Review Jurnal MLM .doc
-
Upload
hafiz-huddin -
Category
Documents
-
view
240 -
download
1
description
Transcript of Review Jurnal MLM .doc
![Page 1: Review Jurnal MLM .doc](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082322/5695d05b1a28ab9b02922448/html5/thumbnails/1.jpg)
Nama: Dhika Dwi AnggaraKelas : PTN 14ANIM : 14080324027
Review Jurnal Perlindungan KonsumenReview Jurnal : Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Melalui Multi Level Marketing (MLM)
Pengarang : Heny Sekartati
Institusi : Universitas Sumatra Utara, Medan
Sumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12174/1/09E02091.pdf
ABSTRAKIstilah Multi Level Marketing (MLM) memang sudah sangat familiar dengan kita. Tetapi kalau
boleh jujur pada awal pemunculannya, MLM sarat dengan kotroversi. Banyak dari mereka
mempertayakan, apakah benar system penjualan ala Multi Level Maketing benar-benar
menguntungkan? Apakah benar tidak mengandung resiko bagi sang konsumen? Dan masih banyak
lagi pertanyaan yang timbul di benak kita.
Beberapa hal tersebutlah yang menjadi pertimbangan diundangkannya Undang-Undang No.
8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang berlaku efektif tanggal 20 April 2000. Undang-
undang Perlindungan Konsumen telah lama dinantikan oleh banyak pihak karena ketentuan Hukum
yang melindungi kepntingan konsumen di Indonesia dinilai belum memadai, karena pembangunan
perekonomian nasional pada era globalisasi harus dapat mendukung tumbuhnya dunia usaha,
sehingga mampu menghasilkan barang dan jasa.
Proses globalisasi ekonomi yang sekarang berlangsung akan memperluas ruang gerak arus
transaksi barang dan jasa melintasi batas wilayah Negara. Keluar masuknya barang dan jasa akan
mempunyai manfaat bagi konsumen. Konsumen mempunyai kebebasan untuk memilih barang dan
jasa yang dibutuhkan, banyak alternative untuk memilih barang dan jasa yang ditawarkan, antara
lain dengan Sistem Penjualan yang Berjenjaang atau Multi Level Marketing (MLM). Namun disisi lain
timbul dampak negative, yaitu konsumen akan menjadi sasaran atau objek aktivitas bisnis para
pelaku usaha untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.
Tetapi sayangnya tidak sedikit masyarakat yang pernah terjebak dalam system penjualan
berkedok MLM, seperti praktek bank gelap, money game, skema piramida, arisan berantai, dan lain
sebagainya yang menjerumuskan dan sangat merugikan masyarakat. Oleh karena itu, perlu upaya
yang sungguh-sungguh dalam melihat dan memanfaatkan era globalisasi ini. Untuk itu perlu
ditingkatkan harkat dan martabat konsumen yang dilakukan melalui peningkatan kesadaran,
![Page 2: Review Jurnal MLM .doc](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082322/5695d05b1a28ab9b02922448/html5/thumbnails/2.jpg)
pengetahuan, kepedulian, kemandirian konsumen, untuk melindungi dirinya dan disisi lain perlu
pula dtumbuhkembangkan sikap pelaku usaha yang bertanggungjawab.
PENDAHULUANSetiap orang, pada suatu waktu, dalam posisi tunggal, sendiri maupun berkelompok bersama
orang lain, dalam keadaan apapun pasti menjadi konsumen untuk suatu produk barang atau jasa
tertentu. Keadaan yang Universal ini pada beberapa sisi menunjukkan adanya beberapa kelemahan
pada konsumen, sehingga konsumen tidak mempunyai kedudukan yang “aman”. Oleh karena itu,
secara mendasar konsumen juga membutuhkan perlindungan hukum yang bersifat universal juga.
Konsumen yang keberadaannya sangat tidak terbatas, dengan strata yang sangat bervariasi
menyebabkan produsen melakukan kegiatan pemasaran dan distribusi produk barang atau jasa
dengan cara-cara seefektif mungkin agar dapat mencapai konsumen yang sangat majemuk tersebut.
