Resusitasi korban longssor
-
Upload
rahelppdunpattiyaho -
Category
Documents
-
view
229 -
download
0
description
Transcript of Resusitasi korban longssor
Resusitasi Korban Longsor: Pedoman Berbasis Bukti International
Commission For Mountain Emergency Medicine (ICAR MEDCOM)
Ditujukan Bagi Dokter Dan Anggota Bantuan Hidup Lanjut Lainnya
Hermann Bruggera,∗, Bruno Durrerb, Fidel Elsensohnc, Peter Paald, Giacomo
Strapazzona, Eveline Winterbergere, Ken Zafrenf, Jeff Boydg
a International Commission for Mountain Emergency Medicine ICAR MEDCOM, Institute of Mountain
Emergency Medicine, EURAC Research, Drususallee 1, I-39100 Bozen/Bolzano, Italyb International Commission for Mountain Emergency Medicine ICAR MEDCOM, Air Glaciers, CH-3822
Lauterbrunnen, Switzerlandc International Commission for Mountain Emergency Medicine ICAR MEDCOM, Austrian Mountain
Rescue Service, Schloesslestrasse 36, A-6832 Roethis, Austriad International Commission for Mountain Emergency Medicine ICAR MEDCOM, Department of
Anaesthesiology and Critical Care Medicine, Innsbruck Medical University, Anichstrasse 35, A-6020
Innsbruck, Austriae International Commission for Mountain Emergency Medicine ICAR MEDCOM, Swiss Air Rescue
Service REGA, Englerweg 10, CH-3860 Meiringen, Switzerlandf International Commission for Mountain Emergency Medicine ICAR MEDCOM, Division of Emergency
Medicine, Stanford University Medical Center, California, 10181 Curvi St., Anchorage, AK, 99507, USAg International Commission for Mountain Emergency Medicine ICAR MEDCOM, Department of
Emergency Medicine, Mineral Springs Hospital, Box 400, Bow Avenue, Banff, AB, T1L 1A5, Canada
Abstrak
Latar Belakang: Di Amerika Utara dan Eropa ~ 150 orang yang meninggal oleh karena
longsor setiap tahun.
Metode: The International Commission for Mountain Emergency Medicine (ICAR
MEDCOM) secara sistematis mengembangkan pedoman berbasis bukti dan algoritma
untuk pengelolaan korban tanah longsor menggunakan lembar kerja dari 27 pertanyaan
Intervensi Penduduk sebagai Pembanding Hasil. Klasifikasi rekomendasi dan tingkatan
bukti diperingkatkan berdasarkan sistem American Heart Association.
Hasil dan kesimpulan: Jika dikecualikan cedera letal dan tubuh tidak beku, strategi
penyelamatan diatur oleh durasi penutupan oleh salju dan, jika tidak ada, oleh suhu inti
korban. Jika waktu penutupan ≤ 35 menit (atau suhu inti ≥ 32 0C) pelepasan cepat dan
1
ALS standar adalah penting. Jika waktu penutupan > 35 menit dan suhu inti <32 0C,
dianjurkan pengobatan hipotermia termasuk pelepasan lembut, isolasi tubuh penuh,
EKG dan pemantauan suhu inti, dan manajemen napas lanjut jika sesuai. Pasien yang
tidak responsif yang ditunjukkan oleh tanda-tanda vital harus dibawa ke rumah sakit
yang mampu aktif eksternal dan penghangatan dengan minimal seperti penghangatan
dengan udara paksa. Pasien dengan ketidakstabilan jantung atau serangan jantung
(dengan napas paten) harus dibawa ke rumah sakit untuk oksigenasi membran
extracorporeal atau penghangatan dengan bypass kardiopulmoner. Pasien gagal jantung
harus menerima CPR yang tidak berhenti, jika asystole, CPR dapat dihentikan (atau
dipotong) jika pasien dengan cedera letal atau benar-benar beku, jalan nafas tersumbat
dan durasi penutupan > 35 menit, kalium serum > 12 mmol L-1, resiko bagi penyelamat
yang sangat tinggi atau ada perintah valid untuk tidak resusitasi. Manajemen harus
mencakup tindakan pencegahan tulang belakang dan perawatan trauma lainnya seperti
yang ditunjukkan.
1. Pendahuluan
Di Amerika Utara dan Eropa ~ 150 orang meninggal oleh longsor setiap tahun,1
dengan sebagian besar dipicu oleh pemain ski, snowboarders dan, di Amerika
Serikat dan Kanada, dengan snowmobilers.2 Longsor menimbulkan korban tewas
lebih tinggi di negara berkembang, misalnya longsor klaim 284 orang hidup di
Anatolia Asia Tenggara pada tahun 1992, >200 di Kashmir pada tahun 1995 dan 135
di Kashmir pada tahun 2012. Jumlah orang pada daerah longsoran salju dan kematian
dalam kelompok aktif hanya bisa diperkirakan secara kasar. Rekomendasi pertama
untuk manajemen di tempat dan transportasi korban longsor, berdasarkan analisis
kelangsungan hidup,3,4 kasus reports5 dan kasus seri,6-9 diusulkan pada 199610 dan
2001,4 The International Commission for Mountain Emergency Medicine (ICAR
MEDCOM) pada tahun 2002 secara resmi membuat pedoman konsensus termasuk
algoritma.11 Peninjauan sistematis empat prognostik faktor 12 dan lembar kerja proses
oleh International Liaison Committee on Resuscitation (ILCOR) adalah dasar dari
rekomendasi untuk resusitasi korban longsor pada pedoman resusitasi 2010.13,14
2
Rekomendasi terhadap keputusan transportasi dan pengobatan pasien hipotermia
termasuk korban longsor telah baru-baru dikembangkan.15 ICAR MEDCOM
berusaha secara sistematis mengembangkan pedoman berbasis bukti dengan
menggunakan lembar kerja terstruktur dengan mandat untuk memperoleh konsensus
akhir antara ICAR MEDCOM.
2. Metode
Tujuan, kriteria inklusi/eksklusi, kelompok kerja dan lembar kerja dari 27
pertanyaan Population Intervention Comparator Outcome (PICO) (data tambahan)
yang berasal dari rekomendasi resusitasi longsor sebelumnya4 dikembangkan oleh
ICAR MEDCOM pada pertemuan TOPIC. Database elektronik Medline ditelusuri
melalui PubMed dengan istilah pencarian (longsor [Semua Bidang]) dan (hipotermia
[Semua Bidang]) dan database EMBASE melalui Ovid dengan istilah pencarian
(Longsor {Termasuk Istilah Terkait}) dan (hipotermia {Termasuk Istilah Terkait}).
Penelusuran The Cochrane Database Systematic Reviews dengan istila pencarian
(longsor) dan (hipotermia yang tidak disengaja). Pencarian artikel tambahan, teks
referensi dan daftar referensi juga dilakukan. Semua artikel yang relevan dengan
manajemen klinis korban longsor salju dan hipotermia terkait kecelakaan diambil
untuk diperiksa lebih lanjut. Ini dievaluasi untuk kualitas dan relevansi dengan
pertanyaan PICO dan rekomendasi dikembangkan pada pertemuan SCIENCE.
