Review Jurnal

17
REVIEW Tujuan dari penelitian farmasi adalah untuk menemukan obat dengan risiko terapi rendah. Penelitian dan pengembangan usaha baru-baru ini telah diarahkan dalam pengembangan obat obat pelepasan terkendali melalui berbagai rute (atau bagian) administrasi, misalnya, kulit, untuk memaksimalkan bioavailabilitas, untuk mengoptimalkan keberhasilan terapi, dan / atau meminimalkan efek samping obat. Hingga saat ini, berbagai obat-obatan telah sukses dibuat dalam bentuk obat transdermal untuk penggunaan klinis (Skopolamin, Nitroglycerine, Clonidine, Estradiol, Nikotin, Isosorbide dinitrate, Norethristerone asetat, dll), yang ditujukan untuk rute dermal untuk pengiriman obat sistemik. Papaverine adalah alkaloid opium. Termasuk kelompok obat-obatan yang disebut vasodilator. Oleh karena itu, untuk meningkatkan keberhasilan terapi, kepatuhan pasien dan untuk mengurangi frekuensi dosis dan efek samping, serta untuk menghindari first pass metabolism, pendekatan pemberian obat transdermal dianggap lebih baik cocok untuk papaverine hidroklorida. Dalam pandangan dari fakta-fakta di atas, dalam penyelidikan ini, sebuah usaha untuk mengembangkan jenis matriks transdermal papaverine hidroklorida menggunakan polimer yang cocok seperti polivinil alkohol, polivinilpirolidon, etil cellu- kalah, eudragitRL- 100andeudragitRS-100 BAHAN Papaverine hidroklorida

description

review jurnal internasional

Transcript of Review Jurnal

REVIEW

Tujuan dari penelitian farmasi adalah untuk menemukan obat dengan risiko terapi rendah. Penelitian dan pengembangan usaha baru-baru ini telah diarahkan dalam pengembangan obat obat pelepasan terkendali melalui berbagai rute (atau bagian) administrasi, misalnya, kulit, untuk memaksimalkan bioavailabilitas, untuk mengoptimalkan keberhasilan terapi, dan / atau meminimalkan efek samping obat. Hingga saat ini, berbagai obat-obatan telah sukses dibuat dalam bentuk obat transdermal untuk penggunaan klinis (Skopolamin, Nitroglycerine, Clonidine, Estradiol, Nikotin, Isosorbide dinitrate, Norethristerone asetat, dll), yang ditujukan untuk rute dermal untuk pengiriman obat sistemik. Papaverine adalah alkaloid opium. Termasuk kelompok obat-obatan yang disebut vasodilator. Oleh karena itu, untuk meningkatkan keberhasilan terapi, kepatuhan pasien dan untuk mengurangi frekuensi dosis dan efek samping, serta untuk menghindari first pass metabolism, pendekatan pemberian obat transdermal dianggap lebih baik cocok untuk papaverine hidroklorida. Dalam pandangan dari fakta-fakta di atas, dalam penyelidikan ini, sebuah usaha untuk mengembangkan jenis matriks transdermal papaverine hidroklorida menggunakan polimer yang cocok seperti polivinil alkohol, polivinilpirolidon, etil cellu- kalah, eudragitRL-100andeudragitRS-100

BAHAN

Papaverine hidroklorida

Polivinyl alkohol (PVA)

Polivinil pyrrolidone (PVP)

Etil selulosa

Bahan kimia lainnyaANALISIS

Sampel yang dianalisis oleh Spektrofotometer UV-VisMETODE

Pembuatan Patch Transdermal

Dalam penelitian ini, matrix dari papaverine HCl telah dipersiapkan oleh teknik molding. Berbentuk persegi datar, aluminium foil dilapisi kaca yang memiliki luas permukaan 25 cm2 dibuat untuk mencetak patch.Persiapan penuangan larutan

Untuk etil selulosa dan PVP (F1 dan F2)

Disiapkan bahan-bahan dengan menimbang sesuai dengan Tabel 1 kemudian dilarutkan dalam kloroform. Kemudian obat dilarutkan dalam kloroform dan ditambahkan dengan bahan-bahan sebelumnya. Ditambah propilenglikol 0,1 ml sebagai pelunak dan DMSO 0,1 ml sebagai penambah penetrasi, dicampur ad homogen. Buat larutan hingga mencapai volume 10 ml dengan kloroform. Jika ada gelembung udara, hilangkan dengan vakum. Untuk PVA dan PVP polimer (F3 dan F4)

