Review Ruang Dalam Arsitektur Fix_2
-
Upload
kartika-fitri-annisa -
Category
Documents
-
view
235 -
download
20
Transcript of Review Ruang Dalam Arsitektur Fix_2
Kartika Fitri Annisa.I0211037 Teori Arsitektur
Nama Buku : Ruang dalam Arsitektur
Tahun Terbit : 1995
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Pengarang : Cornelis van de Ven
Jumlah Halaman : 333 halaman
Penulis mengawali pembahasan dalam buku ini dengan analisis tentang
berbagai aspek konsep ini dalam filosofi Timur & Barat. Dalam hal ini terdapat tujuh
pendapat tentang analisis aspek-aspek ruang dalam filsafat ilmu. Penulis
mengungkapkan satu persatu pendapat dari tokoh-tokoh tersebut. Diantaranya
terdapat Lao Tzu sebagai orang pertama yang menyatakan prinsip dari dua elemen
yang bertentangan (dari tiada menjadi ada) karena bagian itu juga menyebakkan
superioritas yang terkandung, yakni ruang di dalamnya. Kemudian Plato, dua ratus
tahun kemudian mengungkapkan kontras yang tajam terhadap metafisika Timur. Dia
mengidentifikasikan dunia wadaqi, termasuk kosmos, sebagai padatan yang teratur
dan kedua elemen yang dapat kita sebut sebagai ruang yaitu udara dan kosmos,
keduanya disertai struktur padat geometris. Manusia mengungkapkan hasratnya untuk
memahami jagad raya yang sulit dipahami dengan bantuan arsitektur geometris yang
terbatas. Setelah itu dua generasi setelah Plato, Aristoteles yang mengungkapkan
bahwa bentuk adalah batas dari objek yang dilingkungi, sedangkan tempat adalah
batas dan pelingkung yang membatasi objek itu. Dengan demikian, tempat dari suatu
objek merupakan batas pertama yang tergerakkan dari pelingkungnya. Kemudian abad
ke-18, Jammer menerangkan keterlibatan Tuhan dengan ruang atau tempat selama
abad-abad pertengahan. Dia menerangkan bagaimana banyak cendekiawan yang
mengidentifikasikan ide ruang dengan Tuhan yang hadir dimana-mana, dan karena
Tuhan adalah cahaya, akibatnya cahaya dan ruang memiliki sifat ilahi, dan masih
banyak tokoh cendekiawan lagi.
Kartika Fitri Annisa.I0211037 Teori Arsitektur
Penulis juga membahas tentang seni dan ilmu pengetahuan tentang aspek-
aspek ide ruang dalam teori-teori arsitektur Perancis dan Inggris sebelum lahirnya
gerakan-gerakan modern sebelum akhir abad ke-19 yang besar pengaruhnya karena
ikut membentuk pemikiran arsitektural dan secara khusus juga membentuk ide ruang.
