Ressi Domitila (f1071131004) Transpirasi

download Ressi Domitila (f1071131004) Transpirasi

of 16

description

Transpirasi

Transcript of Ressi Domitila (f1071131004) Transpirasi

LAPORAN ANATOMI FISIOLOGI TUMBUHAN Transpirasi

Disusun Oleh Nama: Ressi DomitilaNim : F1071131004Kelompok: IV ( Empat)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGIFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS TANJUNGPURA2015

AbstrakTranspirasi adalah proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata, kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata. Transpirasi adalah proses evaporasi pada tumbuhan. Transpirasi terjadi dalam setiap bagian tumbuhan (biarpun hanya sedikit), pada umumnya kehilangan air terbesar berlangsung melalui daun-daun. Adapun tujuan dari pratikum transpirasi ini adalah mengukur kecepatan transpirasi daun secara tidak langsung denganmengukur kecepatan absorpsi airnya. Ada beberapa factor yang mempengaruhi transpirasi serta perbandingan transpirasi pada 3 kondisi yaitu yang pertama dengan meletakan Impatiens balsamina yang telah dimasukan kedalam fotometer Pada meja praktikum yang kedua di depan kipas angin dan yang ketiga di bawah matahari terang benderang.dari hasil pengamatan didapatkan bahwa hasil kecepatan transpirasi di meja praktikum sebesar 0,000005 s/t., di depan kipas angin sebesar 0,000026, dan di bawah sinar matahari sebesar 0,00006 s/t. Jadi kecepatan transpirasi dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, angin, dan cahaya.Kata kunci: Fotometer, Impatiens balsamina, Stomata, Transpirasi.

Abstrac

Transpiration is the process of loss of water in vapor form from the plant tissue through stomata, possible loss of water from the plant tissue through other parts of the plant that could happen, but the portion of the loss is very small compared with that lost through the stomata. Transpiration is the evaporation process in plants. Transpiration occurs in every part of the plant (even if only slightly), the largest water loss generally takes place through the leaves. The purpose of this is to measure the pratikum transpiration leaf transpiration rate indirectly dengan mengukur speed of water absorption. There are several factors that affect transpiration and transpiration ratio in the first three conditions, namely by putting Impatiens balsamina which has been incorporated into fotometer In the second lab table in front of a fan and the third under the bright sun benderang.dari observations showed that the results of the transpiration rate The lab table of 0,000005 s/t, in front of a fan of 0,000026 s/ t, and in the sun of 0,00006 s/t. So the transpiration rate is influenced by temperature, humidity, wind, and light.

Keywords: Photometer, Impatiens balsamina,Stomata, Transpiration,

PendahuluanAir merupakan salah satu faktor penentu bagi berlangsungnya kehidupan tumbuhan. Banyaknya air yang ada didalam tubuh tumbuhan selalu mengalami fluktuasi tergantung pada kecepatan proses masuknya air kedalam tumbuhan , kecepatan proses penggunaan air oleh tumbuhan dan kecepatan proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan dari sekian banyak air yang diserap oleh tumbuhan, hanya 10% saja yang digunakannya sedangkan sisanya sebanyak 90% dikeluarkan ke lingkungan luar dalam bentuk uap air. Adapun proses pengeluaran uap air dari tumbuhan tersebut di kenal dengan sebutan transpirasi. Transpirasi ini sendiri dapat terjadi melalui stomata, kutikula maupun lentisel. Akan tetapi proses transpirasi paling banyak terjadi melalui stomata pada daun. Transpirasi memiliki arti penting bagi tumbuhan karena berperan dalam hal membantu meningkatkan laju angkutan air dan garam mineral, mengatur suhu tubuh dengan cara melepaskan kelebihan panas dari tubuh, dan mengatur turgor optimum di dalam sel. Transpirasi sendiri di pengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor luar maupun faktor dari dalam tumbuhan itu sendiri.Mengingat akan pentingnya transpirasi tersebut, maka dilakukanlah praktikum ini. Pada praktikum ini khusus mengukur kecepatan transpirasi daun secara tidak langsung dengan mengukur kecepatan absorpsi airnya.Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata, kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata.Transpirasi adalah proses evaporasi pada tumbuhan. Transpirasi terjadi dalam setiap bagian tumbuhan (biarpun hanya sedikit), pada umumnya kehilangan air terbesar berlangsung melalui daun-daun. Ada dua tipe transpirasi yaitu :1. Transpirasi kutikula yaitu evaporasi air yang terjadi secara langsung melalui kutikula epidermis.2. Transpirasi stomata yang dalam hal ini kehilangan air berlangsung melalui stomata.Hampir 97% air dari tanaman hilang melalui transpirasi stomata.