Disiapkan bahan-bahan dengan menimbang sesuai dengan Tabel 1 kemudian dilarutkan dalam air dan dipanaskan dengan waterbath. Kemudian obat dilarutkan dalam air suling dan ditambahkan dengan bahan-bahan sebelumnya. Dicampur propilenglikol 0,1 ml sebagai pelunak dan DMSO 0,1 ml sebagai penambah penetrasi, dicampur ad homogen. Buat larutan hingga mencapai volume 10 ml dengan air. Jika ada gelembung udara, hilangkan dengan vakum.Untuk Eudragit RL-100 dan Eudragit RL-100 (F5 dan F6)

Disiapkan bahan-bahan dengan menimbang sesuai dengan Tabel 1 kemudian dilarutkan ke dalam etanol:aseton (6:4). Kemudian obat dilarutkan dalam kloroform dan ditambahkan dengan bahan-bahan sebelumnya. Dicampur propilenglikol 0,1 ml sebagai pelunak dan DMSO 0,1 ml sebagai penambah penetrasi, dicampur ad homogen. Buat larutan hingga mencapai volume 10 ml dengan etanol. Jika ada gelembung udara, hilangkan dengan vakum.Persiapan Patch Transdermal

Larutan 10 ml dituang ke dalam cetakan kaca dan kering dalam suhu kamar selama 24 jam agar pelarut menguap. Patch dibersihkan dengan memotong dengan bentuk persegi 3cm x 3cm (9cm2). Kemudian patch disimpan dalam desikator selama 2 hari dan dibungkus dengan aluminium foil, dikemas dengan tersegel. Sehingga Patch Transdermal telah siap dengan perbandingan yang berbeda, dengan konsentrasi pelunak dan peningkat permeabilitas yang konstan.Semua Patch Transdermal diperiksa secara visual, seperti warna, kelenturan, homogenitas dan kelembutan. Ketebalan patch diukur pada lima tempat yang berbeda pada satu patch. Pengukuran dilakukan pada setiap formulasi menggunakan alat ukur sekrup dan dihitung nilai rata-ratanya (Prashant M et al.,2005). Variasi berat antar tiap patch dapat menyebabkan perbedaan karena adanya perlakuan secara in vitro. Dalam satu set memiliki tiga patch dari setiap batch yang berdiameter 1cm2 kemudian ditimbang pada neraca digital dan dihitung nilai rata-ratanya. Ketahanan lipatan dinyatakan sebagai jumlah lipatan (berapa kali lapisan patch dilipat di tempat yang sama) yang diperlukan untuk memecahkan spesimen atau untuk melihat bagian yang terdapat celah. Hal ini juga melihat kerapuhan lapisan patch. Pada strip 2cm x 2cm (4cm2) telah diuji coba ketahanan lipatan dengan melipat patch di tempat yang sama dan berulang-ulang beberapa kali sampai terlihat celahnya, kemudian diamati dan angka-angkanya dilaporkan.Sifat mekanik (presentasi pada saat memanjang dan kekuatan pada saat ditarik) dievaluasi dengan menggunakan alat uji universal dengan beban 5kg. Kekuatan penarikan adalah tegangan maksimum yang diterapkan ke titik dimana lapisan dari spesimen istirahat/berhenti. Lapisan strip dibuat dalam bentuk khusus dan bebas dari gelembung udara. Selama pengukuran, strip ditarik oleh klem pada 100mm/min, kekuatan pada saat memanjang diukur ketika lapisan terserbut pecah. Hasil dari lapisan sampel yang pecah baik diantara klem atau bukan tidak dimasukkan ke dalam perhitungan. Pengukuran dilakukan dengan replikasi sebanyak tiga kali untuk setiap lapisan.Untuk menentukan kekerasan patch, sebuah alat dirancang di laboratorium dengan mempelajari hasil pelaporan/sumber yang sudah ada. Alat ini terdiri dari kayu dengan tinggi 11cm dan area atas memiliki luas 16cm x 16cm. Sebuah panci kecil diletakkan secara horisontal disalah satu ujung batang dengan tebal 2mm. Sebuah lubang dibuat 0,2cm di tengah kayu dibuat di ujung panci dengan batang sebagai penyangga. Sebuah rangkaian listrik dengan 3 volt dibuat sedemikian rupa. Bola lampu akan bersinar hanya ketika selesai melewati pelat logam dan ujung dari batang. Setiap selang waktu 10 detik, secara bertahap bobot ditambahkan untuk menstabilkan hingga bola lampu tersebut menyala. Berat yang terakhir akan dianggap sebagai ukuran kekerasan (Das MK et al., 2006).

