Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota...

91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan Anak Menuju Solo Kota Layak Anak (KLA) DISUSUN OLEH : Niken Irmawati D0105016 SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Jurusan Administrasi Negara Universitas Sebelas Maret Surakarta JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

Transcript of Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota...

Page 1: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan

Anak Menuju Solo Kota Layak Anak (KLA)

DISUSUN OLEH :

Niken Irmawati

D0105016

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

Jurusan Administrasi Negara Universitas Sebelas Maret Surakarta

JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2009

Page 2: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK

Niken Irmawati. D0105016. Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan Anak Menuju Solo Kota Layak Anak (KLA). Skripsi Program Studi Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta, 2009.

Penelitian ini bertujuan mengkaji bagaimana responsivitas Pemerintah Kota Surakarta terhadap perlindungan anak menuju Solo sebagai Kota Layak Anak (KLA) dan mengetahui kendala dan upaya yang dihadapi Pemerintah Kota Surakarta terhadap perlindungan anak menuju Solo sebagai Kota Layak Anak (KLA).

Penelitian ini dilaksanakan pada institusi pemerintah di Surakarta yaitu DKRPP&KB, DINKES, DISDIKPORA, dan DINSONAKER&TRANS. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan menggunakan data kualitatif dan kuantitatif. Data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data didapat dengan cara wawancara dan dokumentasi. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling dan snowball sampling. Validitas data dilakukan dengan triangulasi data. Analisis data dilakukan dengan analisis interaktif.

Hasil penelitian menunjukkan responsivitas Pemerintah Kota Surakarta terhadap perlindungan anak menuju Solo Kota Layak Anak cukup responsif, namun demikian responsivitas tersebut belum optimal. Hal ini bisa dilihat dari: a) kemampuan mengenali kebutuhan anak masih terbatas, dimana Pemerintah Kota Surakarta belum memiliki data dasar tentang jumlah kasus maupun penanganan permasalahan anak secara lengkap dan up to date. Tetapi, pemerintah baru mengandalkan koordinasi dengan lembaga-lembaga lain untuk mengenali kebutuhan anak. b) Kemampuan pemerintah menyusun agenda dan prioritas pelayanan perlindungan anak sudah sesuai dengan kebutuhan anak, namun sesungguhnya kebutuhan-kebutuhan anak di Kota Surakarta tidak hanya mencakup kebutuhan perlindungan atas ESKA, gizi buruk, anak putus sekolah, dan partisipasi anak. Masih ada persoalan-persoalan penting yang belum tertangani oleh Pemerintah Kota Surakarta seperti pendidikan untuk anak jalanan/terlantar. c) Pemerintah masih banyak bertumpu pada lembaga-lembaga lain yang peduli terhadap perlindungan anak. Kendala yang dihadapi oleh Pemerintah Kota Surakarta dalam hal perlindungan anak menuju Solo Kota Layak Anak adalah kurangnya pemahaman dari aparat pemerintah tentang hak dan perlindungan anak, keterbatasan dana, ego sektoral, pengaruh lingkungan, rendahnya kesadaran orang tua dan anak, serta culture of silence. Upaya yang dilakukan sehubungan dengan kendala tersebut adalah meningkatkan pemahaman perlindungan anak dari aparat pemerintah, meningkatkan kerjasama dengan pihak lain dan optimalisasi sosialisasi kegiatan. Rekomendasi yang diberikan untuk pemerintah adalah meningkatkan sosialisasi tentang perlindungan anak dengan cara mensosialisasikan di rapat pimpinan mengenai pentingnya perlindungan anak, pemerintah harus selalu memperbaharui data base tentang perlindungan anak, pemerintah harus membuat program pendidikan yang bisa menyentuh anak jalanan/terlantar, melakukan monitoring dan evaluasi terhadap perlindungan anak.

Page 3: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka mewujudkan good governance di Indonesia maka perlu dikembangkan

penyelenggaraan pelayanan publik yang mencirikan karakteristik yang selama ini melekat

dalam good governance. Karakteristik tersebut seperti efisiensi, transparansi, akuntabilitas,

responsibilitas dan responsivitas dapat diterjemahkan secara relatif mudah dalam

penyelenggaraan pelayanan publik (Agus Dwiyanto, 2005:147).

Responsivitas sebagai salah satu karakteristik good governance sangat diperlukan

dalam pelayanan publik karena hal tersebut merupakan bukti kemampuan organisasi untuk

mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan serta

mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi

masyarakat (Dilulio dalam Agus Dwiyanto, 2002:62). Dengan demikian birokrasi publik

dapat dikatakan bertanggung jawab jika mereka dinilai mempunyai responsivitas yang

tinggi terhadap apa yang menjadi permasalahan, kebutuhan, keluhan, dan aspirasi

masyarakat yang diwakilinya. Melalui penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah,

warga sipil, dan para stakeholder melakukan interaksi secara intensif sehingga apabila

pemerintah dapat memperbaiki kualitas pelayanan publik, maka manfaatnya dapat

dirasakan secara langsung oleh masyarakat dan para stakeholder. Tujuan pelayanan publik

adalah memenuhi kebutuhan warga pengguna agar dapat memperoleh pelayanan yang

diinginkan dan memuaskan. Oleh karena itu, penyedia layanan harus bersikap responsif

Page 4: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sehingga mampu memberikan pelayanan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan

masyarakat.

Dengan demikian responsivitas pemerintah sebagai salah satu perwujudan good

governance harus mencakup seluruh kepentingan publik termasuk perlindungan anak.

Setiap anak berhak untuk mendapatkan perlindungan, sebagaimana telah diatur dalam

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Anak Indonesia merupakan generasi penerus bangsa, yang mempunyai hak dan

kewajiban ikut serta membangun Negara dan Bangsa Indonesia. Anak merupakan subjek

dan objek pembangunan nasional Indonesia dalam usaha mencapai aspirasi Bangsa

Indonesia, masyarakat yang adil dan makmur spiritual dan materiil. Anak adalah modal

pembangunan, yang akan memelihara dan mempertahankan serta mengembangkan hasil

pembangunan fisik mental dan sosial Indonesia.

Oleh sebab itu, setiap anak memerlukan perlindungan dan dalam hal ini kita telah

memiliki Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Dengan

Undang-Undang tersebut maka Negara menjamin hak-hak anak yaitu memiliki tingkat

kebebasan yang optimal, memperoleh pendidikan, mendapatkan perlindungan dan

kesempatan berpartisipasi. Anak perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk

tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial.

Salah satu bentuk nyata upaya pemerintah dalam perlindungan anak adalah

diwujudkan melalui pengembangan Kota Layak Anak yaitu kota yang menjamin hak setiap

anak sebagai warga kota. Indikator Kota Layak Anak menurut Nirwono Joga (2007) adalah

tersedianya pemenuhan atas hak anak di segala bidang sebagai warga kota, berperan dan

berpartisipasi aktif dalam perencanaan dan pembangunan kota sesuai dengan kemampuan

Page 5: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dan kebutuhan anak. Di Indonesia target jumlah KLA pada tahun 2015 adalah 15 Kota,

termasuk Kota Solo.

Menyandang predikat sebagai Kota Layak Anak (KLA) merupakan suatu kebanggaan

bagi Kota Solo, sekaligus menjadi tantangan bagi pemerintah Kota Solo. Hal ini karena

permasalahan anak di Kota Solo masih cukup tinggi dan beragam. Dari berbagai informasi

yang disarikan dari berbagai sumber, permasalahan anak di Kota Solo meliputi anak putus

sekolah, Anak yang dilacurkan/trafficking dan ESKA, Kekerasan Anak (perkosaan,

pencabulan, penganiayaan, persetubuhan, pelarian), anak terlantar, anak terkena gizi buruk,

pekerja terburuk anak, anak jalanan, pekerja anak. Secara lebih terperinci ragam

permasalahan anak tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini :

Tabel 1.1

Ragam Permasalahan Anak di Kota Solo

Kasus Jumlah Keterangan 1 2 3

Anak putus sekolah 547 anak Sumber : Profil Pendidikan DKRPPKB Surakarta Tahun 2006/2007

Anak yang dilacurkan/traficking dan ESKA

164 anak

Radar Solo (Data PPK LPPM UNS Tahun 2008)

Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan, penganiayaan, persetubuhan, pelarian)

49 anak Profil Anak Kota Surakarta (Data PTPAS Tahun 2007)

Anak Terlantar

682 anak Profil Anak Kota Surakarta (Data PMKS dan PSKS DKRPPKB Tahun 2006)

Anak yang terkena gizi buruk 98 anak Dinas Kesehatan Surakarta

Page 6: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tahun 2008 Pekerja terburuk anak 109 anak Sumber : Data LSM Kapas,

LSM PPAP Seroja, LSM SARI Surakarta, Disnakertrans Kota Surakarta Tahun 2005, 2006, dan 2007

Anak jalanan 1.168 anak Sumber : Surakarta belum butuh peraturan anak jalanan, www.korantempo.com 2007

Sumber : Disarikan dari berbagai data

Pemerintah dapat dikatakan bertanggung jawab jika mereka dinilai mempunyai

responsivitas (daya tanggap) yang tinggi terhadap apa yang menjadi permasalahan,

kebutuhan, keluhan, dan aspirasi masyarakat yang diwakilinya; mereka cepat memahami

apa yang menjadi tuntutan publik, dan berusaha semaksimal mungkin memenuhinya; ia

dapat menangkap masalah yang dihadapi publik dan berusaha untuk mencari solusinya;

mereka tidak suka menunda-nunda waktu, memperpanjang jalur pelayanan, atau

mengutamakan prosedur tetapi mengabaikan subtansi (Widodo, 2001 : 152).

Untuk mentransformasikan hak anak ke dalam proses pembangunan, pemerintah

mengembangkan kebijakan Kota Layak Anak (KLA). KLA merupakan istilah yang

diperkenalkan pertama kali oleh Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan tahun 2005

melalui Kebijakan KLA. Tahun 2006 konsep KLA diujicobakan di lima kabupaten/kota,

yaitu Jambi, Surakarta, Sidoarjo, Kutai Kartanegara, dan Gorontalo. Sedangkan pada tahun

2007 ditunjuk sepuluh kabupaten/kota lagi. Menurut Hamid Patilima (dalam

www.ykai.net) untuk mewujudkan KLA, bukanlah hal yang mudah dan bukanlah hal yang

sulit. Akan tetapi, ada semacam suatu prasyarat untuk mencapainya. Prasyarat yang

dimaksud adalah: (1) adanya kemauan dan komitmen pimpinan daerah, (2)tersedia sistem

data dan data dasar yang digunakan untuk perencanaan, penyusunan program, pemantauan,

dan evaluasi, (3) sosialisasi hak anak, (4)produk hukum yang ramah anak, (5) partisipasi

Page 7: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

anak, (6) pemberdayaan keluarga, (7) adanya kemitraan dan jaringan dalam pemenuhan

hak dan perlindungan anak, (8) instititusi perlindungan anak.

KLA menjamin setiap hak anak sebagai warga kota. Menurut Nirmono Joga dalam

Membangun Kota Layak Anak (www.kompas.com), indikator KLA adalah tersedianya

pemenuhan atas hak anak di segala bidang sebagai warga kota, berperan dan berpartisipasi

aktif dalam perencanaan dan pembangunan kota sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan

anak.

Pemerintah Kota Surakarta melalui Dinas Kesejahteraan Rakyat Pemeberdayaan

Perempun dan Keluarga Berencana (DKRPP&KB) banyak melakukan sosialisasi

menyangkut ditunjukkannya Kota Solo sebagai proyek percontohan oleh Kementrian

Pemberdayaan Perempuan, sebagai Kota Layak Anak (KLA). Pertimbangan Kota Solo

sebagai KLA oleh Kementrian Pemberdayaan Perempuan tersebut didasarkan pada: (1)

Pertimbangan adanya beberapa kebijakan yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah Kota

Solo, seperti kebijakan pembebasan biaya untuk pencatatan akta kelahiran. (2) Peraturan

daerah (Perda) tentang penanggulangan eksploitasi seksual komersial (Perda No. 3 tahun

2006). (3) Peraturan Gubernur Jawa Tengah tentang pembentukan organisasi tata kerja

komite aksi Provinsi Jawa Tengah penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk

anak (Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 94 tahun 2006).

Mengingat anak sebagai aset bangsa, maka Pemerintah Kota Surakarta berkewajiban

menjamin kualitas tumbuh kembang dan memberikan perlindungan kepada mereka dan

hak-haknya sesuai dengan konstitusi dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak sebagai pelaksanaan Konvensi PBB Hak Anak. Untuk mewujudkan

Page 8: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kondisi tersebut, diperlukan responsivitas pemerintah agar memperhatikan kepentingan

terbaik bagi anak.

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta terhadap Perlindungan

Anak Menuju Solo Kota Layak Anak (KLA).

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana responsivitas Pemerintah Kota Surakarta terhadap perlindungan anak

menuju Solo Kota Layak Anak (KLA)?

2. Kendala dan upaya apa yang dihadapi Pemerintah Kota Surakarta terhadap

perlindungan anak menuju Solo Kota Layak Anak (KLA)?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk:

1. Mengetahui bagaimana responsivitas Pemerintah Kota Surakarta terhadap perlindungan

anak menuju Solo sebagai Kota Layak Anak (KLA).

2. Mengetahui kendala dan upaya yang dihadapi Pemerintah Kota Surakarta terhadap

perlindungan anak menuju Solo sebagai Kota Layak Anak (KLA).

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

Page 9: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1. Masukan bagi Pemerintah Kota Surakarta terhadap upaya perlindungan anak menuju

Solo sebagai Kota Layak Anak (KLA).

2. Peningkatan wawasan dan pengetahuan terhadap permasalahan dan upaya perlindungan

anak menuju Solo sebagai Kota Layak Anak (KLA).

3. Sebagai referensi bagi peneliti lain.

E. Tinjauan Pustaka

1. Responsivitas

UNDP (1997) dalam Sedarmayanti (2004:247) mengemukakan bahwa

karakteristik atau prinsip yang harus dianut dan dikembangkan dalam praktek

penyelenggaraan kepemerintahan yang baik, meliputi participation, rule of law,

transparency, responsiveness, consensus orientation, equity, effectiveness and

efficiency, accountability, strategic vision. Atas dasar uraian tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa wujud good governance adalah penyelenggaraan pemerintahan

Negara yang bertanggung jawab serta efisien dan efektif.

Menurut Joni Rahman (n.d) yang mengutip karakteristik good governance dari

jurnal internasional (Pubic Administration Journal): Good governance has 8 major

characteristics. It is parcipatory, consensus oriented, accountable, transparent,

responsive, effective and efficient, equitable and inclusive and follows the rule of law.

Karakteristik good governance tersebut digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.1

Karakteristik good governance

Page 10: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dengan demikian, responsivitas merupakan salah satu karakteristik good

governance. Lenvine dalam Agus Dwiyanto (2005:147), produk dari pelayanan

publik di dalam Negara demokratis paling tidak harus memenuhi tiga indikator, yakni

responsiveness, responsibility, dan accountability.

Responsivitas yang merupakan salah satu karakteristik good governance adalah

kemampuan organisasi untuk mengidentifikasi kebutuhan masyarakat, menyusun

prioritas kebutuhan, dan mengembangkan ke dalam berbagai program pelayanan.

Responsivitas mengukur daya tanggap organisasi terhadap harapan, keinginan, dan

aspirasi, serta tuntutan warga pengguna layanan. Tujuan utama pelayanan publik

adalah memenuhi kebutuhan warga pengguna agar dapat memperoleh pelayanan yang

diinginkan dan memuaskan. (Agus Dwiyanto, 2005:152)

Pengertian responsivitas dapat dipahami dari beberapa pendapat para ahli

berikut ini: Dilulio dalam Agus Dwiyanto (2002:60), menekankan bahwa

responsivitas sangat diperlukan dalam pelayanan publik karena hal tersebut

merupakan bukti kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat,

menyusun agenda dan prioritas pelayanan serta mengembangkan program-program

pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Agus Dwiyanto

(2002:62) menjelaskan bahwa responsivitas adalah kemampuan birokrasi untuk

Page 11: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, serta

mengembangkan program-program pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi

masyarakat.

Wyer PC (2007)menyatakan bahwa: “Responsiveness can be defined as the ability of research, education, quality improvement, and electronic system to adapt to and incorporate the changes in knowledge that produce changes in practice” Smith dalam Joko Widodo (2001:152) mengartikan responsivitas

(responsiveness) adalah “ability to provide what people demand. In this sense it is an

efficient way of managing local affairs and providing local services”. Dapat dipahami

bahwa responsivitas merupakan kemampuan untuk menyediakan apa yang menjadi

tuntutan rakyat.

Indikator responsivitas pelayanan publik adalah keluhan pengguna jasa, sikap

aparat birokrasi dalam merespon keluhan pengguna jasa, penggunaan keluhan

pengguna jasa sebagai referensi perbaikan layanan publik, berbagai tindakan aparat

birokrasi dalam memberikan pelayanan, dan penempatan pengguna jasa oleh aparat

birokrasi dalam sistem pelayanan yang berlaku (Agus Dwiyanto, 2002:60-61).

Mengacu pada pendapat tersebut di atas, dalam penelitian ini pengukuran

responsivitas Pemerintah Kota Surakarta terhadap perlindungan anak menuju Solo

Kota Layak Anak (KLA) ditentukan dari indikator 1) kemampuan mengenali

kebutuhan anak, 2) kemampuan menyusun agenda dan prioritas pelayanan

perlindungan anak, 3) kemampuan mengembangkan program perlindungan anak.

Di Indonesia, responsivitas pemerintah terhadap permasalahan anak sebagai

dasar atas upaya pemenuhan hak anak telah dilakukan melalui :

Page 12: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1) UU No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak

2) UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak

3) UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM

4) UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Implementasi program melalui penanganan permasalahan anak merupakan

upaya pemerintah untuk melindungi hak anak. Konvensi Hak-Hak Anak menjadi

dasar membangun Kota Layak Anak.

Keberhasilan program pengembangan Kota Layak Anak akan sangat ditentukan

oleh adanya saling pengertian dan kerjasama seluruh pemangku kepentingan di setiap

tingkatan pembangunan dengan kepemimpinan pemerintah kabupaten/kota.

Atas kerjasama lintas sektor dan pemangku kepentingan telah berhasil

menyusun sebuah kerangka kebijakan yang bersifat umum sebagai acuan pemerintah

kabupaten/kota, organisasi non pemerintah, organisasi kemasyarakatan, sektor

swasta, masyarakat, dan anak-anak sebagai subjek dari hak-haknya untuk bersama-

sama mengembangkan Kota Layak Anak.

Khususnya di Kota Surakarta, Pemerintah berusaha responsif terhadap

permasalahan anak, yaitu dengan pengembangan Kota Layak Anak (KLA). Program

Kota Layak Anak dibagi dalam 4 bidang yaitu bidang kesehatan, pendidikan,

perlindungan anak, dan partisipasi anak. Akan tetapi, masih banyak permasalahan

yang masih belum terselesaikan seperti anak putus sekolah, eksploitasi anak, anak

jalanan, dan sebagainya.

Melalui DKRPP&KB Kota Surakarta yang menangani masalah perlindungan

anak di Surakarta harus mempunyai strategi dan perencanaan yang baik dalam rangka

Page 13: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mewujudkan Solo sebagai Kota Layak Anak. Hal ini dikarenakan masih banyaknya

persoalan yang menjadi kewajiban Pemerintah untuk segera diselesaikan,

menyangkut permasalahan anak-anak. Seperti kasus anak-anak yang dipekerjakan

pada sektor industri, anak jalanan, pemulung anak, anak yang dilacurkan, anak putus

sekolah, anak berkonflik dengan hukum, dan anak yang menjadi korban kekerasan

dalam rumah tangga, serta permasalahan anak-anak lainnya.

