REVIEW JURNAL Ekstrak Tanaman Obat Untuk Mengobati Trichodina
Transcript of REVIEW JURNAL Ekstrak Tanaman Obat Untuk Mengobati Trichodina
TUGAS REVIEW JURNAL
Penggunaan Ekstrak Tanaman Obat Tradisional untuk
Menghilangkan Trichodina sp pada Fingerling Ikan Tilapia
(Oreochromis niloticus)
Di Susun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Parasit dan Penyakti Ikan Pada Semester Ganjil Tahun Ajaran
2009/2010
Oleh :
Panca Dias Purnomo
K2B 007 034
BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2009
REVIEW JURNAL
Penggunaan Ekstrak Tanaman Obat Tradisional untuk
Menghilangkan Trichodina sp pada Fingerling Ikan Tilapia
(Oreochromis niloticus)
Chanagun Chitmanat1, Kitiwan Tongdonmuan2, and Wichan Nunsong3
AbstractChitmanat, C., Tongdonmuan, K. and Nunsong, W.
The use of crude extracts from traditional medicinal plants to eliminateTrichodina sp. in tilapia (Oreochromis niloticus) fingerlings
Songklanakarin J. Sci. Technol., 2005, 27(Suppl. 1) : 359-364
Pengobatan penyakit ektoparasit pada ikan air tawar dengan formalin saat ini terlihat tidak efektif. Perlakuan seperti ini jelas membuang biaya. Selain itu, formalin kemungkinan meninggalkan residu racun pada daging ikan dan lingkungan yang pada ahirnya berbahaya bagi konsumen. Jalan alternatif untuk memecahkan masalah ini adalah dengan menggunakan tanaman obat tradisional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kemungkinan penggunaan bawang putih (Allium sativum) dan almon india (Terminalia catappa) sebagai pilihan obat untuk menghilangkan ektoparasit ikan. Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak kasar baik bawang putih maupun almon india pada konsentrasi 800 mg/l siknifikan (P<0.05) menghilangkan infeksi Trichodina sp pada ikan tilapia (berat rata – rata 3.62±0.06 g). Untuk menguji bahan ini terhadap tingkat toksisitas pada ikan inang, grup – grup yang terdiri dari 20 ikan tilapia (sama ukurannya) direndam dalam 3 konsentrasi masing – masing produk selama 96 jam. Kemudian mortalitas dihitung. Selama 2 jam LC50 ikan tilapia diekspos dalam ekstrak bawang putih adalah 2,259.44 mg/l sementara 16 jam LC50 tilapia diekspos dalam ekstrak almon india adalah 46,665.94 mg/l. Informasi ini sangat penting untuk mengembangkan panduan mengurangi penggunaan obat – obatan kimia dan antibiotik dalam industri budidaya ikan air tawar. Penelitian ini sedang menentukan efek jangka panjang dari almon india dan bawang putih pada tilapia, jika ada.
Kata kunci : Trichodina, parasit, tilapia, tanaman obat, bawang putih, almon india
1M.S. (Fisheries) and M.S. (Medical Microbiology), Department of Fisheries Technology, Faculty of Agricultural Production, Maejo University, Chiang Mai 50290.2B.S. (Fisheries), Fisheries Development Technology Transfer Bureau, Development and Extension Division, Department of Fisheries, Ministry of Agriculture andCooperatives, Bangkok 10900.3B.S. (Fisheries), Charoen Pokphan Group, Muang, Chacheongsao 24000,Thailand.
Ikan tilapia (Oreochromis niloticus) adalah salah satu ikan ekonomis
penting yang dibudidayakan di dunia ini. Tahun 2003, peningkatan ekspor tilapia
hampir mencapai 146 juta baht Thailand. Sayangnya, kasus penyakit akibat
parasit merupakan faktor pembatas yang penting dalam industri budidaya ikan ini.
Khususnya infeksi berat dari Trichodina sp. pada ikan kecil yang dapat
menyebabkan kerugian finansial yang besar. Ikan yang terinfeksi terlihat lemah,
lendir berlebihan, dan nafsu makan hilang dan akhirnya mengakibatkan kematian.
