasuk Indonesia akan berkembang menjadi pemain baru

dengan kekuatan ekonomi yang besar.

Hubungan ekonomi dan perdagangan Indonesia-Swiss dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan, ekspor Indonesia ke Swiss terus meningkat sejak tahun 2004. Untuk tahun

2007, ekspor Indonesia ke Swiss adalah sebesar ChF 170,4 juta sementara impor Indonesia

dari Swiss adalah sebesar ChF 388,7 juta. Sementara itu di bidang investasi, berdasarkan data

dari BKPM, total realisasi penanaman modal Swiss di Indonesia untuk periode 1 Januari

1990 – 31 Desember 2007 adalah US$ 650 juta dengan jumlah proyek sebanyak 110 buah.

Dengan nilai dan jumlah proyek tersebut, Swiss menduduki peringkat ke lima sebagai

penanam modal asing di Indonesia, di antara negara-negara Eropa setelah Inggris, Belanda,

Jerman dan Perancis.

Disamping melalui jalur bilateral, strategi memperluas access to market, juga

diupayakan oleh pemerintah Swiss melalui European Free Trade Association-EFTA (Swiss,

Liecthenstein, Norway, dan Iceland). Swiss telah menandatangani perjanjian kerjasama

EFTA tersebut dengan beberapa negara, dan pada akhirnya EFTA melakukan kesepakatan

tersebut dengan Indonesia. Pada kesempatan hubungan kerjasama EFTA – Indonesia ini,

EFTA membukan peluang kerjasama dibidang perdagangan baik untuk produk industri,

pertanian dan perikanan.

Pemerintah akan menggenjot volume perdagangan ke negara-negara anggota Asosiasi

Negara Perdagangan Bebas Eropa (EFTA). Upaya ini untuk mengimbangi neraca

perdagangan Indonesia-EFTA yang hingga kini masih defisit. Nilai ekspor Indonesia ke

empat negara EFTA masih lebih rendah dibanding nilai imporbta. Sebagai catatan, nilai

ekspor Indonesia ke EFTA pada 2004 sebesar US$ 235,8 juta, sedangkan impornya sebesar

US$ 275,1 juta. Tahun 2005, defisit perdagangan membesar dengan meningkatnya impor

Indonesia dari EFTA menjadi US$ 316,9 juta, sedangkan nilai ekspornya hanya US$ 256,6

juta. Pada 2006, ekspor Indonesia ke EFTA turun menjadi US$ 245,6 juta, sedangkan impor

naik menjadi US$ 341,7 juta. Dan selama 2007, ekspor Indonesia ke EFTA meningkat

13

Page 14: revisi industri

menjadi US$ 273,4 juta sementara impornya juga naik menjadi US$ 455,2 juta. Untuk

produk pertanian yang sangat diminati adalah produk rempah-rempah, kopi dan teh.

Berdasarkan data tahun 2007, bahwa ekspor Indonesia ke negara EFTA sebesar US$ 273,4

Juta sedangkan nilai Impor negara EFTA ke Indonesia sebesar US$ 455,2 Juta.

14

Page 15: revisi industri

Dalam hal ini berdasarkan data statistik yang ada maka diambil suatu kesimpulan

bahwa masih lebih besar impor negara EFTA ke Indonesia daripada Ekspor Indonesia ke

negara EFTA. Pihak EFTA sendiri menginginkan adanya trade balance antara EFTA dan

Indonesia.

2.4 Teori dalam Perdagangan Internasional

Teori Heckscher-Ohlin (H-O) menjelaskan beberapa pola perdagangan dengan baik,

negara-negara cenderung untuk mengekspor barang-barang yang menggunakan faktor

produksi yang relatif melimpah secara intensif. Menurut Heckscher-Ohlin, suatu negara akan

melakukan perdagangan dengan negara lain disebabkan negara tersebut memiliki keunggulan

komparatif yaitu keunggulan dalam teknologi dan keunggulan faktor produksi.

Teori keunggulan komparatif (comparative advantage theory) dikemukakan oleh David

Ricardo. Teori ini mencoba melihat keuntungan atau kerugian dalam perbandingan relatif.

Teori ini berlandaskan pada asumsi:

1. Labor Theory of Value, yaitu bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh jumlah

tenaga kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan barang tersebut, dimana nilai

15

Page 16: revisi industri

barang yang ditukar seimbang dengan jumlah tenaga kerja yang dipergunakan untuk

memproduksinya.