Dipaparkan Bagaimana teori arsitektur berasal dari Ecole des Beaux Arts di Paris
kemudian diintroduksikan ke dalam seluruh kebudayaan Perancis hingga bagaimana
Ecole des Beaux memberikan bentuk bagi bangunan-bangunan negara yang prestisius
dan monumental maupun ruang-ruang urban di beberapa negara Eropa dan Amerika
Serikat hingga abad ke-20. Kemudian penulis mengkaitkannya dengan ruang dalam
arsitektur. Hingga Boullee yang mempersembahkan desain yang terkenal untuk sebuah
monumen untuk tokoh idolanya Newton. Boullee memvisualkan bola sebai paradoks
klasik antara yang terbatas dengan yang tidak terbatas, antara yang terukur dan yang
tidak terukur dan antara ruang relatif dengan ruang absolut. Boullee memaksudkan
massa arsitekturalnya ini untuk menyampaikan karakter : berat, ringan, agung dan
canggih. Dan kemudian disimpulkannya ke dalam essay : Orang yang mengukur dirinya
sendiri dalam ruang yang ditemukannya dan menurut Boullee ini adalah cara seorang
arsitek untuk mengekpresikan secara artistrik konsep ganda mengenai ruang relatif
dan ruang absolut. Kemudian murid Boullee , Jean Nicholas-Louis Durand melanjutkan
diskusi teoritis yang berlangsung di Akademi Perancis II kemudian menyimpulkan
sendiri tentang sistem arsitekturnya sendiri. Yang pertama, Elemen (dinding, atap,
pondasi, dan sebagainya), yang kedua komposisi (tentang tata letak denah), dan yang
terakhir programming (analisis fungsional). Diantara teoritis yang berpengaruh
terhadap Arsitektur di Eropa, pada abad ke-sembilan belas John Ruskin hadir dengan
paparannya tentang kualitas moral dan persepsional yang patut dicatat meskipun tidak
berhubungan langsung dengan ruang. Ruskin berusaha melacak hubungan ideal antara
keindahan dan bentuk alami. Pendapat Ruskin murni menggunakan pendekatan
indrawi, dengan pendekatan penglihatan. Hal inilah yang membuat teori estetika
arsitektur Ruskin menjadi nara sumber bagi konsep-konsep ruang Jerman berikutnya.
Kartika Fitri Annisa.I0211037 Teori Arsitektur
Jantung buku ini membahas keanekaragaman konsep ruang arsitektur Jerman
dari tahun 1850 sampai dengan tahun 1930, termasuk lahirnya ide-ide materialis &
fungsionaris sekitar tahun 1850. Penulis mengedepankan Hegelian, teori empati baru,
& penemuan-penemuan dalam psikologi profesional utk memijakkan arsitektur
sebagai seni ruang Jerman terhadap asal mula gerakan-gerakan arsitektur sebelum
tahun 1930. Pada awalnya penulis memaparkan tentang teori-teori arsitektur
pertengahan abad kesembilan belas yang menyiratkan terjadinya evolusi dalam
konsep arsitektur dari sebuah seni imitatif (eklektik) menjadi sebuah seni representasi
konseptual. Kemudian, pada tahun 1893, Theodor Lipps menyatakan sebuah
pernyataan spektakuler yang mencengangkan bahwa arsitektur merupakan seni
pembentukan ruang abstrak dan pengalaman ruang. Sebelumnya Lipps
mengemukakan sebuah teori bahwa shape (wujud) dari objek adalah massa-nya,
sedangkan form (bentuk) merupakan apa yang tertinggal setelah mengalihkan
massanya : suatu struktur spatial yang abstrak. Pada akhir tahun 1920, Hildebrand
memisahkan antara actual form (Daseinsform) yang merupakan realitas fisik dengan
perceptual form (Wirkungsform) yang tergantung pada faktor-faktor variabel :
pencahayaan, lingkungan, dan titik pandang si penga,at. Ketiga hal tersebut, cahaya,
skala dan sudut pandang, hanya dapat ada dalam hubungan antara satu dengan
lainnya. Kemudian Schmarsow merupakan orang pertama yang mendefinisikan
Purpose-nya. Secara eksistensial, ruang menggabungkan tiga macam ruang, tactile
(rabaan), mobile (gerakan), dan visual (pandangan) dan dengan demikian menyatukan
semua indera manusia yang berhadapan dengan pengalaman-pengalaman serentak