Permasalahan infeksi Trichodina sp berhubungan dengan tingginya bahan organik
di dalam air. Trichodiniasis biasanya efektif dikendalikan dengan formalin,
namun saat ini menunjukan gejala tidak efektif untuk mengendalikan infeksi
parasitik (Madsen et al., 2006b). Pengobatan seperti ini menyebabkan biaya
terbuang percuma dan kemungkinan dapat menimbulkan residu racun yang tidak
diinginkan di dalam daging ikan dan lingkungan (Jung et al., 2001).
Keamanan pangan menjadi perhatian dunia saat ini, sehingga prosedur
budidaya harus dapat menghasilkan produk yang bersih dan sehat. Terdapat
perhatian yang tinggi untuk mencari bahan antiparasit dari tanaman untuk
mengganti obat kimia dan alternatif antibiotik. Dua contoh tanaman tersebut
adalah bawang putih dan almon india. Bawang putih adalah tanaman yang dapat
dimakan manusa yang telah menarik perhatian para peneliti karena kandungan
bahan didalamnya yang dapat digunakan untuk pengobatan. Mokroorganisme
seperti bakteri, fungi, protozoa, dan virus menunjukan tingkat sensitifitas terhadap
ekstrak bawang putih. Ankri dan Mirelman (1999) melaporkan bahwa Allicin,
salah satu bahan aktif dari bawang putih, terbukti dapat menghambat aktifitas
parasit, termasuk beberapa parasit protozoa intestinal seperti Entomoeba
histolytica and Giardia lamblia. Madsen et al. (2006) melaporkan bahwa bawang
putih (Allium sativum) mentah dan cairannya pada konsentrasi 200 mg/l memiliki
kemampuan untuk mengobati trichodiniasis pada ikan sidat. Almon india adalah
tanaman yang menjanjikan untuk menangani penyakit ikan. Tanaman ini bnayk
digunakan sebagai obat di Taiwan (Liu et al. 1996). Burapadaja (1997)
menunjukan bahwa ekstrak ethanol dari daun almon india dapat melawan
Staphylococcus aureus pada konsentrasi 512 µg/ml. Selain itu, ekstrak T. catappa
mempunyai kemampuan melawan Pythium ultimum, Rhizoctonia solani,
Sclerotium rolfsii, dan Aspergillus fumigatus (Goun et al. 2003). Nonaka et al
(1990) melaporkan bahwa punicalin dari daun almon india mampu menghambat
replikasi virus HIV. Namun demikian, belum ada laporan kegunaan almon india
dalam penyembuhan infeksi ektoparasit pada ikan. Penggunaan ekstrak dari
bawang putih maupun almon india merupakan satu metode baru dalam
penyembuhan trichodiniasis.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menentukan tingkat kemujaraban
bawang putih dan almon india sebagai bahan alternatif untuk megendalikan
trichodiniasis pada fingerling tilapia, dan (2) mengevaluasi tingkat toksisitas dari
kedua bahan. Manfaatnya adalah dapat memotong biaya pengobatan dan
menghilangkan residu racun pada produk pangan.
Materi dan Metode
1. Ikan uji
Fingerling tilapia (berat rata – rata 3.62±0.06 g) diambil dari kawasan
budidaya Chiang Mai, Thailand, dipelihara dalam bak ukuran 50x50x100-cm3
dengan kepadatan tinggi selama 20 hari agar terinfeksi trichodiniasis. Pellet
diberikan sekali sehari sampai kenyang. Setelah itu, ikan secara acak dipilih yang
terinfeksi Trichodina sp. sebelum permulaan penelitian. Sampel lendir tubuh ikan
dan dua potong lengkung insang dipotong untuk pengamatan ektoparasit.
Keseluruhan Trichodina sp. dihitung dibawah mikroskop, kemudian dihitung
jumlah totalnya.
