Resume Risalah at Taalim

3
Islam adalah ajaran yang sangat luas yang meliputi berbagai kelompok daru kaum muslimin yang ada di masa lalu maupun masa sekarang dan memberi nama kepada semuanya dengan namanya. Imam Hasan Al Banna telah menegaskan bahwa frame referensi atau yang menjadi tolak ukur kita adalah Al Qur’anul Kariim. Beliau berkata : “Saya ingin membatasi tolak ukur yang harus dipergunakan dalam mengukur penjelasan tersebut dan saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjelaskannya dengan mudah dan lugas, sehingga para pembaca lain yang ingin mendapatkan manfaat darinya dapat memahaminya dengan baik. Saya kira tidak ada seorang muslim pun yang berbeda dengan saya untuk mengatakan bahwa tolak ukur itu adalah Kitabullah yang dari curahannya kita meminum, dari lautannya kita mengambil bekal, dan kepada hukumnya kita merujuk.” (Risalah Ila Ayyi Syaiin Nad’un Naas) Prinsip-Prinsip Pemahaman Imam Syahid Hasan Al Banna menyerukan persatuan yang pilarnya adalah dua puluh prinsip yang jelas dan relevan untuk dijadikan sebagai landasan bertolaknya sebuah kebangkitan Islam. Untuk mempermudah pemahaman, Imam Hasan Al Banna telah memaparkan prinsip prinsip tersebut dalam beberapa kelompok Bagian pertama, Manhaj I’tiqadi (Prinsip-Prinsip dalam memahami aqidah) Bagian Kedua, Manhaj Ushuli ( Prinsip-Prinsip dalam memahami ushul Fiqih) Bagian Ketiga, Manhaj Fiqih (Prinsip-Prinsip dalam memahami Fiqih) Bagian Keempat, Manhaj Umum (Prinsip-Prinsip umum) Manhaj I’tiqadi 1. Prinsip Tentang Syumuliyatul Islam

Transcript of Resume Risalah at Taalim

Page 1: Resume Risalah at Taalim

Islam adalah ajaran yang sangat luas yang meliputi berbagai kelompok daru kaum muslimin yang ada di masa lalu maupun masa sekarang dan memberi nama kepada semuanya dengan namanya.

Imam Hasan Al Banna telah menegaskan bahwa frame referensi atau yang menjadi tolak ukur kita adalah Al Qur’anul Kariim. Beliau berkata :

“Saya ingin membatasi tolak ukur yang harus dipergunakan dalam mengukur penjelasan tersebut dan saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjelaskannya dengan mudah dan lugas, sehingga para pembaca lain yang ingin mendapatkan manfaat darinya dapat memahaminya dengan baik. Saya kira tidak ada seorang muslim pun yang berbeda dengan saya untuk mengatakan bahwa tolak ukur itu adalah Kitabullah yang dari curahannya kita meminum, dari lautannya kita mengambil bekal, dan kepada hukumnya kita merujuk.”

(Risalah Ila Ayyi Syaiin Nad’un Naas)

Prinsip-Prinsip Pemahaman

Imam Syahid Hasan Al Banna menyerukan persatuan yang pilarnya adalah dua puluh prinsip yang jelas dan relevan untuk dijadikan sebagai landasan bertolaknya sebuah kebangkitan Islam.

Untuk mempermudah pemahaman, Imam Hasan Al Banna telah memaparkan prinsip prinsip tersebut dalam beberapa kelompok

Bagian pertama, Manhaj I’tiqadi (Prinsip-Prinsip dalam memahami aqidah)

Bagian Kedua, Manhaj Ushuli ( Prinsip-Prinsip dalam memahami ushul Fiqih)

Bagian Ketiga, Manhaj Fiqih (Prinsip-Prinsip dalam memahami Fiqih)

Bagian Keempat, Manhaj Umum (Prinsip-Prinsip umum)

Manhaj I’tiqadi

1. Prinsip Tentang Syumuliyatul IslamIslam adalah sistem yang syamil (menyeluruh) yang mencakup seluruh aspek kehidupan.ia adalah negara dan tanah air, pemerintah dan ummat, moral dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu pengetahuan dan hokum, materi dan kekayaan alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, serta pasukan pemikiran. Sebagaimana juga islam adalah aqidah yang murni dan ibadah yang benar, tidak kurang tidak lebih. (Prinsip pertama dalam Risalah At-Ta’alim)