Kutikula daun secara relatif tidak tembus air dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 % atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang terjadi melalui stomata (Loveless, 1991).Proses transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya gravitasi bumi, juga dapat mendinginkan tanaman yang terus menerus berada di bawah sinar matahari. Mereka tidak akan mudah mati karena terbakar oleh teriknya panas matahari karena melalui proses transpirasi, terjadi penguapan air dan penguapan akan membantu menurunkan suhu tanaman. Selain itu, melalui proses transpirasi, tanaman juga akan terus mendapatkan air yang cukup untuk melakukan fotosintesis agar keberlangsungan hidup tanaman dapat terus terjamin.Proses transpirasi pada dasarnya sama dengan proses fisika yang terlibat dalam penguapan air dari permukaan bebas. Dinding mesofil basah yang dibatasi dengan ruang antar sel daun merupakan permukaan penguapan.Konsentrasi uap air dalam ruang antar sel biasanya lebih besar daripada udara luar. Manakala stomata terbuka, lebih banyak molekul air yang akan keluar dari daun melalui stomata dibandingkan dngan jumlah yang masuk per satuan waktu, dengan demikian tumbuhan tersebut akan kehilangan air.(Masdar, 2003).Faktor yang mempengaruhi transpirasi terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal.Faktor internal diantaranya adalah :1. Penutupan stomata : Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula secara relatif tidak tembus air, dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi apabila stomata tertutup. Jika stomata terbuka lebih lebar, lebih banyak pula kehilangan air tetapi peningkatan kehilangan air ini lebih sedikit untuk mesing-mesing satuan penambahan lebar stomata Faktor utama yang mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata dalam kondisi lapangan ialah tingkat cahaya dan kelembapan.2. Jumlah dan ukuran stomata : Jumlah dan ukuran stomata, dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih sedikit terhadap transpirasi total daripada pembukaan dan penutupan stomata.3. Jumlah daun : Makin luas daerah permukaan daun, makin besar evapotransprasi.4. Penggulungan atau pelipatan daun : Banyak tanaman mempunyai mekanisme dalam daun yang menguntungkan pengurangan transpirasi apabila persediaan air terbatas.5. Kedalaman dan proliferasi akar : Ketersedian dan pengambilan kelembapan tanah oleh tanaman budidaya sangat tergantung pada kedalaman dan proliferasi akar. Perakaran yang lebih dalam meningkatkan ketersediaan air, dari proliferasi akar (akar per satuan volume tanah ) meningkatkan pengambilan air dari suatu satuan volume tanah sebelum terjadi pelayuan permanen.(Gardner, et.al., 1991)

Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi transpirasi diantaranya :.1. KelembabanBila daun mempunyai kandungan air yang cukup dan stomata terbuka, maka laju transpirasi bergantung pada selisih antara konsentrasi molekul uap air di dalam rongga antar sel di daun dengan konsentrasi mulekul uap air di udara.2. SuhuKenaikan suhu dari 180 sampai 200 F cenderung untuk meningkatkan penguapan air sebesar dua kali. Dalam hal ini akan sangat mempengaruhi tekanan turgor daun dan secara otomatis mempengaruhi pembukaan stomata.3. CahayaCahaya memepengaruhi laju transpirasi melalui dua cara pertama cahaya akan mempengaruhi suhu daun sehingga dapat mempengaruhi aktifitas transpirasi dan yang kedua dapat mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-tutupnya stomata.4. AnginAngin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju transpirasi. Angin menyapu uap air hasil transpirasi sehingga angin menurunkan kelembanan udara diatas stomata, sehingga meningkatkan kehilangan neto air. Namun jika angin menyapu daun, maka akan mempengaruhi suhu daun. Suhu daun akan menurun dan hal ini dapat menurunkan tingkat transpirasi.5. Kandungan air tanahLaju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan alju absorbsi air di akar. Pada siang hari biasanya air ditranspirasikan lebih cepat dari pada penyerapan dari tanah. Hal tersebut menyebabkan devisit air dalam daun sehingga terjadi penyerapan yang besar, pada malam hari terjadi sebaliknya. Jika kandungan air tanah menurun sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lambat. Hal ini cenderung untuk meningkatkan defisit air pada daun dan menurunkan laju transpirasi lebih lanjut (Loveless,1991).