Rekomendasi itu kemudian diperiksa dan konsensus dicapai pada pertemuan
MANUSCRIPT di Åre, Swedia, pada bulan Oktober 2011. Klasifikasi rekomendasi
dan tingkatan bukti diperingkatkan oleh sistem American Heart Association (AHA)
(Tabel 1).
3. Temuan dan rekomendasi
Dari total 3530 kutipan yang diambil, 96 artikel diklasifikasikan relevan dan
menjadi subyek tinjauan penuh.
Kemungkinan kelangsungan hidup
Tingkat kelangsungan hidup secara keseluruhan korban longsor adalah 77%
(1453/1886).4 Kelangsungan hidup tergantung pada tingkat dan durasi terkubur dan
proses patologis yaitu asfiksia, trauma dan hipotermia.
3
Tingkat penutupan
Analisis sampel Swiss menunjukkan bahwa 39% (735/1886) korban yang
terlibat dalam longsoran salju benar-benar terkubur, 47,6% dengan kelangsungan
hidup pada terkubur lengkap (yaitu penutupan kepala dan dada1) (350/735)
dibandingkan 95,8% (1103/1151) tertutup sebagian.4 tingkat penutupan adalah faktor
tunggal terkuat untuk bertahan hidup.
______________
1 Di Eropa istilah terkubur sepenuhnya mengacu pada penguburan setidaknya kepala dan dada.
Di Amerika Utara istilah terkubur sepenuhnya dicadangkan ketika individu benar-benar terkubur di
bawah permukaan salju dan terkubur sebagian yang kritis ketika individu tersebut sebagian dikubur
dengan setidaknya kepala di bawah permukaan salju dan dengan gangguan pernapasan.57,58 Istilah
penutupan kritis akan digunakan selanjutnya untuk mengidentifikasi penutupan yang mengganggu
pernapasan dan karena risiko asfiksia.
Durasi penutupan
Analisis kelangsungan hidup biostatistikal di Swiss dan Kanada dari korban
kritis yang terkubur1 menunjukkan penurunan progresif non-linear dalam
kelangsungan hidup saat durasi penutupan meningkat dan fase yang berbeda.3,4,16 Di
Swiss, probabilitas kelangsungan hidup masih di atas 80% sampai 18 menit setelah
penutupan ("fase survival ") dan merosot setelah itu hingga 32% ("fase asfiksia "),
sedangkan kurva survival Kanada menunjukkan penurunan sebelumnya dan lebih
curam dari 77% pada 10 menit sampai 7% pada 35 menit, yang mencerminkan
kematian lebih besar pada trauma dan onset awal asfiksia karena padat salju di
beberapa wilayah Canada16,17 (Gambar 1). Sehubungan dengan itu, hipoksia telah
terbukti berkorelasi dengan kepadatan salju pada penelitian.18 Identifikasi lain
menurun dalam kelangsungan hidup terjadi pada 90 menit karena terjadi hipotermia
dikombinasikan dengan hipoksia dan hiperkapnia.4 Lamanya penutupan karena itu
merupakan indikasi patologi dan harus menuntun strategi pengobatan.
3.1. Asfiksia
Asfiksia ditemukan menjadi penyebab paling umum kematian di tiga seri kasus
yang mengandalkan otopsi, pemeriksaan penuh forensik eksternal dan / atau pra-
4
mortem klinis findings.16, 19,20 Asfiksia dapat terjadi pada kombinasi dengan trauma
dan hipothermia.16
3.1.1. Kemanfaatan
Kelangsungan hidup menurun dengan cepat di " fase asfiksia ", yaitu dalam
pertama 35 menit.3,4,17
Rekomendasi. Rekan harus mencari dan mengeluarkan korban yang terkubur
secepatnya (Kelas 1, LOE B).
Penyelamatan terorganisir harus dimobilisasi awal (Kelas I, LOE B).
3.1.2. Durasi penutupan dan patensi jalan napas
Sebuah tinjauan sistematis12 menegaskan bahwa jalan napas paten sangat penting
untuk kelangsungan hidup selama > 35 menit penutupan kritis, dengan empat dari
studi retrospektif menganalisis kelangsungan hidup untuk dikeluarkan dari rumah
sakit pada korban yang terkubur > 60 menit ditemukan dengan paten saluran udara.
Tidak ada yang selamat yang dilaporkan dalam salah satu dari 14 casecontrol dan
kasus seri untuk korban dengan jalan napas terhambat dan terkubur > 35 min. Sebuah
studi silang eksperimental, prospektif, acak, menemukan bahwa ketika bernapas ke
dalam simulasi kantong udara subyek mencapai status yang bertahan dari hipoksia
untuk setidaknya 20 menit pada 39% (11/28) uji yang tidak terganggu.18 Penelitian
eksperimental prospektif lain telah menunjukkan bahwa mengarahkan pertukaran gas
jauh dari kantong udara, seperti yang mungkin terjadi dalam longsoran puing-puing
salju dengan blok besar atau pembukaan untuk udara lingkungan, meningkatkan
oxigenasi.21-23
Rekomendasi. Jika terkubur > 35 menit jalan napas bebas harus ditentukan
dengan paparan wajah (Kelas I, LOE A).
Pendukung adanya kantong udara harus ditentukan dengan menggali dari sisi
korban agar tidak membahayakan korban atau menghancurkan kantong udara (Kelas
I, LOE C).
5
Tabel 1
Klasifikasi rekomendasi dan tingkat bukti berdasarkan pedoman praktis ACCF/AHA.a
Ukuran efek terapiTingkat (kualitas) bukti (LOE)
Kelas 1Manfaat »> risikoProsedur/terapi sebaiknya dilakukan/diberikan
Kelas IIaManfaat » risikoProsedur/pemberian terapi beralasan
Kelas IIbManfaat ≥ risikoPertimbangkan prosedur/terapi
Kelas IIITidak ada manfaat atau membahayakanProsedur/terapi Tidak ada manfaat atau membahayakan
Tingkat A Rekomendasi prosedur/terapi penuh/efektif
Rekomendasi prosedur/terapi tertentu yang penuh/efektif
Rekomendasi kurang berguna/effisen
Rekomendasi prosedur/terapi tidak berguna/effisien dan mungkin berbaaya
Data dari beberapa uji coba klinis acak atau meta-analisis
Bukti yang cukup dari uji coba acak atau meta-analisis
Bukti yang masih konflik dari beberapa uji coba acak atau meta-analisi
Bukti yang sangat konflik dari beberapa uji coba acak atau meta-analisi
Bukti kuat dari beberapa uji coba acak atau meta-analisi
Tingkat B Rekomendasi prosedur/terapi penuh/efektif
Rekomendasi prosedur/terapi tertentu yang penuh/efektif
Rekomendasi kurang berguna/effisen
Rekomendasi prosedur/terapi tidak berguna/effisien dan mungkin berbaaya
Data dari satu penelitian uji coba acak atau tidak acak
Bukti dari satu penelitian uji coba acak atau tidak acak
Bukti yang masih konflik dari satu penelitian uji coba acak atau tidak acak
Bukti yang sangat konflik dari beberapa uji coba acak atau meta-analisi
Bukti dari satu penelitian uji coba acak atau tidak acak
Tingkat C Rekomendasi prosedur/terapi penuh/efektif
Rekomendasi prosedur/terapi tertentu yang penuh/efektif
Rekomendasi kurang berguna/effisen
Rekomendasi prosedur/terapi tidak berguna/effisien dan mungkin berbaaya
Hanya opini consensus ahli, studi kasus, atau perawatan standar
Hanya opini ahli, kasus, atau perawatan standar
Hanya opini ahli, studi kasus, atau perawatan standar
Hanya opini ahli, studi kasus, atau perawatan standar
Hanya opini ahli, studi kasus, atau perawatan standar
a Manual dari Komite Tertulis Pedoman ACC/AHA (diakses pada tanggal 01 September 2012, dari http://circ.ahajournals.org/site/manual/index.xhtml).
