Resume Hasil Survei Mn KUPANG BARAT
-
Upload
fadlin-idrus -
Category
Documents
-
view
43 -
download
2
Transcript of Resume Hasil Survei Mn KUPANG BARAT
1
RESUME HASIL SURVEI PENDAHULUAN
ENDAPAN MANGAN DI KABUPATEN KUPANG BARAT, PROPINSI NTT
Pendahuluan
Atas permintaan manajemen PT. Grand Victory, Jakarta, survei pendahuluan
endapan bijih mangan pada daerah KP (Kuasa Pertambangan) milik PT. Grand
Victory Group di Kabupaten kupang Barat, Propinsi Nusa Tenggara Timur
selama 4 hari sejak tanggal 6-9 termasuk waktu perjalanan, telah dilakukan
sesuai rencana. Resume hasil survei awal ini akan diuraikan di bawah.
Tujuan
Sesuai dengan TOR (Term of Reference) yang standart untuk suatu survey
pendahuluan dalam bidang geologi, maka tujuan survei awal ini sebagai
berikut:
1. Melakukan pengamatan geologi endapan Mn secara lokal pada blok-blok
endapan dalam KP (Kuasa Pertambangan) dengan total luas sekitar 3000
Ha.
2. Mengamati, mendokumentasi dan menginterpretasi karakteristik
geometri dan variabilitas endapan Mn di lapangan.
3. Menentukan blok endapan Mn yang “paling” prospek untuk
ditindaklanjuti pada kegiatan ekksplorasi detail.
4. Merekomendasi metoda penambangan yang paling efektif.
2
Hasil singkat (resume) survei awal
1. Geologi endapan
Pada konteks geologi regional, endapan mangan di Kabupaten Kupang Barat
terdapat pada Formasi/Kompleks Bobonaro (Tmb) dan Formasi Gamping Koral
(Qa) namun demikian, pengamatan geologi lapangan secara seksama
menunjukan bahwa endapan Mn tersebut merupakan mangan sedimenter baik
yang vulkanik sedimenter maupun non vulkanik sedimenter. Formasi/Kompleks
Bobonaro (Tmb) ini memiliki ketebalan sampai ribuan meter (Rosidi dkk.,1996).
Ketebalan Formasi pembawa endapan Mn ini sangat berpengaruh pada potensi
ketebalan endapan Mn di daerah penelitian. Karena Formasi pembawa lapisan
Mn relatif tebal, mestinya kemungkinan besar endapan Mn di daerah penelitian
juga cukup tebal.
2. Karakteristik Endapan Mangan
a. Geometri dan variabilitas endapan
Secara umum di daerah penelitian terdapat 3 jenis mangan, yaitu mangan
berlapis dan mangan berbentuk bongkah serta mangan yang berasosiasi
dengan endapan breksi dolomite kuarter . Endapan mangan yang di daerah
penelitian difokuskan pada endapan yang memiliki geometri berupa lapisan
(layer) dengan tebal bervariasi antara 1 cm hingga 8 cm dan melapis
diantara batuan sedimen laut dalam seperti batunapal, batugamping tufan,
batupasir karbonatan dan (chert). Perlapisan Mn tidak menerus, namun
terputus-putus, lentikular, kadang-kadang menebal, menipis dan terlipat.
Dari sisi ekonomis, endapan mangan dengan bentuk seperti ini memiliki
kadar yang lebih tinggi (Mn ≥ 50%) bila dibandingkan dengan endapan
mangan tipe bongkah (Mn ≤ 50%). Seperti dikatakan sebelumnya bahwa
perulangan perlapisan Mn relatif tebal, dapat mencapai ratusan meter.
Sedangkan mangan yang tipe non vulkanik sedimenter pada lokasi pertama
yang berasosiasi dengan formasi gamping koral (Qa) dengan litologi breksi
3
dolomit kuarter sangat jarang ditemukan di indonesia namun memiliki
karakter khusus yaitu mangannya dapat berupa sebagai matriks dan semen
serta juga dapat berupa fragmen dalam satu kesatuan breksi dolomit
kuarter tersebut. Tipe mangan ini bisa jadi akan sangat ekonomis sekali
karena memiliki penyebaran yang cukup luas dan relatih hadir merata dalam
satu kesatuan breksi dolomit kuarter.
Ditinjau dari sisi variabilitas, endapan Mn daerah penelitian memiliki
variabilitas dan kompleksitas yang tinggi karena perlapisan Mn ada yang
menerus dan ada juga yang tidak menerus, lentikular, terlipat dan
menebal/menipis. Ketebalan lapisan Mn juga bervariasi dan
interlayer/interbedded dengan perlapisan batuan sedimen laut dalam
dengan perselingan prodak vulkanik seperti tuff dan lumpur vulkanik.
