RESUME Fathya.doc

13
RESUME PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Oleh FATHYA INTAN LESTARI, S. Farm No. BP : 1341012013 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

Transcript of RESUME Fathya.doc

RESUME

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKEROlehFATHYA INTAN LESTARI, S. FarmNo. BP : 1341012013

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKERFAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2014

PENDAHULUAN

Berdasarkan PP No. 51 Th. 2009, tempat praktek kefarmasian apoteker dapat dibagi dua, yaitu pada fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas farmasi bukan pelayanan. Fasilitas pelayanan kesehatan ini berupa apotek, rumah sakit, puskemas, dan lainnya yang memungkinkan apoteker berhubungan langsung dengan pasien. Fasilitas farmasi bukan pelayanan terdiri dari fasilitas produksi sediaan farmasi berupa industri obat, obat tradisional, dan kosmetika, dan fasilitas distribusi sediaan farmasi berupa Pedagang Besar Farmasi (PBF). Apoteker pada fasilitas farmasi bukan pelayanan ini tidak berhubungan langsung dengan pasien.Praktek kerja profesi apoteker merupakan upaya untuk meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi, posisi dan tanggung jawab apoteker serta membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian baik itu di rumah sakit, apotek, maupun di industri.

Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Dengan adanya pelaksanaan praktek kerja profesi apoteker di rumah sakit, diharapkan seorang calon apoteker mampu untuk memahami kompetensi apoteker di rumah sakit. Kompetensi apoteker di rumah sakit tidak hanya dari segi pelayanan tapi juga dari segi manajemen persedian perbekalan obat dan alat kesehatan, meliputi perencanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat dan alat kesehatan.

Praktek kerja profesi apoteker di bidang apotek dilaksanakan agar calon apoteker dapat memahami kompetensi apoteker dalam pengelolaan apotek, melaksanakan pekerjaan kefarmasian di apotek, melaksanakan perencanaan dan pengadaan barang, serta di bidang pharmaceutical care meliputi komunikasi, informasi, edukasi yang berkaitan dengan obat dan perbekalan kesehatan kepada pasien, sehingga diharapkan dengan dilaksanakannya praktek kerja profesi apoteker di apotek, maka seorang calon apoteker dapat mengetahui dan memahani tugas dan tanggung jawab apoteker dalam mengelola apotek, mendapatkan pengetahuan manajerial praktis di apotek, mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di apotek, mendapatkan kesempatan untuk melihat dan mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan praktek farmasi komunitas di apotek serta dapat meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi apoteker yang profesional.

Dalam bidang industri farmasi, seorang calon apoketer diharapkan juga dapat memahami kompetensi apoteker praktisi industri, yakni dalam bidang manajemen mutu, manajemen produksi, pengembangan produk, manajemen persediaan dan informasi produk. Diharapkan dengan memahami kompetensi apoteker di industri farmasi, seorang calon apoteker memperoleh manfaat dalam pelaksanaan praktek kerja bidang industri farmasi, yang antara lain adalah mengetahui dan memahami tugas dan tanggung jawab apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian di industri farmasi, mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di industri farmasi, serta dapat meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi apoteker yang profesional.

I. PKPA RUMAH SAKIT

a. Waktu dan Tempat

Tempat PKP

: Rumah Sakit Stroke Nasional

Alamat

: Jln.Sudirman No.11, Bukittinggi

Periode PKPA

: 6 Januari29 Maret 2014b. Materi PKPA:

Visite merupakan aktivitas rutin dokter untuk memeriksa dan mengevaluasi perkembangan pasien yang dirawat inap, termasuk rencana terapi dan pemberian obat. Visite dilakukan setiap hari. Mahasiswa apoteker bersama tenaga kesehatan lainnya ikut serta dalam visite bersama dokter. Setelah visite, dokter akan menuliskan rencana terapi sesuai dengan kondisi pasien apakah pasien tersebut mendapat tambahan terapi, tetap dilanjutkan, atau dihentikan. Tenaga farmasi akan menyiapakan obat sesuai dengan kartu instruksi pemakaian obat yang telah di paraf oleh dokter. Disini mahasiswa apoteker membantu menyiapkan obat yang dibutuhkan, dan memberi etiket. Lalu petugas farmasi akan memeriksa kembali sebelum diserahkan ke perawat. Obat tersebut kemudian dibawa ke masing-masing bangsal untuk diserahkan kepada perawat. Kemudian perawat memeriksa ulang obat sebelum diserahkan kepada pasien. Disini, mahasiswa membantu memeriksa obat yang akan diberikan kepada pasien dengan menyesuaiakan dengan catatan medik pasien dan menandai obat yang akan diberikan pada lembaran catatan pengobatan pasien. Obat kemudian diserahkan ke masing-masing pasien sesuai interval atau waktu pemakaian obat (pagi, siang, malam) disertai dengan penjelasan tentang cara pemakaian obat. Obat yang disiapkan untuk satu hari pemakaian dan didistribusikan kepada setiap pasien, sistem distribusi ini disebut ODD = One-day Dose Dispensing. ODD ini merupakan sistem distribusi yang dimodifikasi antara sistem distribusi UDD dan IDD. Bila pasien akan pulang, maka apoteker akan memberikan konseling mengenai pemakaian obat pulang disertai dengan pemberian lembaran jadwal minum obat untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam minum obat. Kegiatan ini juga dilakukan oleh mahasiswa praktek.

Di instalasi farmasi, mahasiswa dibimbing untuk dapat mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien mulai dari perencanaan, pengadaan, pemesanan, penerimaan, penyimpanan, produksi, pendistribusian, dan evaluasi penggunaan perbekalan farmasi.

Metode penyimpanan digudang dilakukan berdasarkan kelas terapi, menurut bentuk sediaan dan alfabetis dengan menerapkan prinsip FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First In First Out). Kegiatan Sterilisasi alat kesehatan dan lainnya di RSSN, berada dibawah taggung jawab instalasi farmasi. Di bagian ini lakukan sterilisasi terhadap alat kesehatan, pembuatan aquadest, NaCI 0,9 % dengan mengunakan peralatan yang menunjang pelaksanaannya. Untuk sterilisasi digunakan autoklaf, untuk pembuatan aquadest digunakan alat destilasi, sedangkan pembuatan NaCl 0,9 % dibuat dengan menggunakan larutan aquadest. Kegiatan produksi dilakukan untuk obat yang diracik sesuai dengan formulasi yang telah ada di rumah sakit. Kegiatan farmasi digudang meliputi perencanaan, pemesanan, penerimaan penyimpanan, pendistribusian, pelaporan. Gudang juga berada di bawah instalasi farmasi yang dikepalai oleh seorang Apoteker.Setiap tiga minggu sekali tepatnya pada hari rabu mahasiswa akan melakukan CRS (Case Report Study) dengan mengangkatkan satu kasus yang sebelumnya telah disetujui dan didiskusikan bersama preseptor satu yang berada di Rumah Sakit.c. Kesimpulan

Kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemberian obat, pengendalian, penghapusan, pelaporan dan evaluasi.

Di rumah sakit terdapat produksi farmasi, produksi dilakukan hanya untuk obat dengan formula khusus, sediaan yang harus dibuat baru serta larutan-larutan yang pemakaiannya dalam jumlah banyak dan harnya murah.

Sterilisasi menjadi faktor penting untuk tingkat kejadian infeksi di rumah sakit.

Sistem distribusi obat di rumah sakit yaitu UDD yang dimodifikasi dengan ODD (pemberian dilakukan per unit dose tapi disiapkan disiapkan untuk 1 hari pakai)

Apoteker di apotek rawat inap betanggung jawab penuh, mulai dari penyiapan, pemberian dan monitoring obat serta identifikasi DRP dan solusi obat.II. PKPA INDUSTRI

a. Waktu dan Tempat

Nama Industri

: Lembaga Farmasi Angkatan Udara (LAFIAU)

Alamat Industri: Lembaga farmasi TNI AU (LAFIAU) Drs. Roostyan Effendie,Apt Lanud Husein Sastranegara, Bandung.

Periode PKPA

: 1 29 April 2014

b. Materi PKPA:

PKPA industri farmasi di Lafiau Bandung dilakukan selama 1 bulan dengan jam kerja yaitu pukul 07.00-16.00 WIB. Praktek kerja dilakukan di tiga bagian penting Lafiau yaitu bagian produksi, bagian pengujian dan pengembangan (Uji Bang), dan bagian Gudang farmasi.