Pada tanaman, transpirasi itu pada hakekatnya suatu penguapan air yang baru yang membawa garam-garam mineral dari dalam tanah. Pula, transpirasi juga bermanfaat di dalam hubungan penggunaan sinar (panas) matahari. Kenaikan temperatur yang membahayakan dapat dicegah karena sebagia dari sinar matahari yang memancar itu digunakan untuk penguapan air (Dwijoseputro, 1980).Transpirasi dapat membahayakan tanaman jika lengas tanah terbatas, penyerapan air tidak mampu mengimbangi laju transpirasi, w sel turun, p menurun, tanaman layu,layu permanent, mati, hasil tanaman menurun. Sering terjadi di daerah kering, perlu irigasi, meningkatkan lengas tanah, pada kisaran layu tetap kapasitas lapangan (Salisburi,1992).Mekanisme adaptasi tanaman untuk mengatasi cekaman kekeringan adalah dengan respon kontrol transpirasi (Levitt, 1980; Neuman et al.,1994) dan pengaturan osmotik sel (Morgan, 1984). Pada mekanisme ini, terjadi sintesis dan akumulasi senyawa organik yang dapat menurunkan potensial osmotik sehingga menurunkan potensial air dalam sel tanpa membatasi fungsi enzim serta menjaga turgor sel. Beberapa senyawa yang berperan dalam penyesuaian osmotikal sel antara lain gula osmotik, prolin dan betain.Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Cimanggu, Bogor, pada bulan Pebruar 2012 sampai Juli 2012. Perlakuan terdiri dari dua faktor yaitu faktor varietas dan faktor pemberian air/cekaman kekeringan. Faktor varietas terdiri atas empat (4) taraf yaitu: Sidikalang, Lokseumawe, Tapaktuan dan Klon Bio-4. Faktor interval penyiraman terdiri dari 4 taraf yaitu penyiraman 1, 3, 6 dan 9 hari sekali. Penyiraman kembali diberikan sampai mencapai kapasitas lapangan. Media tanam yang digunakan untuk percobaan ini berupa tanah lapisan olah kering angin sebanyak 6 kg/pot yang berasal dari Kampung Pasir Pogor, Cijeruk, Kabupaten Bogor, dimasukkan ke dalam pot pvc bervolume 10 liter. Pemupukan dengan takaran dan komposisi pupuk yang diberikan sesuai dengan dosis anjuran (Nuryani et al., 1998), yaitu pada bulan pertama Urea 70 kg ha-1 (2,5 g/pot), SP-36 100 kg ha-1 (3,5 g/pot), dan KCl 150 kg ha-1.(5 g/pot), pada umur 3 bulan diberi pupuk Urea 130 kg ha-1 (4,5 g/pot). Tanaman disusun sesuai dengan Pengukuran konduktivitas stomata, dan laju transpirasi dilakukan pada pukul 10.00 14.00 pada daun muda yang telah tumbuh maksimal pada ruas 2-3 dari pucuk, dengan menggunakan portable Photosynthesis System, LICOR tipe LI-6400. Pengukuran kandungan air nisbi (KAN) dilakukan sebelum penyiraman dengan menimbang bobot segar daun (bs), setelah itu segera direndam dalam aquades selama 48 jam, untuk mendapatkan bobot turgid (bt) kemudian daun ditimbang dan dikeringkan dengan oven sehingga mendapatkan boot kering (bk).Tranpirasi dikontrol oleh pembukaan stomata, di bawah kondisi kekurangan air stomata menutup, dan pertukaran gas menurun seperti transpirasi. Stomata merupakan pusat jalur kehilangan air dan absorsi CO2 pada proses fotosintesis, Pada kondisi kekurangan air absorsi CO2 menurun dan merangsang penurunan aktivitas metabolik sehingga mengakibatkan menurunnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Laju transpirasi menurun seiring dengan menurunnya konduktansi stomata ( Setiawan, Tohari, Djafar Shiddieq.2012)