Utuk itu semua cara pendekatan diupayakan sehingga mungkin menimbulkan berbagai dampak,
termasuk keadaan yang menjurus pada tindakan yang bersifat negative bahkan tidak terpuji yang
berawal dari itikad buruk. Dampak buruk yang lazim terjadi, antara lain menyangkut kualitas atau
mutu barang, informasi yang tidak jelas bahkan menyesatkan, pemalsuan dan lain sebagainya.
Landasan Teori Dalam satu konsiderans UU No. 8 Tahun 1999, isu hukum perlindungan konsumen
merupakan suatu hal yang ada keterkaitannya dengan era globalisasi. Semakin terbukanya pasar
nasional akibat globalisasi ekonomi harus tetap menjamin peningkatan kesejahteraan masyarakat
serta kepastian mutu, jumlah, dan keamanan barang dan/atau jasa yang diperolehnya di pasar.
Dalam era ekonomi global jarak antara produsen dan konsumen semakin biasa. Terlebih
dalam era digital, produsen dapat menjual produknya ke berbagai Negara melalui electronic
business, distance selling, direct selling, ecommerce, multi level marketing, dan online marketing
tanpa menghadapi kendala perdagangan (trade barries) yang kompleks dari Negara pembeli. Dengan
kemajuan informasi yang begitu cepat, berbagai perangkat yang sudah dituntut untuk secara terus-
menerus menyesuaikan dengan dinamika dan perubahan zaman, termasuk masalah perlindungan
konsumen yang dalam hukum nasional tertuang dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999.
Oleh karena itu, perlindungan konsumen dalam era pasar global menjadi sangat penting,
karena konsumen disamping punya hak-hak yang bersifat universal juga mempunyai hak-hak yang
bersifat sangat spesifik (baik situasi maupun kondisi). Era perdagangan bebas merupakan suatu era
dimana pemasaran merupakan suatu disiplin universal.
![Page 3: Review Jurnal MLM .doc](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082322/5695d05b1a28ab9b02922448/html5/thumbnails/3.jpg)
Metode PenelitianMetode penulisan review jurnal ini menggunakan metode Library Research, yang digunakan
mengacu pada bahan-bahan yang membahas Hukum Perlindungan Konsumen dan Multi Level
Marketing.
PembahasanA. Pengertian Perlindungan Konsumen Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun
1999
Ruang lingkup Perlindungan Konsumen sulit dibatasi hanya dengan menampungnya
dalam satu jenis undang-undng, seperti Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen.
Hukum Perlindungan Konsumen selalu berhubungan dan berinteraksi dengan berbagai
bidang dan cabang hukum lain, karena pada tiap bidang dan cabang hukum senantiasa
terdapa pihak yang berpredikat “konsumen”.
1. Pengertian Kosumen
Dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, istilah “konsumen” sebagai definisi
yuridis formal ditemukan pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen (UUPK). Pasal 1 Angka (2) UUPK menyatakan, konsumen adalah Setiap orang
pemakai barang dan/atau jasa yang teredia dalam masyarakat, baik untuk kepentingan diri
sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
Istilah lain yang agak dekat dengan konsumen adalah Pembeli (koper). Istilah ini dapat
dijumpai dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Pakar masalah ekonomi di Belanda,
Hondius menyimpulkan bahwa para ahli hukum pada umumnya sepakat mengartikan
konsumen sebagai, pemakai produk terakhir dari benda dan/atau jasa. Dengan rumusan itu,
Hondius membedakan antara konsumen bukan pemakai terakhir (konsumen antara) dan
konsumen pemakai terakhir.
2. Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen
Hukum Perlindungan Konsumen merupakan bagian dari Hukum Konsumen yang memuat
asas-asas atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur dan juga mengandung sifat yang
melindungi kepentingan konsumen. Secara Universal, konsumen umumnya berada pada
posisi yang lebih lemah dalam hubungannya dengan pengusaha, baik secara ekonomis,
tingkat pendidikan, maupun kemampuan daya saing/daya tawar.