Lafiau ( Lembaga Farmasi Angkatan Udara) Bandung merupakan lembaga yang berkepemilikan pemerintah dan pelaksana teknis dari dinas kesehatan angkatan udara (Diskesau) dalam melakukan produksi obat jadi dan pengawasan mutu, pembekalan alat kesehatan, dan mendukung pelayanan kesehatan bagi seluruh anggota TNI pada umumnya dan TNI AU khususnya. Obat yang diproduksi oleh Lafiau hanya dapat digunakan oleh anggota angkatan udara beserta keluarganya. Obat yang dihasilkan tidak boleh dipasarkan kepada masyarakat umum karena tidak mendapatkan izin registrasi dan nomor registrasi dari BPOM. Walaupun demikian Lafiau telah menerapkan standar Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam kegiatan produksi obatnya. Saat ini Lafiau masih menggunakan standar CPOB 2001 dan dalam proses perbaikan untuk dapat memenuhi syarat CPOB terbaru.

Lafiau telah menerima 15 sertifikat CPOB. Untuk pengadaan perbekalan kesehatan lafiau baik bahan baku obat, alat kesehatan, dan embalage berdasarkan rencana produksi satu tahun anggaran, persediaan perbekalan, dan kebutuhan satuan kerja di daerah. Usulan pengadaan diajukan oleh Kalafiau kepada kepala Diskesau. Setelah dilakukan evaluasi, diskesau akan mengajukan usulan pengadaan yang telah disetujui dinas pengadaan AU (Disadaau). Selanjutnya Disadaau akan melakukan tender untuk menentukan rekanan yang memenuhi syarat untuk mengadakan perbekalan kesehatan. Selanjutnya perbekalan kesehatan dari rekanan dikirim langsung ke Lafiau.

Bagian produksi Lafiau dikepalai oleh seorang apoteker. Bagian produksi lafiau dibagi lagi menjadi 3 unit, yaitu unit tablet yang memproduksi sediaan obat bentuk tablet, unit kapsul yang memproduksi sediaan obat bentuk kapsul, dan unit khusus yang memproduksi sediaan obat dalam bentuk sirup, salep dan krim. Bangunan produksi lafiau terdiri dari 3 bangunan yang telah memenuhi standar CPOB, yaitu bangunan produksi non beta laktam, bangunan produksi beta laktam, dan bangunan produksi sefalosporin. Pemisahan bangunan ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang dalam ruang produksi. Bangunan produksi Lafiau pada umumnya terdiri dari locker room, laundry, penimbangan, granulasi, pengeringan granul, pencetakan tablet, pengisian kapsul, produksi kapsul, produksi salep, produksi sirup, stripping, ruang antara, ruang produk ruahan serta ruang pencucian alat dan ruang pengemasan. Bangunan produksi Lafiau telah dilengkapi dengan Air Handling System (AHS) dan dehumidifier untuk mengatur tekanan dan kelembaban udara di ruang produksi. Pada bangunan beta laktam dan sefalosporin juga dilengkapi dengan air shower serta ruang steril di bangunan produksi sefalosporin.

Alur kegiatan produksi di lafiau secara umum dimulai dengan penimbangan bahan baku yang diperlukan, kemudian dilakukan proses produksi sesuai dengan protap yang tertulis di batch record obat yang akan dibuat. Setiap produk antara yang dihasilkan selama proses produksi dilakukan pemeriksaan IPC (in process control) untuk menjamin mutu produk yang dihasilkan. IPC merupakan pengawasan yang dilakukan selama proses produksi obat yang bertujuan untuk mencegah terlanjur diproduksinya obat yang tidak memenuhi spesifikasi. Sebagai contoh IPC yang dilakukan pada pembuatan tablet yaitu pemerian, kadar air granul, kadar zat aktif, homogenitas, dan sifat alir.