Penelitian ini membandingkan efek musiman (in situ) dan eksperimen-diinduksi kekeringan pada tiga semak padang pasir jenis pertumbuhan yang berbeda. Efek penurunan potensial air pada serapan CO2 digunakan sebagai respon menunjukkan perbedaan adaptasi gurun. Larrea divaricata Cav., Encelia farinosa Gray, dan Chilopsis linearis Cav. dipilih sebagai mewakili cemara, kekeringan gugur, musim dingin dan spesies-daun masing-masing. Pengukuran bidang potensi air dan fotosintesis dibuat secara bersamaan pada tanaman dari ketiga spesies. Data dikumpulkan di lapangan pada interval bulanan atau dua bulanan selama satu tahun. Tambahan percobaan dilakukan di taman transplantasi dan di bawah lingkungan terkendali di phytotron a. Larrea memiliki toleransi protoplasma tinggi terhadap kekeringan dan mempertahankan fotosintesis bersih sepanjang periode diperpanjang potensi air rendah. Masa aktif photosynthetically dari Encelia berkepanjangan, dan kehilangan air berkurang, oleh variabilitas daun musiman dan kebiasaan gugur kekeringan. Fenomena ini memungkinkan efisiensi fotosintesis yang lebih besar lebih luas potensi air daripada yang mungkin dengan jenis daun tunggal. Penurunan potensi air mempengaruhi Chilopsis paling, namun keberadaan jaringan daun xeromorphic menambah kebiasaan phreatophytic dalam menjaga potensi air yang relatif tinggi. Mekanisme transpirasi-perlambatan dalam Chilopsis juga dihipotesiskan (Odening, BR Saring dkk, 1974).Praktikum Transpirasi ini bertujuan untuk mengukur kecepatan transpirasi daun secara tidak langsung dengan mengukur kecepatan absorpsi airnya. Dalam praktikum ini disajikan masalah yaitu factor apa saja yang mempengaruhi transpirasi, Pada kondisi yang manakah proses kecepatan transpirasi yang paling besar? Apakah di ruang praktikum, depan kipas angin, atau di tengah matahari terang benderang?

MetodologiPratikum transpirasi ini di laksanakan pada hari rabu tanggal 6 mei 2015 pada pukul 13.00-15.00 di laboratorium biologi FKIP Untan pontianak. Adapun alat dan bahan yang di gunakan pada pratikum kali ini adalah bahannya berupa tumbuhan Impatiens balsamina(pacar air) yang kokoh, air dan vaselin dan alat nya berupa fotometer , sumbat karet berlubang , silet dan ember kotak plastik. Adapun langkah-langkah kerja yang di lakukan yaitu tumbuhan Impatiens balsamina(pacar air) di pilih dengan batang yang kokoh. Kemudian di potong batang basalnya dan di letakkan secepatnya di dalam air. Ujung batang Impatiens balsamina(pacar air) di masukkan ke dalam sumbat karet berlubang hingga tidak bergerak tetapi tidak sampai patah. Fotometer di isi dengan air, fotometer di rendam didalam air hingga semuanya terisi air dan tidak ada gelembung air di dalamnya. Sumbat karet di sisipkan ke dalam fotometer. Gelas fotometer di pegang dengan baik saat sumbat karet di masukkan. Seluruh sistem fotometer di angkat dari air dan tempat pada penyokongnya. Bagian antara tanaman dan lubang di olesi dengan parafin pada sumbat karet. Impatiens balsamina(pacar air) di biarkan sebentar untuk bertranspirasi sampai pada gelembung pada ujung tabung fotometer. Pada saat gelembung memasuki daerah berskala pada tabung maka di siapkan pencatatan dengan jarak yang di tempuh oleh gelembung per satuan waktu.kecepatan transpirasi di ukur minimal 3x dalam kondisia. Pada meja pratikumb. Di depan kipas anginc. Di bawah matahari terang benderang