Dalam menghadapi dan menanggulangi masalah anak secara kompleksitas,

berbagai perbuatan perlu ditangani secara lebih serius, sebagai proses untuk

mengantisipasi perkembangan fisik, jiwa dan mental maupun kehidupan sosiologis

yang lebih baik. UU Republik Indonesia No. 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan

anak mengatur mengenai hak-hak anak yang dijumpai pada pasal 2 sebagai berikut:

1) Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan

kasih sayang baik dalam keluarganya maupun di dalam asuhan khusus untuk

tumbuh dan kembang dengan wajar.

2) Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan

sosialnya, sesuai dengan negara yang baik dan berguna.

3) Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa dalam kandungan

maupun sesudah dilahirkan.

4) Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat

membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya dengan

wajar.

Jelas dalam pasal tersebut mendorong perlu adanya perlindungan anak dalam

rangka mengusahakan kesejahteraan anak dan perlakuan yang adil dalam rangka

Page 14: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mengusahakan kesejahteraan anak dan perlakuan yang adil terhadap mereka. Hal ini

penting demi kelangsungan kegiatan perlindungan anak dan mencegah

penyelewengan yang membawa akibat negatif yang tidak diharapkan dalam upaya

perlindungan anak. Dengan demikian, dituntut adanya suatu rasa tanggung jawab

dalam pelaksanaan perlindungan anak dan juga rasa keadilan yang dapat

mempengaruhi kelangsungan kegiatan dalam upaya pelaksanaan perlindungan anak

tersebut.

2. Perlindungan Anak

Masalah perlindungan anak adalah sesuatu yang kompleks dan menimbulkan

berbagai macam permasalahan yang tidak selalu dapat diatasi secara perseorangan,

tetapi harus secara bersama-sama dan penyelesaiannya menjadi tanggungjawab

bersama. Untuk mengetahui terjadinya perlindungan yang baik atau buruk, tepat atau

tidak tepat, maka harus memperhatikan fenomena mana yang relevan, yang

mempunyai peran penting dalam terjadinya kegiatan perlindungan anak. Arif Gosita

(1985:3) mengatakan bahwa perlindungan anak/remaja adalah suatu kegiatan bersama

yang bertujuan mengusahakan pengamanan pengadaan dan pemenuhan kesejahteraan

rohaniah dan jasmaniah anak/remaja itu dilindungi dan yang bertanggung jawab

terhadap adanya dan pelaksanaan perlindungan tersebut. Menurut Undang-Undang

Perlindungan Anak dalam pasal 1 ayat (1) menyatakan:

“Perlindungan anak adalah serangkaian kegiatan untuk melindungi anak sejak dalam kandungan, agar anak dapat terjamin kelangsungan hidupnya, tumbuh dan berkembang serta terbebas dari perlakuan delinkuensi dan tindak kekerasan fisik, mental, rohani maupun sosial secara wajar sesuai dengan harkat dan martabatnya”.

Page 15: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Perlindungan anak merupakan suatu usaha yang mengadakan kondisi dimana

setiap anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya secara seimbang dan

manusiawi. Perlindungan anak juga merupakan perwujudan adanya keadilan dalam

suatu masyarakat. Dengan demikian perlindungan anak harus diusahakan dalam

berbagai bidang kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

Undang-undang No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak pada pasal 2

ayat (2) dan (3) menyatakan :

“Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan baik semasa dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan. Anak berhak atas perlindungan-perlindungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar”.

Undang-undang di atas dengan jelas menyatakan perlu adanya perlindungan

anak dalam rangka mengusahakan kesejahteraan anak dan perlakuan yang adil

terhadap anak.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam rangka pelaksanaan perlindungan anak

yang efektif, rasional positif, bertanggung jawab dan bermanfaat adalah sebagai

berikut (Sumber: www.kotalayakanak.org):

a. Para partisipan harus mempunyai pengertian-pengertian yang tepat.

b. Harus dilakukan secara bersama, kerjasama dan koordinasi.

c. Perlu diteliti terlebih dahulu masalah yang merupakan faktor kriminogen atau

faktor viktimogen.

d. Mengutamakan perspektif yang dilindungi dan bukan yang melindungi.

e. Perlindungan anak harus tercermin dan diwujudkan atau dinyatakan dalam

berbagai bidang kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

Page 16: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

f. Pihak anak harus diberikan kemampuan dan kesempatan untuk ikut serta

melindungi diri sendiri.

g. Tidak boleh menimbulkan rasa tidak dilindungi.

h. Harus didasarkan atas pengembangan hak dan kewajiban asasinya.

Perlindungan anak merupakan tanggungjawab secara individu, kolektif, dan

pemerintah demi tercapainya kepentingan bersama dan nasional. Dalam rangka

membuat kebijakan mengenai perlindungan anak, perlu diusahakan inventarisasi

faktor-faktor yang menghambat dan mendukung kegiatan perlindungan anak.

Kepastian hukum sangat dibutuhkan demi kelangsungan kegiatan perlindungan anak

dan untuk mencegah akibat-akibat negatif yang tidak diinginkan.

Perlindungan anak harus tercermin dan diwujudkan dalam berbagai bidang

kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Dalam rangka melaksanakan perlindungan

anak, setiap anggota masyarakat bekerja sama dengan pemerintah, ikut serta

menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan dikembangkannya

perlindungan anak secara langsung atau tidak langsung. Undang-Undang Nomor 23

tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 15 menyatakan :

Ayat (1) : Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan,

penyiksaan atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi.

Ayat (3) : Penangkapan, penahanan atau tindak pidana penjara anak hanya

dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat

dilakukan sebagai upaya terakhir.

Ayat (4) : a. Mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya

dipisahkan dari orang dewasa.

Page 17: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara fiktif

dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku.

c. Membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak

yang objektif dan tidak memihak serta dalam sidang tertutup untuk

umum.

Dengan demikian responsivitas pemerintah sebagai salah satu perwujudan good

governance harus mencakup seluruh kepentingan publik termasuk perlindungan anak.

Setiap anak berhak untuk mendapatkan perlindungan, sebagaimana telah diatur dalam

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Dalam bab III

Undang-Undang Perlindungan pasal 4 sampai 19 menjelaskan hak-hak anak sebagai

berikut: hak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, berhak atas

suatu nama sebagai identitas diri, berhak untuk beribadah, berhak mengetahui orang

tuanya, berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial, berhak

memperoleh pendidikan, berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, berhak

beristirahat, berhak mendapatkan perlindungan hukum. Dalam penelitian ini, peneliti

akan memfokuskan pada empat kategori hak anak, yaitu bidang perlindungan anak,

bidang kesehatan, bidang pendidikan, dan bidang partisipasi anak.

3. Kota Layak Anak

Menurut Nirwono Joga (2007) Kota Layak Anak adalah suatu kota yang di

dalamnya telah diramu semangat untuk memberikan jaminan perlindungan terhadap

anak dan hak-haknya dalam proses pembangunan kota yang berkelanjutan. Kota yang

Page 18: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

menciptakan lingkungan yang kondusif bagi anak untuk dapat hidup, tumbuh,

berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat

kemanusiaan, mendapat perlindungan dari kekerasan (fisik dan nonfisik) serta

diskriminasi.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia mendefinisikan

Kota Layak Anak sebagai kota yang menjamin hak setiap anak sebagai warga kota.

Berdasarkan Kebijakan Pengembangan Kota Layak Anak (2007), anak sebagai warga

kota berarti :

a. Memiliki kebebasan dalam mengemukakan pendapat baik secara pribadi maupun

terwakilkan, terkait dengan kebijakan pengembangan kota, fasilitas kota, dan

pelayanan kota.

b. Mempunyai kesempatan untuk berperan serta dalam kehidupan keluarga,

komuniti sosial lainnya.

c. Menerima pelayanan dasar kesehatan dan pendidikan.

d. Memiliki akses untuk mendapatkan pelayanan sarana kota yang berkualitas

(sarana air bersih, ruang bermain, jalur sekolah). Persyaratan keselamatan,

persyaratan kesehatan, persyaratan kemudahan, dan persyaratan kenyamanan.

e. Setiap warga secara seimbang dapat mengakses setiap pelayanan, tanpa

memperhatikan suku bangsa, agama, kekayaan, gender, dan kecacatan.

Empat prinsip kunci Konvensi Hak Anak yang menjadi dasar membangun Kota

Layak Anak adalah: (Kebijakan Pengembangan KLA, 2007)

a. Non-diskriminasi: Kota Layak anak adalah kabupaten/kota yang layak dan

inklusif untuk semua anak. Kabupaten/Kota yang memenuhi kebutuhan dan

Page 19: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

memberikan perhatian khusus pada anak yang mengalami diskriminasi dalam

mengakses hak-hak mereka dalam beberapa cara berbeda.

b. Kepentingan terbaik untuk anak: Kota Layak anak menjamin kepentingan terbaik

untuk anak dan menjadikan anak sebagai pertimbangan utama dalam semua

tindakan yang terkait dengan urusan anak.

c. Setiap anak mempunyai hak hidup, kelangsungan hidup, dan berkembang

maksimal: Kota Layak Anak berusaha memberikan jaminan untuk hidup dan

kelangsungan hidup kepada anak untuk berkembang optimal dengan menciptakan

kondisi-kondisi yang mendukung pada masa anak-anak, perkembangan dalam

konteks Konvensi Hak-hak Anak berarti perkembangan fisik, mental, spiritual,

moral, dan perkembangan psikologi dan sosial anak.

d. Mendengar dan menghormati pandangan anak: Anak-anak dilibatkan dan

didengar fikiran dan pendapatnya di dalam Kota Layak Anak. Mereka aktif

berperan serta sebagai warga kota dan pemegang hak untuk mempromosikan dan

mendorong kebebasan mengekspresikan pendapat pada semua persoalan yang

mempengaruhi mereka.

Upaya mewujudkan KLA tidak bisa dilakukan sendiri atau hanya oleh

pemerintah saja. Kementerian dengan berbagai pihak merupakan pilihan utama yang

harus dilakukan. Kemitraan yang terbangun dapat saling berintegrasi dan bersinergi

menjadi suatu kesatuan yang saling mengisi dan membutuhkan satu dengan lainnya.

Peran dari masing-masing harus sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang

dimiliki oleh setiap individu dan atau institusi. Menurut YKAI, peran dari pemerintah

dan pihak terkait dalam upaya mewujudkan KLA meliputi: (www.ykai.net)

Page 20: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1) Pemerintah : Pemerintah bertanggung jawab dalam merumuskan dan menetapkan

kebijakan nasional dan memfasilitasi kebijakan KLA. Selain itu pemerintah juga

melakukan koordinasi dalam pelaksanaan kebijakan KLA.

2) Asosiasi Pemerintahan Kabupaten/Kota Seluruh Indonesia : APKSI/APEKSI

sebagai jaringan komunikasi antar kabupaten/kota mempunyai posisi strategis

untuk wadah bertukar pengalaman dan informasi antar anggota untuk

memperkuat pelaksanaan KLA di masing-masing kabupaten/kota.

3) Pemerintah Kabupaten/Kota : Pemerintah kabupaten/kota bertanggung jawab

dalam membuat kebijakan dan menyusun perencanaan, pelaksanaan, pemantauan,

evaluasi, pelaporan, dan memobilisasi potensi sumber daya untuk pengembangan

KLA.

4) Organisasi Non Pemerintah dan Organisasi Kemasyarakatan : Organisasi Non

Pemerintah dan Organisasi Kemasyarakatan mempunyai peran penting dalam

menggerakkan masyarakat untuk mendukung pelaksanaan KLA.

5) Sektor Swasta dan Dunia Usaha : Sektor swasta dan dunia usaha merupakan

kelompok potensial dalam masyarakat yang memfasilitasi dukungan pendanaan

yang bersumber dari alokasi Corporate Social Responsibility untuk mendukung

terwujudnya KLA.

6) Lembaga Internasional : Lembaga internasional sebagai lembaga memfasilitasi

dukungan sumber daya internasional dalam rangka mempercepat terwujudnya

KLA.

Page 21: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7) Komuniti (Masyarakat) : Masyarakat bertanggung jawab mengefektifkan

pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi program KLA dengan memberikan

masukan berupa informasi yang objektif dalam proses monitoring dan evaluasi.

8) Keluarga : Keluarga merupakan wahana pertama dan utama memberikan

pengasuhan, perawatan, bimbingan, dan pendidikan dalam pemenuhan hak dan

perlindungan anak.

9) Anak : anak merupakan unsur utama dalam pengembangan KLA perlu diberi

peran dan tanggung jawab sebagai agen perubah.

Perlindungan anak harus tercermin dan diwujudkan dalam berbagai bidang

kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Dalam rangka melaksanakan perlindungan

anak, setiap anggota masyarakat bekerja sama dengan pemerintah, ikut serta menciptakan

situasi dan kondisi yang memungkinkan dikembangkannya perlindungan anak secara

langsung atau tidak langsung. UU Perlindungan Anak pada pasal 15 menyatakan :

Ayat (1) : Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan,

penyiksaan atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi.

Ayat (3) : Penangkapan, penahanan atau tindak pidana penjara anak hanya dilakukan

apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilakukan

sebagai upaya terakhir.

Ayat(4) : a. Mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan

dari orang dewasa.

b. Memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara fiktif dalam

setiap tahapan upaya hukum yang berlaku.

Page 22: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. Membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak

yang objektif dan tidak memihak serta dalam sidang tertutup untuk

umum.

F. Kerangka Pemikiran

Salah satu karakteristik good governance adalah responsivitas, yaitu kemampuan

organisasi untuk mengidentifikasi kebutuhan masyarakat, menyusun prioritas kebutuhan,

dan mengembangkan ke dalam berbagai program pelayanan. Responsivitas mengukur daya

tanggap organisasi terhadap harapan, keinginan, dan aspirasi, serta tuntutan warga

pengguna layanan (Agus Dwiyanto, 2005:152).

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak menjelaskan

tentang hak-hak anak yang secara garis besar diklasifikasikan ke dalam empat bidang yaitu:

bidang perlindungan anak, bidang kesehatan, bidang pendidikan, dan bidang partisipasi

anak. Terkait hal tersebut, Pemerintah Surakarta dalam pelaksanaan perlindungan anak

harus responsif apabila ingin tercipta perlindungan anak yang bertanggung jawab dan

berkelanjutan. Pemerintah harus mempunyai kemampuan untuk:

1) Mengenali kebutuhan anak

2) Menyusun agenda dan prioritas pelayanan terhadap perlindungan anak

3) Mengembangkan program perlindungan anak

Namun, upaya untuk mewujudkan Kota Layak Anak bukanlah pekerjaan yang

mudah. Pemerintah dalam memberikan perlindungan anak menghadapi berbagai kendala.

Kendala tersebut berasal dari internal pemerintah dan eksternal pemerintah. Kendala

internal pemerintah yaitu sumber daya manusia, sumber dana, dan ego sektoral. Kendala

Page 23: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

eksternal pemerintah yaitu culture of silence, pengaruh lingkungan, dan rendahnya

kesadaran orang tua dan anak.

Apabila pemerintah mempunyai kemampuan untuk mengenali kebutuhan anak,

menyusun agenda dan prioritas pelayanan terhadap perlindungan anak, mengembangkan

program perlindungan anak, serta mampu mengatasi kendala-kendala yang dihadapi, maka

upaya mewujudkan Kota Layak Anak akan dapat terwujud. Sebaliknya, jika pemerintah

tidak mempunyai kemampuan untuk mengenali kebutuhan anak, menyusun agenda dan

prioritas pelayanan terhadap perlindungan anak, mengembangkan program perlindungan

anak, serta mampu mengatasi kendala-kendala yang dihadapi, maka tidak akan terwujud

Kota Layak Anak. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.2

Bagan Kerangka Pemikiran

Responsivitas terhadap perlindungan anak. a.Kemampuan mengenali

kebutuhan anak b.Kemampuan menyusun

agenda & proritas pelayanan terhadap perlindungan anak

c.Kemampuan mengembangkan program perlindungan anak

Kota Layak Anak a. Jaminan hak-hak

bidang perlindungan anak

b.Jaminan hak-hak bidang kesehatan

c. Jaminan hak-hak bidang pendidikan

d.Jaminan hak-hak bidang partisipasi anak

Good Governance

UU No.23 tahun 2002 tentang perlindungan anak

Page 24: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

G. Metodelogi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan data bersifat kualitatif

dengan tujuan mengetahui responsivitas pemerintah Surakarta dalam memberikan

perlindungan terhadap anak di Surakarta. Data yang dikumpulkan pada penelitian

kualitatif yaitu data berupa kata, kalimat, gambar yang memiliki arti lebih daripada

sekedar angka atau frekuensi (H. B. Sutopo, 2002 : 35). Selain data kualitatif, juga

Kendala –kendala : a. Internal: · Kapasitas sumber

daya manusia · Kapasitas sumber

dana · Ego sektoral b.Eksternal: · Culture of silence · Pengaruh

lingkungan · Rendahnya

kesadaran orang tua dan anak

Page 25: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dikumpulkan data kuantitatif, khususnya dalam upaya mempertegas temuan

penelitian kualitatif.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kota Surakarta khususnya pada beberapa

Dinas yang terkait yaitu:

a. Dinas Kesejahteraan Rakyat Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana

(DKRPP&KB) Kota Surakarta sebagai dinas yang berwenang secara teknis

mengurusi tentang perlindungan anak di Kota Surakarta.

b. Dinas Kesehatan (DINKES) Surakarta sebagai dinas yang berwenang secara

teknis mengurusi perlindungan anak di bidang kesehatan.

c. Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (DISDIKPORA) Surakarta sebagai

Dinas yang berwenang secara teknis mengurusi masalah pendidikan anak.

d. Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Surat (DINSONAKER & TRANS)

Surakarta sebagai Dinas yang berwenang secara teknis mengurusi masalah anak.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan purposive sampling di mana

peneliti memilih informan yang dapat dipercaya untuk menjadi sumber informasi dan

dianggap mengetahui permasalahan perlindungan anak secara mendetail. Selain itu

peneliti juga menggunakan teknik snowball sampling di mana pemilihan informasi

pada waktu di lokasi penelitian berdasarkan petunjuk dari informan sebelumnya, dan

seterusnya bergulir sehingga didapatkan data yang lengkap dan akurat. Pada tahap

penelitian awal, peneliti melakukan penelitian di DKRPP&KB. Selanjutnya

DKRPP&KB merekomendasikan penelitian ke instansi/dinas yang terkait antara lain

Page 26: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DINKES, DISDIKPORA, DINSONAKER&TRANS. Setelah mendapat informasi

dari masing-masing instansi/dinas yang terkait, maka didapat titik jenuh dari

informasi ini dan bisa ditarik kesimpulan dari penelitian.

4. Jenis Data

Data adalah suatu fakta atau keterangan dari objek yang diteliti. Data yang

digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu:

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh melalui wawancara secara langsung dari

informan yang dianggap tepat dan mengetahui tentang permasalahan

perlindungan anak. Informan penelitian berasal dari unsur Pemerintah Kota

Surakarta dan unsur di luar Pemerintah Kota Surakarta. Informan dari unsur

Pemerintah Kota Surakarta berasal dari: DKRPP&KB, DINKES, DISDIKPORA,

dan DINSONAKER & TRANS. Informan dari luar Pemerintah Kota Surakarta

adalah dari Perguruan Tinggi yaitu Pusat Penelitian dan Pengembangan Gender

(P3G) UNS, LSM di Surakarta yaitu PPAP Seroja, Yayasan Kakak, LSM Kapas,

dan LSM Sari. Data yang dikumpulkan adalah data-data terkait dengan

kemampuan mengenali kebutuhan anak, kemampuan menyusun agenda dan

prioritas pelayanan perlindungan anak, dan kemampuan mengembangkan

program perlindungan anak. Selain itu ditanyakan pula kendala dan upaya yang

dihadapi Pemerintah Kota Surakarta dalam perlindungan anak.

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melalui

penelaahan kepustakaan mengenai permasalahan perlindungan anak. Data

sekunder diperoleh dari arsip-arsip, dokumentasi, catatan-catatan, maupun laporan

hasil pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan perlindungan anak.