2. Uji anti-parasitik
Rancangan acak lengkap digunakan dalam penelitian ini. Tiga puluh
parasit yang menginfeksi tilapia secara acak diintroduksikan kedalam akuarium
yang berisikan 20 L air dalam masing – masing pengulangan. Air diaerasi terus
menerus. Serangkaian dosis ekstrak bawang putih dan almon india digunakan
untuk menentukan konsentrasi terbaik untuk melawan infeksi ektoparasit ini
sebelum penelitian dimulai. Beberapa pre-tes ekstrak bawang putih dan almon
india menunjukan konsentrasi 800 ppm merupakan hasil terbaik dalam perlakuan
terhadap ektoparasit. Oleh karenanya, percobaan dibagi 3 perlakuan dengan 3
pengulangan tiap percobaan. Percobaan dilakukan untuk membandingkan tingkat
efektivitas ekstrak bawang putih dan almon india pada konsentrasi masing –
masing 800 ppm. Akuarium kontrol tidak dilakukan pengobatan. Oksigen terlarut
dan pH air diukur sebelum dan sesudah percobaan. Setelah 2 hari, 5 ekor ikan
tilapia masing – masing kelompok secara acak diperiksa. Lendir di-scraped dari
permukaan kulit ikan dan dua lengkung insang diambil dari ikan uji. Jumlah
Trichodina sp. dari lendir dan insang kemudian dihitung dibawah mikroskop. Ikan
uji secara acak kemudian diperiksa dari infeksi parasit setelah dua dan empat
minggu.
3. Toksisitas bahan alami terhadap tilapia
Toksisitas bawang putih dan almon india diuji pada fingerling tilapia.
Percobaan ini juga menggunakan rancangan acak lengkap. 20 ikan tilapia
diekspos dengan bahan ekstrak pada konsentrasi yang berbeda tanpa pergantian
air selama 96 jam. Kematian dan rekasi abnormal dihitung selama pemaparan.
Kelompok kontrol dibiarkan di air. Nilai LC50 dihitung seperti formula Reed dan
Muench (1983) ;
LC50 = antilog {A + [(B/C)D]}
Dimana A = log konsentrasi dibawah 50% kematian
B = 50 – kematian dibawah 50%
C = kematian diatas 50% - kematian dibawah 50%
D = log konsentrasi diatas 50% - log konsentrasi dibawah 50%
Hasil dan Pembahasan
Baik bawang putih maupun almon india pada konsentrasi 800 ppm dapat
menghilangkan semua Trichodina sp. setelah 2 hari perlakuan (Tabel 1). Bawang
putih dan almon india lebih murah dibandingkan formalin dan, untuk alasan ini,
biaya percobaan dapat dikurangi. Namun demikian, Trichodina sp. menjadi
kembali terlihat setelah 2 minggu. Baik bawang putih dan almon india
mengandung bahan organik yang tinggi, bahan ini dapat menyebabkan
menurunnya kualitas air media. Disarankan untuk mengganti air sehari sebelum
percobaan. Tidak terlihat adanya penurunan kandungan oksigen sebab aerasi
secara terus menerus dihidupkan. Walaupun bahan – bahan tersebut menyebabkan
perubahan pH yang tipis seperti terlihat pada Tabel 2, namun pada kisaran ini
tidak mempengaruhi pertumbuhan ikan.
Ikan menunjukan tigkah laku yang sama saat awalnya diekspos dengan
ekstrak ini. Pernafasan ikan tilapia meningkat dilihat dari cepatnya gerakan
operkulum. Tilapia berenang kesegala arah didalam bak. Ikan yang berhasil
selamat kembali ke tingkah laku normal setelah 12 jam perlakuan. 2 jam LC50
ekstrak bawang putih adalah 2,259.44 mg/l sementara itu, 16 jam LC50 almon
india adalah 46,665.94 mg/l. Hal ini menunjukan adanya suspensi yang menempel
pada insang karena kemungkinan adanya ikan yang mati karena kehilangan
oksigen. Berdasarkan hasil ini, baik bawang putih maupun almon india dapat
dikembangkan sebagai obat ektoparasit yang aman.