Daya Serap Uap Air

Lapisan (1cm2) dari masing-masing formulasi ditimbang secara tepat dan terpengaruh kondisi lingkungan (suhu 34C) dan kelembaban mencapai 75% selama tiga hari. Setelah tiga hari, lapisan tersebut ditimbang lagi dan dihitung kembali persentasi kelembabannya (Das MK et al., 2006).

Keseragaman Bobot Obat

Perhitungan kandungan tiap obat dilakukan dengan replikasi sebanyak tiga kali setiap formulasi. Tiap patch dari formulasi yang berbeda (ukuran patch 1 cm2, setara dengan 6 mg obat) dipindahkan ke dalam labu ukur dan pH dapar fosfat 6,8 ditambahkan hingga tanda 100 ml untuk mengekstraksi obat dari patch. Labu dikocok selama 4 jam dengan alat pengocok. Setelah obat diekstraksi, larutan disaring dan diencerkan sesuai dengan pH dapar fosfat 6,8 dan absorbansi diukur pada panjang gelombang 249 nm, larutan patch yang sebagai blanko plasebo dan isi obat dihitung (Murthy SN & Hiremath SR, 2001).

Studi Kompatibilitas

Dalam penelitian ini, studi kompatibilitas dilakukan untuk menilai setiap ketidakcocokan antara obat dengan polimer. Studi FT-IR dilakukan untuk memeriksa kompatibilitas dengan eksipien. Perumusan spektra obat murni dan patch diambil masing-masing. Hal ini untuk memastikan bahwa tidak ada ketidakcocokan antara obat dan polimer dan komponen lainnya dengan pelunak dan penambah penetrasi.PELEPASAN OBAT SECARA IN VITRO

Pelepasan obat secara in vitro dilakukan dengan menggunakan modifikasi Keshery Chein difusi sel dengan membran selofan. Membran selofan direndam dalam 100 ml dari bufer fosfat pH 7.4 selama semalam dan dipotong menjadi 7 cm2. Preparat itu dipasang pada sel difusi dan dimasukkan kedalam cairan reseptor selama 15 menit yang digunakan untuk mempelajari pelepasan obat. Modifikasi sel difusi Keshery Chein didesain dan dibuat di laboratorium peniliti sesuai dengan literatur. Sel yang terdiri dari 2 kompartemen yaitu kompartemen donor dan kompartemen aseptor. Kompartemen donor merupakan kompartemen yang kontak langsung dengan kondisi lingkungan. Kompartemen reseptor yang kontak dengan larutan disolusi (bufer fosfat pH 6.8). Dan larutan dalam media diaduk dengan menggunakan stirer magnetik. Patch dengan ukuran 1 cm2 diletakkan di kompartemen donor pada sel difusi. Cairan reseptor (5 ml) diambil pada interfal waktu 0,2,4,6,8,10,12,16 dan 24 jam dan segera diganti dengan volume dan pH yang sama. Sample dianalisis dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 249 nm setelah disesuaikan dengan dapar fosfat pH 6.8.

UJI STABILITAS

Penentuan desain yang rasional dan evaluasi dosis salah satunya ditentukan dengan stabilitas bahan aktiv. Uji stabilitas formulasi patch transdermal dilakukan pada preparasi film pada suhu 25-30C dan 45-50C serta pada kelembaban 60% RH dan 75% RH selama 60 hari. Patch dibungkus dengan alumunium foil dan disimpan pada chamber stabilitas untuk uji stabilitas. Patch dikarakterisasi dengan melihat kadar obat dalam parameter interval waktu (0, 15, 30, 45 dan 60 hari).

UJI IRITASI

Patch diaplikasikan pada kulit yang dicukur pada salah satu sisi belakang kulit kelinci dan dilindungi menggunakan pita perekat. Hewan uji diamati tanda-tanda eritema dan udema selama peride waktu 48 jam.