6
3.1.3. Resusitasi
Pedoman resusitasi merekomendasikan standar CPR pada hypoxaemic
cardiopulmonary arrest.13,14 Ventilasi harus dikombinasikan dengan penekanan dada,
karena compression-only CPR tidak cocok untuk korban yang terkubur longsor.
Rekomendasi. Faktor dan keputusan yang terintegrasi dalam algoritma
manajemen (Gambar 2) (Kelas IIa, LOE C).
Untuk korban yang terkubur < 35 menit ditemukan gagal jantung, perkirakan
adanya asfiksia dan memulai CPR standar dengan ventilasi secepat kepala dan dada
bebas terlepas dari patensi jalan napas (Kelas I, LOE B).
Untuk korban yang terkubur > 35 menit ditemukan gagal jantung non-asystolic
dengan jalan napas paten tetapi tidak hipotermia (≥ 32 0C), perkirakan adanya
asfiksia dan memulai CPR standar dengan ventilasi secepat kepala dan dada bebas
(Kelas IIa, LOE B).
Untuk korban yang terkubur > 35 menit ditemukan gagal jantung asystolic
dengan napas tersumbat, resusitasi dapat dimulai namun dapat dihentikan jika tidak
berhasil (Kelas I, LOE A).
3.1.4. Jalan Napas Lanjut
Manajemen jalan napas lanjut (misalnya intubasi endotrakeal dan perangkat
saluran napas supraglotis) dilakukan oleh tenaga berpengalaman memungkinkan
ventilasi yang efektif, mengurangi kemungkinan aspirasi untuk korban longsor di
periarrest14 dan dapat meningkatkan kelangsungan hidup.24 Pada terapi pra-rumah
sakit dengan waktu transportasi yang panjang, intubasi endotrakeal dikaitkan dengan
peningkatan kelangsungan hidup.25 Namun, komplikasi yang tidak dapat diterima
sering terjadi ketika dilakukan oleh tenaga yang tidak berpengalaman.25,26 Perangkat
supraglotis mungkin lebih efisien dan lebih aman daripada intubasi endotrakeal atau
ventilasi bagmask untuk penyelamat yang kurang berpengalaman.
Rekomendasi. Untuk korban tidak responsif manajemen jalan nafas lanjut harus
dilakukan jika penyelamat kompeten dalam keterampilan ini dan jika manajemen
jalan nafas berhasil dalam waktu yang wajar (Kelas I, LOE A).
7
Untuk penyelamat yang tidak berpengalaman dalam manajemen jalan nafas
lanjut, ventilasi yang paling efektif dengan masker ke mulut atau teknik bag-mask
(Kelas I, LOE A).
Untuk korban potensial dengan jalan napas yang gagal, transfer rumah sakit
harus dipercepat dengan peringatan awal untuk mendapatkan dukungan yang tepat
(Kelas I, LOE C).
Gambar 1. Perbandingan kurva kelangsungan hidup di Kanada (hitam; n = 301) dan Swiss (Abu-abu; n = 964) dari tahun 1980 sampai 2005
Dikutip dengan izin CMAJ dari Haegeli et al.16 3.1.5 Transportasi
Perawatan pasca-resusitasi termasuk terapi hipotermia merupakan bagian
integral untuk meningkatkan kelangsungan hidup.25,26 Perangkat teknik kompresi
dada meningkatkan keselamatan penyelamat dan mengurangi pengeluaran energi
manual dan mungkin memperbaiki hasil selama transportasi.26 Onset tertunda edema
paru telah dilaporkan pada korban longsor dengan tanda-tanda vital setelah terkubur
singkat.27
Rekomendasi. Jika resusitasi berhasil atau kriteria penghentian CPR tidak
terpenuhi (lihat Pemutusan CPR) korban harus dibawa ke rumah sakit terdekat,
sebaiknya dengan layanan perawatan intensif (Kelas IIa, LOE C).
Perangkat kompresi dada mekanik dan terapeutik hipotermia dapat
dipertimbangkan untuk transportasi yang berkepanjangan (Kelas IIb, LOE B).
8
Jika korban dengan tanda-tanda atau kewaspadaan pernapasan atau cedera
sistemik lainnya mereka harus dibawa ke gawat darurat terdekat untuk penilaian dan
observasi lanjutan (Kelas I, LOE C).
Gambar. 2. Pengelolaan korban terkubur longsor. Pada semua kasus pelepasan lembut dan tindakan
pencegahan tulang belakang. Dimana suhu inti yang tepat dan pemantauan EKG, oksigen, isolasi,
paket panas pada trunkus, NaCl 0,9% dan / atau glukosa 5% hanya jika jalur intravena atau
intraosseous dapat dibentuk dalam beberapa menit, perawatan trauma tertentu seperti yang
ditunjukkan. 0Klinisi dapat mempertimbangkan penghentian resusitasi di lokasi kejadian jika
meningkatkan risiko untuk tim penyelamat atau jika korban memiliki cedera letal atau benar-benar
beku. 1Jika durasi terkubur tidak diketahui suhu inti diketahui dapat mengganti. 2ALS standar awal,
termasuk ventilasi dan kompresi dada seperti yang ditunjukkan. Resusitasi dapat diakhiri pada pasien
normotermik jika ALS tidak berhasil setelah 20 menit. Transpor korban dengan bahaya gangguan
pernapasan (misalnya edema paru) atau cedera sistem lainnya ke pusat medis yang paling tepat.
9
3Kemampuan rumah sakit untuk penghangatan eksternal lanjut atau inti. Pasien dengan
ketidakstabilan jantung (aritmia ventrikel, tekanan darah sistolik <90 mm Hg) atau suhu inti <28 0C
harus dibawa ke penghangatan ECC. Defibrilasi melampaui tiga kali ditunda hingga suhu inti > 30 0C.
* Jika transportasi langsung ke penghangatan ECC praktis, ED terdekat dapat dilewati. Jika K + saat
masuk rumah sakit melebihi 12 mmol L-1, pertimbangkan menghentikan resusitasi (setelah
mengecualikan cedera hancur dan pertimbangan penggunaan paralitik depolarisasi), pada orang
dewasa dengan K+ 8-12 mmol L-1 dan faktor lain yang sesuai dengan non-survival, penghentian
resusitasi harus dipertimbangkan. ALS. Advanced Life Support; ED, Emergency Departement; ICU,
Intensive Care Unit; ECC, extracorporeal circulation.
3.2. Trauma
Trauma adalah penyebab utama kematian pada 23,5% (48/204) korban jiwa di
bagian barat Kanada, 16 5,5% (2/36) di Austria19 dan 5,4% (3/56) di Utah.20 Namun,
dalam sampel trauma mayor di Kanada, yaitu injury severity score (ISS) > 15,
sedang ditemukan tambahan 13,0% (12/92) dari kematian "asfiksia " yang diotopsi.