Data/ Hasil Pengamatan

Tabel hasil pengamatanNoPerlakuanV= s (cm) / t (s)

1Di bawah cahaya matahari 0,00006 s/t

2Di depan kipas angin 0,000026 s/t

3Di meja praktikum (Suhu Ruang) 0,000005 s/t

PembahasanPada praktikum kali ini untuk mengukur kecepatan transpirasi dilakukan pada 3 kondisi yaitu di meja praktikum, di depan kipas angin, dan di bawah cahaya matahari. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk membandingkan kecepatan transpirasi tanaman pada kondisi yang berbeda-beda. Dari hasil pengamatan yang didapatkan oleh kelompok kami, pada kondisi di meja praktikum gelembung yang dihasilkan tanaman Impatiens balsamina(pacar air) menempuh kecepatan 0,000005 s/t. Sedangkan pada kondisi di depan kipas angin gelembung menempuh kecepatan sebesar 0,000026 s/t. Dan untuk kondisi di bawah cahaya matahari gelembung mencapai yang berarti kecepatan pada kondisi ini yaitu 0,00006 s/t Jadi berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut dapat disimpulkan bahwa kecepatan transpirasi berlangsung sangat cepat di bawah cahaya matahari dan berlangsung sangat lambat di meja praktikum (di dalam ruangan).Jadi memang benar bahwa kecepatan transpirasi dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu baik yang berupa faktor luar maupun dalam. Faktor dalam antara lain besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak sedikitnya stomata, bentuk dan letak stomata sedangkan faktor luarnya berupa kelembaban, suhu, cahaya, angin, dan kandungan air tanah.Pada kondisi di meja praktikum memiliki kecepatan transpirasi yang rendah karena tanaman berada pada suhu yang normal ( tidak ekstrim) dan juga tidak adanya angin kencang sehingga proses pembukaan stomata berlangsung lebih lama. Factor luar yang mempengaruhi kecepatan transpirasi adalah sebagai berikut.1. Sinar matahariSeperti yang telah dibicarakan didepan, maka sinar menyebabkan membukanya stoma dan gelap menyebabkan tertutupnya stoma, jadi banyak sinar berarti juga mempergiat transpirasi. Karena sinar itu juga mengandung panas (terutama sinar infra-merah), maka banyak sinar berarti juga menambah panas, dengan demikian menaikkan tempratur. Kenaikan tempratur sampai pada suatu batas yang tertentu menyebabkan melebarnya stoma dan dengan demikian memperbesar transpirasi.