2. Prinsip dalam Memahami Ayat sifat“Ma’rifah (mengenal) Allah swt., meng-Esa kan-Nya da memahasucikan Dia adalah setinggi-tingginya tingkatan aqidah islam. Sedangkan ayat-ayat dan hadits hadits shahih tentang sifat-sifat Allah termasuk dalam kategori Mutasyabihat. Kita wajib mengimaninya sebagaimana adanya tanpa mentakwilkan dan tanpa pengingkaran serta tidak perlu memperuncing perbedaan pendapat, diantara para ulama tentang hal tersebut. (Prinsip Kesepuluh dalam Risalah At Taalim)

Page 2: Resume Risalah at Taalim

3. Prinsip Tentang Bahaya Pengkafiran“Kita tidak mengkafirkan seorang muslim yang telah mengikrarkan dua kalimat syahadat, mengamalkan tuntutan tuntutannya, dan melaksanakan kewajiban-kewajibannya, baik karena pendapatnya maupun kemaksiatannya, kecuali jika ia melakukan salah satu yaitu mengatakan kata-kata kufur, mengingkari sesuatu yang telah diakui sebagai asas agama, mendustakan ayat-ayat Al Qur’an yang sudah jelas maknanya, menafsirkannya dengan cara yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Arab, atau melakukan suatu perbuatan yang tidak mungkin diinterpretasikan kecuali kekufuran (Prinsip Kedua puluh dalam risalah At Ta’alim)

4. Prinsip Tentang Tawasul dan Doa“Bedoa kepada Allah disertai tawassul dengan salah satu makhluk Nya adalah perbedaan dalam masalah furu’ tentang tata cara berdoa, bukan termasuk masalah aqidah,” (Prinsip kelima belas dalam Risalah At Ta’alim)

5. Prinsip tentang Klaim Mengetahui yang Ghaib“Jimat, jampi (ruqyah), perdukunan, guna-guna, permalan, mengaku akan tahu hal-hal ghaib, dan semisalnya adalah kemungkaran yang wajib diberantas, kecuali jimat yang berasal dari ayat-ayat Al Qur’an atau ruqyah yang diriwayatkan dari Rasulullah saw. (Prinsip Keempat dalam risalah At Taalim)

6. Prinsip Tentang Bid’ah“Segala bentuk bid’ah dalam agama yang tidak mempunyai dasar pijakan tetapi dianggap bagus oleh ahwa nafsu manusia, baik berupa penambahan maupun pengurangan adalah kesesatan yang wajib diperangi dan diberantas dengan menggunakan cara yang sebaik-baiknya, yang tidak menimbulkan keburukan yang lebih parah.” (Prinsip Kesebelas dalam Risalah At Taalim)

7. Prinsip tentang Bid’ah di kuburan“Ziarah kubur -kubur siapa saja- adalah sunnah yang disyariatkan dengan cara-cara yang diajarkan oleh Rasulullah saw. akan tetapi, meminta pertolongan kepada penghuni kubur-siapapun mereka- berdoa kepadanya, memohon pemenuhan hajat (dari dekat maupun dari jauh), bernadzar untuknya, membangun kuburnya, menghiasinya memberinya penerangan, dan mengusapnya (untuk mengambil berkah) juga bersumpah dengan selain Allah dan segala sesuatu yang serupa dengannya adalah bid’ah besar yang wajib diperangi. Dialrang keras mencari pembenaran terhadap amalan-amalan tersbut, demi menutup pintu fitnah yang lebih parah lagi. (Prinsip Keempat belas dalam Risalah At-Taalim)

8. Prinsip tentang kewalian, karomah dan aqidah yang benar“Mencintai orang-orang shalih, menghormati mereka, dan memuji mereka karena amal-amal shalih yang tampak adalah bagian dari taqarrub kepada Allah swt. Sedangkan para wali adalah orang-orang yang disebut dalam firman Allah swt.

“Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka itu bertaqwa.”-Yunus : 63-

Karomah pada mereka itu benar adanya bila memenuhi syarat-syarat syar’I, dan harus yakin bahwa mereka tidak memiliki madharat maupun manfaat bagi dirinya sendiri, baik ketika masih hidup maupun setelah meninggal dunia, apalagi bagi orang lain (Prinsip ketigabelas dalam Risalah At Ta’alim)