Trauma dada mewakili 45,8% (11/24) cedera sistemik tunggal, 52,1% (25/48) yang
ditemukan di permukaan atau terkubur yang tidak kritis buried.16 Pada sampel
Austria 8,6% (9/105) kasus kematian dengan ISS > 13 meskipun hanya 5,5% (2/36)
yang berasal dari trauma, dua korban trauma adalah fraktur-dislokasi dari cervical
spine.19 Demikian pula, pada sampel trauma di Utah kematian dikaitkan dengan
asfiksia sebanyak 8,9% (5/56 ) selain 5,4% (3/56) dianggap berasal dari trauma saja,
otopsi menemukan cedera kepala, perut dan anggota tubuh yang umum.20 Tingkat
yang berbeda tergantung pada faktor topografi (misalnya area terbuka vs berhutan) .16
3. 2.1. Manajemen di tempat
Pedoman resusitasi saat ini menekankan stabilisasi tulang belakang, dada untuk
dekompresi tension pneumothorax, kontrol perdarahan, evakuasi cepat untuk
perawatan definitif dan pertimbangan hipotensi permisif pada resusitasi syok.13,14
Torniket adalah perangkat penyelamat hidup pada cedera ekstremitas.28 Pada
serangan jantung traumatis kelangsungan hidup sekitar 5,6% dan CPR yang
berkepanjangan > 16 menit dikaitkan dengan hasil yang buruk.13 Pada trauma kepala
berat hasil akhir meningkat dengan intubasi awal dan normoventilasi sedangkan hasil
akhir hipo-dan hiperventilasi dalam adalah buruk.29
10
Rekomendasi. Tim penyelamat harus memberikan stabilisasi tulang belakang
yang memadai selama pembebasan, manajemen di tempat dan transportasi (Kelas I,
LOE C).
Pengukuran trauma termasuk belat, isolasi dan analgesia (Kelas I, LOE C).
Tim klinis harus terampil dan dilengkapi thoracostomy, aplikasi tourniquet,
kanulasi intravena atau intraosseous untuk mengontrol infus cairan pada kasus syok
atau pemberian obat-obatan, manajemen napas lanjut, krikotirotomi dan antibiotik
untuk fraktur terbuka (Kelas IIa, LOE B).
CPR harus dimulai untuk henti jantung paru traumatis selama pencarian dan
pengelolaan penyebab teratasi (Kelas I, LOE B).
Penundaan transportasi untuk manajemen di tempat harus sesingkat mungkin,
transportasi langsung ke pusat trauma berdedikasi lebih disukai (Kelas I, LOE C).
3.3. Hipotermia
Hipotermia umumnya didiagnosis secara klinis pada korban longsor. Peninjauan
sistematis lima seri kasus retrospektif menemukan bahwa serangan jantung
hipotermia adalah bertahan hidup jika dikaitkan dengan jalan napas yang paten.12
Hipotermia jarang tercatat sebagai penyebab utama kematian karena tanda-tanda
post-mortem terbatas dan asfiksia dan trauma seringkali terjadi bersamaan.16 Pada
suhu inti rendah otak mentolerir penghentian sirkulasi jantung > 5 menit tanpa
kerusakan yang permanen.9,30,31
3.3.1. Laju pendinginan
Laju pendinginan selama terkubur adalah variabel tetapi mungkin dipercepat
oleh pakaian tipis, berkeringat dan kelelahan. Hiperkapnia dan hipoksia dapat
meningkatkan laju pendinginan.23,32 Kombinasi ini telah disebut "sindrom tiga H,"18
meskipun interaksi tidak dijelaskan. Laju pendinginan maksimum 9 0C h-1 ini
ditemukan selama terkubur 100 menit,31 sedangkan laju pendinginan yang lebih
rendah telah dilaporkan dalam serangkaian kasus lain dan laporan33-35 dan
eksperimental manusia36 dan penelitian hewan.23 Pada tingkat maksimum 9 0C h-1
waktu minimal 35 menit diperlukan untuk penurunan suhu inti <32 0C dan oleh
11
karena itu disimpulkan bahwa kehadiran jalan napas paten sangat penting untuk
kelangsungan hidup pada setiap korban dengan suhu inti < 32 ◦ C.12-14
Rekomendasi. (Lihat Tabel 2 untuk pengelolaan korban pada berbagai tahap
hipotermia dan Gambar. 2 untuk pengelolaan korban longsor.)
Untuk korban serangan jantung dengan suhu inti <32 0 C dan resusitasi awal
saluran napas paten atau tidak diketahui (Kelas I, LOE A).
Untuk korban serangan jantung asystolik dengan suhu inti <32 0C dan saluran
napas terhambat, perkirakan asfiksia dan tunda resusitasi (Kelas I, LOE A).
3.3.2. Penyelamatan korban pingsan
korban longsor hipotermia yang pingsan selama penyelamatan dikaitkan dengan
aritmia letal, menurut laporan kasus reports.31,35 Stimulasi mekanis telah terbukti
menyebabkan aritmia letal pada model babi hipotermia.37 Sebuah suhu inti 32 0C
dianggap sebagai ambang batas untuk fibrilasi ventrikel.38
Rekomendasi. Pemantauan melalui EKG2 harus diterapkan pada pembebasan
dan dilanjutkan selama transportasi, menggunakan amplifikasi maksimal jika
kompleks kecil (Kelas I, LOE B).
Iritasi mekanis korban hipotermia harus diminimalkan, menghindari ekstensi
tungkai yang berlebihan, transportasi kasar dan kompresi dada yang tidak perlu
(Kelas I, LOE B).
Transportasi korban dalam posisi horizontal (Kelas I, LOE C).
________2 Pemantauan EKG sebaiknya dilakukan dengan monitor defibrilasi atau AED. Pemantauan AED
merupakan yang terbaik dengan perangkat monitor
3.3.3. Suhu inti
Hipotermia yang tidak disengaja telah didefinisikan sebagai "pengurangan yang
tidak disengaja dalam suhu inti < 35 0C." 13,15,38 Hipotermia dapat dibuatkan stadium
menggunakan sistem "stadium Swiss" (berdasarkan temuan klinis serta suhu
inti),13,15,39 yang sesuai dengan sistem Danzl.38 Hipotermia sering dikombinasikan
dengan asfiksia dan trauma, tanda-tanda klinis tidak dapat diandalkan. Suhu esofagus
12
lebih dapat diandalkan daripada suhu lain40 dan direkomendasikan pada pasien yang
diintubasi.13,38,41 Atau, suhu epitimpani yang cukup akurat pada pasien yang tidak
diintubasi dan tidak dalam serangan jantung, diberikan saluran telinga yang tidak
tersumbat dan aplikasi yang benar termasuk isolasi dari udara dingin.10,42 Pada
lingkungan yang dingin hanya berbasis termistor, tidak berbasis inframerah,
termometer epitimpani berhubungan baik dengan suhu inti.42 Dalam studi epitimpani,
suhu otak dan kandung kemih manusia berkorelasi dengan baik,43 sementara suhu
rektal tertinggal dari suhu esofagus selama penghangatan.36,40
Rekomendasi. Jangan bergantung pada stadium hipotermia saja ketika terjadi
asfiksia dan / atau trauma (Kelas I, LOE C).