Page 27: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Data Sekunder yang dimaksud adalah data dan analisis permasalahan anak Di

Kota Surakarta, Keputusan Walikota Surakarta Nomor 130.05/08/1/2008 Tentang

Tim Pelaksana Pengembangan KLA Kota Surakarta, Profil Anak Kota Surakarta

Tahun 2007 (DKRPP&KB Surakarta), dan informasi dari internet tentang

permasalahan anak di Surakarta.

5. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data atau informasi

dengan bertanya langsung kepada informan. Menurut Moleong (1998:135),

wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban

atas pertanyaan itu. Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman

wawancara. Hasil wawancara disajikan dan dianalisis sesuai dengan fokus

kajian dan digunakan sebagai acuan penarikan kesimpulan. Untuk menjamin

kerahasiaan informan, pada laporan penelitian ini tidak disebutkan nama

informan, tetapi diberi kode N1, N2, N3, dan seterusnya. Pada penulisan

laporan ini, ada kemungkinan penyebutan N dari halaman ke halaman tidak

berurutan. Hal ini terjadi karena di bab sebelumnya sudah disebutkan.

b. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data melalui proses

mengadakan atau melihat kembali dokumen yang telah ada dengan mempelajari

Page 28: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kembali informasi yang telah tersimpan, misalnya buku-buku, arsip, tabel-tabel,

dan bahan-bahan dokumentasi lainnya yang bermanfaat sebagai sumber data.

Menurut W. Gulo (2004:123) dokumentasi adalah catatan tertulis tentang

berbagai kegiatan atau peristiwa pada waktu yang lalu. Dalam penelitian ini

peneliti menggunakan dokumen-dokumen, catatan-catatan dan arsip-arsip yang

ada pada lembaga yang peduli terhadap perlindungan anak antara lain:

DKRPP&KB, DINKES, DISDIKPORA, DAN DINSONAKER&TRANS,

Yayasan Kakak, PPAP Seroja, LSM Kapas,LSM Sari, dan P3G UNS. Di

samping dokumen tertulis yang berupa data-data, juga dilakukan pencarian

informasi melalui internet.

6. Validitas Data

Validitas data merupakan pembuktian bahwa data yang diperoleh peneliti

sesuai dengan apa yang benar-benar terjadi di lapangan. Untuk menguji validitas

data, peneliti menggunakan metode triangulasi sumber yaitu mendapatkan data

tidak hanya dari satu sumber melainkan dari beberapa sumber untuk

mengumpulkan data yang sama dan kemudian melakukan kroscek dengan beberapa

sumber yang berkaitan dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini data mengenai

responsivitas diperoleh dari berbagai sumber yaitu informasi dan data dari

pemerintah Surakarta melalui DKRPP&KB, DINKES, DISDIKPORA, dan

DINSONAKER & TRANS dan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait yaitu :

Ketua LSM Pemberdayaan Perempuan dan Anak Pinggiran (PPAP) Seroja,

Yayasan Kakak, LSM Kapas, LSM Sari, dan Lembaga Pusat Penelitian dan

Pengembangan Gender (P3G) UNS.

Page 29: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis

interaktif (interactive model of analysis). Menurut Miles dan Huberman dalam H.

B. Sutopo (2002 : 94-96), dalam model ini terdapat tiga komponen pokok, yaitu:

a. Reduksi Data (Data Reduction). Merupakan proses seleksi, pemfokusan,

penyederhanaan, dan abstraksi data dari fieldnote. Proses ini berlangsung terus

sampai laporan akhir Penelitian selesai disusun.

b. Sajian Data (Data Display). Merupakan suatu rakitan informasi yang

memungkinkan kesimpulan. Riset dapat dilakukan dengan melihat suatu

penyajian data, Penulis akan mengerti apa yang terjadi dan memungkinkan

Penulis untuk berbuat sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan

pemahaman tersebut.

c. Penarikan Simpulan (Conclusion Drawing). Dalam awal pengumpulan data

Penulis sudah harus mulai mengerti apa arti dari hal-hal yang ia temui dengan

melakukan pencatatan peraturan-peraturan, pola-pola, pernyataan-pernyataan,

konfigurasi yang mungkin, arahan sebab akibat, dan berbagai proporsi sehingga

memudahkan dalam pengambilan data kesimpulan.

Proses analisis data dengan menggunakan model interaktif ini dapat

digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1.3

Bagan Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif

Page 30: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Sumber: H.B Sutopo (2002:96)

Secara keseluruhan, aspek yang akan dianalisis, fokus kajian, sumber data, teknik

pengumpulan data serta teknik analisis data disajikan pada tabel 1.3 berikut ini:

Tabel 1.2

Matriks Aspek Analisis, Fokus Kajian, Sumber Data, Teknik Pengumpulan dan Analisis

Data

No Aspek yang dianalisis

Fokus Kajian Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Teknik Analisis Data

2 3 4 5 Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta terhadap perlindungan anak menuju Solo Kota Layak Anak (KLA) Kendala Pemerintah Kota Surakarta terhadap

a. Kemampuan mengenali kebutuhan anak

b. Kemampuan menyusun agenda dan

prioritas pelayanan terhadap perlindungan anak

c. Kemampuan mengembangkan

program perlindungan anak a. Kendala internal

· Kapasitas sumber daya manusia · Kapasitas sumber dana · Ego sektoral

1. Sumber Data: a. Data Primer berasal dari

dalam Pemerintah Surakarta seperti : DKRPP&KB Surakarta, Dinas Kesehatan Surakarta, DIKPORA Surakarta, dan DINSONAKER & TRANS Surakarta. Dan dari luar Pemerintah Surakarta seperti: Yayasan Kakak, PPAP Seroja, LSM Kapas, LSM Sari, P3G UNS.

b. Data Sekunder, antara lain:

1. Analisa interaktif, yang terdiri dari tiga komponen:

a. Reduksi Data b. Penyajian Data

(gambar atau skema, tabel, dan matriks)

c. Penarikan kesimpulan

Pengumpulan Data

Penarikan Kesimpulan

Reduksi Data Penyajian Data

Page 31: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perlindungan anak menuju Solo Kota Layak Anak (KLA) Upaya Pemerintah Kota Surakarta terhadap perlindungan anak menuju Solo Kota Layak Anak (KLA)

b. Kendala eksternal

· Culture of silence · Pengaruh lingkungan · Rendahnya kesadaran orang tua

dan anak a. Meningkatkan pemahaman tentang

perlindungan anak dari aparat pemerintah

b. Meningkatkan kerjasama dengan

pihak-pihak lain c. Optimalisasi sosialisasi kegiatan

peraturan perundang-undangan, dokumen, literatur, bacaan yang terkait dengan penelitian ini, serta sumber dari internet.

2. Teknik Pengumpulan Data:

a. Wawancara kepada informan: DKRPP&KB Surakarta, Dinas Kesehatan Surakarta, DIKPORA Surakarta, dan DINSONAKER & TRANS Surakarta. Serta wawancara dengan pihak-pihak yang terkait yaitu : Ketua LSM PPAP Seroja, Yayasan Kakak, LSM Kapas, LSM Sari dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Gender (P3G) UNS.

b. Dokumentasi: Dokumen-dokumen, laporan, dan data-data tentang perlindungan anak.

BAB II

GAMBARAN UMUM KOTA SURAKARTA

DAN PERMASALAHAN ANAK

A. Gambaran Umum

Masyarakat seringkali menyebut Kota Surakarta dengan sebutan Kota Solo, Kota

Surakarta disebut Solo karena ditemukan oleh Kiai Sala. Solo adalah rumah bagi dua

keluarga kerajaan yang telah berpengaruh selama beberapa abad dan keberadaannya masih

mewarnai kota ini. Sedangkan Surakarta merupakan keraton Kasunanan Surakarta, pecahan

Page 32: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dari Kerajaan Mataram. Jadi tidak mengherankan jika masyarakat menyebut Kota

Surakarta sama dengan Kota Solo.

Berdasarkan data dari Kota Surakarta dalam Angka tahun 2005, Kota Surakarta

merupakan salah satu kota besar di provinsi Jawa Tengah yang menunjang kota-kota

lainnya seperti Semarang dan yogyakarta. Wilayah Kota Surakarta dikenal dengan nama

‘KOTA SOLO’ merupakan dataran rendah dan berada antara pertemuan sungai Pepe, Jenes

dengan bengawan Solo, dengan ketinggian ± 92 m dari permukaan air laut dan terletak

antara 110˚ 45'35" bujur timur dan antara 7˚36' dan 7˚56' lintang selatan. Kota Surakarta

merupakan kota yang terletak di tengah, antara kabupaten-kabupaten se-eks Karesidenan

Surakarta, yang berbatasan:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali,

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Karangannyar dan Kabupaten Sukoharjo,

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo,

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar.

Keadaan iklim Kota Surakarta ditandai dengan suhu udara rata-rata berkisar antara

25,9˚ C sampai dengan 27,9˚ C. Kelembapan udara berkisar antara 69% sampai dengan

86%. Hari hujan terbanyak jatuh pada bulan Desember dengan jumlah 27 hari. Curah hujan

terbanyak sebesar 1025,8 mm jatuh pada bulan Desember. Rata-rata curah hukan saat hari

hujan terbesar juga jatuh pada bulan Desember sebesar 37,59 mm per hari hujan. Arah

angin rata-rata 5,08 knot. Tekanan udara rata-rata 1010,2 Mbs.

Kota Surakarta terdiri dari 5 Kecamatan yang terbagi menjadi 51 Kelurahan, dengan

luas wilayah 4.404,06 Ha. (BPS Surakarta Tahun 2006)

Page 33: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin, pada tahun 2006 10,8 % penduduk

Kota Surakarta termasuk kedalam kelompok umur 25-29 tahun dengan jumlah laki-laki

sebanyak 30.441 orang dan perempuan sebanyak 25.185 orang. Adapun penggolangan

penduduk Kota Surakarta menurut kelompok umur dan jenis kelamin pada tahun 2006

dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1

Penduduk Kota Surakarta

Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2006

No Tahun Jenis Kelamin

Jumlah Persentase (%) Laki-laki Perempuan

1 2 3 4 5 6

1 0-4 18.177 9.053 27.230 5,3

2 5-9 21.243 16.425 37.668 7,3

3 0-14 20.367 21.024 41.391 8,1

4 15-19 20.805 21.681 42.486 8,3

5 20-24 26.061 24.747 50.808 9,9

6 25-29 30.441 25.185 55.626 10,8

7 30-34 23.433 22.557 45.990 9

8 35-39 15.330 17.520 32.850 6,4

9 40-44 18.834 22.338 41.172 8

10 45-49 14.454 18.177 32.631 6,4

11 50-54 16.863 15.111 31.974 6,2

12 55-59 9.855 10.512 20.367 4

13 60-64 6.570 8.541 15.111 2,9

14 65+ 11.826 15.768 27.594 5,4 Jumlah 254.259 258.639 512.898 100

Sumber: Kota Surakarta Dalam Angka, BPS Kota Surakarta Tahun 2006

Seiring dengan pertumbuhan penduduk Indonesia, jumlah anak di Surakarta umur 0-

19 tahun dari tahun 2004 sampai ke tahun 2006 mengalami jumlah yang terus menurun

Page 34: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

meskipun jumlahnya tidak terlalu banyak, yaitu dari tahun 2004 sejumlah 173.103 jiwa dan

tahun 2005 sebanyak 170.628 jiwa serta tahun 2006 sebanyak 158.775 jiwa. Hal ini berarti

bahwa populasi anak Kota Surakarta masih harus diperhatikan dan juga harus

diperjuangkan peningkatan kesejahteraannya. Beban untuk menanggulangi masalah

kesehatan anak juga terus meningkat.

Tabel 2.2

Jumlah penduduk menurut jenis kelamin pada usia Anak 0-19 tahun Kota Surakarta

Tahun 2004/2005/2006

No Tahun Usia 0-4 tahun Usia 5-9 tahun Usia 10-14 tahun Usia 15-19 tahun

L P Jml L P Jml L P Jml L P Jml 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1. 2004 14.839 15.884 30.723 19.228 17.974 37.303 19.437 18.810 38.247 24.871 25.498 50.369

2. 2005 18.880 16.284 35.164 17.936 23.128 41.054 23.476 24.780 46.256 24.072 24.072 48.144

3. 2006 18.177 19.053 37.230 21.243 16.425 37.658 20.367 21.024 41.391 20.805 21.681 42.486

Sumber: Kota Surakarta dalam Angka Tahun 2004/2005/2006

Berdasarkan tingkat pendidikan, rata-rata penduduk Kota Surakarta usia 5 tahun

keatas adalah tamat SD (22, 1%), tamat SLTP (21, 7%), dan tamat SLTA (20, 8 %).

Sedangkan yang merupakan tamatan akademi (PT) hanya 7,2 % dan selebihnya tidak tamat

SD (9,2%), belum tamat SD (5,2%) dan tidak sekolah (5,2%). Tabel 2.3 berikut ini

memperlihatkan penggolongan penduduk Kota Surakarta usia 5 tahun ke atas menurut

tingkat pendidikan pada tahun 2006.

Tabel 2.3

Penduduk Kota Surakarta Usia 5 Tahun Ke Atas

Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2006

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 2 3 4

1 Tamat Akademi/PT 33.823 7,2

Page 35: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2 Tamat SLTA 98.186 20,8

3 Tamat SLTP 102.494 21,7

4 Tamat SD 104.270 22,1

5 Tidak Tamat SD 43.302 9,2

6 Belum Tamat SD 66.223 14 7 Tidak Sekolah 24.389 5,2

Jumlah 472.687 100 Sumber: Kota Surakarta Dalam Angka, BPS Kota Surakarta

Berdasarkan tingkat kesejahteraan penduduknya, rata-rata penduduk Kota Surakarta

tergolong dalam kelompok Keluarga Sejahtera II (KS II), Keluarga Sejahtera III (KS III),

dan Keluarga Sejahtera I (KS I) ekonomi dan non ekonomi. Tabel 2.4 berikut ini

memperlihatkan banyaknya keluarga sejahtera menurut tahapan di Kota Surakarta pada

tahun 2006.

Tabel 2.4

Banyaknya Keluarga Sejahtera Menurut Tahapan

di Kota Surakarta Tahun 2006

No Tahapan Keluarga Sejahtera Jumlah Persentase (%) 1 2 3 4 1 Pra KS (ekonomi dan non ekonomi) 12.622 10,7 2 KS I (ekonomi dan non ekonomi) 29.038 24,7 3 KS II 30.268 25,7 4 KS III 30.072 25,5 5 KS II Plus 15.745 13,4

Jumlah 117.745 100 Sumber: Kota Surakarta Dalam Angka, BPS Kota Surakarta

1. Visi dan Misi

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 10 Tahun 2001 tentang Visi dan

Misi Kota Surakarta, menyebutkan bahwa:

a. Visi Kota Surakarta

Page 36: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Terwujudnya Kota Sala sebagai kota budaya yang bertumpu pada potensi

perdagangan, jasa, pendidikan, pariwisata, dan olahraga.

b. Misi Kota Surakarta

1) Revitalisasi kemitraan dan partisipasi seluruh komponen masyarakat dalam

semua bidang pembangunan, serta perekatan kehidupan bermasyarakat

dengan komitmen cinta kota yang berlandaskan pada nilai-nilai “Sala Kota

Budaya”.

2) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang memiliki kemampuan

dalam penguasaan dan pendayagunaan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

guna mewujudkan inovasi dan integritas masyarakat madani yang

berlandaskan Ketuhanan Yang Maha Esa.

3) Mengembangkan seluruh kekuatan ekonomi daerah sebagai pemacu tumbuh

dan berkembangnya ekonomi rakyat yang berdaya saing tinggi serta

mendayagunakan potensi pariwisata dan teknologi terapan yang ramah

lingkungan.

4) Membudayakan peran dan fungsi hukum, pelaksanaan Hak Asasi Manusia

dan demokratisasi bagi seluruh elemen masyarakat utamanya para

penyelenggara pemerintahan.

Misi Kota Surakarta tersebut juga memuat tentang pelaksanaan

perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) yang termasuk di dalamya adalah

perlindungan terhadap anak di Surakarta. Oleh karena itu, pemerintah berupaya

mewujudkan Solo sebagai Kota Layak Anak (KLA) melalui Tim Pelaksana

Pengembangan KLA yang melibatkan beberapa institusi internal, LSM, dan

Page 37: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Perguruan Tinggi. Adapun institusi internal pemerintah yang menangani bidang

kesehatan, pendidikan, perlindungan anak, dan partisipasi anak yang dapat dilihat

pada tabel 2.5 berikut ini.

Tabel 2.5

Institusi Internal Pemerintah dalam Program Kota Layak Anak

VISI-MISI TUJUAN PERANAN DALAM KLA

1 2 3 1. DKRPP&KB

VISI: Terwujudnya sumber daya manusia dalam keluarga dan masyarakat yang mampu mandiri dan sejahtera. MISI: a) Tersusunnya data yang akurat di

bidang kemasyarakatan guna memberikan informasi yang lengkap dalam upaya mewujudkan pelayanan yang prima kepada masyarakat.

b) Mendorong peningkatan peran masyarakat untuk ikut serta bertanggung jawab dalam melakukan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.

c) Menjalin kemitraan secara sinergis dengan pemerintah dan seluruh elemen masyarakat yang bergerak di bidang kemasyarakatan.

a) Untuk lebih memberdayakan peranan organisasi kemasyarakatan, organisasi sosial, organisasi keagamaan, LSM dan organisasi lainnya di dalam melaksanakan pembangunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat bersama-sama dengan pemerintah.

b) Untuk lebih meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat khususnya bagi masyarakat marginal yang mengalami berbagai permasalah sosial.

c) Untuk lebih memberdayakan keluarga dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga.

Melaksanakan pelayanan di bidang sosial Melaksanakan Monitoring dan evaluasi

2. DINKES VISI: Terwujudnya budaya hidup bersih dan sehat serta mutu pelayanan menuju Solo Sehat 2010 MISI: a) Memberdayakan kemandirian

masyarakat untuk hidup bersih dan sehat.

b) Melaksanakan penanggulangan masalah kesehatan individu, keluarga, masyarakat dan lingkungan.

c) Meningkatkan kinerja dan upaya kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau.

d) Memantapkan manajemen

a) Menumbuhkan pola hidup sehat dengan menciptakan lingkungan hidup yang kondusif bagi upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

b) Meningkatnya perilaku hidup sehat dengan memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat.

c) Tersedianya layanan informasi yang terjangkau, rasional dan berkesinambungan.

Melaksanakan pelayanan bidang kesehatan dan pengendalian penyakit Monitoring dan evaluasi

Page 38: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kesehatan yang dinamis dan akuntabel.

3. DINSONAKER & TRANS VISI: Terwujudnya tenaga kerja yang profesional. Berdaya saing tinggi dan hubungan industrial yang harmonis serta perlindungan tenaga kerja. MISI: a) Menciptakan kualitas

profesinalisme aparatur. b) Perluasan kesempatan kerja dan

penempatan tenaga kerja. c) Menciptakan tenaga kerja yang

terampil, mandiri serta profesinal. d) Menciptakan hubungan industrial

yang harmonis guna mewujudkan ketenangan kerja dan usaha agar tercipta kesejahteraan pekerja dan keluarga.

e) Meningkatkan pengawasan norma kerja serta keselamatan kesehatan kerja untuk perlindungan pekerja.

Untuk lebih memberdayakan keluarga dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga.

Melaksanakan pelayanan di bidang pelayanan umum Monitoring dan evaluasi

4. DISDIKPORA VISI: Terwujudnya masyarakat Surakarta yang beriman dan bertaqwa, cerdas, sehat, berprestasi dan berbudaya. MISI: a) Mewujudkan masyarakat

Surakarta yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia.

b) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang cerdas, kreatif, inovatif serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

c) Mewujudkan masyarakat yang gemar olahraga, memiliki kesegaran jasmani dan menghasilkan bibit olahragawan yang berprestasi.

d) Mewujudkan generasi muda yang tangguh, terampil dan produktif.

e) Mewujudkan kehidupan sosial budaya yang berkepribadian, berdaya tahan dan mampu memfilter budaya asing.