Sedangkan mangan yang tipe bongkah memiliki penyebaran yang setempat
setempat dan memiliki kemungkinan penyebaran dibawah permukaan yang
cukup ekonomis. Tingkat variabilitas endapan Mn ini akan mempengaruhi
metode dan tingkat akurasi estimasi sumberdaya (resources) atau cadangan
(reserves) Mn tersebut, sehingga perlu dilakukan penyelidikan lanjutan
berupa test pit dan survey geofisika.
b. Mineralogi dan geokimia endapan
Endapan Mn di daerah survei dicirikan dengan hadirnya mineral pirolusit
(MnO2) secara dominan. Pirolusit ini berwarna hitam mengkilat dan
berwarna hitam membekas di tangan bila dipegang. Pirolusit merupakan
mineral mangan sekunder hasil ubahan dari mineral mangan primer misalnya
rodokrosit (MnCO3). Secara geokimia, kadar Mn tipe berlapis tersebut relatif
tinggi dibanding dengan tipe yang bongkah, namun keduanya menjadi
prioritas eksplorasi/ekploitasi ketimbang endapan Mn tipe non vulkanik
sedimenter pada breksi dolomite, karena sulit memprediksi cadangannya.
4
c. Proses pembentukan endapan untuk eksplorasi lanjutan
Pemetaan geologi di lapangan menunjukkan bahwa terdapat hubungan erat
antara penyebaran endapan Mn dengan keberadaan mud-volcano. Lapisan
Mn biasanya berkembang pada periperal mud-volcano sampai radius ratusan
meter bahkan kilo meteran tergantung diameter/volume mud-volcano di
lokasi tersebut. Hal yang sama juga dijumpai dengan jelas di daerah
prospek daerah lokasi 5 dan 7. Selain itu, endapan Mn ini penyelidik
memperkirakan berkembang secara terbatas pada sepanjang zona patahan
(fault). Secara genetik, mud-volcano memproduksi panas (heat) dan
”hydrothermal fluids” bertemperatur 50-150°C. Panas (heat) dan larutan
hidrotermal tersebut mengubah/mengalterasi (altering) mineral Mn primer
(rodokrosit menjadi mineral Mn sekunder (pirolusit) sehingga terjadi
peningkatan kadar Mn. Berdasarkan hal tersebut, program eksplorasi lanjut
endapan Mn di daerah studi harus difokuskan pada daerah sekitar mud-
volcano untuk yang tipe berlapis ini.
Sedangkan untuk mangan yang tipe bongkah di fokuskan pada lokasi 2 dan 4
dengan menindaklanjuti dengan survey geofisika untuk memprediksi
penyebaran dan potensi cadangan yang ada di lokasi tersebut.
Mangan yang tipe terakhir yang berada pada lokasi pertama pada daerah
milik pak Yesaya perlu dilakukan studi lanjutan baik berupa mapping detil,
test pit dan survey geofisika karena karakteristiknya yang masih misterius
dan sangat menarik secara genetik. Mangan tipe ini kemungkinan memiliki
potensi yang baik secara geometrik.
3. Blok/daerah prioritas untuk eksplorasi lanjut
a. Blok/Daerah I (LP-01)
Pada daerah ini ditemukan endapan mangan berupa matriks, semen serta
fragmen pada litologi breksi dolomit, tersebar terutama pada lereng-lereng
punggungan bukit. Pada lokasi ini ditemukan mangan pada kedalaman kurang
5
lebih 1 meter hasil galian penduduk yang menambang secara manual. Kelebihan
blok/daerah ini adalah akses jalan yang relatif dekat dengan jalan utama dan
topografi yang relatif tidak terjal.
b. Blok/Daerah II (LP-02 dan LP-04)
Singkapan endapan mangan pada blok ini ditemukan pada kaki bukit berupa
lapisan mangan tipe bongkah dengan ukuran boulder 2-4 meter yang hadir
diantara endapan tuff karbonatan yang teroksidasi. Penyebaran mangan tipe ini
Foto 01. Penyebaran Mn tipe non vulkanik
sedimenter pada LP-01
Foto 02. Megaskopis Mn tipe Non vulkanik
sedimenter pada LP-01
Mn
6
setempat setempat dan kemungkinan di bawah tanah tersebut masih terdapat
endapan Mn tipe ini. Blok ini cukup dekat dengan jalan utama dan berada lebih
kurang 20 Km dari bibir pantai, sehingga memberi keuntungan tersendiri untuk
dikembangkan/eksplorasi lebih lanjut.