Mendapatkan suhu inti saat hipotermia bermakna signifikan, dengan probe
esofagus pada korban terintubasi atau probe epitimpani termistor pada korban yang
tidak terintubasi (Kelas I, LOE B).
Suhu rektal dapat digunakan untuk mengukur hipotermia awal (Kelas IIa, LOE
B).
3.3.4. Isolasi
Pengiriman selanjutnya untuk penurunan suhu yang berlanjut setelah
dikeluarkan dari kondisi dingin. Semua pedoman merekomendasikan isolasi dari
pendinginan lebih lanjut dan sebagian besar merekomendasikan pelepasan pakaian
basah,4,11,15,38 namun dapat meningkatkan kehilangan panas pada lingkungan dingin
yang berangin. Studi Manikin menemukan bahwa peningkatan isolasi atas pakaian
basah menghasilkan penurunan serupa dalam kehilangan panas dibandingkan dengan
melepaskan pakaian44 dan diperlukan penutupan dari luar terhadap angin selama
isolasi.45
Rekomendasi. Korban hipotermia harus diisolasi terhadap kehilangan panas
lebih lanjut dengan penutup luar yang kering, konduktivitas rendah, mencakup
seluruh tubuh yang tahan angin dan air.3 (Kelas I, LOE B).
Lepaskan pakaian basah hanya jika korban dapat terisolasi secara efektif; potong
pakaian hati-hati jika korban dalam stadium hipotermia moderat atau lebih buruk
(Kelas I, LOE C).
13
3.3.5. Penghangatan di luar rumah sakit
Menerapkan paket panas dapat meningkatkan kenyamanan meskipun suu inti
mungkin tidak meningkat.46 Oksigen lembab yang hangat memiliki manfaat yang
terbatas.13,14 Karena panas cairan infus hanya memberikan kontribusi minimal untuk
penghangatan, dengan kenaikan hipotetis 0,3 0CL-1 dari 40 0C fluida,47 dan sulit untuk
tetap hangat di lapangan.
Rekomendasi. Terapkan sumber panas yang aman seperti paket kimia panas
tertutup ke trunkus (Kelas IIb, LOE B).
Menjaga infusate pada 38-42 0C (Kelas IIb, LOE B).
3.3.6. Oksigen
Oksigenasi yang adekuat dapat membantu mengurangi risiko pingsan pasca
penyelamatan seperti yang telah diketahui untuk meningkatkan stabilitas miokard.38
Pulseoximetry tidak akurat dengan paparan dingin karena terjadi vasokonstriksi
perifer serta kerusakan perangkat, ketinggian dan ambient terang.48
Rekomendasi. Terapkan tambahan oksigen kepada korban signifikan hipotermia
(Kelas IIb, LOE C). Pulse oximetry-mungkin tidak dapat diandalkan (Kelas IIb, LOE
B).
3.3.7. Jalan napas lanjut
Penggunaan jalan napas lanjut memberikan oksigenasi dan perlindungan saluran
napas dari aspirasi dan risiko rendah untuk memicu aritmia berat.49 Paralitik
neuromuskuler depolarisasi (misalnya succinylcholine) dapat meningkatkan tingkat
kalium serum dan mempengaruhi keputusan selanjutnya.
Rekomendasi. Mempertimbangkan dampak dari paralitik depolarisasi pada
kalium serum jika yang terakhir direncanakan untuk resusitasi atau keputusan
penghangatan lebih lanjut (Kelas I, LOE B).
Tabel 2
Stadium dan manajemen koban longsor hipotermia
CT Stadium Swissa
Danzlb Terapi Transfer
14
35-320C
Hipotermia I:Sadar, menggigil
Hipotermia ringan
Dipindahkan secara aktif Minum air hangat, cairan
manisc
Isolasi
ED terdekat
32-280C
Hipotermia II:Gangguan kesadaran, tanpa menggigil
Hipotermia sedang
Pengeluaran secara lembut dan immobilisasi horizontal
Pemantauan berkesinambungan dengan EKG dan suhu inti
Isolasi seluruh tubuh Pemakaian paket hangat
kimia untuk trunkus Pemberian oxygen Penempatan jalur IV atau IO,
tanpa mempertimbangkan penundaan transportasi
Sirkulasi stabil : rumah sakit dengan fasilitas penghangatan aktifSirkulasi tidak stabil: rumah sakit dengan ECMO/CPB
28-240C
Hipotermia III:Tidak sadar
Hipotermia berat
Tambahan – Melindungi jalan napas
atas :posisi recovery atau manajemen jalan napas lanjut jika memungkinkan
Mencoba untuk menghindari agen paralitik depolarisasi
Menunda atau penggunaan hati-hati dosis obat (lambat dimetabolisme)
Sirkulasi stabil: rumah sakit dengan fasilitas penghangatan aktifSirkulasi tidak stabil: rumah sakit dengan ECMO/CPB
<240Cd Hipotermia IV:Tidak ada tanda vital
Hipotermia berat dan sangat berat (<200C)
Tambahan – CPR standar Menghindari penggunaan
defibrilasi yang berlebihan
Rumah sakit dengan ECMO/CPB
a Durrer et al.39 Sistem stadium Swiss diadaptasi oleh pedoman resusiasi ERC 2010. Tanda klinis pada sistem stadium Swiss mencerminkan efek hipotermia saja. Pertimbangkan bahwa kesadaran dapat terganggu oleh asfiksia dan trauma, pengukuran suhu inti diperlukan unuk menilai derajat hipotermia.13
b Danzl.38
c jika transport ditunda >2 jam dan tidak ada tanda trauma yang memerlukan anestesi secepatnya.d 13,7 0C adalah suhu inti terendah yang dilaporkan pada korban hipotermia yang tidak disengaja. ALS, Advanced Life Support; CT, Core Temperature; ECMO/CPB, Extracorporeal Rewarming/Cardiopulmonary Bypass; ED, emergency department.
3.3.8. CPR
Pada pasien yang sangat hipotermia pernapasan dan denyut nadi mungkin tidak
jelas.
Rekomendasi. Periksalah dengan seksama tanda-tanda vital dan aktivitas EKG
hingga 1 menit (Kelas IIb, LOE C).
Memulai CPR jika tanda-tanda kehidupan absen pada tingkat BLS standar
(Kelas IIa, LOE B).
3.3.9. Defibrilasi
15
Defibrilasi pasien yang sangat hipotermia (<28 0C) dengan fibrilasi ventrikel
tidak berhasil dalam banyak kasus, meskipun ambang defibrilasi bervariasi secara
individual dan defibrilasi yang sukses dengan suhu inti serendah 25.6 0C telah
dilaporkan.50 Karena kurangnya studi pada hewan dan manusia dan hasil yang
bertentangan, para ahli tidak setuju pada penerapan defibrilasi dengan inti suhu < 30 0C.13,14 Pedoman ERC 201013 merekomendasikan maksimal tiga defibrillasi pada < 30 0C sedangkan pedoman AHA 201014 merekomendasikan standar defibrilasi
sementara penghangatan.
Rekomendasi. Gunakan defibrillasi standar ketika diindikasikan, terlepas dari
suhu inti; pengulangan melampaui tiga kali mungkin ditunda hingga suhu inti > 30 0C dan harus dihindari jika mereka menyebabkan gangguan CPR dan/atau
transportasi ke penghangatan (lihat Transport) (Kelas IIa , LOE B).