Hasil dari proses produksi berupa produk ruahan juga dilakukan pemeriksaan mutu sesuai dengan bentuk sediaan yang dibuat. Jika memenuhi syarat produk ruahan akan dibawa ke ruang pengemasan primer untuk dikemas dengan embalage yang cocok (strip, botol, tube, dll) sehingga dihasilkan produk obat jadi. Selanjutnya dilakukan evaluasi mutu sediaan akhir, jika memenuhi syarat produk jadi dibawa ke ruang pengemasan sekunder. Produk obat yang siap dikemas kemudian disimpan di gudang obat sebelum didistribusikan ke satker-satker yang membutuhkan.

Bagian pengujian dan pengembangan dipimpin oleh kepala bagian uji bang yang bertanggunag jawab kepada kalafiau. Sebagai fungsi pengawasan mutu berada dibawah tanggung jawab unit pengujian dan pengembangan (Uji Bang) Lafiau. Tugas utama dari unit uji bang adalah melaksanakan pengujian dan percobaan atas kualitas pembekalan kesehatan serta melaksanakan penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan hasil produksi obat jadi. Kabag ujibang dibantu oleh unit uji coba, unit penelitian dan pengembangan, serta unit pendidikan dan pelatihan.Ruang bagian ujibang terdiri dari ruang penelitian dan pengembangan, ruang penyimpanan bahan baku dan peralatan gelas, ruang contoh pertinggal, ruang timbang, ruang analisis, ruang reagensia, ruang instrumen dan laboratorium mikrobiologi. Sementara peralatan atau instrumen yang tersedia berupa peralatan timbangan untuk berbagai kapasitas, alat pengukur kerapuhan tablet (friabilator), alat penentu titik leleh, oven, autoklaf, alat pengukur waktu hancur, alat pengukur kekerasan tablet, lemari asam, HPLC, spektrofotometer, alat disolusi, dan colony counter. Gudang memiliki fungsi sebagai tempat penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan, pendistribusian, pengendalian dan pemusnahan serta pelaporan logistik agar kualitas dan kuantitas terjamin. Gudang pusat farmasi (Gupusfi) lafiau terdiri dari 4 gudang, yaitu gudang transit, gudang obat jadi dan bahan baku (Guhanjabaku), gudang alat kesehatan (Gupalkes), dan gudang penyaluran (Gulur). Gudang transit/karantina merupakan gudang untuk penerimaan perbekalan kesehatan dari rekanan yang dikarantina terlebih dahulu untuk dilakukan pemeriksaan sesuai dengan persyaratan barang yang telah ditentukan dalam perjanjian dengan rekanan. Gudang obat jadi dan bahan baku merupakan tempat penyimpanan obat jadi hasil produksi, obat jadi hasil pembelian dari rekanan, bahan baku obat yang akan diproduksi, serta embalage obat. Gupalkes merupakan gudang penyimpanan alat-alat kesehatan seperti masker, handscoon, alat-alat pemeriksaan gigi, reagen, dan lainnya. Gulur merupakan tempat penyimpanan sementara perbekalan-perbekalan kesehatan yang telah siap di kemas untuk tiap-tiap satker dan siap untuk dikirimkan baik melalui jalur darat maupun udara. Barang yang ada digudang disusun berdasarkan fungsi terapi dan bentuk sediaan untuk obat jadi, abjad, dan sistem ALMS (Automatic Logistic Management System).c. KesimpulanLafiau telah memenuhi standar CPOB baik dari fasilitas maupun proses produksi obat yang dilakukan. Penerapan aspek-aspek CPOB telah berjalan dengan baik. Posisi-posisi penting dalam industri farmasi secara umum, yaitu bagian produksi, bagian Quality Control, dan Quality Assurance telah dikepalai oleh apoteker seperti yang disyaratkan dalam CPOB. Akan tetapi pada lafiau, fungsi pengawasan mutu (Quality Control/QA) dan fungsi pemastian mutu (Quality Assurance/QA) belum ada pemisahan yang jelas. Kedua fungsi QA dan QC ini masih berada dalam satu bagian yaitu pada unit Uji Bang. Diharapkan nantinya adanya pemisahan yang jelas antara bagian QA dan QC di lafiau.III. PKPA APOTEK

a. Waktu dan Tempat

Nama Apotek

: Apotek Sawahan Alamat

: Jl. Sawahan No. 33 - Padang

APA

: Dr. Fatma Sri Wahyuni, S.Si, Apt

PSA

: Marharamis HakimPeriode PKPA

: 5 Mei 14 Juni 2014b. Materi PKPA:Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA). Izin apotek ini berlaku untuk seterusnya selama apotek yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan registrasi apotek dilakukan sekali dalam setahun, kemudian APA dapat melaksanakan pekerjaannya dan masih memenuhi persyaratan. Tata cara pemberian izin apotek menurut Permenkes no. 922/Menkse/Per/1993 dan UU no. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah adalah sebagai berikut:1. Permohonan izin apotek diajukan oleh apoteker kepada Kepala Kantor Departemen Kesehatan tingkat II dengan tembusan kepada Kepala Direktur Jendral Balai POM.