maupun beruntutan dalam ruang dan waktu. Setelah Schmarsow mengemukakan
keyakinannya bahwa ide ruang merupakan faktor penentu bagi langgam-langgam
historis, penulis menjelaskan tentang bagaimana seluruh generasi ahli sejarah seni
Jerman, termasuk Riegl, Brinckmann, dan Frankl mulai merenungkan kembali masa
yang telah lewat dengan mengambil ide ruang sebagai kriteria umum. Setelah itu,
penulis juga membahas tentang keagungan visi planar, pengubahan bentuk tiga
dimensi menjadi dua dimensi, serta pembahasan tentang kecintaan dan kekuatan
terhadap ruang. Pada bagian selanjutnya, pembaca akan dijelaskan tentang bagaimana
Kartika Fitri Annisa.I0211037 Teori Arsitektur
pendapat Worringer tentang konsekuensi-konsekuensi dari dorongan batinnya yang
berlipat ganda. Yang pertama, reduksi dari semua representasi artistik terhadap
sebuah bidang, dan kedua penekanan representasi-representasi dari ruang. Penulis
menjelaskan bahwa pada hal ini, Worringer sepenuhnya menggunakan konsep
reliefnya Hilldebrand yang berpendapat bahwa menjadi tugas seniman untuk
merampas ‘kubis dari kualitasnya yang mengerikan’. Pemahaman mengenai
pemurnian bidang absolut inilah yang mengantar pelukis abstrak Mondrian kepada visi
artiristiknya. Dalam hal ini teori-teori Worringer sangat penting artinya bagi lahirnya
lukisan abstrak dan penciptaan ruang abstrak. Dan abstraksi merupakan hasil dari
ketakutan spiritual yang sangat besar terhadap ruang. Selanjutnya dibahas tentang
konkavitas dan konveksitas, secara awam, konkavitas berarti memilik rasa ‘terlingkupi’
sedangkan konveksitas berarti ‘terbuka’. Penulis menjadikan konsep Camillo Sitte
dalam merancang tata kota dengan persepsi ruang menjadi bahasan paling menarik
pada bagian ini. Penulis menjelaskan tentang bagaimana Frankl mengisolasi ide-ide
dengan menambahkan dua ide lain : Cahaya (Light) dan Guna (Purpose). Kedua
tatanan ini berasal dari tatanan konseptual yang sama sekali berlainan. Dalam
kenyataan cahaya menyatakan adanya massa dan ruang, sedangkan Guna
menghasilkan massa dan ruang. Penulis juga mendiskripsikan dan menjelaskan tentang
apa itu bentuk spatial, bentuk wadaqi, bentuk visual, dan Intensi ber-Guna. Bagian
terakhir dari bab ini penulis menjelaskan tentang teoritisi-teoritisi arsitektur generasi
ketiga pada sekitar tahun 1920-an. Setelah teori estetika arsitektur Frankl dan Sorgel,
kontribusi Jerman terhadap perkembangan teori arsitektur tampak merosot. Penulis
juga memaparkan tentang teoritisi arsitektur generasi ketiga yang menolak masuknya
ahli sejarah seni ke dalam kurikulum Bauhaus.
Dalam bab terakhir buku ini, penulis mulai menjelaskan tentang ide-ide ruang
dalam gerakan-gerakan modern yang ada di antara tahun 1890-1930. Pada awalnya
penulis menjelaskan tentang Arsitektur sebagai ekspresi yang agung (sublima) dari
daya : vital dalam alam. Tatanan agung tertanam dalam bentuk dan sangkar dan
lingkaran serta ornamen pada dindingnya. Penulis juga menyinggung tentang Arsitek
Kartika Fitri Annisa.I0211037 Teori Arsitektur
van de Velde yang menduduki posisi istimewa di antara para seniman Art Nouveau
yang karya tulisnya secara panjang lebar menunjukkan sikap terutama sebagai seorang
matrealistis-fungsionalis. Kemudian penulis menjelaskan tentang bagaimana para
arsitek praktisi mengambil Ide Ruang setelah lebih dari satu dasawarsa. Selain itu
penulis juga menjelaskan tentang teori-teori dari arsitek yang mengandung eksponen-
eksponen dari kesadaran baru yakni Hendrik Petrus Berlage, August Endell. Dan
Rudolph M. Schindler. Penulis juga membahas tentang prinsip umum dari
pengelompokan suatu keanekaragaman unit dan spatial fungsional menjadi sebuah
kesatuan sintetik. Kemudian penulis juga membahas tentang Arsitektur Ekspresionis.