3.3.10. Obat ALS
Mirip dengan defibrilasi, para ahli tidak setuju pada efektivitas advanced life
support (ALS) terapi obat dengan suhu inti < 30 0C.13,14 Pedoman ERC 201013
merekomendasikan ada obat ALS, sedangkan pedoman AHA 201014 memungkinkan
penggunaan vasopressor pada henti jantung. Vasopressor dapat menyebabkan aritmia
dan meningkatkan risiko radang dingin. Metabolisme obat menurun dengan suhu inti
rendah.51
Rekomendasi. Ini mungkin layak untuk dipertimbangkan vasopressor bersamaan
dengan strategi penghangatan (Kelas IIb, LOE B).
3.3.11. Transportasi
Untuk korban hipotermia dengan ritme perfusi, penghangatan aktif eksternal
seperti penghangat tahan udara adalah berhasil.13,14,38 Untuk korban hipotermia parah
dalam serangan jantung, penghangatan extracorporeal mengakibatkan kembalinya
sirkulasi spontan (ROSC) pada 23 dari 186 korban longsor dan kelangsungan hidup
untuk dikeluarkan dari rumah sakit di 8 dari 186 korban longsor diperiksa dalam
tinjauan sistematis dari tujuh seri kasus dan laporan.12 Komplikasi setelah
penghangatan extracorporeal umumnya termasuk edema paru,31,52 yang mungkin
16
menjelaskan peningkatan kelangsungan hidup dengan oksigenasi membran
extracorporeal (ECMO) dibandingkan dengan cardiopulmonary bypass (CPB).52
Rekomendasi. Untuk korban dengan suhu inti <32 0C tapi tidak ada
ketidakstabilan jantung, yaitu tekanan darah sistolik ≥ 90 mmHg dan tidak ada
aritmia ventrikel, dan suhu inti > 28 0C, transportasi ke rumah sakit yang terdekat
untuk penghangatan eksternal dan minimal invasif aktif (yaitu lingkungan yang
hangat, paket pemanas udara atau selimut kimia, listrik, atau tahan udara, cairan iv
hangat) adalah direkomendasikan15 (Kelas I, LOE B).
Korban hipotermia dengan saluran napas paten atau tidak diketahui, dengan
ketidakstabilan jantung atau suhu inti < 28 0C, atau henti jantung, harus dibawa ke
pusat dengan ECMO atau CPB, jika ECMO / CPB tidak tersedia transportasi ke
rumah sakit yang tepat untuk penghangatan alternatif aktif internal (misalnya lavage
toraks) dengan dianjurkan melanjutkan CPR (Kelas I, LOE B).
Beritahu pusat ECMO / CPB sebelum keberangkatan (Kelas IIa, LOE C).
3.3.12. Kalium serum
Kalium serum meupakan faktor prediktif untuk kelangsungn hidup bagi korban
henti jantung hipotermia dalam tinjauan sistematis terhadap faktor prognostik dalam
resusitasi longsor salju,12 dengan tingkat yang lebih tinggi dan kelangsungan hidup
lebih buruk pada korban sesak napas. Pemberian terbanyak kalium serum dengan
ROSC adalah 8 mmolL-1,8 sedangkan tingkat tertinggi kelangsungan hidup adalah 6,4
mmol L-1.33 Pada kasus hipotermia yang tidak disengaja pemberian kalium terbanyak
bagi korban adalah 11,8 mmol L-1 pada 31 anak-bulan yang terpapar udara dingin.53
Rekomendasi. Untuk korban hipotermia dengan serangan jantung asystolik
dimana durasi terkubur atau patensi jalan napas tidak diketahui atau di mana
keputusan untuk resusitasi berkepanjangan atau transportasi yang jauh ke pusat untuk
ECMO / CPB membutuhkan konfirmasi, kalium serum < 8 mmol L-1
mengindikasikan tindakan lanjutan, > 12 mmol L-1 mengindikasikan penghentian
resusitasi dan 8-12 mmol L-1 pada korban dewasa harus dipertimbangkan adanya
faktor lain (Kelas I, LOE A).
3.3.13. Prognosis
17
Asfiksia secara nyata mengurangi kelangsungan hidup pada henti jantung
hipotermia meskipun diberikan penghangatan extracorporeal.6-8,52 Suhu inti yang
paling rendah dilaporkan untuk selamat dari kecelakaan hipotermia adalah 13,7 0C
pada korban yang terjebak dalam selokan air terjun30 dan 19 0C pada korban yang
terkubur longsor.5
Rekomendasi. Korban henti jantung hipotermia ditemukan dengan saluran napas
paten atau tidak diketahui dan dianggap kemungkinan korban harus diresusitasi
sampai penghangatan kembali ke suhu inti > 32 0C sebelum keputusan akhir dibuat
(Kelas I, LOE C).
3.4. Langkah-langkah umum
3.4.1. Cairan Oral
Dua ulasan sistemik Cochrane dan pedoman praktek American Society of
anesthesiology tidak menemukan bukti efek samping dari cairan bening hingga 2 jam
sebelum operasi pada pasien sehat tanpa risiko abnormal regurgitasi atau aspirasi.54
Rekomendasi. Peringatan korban yang tidak memerlukan obat penenang atau
anestesi dalam waktu 2 jam dapat minum hangat, aman, kalori yang tidak
mengandung alkohol, cairan tidak berkafein untuk mempertahankan hidrasi dan
penghangatan spontan rewarming (Kelas IIb, LOE B).
3.4.2. Kegiatan
Rekomendasi. Waspada korban hipotermia ringan (35-32 0C) dapat melakukan
penghangatan (Kelas IIa, LOE C).
3.4.3. Penyelenggara penyelamatan
Rekomendasi. Tim penyelamat terorganisir harus memobilisasi segera, idealnya
dengan helikopter, dan harus mencakup dokter terampil dalam pengobatan darurat
gunung dan dikelola sesuai dengan jumlah korban yang terkubur (Kelas IIa, LOE C).
Anjing dan penangan dapat disertakan dengan tim penyelamat untuk mencari korban
yang benar-benar terkubur. Setelah semua korban telah ditemukan tidak ada gunanya
untuk anjing dan penangan (Kelas IIa, LOE C).
18
Semua staf harus memiliki peralatan keselamatan yang tepat, terutama
transceiver longsor dan kantong udara (Kelas I, LOE B). Peralatan medis harus
mencakup suhu inti danperangkat EKG dengan monitor / defibrillator dan obat yang
tepat, semua instrumen harus diisolasi dan beterainya terisi penuh (Kelas I, LOE B).
Risiko potensi penyelamat harus dievaluasi, mengurangi risiko setelah terkubur
lama (Kelas IIb, LOE C).
3.4.4. Triase
Sebuah insiden kasual multipel dapat menyebabkan penyelamat yang berlebih,
dan sumber daya yang terbatas harus dialokasikan untuk mereka yang paling
mungkin untuk selamat.55
Rekomendasi. Ketika sumber daya kewalahan oleh beberapa korban dalam
prioritas henti jantung harus diberikan kepada mereka yang memiliki irama jantung,
suhu inti yang lebih tinggi dan faktor menguntungkan lainnya (Kelas IIb, LOE B).