2. Kepala Kantor Depkes tingkat II selambat-lambatnya 6 hari kerja setelah menerima permohonan, wajib menugaskan kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan apotek untuk melakukan kegiatan.

3. Kepala Balai POM selambat-lambatnya 6 hari kerja setelah diminta oleh Kepala Kantor Depkes tingkat II wajib melaporkan hasil pemeriksan kepada Dinas Kesehatan Kota atau Kabupaten.

4. Dalam hal pemeriksaan, jika tidak dilaksanakan apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kakandepkes tingkat II dengan tembusan kepada Kepala Dirjen dan Kepala Balai POM.

5. Dalam jangka waktu 12 hari kerja setelah diterima laporan hasil pemeriksan Balai POM, Kakandepkes tingkat II mengeluarkan surat izin apotek.

6. Dalam hal hasil pemeriksaan Kepala Balai POM masih belum memenuhi syarat, Kakandepkes tingkat II dalam 12 hari kerja mengeluarkan surat penundaan.

7. Terhadap surat penundaan, apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal surat penundaan.Perhitungan harga di Apotek Sawahan adalah sebagai berikut: (a). Untuk obat-obat yang dijual tanpa resep dokter, Harga Jual = Harga Faktur + PPN 10 % + Laba 20 %.(b). Untuk obat-obat yang dijual dengan resep dokter, Harga Jual = Harga Faktur + PPN 10 % + laba apotek + tuslah + harga etiket dan kemasan ( Emabalase ). Resep yang masuk kemudian dicatat dibuku khusus resep.Barang yang habis atau persediaan barang yang tinggal sedikit harus segera dipesan. Pemesanan barang dilakukan dengan cara pemesanan atau pembelian barang melalui PBF dengan menggunakan surat pesanan yang dibuat oleh asisten apoteker dan ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama dan nomor Surat Izin Praktek Apoteker. Surat pesanan dibuat rangkap dua yang terdiri dari warna putih (asli) dan warna pink untuk arsip. Pemesanan obat juga dapat dilakukan melalui telepon yang diikuti dengan surat pemesanan barang jika barang yang dipesan telah datang.

Petugas apotek menerima barang yang telah dipesan disertai dengan copy faktur dan tanda terima barang dari PBF yang bersangkutan. Pada saat penerimaan barang dilakukan pengecekan terhadap nama, jenis dan jumlah barang, harga satuan, jumlah total harga, potongan harga (kalau ada) dan batas kadaluarsa. Jika sesuai dengan persyaratan maka faktur distempel dan diparaf oleh asisten apoteker yang bersangkutan. Barang yang diterima dicatat pada buku penerimaan barang. Selanjutnya barang disusun pada tempatnya yaitu masuk dalam gudang sambil dicatat ke dalam buku stok barang.

Barang disimpan secara profesional sehingga memudahkan dalam pencarian, pengambilan, pengawasan dan terlindung dari kerusakan. Barang disimpan pada tempat yang bersih, aman, tidak terkena cahaya matahari langsung atau tidak lembab. Barang disusun dengan cara mengelompokkan barang berdasarkan bentuk sediaan, kemudian disusun menurut abjad.Distribusi obat dilakukan secara FEFO dan FIFO. Apotek Sawahan tidak ada menyimpan obat Narkotika. Pelaporan obat terdiri dari pelaporan Psikotropika yang ditujukan kepada Dinas kesehatan Kota Padang dan tembusan kepada Dinas Kesehatan Tingkat I, BPOM, dan Arsip. Pelaporan Psikotropika dilakukan setiap bulan.Tahapan penjualan obat dengan resep dokter di Apotek:

1. Periksa kelengkapan resep, yaitu : tanggal, nama, alamat pasien, signa resep, jumlah, cara pembuatan, cara pakai, informasi ulang dan tandatangan dokter.