EFEK OBAT ISOPROTERENOL MEMICU MYCOCARDIAL NECROSIS

Tikus wistar dengan berat 150-200 g digunakan dalam uji ini. Hewan uji dibagi menjadi 3 kelompok masing-masing 4 hewan. Kelompok I menggunkan transdermal patch 0.9 cm2 yang mengandung 5.4 mg/ 200 g tikus (Ghosh MN, 1984). Kelompok II menggunakan transdermal patch yang tidak mengandung obat, dan kelompok III sebagai kontrol normal. Setelah 6 jam, selain kontrol normal, diinjeksi subkutan 8.5 mg/kg isoproterenol sehari. Setelah 48 jam administrasi isoproterenol, tikus dikorbankan dan diotopsi. Sampel darah (0.5 ml) diambil selama 2 hari yaitu hari pertama (injeksi dosis awal isoproterenol setelah 24 jam) dan hari kedua (injeksi dosis awal isoproterenol setelah 48 jam) untuk estimasi enzim hidrogenase laktat berdasarkan metode Wroblewski and La Due. Setelah pemeriksaan mikroskopik, nilai yang diberikan sebagai berikut : kelas 0 tidak ada perubahan, kelas 1 respon jaringan, kelas 2 lesi fokal pada banyak bagian yang terdiri dari pewarnaan berbintik dan fargmen serat otot, kelas 3 lesi mundur konfluen dengan hialin nekrosis dan fragmen serat otot dan edem berlendir, kelas 4 infark besar dengan aneurisma akut dan trombus mural. Penelitian ini dilakukan setelah memperoleh ijin dari IAEC.

KURVA ANALISIS

Pelepasan obat secara in vitro cocok untuk model kinetik orde nol (Brazel & Peppas, 2000) orde pertama (Lapidus & Lordi, 1966) persamaan higuchi (Higuchi, 1963). Qt vs t (orde nol), log Qt vs t (orde satu), Qt vs akar kuadrat t (higuchi), dimana Qt adalah jumlah obat yang dilepaskan dalam waktu t. Kriteria pemilihan model yang paling sesuai dilihat dari r2 tertinggi yang menunjukkan hubungan linier dari data disolusi. (Thakkar et al.,2009)

Formulasi Patch transdermal

Patch transdermal Papaverine HCL dibuatdenganmetodepenuanganpadacetakankaca, menggunakan PVA, PVP, etilselulosa, Eudragit RL-100 danEudragit R-100 sebagaipolimer, propilenGilkolsebagai plasticizer, DMSO sebagaipeningkatpenetrasi, Kloroformdigunakansebagai solvent untuk EC:PVP dan air digunakansebagaipelaarutuntuk PVA:PVP dancampuranetanol:aseton (6:4) digunakansebagaipelarutuntukeudragit RL-100:Eudagrit RS-100.

PengaruhdarirasiokonsentrasidaripolimerdanSifatpolimerdipelajaridenganmenyiapkan formula Pacth transdermal yang bervariasirasiopolimernyatapikonsentrasibahanlainseperti plasticizer danpenetrasi enhancer tetapkonstan. . Dalampenyiapanformulasi Patch Transdermal, penambahanbahankhusunyaPropilenGlikoldan DMSO harusdiikutidenganevaluasi yang cermatuntukkarakteristikfisikadari Patch Transdermal.DalamsemuaFormulasiinijumlahkandunganobatdipertahankansecarakonstanyaitu 150 mg. Larutan formula (10 ml)dituangkankedalamcetakan 25 cm, sehinggasetiap cm mengadung 6mg obat.

Evaluasi Patch Transdermal

Evaluasipada Patch meliputievaluasikarakteristikdanpelepasanobat yang dipengaruhiolehadanyaperbedaanrasiopolimerpada 6 jenis formula yang telahdibuat.

Hasilevaluasi:

1. penampakanfisik

Semua Patch yang dipreparasidengankonsentrasipolimer yang berbedamenunjukan patch menjadifleksibel, halus, buram, tidaklengketdaanhomogen.

2. Ujiketebalansediaan Patch

Hasilpengukuranketebalan patch padasetiap set menunjukkanadanyaperbedaanketebalan yang kecil, Ketebalanlebihtinggipadakelompok yang diindikasimemilikijumlahpolimerlebihbanyak.

3. Ujiketahananlipat (folding endurance)

Padasemua Patch menujukanhasil yang baikyaitu 75- 100yang ditunjukandengan patch memilikifleksibilitas yang baik.

