Resume Pendugaan Potensi Air Tanah Dengan Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger

2
PENDUGAAN POTENSI AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI KAMPUS TEGAL BOTO UNIVERSITAS JEMBER Analisis Geofosika Metode Geolistrik adalah metode untuk menganalisis keadaan bawah permukaan tanah, dimana salah satunya dapat digunakan untuk mendeteksi potensi keberadaan air tanah. Dimana dalam eksplorasi sumur dan air tanah sangat diperlukan kegiatan penyelidikan keadaan bawah permukaan, yaitu mengenai ketebalan lapisan dan jenis batuan, serta keberadaan lapisan pembawa air (akuifer). Penelitian metode geolistrik ini dilakukan untuk dapat mengetahui keadaan lapisan batuan bawah permukaan dan lapisan akuifer daerah Kampus Tegal Boto, Universitas Jember. Sehingga dapat dilakukan pendugaan terhadap potensi air tanah yang ada di daerah tersebut. Pendugaan ini dilakukan atas dasar dimana lapisan air tanah akan memiliki tahanan jenis yang berbeda apabila dialiri listrik. Yaitu tahanan jenis (resistivitas) lapisan air tanah lebih rendah daripada tahanan jenis lapisan batuan mineral. Metode Geolistrik yang digunakan adalah konfigurasi schlumberger dengan elektroda arus yang bergerak bebas dan elektroda potensial yang tetap. Setelah dilakuan penelitian, secara geologi daerah tersebut didominasi batuan vulkanik muda, seperti : tufa, lahar, breksi dan lava andesit hingga basal. Permeabilitas sedang hingga tinggi pada endapan lahar dan lava vesikuler. Zona akuifer mengalir pada porositas dan celah batuan. Akuifer produktifnya bersifat produksi sedang dengan penyebaran yang luas. Akuifer dengan keterusan dan kisaran kedalaman muka Nama : Prihatono Dwi Mayoga NIM : 21100113140077 Kelas : A

description

resume

Transcript of Resume Pendugaan Potensi Air Tanah Dengan Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger

Nama : Prihatono Dwi MayogaNIM : 21100113140077Kelas : APENDUGAAN POTENSI AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI KAMPUS TEGAL BOTO UNIVERSITAS JEMBER

Analisis Geofosika Metode Geolistrik adalah metode untuk menganalisis keadaan bawah permukaan tanah, dimana salah satunya dapat digunakan untuk mendeteksi potensi keberadaan air tanah. Dimana dalam eksplorasi sumur dan air tanah sangat diperlukan kegiatan penyelidikan keadaan bawah permukaan, yaitu mengenai ketebalan lapisan dan jenis batuan, serta keberadaan lapisan pembawa air (akuifer).Penelitian metode geolistrik ini dilakukan untuk dapat mengetahui keadaan lapisan batuan bawah permukaan dan lapisan akuifer daerah Kampus Tegal Boto, Universitas Jember. Sehingga dapat dilakukan pendugaan terhadap potensi air tanah yang ada di daerah tersebut. Pendugaan ini dilakukan atas dasar dimana lapisan air tanah akan memiliki tahanan jenis yang berbeda apabila dialiri listrik. Yaitu tahanan jenis (resistivitas) lapisan air tanah lebih rendah daripada tahanan jenis lapisan batuan mineral. Metode Geolistrik yang digunakan adalah konfigurasi schlumberger dengan elektroda arus yang bergerak bebas dan elektroda potensial yang tetap.Setelah dilakuan penelitian, secara geologi daerah tersebut didominasi batuan vulkanik muda, seperti : tufa, lahar, breksi dan lava andesit hingga basal. Permeabilitas sedang hingga tinggi pada endapan lahar dan lava vesikuler. Zona akuifer mengalir pada porositas dan celah batuan. Akuifer produktifnya bersifat produksi sedang dengan penyebaran yang luas. Akuifer dengan keterusan dan kisaran kedalaman muka airtanah sangat beragam. Debit sumur umumnya kurang dari 5 liter/detik.Dari hasil interpretasi data resistivitas batuan sebernarnya yang telah diolah oleh software IP2WIN dari resistivitas semu yang didapat langsung dari pengukuran, bahwa sebagian besar batuan memiliki resistivitas tinggi (diatas 500 m). Lapisan ini kurang bersifat pembawa air (akuifer). Debit sumur yang dapat dimanfaatkan kurang dari 5 liter/detik. Hasil pendugaan dengan geolistrik yang dikorelasikan dengan referensi kuantitatif, menunjukkan bahwa sebagian besar batuan di titik sounding 2 sampai 5 merupakan lapisan batuan keras. Namun demikian apabila akan dilakukan pengeboran air tanah sebaiknya di lakukan di titik sounding 1 (S1), dengan kedalaman pengeboran antara 100 sampai 125 meter. Pada titik S1 ini diduga sebagai lapisan pembawa air (akuifer) dengan prospek akuifer produksi setempat.