2. Perhitungan harga, dan konfirmasi kepada pasien. Bila pasien menyetujui, lanjut dengan penomoran resep dan peracikan.

3. Untuk resep racikan dilakukan perhitungan, penimbangan bahan obat dan pembuatannya.

4. Obat yang telah selesai diracik dikemas dan diberi etiket yang sesuai kemudian diperiksa ulang oleh asisten apoteker mengenai nama pasien, nomor resep, nama dan jumlah obat serta aturan pakai sesuai petunjuk dokter.

5. Obat diserahkan pada pasien dengan memanggil pasien. Pasien diminta membayar sesuai harga obat pada kasir dan kasir dapat memberikan bukti pembayaran jika diminta oleh pasien. Sebaiknya ditanyakan lagi alamat jelas pasien diperlukan.

6. Dalam penyerahan obat kepada pasien diberikan informasi yang diperlukan mengenai obat.7. Obat-obat yang tidak diambil seluruhnya oleh pasien atau resep yang diulang (iter) dibuat salinan resepnya dan diserahkan bersama obat, salinan resep dapat juga dibuatkan jika diminta oleh pasien yang bersangkutan. Setiap hari resep obat yang masuk dikumpulkan dan dibundel kemudian diberi tanggal. Untuk penjualan obat bebas (tanpa resep dokter) lebih sederhana dibandingkan dengan pelayanan terhadap resep dokter. Petugas dapat langsung mengambilkan obat yang diminta oleh konsumen setelah harga disetujui, kemudian langsung dibayar pada kasir dan dicatat pada buku penjualan bebas oleh kasir. Pada saat pergantian shift, kasir akan menghitung jumlah uang yang masuk dan diserahterimakan dengan petugas berikutnya. c. KesimpulanApotek Sawahan telah berjalan sesuai dengan fungsinya sebagai apotek yang melakukan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Aktivitas kefarmasian telah berorientasi pada kepentingan pasien yang dilihat dari aspek keamanan dan pelayanan yang telah diberikan. Selain itu, PKPA di apotek memberikan pengalaman kepada calon apoteker tentang pekerjaan kefarmasian yang dilakukan di apotek (pelayanan resep dokter dan obat bebas, pemesanan obat, pencatatan dan pelaporan penggunaan psikotropika dan narkotika).PENUTUP

Seorang apoteker memilki peran dan fungsi penting baik dalam produksi dan pengelolaan obat juga dalam pelayanan kefarmasian atau pharmaceutical care. Peran dan fungsi apoteker ini sangat berhubungan dengan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat banyak. Oleh karena itu dalam menjalankan tugas keprofesiaannya, apoteker harus senantiasa mengikuti peraturan perundangan yang berlaku serta mematuhi kode etik profesi apoteker yang ada.

Pelaksanaan PKPA bagi mahasiswa calon apoteker diharapkan mampu menjadi sarana untuk memberikan pengalaman kepada praktikan mengenai pekerjaan kefarmasian baik di rumah sakit, industri farmasi dan apotek. Peran apoteker baik di apotek, industri farmasi, dan rumah sakit berbeda dan memiliki kompetensi masing-masing. Pada bidang apotek, seorang apoteker harus mampu untuk melaksanan pekerjaan kefarmasian di apotek yaitu apoteker dalam aspek manajerial dan aspek teknis kefarmasian. Apoteker di industri farmasi sebagai penanggung jawab bidang pemastian mutu, produksi dan pengawasan mutu harus mampu untuk bekerja sama agar tujuan mutu yaitu jaminan terhadap khasiat, keamanan dan kualitas produk dapat tercapai. Industri farmasi berpedoman kepada CPOB untuk pembuatan obat yang konsiten, memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Di rumah sakit, apoteker memiliki fungsi dalam pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan kefarmasian. Dengan memahami kompetensi apoteker di ketiga bidang tersebut, seorang calon apoteker mendapat gambaran nyata di lapangan yang dapat digunakan untuk mempersiapkan diri menjadi apoteker yang kompeten.