2. Perdagangna internasional dilihat sebagai pertukaran barang dengan barang.

3. Tidak diperhitungkannya biaya dari pengangkutan dan lain-lain dalam hal

pemasaran.

4. Produksi dijalankan dengan biaya tetap, hal ini berarti skala produksi tidak

berpengaruh.

5. Faktor produksi sama sekali tidak berjalan antar negara. Oleh karena itu, suatu

negara akan melakukan spesialisasi dalam produksi barang-barang dan

mengekspornya bilamana negara tersebut mempunyai keuntungan dan akan

mengimpor barang-barang yang dibutuhkan jika mempunyai kerugian dalam

memproduksi.

Paham klasik dapat menerangkan comparative advantage yang diperoleh dari

perdagangan luar negeri timbul sebagai akibat dari perbedaan harga relatif ataupun tenaga

kerja dari barang-barang tersebut yang diperdagangkan.

Kesimpulan

Dengan adanya perdagangan internasional memicu negara-negara di dunia untuk

melakukan perjanjian perdangan internasioanl seperti perjanjian perdagangan bebas seperti

EFTA, AFTA, NAFTA, maupun kerjasama bilateral dengan asosiasi perjanjian internasional

seperi EFTA-Indonesia, NAFTA-Korea Selatan. Dalam perdagangan bebas hambatan buatan

(hambatan yang diterapkan pemerintah) dalam perdagangan antar individual-individual dan

perusahaan-perusahaan ditiadakan hingga nol persen. Kerjasama internasional antara EFTA

dengan sejumlah negara lainnya memberikan dampak positif bagi perdagangan dan

pertumbuhan ekonomi kedua pihak meskipun pertumbuhan ekonomi tidak hanya dilihat dari

tingkat ekspor-impor suatu negara tetapi tingkat ekspor-impor negara-negara yang melakukan

kerja sama internasional di bidang ekonomi khususnya perdagangan bebas mengalami

peningkatan tiap tahunnya yang berkontribusi pada PDB masing-masing negara. Kerjasama

tersebut juga dapat memperluas pasar dengan meningkatnya access to market, dapat

16

Page 17: revisi industri

memperlancar arus perdagangan barang dan jasa, serta pergerakan modal dan tenaga kerja.

Keuntungan lainnya yaitu mendapat perlakuan khusus pelaku bisnis bagi negara-negara yang

memiliki hubungan bilateral dengan EFTA.

Daftar Pustaka

Chambovey, D. (2006). THE EUROPEAN FREE TRADE ASSOCIATION. Bogota: EFTA.

Commission of the European Communities . (1980). The European Community and The EFTA

Countries. European information external relation (hal. 1-21). Geneva: EFTA.

EFTA.Int. (2009). EFTA STATES' TRADE WITH THE WORLD BY SELECTED COMMODITIES.

Geneva: Global Trade Atlas.

EFTA.Int. (2009, September).

http://www.efta.int/free-trade/~/media/Documents/Free%20Trade/Trade%20Statistics/

european-union-commodities.ashx. Dipetik April 5, 2010, dari EFTA International:

www.efta.int

Purba, F. H. (2008, Maret 8). Sub Menu Informasi Pasar Internasional. Dipetik April 4, 2010, dari

Departemen Pertanian Web Site: http://pphp.deptan.go.id/index.php?

mod=detail_informasi&sub=5&fuse=700

Tambunan, T. (2005). Implikasi dari Globalisasi/Perdagangan Bebas Dunia terhadap Ekonomi

Nasional. Bahan diskusi dalam Seminar Penataan Ruang dan Pengembangan Wilayah (hal. 1-

3). Jakarta: KADIN Indonesia.

Wikipedia . (2010). Economy of Switzerland. Dipetik April 16, 2010, dari Wikipedia.org:

http://en.wikipedia.org/wiki/Economy_of_Switzerland

Wikipedia. (2010). Economy of Iceland. Dipetik April 16, 2010, dari Wikipedia.org:

http://en.wikipedia.org/wiki/Economy_of_Iceland

Wikipedia. (2010). Economy of Liechtenstein. Dipetik April 16, 2010, dari wikipedia.org:

http://en.wikipedia.org/wiki/Economy_of_Liechtenstein

Wikipedia. (2010). Economy of Norway. Dipetik April 16, 2010, dari Wikipedia.org:

http://en.wikipedia.org/wiki/Economy_of_Norway

17