Meningkatkan sumber daya manusia agar mempunyai kecerdasan yang tinggi, mampu berkreasi dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, lewat proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan sehingga mampu menjuarai lomba–lomba kreatifitas, memiliki nilai akademis tinggi, serta mampu menciptakan teknologi tepat guna.

Melaksanakan pelayanan di bidang pendidikan dasar dan menengah Monitoring dan evaluasi

Dari tabel 2.5 dapat diketahui peranan masing-masing institusi internal

pemerintah. DKRPP&KB berperan Melaksanakan pelayanan di bidang sosial dan

melaksanakan monitoring dan evaluasi, DINKES berperan melaksanakan

Page 39: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pelayanan bidang kesehatan dan pengendalian penyakit dan monitoring &

evaluasi, DINSONAKER&TRANS berperan melaksanakan pelayanan di bidang

pelayanan umum dan monitoring & evaluasi, dan DISDIKPORA berperan

Melaksanakan pelayanan di bidang pendidikan dasar dan menengah dan

monitoring & evaluasi.

Bagan organisasi pada masing-masing institusi internal (lihat lampiran 1-4).

B. Gambaran Permasalahan Anak di Surakarta

Permasalahan anak di Surakarta mencakup masalah anak putus sekolah, masalah

kekerasan anak, masalah anak terlantar, dan masalah pekerja anak. Tabel 2.6 berikut ini

menggambarkan berbagai persoalan tentang pendidikan anak di Kota Surakarta.

Tabel 2.6

Jumlah Lulusan, Siswa Mengulang, dan Putus Sekolah di Kota Surakarta Tahun

2006/2007

Tingkat Pendidikan

Lulusan 2006/2007

Siswa 2005/2006

Mengulang 2006/2007

Putus Sekolah

Siswa Tk VI

2005/2006 1 2 3 4 5 6

SD 9.940 64.340 1.650 23 10.773 MI 76 259 14 0 45

SMP 9.347 34.445 327 169 10.825 MTs 700 2.587 21 13 790 SMA 6.583 20.442 157 100 6.876 MA 667 2.243 9 0 741

SMK 6.590 20.897 142 242 7.095 JUMLAH 33.903 145.213 2.320 547 37.145

Sumber : Profil Pendidikan DKRPPKB Surakarta Tahun 2006/2007

Berdasarkan tabel 2.6 dapat dilihat kondisi pendidikan dasar dan menengah di Kota

Surakarta di mana masih banyak jumlah anak putus sekolah di Kota Surakarta termasuk

dalam usia wajar 9 tahun. Angka putus sekolah di jenjang SMK sebesar 242 anak, SMP

sebesar 169 anak, dam SD sebesar 23 anak.

Page 40: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Masalah anak yang juga terjadi di Surakarta yaitu masalah kekerasan anak. Anak

yang menjadi korban kekerasan adalah anak yang mengalami penderitaan fisik, psikis,

ekonomi, dan seksual. Ada beberapa faktor penyebab anak terjebak dalam ESKA, yaitu (1)

pengalaman seksual dini terutama pengalaman menjadi korban kekerasan seksual.

Akibatnya, anak merasa tidak berharga lagi dan tidak memiliki masa depan. Situasi ini

sering dimanfaatkan oleh orang lain untuk membujuk anak masuk dunia prostitusi. (2)

Keluarga. Keluarga merupakan lingkungan terdekat dengan anak. Di banyak kasus

dijumpai anak dilacurkan memiliki latar belakang keluarga yang tidak harmonis. Ini

menyebabkan anak mencari sosok tempat perlindungan alternatif dari teman maupun

lingkungan yang mau menerima mereka. Dua faktor tersebut merupakan faktor utama yang

menyebabkan anak terjebak dalam ESKA. Anak korban ESKA sangat rentan memperoleh

kekerasan fisik seperti dipukul, ditendang, dan ditampar. Tabel 2.7 berikut ini

menggambarkan kekerasan anak yang dibagi ke dalam beberapa kategori.

Tabel 2.7

Kategori Kekerasan yang Dialami Anak

No Kategori

Kekerasan Jumlah Persentase

(%) 1 2 3 4

1 Kekerasan Seksual 26 53,06

2 Penganiayaan 4 8,16 3 Pelarian 2 4,08 4 ESKA 17 34,69

Jumlah 49 100 Sumber Data : PTPAS Tahun 2007

Berdasarkan tabel 2.7 dapat diketahui bahwa kategori kekerasan yang paling banyak

dialami anak yaitu kekerasan seksual dengan persentase 53,06%. Sedangkan persentase

kekerasan anak yang terendah yaitu pelarian pada anak dengan persentase 4,08%.

Page 41: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Selain masalah anak putus sekolah dan masalah kekerasan anak, masalah anak

terlantar juga terjadi di Surakarta. Anak terlantar adalah anak yang tidak terpenuhi

kebutuhannya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual maupun sosial. (UU No. 23 tahun

2002 tentang Perlindungan Anak). Berdasarkan data Kota Surakarta pada tahun 2006

tercatat jumlah anak terlantar sebanyak 1.048 anak. Adapun gambaran banyaknya anak

terlantar di Surakarta dapat dilihat pada tabel 2.8 berikut ini:

Tabel 2.8

Jumlah Anak Terlantar di Kota Surakarta Tahun 2006

Kategori Jenis Kelamin

Jumlah L P 1 2 3 4

Usia <5 tahun 199 167 366 Usia - 18 tahun 378 304 682 Jumlah 577 471 1.048

Sumber : Data PMKS dan PSKS DKRPPKB Kota Surakarta tahun 2006

Masalah anak yang juga terjadi di Surakarta yaitu masalah anak terlantar. Faktor

utama yang menyebabkan anak menjadi pekerja anak yakni persoalan ekonomi, sehingga

anak-anak dengan sukarela atau terpaksa harus bekerja untuk membantu perekonomian

keluarga. Permasalahannya adalah semakin banyak anak yang bekerja di sektor pekerjaan

terburuk anak. Sebetulnya anak tidak boleh bekerja. Kalaupun anak menjadi pekerja anak,

maka mereka harus mendapatkan perlindungan yang sesuai dengan haknya. Tabel 2.9

menunjukkan jenis pekerjaan dan jumlah anak yang bekerja menurut jenis kelamin tahun

2005, 2006, dan 2007.

Tabel 2.9

Pekerja Terburuk Anak Menurut Jenis Kelamin Tahun 2005, 2006, dan 2007

No Jenis Pekerjaan L P Jumlah 1 2 3 4 5 1 Pedagang asongan - - - 2 Pemulung 5 3 8 3 Pedagang di tempat - - -

Page 42: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4 Tetap 1 1 2 5 Sektor industri kecil/RT 25 20 45 6 Besar/sedang - - - 7 Sektor Pertanian - - - 8 Sektor Angkutan - - - 9 Sektor Jasa 16 38 54 10 Pengamen - - - 47 62 109

Sumber : Data LSM Kapas, LSM PPAP Seroja, LSM SARI Surakarta, Disnakertrans Kota Surakarta

Tabel 2.9 diketahui dari tahun 2005-2007 jumlah anak yang bekerja sebesar 109 anak.

Anak yang bekerja di sektor jasa menunjukkan angka tertinggi sebesar 54 anak sedangkan

anak yang bekerja tetap menunjukkan angka terendah sebesar 2 anak. Hal ini menjadi

keprihatinan kita bersama karena hak-hak anak kurang terpenuhi karena dia dituntut untuk

bekerja.

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai hasil penelitian dan pembahasan tentang

responsivitas pemerintah Kota Surakarta terhadap perlindungan anak mencakup 1)

kemampuan mengenali kebutuhan anak, 2) kemampuan menyusun agenda dan prioritas

pelayanan perlindungan anak, 3) kemampuan mengembangkan program perlindungan

Page 43: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

anak. Selain itu, akan dibahas kendala dan upaya pemerintah dalam melaksanakan

perlindungan anak menuju Solo Kota Layak Anak.

1. Kemampuan mengenali kebutuhan anak

Mengemban predikat Kota Layak Anak menjadi kebanggaan sekaligus tantangan

bagi Kota Solo. Pada kenyataannya mewujudkan perlindungan anak bukan merupakan

hal yang mudah. Dalam hal kemampuan mengenali kebutuhan anak, Pemerintah Kota

Surakarta belum memiliki data dasar tentang jumlah kasus maupun penanganan

permasalahan anak. Tetapi, pemerintah berkoordinasi dengan lembaga-lembaga lainnya

untuk memperoleh data. Di bidang perlindungan anak, situasi kasus ESKA di Surakarta

diketahui melalui pemetaan PPK UNS pada tahun 2004. PPK UNS memetakan ada 117

korban, sedangkan pada tahun 2008 memetakan ada 164 anak korban prostitusi dan

perdagangan anak untuk tujuan seksual. Selain itu, Yayasan Kakak pada periode 2005-

2008 menjangkau 110 anak korban ESKA. Anak korban ESKA disebabkab beberapa

faktor, yaitu sifat anak yang labil sehingga mencoba segala hal, pergaulan,

permasalahan keluarga, permasalahan ekonomi. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh

staf Yayasan Kakak (N9):

“...kami sering bertanya pada anak-anak korban ESKA yang kami tangani, kebanyakan mereka menjadi korban ESKA karena masih labil, pergaulan, masalah keluarga, dan masalah ekonomi...” (Wawancara tanggal 18 Maret 2009) Permasalahan yang sering dialami anak korban ESKA ini adalah sering

mengalami kekerasan baik fisik, psikologis, dan seksual. Untuk anak korban ESKA

yang mangkal di pinggir jalan, mereka sering mengalami garukan bahkan bisa enam

kali dalam seminggu. Dalam garukan ini antara anak dan dewasa ditempatkan dan

diberlakukan sama. Selain itu, mereka juga sering mengalami kesehatan reproduksinya.

Page 44: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Mereka tidak tahu harus kemana bercerita dan periksa. Bahkan kebanyakan anak-anak

ini tidak tahu informasi berkaitan dengan HIV/AIDS, mereka hanya tahu kalau dia

harus disuntik KB agar tidak hamil. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ketua

PPAP Seroja (N10):

“...anak-anak yang digaruk diperlakukan sama, selain itu anak-anak yang menjadi korban ESKA tidak tahu bahayanya HIV/AIDS, taunya cuma suntik KB...” (Wawancata tanggal 17 Maret 2009) Berdasarkan wawancara dengan staf Yayasan Kakak dan Ketua PPAP Seroja,

anak-anak korban ESKA membutuhkan perlindungan khusus dari pemerintah dan

pihak-pihak yang peduli akan permasalahan anak, antara lain :

· Perlu adanya tempat rehabilitasi untuk anak korban ESKA.

· Tersedianya lapangan pekerjaan yang sesuai untuk mereka.

· Perlu adanya sosialisasi tentang kesehatan reproduksi karena anak-anak yang

berada di lingkungan prostitusi tidak tahu tentang HIV/AIDS.

Di bidang kesehatan, permasalahan anak gizi buruk juga harus mendapat

perhatian. Pada tahun 2005 anak gizi buruk sebesar 496 dan pada tahun 2006

meningkat menjadi 659. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh staf Yayasan Kakak

(N8) :

“Anak gizi buruk pada tahun 2005 496 dan meningkat 659 di tahun 2006. Hal ini menjadi tantangan bagi pemerintah Surakarta.” (Wawancara tanggal 6 April 2009)

Masalah gizi dijumpai akibat kekurangan berbagai jenis zat makanan. Kasus gizi

buruk banyak dijumpai pada anak-anak, khususnya anak balita. Karena pada masa ini

adalah masa yang paling rawan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Rendahnya

status gizi masyarakat dapat mempengaruhi kualitas sumberdaya manusia. Status gizi

Page 45: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

balita dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu kurangnya wawasan dan pengetahuan

ibu tentang gizi, sehingga keaktifan ibu untuk datang ke Posyandu rendah. Orang tua

yang kurang kooperatif beralasan tidak bisa menunggui anaknya ke rumah sakit juga

bisa menjadi penyebab gizi buruk.

Berdasarkan adanya kasus anak gizi buruk, menurut Yayasan Kakak anak-anak

membutuhkan adanya makanan tambahan untuk anak gizi buruk serta adanya program-

program yang menunjang untuk mengatasi anak gizi buruk.

Bidang pendidikan. Pendidikan merupakan adalah salah satu hak dasar yang mesti

diperoleh anak dan merupakan kewajiban yang juga harus dipenuhi oleh pemerintah,

orang tua, dan masyarakat. Konvensi Hak Anak memberikan hak kepada setiap anak

untuk memperoleh pendidikan dan mewajibkan Negara untuk menyediakan pendidikan

dasar yang wajib gratis bagi semua anak (Pasal 28). Dengan demikian asumsinya

adalah tidak ada lagi anak putus sekolah serta peningkatan sumber daya manusia.

Namun, permasalahan mengenai anak putus sekolah merupakan keluhan yang tiada

henti dihadapi oleh Kota Solo. Khususnya Kecamatan Jebres dimana wilayah ini

memiliki angka putus sekolah tertinggi dari lima kecamatan yang ada di Kota Solo.

Jumlah putus sekolah usia antara 7-12 tahun sebanyak 1546 terdiri laki-laki 5516 anak

dan perempuan 6030 anak.

Jumlah tersebut cukup besar untuk satu kecamatan. Salah satu alasan yang

dikemukakan, terutama bagi anak putus sekolah adalah karena dipaksa memasuki dunia

kerja guna membantu orang tua. (www.kr.com). Hal ini juga dikemukakan oleh Ketua

PPAP Seroja, sebagai berikut (N10) :

Page 46: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

“…anak putus sekolah di Surakarta masih tergolong tinggi. Hal ini menjadi PR bagi pemerintah karena agar tercipta Kota yang Layak Anak…” (Wawancara tanggal 6 Mei 2009)

Berdasarkan kasus anak putus sekolah, PPAP Seroja mengatakan bahwa anak-

anak sangat membutuhkan fasilitas dari pemerintah dan pihak-pihak yang peduli

terhadap permasalahan anak, antara lain :

· Adanya sekolah gratis/terjangkau untuk anak-anak kurang mampu agar orang tua

mereka tidak merasa terbebani.

· Perlu adanya sosialisasi pentingnya pendidikan bagi anak agar orang tua, anak, dan

masyarakat menyadari pentingnya pendidikan.

Bidang partisipasi anak. Melibatan dan mendengarkan suara anak dalam proses

pengambilan keputusan disegala tingkatan pada dasarnya adalah indikasi pemberian

penghargaan orang dewasa, masyarakat, maupun negara terhadap anak. Ketersediaan

dan aksesbilitas fasilitas pada anak juga merupakan permasalahan yang menjadi agenda

bagi pemerintah Kota Solo. Memang dalam upaya pengebangan kota sudah ada

berbagai fasilitas misalnya Taman Cerdas yang dibangun di beberapa kecamatan.

Namun, fasilitas tersebut kurang bisa diakses khususnya oleh anak kurang mampu dan

difabel. Hal ini dikarenakan susahnya memberikan sosialisasi kepada anak-anak

tersebut. Mereka lebih suka turun ke jalan daripada mendengarkan sosialisasi dari

pemerintah. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Sekretaris Lembaga P3G UNS

(N11) :

“…fasilitas anak untuk anak yang marginal/anak kurang mampu itu belum bisa menyentuh. Yang ada taman cerdas yang megah, tetapi belum menyentuh anak-anak marginal dan difabel. (Wawancara tanggal 7 April 2009)

Berdasarkan kasus di atas, kebutuhan anak terkait partisipasi anak antara lain :

Page 47: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

· Perlu ada wadah untuk menampung aspirasi anak.

· Perlu ada dana untuk memfasilitasi partisipasi anak.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Kota Surakarta

baru mengandalkan koordinasi dengan lembaga-lembaga lainnya untuk mengenali

kebutuhan anak. Berdasarkan wawancara kepada Kepala P3G UNS, dinyatakan bahwa

upaya mewujudkan Kota Layak Anak (KLA) dilakukan Pemerintah Kota Surakarta

melalui penandatanganan MOU tentang KLA antara Pemerintah Kota Surakarta dengan

lembaga di luar pemerintah seperti lembaga pusat studi wanita/pusat studi gender,

organisasi kemasyarakatan, dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang peduli

terhadap perlindungan anak. Lebih lanjut dikemukakan oleh Kepala P3G UNS bahwa

penandatanganan MOU tersebut merupakan tonggak kemitraan bersama untuk

mendukung terwujudnya KLA sesuai tugas pokok dan fungsi dari lembaga-lembaga

yang memiliki kemitraan terhadap perlindungan anak. (Wawancara tanggal 16 Maret

2009)

2. Kemampuan menyusun agenda dan prioritas pelayanan terhadap perlindungan

anak

Dalam menangani permasalahan anak di Surakarta, pemerintah menyusun agenda

dan prioritas pelayanan yang dibagi ke dalam beberapa bidang, yaitu: perlindungan,

kesehatan, pendidikan, dan partisipasi anak.

Tabel 3.1

Agenda dan Prioritas Pelayanan

Bidang Perlindungan Anak

Permasalahan Agenda dan Prioritas Pelayanan

1 2 3 Perlindungan anak ESKA · Penyelenggaraan rehabilitasi sosial,

dengan adanya Rumah Rehabilitasi

Page 48: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Graha Yoga Pertiwi · Adanya PTPAS

Kesehatan Gizi buruk · Program Makanan Tambahan (PMT) · Pondok Kasih Ibu (POKASI)

Pendidikan Anak putus sekolah

· Pendidikan wajib belajar 9 tahun · Kejar paket untuk anak putus sekolah

Partisipasi anak Rendahnya partisipasi anak

· Dibentuknya FAS (Forum Anak Surakarta)

Sumber: DKRPP&KB

Di bidang perlindungan anak, khususnya kasus ESKA pemerintah melakukan

prioritas pelayanan melalui penyelenggaraan rehabilitasi sosial dengan adanya Rumah

Rehabilitasi Graha Yoga Pertiwi. Graha Yoga pertiwi adalah tempat yang berfungsi

memberikan perlindungan dan pelatihan ketrampilan bagi perempuan dan anak korban

ESKA dan perdagangan anak. Diharapkan korban tersebut dapat pulih secara psikologis

atau mental maupun kesehatan dan mampu bersosialisasi dengan keluarga dan

masyarakat. Melalui penyelenggaraan rehabilitasi sosial ini, diharapkan anak korban

ESKA mendapat ketrampilan yang bermanfaat bagi dirinya. Selain itu, pemerintah

membentuk PTPAS. PTPAS merupakan gabungan dari beberapa

institusi/lembaga/organisasi yang mempunyai kepedulian terhadap persoalan

perempuan dan anak, serta melakukan pelayanan terpadu bagi perempuan dan anak

sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing. Hal ini sebagaimana

dikemukakan oleh staf Yayasan Kakak (N9) :

“…sudah ada jaring bersama/kerjasama pemerintah terhadap lembaga-lembaga swadaya masyarakat dan stakeholder-stakeholder yang lain, sehingga bisa terbentuk PTPAS…” (Wawancara tanggal 16 Maret 2009) Di bidang kesehatan, masalah anak gizi buruk juga perlu mendapat perhatian.

Untuk mengatasi anak gizi buruk, pemerintah membuat Program Makanan Tambahan

(PMT). Fungsi PMT adalah sebagai makanan tamabahan menjadi makanan utama yaitu

sarapan pagi. Selain itu, pemerintah membentuk Pondok Kasih Ibu (POKASI) yang

Page 49: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Selain itu, POKASI juga berfungsi

sebagai Posyandu anak balita setiap bulan. Di samping itu, POKASI juga berfungsi

sebagai Posyandu Lansia.