Mn
Mn
Foto 03. Penyebaran Singkapan endapan Mn tipe boulder/bongkah pada LP-04 daerah/blok II
Foto 04. Megaskopis Singkapan endapan Mn tipe boulder/bongkah pada pada LP-02 daerah/blok II
7
c. Blok/Daerah III (LP-05 danLP-07)
Pada daerah ini ditemukan endapan mangan berlapis terutama pada lereng-
lereng punggungan bukit. Dari singkapan yang ditemukan, terdapat beberapa
lapisan mangan dengan tebal bervariasi antara 1-3 cm. pada pit yang dibuat
oleh warga untuk penambangan secara manual, dari kedalaman 0,5 m telah
mulai terlihat perlapisan mangan diantara tuff halus dan chert yang
diperkirakan bahwa lapisan ini akan semakin dominan kearah bawah (Foto 03).
Berdasarkan data singkapan pada pit penduduk. Ketebalan endapan mangan ini
bervariasi mulai dari 2 cm – 8 cm.
Foto 05. Singkapan/ pit penduduk endapan Mn berlapis (vulkanik sedimenter) pada LP-05 daerah/blok III
Foto 06. Singkapan/ pit penduduk endapan Mn berlapis (vulkanik sedimenter) pada LP-07 daerah/blok III
Mn
Mn
8
4. Saran metoda penambangan paling efektif
a. Full manual
Metode penambangan dengan mendayagunakan masyarakat sekitar, sumber
daya manusia yang banyak terdapat di daerah sekitar tambang dapat
diberdayakan secara optimal sehingga dapat menciptakan lapangan kerja
baru. Disini, masyarakat dapat bekerja mulai dari tahapan pengupasan
lahan hingga pemisahan antara endapan mangan dengan impurities (batuan
pengotor). Penggunaan metode full manual, secara geologi sebenarnya
dapat membantu untuk mendapatkan data eksplorasi. Dengan adanya
pengupasan lahan oleh warga, maka akan terlihat kemenerusan endapan
mangan sehingga dapat dibuat rekonstruksi dari sebaran endapan mangan
tersebut. Kekurangan dari metode ini adalah hasil yang didapat tidak
maksimal karena mengandalkan tenaga manusia. Metode penambangan
seperti ini dapat dilkukan pada awal kegiatan terutama pada daerah/blok
yang sulit diakses dan pada tipe Mn berlapis karena sangat rapuh akan
mudah hancur dan remuk jika memakai alat berat seperti excavator.
b. Semi-mekanik
Dengan metode ini, endapan mangan pertama kali diambil dengan alat
berat seperti excavator baru kemudian dipilah-pilah dengan menggunakan
tenaga manusia. Keuntungan dari metode ini adalah mangan yang diambil
cukup banyak dengan waktu yang relatif lebih singkat sehingga hasil
produksi juga akan meningkat. Selain itu, resiko keselamatan kerja juga
dapat diminimalisir. Metode penambangan semi-mekanik dapat dilakukan
pada daerah yang mudah diakses, misalnya di lokasi blok I. Tenaga manusia
sangat dibutuhkan dalam men-sorting dan memisahkan lapisan Mn dengan
lapisan pengotor. Penambangan dengan full-mekanik pada daerah studi
adalah mustahil mengingat karakteristik endapan Mn yang berselang-seling
dengan lapisan non-Mn.
9
Rekomendasi eksplorasi
Berdasarkan data lapangan dari hasil survei pendahuluan ini, beberapa
rekomendasi eksplorasi lanjutan yang dapat disampaikan sebagi berikut:
1. Data eksplorasi bawah permukaan masih sangat minim, delineasi blok-blok
endapan Mn pada studi PU sebelumnya hanya berdasarkan sebaran Mn di
permukaan, sehingga masih sangat perlu eksplorasi lanjutan yang
difokuskan pada daerah prioritas di atas.
2. Kegiatan eksplorasi lanjutan dapat difokuskan pada kegiatan
penggalian/test pitting pada kedalaman ≥ 5 meter sehingga diharapkan
dapat menembus lapisan tanah (soil) yang tebal dan bisa dilakuakn survey
geofisika.
3. Berhubung ketebalan soil yang besar dan kekerasan batuan/soil yang
tinggi,test pitting pada daerah/blok yang dekat dengan jalan raya dapat
dibantu dengan menggunakan excavator. Pihak manajemen perusahaan
dapat membicarakan hal tersebut lebih jauh (mempertimbangkan aspek
mutual benefit).
4. Prioritas penambangan manual/tambang rakyat dapat dilakukan di
daerah/blok I dan II, karena topografi terjal/akses jalan agak jauh, namun
daerah/blok ini diperkirakan memiliki potensi Mn yang cukup potensi.
Bahan pustaka
Rosidi, H.M.D.., Tjokrosapoetro, S.,dan Gafoer, S.,1996, Peta Geologi Lembar Kupang-Atambua,Timor. Geological Survey of Indonesia, skala 1:250.000.
10
LAMPIRAN 1. PETA GEOLOGI DAN PENYEBARAN MANGAN DAERAH KP PT. GRAND VICTORY