4. PengujianPenyerapan air

Menunjukkanbahwaapabilakonsentrasi PVP, PVA, eudragit RS-100 (F2,F3,F6) meningkatmakapenyerapan air jugameningkat.

5. Hasilpengujian moisture content

Menunujukanpada formula 3 (PVA:PVPrasio 2:1) menyerapkandungan air lebihtinggi, halinidikarenakansifathidrofilikdaari PVA dan PVP. Pada Formula 1 (EC:PVP) menunjukkanpresentasipenyerapankandungan air paling sedikitdikarenakansifathidrofobiketilselulosa.

6. Presentasielongasidan tensile strength

Menunujukkanbahwaapabilakonsentrasi PVP meningkatmakapresentasielongasidan tensile strength jugameningkatpada patch yang mengandungkombinasi EC dan PVP. Patch Eudragitmenunjukkan tensile strength yang lebihbaikkarenasifatpolimernya.

7. UjikeseragamanKandunganobat

Tidakadaperbedaan yang signifikandalamisiobatantar patch ditunjukkandengankeseragamankonten.

Kompatibilitas Studi

FT-IR spektrum obat murni, polimer dan formula-tions dilakukan dan diwakili seperti pada Gambar 1-4. Puncak utama murni papaverine obat hidroklorida diperoleh pada bilangan gelombang 1602,90 cm-1, 1512,24 cm-1, 1026,16 cm-1, 1278,85 cm-1 yang sesuai dengan puncak teoritis pada bilangan gelombang 1598 cm-1, 1508 cm-1 , 1026 cm-1, 1279 cm-1. Puncak sesuai dari obat murni juga hadir dalam formulasi transdermal. Dari studi spektral, disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara obat dan polimer.

Dalam studi pelepasan obat in vitro

Dalam pelepasan obat in vitro studi dilakukan dengan menggunakan membran cello-phane dan dimodifikasi sel difusi keshery-Chein. Diamati bahwa dari polimer hidrofilik (F3 dan F4) pelepasan obat ditemukan untuk menjadi lebih cepat dibandingkan untuk kombinasi hidrofilik dan hidro-fobia polimer (F1 & F2) atau hanya hidrofobik poli-mer (F5 & F6) yang digunakan dalam studi (Gambar 5). Patch dibandingkan dengan PVP dan EC sebagai polimer, menemukan bahwa jumlah pelepasan obat PVT lebih baik karena sifat hidro-philic PVT. Perubahan signifikan dalam pelepasan obat diamati dari patch yang mengandung jumlah yang lebih dari PVA menunjukkan rilis tertinggi (F3 dibandingkan dengan F4). Ini mungkin disebabkan sifat hidrofilik dari poli-mer yang memiliki afinitas untuk hasil air di dalam berkerut aktivitas termodinamika obat dalam film. Patch yang mengandung Eudragit RL-100 dan Eudragit RS-100 (F5 dan F6) menunjukkan rilis lebih lambat sebagai patch con-tains hanya polimer hidrofobik, yang mungkin memiliki menyebabkan pelepasan lambat obat dari patch. Selanjutnya studi pelepasan obat (F2, F3, dan F5) adalah ketika dilakukan selama 40 jam (Gambar 6), diamati bahwa sekitar 75-80% dari obat dirilis. Oleh karena itu patch transdermal dapat digunakan untuk jangka waktu. Profil rilis berkorelasi dengan penyerapan air yang selanjutnya tercermin dari sifat polimer.

Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik rilis dapat dibatasi hanya in vitro rilis studi, sebagai in vitro rilis yg terbaik adalah hydrophilicity. Namun, ketika tesis patch diterapkan pada hasil kulit mungkin berbeda sebagai lipofilisitas dapat memainkan peran utama untuk sistem transportasi obat.

Curve analisis pas

Untuk mengetahui mekanisme pelepasan obat dari formulasi ini, data diperlakukan sesuai dengan orde pertama, Higuchi dan pola orde nol. Kinetika rilis patch transdermal diikuti urutan pertama (0,9456-0,9724) dan kinetika difusi Higuchi (0,9755-0,9992). Menurut urutan pertama re-sewa obat didasarkan pada konsentrasi obat dalam formulasi. Selanjutnya sesuai Higuchi rilis kinetika; pelepasan obat diikuti difusi mekanisisme. Persentase obat dilepaskan ketika diplot terhadap akar kuadrat waktu, plot menunjukkan linearitas yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pola rilis diikuti mekanisme diffu-sion Higuchi yang menyatakan bahwa sebagai waktu meningkatkan panjang jalur difusi juga meningkat.