Di bidang pendidikan, masalah anak putus sekolah menjadi permasalahan

yang sulit untuk diselesaikan. Untuk mengatasi anak putus sekolah, pemerintah

membuat program wajib belajar 9 tahun. Untuk mensukseskan wajib belajar 9 tahun

pemerintah membuat kebijakan yang responsif terhadap persoalan tersebut yakni

berupa pemberian beasiswa pendidikan. Wajib belajar 9 tahun merupakan dasar

operasional bagi Pemerintah Surakarta untuk menyelenggarakan berbagai

pelayanan pendidikan bagi anak dalam hal ini pelayanan beasiswa. Asumsinya

semua warga Surakarta harus mengenyam pendidikan paling tidak 9 tahun. Selain

itu, pemerintah membuat program Kejar paket untuk anak putus sekolah. Program

ini dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta untuk menjamin terpenuhinya hak

anak akan pendidikan terutama bagi mereka yang tidak lulus dalam sekolah.

Kesempatan pendidikan juga diberikan kepada anak yang tidak bisa mengenyam

pendidikan formal misalnya bagi anak putus sekolah, anak jalanan, anak kasus

ESKA, dan anak yang bekerja. Kejar paket A adalah untuk kategori SD, kejar paket

B untuk kategori SMP dan kejar paket C untuk kategori SMA. Hal ini sebagaimana

dikemukakan oleh Kepala Bidang Pendidikan Non Formal DISDIKPORA (N6):

“Anak putus sekolah diarahkan pada pendidikan kesetaraan yaitu Kejar Paket A, Paket B, dan Paket C. Paket A setara dengan SD, Paket B setara dengan SMP, Paket C setara dengan SMA.” (Wawancara tanggal 5 Maret 2009) Di bidang partisipasi anak, khususnya dalam pemenuhan hak partisipasi anak,

Pemerintah Kota Surakarta dalam Program Pengembangan Kota Layak Anak

Page 50: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(KLA) membentuk Forum Anak Surakarta (FAS). FAS merupakan aspirasi anak-

anak. Sekretaris Pusat Penelitian dan Pengembangan Gender (P3G) UNS (N11) :

“…partisipasi anak di Surakarta sudah lumayan ya mbak, anak sudah mulai dilibatkan oleh pemerintah, kami juga terlibat dalam FAS...” (Wawancara tanggal 17 Maret 2009). Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui kemampuan pemerintah

menyusun agenda dan prioritas pelayanan perlindungan anak sudah sesuai dengan

kebutuhan anak. Namun sesungguhnya kebutuhan-kebutuhan anak di Kota

Surakarta tidak hanya mencakup kebutuhan perlindungan atas ESKA, gizi buruk,

anak putus sekolah, dan partisipasi anak. Masih ada persoalan-persoalan penting

yang belum tertangani oleh Pemerintah Kota Surakarta seperti pendidikan untuk

anak jalanan/terlantar. Untuk mengetahui lebih lanjut perkembangan program

pemerintah, apakah berjalan sesuai harapan anak dan pihak-pihak terkait, akan

dijelaskan pada pembahasan selanjutnya mengenai kemampuan mengembangkan

program perlindungan anak.

3. Kemampuan mengembangkan program perlindungan anak

Kemampuan pemerintah dalam mengembangkan program perlindungan anak

akan dijelaskan sesuai dengan bidang-bidang perlindungan anak yang meliputi: bidang

perlindungan anak, bidang kesehatan, bidang pendidikan, dan bidang partisipasi anak.

a. Bidang Perlindungan Anak

Kasus ESKA pada anak di Kota Surakarta harus mendapat perhatian yang

serius oleh semua pihak. Melihat keadaan ini, maka lahirlah gagasan untuk

membangun jaringan kerjasama antar institusi lintas sektor untuk mengembangkan

Pelayanan Terpadu bagi korban Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak di Kota

Page 51: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Surakarta. Kebutuhan ini juga didukung oleh berbagai kebijakan, salah satunya

Surat Kesepakatan Bersama antara Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan,

Menteri Sosial, Menteri Kesehatan dan KAPOLRI (SKB 3 Menteri dan KAPOLRI

yang ditandatangani sebagai langkah awal untuk menjadi dasar adanya pelayanan

terpadu untuk korban Kekerasan).

Setelah melalui serangkaian aktivitas, maka disepakati adanya dokumen

Kesepakatan Dasar Pelayanan Terpadu bagi Perempuan dan Anak Kota Surakarta

yang bernama Pelayanan Terpadu bagi Perempuan dan Anak Kota Surakarta

(PTPAS). PTPAS berbentuk konsorsium1, yaitu gabungan dari beberapa

institusi/lembaga/organisasi yang mempunyai kepedulian terhadap persoalan

perempuan dan anak, serta melakukan pelayanan terpadu bagi perempuan dan anak

sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing. DKRPP&KB selaku

koordinator umum PTPAS bertugas mengkoordinasikan seluruh divisi yang ada di

PTPAS. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan Seksi Pemberdayaan Masyarakat

DKRPP&KB (N1) :

”Untuk mengatasi kekerasan perempuan dan anak atau pelanggaran hak anak, di kota Surakarta ada PTPAS. PTPAS ini berupa konsorsium yang terdiri atas 16 unsur diantaranya pemerintah kota Surakarta dalam hal ini DKRPP&KB, rumah sakit, LSM, organisasi pemerintah, poltabes dan lain-lain. PTPAS ini terbentuk pada tahun 2004 dan bertugas menangani korban kekerasan perempuan dan anak-anak” (wawancara 16 Februari 2009)

PTPAS juga melakukan pelayanan terpadu bagi perempuan dan anak sesuai

tugas masing-masing, selaku dinas yang mewakili Pemeritah Kota Surakarta dalam

penanganan masalah tersebut ditunjuklah DKRPP&KB sebagai koordinator umum

1 Konsorsium adalah gabungan berbagai organisasi (sosial, kepemudaan, dsb) untuk mengadakan aktivitas/gerakan bersama (biasanya secara tetap), namun masing-masing tetap berdiri sendiri-sendiri. (Kamus Besar Bahasa Indonesia - Edisi Baru, disusun oleh Team Pustaka Phoenix. http://id.wikipedia.org/wiki/Konsorsium)

Page 52: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

yang bertugas mengkoordinir setiap institusi/lembaga/organisasi yag tergabung

dalam PTPAS tersebut. Tugas lembaga/organisasi yang tergabung dalam PTPAS

dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini:

Tabel 3.2

Data Tugas Lembaga/Organisasi

Page 53: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Yang tergabung dalam PTPAS

No Nama

Lembaga/Organisasi Divisi Tugas

1 2 3 4 1 DKRPP&KB Kota

Surakarta Koordiator Umum

Koordiator Umum Tugas: Mengkoordinasikan seluruh divisi yang ada di PTPAS, memastikan kerja seluruh divisi sesuai dengan job description-nya masing-masing, mengkoordinasikan monitoring dan evaluasi PTPAS, pelaksanaan koordinasi, penyelenggaraan pusat informasi dan dokumentasi, koordinasi sarana-prasarana, koordinasi pengembangan jaringan. Co. Divisi Pendidikan Publik Tugas: Melakukan sosialisasi program dan layanan PTPAS, melakukan pengorganisasian masyarakat agar mampu melakukan pencegahan terhadap KtPA, menyediakan dan menyebarluaskan informasi tentang KtPA bagi masyarakat, melaksanakan fungsi kehumasan, mengupayakan perubahan kurikulum pendidikan formal dengan jalan memberikan masukan tentang materi KtPA. Co. Divisi Advokasi Tugas: Mengakses, mengumpulkan dan menganalisa data dari Pusat Data PTPAS atau sumber data lain, melakukan study kebijakan dan isu KtPA, melakukan lobby dan negosiasi kepada pengambil kebijakan. Co. Divisi Pelayanan Tugas: Menjadi pos layanan PTPAS, memberikan layanan medis-non medis, menyediakan fasilitas yang mendukung pelayanan korban, mengupayakan shelter.

2 Poliklinik Bhayangkara Polwil Surakarta

Co. Divisi Pelayanan

3 Yayasan Kakak Co. Divisi Dokumentasi dan Informasi

4 GOWS Co. Divisi Pendidikan Publik

5 SPEK-HAM Co. Divisi Advokasi

6 RPK Poltabes Surakarta

Divisi Pelayanan

7 Dinas Kesehatan Kota (DKK) Surakarta

Divisi Pelayanan

8 ATMA (Advokasi Transformasi Masyrakat)

Divisi Pelayanan dan Divisi Advokasi

9 SARI (Social Analysis Research Institute)

Divisi Pelayanan dan Divisi Advokasi

10 Yayasan Talenta Divisi Pelayanan

11 LEHAMAS Aisyiah Jawa Tengah

Divisi Pelayanan dan Divisi Pendidikan Publik

12 Yayasan Krida Paramitha

Divisi Pelayanan dan Divisi Dokumentasi dan Informasi

13 Kaukus Perempuan Surakarta

Divisi Dokumentasi dan Informasi

14 Bappeda Surakarta Divisi Advokasi

15 PKK Kota Divisi Pendidikan Publik

16 RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Divisi Pelayanan

Sumber: PTPAS

PTPAS terdiri dari 16 lembaga/organisasi pemerintah maupun NGO (Non

Government Organisation) yang memiliki peran dan fungsi masing-masing dalam

penanganan persoalan perempuan dan anak yang tergabung didalam jaringan

Page 54: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PTPAS. Misalnya pihak Rumah sakit melakukan visum dan perawatan kesehatan,

Poltabes melakukan penyidikan dan penyelidikan, dan LSM melakukan tugasnya

sebagai pendamping korban. Pertanggungjawaban dari masing-masing divisi bukan

kepada DKRPP&KB melainkan bersama-sama. Disini peran DKRPP&KB yaitu

sebagai koordinator dari masing-masing divisi saja.

Penanganan ESKA2 di Surakarta sendiri telah diusahakan beberapa pihak,

salah satunya Pemerintah Kota Surakarta. Berdasarkan SK Walikota Nomor

462/78/1/2006, Pemkot menyusun kegiatan bertajuk Rencana Aksi Kota

Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersial Anak (RAK PESKA) Kota Surakarta.

Program lima tahunan ini dilaksanakan sebuah tim yang bernama Gugus Tugas.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Seksi Pemberdayaan Masyarakat

DKRPP&KB (N1) :

“Ada lima bidang konsentrasi program dalam Gugus Tugas, yakni Koordinasi dan Kerjasama, Pencegahan, Perlindungan, Pemulihan dan Rehabilitasi, serta Perlindungan Anak. Sedangkan ketua umumnya dipegang oleh Sekretaris Daerah Kota Surakarta. Anggota Gugus Tugas ini adalah kumpulan dari berbagai elemen masyarakat yang konsen terhadap perlindungan anak” (Wawancara 16 Februari 2009)

Dalam menangani masalah kekerasan anak, DKRPP&KB melakukan

tindakan-tindakan. Yang pertama adalah tindakan preventif atau pencegahan agar

masyarakat bisa menyikapi permasalahan tersebut sebagai persoalan serius yang

perlu dicegah sebelum tindakan kekerasan pada anak terjadi di lingkungan

sekitarnya. Selain itu pendampingan pada anak sekolah dan anak yang rentan

menjadi korban kekerasan seksual diharapkan dapat membekali anak-anak dengan

2 ESKA adalah Sebuah pelanggaran mendasar terhadap hak-hak anak. Pelanggaran tersebut terdiri dari kekerasan seksual oleh orang dewasa dan pemberian imbalan dalam bentuk uang tunai atau barang terhadap anak, atau orang ketiga, atau orang-orang lainnya. Anak tersebut diperlakukan sebagai sebuah objek seksual dan sebagai objek komersial. (www.gugustugastrafficking.org)

Page 55: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pengetahuan untuk mengantisipasi lingkungan di sekitarnya serta melindungi

dirinya sendiri dari bahaya kekerasan seksual pada anak. Kedua, yaitu penanganan.

Tindakan penanganan dilakukan apabila telah terjadi kekerasan seksual pada anak.

Biasanya dilihat dari korban yang melapor. Tindakan penanganan ini dilakukan

oleh beberapa lembaga terkait seperti Ruang Pelayanan Khusus (RPK) Poltabes

Surakarta selaku penyidik dari kasus kekerasan seksual pada anak yang terjadi,

LSM terkait, dalam hal ini Yayasan Kakak yang memberikan pendampingan pada

korban kekerasan seksual pada anak serta DKRPP&KB sendiri yang membuat

kebijakan dalam penanganan tersebut.

Korban yang mengalami kekerasan seksual diarahkan untuk melaporkan

kejadian yang dialaminya ke RPK Poltabes Surakarta untuk selanjutnya

ditindaklanjuti dengan proses penyidikan sampai dengan proses pelimpahan berkas

kasus ke kejaksaan untuk selanjutnya dijalankan proses hukum bagi tersangka.

Sedangkan Yayasan Kakak bertugas untuk mendampingi korban, memberikan

dukungan secara moral untuk terus menjalankan proses hukum hingga vonis

dijatuhkan pada tersangka.

Mekanisme penanganan kekerasan seksual pada anak di Surakarta yang

dilakukan oleh DKRPP&KB adalah memberikan pelayanan langsung pada korban

melalui Divisi Pelayanan PTPAS dalam hal ini adalah RPK Poltabes Surakarta.

RPK bertugas untuk menerima semua bentuk laporan pertama dari korban

kekerasan seksual pada anak di Surakarta serta menyidik kasus yang dilaporkan

korban tersebut untuk ditindaklanjuti prosesnya secara hukum. Sedangkan untuk

pelayanan visum dan kesehatan korban diserahkan kepada poliklinik Polwil

Page 56: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Surakarta selaku koordinator dari divisi pelayanan PTPAS dan RSUD Dr Moewardi

Surakarta. Kemudian untuk pendampingannya korban diserahkan pada lembaga

terkait dalam hal ini kepada Yayasan Kakak. Tindakan nyata yang telah dilakukan

PTPAS sebagai berikut:

Box 1 Pencegahan dan penanganan ESKA di Karesidenan Surakarta 3 Juni 2008 News Catatan Kegiatan Yayasan Kakak, periode Maret s/d Mei 2008. Untuk kegiatan pencegahan ESKA di tingkat masyarakat, hal-hal yang dilakukan oleh Yayasan Kakak adalah sebagai berikut: 1. Sosialisasi tentang persoalan yang terkait dengan ESKA di

tingkat SMP kerjasama dengan Terres des Homes. Dalam waktu 3 bulan ini (Maret-Mei 2008) Yayasan Kakak masuk ke dua sekolah yang anak-anaknya rentan menjadi korban ESKA.

2. Pendampingan anak dan orang tua di wilayah yang rentan. Dalam waktu 3 bulan ini, Yayasan Kakak melakukan pendampingan. Wilayah rentan yang didampingi adalah salah satu wilayah di mana tempat tersebut menjadi pusat prostitusi.

3. Sosialisasi lewat media elektronik (Radio) kerjasama dengan Terres des Homes. Saat ini media elektronik yang rutin melakukan talkshow adalah Radio GSM FM dan PTPN FM.

4. Kegiatan penanganan korban kekerasan. Ada beberapa pendampingan yang dilakukan yaitu pendampingan hukum atas kasusnya, pendampingan psikologis untuk anak dan keluarga, dan pendampingan medis.

Selain itu, untuk perbaikan ke depan, Yayasan Kakak memberikan masukan-masukan dan rekomendasi kepada pihak pemerintah selaku koordinator pelayanan terpadu. (http://kakak.org/home.php?page=news&id=97)

Dari catatan kegiatan Yayasan Kakak, dapat diketahui upaya-upaya PTPAS

untuk mencegah dan menangani ESKA di Surakarta. Penekanan bahwa anak

sebagai korban sangat dibutuhkan sehingga bisa mendukung untuk melakukan

tindakan penanganan kasus ESKA yang berbasis di masyarakat. Artinya, bagaimana

ketika ada kasus di sekitar masyarakat, mereka bisa melakukan tindakan

penanganan sesuai dengan peran dan tanggung jawabnya masing-masing. Lewat

Page 57: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

media ini juga bisa memberikan gambaran kepada masyarakat tentang beberapa hal

yang terkait dengan hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya kasus ESKA. Dengan

dipaparkannya penyebab di tingkat masyarakat, mereka akan lebih mengetahui

bagaimana melakukan tindakan pencegahan, karena tindakan pencegahan dapat

dimulai dari tingkat masyarakat yang paling kecil, yaitu keluarga.

Mekanisme penanganan korban kekerasan seksual pada anak yang dilakukan

oleh Divisi Pelayanan PTPAS dapat digambarkan secara visual dengan skema

berikut ini:

Gambar 3.1

Skema penanganan korban pada Divisi Pelayanan PTPAS

Sumber: DKRPP&KB

Dari gambar 3.1 dapat dilihat bahwa penanganan korban kekerasan seksual

pada anak dilakukan secara bersama-sama antar lembaga yang terkait dengan

permasalahan tersebut. Kemanapun korban datang untuk mengadukan persoalan

kekerasan seksual yang menimpanya, lembaga tersebut akan memberikan

penanganan sesuai dengan tugasnya. Sedangkan untuk penanganan lebih lanjut,

lembaga yang menerima korban pertama kali akan merujuk korban sesuai dengan

korban

RPK

Rumah sakit

LSM

Page 58: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kebutuhan penanganan korban secara langsung melalui telepon kepada lembaga

lainnya yang terkait dengan penanganan tersebut.

Dari uraian mengenai penanganan kekerasan seksual ada anak yang dilakukan

DKRPP&KB Kota Surakarta di atas, dapat dilihat bahwa peran dari DKRPP&KB

tersebut adalah memfasilitasi dalam mengkoordinir lembaga-lembaga terkait

dengan penangana kekerasan seksual pada anak di Surakarta sesuai dengan bidang

penganan masing-masing. Karena masalah penanganan kekerasan seksual pada

anak adalah masalah penanganan yang kompleks dan melibatkan banyak

instansi/lembaga/organisasi yang telibat sesuai dengan bidang penanganannya

masing-masing.

Ketiga yaitu tindakan pasca penanganan (pemulihan). Dampak dari kekerasan

seksual pada korban biasanya adalah dampak kesehatan, fisik, psikologis, dampak

sosial. Selain itu biasanya korban mengalami trauma dan beban psikologis yang

cukup berat. Adanya rasa takut dan malu pada lingkungan atau masyarakat di

sekitarnya akan menjadi beban sosial yang berat bagi korban kekerasan seksual

khususnya pada anak. Tindakan pasca penanganan dilakukan untuk memulihkan

kondisi psikologis dari korban.

Tindakan pasca penanganan ini dilakukan oleh LSM terkait dan DKRPP&KB

sendiri. Tindakan pemulihan yang dilakukan oleh DKRPP&KB diselenggarakan

oleh Sub Dinas Pelayanan Rehabilitasi dan Bantuan Sosial dengan membuat panti-

panti anak yang mendorong kelompok atau forum-forum anak untuk menghadapi

permasalahn tersebut dengan suatu sikap yang positif agar hal tersebut tidak

terulang menimpa anak yang lain di kemudian hari.

Page 59: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Sedangkan LSM yang terkait dengan permasalahan tersebut memberikan

pendampingan hingga kondisi psikologis korban benar-benar telah pulih dan bebas

dari trauma dengan cara memberikan konsultasi Psikologi pada korban. Selain itu,

tindakan pasca penanganan ini juga berbentuk pemberian motivasi pada korban

kekerasan seksual pada anak agar korban ini dapat kembali dalam kehidupan

sosialnya tanpa ada perasaan malu, takut, ataupun minder.

Box 2 Catatan Kegiatan Yayasan Kakak, Periode Maret s/d 2008 3 Juni News Untuk pencegahan terjadinya ESKA, Yayasan Kakak melakukan beberapa aktifitas, yaitu: 1. pendampingan keluarga. Pendampingan ini dilakukan untuk

memberikan pemahaman kepada keluarga korban tentang faktor resiko yang dapat dialami korban ESKA. Keluarga diharapkan akan dapat melakukan pengawasan terhadap perilaku dan pergaulan anak.