![Page 4: Review Jurnal MLM .doc](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082322/5695d05b1a28ab9b02922448/html5/thumbnails/4.jpg)
Adapun Hukum Konsumen diartikan sebagai “keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah
hukum yang mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak yang satu dengan yang
lain, berkaitan dengan barang dan/atau jasa konsumen didalam pergaulan hidup.
B. Hak-Hak Serta Kewajiban Konsumen dan Pelaku Usaha
1. Hak-Hak dan Kewajiban Konsumen
Secara umum dikenal ada empat hak dasar, yaitu :
Hak untuk mendapatkan Keamanan (The Right To Safety),
Hak untuk mendapatkan Informasi (The Right to be Informed),
Hak untuk Memilih (The Right to Choose),
Hak untuk Didengar (The Right to be heard).
Dalam perkembangannya, organisasi-organisasi konsumen yang tergabung dalam The
International Organization of Consumers Union (IOCU) menambahkan lagi beberapa hak,
antara lain:
Hak Mendapatkan Pendidikan Konsumen,
Hak Mendapatkan Ganti Rugi,
Hak Mendapatkan Lingkungan Hidup yang Baik dan Sehat.
Di pihak lain, konsumen juga dibebani dengan kewajiban atau tanggung jawab terhadap
phak penjual atau pelaku usaha, dimana kewajiban itu seperti:
Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan
barang dan/atau jasa demi keselamatan,
Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa,
Membayar sesuai dengan nilai yang disepakati,
Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut
2. Hak-hak dan Kewajiban Pelaku Usaha
Hak-hak Pelaku Usaha yang dimuat dalam Pasal 6 Undang-Undang Perlindungan Konsumen
meliputi :
Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai atas kesepakatan mengenai kondisi dan niai
tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan,
Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak
baik,
![Page 5: Review Jurnal MLM .doc](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082322/5695d05b1a28ab9b02922448/html5/thumbnails/5.jpg)
Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya dalam penyelesaian hukum sengketa
konsumen,
Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen
tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan,
Hak yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan lainnya.
Sedangkan Kewajiban Pelaku Usaha terhadap Konsumen, Pemerintah dan Masyarakat yang
dimuat dalam Pasal 7 Undang-Undang Perlindungan Konsumen, yaitu:
Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usaha,
Memberikan informasi yang jelas, benar, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan atas
barang dan/atau jasa serta member penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan,
Memperlakukan atau melayani konsumen dengan benar dan jujur serta tidak diskriminatif,
Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan
berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku,
Memberi kesempatan kepada konsumen untuk mencoba barang dan/atau jasa serta
memberi garansi/jaminan atas barang dan/atau jasa yang diperdagangkan,
Memberi kompensasi, gantirugi, dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang
diterima tidak sesuai dengan perjanjian,
C. Sistem Multi Level Marketing
Bisnis Multi Level Marketing (MLM) adalah bisnis dengan modal seadanya. Bisnis
MLM hanya membutuhkan dana awal yang minimal sangat kecil. Untuk bergabung dengan
usaha MLM pada umumnya modal awal yang harus dikeluarkan berupa Pembelian Formulir
Pendaftaran berikut informasi awal, yang nilainya berkisar antara Rp 35.000,00 sampai
dengan Rp 300.000,00.
System pemasaran MLM yang terus mendapatkan tempat dihati masyarakat ini,
ternyata juga menarik hati perusahaan-perusahaan konvensional untuk berubah menjadi
perusahaan yang memasarkan produknya melalui Sistem Multi Level Marketing. Bahkan,
ada juga perusahaan yang menjalankan metode pemasarannya melalui system Multi Level
Marketing yang berdasarkan prinsip Syariah.
Pengertian Multi Level Marketing
Multi Level Marketing adalah sebuah system pemasaran modern melalu jaringan
distribusi yang dibangun secara permanen dengan memposisikan pelanggan perusahaan
![Page 6: Review Jurnal MLM .doc](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082322/5695d05b1a28ab9b02922448/html5/thumbnails/6.jpg)
sekaligus sebagai tenaga pemasaran. Multi Level Marketing juga disebut sebagai Network
Marketing, Multi Generation Marketing, dan Unit Level Marketing. Keunikan pertama dari
system Multi Level Marketing adalah Ekslusivitas cara pendistribusiannya. Dimana hasil
produksinya bisa dibeli melalui distributor independen tersebut dan tidak dibeli melalui
toko, pasar swalayan, dan department store.