Pada bagian ini penulis mencoba menjelaskan bagaimana para arsitek mencoba keluar
dari arsitektur tradisional dan semacamnya membuat mengusulkan suatu teori masa
depan atau design masa depan yang lebih berkembang dan sesuai dengan
perkembangan zaman. Selanjutnya penulis menjelaskan tentang Gerakan Ekspresionis
yang kerap diyakini karena berlawanan dengan ide ruang. Kemudian penulis
memaparkan tentang berbagai macam-macam teori-teori dan pernyataan-pernyataan
selama periode Ekspresionis yang memiliki relevansi , dengan satu atau lain cara,
dengan ide ruang menurut gaya Spengler. Dan penulis juga menjelaskan tentang
pendapatnya tentang seorang arsitek Ekspresionis bernama Erich Medelshon yang
dianggap berhasil pada masa itu karena definisinya tentang arsitektur sebagai ekspresi
ruang yang paling konkret. Setelah itu penulis menjelaskan tentang pergantian ruang
empat dimensional menuju ruang tiga dimensional yang menyebabkan lahirnya
Gerakan Kubisme. Aliran ini berusaha memvisualisasikan ide-ide, sementara bahasa
piktorialnya sekaligus realis dan abstrak. Hingga akhirnya lahirnya sekolah De Stijl
Belanda yang didirikan oleh sekelompok seniman dan mendirikan majalah yang sama.
Yang mewariskan kepada kita kekayaan kebijakan etetis. Konsep Suprematisme dan
Konstruktivisme di Rusia menimbulkan argument serius mengenai transisi dari bentuk
dua dimensional menuju ke tiga dimensional. Hal ini dijabarkan dengan lengkap oleh
penulis. Lalu terdapat pembahasan tentang Bauhaus, sekolah seni Bauhaus memiliki
aliran arsitektur yang beragam, namun yang paling menonjol adalah ekspresionisme,
sekolah Bauhaus ini dikenal karena memiliki kontribusi penting bagi seni dan
Kartika Fitri Annisa.I0211037 Teori Arsitektur
pendidikan seni, serta ide ide mereka tentang ruang. Dibagian akhir juga dibahas
tentang perselisihan antara Frank Lloyd Wright (amerika) dan Le Corbusier (perancis)
yang saling melemparkan komentar pedas ke satu sama lain.
Dari ulasan buku diatas, dapat disimpulkan bahwa apa itu ruang atau teori apa
yang melandasinya itu berkembang sesuai berkembangnya zaman. Dan bersifat saling
menyempurnakan. Saat ini, pendapat Lissitzky pada tahun 1925 masih menjadi paham
yang dianut. Ia menyimpulkan “semua aspek yang mungkin dari persepsi ruang dapat
direduksi menjadi empat. Yang pertama, ruang planimetrik atau ruang dua
dimensional. Yang kedua, ruang perspektif satu titik atau ruang tiga dimensional. Yang
ketiga ruang waktu ‘irasional’ atau ruang empat dimensional. Yang keempat yaitu
ruang imajiner seperti yang dihasilkan oleh film bergerak. Dan persepsi kita terhadap
ruang arsitektur ini merupakan sintesis dari keempat fenoma ini dengan satu atau lain
cara.” Untuk mendapatkan kesimpulan atau teori di atas tentu saja terdapat teori
awal, dan kemudian berkembang menjadi banyak sekali teori yang menyempurnakan.
Ini menjadi bukti bahwa ilmu Arsitektur tidak hanya berhenti pada satu teori atau
suatu pemahaman, namun ilmu itu akan berkembang sesuai berkembangnya zaman
dan bersifat saling menyempurnakan. Begitu juga pengertian Ruang dalam Arsitektur
terus berkembang dan akan terus melengkapi.
Buku ini bagus untuk dibaca oleh semua kalangan yang ingin mengenal dunia
arsitektur dengan lebih dalam. Pembahasan materi yang sangat jelas dan lebih konkrit
tentu saja mampu memuaskan kehausan para pembacanya.