Studi Stabilitas

Studi stabilitas dilakukan selama 60 hari pada suhu kamar, suhu 25- 300 C, 60% RH dan 45- 50 C, 75% RH. Patch diamati untuk perubahan fisik dan kandungan obat. Ditemukan bahwa, ketika patch disimpan pada 25- 300 C, 60% RH, kehilangan obat adalah sekitar 2-3% pada akhir 60 hari. Namun, jumlah kerugian obat ditemukan jauh lebih tinggi (14-18%) bila disimpan pada 45- 50 C, 75% RH. Selanjutnya, jumlah kerugian obat itu ditemukan lebih (18%) dari polimer hidrofilik (F3 & F4) dibandingkan dengan kombinasi polymers hidrofilik dan hidrofobik atau hanya polimer hidrofobik.

Studi iritasi kulit

Hasil dari studi iritasi kulit menunjukkan bahwa tidak satupun dari patch blanko dan patch yang mengandung papaverin hidroklorida menyebabkan tidak satu pun tanda yang terlihat dari eritema atau edema pada kulit kelinci sepanjag periode 48 jam. Dari sini kita mengetahui bahwa patch ditemukan kompatibel dengan kulit.

Efek obat pada isoprotenol yang menginduksi nekrosis myocardial

Dari studi in vivo efek obat pada isoproterenol yang menginduksi nekrosis myocardial, menemukan bahwa jumlah LDH (lactase dehidrogenase) meningkat sedikit pada tikus dengan pemberian patch transdermal (404 IU/L) pada hari pertama (setelah 24 jam) dan berkurang menjadi jumlah orma 280 IU/L setelah 48 jam, dibandingkan dengan kelompok hewan yang tidak diberikan dengan patch transdermal yang mengandung obat, dimana jumlah LDH tetap sangat tinggi (717 IU/L) meskipun setelah 48 jam. Nilainormal LDH adalah 100-330 IU/L. Dengan demikian tingkat kerusakan ditemukan kecil dalam kelompok hewan yang diberi patch transdermal yang mengandung papaverine HCl dibandingkan dengan kelompok hewan yang diberi dengan Patch plasebo (tanpa obat). Pada awal (dalam 24 jam) terjadinya peningkatanjumlah LDH pada hewan yang diobati dengan patch transdermal yang mengandungobat mungkin disebabkan oleh lambatnya penyerapan obat ke dalam aliran darah dan jumlah obat dalam darah tidak cukup.

Bagaimanapun, tingkat LDH yang mencapai normal dalam waktu 48 jam menunjukkan bahwa patch transdermal dapat digunakan sebagai sistem pengiriman obat terkontrol dalam pengobatan nekrosis miokard. Selanjutnya, ditemukan bahwa ada penurunan yang signifikan dalam nekrosis miokard pada tikus yang diberi dengan patch transdermal yang mengandung papaverine hidroklorida dibandingkan dengan kelompok hewan yangtidak diobati dengan patch transdermal. Ketika hewan-hewan itu tidak diobati dengan obat yang mengandung transdermal patch, nekrosis miokard ditemukan berat (grade 3-4, Gambar 7) dibandingkan dengan patch yang mengandung obat (kelas 2-3, Gambar 8). Oleh karena itu patch transdermal hidroklorida papaverine membantu dalam mengurangi efek isoproterenol yang menginduksi nekrosis miokard. Hal ini menunjukkan bahwa penyerapan obat melalui kulit bisa terjadi dari patch.

Kesimpulan

Berdasarkan parameter fisikokimia dan studi pelepasan secara in vitro, ditemukan bahwa formulasi yang mengandung polimer hidrofilik dilepas lebih cepat dibandingkan dengan kombinasi polimer hidrofilik dan hidrofobik atau hanya polimer hidrofobik. Selanjutnya, studi in vivo menunjukkan bahwa papaverine hidroklorida membantu dalam mengurangi efek isoproterenol pada nekrosis miokard. Hasil penelitian ini mendorong bahwa patch transdermal papaverine hidroklorida bisa digunakan sebagai sistem pengiriman obat terkontrol dan frekuensi pemberiannya dapat diminimalkan.