2. Pendampingan psikologis anak. Korban ESKA sangat rentan mengalami trauma akibat kekerasan yang dialaminya.

3. Pendampingan kelompok. Pendampingan ini bertujuan untuk mencegah agar anak tidak menjadi korban ESKA.( http://kakak.org/home.php?page=news&id=97)

Dari catatan Yayasan kakak periode Maret s/d Mei 2008 dapat diketahui

bentuk-bentuk pendampingan yang dilakukan Yayasan Kakak sebagai salah satu

LSM yang memperhatikan masalah anak di Surakarta. Hal ini dilakukan

berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Yayasan Kakak bahwa pengalaman

seksual dini dapat mendorong anak masuk dalam dunia ESKA.

Penanganan kekerasan seksual pada anak di Surakarta selain melibatkan

beberapa institusi/ lembaga/ organisasi yang terkait dengan permasalahan tersebut,

juga diperlukan dana guna menunjang operasional penanganan kekerasan pada anak

tersebut. Sumber dana dalam penanganan kekerasan seksual pada anak di Surakarta

Page 60: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

diperoleh dari pemerintah dan swadaya dari beberapa lembaga yang terkait. Staf

Divisi Anak Yayasan Kakak (N8) mengatakan:

“Responsivitas pemerintah terhadap kasus kekerasan terhadap anak cukup bagus. Sudah ada jaring bersama/kerjasama pemerintah terhadap lembaga-lembaga swadaya masyarakat dan stakeholder-stakeholder yang lain, sehingga bisa terbentuk PTPAS. Jika ada kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, pihak PTPAS sudah bisa menangani kasus ini baik secara medis, hukum dan psikologisnya, asal kasus ini dilaporkan sesuai dengan prosedur yang ada, mulai dari kepolisian.” (Wawancara tanggal 16 Maret 2009)

Ia juga menambahkan:

“Kalo perlindungan anak di Surakarta, jika kita bicara dari sisi kebijakan, sudah ada kemajuan, karena memang kota Surakarta ditunjuk oleh pemerintah sebagai salah satu pilot project untuk pengembangan Kota Layak Anak diantara beberapa kota yang lain. Kalo kita bicara lebih riil lagi, memang perlu ada upaya-upaya atau peningkatan dalam berbagai hal mengenai sistem atau perlindungan terhadap anak. Karena kecenderungannya kita melihat kasus-kasus kekerasan terhadap anak justru menunjukkan gejala dari waktu ke waktu menunjukkan peningkatan. Kalo kita melihat, sudah ada daya tanggap dari pemerintah, sudah ada peraturan-peraturan daerah yang mulai disusun untuk melindungi anak. Diharapkan peran pemerintah lebih optimal, karena kekerasan pada anak dari waktu ke waktu menunjukkan peningkatan secara kuantitas.” (Wawancara tanggal 16 Maret 2009)

Hal senada juga dikatakan oleh Ketua PPAP Seroja (N10):

“…responsivitas pemerintah Surakarta dalam menangani permasalahan anak jika dibandingkan kota-kota lain, sudah bisa dikatakan renponsif. Sudah ada kebijakan-kebijakan yang menyangkut perlindungan terhadap anak.” (wawancara 14 November 2008)

Menurut Yayasan Kakak dan LSM PPAP Seroja, responsivitas pemerintah

terhadap kasus kekerasan terhadap anak cukup bagus. Sudah ada jaring

bersama/kerjasama pemerintah terhadap lembaga-lembaga swadaya masyarakat dan

stakeholder-stakeholder yang lain, sehingga bisa terbentuk PTPAS. Jika dilihat dari

sisi kebijakan, sudah ada kemajuan, sudah ada peraturan-peraturan daerah yang

mulai disusun untuk melindungi anak. Kebijakan tersebut diantaranya: Kebijakan

Page 61: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pengembangan Kota Layak Anak (KLA), adanya Rencana Aksi untuk menangani

kekerasan pada anak dan pekerja anak. Diharapkan peran pemerintah lebih optimal,

karena kekerasan pada anak dari waktu ke waktu menunjukkan peningkatan secara

kuantitas.

Mekanisme penanganan anak jalanan dan anak terlantar hampir sama dengan

mekanisme penanganan kasus ESKA. Pemerintah melakukan pendataan

bekerjasama dengan LSM dan tokoh masyarakat termasuk di dalamnya PSM

(Pekerja Sosial Masyarakat) dan Karangtaruna. Setelah mengetahui data, lalu

dilakukan identifikasi permasalahan yang ada. Setelah diketahui permasalahannya,

lalu dilakukan pembinaan terhadap mereka. Dalam pembinaan, ada kegiatan-

kegiatan yaitu pelatihan ketrampilan yang sesuai dengan bakat dan minat mereka.

Setelah mereka diberi ketrampilan, selanjutnya pemerintah memberikan paket

bantuan untuk sarana penunjang ketrampilan.

Pada tahun 2008, DKRPP&KB mempunyai alokasi anggaran sebesar Rp.

2.206.724.930,00 yang digunakan untuk anak di Surakarta. Pada tahun 2009 juga

mempunyai alokasi dana sebesar Rp. 967.394.955,00. Anggaran pada tahun 2009

lebih sedikit dibandingkan dengan tahun 2008 karena sebagian anggaran untuk

membayar hutang. Pada tahun 2010 pemerintah berencana membangun Taman

Cerdas.

Advokasi anggaran menjadi kebutuhan penting bagi PTPAS untuk bisa

menjalankan fungsi dan perannya dalam penanganan kasus kekerasan. PTPAS

memulai proses advokasi dengan cara melakukan audiensi bersama dengan masing-

masing Kepala Dinas terkait dan Bapeda, setelah terlebih dahulu melakukan

Page 62: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

workshop untuk menyusun program dan kebutuhan anggaran. Upaya lobby juga

dilakukan melalui audiensi dengan Walikota Surakarta. Dalam proses tersebut,

PTPAS juga mengusulkan adanya kebijakan (peraturan daerah) yang memberikan

perlindungan bagi perempuan dan anak, sekaligus menjadi landasan yang kuat bagi

bekerjanya PTPAS. Proses lobby3 ini juga diperkuat melalui kunjungan serta

audiensi kepada partai politik dan calon anggota legislatif pada tahun 2004.

Alokasi anggaran pertama diperoleh tahun 2005 yaitu empat puluh lima juta

yang dialokasikan untuk anggaran pertemuan/koodinasi masing-masing divisi dan

membiayai visum yang dapat diakses dengan mekanisme re-emburstmen

(penggantian setelah dana digunakan). Anggaran tersebut dialokasikan melalui

dinas yang terkait dengan PTPAS, yakni DKRPP&KB yang juga merupakan

koordinator jaringan PTPAS.

Kekuatan MOU atau Kesepakatan Bersama antar institusi dan SK Walikota

adalah hal terpenting dalam proses advokasi anggaran. Pasca legalitas formal

diperoleh, penguatan dan koordinasi lebih intensif dilakukan untuk terus-menerus

memperbaiki mekanisme pelayanan karena PTPAS merupakan pelayanan terpadu

yang bukan satu atap. PTPAS dibangun untuk menguatakan masing-masing

organisasi pemberi layanan dan mengarahkan kepada pelayanan terpadu berbasis

komunitas.

3 Lobby adalah suatu kegiatan dari orang-orang yang berusaha mempengaruhi orang lain untuk suatu tujuan tertentu, baik itu sebuah lembaga pemerintahan maupun sebuah organisasi tertentu. Fungsi lobby : lobby ialah langkah awal dalam proses menuju negosiasi. Tujuan lobby adalah mempengaruhi orang lain untuk tujuan tertentu, baik dengan cara baik maupun kurang baik. Fungsi lobby sendiri adalah sebagai pembuka jalan negosiasi. Sedangkan, negosiasi bisa terjadi karena adanya konflik dan lobbying ada didalamnya untuk mengurangi konflik. (http://galaxy-semesta.blogspot.com/2009/06/tentang-lobby-dan-diplomasi.html)

Page 63: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Saat ini PTPAS telah mendapatkan alokasi anggaran tetap, bahkan selalu

mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Pada rekapitulasi anggaran tahun 2008,

terdapat Rp.223.118.100,- yang dialokasikan untuk memberikan pelayanan dan

melakukan pencegahan terhadap korban kekerasan. Masih ada bentuk alokasi

lainnya yang bisa diakses di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) lainnya.

Bahkan pemerintah membangun sarana untuk rehabilitasi dan perlindungan bagi

korban kekerasan yang disebut Graha Yoga Pertiwi4. Selain alokasi anggaran dan

rumah rehabilitasi, pemerintah juga secara intensif mengkoordinasikan penyusunan

Peraturan Daerah untuk Perlindungan Perempuan dan Anak.

Dana dari pemerintah diperoleh melalui APBD baik APBD tingkat propinsi

maupun APBD kota Surakarta sendiri. hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh

Seksi Pemberdayaan Masyarakat DKRPP&KB (N1):

“...dana diperoleh dengan cara beragumentasi dan memberikan penjelasan pada Dewan anggaran dan DPR untuk bisa mengabulkan program-program yang sudah kita sepakati bersama, dana APBD juga terbatas. Jika tidak bisa dilaksanakan tahun ini, ya dilaksanakan tahun depan. Walaupun ada dana tetap, tetapi kasus kekerasan anak ini selalu meningkat, makanya sering ada kendala masalah dana...” (Wawancara 16 Februari 2009)

b. Bidang Kesehatan

Responsivitas pemerintah di bidang kesehatan dapat dilihat melalui

penanganan anak gizi buruk di Surakarta. Posyandu biasanya memberikan

informasi kepada pemerintah mengenai adanya anak gizi buruk. Lalu diadakan

pemeriksaan di Puskemas. Pemerintah juga melihat kondisi ekonomi keluarga

tersebut. Apabila membutuhkan pemeriksaan klinis, maka dilakukan rujukan ke

4 Graha Yoga Pertiwi adalah tempat yang berfungsi memberikan perlindungan dan pelatihan ketrampilan bagi perempuan dan anak korban eska, perdagangan anak sehingga diharapkan korban tersebut dapat pulih secara psikologis atau mental maupun kesehatan dan mampu bersosialisasi dengan keluarga, masyarakat serta mendapat ketrampilan yang bermanfaat bagi dirinya. (http://www.kotalayakanak.org)

Page 64: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

rumah sakit dan akan ditindaklanjuti di rumah sakit. Minggu ke 1 dan 2 anak

melakukan perawatan di rumah sakit. Apabila sudah membaik, minggu ke 3 anak

dikembalikan ke Puskesmas dan Posyandu. Mekanisme penanganan anak terkena

gizi buruk yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta dapat digambarkan

dengan skema berikut ini :

Gambar 3.2

Skema penanganan anak gizi buruk

Sumber: Dinas Kesehatan

Dari gambar 3.2 menggambarkan bahwa anak terkena gizi buruk dibiayai

pemerintah melalui Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta (PKMS). PKMS

adalah pemberian pemeliharaan pelayanan kesehatan yang meliputi upaya promotif,

preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diberikan oleh pemerintah bagi masyarakat

Surakarta pemegang kartu berobat berlangganan. Tujuannya adalah memberikan

jaminan pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat Kota Surakarta terutama bagi

masyarakat miskin. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Kepala Sie Perbaikan

Gizi Masyarakat, DINKES (N2):

“Anak gizi buruk ini dibiayai pemerintah menggunakan PKMS. Jadi, masyarakat bisa terlindungi dari masalah kesehatan dan diharapkan masalah gizi buruk ini bisa teratasi dengan baik.” (Wawancara tanggal 10 Maret 2009)

Anak Dirujuk

Yankes Rujukan Dilakukan

periksa klinis

Anak Gizi Buruk

Pulang dan dikembalikan ke Puskesmas dan Posyandu

Rawat Inap

Page 65: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Adapun fasilitas-fasilitas dari pemerintah di bidang kesehatan (Lihat

lampiran). Sumber dana untuk menangani anak gizi buruk berasal dari Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD). Tabel 3.3 adalah alokasi dana di Dinas Kesehatan

Surakarta:

Tabel 3.3

Alokasi Dana APBD Kota Surakarta

Untuk Program Perbaikan Gizi Masyarakat

Uraian Tahun 2005 2006 2007 2008 2009

1 2 3 4 5 6 Jumlah dana program gizi

165.497.000 998.000.000 1.495.693.500 1.515.658.000 912.695.000

PMT-AS (SD)

Sasaran 4281 4010 4000 3500 Dana 616.464.000 649.620.000 480.000.000 315.000.000

PMT-AS (TK)

Sasaran 3026 2148 Dana 363.120.000 193.320.000

Sumber: Dinas Kesehatan Surakarta

Dari tabel 3.3 dapat diketahui dana yang dialokasikan untuk perbaikan gizi

masyarakat. Dari tahun ke tahun sasaran untuk program perbaikan gizi menurun

dari 4281 anak gizi buruk pada tahun 2006 menurun menjadi 3500 pada tahun

2009. Hal ini menunjukkan bahwa ada penurunan jumlah anak gizi buruk.

Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Kepala Sie Perbaikan Gizi Masyarakat,

DINKES (N2):

“Dana dari pemerintah untuk anak terkena gizi buruk berasal dari SKPD-SKPD, dana ini tidak hanya untuk masalah anak di bidang kesehatan, tetapi juga untuk masalah anak di bidang lain.” (Wawancara tanggal 10 Maret 2009)

Hal senada juga diungkapkan oleh Sekretaris Lembaga Pusat Penelitian dan

Pengembangan Gender (P3G) UNS (N11):

“...dana KLA ini berasal dari SKPD-SKPD, dana ini untuk semua masalah anak di semua bidang.” ( Wawancara tanggal 7 April 2009)

Perkembangan kasus gizi buruk di Kota Surakarta dapat diihat pada tabel 3.4:

Page 66: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 3.4

Perkembangan Kasus Gizi Buruk Di Kota Surakarta

Periode Tahun 2005 s/d 2008

Tahun

Sisa Kasus Tahun Lalu

Jumlah Kasus Tahun Ini Sisa Kasus Tahun Ini

Baru

Jumlah

Mati

Sembuh 1 2 3 4 5 6 7

2005 336 496 832 0 647 185 2006 185 659 841 0 625 216 2007 216 417 633 0 470 161 2008 161 349 510 0 404 106

Sumber: Dinas Kesehatan Surakarta

Dari tabel 3.4 kasus gizi buruk dari tahun 2005-2008 menurun pada tiap

tahunnya. Dari 336 anak gizi buruk di tahun 2005, menurun 106 di tahun 2008.

Penurunan angka penderita dikarenakan adanya Program Makanan Tambahan

(PMT) serta gencarnya penyuluhan yang dilakukan kepada masyarakat. Pemberian

makanan tambahan bagi balita terkena gizi buruk meliputi pemberian susu, biskuit,

serta makanan pengganti air susu ibu (MP Asi).

Pencapaian Dinas Kesehatan Surakarta dalam Program Perbaikan Gizi Kota

Surakarta tahun 2008 dapat dilihat pada tabel 3.5:

Tabel 3.5

Pencapaian Kewenangan Wajib dan Standar Pelayanan Minimal Program Perbaikan Gizi

Kota Surakarta Tahun 2008

No

Kewenangan Wajib

Jenis Pelayanan

Standar Pelayanan Minimal

Capaian 2008 (%)

Target (IS 2010)

Indikator Kinerja

1 2 3 4 5 6 1 Penyelenggaraan

Perbaikan Gizi 1. Pemantauan

Pertumbuhan % balita yang naik berat badannya (N/D)

72,2

80

Page 67: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Balita % balita BGM

1,2

<15

2. Pelayanan Gizi % cakupan balita mendapat Vit.A 2X per tahun % cakupan Ibu hamil mendapat 90 tablet Fe % cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi BGM dari keluarga miskin % balita gizi buruk mendapat perawatan

96,7

93,8

100

100

90

90

100

100

3. Penyulihan perilaku sehat

% bayi mendapat ASI Eksklusif % Desa dengan garam beryodium baik

27,6

84

80

90

4. Penyelenggaraan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan KLB dan gizi buruk

% desa/kel. Dengan gizi buruk yang ditangani % kecamatan bebas rawan gizi

100

100

100

80

Sumber: Dinas Kesehatan Surakarta

Capaian balita yang naik berat badannya sebesar 72,2%. Hal ini merupakan

hasil yang baik karena target di tahun 2010 sebesar 80%. Cakupan balita mendapat

Vit.A 2X per tahun justru melebihi target. Target tahun 2010 sebesar 90%

sedangkan capaian di tahun 2008 sebesar 96,7%. Hal yang sama pada cakupan Ibu

hamil mendapat 90 tablet Fe yang melebihi target di tahun 2010. Target 2010

cakupan Ibu hamil mendapat 90 tablet Fe sebesar 90% sedangkan capaian di taun

2008 sebesar 93,8%. Selain itu, kecamatan bebas rawan gizi juga melebihi target,

karena target di tahun 2010 hanya 80%, sedangkan capaian di tahun 2008 sebesar

100%.

Pencapaian Dinas Kesehatan tersebut diakui oleh Sekretaris Lembaga P3G

UNS (N11) sebagai berikut:

Page 68: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

“Kalo bidang kesehatan, sudah lumayan mbak, pendataannya juga sudah baik. Penanganan masalah anak bidang kesehatan juga sudah baik.” (Wawancara tanggal 7 April 2009)

Hal senada juga dikatakan oleh salah satu staf Yayasan Kakak (N8):

“Pelayanan di bidang kesehatan sudah lumayan ya mbak, kasus anak gizi buruk juga sudah menurun.” (Wawancara tanggal 16 Maret 2009)

Berdasarkan penjelasan tersebut, pemerintah sudah lebih responsif dalam

menangani masalah anak di bidang kesehatan. Pendataan akan adanya masalah

kesehatan terutama pada anak juga sudah baik.

c. Bidang Pendidikan

Anak putus sekolah diarahkan pada pendidikan non-formal yaitu Kejar Paket

A, Kejar Paket B, dan Kejar Paket C. Anak-anak tersebut harus terdaftar di

kelompok belajar Paket B dan Paket C (Paket A masih akan dilaksanakan tahun

2009). Untuk bisa terdaftar pada kelompok belajar, mereka harus melengkapi

administrasi yang dibutuhkan seperti ijazah yang lebih rendah. Di masing-masing

kelompok belajar ada peraturan mengikuti pelajaran sampai selesai dan

melaksanakan 75 persen kehadiran. Setelah itu, dilakukan evaluasi hasil belajar dan

berhak mengikuti Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan (UNPK).

Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Kepala Bidang Pendidikan Non

Formal DISDIKPORA (N6):

“Anak putus sekolah diarahkan pada pendidikan kesetaraan yaitu Kejar Paket A, Paket B, dan Paket C. Paket A setara dengan SD, Paket B setara dengan SMP, Paket C setara dengan SMA.” (Wawancara tanggal 5 Maret 2009)

Salah satu staf Bidang Pendidikan Non Formal juga mengatakan (N7):

”Pada tahun 2007 ada kebijakan pemerintah mengenai Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan (UNPK) bagi anak-anak sekolah formal yang tidak

Page 69: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lulus. Kebijakan ini ada karena tidak ada ujian susulan. Pada tahun 2009 disusun juga kurikulum KTSP” (Wawancara tanggal 5 Maret 2009)

Program Kejar Paket B dan C untuk anak putus sekolah hanya mencapai hasil

50 persen. Hal ini dikarenakan banyak anak-anak yang tidak meneruskan sekolah

non formal ini. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Kepala Bidang Pendidikan

Non Formal DISDIKPORA (N6):

”Hasil yang kita capai dalam program Kejar Paket ini cuma 50 persen. Banyak anak-anak yang tidak lagi datang ke sekolah non formal. Mereka kembali ke jalan dengan alasan mencari uang membantu orang tua. Orang tua juga tidak memberi dorongan supaya anak-anaknya sekolah” (Wawancara tanggal 5 Maret 2009) Sumber dana untuk anak putus sekolah berasal dari Satuan Kerja Perangkat

Daerah (SKPD). Selain itu, ada pula sumber dana dari pihak luar seperti dari Jarum

untuk beasiswa anak. Dana tersebut dialokasikan untuk:

1) Agar anak tidak putus sekolah, pemerintah memberikan Bantuan Operasional

Sekolah (BOS), Bantuan Pelayanan Pendidikan (BPP), bantuan pendidikan dari

pihak swasta, dan sebagainya.