3.5. Penghentian CPR
Pasien dengan kelangsungan hidup yang buruk yang menderita henti jantung
asystolic normotermik pra-rumah sakit telah menghasilkan aturan penghentian
resusitasi EMS yang divalidasi yang telah dimasukkan ke dalam pedoman untuk
penyelamatan gunung (Kelas IIb, LOE C).56
Rekomendasi. Resusitasi dapat dihentikan (atau dipotong) ketika keselamatan
penyelamat sangat tidak tepat, cedera letal seperti telah terjadi pemenggalan kepala
atau transeksi trunkus, tubuh benar-benar beku, ada perintah yang valid untuk tidak
resusitasi, atau keterbatasan dalam transportasi atau logistik lainnya yang membuat
resusitasi sia-sia (Kelas I, LOE C).
Resusitasi dapat diakhiri pada serangan jantung yang tidak terlihat, setelah 20
menit resusitasi, belum ada ROSC dengan syok yang tidak disarankan dengan AED
atau hanya detak jantung terlihat pada EKG tanpa hipotermia atau keadaan khusus
lainnya penjamin CPR yang diperpanjang (Kelas IIa, LOE A)
4. Kesimpulan
19
Algoritma untuk penanganan korban longsor ditunjukkan pada Gambar. 2. Jika
luka mematikan dikecualikan dan tubuh tidak beku, strategi penyelamatan diatur oleh
durasi terkubur salju dan, jika tidak tersedia, oleh suhu inti korban. Jika waktu
terkubur ≤ 35 menit (atau suhu inti ≥ 32 0C) pengeluaran cepat dan ALS adalah
standar penting. Jika waktu terkubur > 35 menit dan suhu inti <32 0C, dianjurkan
pengobatan hipotermia termasuk pengeluaran secara lembut, isolasi tubuh penuh,
EKG dan pemantauan suhu inti, serta manajemen napas canggih jika sesuai. Pasien
yang tidak responsif dengan tanda-tanda vital harus dibawa ke rumah sakit yang
mampu memberikan penghangatan aktif eksternal dan minimal invasif seperti
penghangatan tahan udara. Pasien dengan ketidakstabilan jantung atau henti jantung
(dengan jalan napas paten) harus dibawa dengan CPR yang tidak terganggu ke pusat
penghangatan ECMO/CPB. Manajemen harus mencakup tindakan pencegahan
tulang belakang dan perawatan trauma lainnya seperti yang ditunjukkan.
DAFTAR PUSTAKA
20
1. Etter HJ.Report of the avalanche subcommission at the general meeting of the
international commission for Alpine rescue. 2010.
2. Stethem C, Jamieson B, Schaerer P, Liverman D, German D, Walker S. Snow
avalanche hazard in Canada – a review. Nat Hazards 2003;28:487–515.
3. Falk M, Brugger H, Adler-Kastner L. Avalanche survival chances. Nature
1994;368:21.
4. Brugger H, Durrer B, Adler-Kastner L, Falk M, Tschirky F. Field management of
avalanche victims. Resuscitation 2001;51:7–15.
5. Althaus U, Aeberhard P, Schupbach P, Nachbur BH, Muhlemann W.
Management of profound accidental hypothermia with cardiorespiratory
arrest. Ann Surg 1982;195:492–5.
6. Schaller MD, Fischer AP, Perret CH, Hyperkalemia. A prognostic factor during
acute severe hypothermia. JAMA 1990;264:1842–5.
7. Locher T, Walpoth B, Pfluger D, Althaus U. Accidental hypothermia in
Switzerland (1980–1987)—case reports and prognostic factors. Schweiz Med
Wochenschr 1991;121:1020–8.
8. Mair P, Kornberger E, Furtwaengler W, Balogh D, Antretter H. Prognostic
markers in patients with severe accidental hypothermia and cardiocirculatory
arrest. Resuscitation 1994;27:47–54.
9. Walpoth BH, Walpoth-Aslan BN, Mattle HP, et al. Outcome of survivors of
accidental deep hypothermia and circulatory arrest treated with extracorporeal
blood warming. N Engl J Med 1997;337:1500–5.
10. Brugger H, Durrer B, Adler-Kastner L. On-site triage of avalanche victims with
asystole by the emergency doctor. Resuscitation 1996;31:11–6.
11. Brugger H, Durrer B. On-site treatment of avalanche victims ICAR-
MEDCOMrecommendation. High Alt Med Biol 2002;3:421–5.
21
12. Boyd J, Brugger H, Shuster M. Prognostic factors in avalanche resuscitation: a
systematic review. Resuscitation 2010;81:645–52.
13. Soar J, Perkins GD, Abbas G, et al. European Resuscitation Council Guidelines
for Resuscitation 2010 Section 8. Cardiac arrest in special circumstances:
Electrolyte abnormalities, poisoning, drowning, accidental hypothermia,
hyperthermia, asthma, anaphylaxis, cardiac surgery, trauma, pregnancy,
electrocution. Resuscitation 2010;81:1400–33.
14. Vanden Hoek TL, Morrison LJ, Shuster M, et al. Part 12: cardiac arrest in special
situations: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary
Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Circulation 2010;122:S829–
61.
15. Brown D, Brugger H, Boyd J, Paal P. Accidental hypothermia. New Engl J Med
2012;367:1930–8.
16. Boyd J, Haegeli P, Abu-Laban RB, Shuster M, Butt JC. Patterns of death among
avalanche fatalities: a 21-year review. CMAJ 2009;180:507–12.
17. Haegeli P, Falk M, Brugger H, Etter HJ, Boyd J. Comparison of avalanche survival
patterns in Canada and Switzerland. CMAJ 2011;183:789–95.
18. Brugger H, Sumann G, Meister R, et al. Hypoxia and hypercapnia during
respiration into an artificial air pocket in snow: implications for avalanche
survival. Resuscitation 2003;58:81–8.
19. Hohlrieder M, Brugger H, Schubert HM, Pavlic M, Ellerton J, Mair P. Pattern and
severity of injury in avalanche victims. High Alt Med Biol 2007;8:56–61.
20. McIntosh SE, Grissom CK, Olivares CR, Kim HS, Tremper B. Cause of death in
avalanche fatalities. Wilderness Environ Med 2007;18:293–7.
21. Grissom CK, Radwin MI, Harmston CH, Hirshberg EL, Crowley TJ. Respiration
during snow burial using an artificial air pocket. JAMA 2000;283:2266–71.
22. Radwin MI, Grissom CK, Scholand MB, Harmston CH. Normal oxygenation and
ventilation during snow burial by the exclusion of exhaled carbon dioxide.
22
Wilderness Environ Med 2001;12:256–62.
23. Paal P, Strapazzon G, Braun P, et al. Factors affecting survival from avalanche
burial—a randomized prospective porcine pilot study. Resuscitation 2012 [Epub
ahead of print].
24. Bernhard M, Bottiger BW. Out-of-hospital endotracheal intubation of trauma
patients: straight back and forward to the gold standard! Eur J Anaesthesiol
2011;28:75–6.
25. Neumar RW, Otto CW, Link MS, et al. Part 8: adult advanced cardiovascular
life support: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary
Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Circulation 2010;122:S729–
67.
26. Deakin CD, Nolan JP, Soar J, et al. European Resuscitation Council Guidelines for
Resuscitation 2010 Section 4. Adult advanced life support. Resuscitation
2010;81:1305–52.