D. Ruang Lingkup Multi Level Marketing
1. Ciri-ciri Multi Level Marketing
MLM merupakan salah satu bentuk Direct Selling atau Direct Marketing yang dibuat untuk
memotong birokrasi maupun hambatan dari saluran distribusi konvensional,
MLM merupakan Personal Selling dengan mengandalkan komunikasi mouth-to-ear-to-
mouth-to-ear yang biasanya mempunyai kredibilitas tinggi,
Produk yang dijual harus eksklusif dan dikembangkan melalui R & D yang kuat,
MLM membentuk network yang merupakan komunikasi tersendiri dengan brand-royalti
serta fanatisme yang tinggi,
Penjual sama dengan pemakai,
MLM sebenarnya lebih menekankan “recruitment business”,
MLM berharap supaya pembeli menjadi life time customers yang ditawari macam-macam
produk,
Penjual memberi “individualized service” pada pembeli,
Penjual berfungsi ganda, yaitu sebagai Distributor dan sebagai Promotor,
Basis “target marketnya” adalah unit-unit keluarga yang entry pointnya kebanyakan adalah
Ibu Rumah Tangga
2. Produk yang Dipasarkan
MLM biasanya diterapkan pada produk-produk yang memiliki kualitas tinggi dan unik,
artinya tidak mudah diperoleh di pasaran. Contoh : Obat-obatan, Perhiasan Khusus,
Peralatan Rumah Tangga, Produk Fashion (pakaian jadi), tas, sepatu, dan lain-lain yang tidak
bisa diperoleh disembarang tempat. Pemasaran produk MLM dipandang lebih efektif,
karena produk yang dipasarkan oleh member (distributor), langsung sampai kepada
konsumen, tanpa harus melewati jalur dstribusi yang panjang.
3. Bersifat Universal
![Page 7: Review Jurnal MLM .doc](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082322/5695d05b1a28ab9b02922448/html5/thumbnails/7.jpg)
Bisnis Multi Level Marketing pada dasarnya bersifat universal. Sebab tidak ada criteria-
kriteria khusus, seperti ijazah, pengalaman kerja, keterampilan khusus dan lain sebagainya.
Siapa saja tidak mengenal status social dapat menggeluti bisnis ini, asalkan telah berusia
17tahun. Dalam dunia MLM, tidak memerlukan investasi atau modal yang besar untuk
memulai usahanya, yang penting mempunyai semangat atau jiwa entrepreneurship tinggi,
konsisten, focus, ulet, dan bekerja terus. Dan yang paling penting dari itu semua tidak takut
gagal dan berani menghadapi resiko.
Resume1. Saat ini Undang-Undang yang berfungsi sebagai “umbrella uct” bagi
konsumen hanyalah Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen dan Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat. Khususnya di bidang Multi Level Marketing, masih
dibutuhkan peraturan hukum yang memberikan perlindungakn terhadap konsumen.
2. Perlindungan hukum kepada konsumen merupakan hal yang semakin penting
disebabkan oleh factor-faktor, antara lain:
Kedudukan konsumen yang relative lemah dibandingkan podusen,
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai motor penggerak produktivitas
dan efisiensi produsen dalam menghasilkan barang dan/atau jasa,
Perubahan konsep pemasaran yang mengarah pada pelanggan dalam konteks lingkungan
eksternal yang lebih luas pada situasi ekonomi global,
Perlindungan hukum terhadap konsumen diarahkan untuk mencapai tujuan:
Menciptakan system perlindungan konsumen yang mengandung unsure keterbukaan akses
dan informasi serta menjamin kepastian hukum,
Melindungi kepentingan konsumen pada khususnya dan seluruh pelaku dunia usaha,
Meningkatkan kualitas barang dan pelayanan jasa,
Memberikan perlindungan kepada konsumen dari pratek usaha yang menipu dan
menyesatkan.