2. TemperaturMerupakan faktor lingkungan yang terpenting yang mempengaruhi transpirasi daun yang ada dalam keadaan turgor. Suhu daun di dalam naungan kurang lebih sama dengan suhu udara, tetapi daun yang kena sinar matahari mempunyai suhu 10o -20o F lebih tinggi daripada suhu udara. Pengaruh tempratur terhadap transpirasi daun dapat pula ditinjau dari sudut lain, yaitu didalam hubungannya dengan tekanan uap air di dalam daun dan tekanan uap air di luar daun.Kenaikan temperatur menambah tekanan uap di dalam daun. Kenaikan tempratur itu sudah barang tentu juga menambah tekanan uap di luar daun, akan tetapi berhubung udara di luar daun itu tidak di dalam ruang yang terbatas, maka tekanan uap tiada akan setinggi tekanan uap yang terkurung didalam daun. Akibat dari pada perbedaan tekanan ini, maka uap air akan mudah berdifusi dari dalam daun ke udara bebas3. Kebasahan udara (Kelembaban udara)Pada hari cerah udara tidak banyak mengandung uap air. Di dalam keadaan yang demikian itu, tekanan uap di dalam daun jauh lebih lebih tinggi dari pada tekanan uap di luar daun, atau dengan kata lain, ruang di dalam daun itu lebih kenyang akan uap air daripada udara di luar daun, jadi molekul-molekul air berdifusi dari konsentrasi tinggi (di dalam daun) ke konsentrasi yang rendah (di luar daun.Kesimpulannya ialah, udara yang basah menghambat transpirasi, sedang udara kering melancarkan transpirasi. Pada kondisi alamiah, udara selalu mengandung uap air, biasanya dengan konsentrasi antara 1 sampai 3 persen. Sebagian dari molekul air tersebut bergerak ke dalam daun melalui stomata dengan proses kebalikan transpirasi. Laju gerak masuknya molekul uap air tersebut berbanding dengan konsentrasi uap air udara, yaitu kelembaban. Gerakan uap air dari udara ke dalam daun akan menurunkan laju neto dari air yang hilang. Dengan demikian, seandainya faktor lain itu sama, transpirasi akan menurun dengan meningkatnya kelembaban udara4. AnginPada umumnya angin yang sedang, menambah kegiatan transpirasi. Karena angin membawa pindah uap air yang bertimbun-timbun dekat stoma. Dengan demikian, maka uap yang masih ada di dalam daun kemudian mendapat kesempatan untuk difusi ke luar. Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju transpirasi. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa angin cenderung untuk meningkatkan laju transpirasi, baik di dalam naungan atau cahaya, melalui penyapuan uap air. Akan tetapi, di bawah sinar matahari, pengaruh angin terhadap penurunan suhu daun, dengan demikian terhadap penurunan laju transpirasi, cenderung lebih penting daripada pengaruhnya terhadap penyingkiran uap air.Dalam udara yang sangat tenang suatu lapisan tipis udara jenuh terbentuk di sekitar permukaan daun yang lebih aktif bertranspirasi. Jika udara secara keseluruhan tidak jenuh, maka akan terdapat gradasi konsentrasi uap air dari lapisan udara jenuh tersebut ke udara yang semakin jauh semakin tidak jenuh. Dalam kondisi seperti itu transpirasi terhenti karena lapisan udara jenuh bertindak sebagai penghambat difusi uap air ke udara di sekitar permukaan daun. Oleh karena itu, dalam udara yang tenang terdapat dua tahanan yang harus ditanggulangi uap air untuk berdifusi dari ruang-ruang antar sel ke udara luar. Yang pertama adalah tahanan yang harus dilalui pada lubang-lubang stomata, dan yang kedua adalah tahanan yang ada dalam lapisan udara jenuh yang berdampingan dengan permukaan daun. Oleh karena itu dalam udara yang bergerak, besarnya lubang stomata mempunyai pengaruh lebih besar terhadap transpirasi daripada dalam udara tenang. Namun, pengaruh angin sebenarnya lebih kompleks daripada uraian tadi karena kecendrungannya untuk meningkatkan laju transpirasi sampai tahap tertentu dikacaukan oleh kecendrungan untuk mendinginkan daun-daun sehingga mengurangi laju transpirasi. Tetapi efek angin secara keseluruhan adalah selalu meningkatkan transpirasi5. Keadaan air dalam tanahAir di dalam tanah ialah satu-satunya suber yang pokok, dari mana akar-akar tanaman mendapatkan air yang dibutuhkannya. Absorpsi air lewat bagian-bagian lain yang ada di atas tanah seperti batang dan daun juga ada, akan tetapi pemasukan air lewat bagian-bagian itu tiada seberapa kalau dibanding dengan penyerapan air melalui akar.Tersedianya air dalam tanah adalah faktor lingkungan lain yang mempengaruhi laju transpirasi. Bila kondisi air tanah sedemikian sehingga .penyediaan air ke sel-sel mesofil terhambat, penurunan laju transpirasi akan segera tampakLaju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan laju absorbsi air dari akar. Pada siang hari, biasanya air ditranspirasikan dengan laju yang lebih cepat daripada penyerapannya dari tanah. Hal tersebut menimbulkan defisit air dalam daun. Pada malam hari akan terjadi kondisi yang sebaliknya, karena suhu udara dan suhu daun lebih rendah. Jika kandungan air tanah menurun, sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lebih lambat.Pada kondisi di depan kipas angin proses transpirasi berlangsung sedikit lebih cepat dibandingkan di meja praktikum dikarenakan terjadinya pembukaan stomata yang lebih cepat akibatnya air dari dalam tumbuhan akan menguap.Namun menurut Loveless (1991) angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju transpirasi. Angin menyapu uap air hasil transpirasi sehingga angin menurunkan kelembanan udara diatas stomata, sehingga meningkatkan kehilangan neto air. Namun jika angin menyapu daun, maka akan mempengaruhi suhu daun. Suhu daun akan menurun dan hal ini dapat menurunkan tingkat transpirasi.Pada kondisi dibawah cahaya matahari kecepatan transpirasi tanaman berlangsung paling tinggi dikarenakan cahaya memepengaruhi laju transpirasi melalui dua cara pertama cahaya akan mempengaruhi suhu daun sehingga dapat mempengaruhi aktifitas transpirasi dan yang kedua dapat mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-tutupnya stomata. Dan khusus untuk daerah kita yaitu kota Pontianak yang berada di kawasan Khatulistiwa yang memiliki iklim yang lebih ekstrim, tanaman akan lebih mudah untuk mengalami transpirasi yang berlebihan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Yatim (1991) yaitu tumbuh-tumbuhan di negara kita menerima pancaran matahari yang terik secara terus menerus sepanjang tahun. Ini karena negara kita terletak di kawasaan yang beriklim Khatulistiwa. Oleh itu transpirasi yang dijalankan oleh tumbuh - tumbuhan mempunyai kadar yang lebih tinggi daripada tumbuh tumbuhan di kawasan iklim lain. Lantaran itu air perlu diserap dengan kadar yang tinggi juga untuk mengimbangi kehilangan air. Oleh karena itu tumbuh tumbuhan di negara ini perlu disiram lebih sering. Jika tidak, tumbuh-tumbuhan akan layu dan mati.Berdasarkan hasil praktikum Transpirasi maka dapat disimpulkan bahwa kecepatan transpirasi dipengaruhi oleh faktor dalam maupun faktor luar. Adapun faktor luar yang mempengaruhi kecepatan transpirasi antara lain adalah suhu, kelembaban, cahaya, dan angin. Pada hasil percobaan untuk menguji kecepatan transpirasi di 3 kondisi yaitu di meja praktikum, di depan kipas angin, dan di bawah cahaya matahari maka diperoleh hasil bahwa kecepatan transpirasi dari rendah ke tinggi secara berturut-turut yaitu berlangsung pada kondisi di meja praktikum, di depan kipas angin, dan di bawah cahaya matahari.