27. Schmid F. [The pathogenesis of pulmonary edema after being buried by an
avalanche]. Schweiz Med Wochenschr 1981;111:1441–5.
28. Kragh Jr JF, Walters TJ, Baer DG, et al. Survival with emergency tourniquet
useto stop bleeding in major limb trauma. Ann Surg 2009;249:1–7.
29. Davis DP, Peay J, Sise MJ, et al. Prehospital airway and ventilation
management:a trauma score and injury severity score-based analysis. J Trauma
2010;69:294–301.
30. Gilbert M, Busund R, Skagseth A, Nilsen PA, Solbo JP. Resuscitation from
accidental hypothermia of 13.7 ◦C with circulatory arrest. Lancet
2000;355:375–6.
31. Oberhammer R, Beikircher W, Hormann C, et al. Full recovery of an avalanche
victim with profound hypothermia and prolonged cardiac arrest treated by
extracorporeal re-warming. Resuscitation 2008;76:474–80.
23
32. Grissom CK, Radwin MI, Scholand MB, Harmston CH, Muetterties MC, Bywater
TJ. Hypercapnia increases core temperature cooling rate during snow burial. J
Appl Physiol 2004;96:1365–70.
33. Locher T, Walpoth B. Differential diagnosis of circulatory failure in hypothermic
avalanche victims: retrospective analysis of 32 avalanche accidents. Schweiz
Rundsch Med Prax 1996;85:1275–82.
34. Putzer G, Schmid S, Braun P, Brugger H, Paal P. Cooling of six centigrades in an
hour during avalanche burial. Resuscitation 2010;81:1043–4.
35. Strapazzon G, Beikircher W, Procter E, Brugger H. Electrical heart activity
recorded during prolonged avalanche burial. Circulation 2012;125:646–7.
36. Grissom CK, Harmston CH, McAlpine JC, et al. Spontaneous endogenous core
temperature rewarming after cooling due to snow burial. Wilderness Environ
Med 2010;21:229–35.
37. Grueskin J, Tanen DA, Harvey P, Santos FD, Richardson III WH, Riffenburgh RH.
A pilot study of mechanical stimulation and cardiac dysrhythmias in a porcine
model of induced hypothermia. Wilderness Environ Med 2007;18:133–7.
38. Danzl DF. Accidental hypothermia. In: Auerbach PS, editor. Wilderness
medicine. 6th ed. Philadelphia: Mosby; 2012. p. 116–42.
39. Durrer B, Brugger H, Syme D. International Commission for Mountain
Emergency Medicine. The medical on-site treatment of hypothermia: ICAR-
MEDCOM recommendation. High Alt Med Biol 2003;4:99–103.
40. Hayward JS, Eckerson JD, Kemna D. Thermal and cardiovascular changes during
three methods of resuscitation from mild hypothermia. Resuscitation
1984;11:21–33.
41. Brugger H, Oberhammer R, Adler-Kastner L, Beikircher W. The rate of cooling
during avalanche burial; a “Core” issue. Resuscitation 2009;80:956–8.
42. Locher T, Merki B, Eggenberger P, Walpoth B, Hilfiker O. Measurement of core
temperature in the field: comparison of two “tympanic” measuring methods
24
with esophageal temperature. In: Proceedings International Congress of
Mountain Medicine. 1997. p. 56.
43. Camboni D, Philipp A, Schebesch KM, Schmid C. Accuracy of core temperature
measurement in deep hypothermic circulatory arrest. Interact Cardiovasc
Thorac Surg 2008;7:922–4.
44. Henriksson O, Lundgren P, Kuklane K, Holmer I, Naredi P, Bjornstig U.
Protection against cold in prehospital care: evaporative heat loss reduction by
wet clothing removal or the addition of a vapor barrier: a thermal manikin
study. Prehosp Disaster Med 2012;27:53–8.
45. Henriksson O, Lundgren JP, Kuklane K, Holmer I, Bjornstig U. Protection against
cold in prehospital care-thermal insulation properties of blankets and rescue
bags in different wind conditions. Prehosp Disaster Med 2009;24:408–15.
46. Lundgren P, Henriksson O, Naredi P, Bjornstig U. The effect of active arming
in prehospital trauma care during road and air ambulance transportation - a
clinical randomized trial. Scand J Trauma Resusc Emerg Med 2011;19:59.
47. Paal P, Beikircher W, Brugger H. Avalanche emergencies. Review of the current
situation. Anaesthesist 2006;55:314–24.
48. Luks AM, Swenson ER. Pulse oximetry at high altitude. High Alt Med Biol
2011;12:109–19.
49. Danzl DF, Pozos RS, Auerbach PS, et al. Multicenter hypothermia survey. Ann
Emerg Med 1987;16:1042–55.
50. Thomas R, Cahill CJ. Successful defibrillation in profound hypothermia (core
body temperature 25.6 ◦C). Resuscitation 2000;47:317–20.
51. Heier T, Caldwell JE. Impact of hypothermia on the response to neuromuscular
blocking drugs. Anesthesiology 2006;104:1070–80.
52. Ruttmann E, Weissenbacher A, Ulmer H, et al. Prolonged extracorporeal
membrane oxygenation-assisted support provides improved survival in
25
hypothermic patients with cardiocirculatory arrest. J Thorac Cardiovasc Surg
2007;134:594–600.
53. Dobson J, Burgess J. Resuscitation of severe hypothermia by extracorporeal
rewarming in a child. J Trauma 1996;40:483–5.
54. American Society of Anesthesiologists Committee. Practice guidelines for
preoperative fasting and the use of pharmacologic agents to reduce the risk of
pulmonary aspiration: application to healthy patients undergoingelective
procedures: an updated report by the American Society of Anesthesiologists
55. Committee on Standards and Practice Parameters. Anesthesiology
2011;114:495–511.
56. Bogle LB, Boyd JJ, McLaughlin KA. Triaging multiple victims in an avalanche
setting: the Avalanche Survival Optimizing Rescue Triage algorithmic approach.
Wilderness Environ Med 2010;21:28–34. Paal P, Milani M, Brown D, Boyd J,
Ellerton J. Termination of cardiopulmonary resuscitation in mountain rescue.
High Alt Med Biol 2012;13:200–8
57. Canadian Avalanche Association. Observation guidelines and recording
standards for weather, snowpack and avalanches. Revelstoke, Canada:
CanadianAvalanche Association; 2007.
58. Greene E, Atkins D, Birkeland K, et al. Snow, weather, and avalanches:
observationa guidelines for Avalanche Programs in the United States. Pagosa
Springs, CO: American Avalanche Association; 2010.
26
BAGIAN ANESTESIOLOGI, PERAWATAN INTENSIF
DAN MANAJEMEN NYERI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
Journal Reading
juni 2013
Resusitasi Korban Longsor: Evidence-based International Commission For Mountain
Emergency Medicine (ICAR MEDCOM) Ditujukan Bagi Dokter Dan Anggota Bantuan Hidup
Lanjut Lainnya
Rahel Laritmas
2008-83-022
PEMBIMBING
dr. Ahmed
KONSULEN
Dr. dr. Syafri K. Arif, Sp. An-KIC, KAKV
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
PADA BAGIAN ILMU ANESTESI, TERAPI INTENSIF DAN MANAJEMEN NYERI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
27