2) Adanya Sekolah Plus untuk anak tingkat SD.

3) Adanya Sekolah Kesetaraan yang tidak dipungut biaya.

Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Staf Bidang Pendidikan Dasar SD dan

Anak Usia Dini DISDIKPORA (N13):

“Agar anak tidak putus sekolah, pemerintah memberikan Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dana ini dari pusat. Selain itu ada juga Bantuan Pelayanan Pendidikan (BPP), dana ini berasal dari Walikota yang berasal dari APBD2. Selain itu, banyak bantuan pendidikan yang dari pengusaha swasta seperti Jarum (rokok).” (Wawancara tanggal 3 Maret 2009)

Hal serupa juga disampaikan oleh Kepala Bidang Pendidikan Non Formal

DISDIKPORA (N6):

Page 70: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

“Anak-anak dalam mengikuti sekolah kesetaraan tidak dipungut biaya. Jadi seharusnya mereka bisa rajin bersekolah. Tapi semua itu kembali lagi pada anaknya.” (Wawancara tanggal 5 Maret 2009)

Adapun fasilitas-fasilitas dari pemerintah di bidang pendidikan (Lihat

lampiran). Untuk mewujudkan keadaan yang diinginkan lima tahun ke depan

dilakukan strategi sebagai berikut :

a. Bidang peningkatan iman dan takwa dengan mengoptimalkan peran serta

seluruh warga sekolah dengan membiasakan pengamalan agama, seperti berdoa

sebelum dan sesudah proses pembelajaran, optimalisasi pemanfaatan sarana

ibadah yang dimiliki, pemanfaatan moment peringatan hari besar agama untuk

lebih memahami makna dan penerapan kehidupan beragama serta menjalin

kerjasama dengan lingkungan seperti ulama dan lembaga – lembaga keagamaan

dalam rangka pembinaan dan peningkatan keimanan dan ketakwaan seluruh

warga sekolah. Dalam proses pembelajaran lebih ditekankan praktik

dibandingkan dengan penyampaian materi pembelajaran yang bersifat

pengetahuan.

b. Bidang kecerdasan ditanamkan proses pembelajaran yang mengacu pada empat

pilar pendidikan, yakni belajar untuk mengetahui, belajar untuk berbuat, belajar

agar menjadi milik dirinya sendiri, dan belajar dapat menerapkan dalam

kehidupan sehari – hari. Akibat dari penekanan pola pembelajaran tersebut perlu

peningkatan profesionalitas guru lewat Kelompok Kegiatan Guru, Musyawarah

Guru Mata Pelajaran, Musyawarah Guru Program Diklat, Musyawarah Kerja

Kepala Sekolah, dan Kelompok Kerja Pengawas Sekolah. Kegiatan lain yang

perlu dipacu adalah penelitian tindakan kelas, guna mencari alternatif model

Page 71: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pembelajaran agar menghasilkan hasil belajar yang optimal. Peda kegiatan

siswa, diposisikan sebagai subjek belajar pada proses pembelajaran, disediakan

wadah kompetitif berupa lomba akademik, lomba karya ilmiah pupuler, lomba

siswa berprestasi, dan lomba – lomba kreativitas lainnya yang memacu berfikir

kritis dan kreatif.

c. Bidang olahraga dititikberatkan pada proses pembelajaran praktik dibandingkan

pelajaran teori. Guna menciptakan situasi belajar tersebut diperlukan

ketrampilan guru dalam meproses pembelajaran, sehingga peningkatan

kualifikasi, sertifikasi, dan pembinaan rutin lewat Kelompok Kegiatan Guru,

Musyawarah Guru Mata Pelajaran , mutlak diperlukan. Pemenuhan peralatan

praktik olahraga dan tempat untuk berolahraga perlu ditingkatkan dan

diupayakan. Guna mendukung peningkatan pendidikan olahraga disediakan

wadah untuk kompetisi berupa pekan olahraga, pertandingan, dan festifal untuk

melihat sejauh mana hasil pendidikan dan pembinaan olahraga disekolah,

sekaligus memberikan umpan balik kepada guru untuk membenahi kekurangan

– kekurangan yang mungkin terjadi.

d. Pada bidang pembinaan ketrampilan ditingkatkan kegiatan extra kurikuler baik

pembinaan kepramukaan/kepanduan, pengembangan olahraga, seni, serta

ketrampilan lewat kegiatan life skill untuk seluruh sekolah. Khususnya Sekolah

Menengah Kejuruan ditingkatkan pengelolaannya dengan sertifikat ISO, yang

diharapkan siswa keluarannya memiliki kompetensi keahlian yang dibutuhkan

masyarakat.

Page 72: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

e. Bidang sosial budaya dikembangkan pelajaran muatan lokal dan pengembangan

seni, baik seni tari, karawitan, musik, teater, maupun olah vokal lewat kegiatan

intra maupun extra kurikuler. Dalam rangka mengevaluasi hasil binaan seni,

diadakan pentas seni, lomba seni, maupun festival seni. Guna mepercepat dan

meningkatkan proses pembinaan seni dan budaya amat diperlukan pemenuhan

peralatan yang meliputi berbagai cabang seni.

f. Untuk menjabarkan strategi tersebut di dalam program kegiatan diperlukan

kebijakan – kebijakan sebagai berikut :

a. perluasan dan pemerataan pendidikan. Kebijakan ini berkaitan erat dengan

pemberian beasiswa pembangunan ruang kelas yang rusak, perluasan tempat

penyelenggaraan pendidikan anak usia dini, pemenuhan alat peraga proses

pembelajaran, alat praktik, penyediaan laboratorium, alat praktik olah raga, dan

pembinaan ke semua pemberian beasiswa dan pemenuhan dari sarana ini

diharapakan mendorong untuk memasuki jenjang sekolah, sehingga warga

masyarakat dapat memilih sekolah sesuai dengan keinginannya dan yang belum

sempat bersekolah dapat segera memasuki sekolah, dengan demikian semakin

dapat ditekan angka tidak melanjutkan.Dengan tersediannya beasiswa

diharapkan keluarga yang kurang berkemampuan dapat menikmati sekolah

sesuai dengan keinginannya, karena terbantu segi pembayarannya.

b. peningkatan mutu dan relevansi. Kegiatan Kelompok Kerja Guru dan

sejenisnya, perbaikan proses pembelajaran lewat hasil penelitian tindakan kelas,

peningkatan hasil kualifikasidan sertifikasi bagi guru adalah upaya untuk

peningkatan mutu. Penekanan empat pilar pendidikan adalah upaya perbaikan

Page 73: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mutu keluaran sekolah. Demikian pula berbagai lomba yang disediakan untuk

siswa, semuanya difokuskan untuk peningkatan mutu siswa. Sedangkan

penyediaan alat – alat praktik dan pemberian life skill adalah untuk

mengupayakan relevansi keluaran dengan kebutuhan di masyarakat.

c. governance dan akuntabilitas. Perumusan kembali untuk mengelola sekolah

amat diperlukan seiring dengan era otonomi daerah. Tiga pilar yang perlu

mendapatkan perhatian dalam hal ini, yakni kepemimpinan yang demokrasi

dengan ciri pemanfaatan keputusan partisipasif, perbaikan mutu proses

pembelajaran dengan ciri pembelajaran dengan metode variatif sehingga

mengaktifkan, memancing inovatif, mengembangkan kreatifitas dan

menyenangkan siswa, serta peningkatan peranserta masyarakat sebagai salah

satu pihak yang ikut bertanggungjawab tehadap pendidikan.

(Sumber:DISDIKPORA Surakarta)

d. Bidang Partisipasi Anak

Ada banyak bentuk partisipasi anak, di antaranya adalah hak untuk

mengutarakan pendapat, hak bertanya untuk memperoleh informasi yang benar, hak

mengajukan ide, hak berekspresi melalui kegiatan seni, dan banyak lainnya.

Partisipasi anak selayaknya tidak dibatasi oleh orang dewasa dan kemampuan anak.

Setiap anak berhak mendapatkan kesempatan, sedangkan orang dewasa

berkewajiban menyediakan ruang bagi anak untuk berpartisipasi, baik di

lingkungan rumah, sekolah, maupun masyarakat.

Box 3 Artikel Yayasan Kakak, 25-04-2007 Berkaitan dengan partisipasi anak menjadi menarik bila dapat diimplementasikan di dalam semua ruang yang ada tanpa kecuali

Page 74: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dalam tingkatan pengambian kebijakan atau forum-forum yang ada di pemerintah. Selanjutnya terkait dengan permasalahan tersebut, masuk di Kota Surakarta sendiri sebenarnya masih banyak kendala terkait dengan penanganan permasalahan anak, mulai dari rancangan program yang belum sepenuhnya mendukung dan berspektif pada anak sampai pada tingkatan implementasi dari pembangunan yang diakukan pemerintah. Di sisi lain sebenarnya informasi dan kampanye mengenai hak-hak anak sudah banyak dilakukan oleh banyak pihak diantaranya Ormas, LSM, RS, Akademisi, dll, tetapi memang dalam pelaksanaannya belum maksimal karena banyak kendala dalam pelaksanaannya di lapangan.( http://kakak.org/home.php?page=news&id=97)

Dari artikel Yayasan Kakak Tahun 2007, dapat diketahui partisipasi anak di

Tahun 2007 belum terlihat. Masih banyak kendala terkait dengan penanganan

permasalahan anak, mulai dari rancangan program yang belum sepenuhnya

mendukung dan berspektif pada anak, sampai pada tingkatan implementasi dari

pembangunan yang diakukan pemerintah.

Tetapi, untuk Tahun 2009 khususnya, partisipasi anak dalam pengambilan

program oleh pemerintah. Di Kota Surakarta, saat ini ada Forum Anak Surakarta

(FAS) yang dibentuk dengan tujuan menjadi ruang dan sarana bagi anak-anak di

Kota Surakarta untuk berpartisipasi. Dalam beberapa forum yang diadakan oleh

Pemerintah Kota Surakarta, FAS sudah terlibat dan dimintai masukan, terutama

untuk permasalahan yang berkaitan dengan anak.

Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Seksi Pemberdayaan Masyarakat

DKRPP&KB (N1) :

“...di Surakarta sudah ada Forum Anak Surakarta (FAS) mbak, di sini ada anak sekolah, ada anak jalanan juga...” (Wawancara 16 Februari 2009)

Ia juga menambahkan :

Page 75: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

“...program KLA yang meliputi bidang kesehatan, pendidikan, perlindungan, dan partisipasi anak, ini sudah dilaksanakan semua mbak, yang ditulis ini sudah dilaksanakan semuanya. Taman Anak Cerdas juga sudah ada di lima Kelurahan mbak, yaitu Kelurahan Sumber, Kadipiro, Gandekan, Joyotakan, Pajang, dan Mojosongo...” (Wawancara 16 Februari 2009)

Staf Yayasan Kakak mengatakan (N8):

“…beberapa sahabat Yayasan Kakak sudah terlibat dalam Forum Anak Surakarta. Keterlibatan sejumlah sahabat Yayasan Kakak ini merupakan langkah strategis bagi Yayasan Kakak untuk lebih memperjuangkan hak-hak anak, terutama anak korban kekerasan dan eksploitasi seksual...” (Wawancara tanggal 16 Maret 2009)

Hal senada juga dikatakan oleh Ketua PPAP Seroja (N10) dan Sekretaris

Lembaga Pusat Penelitian dan Pengembangan Gender (P3G) UNS (N11):

N10: “…partisipasi anak di Surakarta sudah lumayan ya mbak, anak sudah mulai dilibatkan oleh pemerintah, kami juga terlibat dalam FAS...” (Wawancara tanggal 17 Maret 2009).

N11: “…partisipasi anak di Surakarta sudah lumayan, dari yang tidak ada menjadi ada. Anak juga dilibatkan dalam pengambilan program oleh pemerintah. Di Surakarta ada Forum Anak Surakarta juga untuk menampung aspirasi mereka…” (Wawancara tanggal 7 April 2009)

Berdasarkan pernyataan yang diungkapkan oleh beberapa informan, dapat

diketahui bahwa partisipasi anak di Surakarta sudah mengalami peningkatan. Di

Surakarta, anak sudah dilibatkan dalam pengambilan program-program oleh

pemerintah. Untuk menampung aspirasi anak, Pemerintah Surakarta juga

membentuk Forum Anak Surakarta (FAS).

Mekanisme penanganan partisipasi anak yaitu pertama, anak-anak diajak

bergabung di Forum Anak Surakarta (FAS). Kedua, melalui Forum Anak Surakarta

anak-anak sudah dilibatkan dalam setiap kegiatan, salah satunya pengambilan

Page 76: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

program pemerintah. Sumber dana dalam bidang partisipasi anak berasal dari

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

B. Kendala Pemerintah dalam Melaksanakan Perlindungan Anak Menuju Solo Kota

Layak Anak (KLA)

Dalam melaksanakan perlindungan anak menuju Solo Kota Layak Anak, kendala

yang dihadapi pemerintah berasal dari internal pemerintah dan eksternal pemerintah.

a. Kendala internal

Sumber daya manusia Pemerintah Kota Surakarta kurang mengerti akan

pentingnya perlindungan anak. Mereka tidak mengerti sepenuhnya hal-hal yang

berkaitan dengan aspek psikologis anak. Padahal, dalam melaksanakan

perlindungan anak, pemerintah harus mengerti dan memahami permasalahan anak.

Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Ketua PPAP Seroja (N10) :

“...Satpol PP dalam menggaruk anak jalanan kurang memperhatikan aspek psikologis anak. Mereka asal menggaruk saja. Padahal, kadang anak trauma akan hal itu. Kami juga yang bertugas mendampingi mereka...” (Wawancara tanggal 6 Februari 2009)

Dana merupakan hal vital penentu untuk keberhasilan pencapaian tujuan. Bagi

pemerintah Kota Surakarta dalam program perlindungan anak, ketersediaan dana

merupakan suatu kendala. Untuk menangani masalah anak jalanan dan terlantar

APBD yang tersedia sangat terbatas. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Staf

Bidang Sosial Rehabilitasi DINSONAKER & TRANS (N4) :

“…kendala yang kami hadapi adalah dana mbak, dana APBD juga terbatas. Anak jalanan dan anak terlantar sudah kami bekali ketrampilan, dan diharapkan mereka tidak kembali ke jalan…” (Wawancara tanggal 25 Februari 2009)

Page 77: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dalam penanganan permasalahan anak, walaupun setiap tahun anggaran

meningkat tetapi jumlah kasus/sasaran lebih tinggi peningkatannya sehingga

alokasi dana tetap tidak terpenuhi. Hal yang sama juga terjadi dalam alokasi

anggaran bagi anak putus sekolah.

Selain kendala di atas, ego sektoral juga menjadi kendala dalam

melaksanakan perlindungan anak. Koordinasi antar institusi belum berjalan

dengan baik. Hal ini tergamabar pada belum adanya sinergitas dalam pelaksanaan

Rencana Aksi Kota. Masing-masing stakeholder selaku anggota gugus tugas

masih berjalan sendiri-sendiri. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Sekretaris

P3G UNS (N11) :

“…para stakeholder terkesan berjalan sendiri-sendiri mbak, mereka bekerja sesuai bidangnya masing-masing dan terkesan bekerja sendiri tanpa berkoordinasi dengan yang lain…” (Wawancara tanggal 17 Maret 2009) Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan kendala internal yang

dihadapi pemerintah, antara lain: sumber daya manusia Pemerintah Kota

Surakarta yang kurang mengerti akan pentingnya perlindungan anak, keterbatasan

dana, dan ego sektoral.

b. Kendala Eksternal

Kendala lain yang dialami pemerintah adalah pengaruh lingkungan.

Lingkungan anak jalanan, anak terlantar dan pekerja anak menjadi faktor yang

sangat mempengaruhi mereka. Mengapa tidak, anak-anak masih sangat mudah

terpengaruh oleh lingkungan sekitar karena mereka masih labil. Jika lingkungan

mereka memberi efek negatif bagi anak-anak, sangat besar kemungkinannya

Page 78: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

anak-anak terpengaruh. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Staf Bidang

Sosial Rehabilitasi DINSONAKER & TRANS (N4) :

“…mereka masih saja kembali ke jalan karena pengaruh lingkungan yang tidak baik dan kurangnya perhatian dari orang tua mereka. Hasil monitoring kami, masih banyak anak jalan yang mencari uang entah itu dari ngamen atau ngemis, uang itu selain buat makan, ya buat beli minuman keras…” (Wawancara tanggal 25 Februari 2009)

Hal senada juga disampaikan oleh Ketua PPAP Seroja dan Staf Yayasan

Kakak:

Ketua PPAP Seroja (N10):

“…lingkungan anak jalanan sangat memprihatinkan, minuman keras dan sex bebas ada di sana. Tingkat pendidikannya juga sangat rendah. Kami yang mendampingi mereka berusaha memberikan pengarahan agar anak-anak yang belum terjerumus, mau bersekolah...” (Wawancara 14 Maret 2009)

Staf Yayasan Kakak (N8):

“...faktor ekonomi juga menjadi masalah untuk anak. Anak itu masih labil dan mudah sekali termakan omongan orang yang tidak bertanggung jawab...” (Wawancara tanggal 14 Maret 2009)

Bisa tidaknya anak bersekolah dipengaruhi oleh karakteristik anak dan

situasi yang mempengaruhi mereka. Tingginya bujukan untuk mendapatkan uang,

dapat menyebabkan anak meninggalkan rumah dan pindah ke kota besar daripada

harus bersekolah. Anak-anak ini beresiko dieksploitasi karena terpisah oleh

keluarga, masyarakat, dan sekolah. Terdapat anak jalanan yang mencari uang

seharian dan pulang di malam hari. Anak ini tidak melihat pentingnya nilai

pendidikan dan tidak tertarik dengan sekolah. Hal ini sebagaimana dikemukakan

oleh Kepala Bagian Pendidikan Non Formal DISDIKPORA (N6) :

”...anak-anak tidak ada hasrat untuk sekolah maka tidak maksimal untuk bersekolah. Mereka lebih suka kembali ke jalan, karena di jalan bisa dapat uang...” (Wawancara tanggal 5 Maret 2009)

Page 79: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Keluarga dan masyarakat sebaiknya menjadi pelindung dan memiliki

kepedulian kepada anak. Akan tetapi, kemiskinan sering mempengaruhi anak

untuk bersekolah. Karena masalah ekonomi, orang tua sering terpaksa memenuhi

kebutuhan primer hidup keluarga saja. Dengan demikian, anak harus menolong

keluarganya untuk mencari nafkah dengan mengorbankan pendidikan dan masa

depannya. Oleh karenanya, orang tua menganggap memanfaatkan anak untuk

bekerja lebih bernilai daripada belajar di sekolah. Hal ini sebagaimana

disampaikan Staf Bidang Pendidikan Dasar SD dan Anak Usia Dini

DISDIKPORA (N13) :

”...anak-anak seringkali turun ke jalan, alasannya membantu orang tua. Hal ini bikin program pemerintah tidak berhasil. Orang tua juga kurang mendukung anaknya. Anak putus sekolah ini sering bertambah karena banyak anak pendatang, jadi mereka dari luar Solo. Nah ini juga menjadi permasalahan bagi pemerintah...” (Wawancara tanggal 3 Maret 2009) Rendahnya kesadaran anak dan orang tua untuk memikirkan masa depan

menjadi kendala bagi pemerintah dalam menangani permasalahan anak. Biasanya,

orang tua tidak mempedulikan pendidikan anaknya karena dalam pemikiran

mereka, untuk mencukupi hidupnya saja sulit, apalagi untuk membiayai anak

sekolah. Biasanya mereka membiarkan anak-anaknya mencari uang di jalan. Kalau

orang tua sudah mempunyai pemikiran seperti ini, biasanya anak-anak juga ikut-

ikutan tidak memikirkan masa depannya.

Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Staf Bidang Sosial Rehabilitasi

DINSONAKER & TRANS (N4) :

“…kurangnya perhatian dari orang tua mereka kadang membuat anak tidak punya kesadaran untuk memikirkan masa depan...” (Wawancara tanggal 25 Februari 2009)

Page 80: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Hal senada juga disampaikan oleh Staf Yayasan Kakak (N8) :

“…kesadaran dari anak dan orang tua yang minim ini menjadi kendala bagi pemrintah untuk mengatasinya. Hal yang kami temui di lapangan, keadaan ini bias menjadi faktor anak terjerumus pada ESKA. Jadi semua sangat berkaitan.,,” (Wawancara tanggal 16 Maret 2009)

Anak belum memiliki filter yang cukup kuat untuk memilih dan memilah

apa yang seharusnya dilakukan atau apa yang seharusnya tidak dilakukan. Anak

cenderung masih labil sehingga dapat dengan mudah terpengaruh oleh hal-hal

negatif dari lingkungannya. Kondisi ini diperparah dengan semakin

bermunculannya mall dan pusat-pusat perbelanjaan yang menyebabkan perubahan

gaya hidup masyarakat kota Surakarta. Menjamurnya mall di kota Surakarta secara

tidak langsung mendukung berkembangnya budaya konsumerisme masyarakat.

Budaya konsumerisme mendorong munculnya persaingan untuk mendapatkan

penghargaan/pujian terhadap kepemilikan suatu barang. Keinginan yang sangat

besar dalam memiliki suatu barang tidak ditunjang oleh kondisi ekonomi keluarga,

sehingga hal tersebut semakin mendorong seseorang untuk mendapatkan uang

dengan jalan pintas, walaupun cara tersebut tidak sesuai dengan nilai–nilai yang

berlaku di masyarakat. Kondisi anak yang labil dan tingginya budaya

konsumerisme menyebabkan banyak anak dengan latar belakang ekonomi lemah

lebih mudah terjerumus ke dunia prostitusi.

Staf Yayasan Kakak mengatakan bahwa masalah ESKA ini sudah menjadi

suatu mata rantai yang susah untuk diputus (N9) :

“…kondisi ini sangat dilematis. Di lain sisi masyarakat juga butuh uang untuk memenuhi hidupnya. Padahal peran masyarakat sekitar sangat

Page 81: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dibutuhkan untuk menghentikan maraknya ESKA…” (http://j4rionline.wordpress.com)

Pernyataan ini dipertegas pula oleh Ketua Peneliti ESKA UNS (N12) :

“...sebenarnya seksualitas adalah budaya yang paling lama ada, kalau di Solo, ESKA sudah mulai tampak ketika para orang tua dari Wonogiri memberikan anak gadis mereka kepada raja-raja di Solo. Apalagi saat ini prostitusi anak justru menjadi bisnis yang sangat menggiurkan...” Faktor pemikiran orang tua yang tidak mementingkan pendidikan anak

terutama anak perempuan secara tidak langsung menempatkan anak perempuan

dalam kondisi yang tersubordinasi. Bentuk konkritnya adalah masih banyak

keluarga dengan latar belakang ekonomi lemah lebih memprioritaskan pendidikan

untuk anak laki-laki daripada anak perempuan. Asumsinya adalah setinggi apapun

tingkat pendidikan anak perempuan pada akhirnya hanya akan berkutat pada

masalah domestik. Kondisi seperti ini mengakibatkan sebagian besar anak

perempuan berpendidikan rendah, cenderung memiliki keterbatasan keterampilan.

Keterbatasan keterampilan tersebut menyebabkan akses pekerjaan mereka rendah.

Implikasinya mereka rentan terhadap dunia prostitusi.

Faktor yang juga bisa meningkatkan jumlah ESKA adalah kondisi keluarga

yang tidak harmonis. Secara psikologis anak belum cukup matang untuk

menghadapi beban yang berat, ketidaksiapan mental mereka mendorong mereka

mencari pelarian. Pada awalnya mereka hanya sekedar keluar malam, dan

nongkrong di suatu tempat untuk melepaskan diri dari kesuntukan. Di tempat itu

mereka bertemu dengan teman yang menghadapi masalah yang sama sehingga

menimbulkan kedekatan di antara mereka. Karakter rmereka yang masih labil

Page 82: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

menyebabkan mereka mudah terpengaruh untuk terjun ke dunia pelacuran. Hal ini

sebagaimana diungkapkan oleh Ketua PPAP Seroja (N10) :

”...kondisi keluarga anak yang tidak harmonis bisa menjadi faktor anak-anak terjerumus pada prostitusi. Itu merupakan faktor intern yang kadang menjadi bomerang...” (wawancara tanggal 14 Maret 2009)

Culture of silence (budaya menyembunyikan) pada masyarakat. Masyarakat

sering menganggap bahwa permasalahan anak terutama kasus ESKA adalah hal

yang tabu dan merupakan aib keluarga. Hal ini sangat merugikan masa depan anak

sendiri karena kasus mereka tidak diketahui oleh pemerintah dan pihak-pihak yang

peduli akan kasus ESKA. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Staf Yayasan

Kakak (N8) :

“…kalo dari korban kekerasan terhadap anak untuk yang di ESKA dari pertengahan 2005 sampai pertengahan 2008 kita berhasil menjangkau ada sekitar 111 anak korban ESKA, ini sekupnya X Karisidenan Surakarta, tapi kebanyakan mereka datang dari luar Kota Surakarta lalu datang ke Surakarta. Kalo dulu, kasus kekerasan pada anak terutama kekerasan seksual pada anak ini tidak diungkap karena merupakan hal yang tabu merupakan aib bagi keluarga. Jadi banyak kasus yang disembunyikan. Nah ini perlu kita ubah pemikiran masyarakat semacam ini. Karena ini bukan aib tapi ini tindak kejahatan agar pelaku ada efek jera...” (Wawancara tanggal 16 Maret 2009) Oleh karena itu, culture of silence ini menjadi kendala bagi pemerintah dan

pihak terkait untuk penanganan secara dini mewujudkan perlindungan anak.

C. Upaya Pemerintah dalam Melaksanakan Perlindungan Anak Menuju Solo Kota

Layak Anak (KLA)

a. Meningkatkan pemahaman tentang perlindungan anak dari aparat pemerintah

Kurangnya pemahaman dari aparat pemerintah tentang hak dan

perlindungan anak menyebabkan sulitnya mengintegrasikan perspektif anak dalam

setiap pengambilan kebijakan. Untuk mengatasi hal ini, dalam setiap pertemuan,

Page 83: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pemerintah membekali pengetahuan tentang hak-hak anak dan hal-hal yang

menyangkut perlindungan anak. Diharapkan agar aparat pemerintah paham akan

makna perlindungan anak. Hal ini sebagaimana dikemuakan oleh Seksi

Pemberdayaan Masyarakat DKRPP&KB (N1):

“…dalam setiap rapat mengenai permasalahan anak, pemerintah berusaha menekankan pemahaman akan perlindungan anak kepada aparatur-aparatur pemerintah…” (Wawancara tanggal 12 Februari 2009) Dari penjelasan di atas, dapat diketahui upaya pemerintah untuk

meningkatkan pemahaman kepada aparatur pemerintah.

b. Meningkatkan kerjasama dengan pihak-pihak terkait

Ego sektoral memberikan kesan bahwa para stakeholder dalam perlindungan

anak berjalan sendiri-sendiri. Sebagai upaya peningkatan pelayanan, Pemerintah

Kota Surakarta berusaha meningkatkan kerjasama dengan pihak-pihak terkait.

Contoh upaya pemerintah tersebut yaitu dalam hal dana. Sumber dana diperoleh

dari pemerintah dan swadaya dari beberapa lembaga yang terkait. Dana dari

pemerintah diperoleh melalui APBD baik APBD tingkat propinsi maupun APBD

kota Surakarta sendiri. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh staf Seksi

Pemberdayaan Masyarakat DKRPP&KB (N1) :

“Dana diperoleh dengan cara beragumentasi dan memberikan penjelasan pada Dewan anggaran dan DPR untuk bisa mengabulkan program-program yang sudah kita sepakati bersama, dana APBD juga terbatas. Jika tidak bisa dilaksanakan tahun ini, ya dilaksanakan tahun depan”

Advokasi anggaran menjadi kebutuhan penting bagi PTPAS untuk bisa

menjalankan fungsi dan perannya dalam penanganan kasus kekerasan. PTPAS

memulai proses advokasi dengan cara melakukan audiensi bersama dengan masing-

masing Kepala Dinas terkait dan Bapeda, setelah terlebih dahulu melakukan

Page 84: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

workshop untuk menyusun program dan kebutuhan anggaran. Upaya lobby juga

dilakukan melalui audiensi dengan Walikota Surakarta. Dalam proses tersebut,

PTPAS juga mengusulkan adanya kebijakan (peraturan daerah) yang memberikan

perlindungan bagi perempuan dan anak, sekaligus menjadi landasan yang kuat bagi

bekerjanya PTPAS. Proses lobby ini juga diperkuat melalui kunjungan serta

audiensi kepada partai politik dan calon anggota legislatif pada tahun 2004.

Selain itu, pemerintah bekerjasama dengan stakeholder dan LSM. Seperti

yang diungkapkan oleh Staf Bidang Sosial Rehabilitasi DINSONAKER & TRANS

(N4) :

“…permasalahan sosial itu tidak ada habisnya, pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, kita juga bekerjasama dengan stakeholder dan LSM. Jangan semua masalah dibebankan pada pemerintah semua, karena masalah ini juga tanggungjawab masyarakat juga…” (Wawancara tanggal 25 Februari 2009)

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu staf Bidang Pendidikan Dasar

SD dan Anak Usia Dini DISDIKPORA (N13):

“Agar anak tidak putus sekolah, pemerintah memberikan Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dana ini dari pusat. Selain itu ada juga Bantuan Pelayanan Pendidikan (BPP), dana ini berasal dari Walikota yang berasal dari APBD2. Selain itu, banyak bantuan pendidikan yang dari pengusaha swasta seperti Jarum (rokok).” (Wawancara tanggal 3 Maret 2009)

Dari penjelasan di atas, terlihat peningkatan kerjasama antara pemerintah

dengan pihak-pihak yang peduli terhadap perlindungan anak.

c. Optimalisasi kegiatan sosialisasi

Guna menangani kasus kekerasan pada anak, pemerintah melalui PTPAS

sudah melakukan kegiatan sosialisasi menyangkut kekerasan perempuan dan anak.

Salah satu kegiatan sosialisasi tersebut adalah sosialisasi penghapusan kekerasan

Page 85: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

terhadap perempuan dan anak di sekolah-sekolah. Sosialisasi tersebut meliputi

beberapa kegiatan, antara lain:

1) Pelatihan pendampingan korban kekerasan bagi guru-guru BP sekolah se Kota

Surakarta.

2) Mengajak anak sekolah untuk dapat mencegah terjadinya kekerasan terhadap

anak dan dapat mensosialisasikan tentang UU.

3) Perlindungan anak dan hak anak dan mengajak guru-guru BP supaya tidak

terjadi kekerasan terhadap anak sekolah.

Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh staf Seksi Pemberdayaan Masyarakat

DKRPP&KB (N1) :

“Untuk mengatasi hambatan, kami melakukan sosialisasi penghapusan kekerasan anak, melakukan pendampingan terhadap korban, dan memberikan pelatihan kepada guru-guru BP tentang pendampingan anak korban kekerasan.” (Wawanara tanggal 16 Februari 2009)

Dalam kasus anak gizi buruk, pemerintah melakukan sosialisasi sosialisasi

melalui PKK untuk memberikan informasi kepada masyarakat akan bahayanya gizi

buruk terhadap anak dan akibatnya. Dalam sosialisasi tersebut juga dijelaskan

mengenai program pemerintah untuk mengatasi kasus anak gizi buruk yaitu

program Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Hal ini sebagaimana dikemukakan

oleh Kepala Sie Perbaikan Gizi Masyarakat, DINKES (N2):

“...kita sosialisasi lewat PKK untuk memberikan informasi kepada masyarakat akan bahayanya gizi buruk terhadap anak dan akibatnya. Anggaran peningkatan gizi sebesar Rp 10.000 per hari minimal selama tiga bulan. Apabila belum sembuh bisa diperpanjang lagi. Kami juga memberdayakan kader di wilayah balita yang terkena gizi buruk untuk program PMT ini dengan pola ibu asuh…” (Wawancara tanggal 10 Maret 2009)

Page 86: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Sosialisasi juga dilakukan pada kasus anak putus sekolah dan partisipasi

anak. Sosialisasi dilakukan di setiap kecamatan dan kelurahan, agar masyarakat

kooperatif dan tumbuh kesadaran akan pentingnya perlindungan anak.

Khususnya dalam program Solo Kota Layak Anak pemerintah melakukan

sosialisasi di setiap kelurahan. Sosialisasi juga dilakukan ke Sekolah TK kota

Surakarta untuk melihat pengembangan sekolah yang ramah anak. Dalam hal ini

orang tua harus bekerja sama dengan guru, antara lain dengan diterapkan surat

menyurat antar guru dan orang tua. Rasa aman pada anak diciptakan antara lain

dengan penyambutan guru-guru di depan sekolah ketika anak-anak tiba. Demikian

pula pada waktu jam pulang sekolah; guru-guru mengantar ke gerbang sekolah dan

selanjutnya diterima orang tua. Manajemen sekolah juga menerapkan peraturan

tanpa kekerasan bagi para guru dan diterapkannya sanksi bagi yang melanggar.

Dalam acara sosialisasi KLA di Kelurahan, beberapa hal yang didiskusikan

dengan masyarakat langsung adalah sebagai berikut (DKRPP&KB):

1) Pelajaran budi pekerti di sekolah yang hilang

2) Sistem evaluasi dan pendataan masalah pekerja anak, pemerintah kota Solo

sedang menyusun mekanisme penanganan pekerja anak

3) Dalam masalah pekerja anak, permasalahan utamanya adalah bukan anak, tetapi

orang dewasa yang mengeksploitasi anak-anak tersebut. Sehingga perlu

dilakukan pendekatan terhadap orang tua.

4) Seringnya dibangun prasarana, seperti taman, namun tanpa dilengkapi toilet,

sehingga anak kesulitan untuk buang air.

Page 87: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5) Untuk pembuatan akte kelahiran, diusulkan kerjasama dengan RS/tempat

bersalin untuk langsung memberikan akte kelahiran bagi anak yang lahir di

tempat-tempat tersebut.

6) Tindak lanjut dari sosialisasi KLA diharapkan agar dilanjutkan dengan

pelatihan-pelatihan.

7) Untuk keberlanjutan forum anak, pendampingan bagi anak-anak di forum anak

dianggap perlu.

Dalam rangka mewujudkan Kota Surakarta yang layak anak tersebut,

Pemerintah Kota juga telah mulai melakukan upaya terciptanya Lapas yang ramah

anak sehingga permasalahan anak yang bersinggungan dengan hukum mendapat

tempat penanganan yang layak.

Page 88: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil analisis dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:

1. Pemerintah Kota Surakarta sudah cukup responsif terhadap perlindungan anak menuju

Solo Kota Layak Anak, namun responsivitas tersebut belum optimal . Hal ini bisa

dilihat dari:

a. Kemampuan mengenali kebutuhan anak. Begitu kompleksnya kebutuhan anak

terkait dengan perlindungan anak. Pemerintah Kota Surakarta tidak mempunyai

kapasitas yang memadai dalam mengumpulkan data dasar mengenai permasalahan

anak di Surakarta. Pemerintah baru mengandalkan koordinasi dengan lembaga-

lembaga lainnya untuk mengenali kebutuhan anak.

b. Kemampuan menyusun agenda dan prioritas pelayanan perlindungan anak sudah

sesuai dengan kebutuhan anak. Namun sesungguhnya kebutuhan-kebutuhan anak di

Kota Surakarta tidak hanya mencakup kebutuhan perlindungan atas ESKA, gizi

buruk, anak putus sekolah, dan partisipasi anak. Masih ada persoalan-persoalan

penting yang belum tertangani oleh Pemerintah Kota Surakarta seperti pendidikan

untuk anak jalanan/terlantar.

c. Kemampuan mengembangkan program perlindungan anak. Pemerintah melibatkan

Lembaga pusat studi wanita/pusat studi gender, LSM, Organisasi masyarakat,

Perguruan Tinggi, dan pihak-pihak yang peduli dengan masalah anak untuk

bersama-sama mengatasi permasalahan anak. Namun, dalam mengembangkan

Page 89: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

program perlindungan anak, Pemerintah masih banyak bertumpu pada lembaga-

lembaga lain yang peduli terhadap perlindungan anak.

2. Kendala dalam melaksanakan perlindungan anak menuji Solo Kota Layak Anak.

Beberapa kendala yang dihadapi oleh Pemerintah Kota Surakarta dalam hal

perlindungan anak menuju Solo Kota Layak Anak adalah kurangnya pemahaman dari

aparat pemerintah tentang hak dan perlindungan anak, keterbatasan dana, ego sektoral,

pengaruh lingkungan, rendahnya kesadaran orang tua dan anak, serta culture of silence.

Dalam penanganan permasalahan anak di Surakarta, aparat pemerintah tidak mengerti

sepenuhnya hal-hal yang berkaitan dengan aspek psikologis anak sehingga hal ini

menjadi kendala dalam mengatasi permasalahan anak. Walaupun setiap tahun anggaran

meningkat tetapi jumlah kasus lebih tinggi peningkatannya sehingga alokasi dana tetap

tidak terpenuhi. Lingkungan anak menjadi kendala pemerintah dalam menangani

permasalahan anak, karena lingkungan yang memberi efek negatif mudah

mempengaruhi anak. Rendahnya kesadaran anak dan orang tua untuk memikirkan masa

depan menjadi kendala bagi pemerintah dalam menangani permasalahan anak.

Masyarakat sering menganggap bahwa permasalahan anak terutama kasus ESKA

adalah hal yang tabu dan merupakan aib keluarga sehingga berkembang culture of

silence (budaya menyembunyikan).

3. Upaya yang dilakukan sehubungan dengan kendala tersebut adalah meningkatkan

pemahaman perlindungan anak dari aparat pemerintah, meningkatkan kerjasama

dengan pihak lain dan optimalisasi sosialisasi kegiatan. Sebagai upaya peningkatan

pelayanan dengan kendala keterbatasan dana, pemerintah Kota Surakarta melakukan

kerjasama dengan pihak-pihak terkait. Sosialisasi juga dilakukan untuk mengatasi

Page 90: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

permasalahan anak, baik di bidang perlindungan anak, kesehatan, pendidikan, serta

partisipasi anak.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka ada beberapa saran yang peneliti

ajukan agar dapat dijadikan sabagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah.

Beberapa saran tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Meningkatkan sosialisasi tentang perlindungan anak dengan cara mensosialisasikan di

rapat pimpinan mengenai pentingnya perlindungan anak.

2. Pemerintah harus selalu memperbaharui data base tentang perlindungan anak dengan

cara mengoptimalkan kemitraan/kerjasama dengan pihak-pihak yang peduli dengan

perlindungan anak.

3. Belum tersentuhnya pendidikan untuk anak jalanan/terlantar, maka pemerintah harus

membuat program yang bisa mengatasi hal tersebut. Pemerintah juga harus

memfasilitasi lembaga-lembaga non pemerintah yang peduli akan perlindungan anak,

sehingga terwujud pendidikan untuk anak jalanan/terlantar.

4. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap perlindungan anak.

Page 91: Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap .../Respon… · Responsivitas Pemerintah Kota Surakarta Terhadap Perlindungan ... Kekerasan Anak (perkosaan, pencabulan ... mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user