Daftar Pustaka

Dwijoseputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Penerbit PT Gramedia.Lakitan, B. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Loveless, A.R. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 1. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.Odening , B. R. Strain dkk.1974. The Effect of Decreasing Water Potential on Net CO2 Exchange of Intact Desert Shrubs. Volume 55, Issue 5.Salisbury, Frank B dan Ross. (1955). Fisiologi tumbuhan jilid 2. Bandung : ITB.Sandra Brown, sandra.1981. A Comparison of the Structure, Primary Productivity, and Transpiration of Cypress Ecosystems in Florida. Volume 51, Issue 4.

Setiawan,Tohari,Djafar Shiddieq.2012. Pengaruh Cekaman Kekeringan Terhadap Akumulasi Prolin Tanaman Nilam (Pogostemon cablin Benth.)Jurnal Ilmu Pertanian. Volume 15(2),: 85 99.Tjitrosomo, S.S. 1990. Botani Umum 2. Bandung: Penerbit Angkasa. Yatim,W.1991. Biologi Modern Biologi Sel. Bandung: Tarsio.

LampiranPerhitungan Di meja praktikum (Suhu Ruang) Jarak 5 menit = 0,015 ml= 0,000015 L0,000015 L=0,000015 dm30,000015 dm3 = 0,0015 mm3 Kecepatan 5 menit = 0,0015/300= 0,000005 s/t

Di depan kipas anginJarak5 menit = 0,08 ml= 0,00008 L0,00008 L=0,00008 dm30,00008 dm3 = 0,008 mm3Kecepatan = Jarak/waktu5 menit = 0,008/300= 0,000026 s/t Di bawah cahaya matahariJarak5 menit = 0,18 ml =0,00018 L0,00018 L = 0,00018 dm30,00018 dm3 = 0,018 mm3Kecepatan5 menit =0,018 / 300 = 0,00006 s/t

Gambar