Tabel 1. Aktivitas parasitikal bawang putih dan almon india pada infeksi Trichodina sp. ikan tilapia
Perlakuan
Rata – rata jumlah Trichodina sp
2 hari setelah
perlakuan
14 hari setelah
perlakuan
30 hari setelah
perlakuan
Kontrol (air) 49.53±19.53 a 45.90±28.81a 127.33±82.91a
800 ppm.bawang 0b 1.40±1.54 b 1.73±1.58 b
800 ppm. almon 0 b 0.20±0.33 b 0.47±0.55 b
a Overall, 15 specimens were collected from randomly selected tilapia bodies per treatment and two pieces of gill arches per fish were counted under a microscope and then the total number was recorded.b The table shows the mean Trichodina sp. number after exposure to crude extract plants for 2, 14, and 30 days. The data following by the different letters are significantly different (P < 0.05).
Tabel 2. Parameter kualitas air sebelum dan sesudah perlakuan
PerlakuanpH DO (ppm) Suhu (0C)
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Kontrol (air) 7.72±0.04 7.72±0.05 4.28±0.06 4.20±0.07 26.0±0 26.0±0
800ppm.bawang 7.77±0.03 7.65±0.04 4.42±0.09 4.37±0.09 26.0±0 26.0±0
800ppm.almon 7.76±0.07 7.38±0.07 3.72±0.39 4.02±0.37 26.0±0 26.0±0
Semua Trichodina sp. terbunuh 2 hari setelah perlakuan baik 800 ppm
bawang putih maupun almon india (P<0.01). Pada penelitian ini, kita tidak dapat
menggunakan jumlah ekstrak bawang yang sama seperti ditunjukan oleh Madsen
et al. (2000b) untuk membasmi infeksi Trichodina. Penjelasan yang
memungkinkan adalah mungkin karena variasi dari bahan mentah. Ini adalah satu
dari kekurangan penggunaan ekstrak tumbuhan dalam pengobatan. Merujuk pada
bukti ini, bahan aktif untuk percobaan ini perlu diteliti lebih lanjut dan perlu dicari
dosis yang tepat untuk perlakuan sebelum aplikasi komersial dilakukan. Selain itu,
sangat sulit menghilangkan semua infeksi Trichodina dari sistem. Kita
menemukan penampakan kembali Trichodina setelah 2 minggu perlakuan.
Trichodiniasis merupakan masalah utama akibat tingginya padat tebar dan kualitas
air yang buruk, oleh karena itu padat tebar yang tepat dan manajemn kualitas air
yang benar perlu dilakukan untuk keluar dari masalah ini. Madsen et al. (2000a)
menyarankan bahwa tekanan infeksi trichodiniasis dengan bahan organik yang
tinggi (> 15-20 mg/l) dapat diatasi dengan mengurangi kandungan bahan organik
kering dalam pengelolaan air.
Beberapa tanaman obat lain juga digunakan sebagai altenatif bahan
penyembuh infeksi ektoparasit. Contohnya, Dugenci et al. (2003) telah
menunjukan bahwa rainbow trout diberi pakan dengan kandungan ekstrak
mistletoe (Viscum album), nettle (Urtica dioica), dan ginger (Zingiber officinale)
dapat secara siknifikan menunjukan respon imune non-spesifik. Karena itu semua
tanaman obat hanya mampu menstimulus respon imun non-spesifik, vaksin dapat
menjadi jalan yang lebih baik untuk mencegah penyakit yang mematikan.
Respon toksisitas dari bawang putih terhadap tilapia lebih tinggi
dibandingkan almon india. 2 jam LC50 ekstrak bawang putih adalah 2,259.44 mg/l
sementara itu, 16 jam LC50 almon india adalah 46,665.94 mg/l. Baik bawang
maupun almon india memiliki akut toksisitas yang rendah untuk mengobati
trichodiniasis.
Kesimpulannya, bawang putih dan almon india dapat digunakan sebagai
alternatif pengobatan terhadap infeksi Trichodina sp. pada fingerling tilapia dalam
skala uji laboratorium. Penelitian lanjutan, termasuk efek kronis terhadap
pertumbuhan, kelulushidupan, dan reproduksi perlu dilakukan. Mekanisme
tanaman ini terhadap respon imun non-spesifik perlu dilakukan sebelum
diterapkan pada pengobatan di lapangan.